• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Satpol PP Kabupaten Lamongan 4.1.1. Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja

Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 moto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.

Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan diperingati setiap tahun. Pada Tahun 1960, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi militer /Angkatan Perang.

(2)

43

Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian.

Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi.

Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No 22/1999 dan direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 148 UU 32/2004 disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi.

4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP 1. Tugas

Membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang Keamanan dan Ketertiban serta menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

2. Fungsi

a. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah;

(3)

44

b. Pelaksanaan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati;

c. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum sesuai program, pedoman dan petunjuk teknis;

d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya dalam rangka pelaksanaan penindakan, penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati;

e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati;

f. Pelaksanaan pengembangan kemampuan organisasi meliputi pembinaan personil, administrasi umum, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana satuan kerja Satuan Polisi Pamong Praja;

g. Penyusunan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas;

4.1.3. Visi Dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan 1. Visi Satuan Polisi Pamong Praja

Visi adalah suatu gambaran jauh ke depan, kemana instansi hendak dibawa. Gambaran ke depan tersebut dibangun melalui proses refleksi dan

(4)

45

proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh seluruh komponen stakeholder.

Berawal dari cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan didukung peran serta seluruh elemen instansi, masukan-masukan dari stakeholders, dan dengan memperhatikan nilai – nilai yang dianut dan nilai lingkungan yang mempengaruhi maka dirumuskan visi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Pasuruan sebagai berikut :

“Tegaknya Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati Serta Terwujudnya Partisipasi Aktif dan Kreatif Masyarakat Menuju Tatanan Kehidupan Yang Tentram dan Tertib, Berdaya Saing, Adil, Sejahtera dan Berkelanjutan “

Pemahaman atas pernyataan visi di tersebut mengandung makna terciptanya masyarakat Kabupaten Lamongan yang aman, tentram dan dinamis. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu :

a. Tatanan kehidupan yang tentram dan tertib; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegak perda yang tangguh, unggul dan terdepan dengan manajemen yang profesional dan memanfaatkan segala potensi dan sumber daya manusia sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang aktif dan kreatif.

b. Berdaya Saing; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja Mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah uuntuk mencapai keunggulan

(5)

46

kompetitif yang di miliki dengan membangun tatanan kehidupan yang tentram , aman dan tertib.

c. Adil ; bermakna bahwa pembangunan di laksanakan dengan seimbang dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat berlandaskan penerapan norma dan hukum.

d. Sejahtera; Bermakna bahwa pembangunan di tujukan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan pemenuhan hak/ dan pelayanan dasar serta perwujutan masyarakat eriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e. Berkelanjutan; Bermakna bahwa Pembangunan di laksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat tanpa mengorbankan pemenuuhan kebutuhan generasi masa depan.

2. Misi Satuan Polisi Pamong Praja

Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dirumuskan dengan mengacu / berdasarkan pada visi, tugas pokok dan fungsi Dinas serta misi Pemerintah Kabupaten Lamongan nomor 14 Tahun 2008 yang berbunyi “Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati“. Pernyataan misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

(6)

47

a. Memantapkan Kedudukan dan kapasitas kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

c. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Penunjang bagi pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan..

d. Mendorong terwujudnya Ketentraman dana Ketertiban umum serta penegakan Pereturan Daerah dan Keputusan Bupati yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemerintahan dan pembagunan Daerah.

e. Melaksanakan Penyidikan dan Penindakan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati.

f. Meningkatkan Profesionalisme pelayanan publik dan Good Governance guna menopang daya tahan keamanan ketertiban masyarakat yang kondusif serta menjaga kehidupan bernegara yang demokratis.

4.1.4. Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan 1. Kepala Tata Usaha

Tugas:

Sekretariat dipimpin oleh seorang Tata Usaha yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengelolaan Ketata Usahaaan. Fungsi:

(7)

48

a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan;

b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 2. Kepala Penyidikan Dan Penindakan

Tugas:

Seksi Penyidikan dan Penindakan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi bidang penegakkan Peraturan Daerah dibidang penyidikan dan penindakan.

Fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan bimbingan teknis penyidikan dan penindakan;

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan penyidikan dan penindakan;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan penyidikan dan penindakan.

3. Kepala Pengendalian Dan Operasional Tugas:

Bidang Pengendalian dan Operasional dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengendalian dan operasional.

(8)

49

a. Perumusan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pengendalian dan operasional;

b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian kegiatan di bidang pengendalian dan operasional;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 4. Kepala Pengembangan Kapasitas

Tugas:

Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh seorang kepala pengembangan Kapasitas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang Pengembangan Kapasitas.

Fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan;

b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan;

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Adapun bentuk struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Lamongan dapat digambarkan sebagai berikut :

(9)

50

Gambar 4.1

Model Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan 4.1.5. Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan.

Manusia merupakan sumber daya yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu aspek manusia ini harus selalu diperhatikan. Kesuksesan Satpol PP Kabupaten Lamongan. Sebagai proses pelaksanaan administrasi dan kegiatan pembelajaran, data anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan berdasar jenis kelamin, secara jelas seperti tersaji dalam table berikut ini :

Kepala Satpol PP Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bag Umum Sub Bag Keuangan Sub Bag Program

Bidang Operasi dan Pengamanan Bidang Pembinaan Umum & Kesamaptaan Bidang Perlindungan Masyarakat & Linmas Seksi Opeasi Penyidikan & Penindaan Seksi Keamanan Seksi Opeasi Penyidikan & Penindaan Seksi Pembinaan Umum Seksi Kesamaptaan Seksi Kesiagaan Seksi Penanggulangan Bencana Unit Pelaksana Satuan Polisi Pamong Praja

(10)

51

Tabel 4.1

Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1 2 Laki-laki Perempuan 217 7 96,88% 3,13% Jumlah 224 100%

Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan terdiri dari pegawai laki-laki sebanyak 224 orang atau sebesar 6,88% dan pegawai wanita sebanyak 7 orang pegawai atau sebesar 3,13%. Data selanjutnya adalah data pegawai berdasar supervisi :

Tabel 4.2

Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Tingkat Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase 1 2 3 5 SMP SMA Sarjana (S1) Pascasarjana 14 139 73 - 6,25% 62,05% 32,59% - Jumlah 224 100%

Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan bedasarkan ketenagaan diketahui yang mempunyai pendidikan terakhir SMP sebanyak 14 orang atau sebesar 6,25%, pendidikan SMA sebanyak 139 orang atau sebesar 62,05%. Sedangkan yang berpendidikan terakhir Sarjana sebanyak 73 orang atau sebesar 32,59%. Data selanjutnya adalah akan disajikan tentang data pegawai yang berstatus pegawai negeri berdasar usia, untuk lebih jelasnya seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

(11)

52

Tabel 4.3

Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Golongan Usia Pegawai

No. Golongan Usia Jumlah Prosentase 1 2 3 4 < 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun > 50 tahun 26 51 62 85 11,61% 22,77% 27,68% 37,95% Jumlah 224 100%

Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan

Berdasarkan data dalam tabel 4.3 di atas bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berusia < 29 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 11,61%, pegawai yang berusia 30 – 39 tahun sebanyak 51 orang atau sebesar 22,77%, dan pegawai yang berusia 40 – 49 tahun sebanyak 62 orang atau sebesar 27,68%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 85 orang atau sebesar 37,95%.

4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Identifikasi Responden

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer, peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 60 sesuai dengan besarnya sampel penelitian. Adapun data responden berdasar jenis kelamin dapat tersaji seperti dalam tabel 4.4 berikut ini

Tabel 4.4

Data Responden Berdasar Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 58 2 96,67% 3,33% Jumlah 60 100%

(12)

53

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dari 60 responden terdapat sebanyak 58 orang atau sebesar 96,67% adalah responden laki-laki, sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33% adalah responden perempuan. Adapun data responden berdasar jenjang pendidikan seperti tersaji dalam tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. SMP 2. SMA 3. S1 4 38 18 6,67% 63,33% 30% Jumlah 60 100%

Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014)

Dilihat dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang merupakan anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berpendidikan SMP yang mencapai 6,67% sedangkan yang berpendidikan SMA sebesar 63,33% sedangkan yang berpendidikan S1 terdapat sebesar 30%. Untuk selanjutnya adalah data komposisi pegawai berdasar usia pada saat dilakukan penelitian, untuk lebih jelasnya seperti yang tersaji dalam tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6

Data Responden Berdasar Usia

No. Golongan Usia Jumlah Prosentase 1 2 3 4 < 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun > 50 tahun 5 16 29 10 8,33% 26,67% 48,33% 16,67% Jumlah 60 100%

(13)

54

Berdasarkan data dalam tabel 4.6 di atas bahwa responden yang berusia < 29 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33%, pegawai yang berusia 30 – 39 tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 26,67%, dan pegawai yang berusia 40 – 49 tahun sebanyak 29 orang atau sebesar 48,33%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 16,67%.

4.2.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya. atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrumen tersebut. Pengukuran validitas pada instrumen ini dilakukan dengan korelasi product moment antara skor butir dengan skor skalanya. Koefisien korelasi dapat dianggap memuaskan jika melebihi 0.30. (Azwar : 2003 : 160).

Hasil pengukuran validitas instrument penelitian diperoleh hasil r hitung (Pearson Corelation) seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Nilai Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Variabel Pearson

Corelation Kualitas

kehidupan kerja (X1)

1. Pertumbuhan dan pengembangan 2. Partisipasi

3. Sistem imbalan yang inovatif 4. Lingkungan kerja

0.544 0.561 0.586 0.589

(14)

55

kompensasi (X2)

2. Insentif

3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun & tunjangan 6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis 0,509 0.582 0.596 0,551 0,592 0,522 Kinerja (Y) 1. Proses kerja

2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan

4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan

7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil

0.640 0.556 0.567 0.607 0.668 0.604 0.596 0.599 Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas. menunjukkan bahwa nilai r hitung (koefisien korelasi) lebih besar dari 0.30 dan nilai p value (signifikansi) lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian bahwa instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan valid.

4.2.3. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan bilamana suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih. maka untuk mengukur gejala yang sama akan menghasilkan pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi. yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Pada penelitian ini digunakan uji

(15)

56

reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach. Jika koefisien Cranbach alpha sebesar

0.6 atau lebih. maka instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliable (Hadi. 2009). Hasil pengukuran uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8

Nilai Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Variabel Penelitian Nilai Alpha

Cronbach 1

2 3

Kualitas kehidupan kerja (X1)

Motivasi Berpestasi (X2)

Kinerja (Y)

0,8370 0,8770 0,8287 Sumber : Lampiran 4 (Diolah Mei 2014)

Berdasar tabel di atas nilai Alpha Cronbach dari masing-masing variabel lebih dari 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa semua item-item dalam kuesioner penelitian tersebut adalah reliable (andal).

4.2.4. Diskripsi Frekuensi Skor Indikator Variabel Penelitian

Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi varibel penelitian. dengan didasarkan pada nilai rata-rata mean yang kemudian di lakukan standarisasi pengkategorian dengan mengacu pada indicator rentang pengukuran nilai yang dikemukakan oleh Sugyono (2002). Apabilai nilai rata-rata berada pada rentang nilai :

< 2.00 Termasuk dalam kategori Tidak Baik 2.01 – 3.50 Termasuk dalam kategori Cukup Baik 3.51 – 4.00 Termasuk dalam kategori Baik

> 4.01 Termasuk dalam kategori Sangat Baik

Dengan mengacu pada tolok ukur tersebut. maka hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel penelitian seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

(16)

57

1. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kualitas kerja (X1)

Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu bentuk filsafat yang diterapkan oleh manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumberdaya manusia pada khususnya. Sebagai filsafat, kualitas kerja merupakan cara pandang manajemen tentang manusia, pekerja dan organisasi. Untuk mengukur indikator kualitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan, maka kepada 60 orang responden disampaikan dengan indiaktor pengukuran variabel yang terdiri dari :

a. Pertumbuhan dan pengembangan b. Partisipasi

c. Sistem imbalan yang inovatif d. Lingkungan kerja

Diperoleh didistribusikan berdasar alternatif jawaban responden diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Deskripsi Indikator Variabel Kualitas kerja (X1) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean A B C d e 5 4 3 2 1 1. Pertumbuhan dan pengembangan 2. Partisipasi

3. Sistem imbalan yang inovatif 4. Lingkungan kerja 9 1 3 - 19 18 19 27 24 31 20 24 4 7 11 6 4 3 7 3 60 60 60 60 3.5277 3.1167 3.0000 3.2500 Jumlah 13 83 99 28 17 240 12,1396 Proentase 5,42 34,58 41,25 11,67 7,08 100 - Rata-rata Mean 3,0349

(17)

58

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel dalam tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 60 orang responden yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja (X1) didapat bahwa untuk responden yang

memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 5,42%. responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 34,58%. kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 41,25% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 11,67% sedangkan untuk alternatif jawaban (e) terhdapat sebesar 7,08%. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik.

2. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Pemberian kompensasi (X2)

Keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan bekerja di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti dan lain-lain. Untuk mengukur pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja

(18)

59

Kabupaten Lamongan. kepada 60 orang terdiri dari 1Orang Sekretaris 3 Orang Kabid 3 Orang Kasubag 6 Orang Kasi 47 Orang Staf responden disampaikan beberapa pertanyan mengenai :

a. Kompensasi Finansial 1) Kompensasi Langsung

a) Gaji atau upah b) Insentif

2) Kompensasi Tidak Langsung a) Asuransi kesehatan dan jiwa,

b) Liburan yang ditanggung perusahaan, c) Program pensiun dan tunjangan lainnya. b. Kompensasi Non Finansial

1) Kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri 2) Lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana orang itu bekerja

Hasil distribusi frekuensi skor indicator pengukuran variabel pemberian kompensasi seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Deskripsi Indikator Variabel Pemberian kompensasi (X2) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean A b c d e 5 4 3 2 1

1. Gaji atau upah 2. Insentif

3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun &

tunjangan

6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis 10 7 7 2 - 12 3 16 21 20 20 24 23 23 24 23 23 24 20 17 25 6 7 8 10 13 6 7 4 2 2 4 3 2 2 60 60 60 60 60 60 60 3.3667 3.4000 3.3667 3.1000 3.0833 3.6167 3.3000 Jumlah 41 147 156 57 19 420 23,233 Proentase 9,76 35 37,14 13,57 4,52 100 - Rata-rata Mean 3,319

(19)

60

Berdasarkan data distribusi frekuensi skor jawaban respon terhadap pertanyaan-pertanyaan indikator variabel penelitian dalam tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 9,76%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat 35%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 37,14% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 13,57% sedangkan yang memilih alternatif jawaban (e) terdapat sebesar 4,52% responden. Kemudian untuk mengetahui kondisi pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan didasarkan pada besarnya nilai rata-rata mean dan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai mean yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik.

3. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kinerja (Y)

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai denagn moral maupun etika. Untuk mengetahui Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

(20)

61

Lamongan, dalam penelitian ini, bahwa Kinerja diukur melalui beberapa indikator, yang terdiri dari :

a. Aspek kuantitatif dengan indikator terdiri dari : 1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan,

2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan, 3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan

4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja b. Aspek kualitatif dengan indikator :

1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, 2) Tingkat kemampuan dalam bekerja,

3) Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan

4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan / keberatan konsumen / masyarakat)

Hasil skor kuesioner penelitian diperoleh distribusi frekuensi jawaban responden seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.9

Deskripsi Indikator Variabel Kinerja (Y) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean a b c d e 5 4 3 2 1 1. Proses kerja

2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan

4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan

7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil

5 - 3 2 2 7 3 1 17 22 19 21 20 16 19 23 30 23 26 25 27 28 26 19 6 10 9 9 9 7 9 13 2 5 3 3 2 2 3 4 60 60 60 60 60 60 60 60 3.2833 3.0333 3.1667 3.1667 3.1833 3.3167 3.1667 3.0667 Jumlah 23 157 204 72 24 480 25,3834 Proentase 4,79 32,71 42,5 15 5 100 - Rata-rata Mean 3,2933

(21)

62

Hasil distribusi dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 60 orang responden yang memberikan jawaban/jawaban atas pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel Kinerja Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 4,79%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 32,71%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 42,5% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 15% dan untuk alternative jawaban (e) dipilih oleh 5% responden. Sedangkan berdasar rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik.

4.2.5. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian

kompensasi (X2) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lamongan serta untuk menguji dan membuktikan kebenaran atas hipotesis penelitian yang diajukan, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penganalisaan data dengan analisis regresi linier berganda. Proses penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan sotfware statistik SPSS (Statistical Program for Social Sciences) 17.01 for Windows Version.

(22)

63

Berdasar analisis data, maka diperoleh suatu hasil seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.12

Tabulasi Nilai Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Unstandardized

Coefficients (B)

Standardized

Coefficients (Beta) t hitung Sig. α (konstanta) β1 β2 6,643 0,540 0,709 - 0,527 0,388 - 4,619 3,240 - 0,000 0,003 Koefisien Korelasi (R) : 0,845 F hitung : 13,912 Koefisien Determinasi (R Square) : 0,713 Sig. : 0,000 Adjusted R square : 0,709

Sumber : Lampiran 6 (Diolah Mei 2014)

Sesuai dengan model analisis yang digunakan, yaitu regresi linier berganda, maka dapat dilakukan analisis dengan rumus umum :

Y = α + β1.X1 + β2.X2 + e = 6,643 + 0,540.X1 + 0,709.X2

Nilai-nilai koefisien regresi linier berganda dari persamaan di atas dapat diuraikan pengertian sebagai berikut :

1. α (konstanta) = 6,643, hal tersebut menunjukkan bahwa jika nilai dari variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2)

sebesar 6,643, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga sebesar 6,643, yang berarti tidak ada perubahan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan tanpa adanya perubahan nilai daripengaruh kualitas kehidupan kerja dan

Lampi

ran

(23)

64

pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2).

2. β1 = 0,540, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel

kualitas kehidupan kerja(X1) sebesar 0,540 dengan anggapan nilai dari

variabel-variabel yang lain dalam kondisi tetap, maka nilai tersebut akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X1) sebesar

satu satuan, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,540. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X1) sebesar satu satuan akan menurunkan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540.

3. β2 = 0,709, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel

pemberian kompensasi(X2) sebesar 0,709 dengan anggapan nilai dari

variabel-variabel yang lain dalam kondisi tetap, akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel pemberian kompensasi(X2) sebesar 0,709, maka nilai Kinerja (Y)

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,709. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel pemberian kompensasi (X2) sebesar satu satuan akan

(24)

65

menurunkan nilai Kinerja (Y) di SD lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709.

4.2.6. Nilai Koefisien Determinasi (R square) Variabel Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2) terhadap Kinerja (Y) anggota

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat diketahui pada nilai

R-squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas

kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2),mampu menjelaskan

perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian

kompensasi (X2) mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

4.2.7. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik bersama-sama maupun secara persial antara variabel kualitas kehidupan kerja (X1),

dan pemberian kompensasi (X2), terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi

(25)

66

regresi linier berganda. Berikut hasil dan uraian dari pengujian hipotesis pertama ini.

1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2),

terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian yang digunakan apabila :

a. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih kecil dari nilai  (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara parsial ada pengaruh kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2) terhadap Kinerja

(Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

b. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih besar dari nilai  (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara dimensi kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi

(X2) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lamongan.

Dengan ketentuan yang penerimaan dan penolakan pengujian hipotesis secara parsial, maka berdasar hasil pengujian hipotesis yang terdapat dalam tabel 4.12, maka diperoleh hasil hipotesis sebagai berikut :

a. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X1) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut apabila

(26)

67

dibandingkan dengan nilai derajat kebebasan yang digunakan atau nilai  sebesar 0,05 maka nilai signifikansi yang didapat lebih kecil dari nilai  tersebut (0,000 < 0,05). Hasil pengujian tersebut memberikan asumsi bahwa secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja(X1) berpengaruh

signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yang berarti pula hipetesis penelitian yang diajukan dapat diterima atau dapat dibuktikan kebenarannya.

b. Pengujian hipotesis secara parsial untuk variabel pemberian kompensasi (X2) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila

dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai  sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Mengingat nilai signifikasni variabel pemberian kompensasi (X2) lebih kecil dari nilai  (0,05), maka hipotesis penelitian

yang menyatakan secara parsial variabel pemberian kompensasi (X2)

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya.

2. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara simultan pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2)

terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian apabila :

(27)

68

a. Jika nilai signifikan lebih kecil dari nilai  (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara simultan ada pengaruh faktor kualitas kehidupan kerja (X1), danpemberian kompensasi (X2)terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

b. Jika nilai signifikan lebih besar dari nilai  (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara simultan tidak ada pengaruh antara kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2)terhadap Kinerja (Y) Anggota

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

Berdasar hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai  (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian

kompensasi (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y)

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian terhadap Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dengan beberapap indikator pengukuran variabel diperoleh bahwa sebagian sesar responden memilih alternatif jawaban (c) dengan pernyataan-pernyataan yang dijadikan sebagai indikator pengukuran Kinerja yang mencapai prosentse sebesar 42,5%. Sedangkan untuk mengetahui seberapa baik Kinerja

(28)

69

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan oleh besarnya nilai rata-rata mean yang didapatkan. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik.

Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 41,25%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang kualitas kehidupan kerja ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

(29)

70

Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel kualitas kehidupan kerja terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel kualitas kehidupan kerja pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor kualitas kehidupan kerja pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 pada konstanta 6,643.

Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel pemberian kompensasi termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 37,14%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang pemberian kompensasi ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana pemberian kompensasi di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 – 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja

(30)

71

Kabupaten Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel pemberian kompensasi terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel pemberian kompensasi pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor pemberian kompensasi pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 pada konstanta 6,643.

Hasil analisis tentang seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan melalui uji R-squared pada analisis koefisien determinasi berganda. Hasil nilai R-squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian

kompensasi (X2),mampu menjelaskan perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2) mampu memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

(31)

72

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X1) adalah sebesar 0,003. Dan untuk variabel pemberian

kompensasi (X2) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila

dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai  sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi (X2)

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Sedangkan hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai  (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X1), dan pemberian kompensasi

(X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan

Referensi

Dokumen terkait

disertai kelelahan, mudah memar, pendarahan kulit dan mukosa. Pada 50% kasus yang dilaporkan ditemukan pembesaran: hati, limpa dan permukaan kelenjar getah bening,

Penurunan yang bermakna yang dimaksud dalam hasil penelitian ini adalah bahwa kondisi stress penderita gagal jantung semakin lebih baik dimana nilai pengukuran

37 DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar -Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya Lokasi Kegiatan :

Kemudian sejak berlakunya UUPA 1960 yang mengatur antara lain pemberian Hak Guna Usaha kepada perusahaan yang bergerak di bidang pertanian (perkebunan), maka melalui keputusan

Firman Allah Azza wa Jalla , “Kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” maksudnya, keberuntungan dan keselamatan yang tetap dan terus-menerus itu

berdampak pada pemasarannya. Untuk dapat mengembangkan agroindustri di Kabupaten Kebumen, diperlukan kegiatan pendampingan dari Pemerintah Daerah, seperti pelatihan

Non Aplicable PT Sateri Viscose International belum melakukan kegiatan penerimaan bahan baku, kegiatan produksi termasuk penjualan (lokal maupun ekspor)1. Bill of

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui apakah ada perbedaan siginifikan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan model inkuiri terbimbing