• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK GIRILAYU KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN A. Sekilas Tentang Batik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK GIRILAYU KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN A. Sekilas Tentang Batik"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

41

A. Sekilas Tentang Batik

Batik (atau kata batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini1.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keratin Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu

1

Dwi Prasetyo, Pembuatan Batik Tulis, (Surakarta: Deriko, 2008), hlm. 1.

(2)

memakai batik pada Konferensi PBB. Batik Tulis adalah karya seni batik kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan dengan alat canting dengan cara dituliskan atau digambarkan dengan malam atau lilin diatas kain. Membatik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sangat tinggi nilainya. Karena dalam proses pembuatannya membutuhkan suatu konsentrasi yang tinggi dan waktu serta proses yang panjang. Batik tulis biasanya ditulis di atas kain putih (mori) dengan menggunakan canting untuk menggambarkan motif atau corak batik dengan malam, sehingga lilin (malam) meresap kedalam serat kain. kain yang telah dilukis dicelup pada larutan warna sesuai dengan keinginan.2

Seni batik lahir dari konsepsi estetika Jawa adiluhung yang berarti indah dan tinggi. Seni kerajinan batik di Indonesia berkaitan erat dengan tradisi sosial yang berlaku di dalam suatu lingkungan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari penyajian bentuk coraknya dan oleh karena itulah perkembangan batik senantiasa sejalan dengan pendukungnya. Rancangan dan motif yang diciptakan oleh seniman batik didapat dari ilham yang tidak lepas dari kehidupan keagamaan, kebudayaan bangsa pada umumnya, serta dari keadaan alam Indonesia. Sehingga sampai dewasa inipun batik dirasakan sebagai kebanggan tradisi mempunyai unsur-unsur dalam bentuk proporsi, warna serta garis yang diekspresikan dalam bentuk motif, pola dan ornamen yang penuh dengan makna simbolis, magis, dan perlambangan.3

Setiap penciptaan motif batik klasik pada mulanya selalu diciptakan

2

ibid, hlm. 2.

3

Yayasan Harapan Kita, Indonesia Indah Batik 8, (Jakarta: BP 3 TMII.1998), hlm. 7.

(3)

dengan makna simbolisme dalam falsafah Jawa. Maksud dari usaha penciptaan pada jaman itu agar memberi kesejahteraan, ketenteraman, kewibawaan dan kemuliaan serta memberi tanda status sosial bagi si pemakai dalam masyarakat. Motif batik tidak dibuat secara sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan yang ketat. Hal ini dapat dipahami karena pembuatan batik yang sering dihubungkan dengan mitologi, harapan-harapan, penanda gender, status sosial, anggota klan, bahkan dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Motif batik Jawa mempunyai hubungan dengan status sosial, kepercayaan, dan harapan bagi si pemakai.4

Tradisi membatik yang ada di Girilayu terjadi secara turun temurun dari keluarga. Sejak Kecil anak-anak di Girilayu sudah dikenalkan dengan aktivitas membatik baik mulai dari tahap hanya melihat sampai ikut terlibat dalam proses pembuatan. Mayoritas perempuan-perempuan di Girilayu melakukan aktivitas membatik sebagai penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Wilayah Girilayu terkenal dengan batik tulis dengan kualitas yang halus, walaupun Girilayu belum memiliki ciri motif sendiri. Batik-batik yang dihasilkan di Girilayu dilihat dari motifnya adalah motif-motif pakem, namun perkembangannya sudah mulai menggarap batik dengan motif diluar pakem yang ada.5

4

Djoko Dwiyanto & DS Nugrahani. 2000. Perubahan Konsep Gender Dalam Seni Batik Tradisional Pedalaman dan Pesisiran. (Yogyakarta: Pusat Studi Wanita UGM, 2001), Hlm, 3

5

(4)

B. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2009 – 2013 1. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2009

Desa Girilayu sebagai salah satu desa yang menghasilkan produk batik tulis yang secara kualitas tergolong bagus. Batik yang dihasilkan di wilayah Desa Girilayu adalah batik halus yang memiliki kualitas tinggi karena melalui penchanthingan oleh pengrajin yang telkah turun temurun mengerjakan batik. Motif batik yang berada di sentra pembatikan Girilayu banyak sekali. Motif-motif yang dihasilkan oleh pembatik Girilayu sebagian besar mendapat pengaruh langsung dari motif batik Surakarta. Tahun 2009 pengrajin batik mengerjakan batik sebagian besar adalah pesanan dari wilayah lain, terbesar adalah pesanan dari masyarakat wilayah Surakarta.

Kualitas yang bagus dari para pengrajin batik di Desa Girilayu menghasilkan daya tarik kuat bagi masyarakat diluar wilayah Desa Girilayu untuk menchanthingkan batiknya kepada pengrajin batik di Desa Girilayu. Beberapa perusahaan-perusahaan batik besar di Surakarta bekerjasama dengan para pengrajin batik di Desa Girilayu untuk menchanthingkan batiknya untuk dijual kembali. Harga yang di pathok oleh pengrajin batik di Desa Girilayu adalah berdasarkan tingkat kerumitan desain dan teknik pembatikan. Pekerjaan membatik merupakan pekerjaan sampingan bagi masyarakat Desa Girilayu, sehingga proses pembatikan memerlukan waktu agak lama, sekitar dua minggu sampai dengan satu bulan.6

6

(5)

a. Tenaga Kerja

Pengrajin batik di Girilayu mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang mencari tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan membatik. Kebutuhan sehari-hari untuk kebutuhan konsumsi makanan harian diperoleh dengan membuat batik–batik pesanan dari pengusaha batik diluar Girilayu. Selain ibu-ibu rumah tangga juga warga yang masih bersekolah baik masih SMP maupun SMA juga ikut mengerjakan batik untuk pemasukan tambahan diluar dari pemberian orang tuanya. Dapat dikatakan bahwa tenaga membatik di Girilayu mayoritas adalah perempuan.7

Pekerjaan sebagai pembatik di Girilayu sebagian besar belum menjadi pekerjaan yang utama bagi masyarakat di Girilayu. Membatik hanya sebagai usaha sambilan, sedangkan pekerjaan pokok mereka adalah bertani. Perempuan sebagai ibu rumah tangga mencari pemasukan tambahan dari membatik sedangkan pria sebagai kepala rumah tangga bekerja diluar kegiatan membatik. Mayoritas bapak-bapak di Girilayu tidak terlibat dalam aktivitas membatik secara langsung, mayoritas mereka berusaha sebagai petani, baik petani pemilik maupun penggarap sawah. Ketika hasil pertanian mereka kurang maksimal, kebutuhan mereka sudah terpenuhi dari upah tambahan dari membatik. Sedangkan ketika panenan mereka mengalami panen raya, uang hasil dari pertanian dapat ditabung tanpa dikurangi untuk keperluan sehari-hari mereka, sehingga membatik merupakan kegiatan yang mendorong kesejahteraan di Girilayu.8

7

Wawancara dengan Waliyah pada tanggal 17 Februari 2015

8

(6)

Pada dasarnya industri rumah tangga yang tradisional adalah serupa dengan pertanian tradisional yaitu sangat padat karya, naik turun kegiatannya menurut musim-musim tertentu, pada dasarnya lemah dan tidak dinamis organisasinya serta tingkat operasinya yang sangat kecil. Industri seperti ini biasanya dipandang sebagai kerja sambilan disamping bercocok tanam. Industri rumah tangga dipandang sebagai kegiatan selingan yang menghasilkan uang agar memberikan pendapatan yang lebih baik sepanjang tahun.9

Berdasarkan usia pembatik di Girilayu sangat bervariatif, hal ini disebabkan tidak ada aturan tentang usia sebagai pertimbangan boleh tidaknya melakukan aktivitas membatik. Namun kebanyakan tenaga kerja pembatik utama di Girilayu adalah ibu-ibu rumah tangga. Remaja yang usianya belum menikah atau masih sekolah, membatik hanya untuk mengisi kesibukan diluar aktivitas sekolah. Tenaga kerja yang sudah ahli membatik biasanya menggarap motif-motif batik yang pakem dengan tingkat kerumitan yang lebih. Sedangkan untuk motif-motif batik dengan motif-motif yang tidak begitu rumit di kerjakan oleh pembatik-pembatik yang usianya masih remaja. Hal tersebut dikarenakan pembatik-pembatik yang sudah lama dirasa lebih sabar dan telaten menggarap motif yang rumit jika dibandingkan pembatik yang masih usia remaja.10

Tenaga kerja membatik di Girilayu memperoleh ketrampilan membatik sebagian besar adalah karena warisan ketrampilan yang sudah diajarkan keluarganya secara turun temurun. Ketrampilan membatik sudah dimiliki oleh

9

Clifford Geertz Penjaja dan Raja, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), hlm. 70.

10

(7)

anak-anak di Desa Girilayu karena sejak kecil mereka sudah diajari cara membatik. Orang tua mereka meyakini bahwa kemampuan membatik bagi warga Girilayu khususnya kaum perempuan dapat menjadi bekal untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk membantu pemasukan dari suami. Namun dari tahun 2009 terjadi penurunan minat membatik remaja-remaja di Girilayu. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, generasi muda di Girilayu khusunya kaum perempuan sangat antusias menggeluti ketrampilan membatik. Hal tersebut terjadi seiring dengan pergeseran pola pikir generasi-generasi muda di Girilayu yang lebih berminat untuk pergi merantau.11

b. Alat

Dalam pembatikan dibutuhkan beberapa bahan dan alat untuk membatik, diantaranya :

1. Malam (khusus untuk membatik)

Malam merupakan bahan untuk membuat pola pada kain batik. Malam biasanya terbuat dari bahan wax resist (lilin). Kadang pula terdapat campuran dari bahan BPM (Paraffin/Kendal), yang merupakan sisa/ampas dari pembuatan minyak goring, Gondorukem (getah pohon pinus) dan Damar (getah dari pohon meranti).

2. Soda ash

Soda ash merupakan bahan kimia yang berfungsi sebagai penguat warna pada batik dan untuk menghindari kelunturan.

3. Pewarna kain

11

(8)

Bahan pewarna yang digunakan dalam pembuatan batik biasanya memakai Napthol, Indigosol, atau Remasol yang berupa serbuk. Cara pemakainannya biasa dengan dulitan/kuas atau juga dengan celupan.

4. Kain

Kain yang digunakan untuk membatik biasanya adalah kain yang terbuat dari bahan dasar kapas atau yang biasanya disebut sebagai kain mori. Dewasa ini batik biasa juga dibuat dari atas kain sutra, polyester, rayon dan bahan sintetis lain.

5. Canting

Canting merupakan sebuah alat untuk membatik, terbuat dari bambu/kayu, berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut. Canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen. Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, untuk membuat motif atau corak pada kain batik. Canting ada beberapa ukuran seperti halnya ukuran pensil. Untuk canting ukurannya 1, 2, 3 atau biasa disebut cecekan untuk isen-isen motif, klowongan untuk garis motif (contour), dan tembokan untuk ngeblok.

6. Wajan (Khusus membatik)

Biasanya wajan untuk membatik ini terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang mudah menyerap panas. Fungsi dari wajan ini adalah tempat untuk memanaskan „malam‟ atau lilin yang digunakan untuk membatik. 7. Kompor

(9)

Kompor ini digunakan untuk memanaskan wajan sebagai tempat pemanasan lilin atau malam. 12

Bahan dan alat yang digunakan oleh pembatik-pembatik yang ada di Girilayu tidak semuanya dipenuhi sendiri. Bahan seperti kain dan malam kebanyakan sudah disetor dari pihak pemesan batik. Pemesan batik sudah mengetahui kalau mereka akan menggarapkan pesanan batiknya ke pembatik di Girilayu biasanya juga membawa malam dan kain batik sendiri. Hal tersebut terjadi karena biasanya pihak pemesan sudah menjadi langganan tetap sehingga mereka mau menyiapkan malam untuk kepentingan mereka juga. Canting dan wajan merupakan alat baku untuk membatik. Pembatik di Desa Girilayu sudah memilikinya sejak dulu, karena membatik adalah kegiatan yang terjadi secara turun temurun, sehingga alat-alat pokok membatik sudah mereka miliki sejak lama. Namun ketika aslat-alat tersebut sudah rusak atau tidak layak digunakan lagi maka mereka membeli sendiri.13

Sejak tahun 2009 masyarakat pembatik di Desa Girilayu tidak banyak yang memproses batikan sampai tahap pewarnaan, kebanyakan sampai tahap menchanting saja. Bahan-bahan dalam proses pewarnaan dilakukan sendiri oleh pihak pemesan, dan biasanya pemesan batik di Girilayu adalah perusahaan-perusahaan batik. namun ada juga pembatik yang mereka membuat sampai tahap pewarnaan, dan kebanyakan batik tersebut akan dijual oleh pembatik itu sendiri. Kompor yang digunakan untuk membatik sejak tahun 2009 mayoritas menggunakan kompor gas tabung 3 kg. Sebelumnya mereka menggunakan

12

ibid, hlm 4.

13

(10)

kompor minyak tanah, namun setelah harga minyak tanah mahal, mereka beralih menggunakan kompor gas yang dikecilkan nyala apinya. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi biaya pengeluaran dalam membatik.14

c. Motif

Pembatik di Desa Girilayu dalam membuat batik dimulai dengan aktivitas membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dibuat di Desa Girilayu dapat dibagi menjadi dua, yaitu : batik klasik, yang banyak bermain dengan symbol-simbol, dan batik pesisiran dengan cirri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Dalam membuat desain atau motif ini menggunakan pensil. Motif batik yang dibuat di Desa Girilayu tidak bersifat pekem. Pemesan batik biasanya sudah membawa contoh pola batik sendiri sesuai keinginan mereka sendiri. Biasanya pemesan membawa gambar berupa foto atau mengambil contoh dari buku-buku. Girilayu sendiri sampai tahun 2009 belum memiliki ciri khusus dalam hal motif batik. 15

Motif batik yang dibuat di Desa Girilayu ada juga yang berwujud motif pakem, seperti motif mega mendung, truntum, kawung, parang, wahyu tumurun, sidomukti dan sebagainya. Ditinjau dari segi motifnya ada dua jenis batik, yaitu batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional adalah jenis batik yang motif dan gayanya terikat pada suatu aturan dan isen-isen tertentu, seperti motif

14

Wawancara dengan Lasmini pada tanggal 18 Februari 2015.

15

(11)

sidomukti, sidoluhur, parang rusak, dan sebagainya. Batik modern adalah semua jenis batik yang telah menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi tersebut.16

Untuk mengetahui motif-motif batik yang biasanya dibuat di Desa Girilayu dapat dilihat dalam gambar 1-6.

Gambar 1. Motif Batik Kawung

Sumber:www. motif+batik+kawung&oq=motif+batik+kawung

Batik kawung merupakan salah satu jenis batik tradisional Jawa. Motifnya yang sangat sederhana, yang berupa lingkaran-lingkaran putih diatas warna dasar coklat tua mencerminkan kesederhanaan.17 Motif batik kawung memiliki pola bulatan yang mirip dengan buah kawung (sejenis buah kelapa atau sering juga disebut sebagai buah kolang-kaling) yang tertata rapi secara geometris.

16

Susanto SK., Batik Modern, (Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, 1975). hlm. 73.

(12)

Dalam bentuk lain, motif batik kawung ini juga direpresentasikan sebagai gambar bunga teratai dengan empat helai daun bunga yang sedang merekah.18

Motif batik kawung biasanya membutuhkan waktu produksi tidak terlalu lama. Motif batik Kawung jika dilihat dari sisi desain, tergolong batik dengan desain yang tidak begitu rumit sehingga waktu dalam mencantingpun tidak terlalu lama. Biasanya rata-rata pembatik di Desa Girilayu mencanting batik dengan motif kawung memerlukan waktu lima sampai tujuh hari. Sedangkan untuk motif dengan desain yang rumit membutuhkan waktu sampai dengan satu bulan.19

Gambar 2. Motif Batik Sidomukti

Sumber : www. motif+batik+sidomukti&oq=motif+batik+sidomukti

Motif Sidomukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadi

18

www.batik tulis.com/blok/macam-macam motif batik. diakses pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 13.30 WIB.

19

(13)

dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan untuk kedua mempelai.20Motif batik Sido Mukti merupakan motif batik yang dibuat berasal dari pewarna soga alam. Seringkali digunakan untuk busana pengantin dalam upacara pernikahan. Unsur motif batik Sidomukti yang terkandung didalamnya yaitu motif garda. Motif yang memiliki awalan sido merupakan jenis motif yang banyak digunakan oleh para pengrajin batik. Kata “sido” itu sendiri memiliki arti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, jenis batik yang memiliki awalan sido mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa terlaksana. Salah satunya adalah batik sidomukti yang memiliki harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.21

Gambar 3. Batik Mega Mendung

Sumber : www. motif+batik+mega mendung&oq=motif+batik+mega mendung Hampir di Seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas, tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. Tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah dibanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah Cirebon terdapat

20Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 19.

21www.batik tulis.com/blok/macam-macam motif batik. diakses pada

(14)

pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negeri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putrid Cina bernama Ong Tie. Istri belia ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri Cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.

Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera Cina. Motif mega mendung melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini di dominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.22

Gambar 4

Motif Batik Wahyu Tumurun

Sumber : www. motif+batik+wahyu tumurun&oq=motif+batik+wahyu tumurun

(15)

Batik dengan motif wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang mendalam. Kita dapat mengenali motif ini dengan mudah dari kekhususan polanya. Pola mahkota terbang tampak lebih menonjol dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, ada yang membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasai motif bunga yang bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi dalam motif utama wahyu tumurun.

Batik wahyu tumurun sudah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah Jogjakarta kemudian menyebar ke berbagai daerah. Dimasing-masing daerah inilah motif wahyu tumurun mengalami perkembangan variasi motif. Di Jogjakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung merak dianggap sebagai symbol lokal Jogjakarta yang menunjukkan asal motif batik. Sedangkan di Solo penggantian burung merak dengan burung phoenix ini dikarenakan adanya pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.

Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan. Filosofinya menggambarkan penghargaan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkat, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Sedangkan dalam hal khusus seperti

(16)

pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir datin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya. Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.23

Gambar 5 Motif Batik Truntum

Sumber : www. motif+batik+truntum&oq=motif+batik+truntum

Motif batik truntum merupakan symbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar Ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang dilangit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali.

23fitinline.com/article/read/keunikan- makna- filosofi- batik- klasik-

(17)

Berkat motif ini cinta Raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.24

Motif truntum bermakna cinta yang tumbuh kembali. Motif batik truntum sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.25

Gambar 6. Motif Batik Parang

Sumber : www. motif+batik+parang&oq=motif+batik+parang

Batik parang pertama kali digunakan secara ekslusif oleh bangsawan di Jawa Tengah. Batik ini mempunyai beberapa bentuk yang mengandung arti

24Dwi Prasetyo, op cit, hlm, 20.

25id.m.wikipedia.org/ wiki/ batik_truntum diakses pada tanggal 5 Maret

(18)

tersendiri. Seperti “batuan kasar”, “pola pisau”, atau daun patah”. Desain batik parang terdiri dari garis miring tipis yang bersegmen seperti pisau tersusun dalam ikatan paralel secara diagonal. Batik parang biasanya diselingi dengan ikatan yang lebih sempit dengan warna kontras yang lebih gelap yang berisi bagian motif yang lain seperti garis memanjang yang disebut dengan mlinjon.26

Batik parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S jalin menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keratin Mataram Kartasura (Solo). Batik parang mempunyai makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua. Batik parang ini memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tidak pernah berhenti bergerak.

Batik parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga. Batik parang bahkan menggambarkan kain yang belum rusak, baik dalam arti memperbaiki diri, kesejahteraan upaya mereka, serta bentuk hubungan dimana batik parang dimasa lalu adalah hadiah yang mulia untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, pola berisi dewan orang tua untuk

(19)

melanjutkan perjuangan parang dilanjutkan. Garis diagonal lurus melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan dan kontinuitas antara pekerja dengan pekerja lain. Batik parang biasanya digunakan untuk acara pembukaan, misalnya Senopati yang ingin pergi berperang agar pulang membawa kemenangan.27 Berbagai motif sudah banyak dibuat oleh Banyak pembatik di Desa Girilayu. Namun belum ada motif batik yang menunjukkan ciri dari batik Girilayu.28

d. Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain.29

Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan

27 id.m.wikipedia.org/ wiki/ batik_parang diakses pada tanggal 5 Maret

2015 Jam 02.00 WIB.

28Wawancara dengan Kalimatu sadiyah pada tanggal 18 Februari 2015. 29

Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol), (Jakarta: Prenhallindo, 1997), hlm, 5.

(20)

pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar.30

Hasil produksi batik di Girilayu sebagian besar adalah pesanan dari pengusaha batik di luar wilayah Girilayu. Batik-batik yang sudah jadi tidak perlu dipasarkan sendiri sehingga masyarakat pembatik di Girilayu lebih fokus dalam hal produksi batik. Pembatik di Girilayu tidak mengurusi dalam hal promosi, menetapkan harga, dan distribusi atas produk batik yang mereka hasilkan. Produk batik yang dihasilkan oleh pembatik digirilayu masih sebatas sampai proses pencantingan saja. Pemasaran hasil dari membatik tidak lagi diurusi oleh pembatik Girilayu. Batik yang sudah jadi biasanya diambil sendiri oleh pihak pemesan batik. Namun terkadang adapula dari pihak pemesan ingin agar batik-batik yang sudah jadi dikirim langsung kepada pihak pemesan. Dalam proses distribusi hasil batik, masyarakat pembatik di Desa Girilayu tidak banyak ikut mengurusinya. Pihak pemesan sudah mengatur semua keperluan setelah proses pencantingan dari para pembatik selesai. 31

Dalam hal promosi terkait dengan hasil batik masyarakat di Desa Girilayu, tidak banyak ikut berperan. Promosi batik atas hasil batikan masyarakat Girilayu masih sangat terbatas. Masyarakat umumnya tidak banyak mengetahui

30

id.m.wikipedia.org/wiki/pemasaran. diakses pada tanggal 8 Maret 2015 jam 03.00 WIB.

31

(21)

batik-batik hasil cantingan dari Desa Girilayu. Batik-batik yang dibuat oleh masyarakat Desa Girilayu sebagian besar adalah pesanan dari pengusaha-pengusaha batik diluar wilayah Desa Girilayu. Sebagian besar batik hasil dari cantingan masyarakat Desa Girilayu, sedelah jadi dan siap dijual, tidak sedikit yang menjual dengan menempelkan merek dari pihak pemesan sehingga nama Desa Girilayu kurang banyak dikenal hasil batikannya oleh masyarakat umum di luar Girilayu. Masyarakat pengrajin batik di Desa Girilayu masih bersifat pasif dalam hal mempromosikan batik wilayah mereka sendiri. Pengrajin batik di Desa Girilayu hanyalah berfokus untuk membuat cantingan batik dan belum banyak yang mengusahakan untuk meningkatkan promosi atas hasil batikan mereka. 32

Pembatik di Desa Girilayu dalam memproses batik hanya sampai pada tahap setengah jadi, belum dapat membuat batik secara jadi seperti kampung batik laweyan di Solo. Hal tersebut terjadi karena masih rendahnya kualitas SDM dan terbatasnya modal usaha. Setelah UNESCO pada tahun 2008 mengesahkan batik sebagai warisan budaya Indonesia, batik kembali eksis dalam budaya Indonesia dan pasarannya semakin diminati masyarakat. Banyak upaya untuk mengembangkan indutri batik, tidak terkecuali di Girilayu. Banyaknya minat masyarakat mendorong pemerintah untuk mendongkrak ekonomi daerah dengan pengembangan kerajinan batik di Girilayu, sosialisasi dan bantuan banyak diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang terkenal sangat halus.

Perhatian pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap batik cukup tinggi. Hari Batik Nasional secara

32

(22)

resmi ditetapkan pemerintah mulai tanggal 2 Oktober 2009. Penetapan ini kemudian disusul dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 November 2009. Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari langkah United Nations Educational Scientific Cultural Organisation (UNESCO), Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi persoalan pendidikan dan kebudayaan, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpeaces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) milik Indonesia.

UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan symbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal, bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain batik. Pakaian dengan corak sehari-hari dipakai secara rutin dalam kegiatan sehari-hari bahkan dalam kegiatan bisnis dan akademis, sememtara itu berbagai corak tertentu lainnya dipakai dalam upacara pernikahan, kehamilan, juga dalam kesenian wayang, dan berbagai penampilan kesenian lainnya. Kain batik bahkan memainkan peran utama dalam ritual tertentu.

Proses pengukuhan batik Indonesia berjalan cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009. Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh UNESCO di paris pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009. Hingga akhisrnya pada Jum‟at, 2 Oktober 2009, dalam konferensi warisan budaya dunia di Abu Dhabi,

(23)

Uni Emirat Arab, 28 September-2 Oktober 2009, UNESCO mengeluarkan keputusan bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia. Sebelumnya sempat terjadi sengketa hak cipta antara Pemerintah Indonesia dengan Malaysia. Pengukuhan United Nations Educational scientific Cultural Organization (UNESCO) terhadap batik Indonesia ke dalam daftar Representatif Budaya tak benda warisan manusia merupakan pengukuhan internasional terhadap mata budaya Indonesia. Dengan adanya pengukuhan tersebut, citra positif dan martabat bangsa Indonesia akan meningkat di forum internasional serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia.33Pengukuhan dari UNESCO tentang batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia memiliki dampak meningkatnya permintaan pesanan batik di Desa Girilayu. Semakin meningkatnya popularitas batik tulis di lingkup Nasional maupun masyarakat Internasional mendongkrak permintaan batik di Desa Girilayu.34

e. Upah

Upah yang diperoleh oleh pengrajin batik di Girilayu sangat bervariatif tergantung dari kehalusan karya batikan dari pembatik tersebut. Selain dilihat dari hasilnya, besarnya upah dari membatik juga tergantung dari motif yang dibuat. Apabila motif yang dipesan memiliki tingkat kerumitan yang lebih dan membutuhkan waktu produksi yang agak lama, maka upah yang diperoleh pun semakin besar. Sedangkan motif batik dengan tingkat kerumitan sedang, upah

33

Eka Wahyu Hariyadi, Industri Batik di Desa Sidomukti Kabupaten Magetan Tahun 1960-2012, Skripsi, FSSR,2014, hlm, 65-66.

34

(24)

yang di dapat oleh pengrajin pun juga tidak besar. Namun untuk mengerjakan batik dengan motif rumit dengan motif biasa, pembatik di Girilayu lebih memilih menggarap motif yang biasa. Hal tersebut dipertimbangkan atas waktu yang dibutuhkan untuk membuat motif yang rumit butuh waktu agak lama, sedangkan motif biasa tidak terlalu lama sehingga bisa menyelesaikan hasil batikan lebih banyak.35

Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp. 350. 000,-. Untuk motif biasa waktu produksi yang dibutuhkan sekitar 5 sampai dengan 7 hari, sedangkan untuk motif rumit membutuhkan waktu 10 sampai dengan 30 hari waktu produksi. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi pengrajin batik untuk memilih-milih pesanan mereka dengan pertimbangan waktu produksi. Upah yang diperoleh dari membatik diberikan setelah batik tersebut selesai di canting. 36

Waktu dalam pemberian upah berbeda-beda sesuai dengan aturan yang dimiliki pihak pemesan. Biasanya ada yang memberikan DP terlebih dahulu, ada yang membayar ketika batik sudah di canting selesai adapula yang memberikan upah diawal dengan pertimbangan agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengrajin sehari-hari. Biasanya pemesan yang memberikan upah di awal pemesanan adalah pengusaha-pengusaha batik yang sudah menjadi

35Wawancara dengan Umi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015 36

(25)

langganan tetap cukup lama. Sehingga mereka menyadari dengan memberikan upah di awal dapat membantu kebutuhan sehari-hari pembatiknya.37

Dalam satu bulan biasanya pengrajin batik memperoleh uang sebesar Rp 600. 000,- sampai dengan Rp. 750 000,- tergantung dari kemampuan membatik pengrajin itu sendiri. Penghasilan per bulan dari membatik dirasakan banyak sekali manfaatnya, karena dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pemasukan dari usaha lain diluar aktivitas membatik dipakai untuk kebutuhan jangka panjang semisal untuk menguliahkan anak mereka, untuk membeli motor, untuk membangun rumah dan lain sebagainya. Upah dari membatik sangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Girilayu.38

2. Perkembangan Industri batik Girilayu tahun 2010 a. Tenaga Kerja

Tahun 2010 mengenai tenaga kerja pembatik di Girilayu tidak banyak mengalami perubahan. Mayoritas tenaga kerja yang mengerjakan batik adalah ibu-ibu rumah tangga yang mencari pekerjaan sampingan untuk tambahan pemasukan mereka. Tenaga kerja membatik di Girilayu berasal dari warga masyarakat Girilayu sendiri. Tenaga kerja membatik di Girilayu adalah mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di Girilayu. Mereka mengerjakan aktivitas membatik di dalam rumah mereka sendiri-sendiri. Setelah adanya ketetapan dari UNESCO mempengaruhi semangat dari pembatik di Girilayu. Meningkatnya penghargaan masyarakat luas terhadap batik tulis semakin menambah pemasukan dari pembatik di Girilayu. Batikan yang dihasilkannyanya pun semakin

37

Wawancara denganUmi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015

38

(26)

meningkat, tahun 2009 biasanya satu pengrajin menghasilkan batikan antara 4 sampai dengan 5 batik, setelah adanya peningkatan permintaan dari masyarakat luas, tahun 2010 dalam satu bulan pengrajin batik mampu menghasilkan 5 sampai 6 batik tulis dengan motif yang tidak terlalu rumit.39

Tenaga kerja membatik memperoleh kemampuan membatik berdasarkan atas apa yang sudah diajarkan oleh keluarga mereka sejak kecil. Kemampuan yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut di manfaatkan oleh pengrajin batik di Girilayu dalam meproduksi batik tulis. Belum ada pendidikan secara formal terkait dengan keterampilan dalam membatik dari para pengrajin batik di Girilayu. Pengetahuan dalam menghasilkan batik tulis yang diajarkan keluarga mereka sebagai patokan dalam membatik. Tenaga kerja membatik di Girilayu mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang sudah lama menghasilkan batik tulis. Ketrampilan membatik sudah dimiliki mereka sejak kecil. Batik yang dihasilkannya pun cenderung memiliki kualitas yang bagus.40

b. Alat

Peralatan yang digunakan untuk keperluan membatik pada tahun 2010 tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan taun 2009, peralatan yang dipakai untuk membatik oleh pengrajin batik Girilayu adalah alat-alat batik seperti umumnya yang dipakai oleh pengrajin batik di wilayah lain. Tidak ada peralatan khusus yang dipakai oleh pembatik di Girilayu. Hasil batikan adalah berdasarkan kreativitas dari pengrajin, dan tidak terlalu bergantung pada peralatan membatik yang modern seperti canting elektronik. Canting elektronik memang sudah

39

Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015

(27)

dikenal oleh pengrajin batik di Girilayu dari tahun 2009, namun tidak banyak yang menggunakan canting elektronik tersebut karena kurang terbiasa dan malah dianggap membuat kaku dalam proses mencanting. Faktor kebiasaan menjadi landasan utama terutama dalam hal penggunaan alat-alat membatik di Girilayu. Kemampuan membatik oleh pengrajin di Girilayu diperoleh secara turun-temurun, sehingga para pengrajin lebih cenderung menyukai menggunakan peralatan yang sudah diajarkan oleh keluarga mereka sejak dulu.41

c. Motif

Motif batik yang dikerjakan di Girilayu tidak mengalami perubahan karena motif-motif yang di buat adalah berdasarkan pesanan dari pihak pemesan. Biasanya motif-motif yang dipesan adalah motif-motif pakem yang sudah ada sejak dulu. Motif yang menunjukkan ciri dari batik Girilayu belum terlihat. Tahun 2010 tidak ada motif yang menunjukkan ciri khas dari batik Girilayu. Pihak pemesan yang membuat batik di Girilayu memberikan contoh batik berupa gambar, foto, bahkan berupa batik yang sudah jadi untuk di contoh dan dibuat ulang.42

d. Pemasaran

Pemasaran dari hasil batik Girilayu pada tahun 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Hasil dari membatik pengrajin di Girilayu dipasarkan oleh pengusaha-pengusaha batik di luar wilayah Girilayu berdasarkan atas pesanan mereka. Peran pengrajin dalam pemasaran tidak begitu terlihat, Pengrajin cenderung berfokus pada mencanting batik pesanan dari pelanggan-pelanggan

41Wawancara denganHartati pada tanggal 18 Februari 2015 42Wawancara denganEka pada tanggal 17 Februari 2015

(28)

mereka. Penjualan langsung yang dilakukan oleh pengrajin sendiri tidaklah begitu terlihat, sebagian besar hasil batik dipasarkan oleh pihak pemesan, misalnya Danar Hadi, Batik Semar dan perusahaan-perusaan batik di luar wilayah Girilayu.

Pemasaran yang di dominasi oleh pengusaha-pengusaha batik di luar Girilayu membawa keuntungan dan juga kerugian. Keuntungan yang diperoleh adalah setiap batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik di Girilayu langsung dapat terjual sehingga dapat langsung memperoleh hasil, sedangkan kerugiannya adalah harga batik yang diperoleh oleh para pengrajin batik atas hasil batikannya tidak dapat maksimal jika dibandingkan mereka melakukan pemasaran sendiri dan menjualnya sendiri. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak lama, sehingga sudah terbentuk kebiasaan bahwa dengan membatik saja sudah memperoleh penghasilan tanpa mau memikirkan sisi pemasaran atas batik yang dihasilkannya.43

e. Upah

Upah yang diperoleh oleh pengrajin batik di Girilayu sangat bervariatif sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah berdasarkan atas hasil dari batikan yang dihasilkan. Motif berpengaruh terhadap upah atau honor dari membatik. Upah yang diperoleh di tahun 2010 mengalami peningkatan, karena adanya peningkatan permintaan batik dari pengusaha-pengusaha batik yang biasanya memesan batik di Girilayu. Peningkatan tersebut cukup member keuntungan bagi pengrajin batik di Girilayu. Dengan semakin bertambahnya pesanan maka akan bertambah pula upah yang diperoleh setiap bulannya. Untuk besarnya upah dalam membatik tidak mengalami kenaikan, karena kenaikan upah

(29)

dalam membatik disesuaikan berdasarkan atas halus dan tidaknya hasil batikan yang dihasilkan. Ketika hasil dari batikan para pengrajin kualitasnya bagus, secara otomatis mereka akan menaikkan biaya upah membatik mereka, tentunya atas kesepakatan antara pengrajin dengan pihak pemesan. Tahun 2010 upah membatik sama besarnya dengan upah di tahun 2009. Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp. 350. 000,-. Namun di tahun 2010 upah yang dihasilkan oleh beberapa pembatik mengalami peningkatan karena naiknya jumlah pesanan batik. Tidak ada data tertulis yang menyebutkan jumlah pesanan batikan di Girilayu. Namun dengan adanya kenaikan permintaan dari pemesan memberi keuntungan yang lebih jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya. 44

3. Perkembangan Industri batik Girilayu tahun 2011 a. Tenaga Kerja

Tahun 2011 tenaga kerja membatik yang ada di wilayah Girilayu tidak banyak mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Tenaga kerja yang ada adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Girilayu. Aktivitas membatik menjadi kegiatan kerja sampingan untuk memberikan tambahan pemasukan kepada keluarganya. Tenaga kerja yang adal di Girilayu dilihat dari usianya sangatlah bervariatif, namun mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang membuat batik di rumahnya masing-masing. Tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar Girilayu, wilayah Girilayu yang sudah banyak tersedia tenaga kerja

(30)

membatik mampu mencukupi pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. 45

b. Alat

Peralatan yang digunakan untuk membatik pada tahun 2011 tidak mengalami perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Canting yang digunakan untuk membatik adalah canting-canting biasa dipakai oleh pembatik umumnya diluar wilayah Girilayu. Peralatan-peralatan modern lainnya tidak dipakai di Girilayu, semisal peralatan untuk memproduksi batik Printing. Peralatan yang digunakan di Girilayu adalah peralatan-peralatan membatik untuk membuat batik tulis, karena Girilayu dikenal lewat batik tulisnya. proses pembuatan batik printing tidak ada di wilayah Girilayu.46

c. Motif

Motif batik yang dibuat di Girilayu tahun 2011 sama dengan motif batik yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya. Motif batik yang dibuat di Girilayu sepenuhnya adalah motif-motif batik berdasarkan atas pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. Biasanya motif-motif batik yang dibuat di Girilayu adalah motif-motif batik pakem yang sudah ada. Motif-motif diluar pakem juga di produksi di Girilayu, tergantung dari keinginan dari pihak pemesan. Belum adanya motif khusus yang mencirikan batik Girilayu. Pihak pemesan biasanya membawakan contoh baik berupa foto, gambar dari buku maupun batik yang sudah ada untuk di jadikan contoh motifnya.47

45Wawancara denganUmi Rahayu pada tanggal 17 Februari 2015 46Wawancara denganEka pada tanggal 17 Februari 2015

(31)

d. Pemasaran

Pemasaran hasil batik yang ada di Girilayu tidak mengalami perubahan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengrajin batik cenderung berfokus pada proses pembuatan batik dan kurang begitu memperhatikan proses pemasaran. Hal itu terjadi karena batik-batik yang dibuat oleh pengrajin batik di Girilayu adalah batik-batik pesanan dari pelanggan-pelanggan mereka masing-masing, sehingga ketika batik sudah jadi, langsung di ambil oleh pihak pemesan. Produksi batik-batik di Girilayu tidak sampai pada proses sampai jadi, kalaupun ada yang membuat sampai jadi itu tidak banyak. Kebanyakan pihak pemesan hanya memesan batiknya hanya sampai tahap pencantingan. Untuk pewarnaan sampai tahap finishing tidak dikerjakan di Girilayu. Kondisi seperti itu membuat para pengrajin tidak begitu memperhatikan proses pemasaran.48

e. Upah

Upah yang diperoleh dalam proses pembuatan batik oleh pengrain tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah yang di peroleh pengrajin sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari pengrajin itu sendiri dalam menghasilkan kualitas batik yang halus. Kenaikan upah batik di Girilayu tidak ada yang mengatur secara pastinya, sehingga antara pengrajin satu dengan pengrajin lainnya berbeda dalam penentuan upah. Namun yang terjadi di Girilayu, karena dari pihak pemesan adalah langganan yang sudah lama memesan batik di Girilayu, upah yang diperoleh tersebut adalah berdasarkan kesepakatan antara pihak pemesan dengan pengrajin pada waktu penyerahan contoh motif batik yang

(32)

akan dibuat. Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp. 350. 000,-.49

4. Perkembangan Industri Batik Girilayu tahun 2012 a. Tenaga Kerja

Tahun 2012 tenaga kerja membatik yang ada di wilayah Girilayu tidak banyak mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Tenaga kerja yang ada adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Girilayu. Aktivitas membatik menjadi kegiatan kerja sampingan untuk memberikan tambahan pemasukan kepada keluarganya. Tenaga kerja yang ada di Girilayu dilihat dari usianya sangatlah bervariatif, namun mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga yang membuat batik di rumahnya masing-masing. Tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar Girilayu, wilayah Girilayu yang sudah banyak tersedia tenaga kerja membatik mampu mencukupi pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. 50

b. Alat

Peralatan yang digunakan untuk membatik pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Canting yang digunakan untuk membatik adalah canting-canting biasa dipakai oleh pembatik umumnya diluar wilayah Girilayu. Peralatan-peralatan modern lainnya tidak dipakai di Girilayu, misalnya peralatan untuk memproduksi batik Printing. Peralatan yang

49Wawancara denganEka pada tanggal 17 Februari 2015

(33)

digunakan di Girilayu adalah peralatan-peralatan membatik untuk membuat batik tulis, karena Girilayu dikenal lewat batik tulisnya. Proses pembuatan batik printing tidak ada di wilayah Girilayu.51

c. Motif

Motif batik yang dibuat di Girilayu tahun 2012 sama dengan motif batik yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya. Motif batik yang dibuat di Girilayu sepenuhnya adalah motif-motif batik berdasarkan atas pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang memesankan batiknya di Girilayu. Biasanya motif-motif batik yang dibuat di Girilayu adalah motif-motif batik pakem yang sudah ada. Motif-motif di luar pakem juga diproduksi di Girilayu, tergantung dari keinginan dari pihak pemesan. Belum adanya motif khusus yang mencirikan batik Girilayu. Pihak pemesan biasanya membawakan contoh baik berupa foto, gambar dari buku maupun batik yang sudah ada untuk dijadikan contoh motifnya.52

d. Pemasaran

Tahun 2012 pemasaran hasil batik yang ada di Girilayu tidak mengalami perubahan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengrajin batik cenderung berfokus pada proses pembuatan batik dan kurang begitu memperhatikan proses pemasaran. Hal itu terjadi karena batik-batik yang dibuat doleh pengrajin batik di Girilayu adalah batik-batik pesanan dari pelanggan-pelanggan mereka masing-masing, sehingga ketika batik sudah jadi, langsung diambil oleh pihak pemesan. Produksi batik-batik di Girilayu tidak sampai pada proses sampai jadi, kalaupun ada yang membuat sampai jadi itu tidak banyak. Kebanyakan pihak pemesan

51Wawancara denganKatmo pada tanggal 16 Februari 2015 52Wawancara denganEka pada tanggal 17 Februari 2015

(34)

hanya memesan batiknya sampai tahap pencantingan. Untuk pewarnaan sampai tahap finishing tidak dikerjakan di Girilayu. Kondisi seperti itu membuat para pengrajin tidak begitu memperhatikan proses pemasaran.53

e. Upah

Tahun 2012 upah yang diperoleh dalam proses pembuatan batik oleh pengrajin tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Upah yang di peroleh pengrajin sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari pengrajin itu sendiri dalam menghasilkan kualitas batik yang halus. Kenaikan upah batik di Girilayu tidak ada yang mengatur secara pastinya, sehingga antara pengrajin satu dengan pengrajin lainnya berbeda dalam penentuan upah. Namun yang terjadi di Girilayu, karena dari pihak pemesan adalah langganan yang sudah lama memesan batik di Girilayu, upah yang diperoleh tersebut adalah berdasarkan kesepakatan antara pihak pemesan dengan pengrajin pada waktu penyerahan contoh motif batik yang akan dibuat. Untuk upah yang dihasilkan dari membatik dengan motif biasa berkisar antara Rp. 100. 000,- sampai dengan Rp. 150. 000,- sedangkan untuk motif batik yang rumit upah yang diperoleh berkisar antara Rp. 250. 000,- sampai dengan Rp. 350. 000,-.54

5. Perkembangan Industri Batik Girilayu Tahun 2013 Setelah UNESCO mengesahkan batik sebagai warisan budaya Indonesia, batik kembali eksis dalam budaya Indonesia dan pasarannya semakin diminati masyarakat. Banyak upaya untuk mengembangkan indutri batik, tidak terkecuali di Girilayu. Banyaknya minat masyarakat mendorong pemerintah untuk

53Wawancara denganKatmo pada tanggal 16 Februari 2015 54Wawancara denganEka pada tanggal 17 Februari 2015

(35)

mendongkrak ekonomi daerah dengan pengembangan kerajinan batik di Girilayu, sosialisasi dan bantuan banyak diberikan untuk memajukan batik di Girilayu yang terkenal sangat halus. Upaya pengembangan batik Girilayu juga banyak dikembangkan, berdirinya koperasi vokasi desa, yaitu koperasi milik desa Girilayu yang mengelola hasil batik serta pemasaran batik Girilayu yang di bentuk pada tahun 2013, meskipun baru dibentuk, koperasi vokasi tersebut merupakan tonggak kemajuan desa Girilayu dalam seni kerajinan batik.

Batik merupakan warisan dari nenek moyang yang telah berkembang sejalan dengan proses waktu, ada kalanya industrinya mengalami pasang surut. Untuk itu dilakukan usaha-usaha dalam mengembangkan dan melestarikannya agar tidak begitu saja tertelan budaya bangsa lain. Pemerintah Karanganyar mempunyai rencana pembangunan jangka panjang. Maksud dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) ialah menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif 5 (lima) tahunan yang akan digunakan dalam rencana kerja daerah sesuai dengan ketentuan daerah dengan ketentuan undang-undang nomor 17 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pembangunan daerah.55

a. Tenaga Kerja

Jumlah pengrajin di Girilayu tidak diketahui berapa banyak, karena tidak ada data tertulis. Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa jumlah pengrajin batik di Girilayu mengalami peningkatan jumlah. Hal tersebut didorong dengan

55

Endang Widyastuty, Dkk, Laporan Pengembangan Seni Kerajinan Batik Girilayu Menuju Ekonomi Kreatif Untuk Memberdayakan Dan Mendukung Pengembangan Pariwisata Karanganyar, (Surakarta: LPPM UNS, 2012), hlm. 52.

(36)

adanya dukungan dari pemerintah terkait dengan pembuatan Desa Vokasi Girilayu. Dengan dibentuknya Desa Vokasi secara tidak langsung meningkatkan minat pembatik untuk tetap meningkatkan produktivitas mereka. Berbeda dengan tahun-tahun sebelum adanya Desa Vokasi, pengrajin batik di Girilayu merasa kurang mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah daerah.56

Meningkatnya jumlah tenaga kerja membatik tersebut semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Girilayu. Dengan adanya pengakuan dari dunia Internasional terkait dengan batik sebagai warisan Indonesia semakin menambah antusiasme masyarakat umum untuk mencintai batik. Terjadinya peningkatan jumlah pesanan batik di Girilayu akibat pengakuan dari UNESCO tersebut semakin menambah semangat masyarakat pengrajin batik di Girilayu untuk selalu berusaha sebagai penghasil batik.57

b. Alat

Peralatan yang digunakan untuk keperluan membatik tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya dari pihak pengurus Desa Vokasi sempat membuat batik printing, namun tidak di produksi oleh pengrajin batik lainnya. Karena pengrajin batik lainnya menyadari bahwa wilayah batik Girilayu terkenal karena hasil batik tulisnya yang halus. Peralatan – peralatan yang digunakan masih seperti tahun-tahun sebelumnya. untuk canthing yang digunakannya pun masih canthing manual, walaupun seiring dengan perkembangan jaman sudah ada chanting elektronik dengan menggunakan listrik.58

56

Wawancara dengan Slamet pada tanggal 16 Februari 2015

57

Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015

58

(37)

Pengrajin batik di Girilayu sudah menganggap bahwa batik merupakan bagian dari kehidupan mereka. Dengan menggunakan peralatan seadanya yang sudah diajarkan oleh keluarganya secara turun temurun sudah dianggapnya cukup. Pengrajin-pengrajin batik di Girilayu tidak terlalu bergantung pada alat-alat yang modern dalam membuat batik tulis. Mereka lebih senang menggunakan peralatan yang sudah biasanya mereka gunakan untuk membatik. Adanya Desa Vokasi, sudah mulai ada pelatihan-pelatihan mengenai pengenalan alat-alat modern dalam proses produksi batik, namun masyarakat pengrajin batik di Girilayu lebih merasa mantap menggunakan cara-cara dan alat-alat yang sudah diajarkan oleh keluarga mereka secara turun temurun. 59

c. Motif

Sebelum adanya Desa Vokasi Motif batik yang dibuat di Girilayu tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Motif yang dibuat adalah berdasarkan pesanan dari pengusaha-pengusaha batik yang menyetor sample gambar ataupun desain. Selain itu batik dengan motif pakem juga dibuat di Girilayu seperti motif mega mendung, truntum, kawung, parang, wahyu tumurun, sidomukti dan sebagainya.. Motif yang menunjukkan ciri dari identitas Girilayu belum ada. Semua motif batik yang dibuat adalah berdasarkan pesanan baik motif pakem ataupun motif diluar pakem yang ada.60 Ditinjau dari segi motifnya ada dua jenis batik, yaitu batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional adalah jenis batik yang motif dan gayanya terikat pada suatu aturan dan isen-isen tertentu, seperti motif sidomukti, sidoluhur, parang rusak, dan sebagainya. Batik modern adalah

59

Wawancara dengan Harni pada tanggal 17 Februari 2015

60

(38)

semua jenis batik yang telah menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi tersebut.61

Setelah adanya Desa Vokasi masyarakat pengrajin batik di Girilayu Memperoleh penyuluhan tentang cara-cara pembuatan batik dan motif-motif batik kreasi baru. Hal tersebut meningkatkan ketrampilan pengrajin batik di Girilayu untuk lebih dapat menciptakan motif-motif baru diluar pakem untuk menjawab perkembangan jaman. Namun tidak terlepas dari citra yang sudah dibentuk oleh masyarakat pengrajin batik di Girilayu dalam hal halusnya pengerjaan motif batik Pakem. Hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri atas hasil batik yang dihasilkan di Girilayu dalam hal pemasaran.62

d. Pemasaran

Setelah adanya pengakuan dari UNESCO terkait dengan peranan batik di Indonesia, wilayah Desa Girilayu memperoleh dampak positif dari pengukuhan tersebut. Peranan pengrajin batik di Indonesia mulai terangkat keberadaannya. Pemerintah pusat maupun daerah mulai memberikan apresiasi untuk peningkatan kondisi pengrajin batik di wilayahnya. Selain itu banyak akademisi yang mulai giat meneliti tentang eksistensi pengrajin batik di Desa Girilayu. Dalam penelitian yang diadakan oleh tim peneliti dari Institute Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada tahun 2013 dengan topik kegiatan desain wayang pada batik rakyat

61

Susanto SK, Sewan, Batik Modern, (Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, 1975).

62

(39)

Karesidenan Surakarta sebagai sumber ide pendampingan usaha kecil berbasis pendidikan karakter untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.63

Penelitian tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan batik rakyat eks-Karesidenan Surakarta kepada masyarakat. Selain beberapa hasil batik rakyat yang telah menjadi corak khas wilayah, juga akan disosialisasikan hasil inovasi motif batik rakyat, yaitu batik wayang dengan setting batik rakyat. Batik wayang rakyat ini dapat diproduksi dalam bentuk batik tulis, batik cap, batik printing, ataupun batik kombinasi antara tulis dan cap ataupun tulis dan printing. Menumbuhkan pemasaran batik rakyat dalam skala wilayah Kabupaten ataupun lintas Kabupaten. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempubikasikan sentra-sentra batik rakyat dalam bentuk leaflet, buku, dan website. Para pembatik rakyat diberikan spirit untuk dapat memasarkan hasil-hasil batik mereka. 64

Hasil penelitian tersebut menghasilkan buku panduan wisata kampung batik rakyat eks karesidenan Surakarta termasuk wilayah Desa Girilayu. Dengan adanya buku panduan tersebut informasi-informasi tentang hasil batik di Desa Girilayu dapat diketahui oleh masyarakat di luar Karesidenan Surakarta maupun masyarakat umum lainnya. Penelitian tersebut juga menerbitkan artikel ilmiah dalam jurnal nasional. Pengaruh positif dirasakan dengan adanya penelitian tersebut. Wilayah Desa Batik di Girilayu kini mulai dikenal oleh masyarakat luas. Peranan akademisi dalam mendongkrak promosi atas hasil kreativitas masyarakat

63

Wawancara dengan Eka pada tanggal 17 Februari 2015.

64

Dr. Sugeng Nugroho, Desain Wayang Pada Batik Rakyat Eks-Karesidenan Surakarta Sebagai Sumber Ide Pendampingan Usaha Kecil Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat, ISI Surakarta, 2013, hlm. 14.

(40)

di Girilayu berupa batik dirasakan keuntungannya. Dengan penerbitan buku panduan wisata batik eks-Karesidenan Surakarta dapat mengenalkan batik Girilayu kepada khalayak ramai. 65

e. Upah

Seiring dengan meningkatnya skill dari pengrajin batik generasi baru di Girilayu meningkatkan jumlah upah yang diperoleh oleh para pengrajin. Adanya keperdulian pemerintah dalam pembentukan Desa Vokasi memberikan pelatihan-pelatihan bagi pengrajin batik. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pengrajin batik yang generasi muda dalam peningkatan skill mereka dalam membatik, karena mereka memperoleh pelatihan secara rutin. Untuk pengrajin batik yang usia membatik sudah puluhan tahun dalam skill tidak banyak terbantu oleh adanya pelatihan yang diadakan oleh Desa Vokasi. Hal tersebut dikarenakan hasil dari batikan pengrajin batik yang sudah berpengalaman sangatlah halus dan bagus sehingga tidak perlu lagi mendapatkan pelatihan dalam skill membatik.66

Upah yang diperoleh jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan jumlah. Upah setiap menggarap batik dengan motif tidak begitu rumit berkisar antara Rp. 200. 000,- sampai dengan Rp. 300. 000,-, untuk batik dengan motif yang rumit berkisar antara Rp. 400. 000,- sampai dengan Rp. 500, 000,-. Peningkatan upah dalam membatik tersebut membawa keuntungan bagi pengrajin batik di Girilayu. Adanya kenaikan upah tersebut dipengaruhi oleh patokan harga yang diberikan pihak pemesan yang berkoordinasi dengan pengepul batik di Girilayu. Untuk kesepakatan harga bersama antara semua pihak pengrajin

65

Wawancara dengan Sugiarto pada tanggal 16 Februari 2015.

(41)

belumlah ada. Hal tersebut karena ukuran skill pengrajin batik di Girilayu berbeda-beda, bahkan ada pengrajin batik yang memiliki patokan harga sendiri karena memiliki skill membatik yang bagus.67

67

Gambar

Gambar 5  Motif Batik Truntum

Referensi

Dokumen terkait

Labour Organization (ILO) Terhadap Pelanggaran HAM berupa Perdagangan Orang yang Terjadi Pada Anak Buah Kapal (ABK)?”..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Bukit Surungan dalam pelaksanaan sistem rujukan dalam era JKN belum maksimal, dilihat dari pemahaman tenaga kesehatan tentang

Melihat masih adanya masalah atau gangguan dalam kualitas tidur khususnya pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir dan melihat banyaknya manfaat dari terapi wudhu,

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk membuat antivirus yang dapat menghapus dan medeteksi virus dan melakukan pengujian antivirus

Unisba akan menang bersaing menjadi perguruan tinggi Islam yang unggul sesuai dengan visi dan misinya apabila berhasil membudayakan : (1) Kesadaran mutu.. Perbaikan mutu

peningkatkan disiplin kerja aparatur pada Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Tengah adalah merupakan suatu proses pengelompokan aparatur dalam

yangtidak ada atau dikhawatirkan tidak ada seperti jual beli buah yang belum tampak, atau jual beli anak hewan yang masih dalam kandungan secara umum dalil

perusahaan di Kota Malang yang belum menerapkan UMK Tahun 2012. Hal tersebut mengakibatkan sepanjang tahun 2012 terdapat beberapa pemberitaan tentang unjuk rasa