• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

7.1. Kebutuhan yang Dirasakan dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat

Beralihnya komunitas petani padi sehat Desa Ciburuy dari pertanian yang mengandalkan benih pabrikan dan pupuk kimia ke sistem pertanian padi sehat memunculkan sejumlah kebutuhan baru yang dirasakan oleh para petani. Dari data primer yang diperoleh di lapang, kebutuhan baru yang dirasakan oleh komunitas petani padi sehat yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) “Silih Asih” adalah sarana pemasaran, peningkatan sumberdaya petani dalam hal peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan budidaya padi sehat, pelayanan atau ketersediaan jasa alat dan mesin pertanian (alsintan) serta sarana irigasi. Rata-rata responden penelitian baik petani lapisan atas, menengah maupun bawah menyatakan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi guna menunjang terjaminnya kontinuitas dalam produksi pertanian.

Gambar 6 Persentase Kebutuhan yang Dirasakan Petani Lapisan Atas, Menengah dan Bawah dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat

Dari Gambar 6 di atas, diketahui sebanyak 100 persen petani lapisan atas membutuhkan sarana pemasaran dalam penerapan sistem pertanian padi sehat.

100% 80% 60% 60% 40% 100% 33% 27% 70% 100% 10% 30% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Pemasaran SDM Petani Alsintan Irigasi

Atas Menengah Bawah

(2)

Artinya, petani lapisan atas membutuhkan kejelasan dan jaminan pasar. Dengan kata lain perlu mengetahui dengan jelas siapa dan lapisan masyarakat mana yang akan menjadi target pasarnya (konsumen) serta pihak yang akan menampung atau membeli hasil panen. Pada sistem pertanian sebelumnya yang masih menggunakan benih pabrikan maupuk pupuk kimia, pihak yang menampung hasil panen adalah tengkulak. Namun, sejauh ini keberadaan tengkulak cukup meresahkan petani. Permintaan akan beras organik ini datang dari kalangan konsumen menengah ke atas yang menginginkan mengonsumsi beras yang bebas dari residu pestisida. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pemasaran yang baik agar dapat diterima oleh konsumen dan sesuai dengan permintaan pasar.

Selain itu, yang menjadi kebutuhan petani lapisan atas dalam hal penerapan sistem pertanian padi sehat adalah peningkatan sumberdaya petani (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dengan persentase sebesar 80 persen. Dalam penerapan sistem pertanian padi sehat ini, petani harus mampu meningkatkan keterampilannya baik dalam hal budidaya maupun pengolahan hasil agar produknya dapat diterima dan sesuai dengan permintaan pasar. Sementara itu, penyediaan jasa alsintan dan irigasi dirasakan sebagai kebutuhan oleh petani lapisan atas dengan presentase sebanyak 60 persen. Penyediaan jasa alsintan dan sarana irigasi ini dibutuhkan petani untuk menjaga kontinuitas usahatani mereka. Meski demikian, sebanyak 60 persen petani lapisan atas memilih keempat macam kebutuhan ini (sarana pemasaran, peningkatan sumberdaya petani, penyediaan jasa alsintan dan sarana irigasi) sebagai kebutuhan yang dirasakan dalam penerapan sistem pertanian padi sehat. Artinya 60 persen petani memilih keempat kebutuhan ini sebagai kebutuhan yang dirasakan dan ingin dipenuhi guna menunjang kegiatan pertanian. Sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:

“Kalau Bapak itu butuh kejelasan pasarnya. Itu kudu jelas, siapa yang akan nampung gabah kami nanti. Ada sih pasti tapi ari ngajual ka tangkulak teh gimana gitu. Dan harus jelas siapa juga yang akan beli beras organik. Itu juga harus dipikirkan. Jangan sampai kita udah capek-capek nanem teh beras organik kita ga laku.” (Bapak Iy, 45 tahun).

Selain itu, ditambahkan pula dengan penjelasan dari Bapak Az sebagai berikut:

(3)

“Setelah menerapkan pertanian sehat ini, diakui memang kami melakukan pembenahan. Itu harus dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan petani. Dan kebutuhan petani itu tidak jauh dari kebutuhan yang tujuan sebenarnya untuk menjaga agar pertanian organik ini berkelanjutan. Selama pertanian konvensional dulu tengkulak kan yang suka membeli. Tapi banyak mudhorotnya menjual ke tengkulak itu. Jadi petani ingin jangan sampai jatuh ke tangan tengkulak. Sarana irigasi, penyediaan alat juga masih dibutuhkan petani, termasuk petani masih butuh belajar juga.” (Bapak

Az, 79 tahun).

Pada petani lapisan menengah, sebesar 100 persen petani membutuhkan sarana peningkatan sumberdaya petani. Penerapan pertanian padi sehat ini memang perlu ditunjang oleh sikap positif terhadap pertanian organik itu sendiri serta tingkat pengetahuan dan keterampilan yang cukup tinggi karena untuk menghasilkan produk beras sehat yang baik dan sesuai keinginan pasar maka diperlukan metode dan pendekatan yang tepat. Hal ini tentunya membutuhkan keterampilan petani. Tanpa ditunjang oleh peningkatan sumberdaya petani maka dapat dipastikan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy akan lamban berkembang. Selain peningkatan sumberdaya petani, yang juga menjadi kebutuhan bagi petani lapisan menengah dalam penerapan sistem pertanian padi sehat adalah sarana pemasaran dengan persentase sebesar 40 persen, kebutuhan akan penyediaan alsintan sebesar 33 persen dan kebutuhan akan sarana irigasi sebesar 27 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan sumberdaya petani menjadi kebutuhan yang paling dirasakan.

Sama halnya seperti pada petani lapisan menengah, petani lapisan bawah dengan persentase sebesar 100 persen membutuhkan peningkatan sarana atau wadah dalam meningkatkan sumberdaya petani termasuk dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan budidaya padi. Selain itu, sebesar 70 persen petani lapisan bawah juga membutuhkan sarana pemasaran yang baik, diikuti kemudian dengan kebutuhan akan sarana irigasi yang mencapai persentase sebesar 30 persen dan kebutuhan akan jasa alsintan sebanyak 10 persen. Kebutuhan ini pada dasarnya merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi secara bersama karena satu sama lainnya dapat menunjang kegiatan pertanian.

(4)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan antara petani lapisan atas dengan lapisan menengah dan bawah. Pada petani lapisan atas, kebutuhan akan sarana pemasaran mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan lain seperti peningkatan sumberdaya petani, kebutuhan akan sarana irigasi maupun penyediaan jasa alsintan. Dalam hal ini petani lapisan atas lebih berorientasi pasar, dimana pertimbangan pemasaran menjadi penting bagi mereka karena akan menentukan penjualan hasil produksi. Petani lapisan atas khawatir jika tidak ada pasar yang dapat menampung hasil panen mereka.

Sementara itu, pada petani lapisan menengah dan bawah kebutuhan akan peningkatan sumberdaya petani mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Berbeda dengan petani lapisan atas yang cenderung telah akses terhadap informasi mengenai praktek budidaya sistem pertanian padi sehat, petani lapisan menengah dan bawah masih membutuhkan informasi mengenai pertanian padi sehat itu sendiri yang diikuti oleh peningkatan keterampilan dalam kegiatan budidaya sesuai dengan metode dan pendekatan yang tepat.

7.2. Perubahan Bentuk Organisasi

Tingginya penerapan sistem pertanian padi sehat berhubungan dengan banyaknya kegiatan dan kebutuhan baru yang dirasakan. Sehubungan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh para petani dalam aktivitas penerapan sistem pertanian padi sehat, maka dalam hal ini sejumlah perubahan-perubahan telah dilakukan oleh pengurus Gapoktan dan Koperasi Kelompok Tani guna memenuhi kebutuhan para petani. Sejak lepas dari program LPS Dompet Dhuafa yang sebelumnya telah memberikan bantuan dalam hal jaminan pemasaran, kini Gapoktan “Silih Asih” mulai bekerja sendiri dalam mengatur rumah tangganya. Terdapat beberapa perubahan bentuk organisasi yaitu munculnya instrumen-instrumen (divisi atau unit kerja) baru yang terbentuk sesuai dengan kebutuhan petani.

Sedikitnya ada empat instrumen baru yang terbentuk dengan spesialisasi kerja masing-masing guna menindaklanjuti dan memenuhi kebutuhan petani (Gambar 7). Pertama, Koperasi Kelompok Tani (KKT) yang mengatur hubungan

(5)

pemasaran. Dalam KKT inilah bargaining position petani mulai ditingkatkan melalui sikap petani terhadap harga beras organik di pasaran.

Gambar 7 Bagan Alir Terbentuknya Kerjasama dan Munculnya Instrumen (Unit Kerja) Baru dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat

Guna menjawab kebutuhan petani akan jaminan pasar yang mampu menampung gabah dari petani, maka dibentuklah koperasi. Dalam hal ini koperasi menjamin pembelian gabah langsung dari petani. Keberadaan koperasi ini sekaligus menghilangkan peran tengkulak yang selama ini cukup meresahkan petani. Koperasi menjamin pembelian gabah dengan harga yang cukup tinggi dari

Yayasan Dompet Dhuafa Dinas Pertanian dan Kehutanan BP4K Lembaga Pertanian Sehat UPT BP3K Manajer Lumbung Tani Sehat Petugas Pertanian Kecamatan Penyuluh Pertanian Lapang Petani (Gapoktan) Koperasi Kelompok Tani (KKT) “Lisung Kiwari” Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swakarsa (P4S) Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Perkumpulan Petani-Pemakai Air (P3A) Mitra Cai

(6)

yang ditawarkan tengkulak. Jaminan kesediaan koperasi untuk membeli gabah ini dirasakan telah memenuhi kebutuhan petani akan sarana pemasaran. Sehingga petani cukup fokus dalam melakukan produksi tanpa takut hasil panennya tidak ada yang membeli. Dibentuknya koperasi ini cukup memenuhi kebutuhan petani seperti penjelasan Bapak Mj berikut ini:

“Adanya koperasi sangat membantu sekali. Koperasi membeli gabah dari petani. Jadi kita bisa fokus, tenang dan mau nanem padi sehat tanpa takut ga ada yang mau beli gabah. Harganya lumayan lebih tinggi sedikit dibanding tengkulak. Selain itu kita bisa pinjam modal dulu. Sistemnya yarnen, dibayar panen.” (Bapak Mj, 50

tahun).

Kedua, Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swakarsa (P4S), lebih

menitikberatkan pada peningkatan sumberdaya petani dan introduksi sistem-sistem baru dalam pertanian padi sehat mulai dari on-farm hingga off-farm. P4S juga berperan dalam upaya merubah dan mengarahkan paradigma petani untuk tidak sekedar cangkul-tanam-panen, tetapi lebih dari itu menanam padi sehat dengan memperhatikan atau menyesuaikan keinginan pasar agar hasil panen tetap diminati dan tidak kehilangan pembeli. Upaya peningkatan sumberdaya petani melalui P4S ini dilakukan dengan berbagai kegiatan. Gapoktan “Silih Asih” seringkali menjadi rujukan lokasi bagi dinas pertanian setempat dalam mengadakan pelatihan-pelatihan maupun pembinaan mengenai pertanian sehat bagi petani maupun Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) sehingga dengan banyaknya kegiatan tersebut sekaligus dimanfaatkan sebagai wadah pertukaran informasi dan pengetahuan antar para petani, petugas dari dinas pertanian setempat maupun PPL yang bertugas. Dibentuknya P4S ini nampaknya cukup memenuhi kebutuhan petani khususnya dalam upaya peningkatan sumberdaya petani, seperti yang dijelaskan Bapak Sp berikut ini:

“Alhamdulillah, banyak acara riungan gitu. Sering banget kedatangan tamu. Asal kita nya mau datang aja. Bapak lumayan Sering ikut riungan kalau ada di rumah. Lumayan neng kerasa jadi nambah-nambah pengetahuan, informasi, yang tadinya ga tau jadi tau. Nanti dipraktekkin kalo udah tau mah. Oh misalnya mupuk tu yang baik gini, oh pertumbuhan

(7)

padi tuh seperti ini, jadi banyak tau lah alhamdulillah.”

(Bapak Sp, 50 tahun).

Ketiga, Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) adalah unit atau bagian yang

mengurus kegiatan budidaya tanaman padi hingga processing. UPJA menyediakan alat dan mesin pertanian yang dapat digunakan petani dengan cara menyewa. Keempat, Perkumpulan Petani-Pemakai Air (P3A) yang khusus menyediakan sarana irigasi. Sarana irigasi dapat dimanfaatkan petani dengan ketentuan membayar biaya perawatan kepada orang (petani) yang diberi tugas dan tanggungjawab mengurus irigasi. Keempat unit atau bagian ini dibentuk agar dapat menjaga kontinuitas dan ketersediaan produk beras sehat sehingga dapat terus memenuhi permintaan konsumen. Dengan berjalannya kelembagaan yang ada dimaksudkan untuk merubah brand image petani konvensional menjadi petani berwawasan agribisnis agar dapat berdiri sejajar dengan pelaku bisnis lainnya.

Penataan kelembagaan dengan pembenahan pada bentuk organisasi ini diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan para petani sehubungan dengan penerapan sistem pertanian padi sehat. Selain keempat instrumen (unit kerja) yang dibentuk terdapat pula instrumen lainnya yaitu Manajer Pengendali Mutu (MPM) yang berperan dalam quality control agar dapat menumbuhkan kepercayaan publik melalui pengaturan atau penerapan standarisasi mutu produk.

Selain itu dilengkapi pula dengan adanya Standart Operating Procedure (SOP) yang dapat digunakan petani sebagai standar baku pelaksanaan pertanian padi sehat. SOP sendiri disusun berdasarkan hasil pengalaman budidaya padi yang dialami sendiri oleh masing-masing petani, kemudian dalam riungan atau diskusi pengalaman ini dikemukakan, didiskusikan dan diolah bersama dengan petani lainnya yang bertujuan agar mendapatkan tanggapan dari para petani lainnya. Hasil akhir berupa kesimpulan dari hasil diskusi pengalaman terbaik petani dalam praktek budidaya padi sehat dikomunikasikan dan disusun secara tertulis untuk selanjutnya diterapkan pada masing-masing lahan petani.

Namun SOP ini pada akhirnya dapat diimprovisasi sesuai kebutuhan petani pada lahannya masing-masing. Disamping itu terdapat pula kartu kendali petani yang melengkapi data kelembagaan pertanian. Beberapa perubahan ini muncul sebagai hasil penyesuaian petani terhadap kebutuhannya. Aspek lain yang ikut

(8)

berubah seiring dengan diterapkannya pertanian padi sehat ini adalah perubahan pada rantai pasar. Peran koperasi dalam hal ini menghapus peran tengkulak dengan memutus aliran rantai pasar sampainya beras sehat ke tangan konsumen, seperti yang ditampilkan pada Gambar 8.

Pada pertanian konvensional aliran pasar yang terjadi adalah sebagai berikut: gabah dari petani akan diteruskan ke tengkulak atau pengepul desa, selanjutnya ke tengkulak atau pengepul di tingkat kecamatan. Setelah itu akan melewati pedagang besar, pedagang eceran hingga akhirnya sampai ke konsumen. Aliran pasar seperti itu, dengan banyak tahapan baik dari petani ke tengkulak atau

Pertanian Konvensional Sistem Pertanian Padi Sehat

koperasi biaya+profit petani pengepul desa pengepul kecamatan pedagang besar konsumen pedagang kecil

(9)

pengepul maupun ke pedagang memerlukan biaya dan tiap-tiap pihak juga mengambil keuntungan.

Sementara itu pada sistem pertanian padi sehat, keberadaan koperasi berperan dalam memutus rantai pasar dengan menghilangkan peran tengkulak. Gabah dari petani langsung dijual ke koperasi untuk selanjutnya dilakukan pengolahan hasil dan dipasarkan langsung di koperasi maupun di agen-agen kecil yang disalurkan oleh distributor. Produk beras sehat dari petani dapat langsung sampai ke tangan konsumen tanpa melalui pengepul sehingga menghilangkan biaya-biaya, pembagian keuntungan dapat lebih proporsional dan dapat kembali ke petani.

Dapat disimpulkan bahwa tingginya penerapan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy ini telah membawa perubahan pada bentuk organisasi dengan bertambahnya instrumen atau unit kerja baru yang dibentuk sesuai dengan perkembangan kebutuhan petani. Dilengkapi pula dengan dibentuknya MPM dan data kelengkapan lainnya seperti kartu kendali petani sebagai upaya meningkatkan kualitas penerapan budidaya pertanian padi sehat. Hal ini sejalan dengan pandangan Rahardjo (1999) yang menyatakan bahwa apabila dalam masyarakat muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas dan beragam, maka lembaga-lembaga lama menjadi kurang berfungsi. Sebagai konsekuensinya, lembaga-lembaga baru yang instrumental bagi pemenuhan kebutuhan baru itu semakin dituntut keberadaannya.

The Righ Man on The Right Place menjadi konsep yang dipegang oleh

Ketua Gapoktan dalam melakukan pembenahan atau perubahan organisasi. Ketua Gapoktan menjelaskan bahwa masing-masing aktor dioptimalkan untuk bertanggungjawab pada unit kerjanya dan haruslah orang yang tepat atau memiliki kemampuan di bidangnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Cahayani (2003) yang menyatakan bahwa perubahan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan organisasi, meningkatkan kepuasan kerja dan penyesuaian dengan keadaan lingkungan. Dalam hal ini perubahan organisasi yang dilakukan dengan pembentukan unit kerja baru oleh Gapoktan “Silih Asih” adalah sebagai upaya memenuhi kebutuhan petani, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja Gapoktan.

Gambar

Gambar 6 Persentase Kebutuhan yang Dirasakan Petani Lapisan Atas, Menengah  dan Bawah dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat
Gambar 7 Bagan Alir Terbentuknya Kerjasama dan Munculnya Instrumen (Unit  Kerja) Baru dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat
Gambar 8 Rantai Pasar pada Pertanian Konvensional dan Padi Sehat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana disajikan pada tabel 2 di bawah ini, dapat diketahui Mutu Pelayanan dari 14 unsur layanan BPPT Provinsi Jawa Barat

“ Selain peran orang tua dirumah sebagai pembentuk karakter anak, peran guru disekolah juga sangat penting, karena guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah ayah

Di dalam Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013- 2018, Skema Indikator Kinerja sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 2.1 tersebut di atas telah

Pada awal berdirinya Pegadaian pada tahun 1746 produk utama dari Pegadaian adalah penyaluran kredit dengan sistem gadai, karena latar belakang berdirinya Pegadaian hanya

92 Kekuasaan MRP seperti yang dimuat di Undang-undang adalah: Memberikan pertimbangan dan persetujuan atas calon Gubernur dan wakil Gubernur yang diajukan oleh DPRP; Memberikan

menggambarkan tentang latar tempat di Masjid Pesantren Al Furqan. Saat azan berkumandang, Syamsul keluar dari kamar tempat ia istirahat. Ia ingin merasakan shalat berjamaah. Masjid

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa kelas X-Sos I SMAN 2 Kudus yang memiliki percaya diri rendah.Permasalahan tersebut disebabkan karena banyak siswa yang

Selain itu ada beberapa tujuan yang bisa diharapkan dari permainan ini, yaitu: (1) tujuan utama yaitu membentuk anak didik secara menyeluruh baik jasmani, rohani maupun sosial,