SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Pada Program Studi Hukum
Keluarga ( Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
OLEH:
MOH. ARLAN SUBUH NIM: 105261101217
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYAH) FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2021 M
ii
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul : “Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin di KUA Kec. Enrekang, Kab. Enrekang” telah diujikan pada hari Sabtu, 19 Ramadhan 1442 H / 01 Mei 2021 M, di hadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 19 Ramadhan 1442 H 01 Mei 2021 M Dewan Penguji :
Ketua : Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA (……….……) Sekretaris : Hasan Juhanis, Lc., M.S (……….) Tim Penguji :
1. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. (... )
2. Hasan Juhanis, Lc., M.S (... )
3. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M. Pd (... )
4. Rapung, Lc., M.Hi (... )
Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Agama Islam
Dr. Amirah Mawardi, S. Ag., M. Si NBM : 774234
iii
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Makassar, setelah mengadakan sidang munaqasyah pada hari Sabtu, 1 Mei 2021 M/ 19 Ramadhan 1442 H yang bertempat di Gedung Prodi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Jln. Sultan Alauddin No. 259 Makassar.
MEMUTUSKAN Bahwa Saudara :
Nama : Moh. Arlan Subuh
Nim : 105261101217
Judul Skripsi : Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin di KUA Kec.
Enrekang, Kab. Enrekang
Dinyatakan : LULUS
Ketua, Sekretaris,
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.,Si. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.,Si.
NBM: 774234 NBM: 774234
Dewan Penguji:
1.Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. (... ) 2. Dr. M. Ali Bakri, M.P.d (... ) 3.Rapung, Lc., M.H.I. (... ) 4.Hasan Juhanis, Lc., M.S. (... )
Disahkan oleh:
Dekan FAI Unismuh Makassar
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,Si NBM: 774234
iv
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul skripsi : Efektivitas Bimbingan Pra Niakah Calon Pengantin di
KUA Kec. Enrekang, Kab. Enrekang
Nama : Moh. Arlan Subuh
NIM : 105261101217
Fakultas / Jurusan : Agama Islam / Ahwal Syakhshiyah.
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar.
Makassar, 28 April 2021 M
Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. Hasan Juhanis, Lc., MS
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Moh. Arlan Subuh
NIM : 105261101217
Fakultas/ Prodi : Agama Islam/ Ahwal Syakhshiyah
Dengan ini menyatakan sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun seendiri skripsi saya( tidak dibuat oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( plagiat) dalam menyususn skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 , saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 23 Ramadhan 1442 H 5 Mei 2021 M
Yang membuat pernyataan,
vi
ABSTRAK
MOH. ARLAN SUBUH, 105261101217 2021, Efektivitas Bimbingan Pra
Nikah Calon Pengantin di KUA Kec. Enrekang, Kab. Enrekang. Skripsi.
Program Studi Ahwal Syakhshiyah. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: M. Ilham Muchtar, Pembimbing II: Hasan Juhanis
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan bimbingan pra nikah calon pengantin di KUA Kec. Enrekang, Kab. Enrekang, serta 2) Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pada pelaksanaan bimbingan pra .ikah
Tulisan pada penelitian menggunakan jenis penelitian lapangan ( Field
Research) dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berdasarkan pada data
langsung dari subyek lapangan, baik data primer maupun sekunder. Data primer yaitu hasil wawancara dan dokumen yang relevan dengan tema skripsi , sedangkan data sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan judul skripsi. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah, menganalisa serta mengambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul.
Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan bimbingan pranikah yang di lakukan di KUA Kec. Enrekang terdiri dari dua macam bimbingan, yaitu : bimbingan mandiri dan bimbingan klasikal. Dari kedua bimbingan di atas memberikan hasil yang berbeda. Untuk bimbingan mandiri, pelaksanaannya belum efektif. Sedangkan bimbingan klasikal, pelaksanaannya sudah berjalan dengan sangat efektif sesuai ketentuan Bimas Islam. 2) Pelaksanaan yang dilakukan di KUA Kec. Enrekang cukup efektif, berdasarkan penilaian terhadap 2 jenis bimbingan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT yang terus mengajarkan kepada hamba-hambanya dengan QalamNya. Sehingga peradaban manusia kian dinamis dari masa ke masa. Salam serta shalawat penulis curahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, manusia paripurna, yang dengan titah peradabannya menghantarkan manusia mencapai derajat mulia. Shalawat serta salam juga penulis curahkan kepada keluarga-keluarga beliau, istri-istri beliau, sahabat-sahabat serta shahabiyah, para tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam mengikuti semua petunjuk beliau hingga hari akhir. Semoga kita di antara ummatnya kelak mendapatkan syafaat „udzma dari Rasulullah SAW.
Ada ungkapan “ tiada gading yang tak retak “. Penulis menyadari bahwa karya tulis yang dipersembahkan tentu masih jauh dari kata sempurna. Olehnya, konstruktif saran dari semua kalangan, sangat kami harapkan untuk menjadikan tulisan ini jauh lebih bermutu dan bermanfaat.
Dibalik baiknya tulisan ini, tentulah ada sederetan nama yang berjasa.
Untuk ibundaku tersayang, ibu Nur Laela binti Sosong Pannai, sosok penyayang yang sangat gigih dan tak pantang menyerah dalam bekerja, mendidik dan menyemangati sekeluarga tentang arti kehidupan. Jazaakillahu khoiran ummi. Sosok lain yang begitu luar biasa Agamis, ta‟at serta sabar dalam dalam mendidik dan terus memberikan semangat bagi anak-anaknya tentang pentingnya ilmu dan Agama, dialah ayahku tercinta Abidin bin Tunggu. Jazaakallah khairan
Abi. Kesabaran serta keta‟atanmu dalam beragama semoga menjadi panutan bagi
kami semua. Tak lupa penulis haturkan pula rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh keluarga dan saudara-saudaraku atas bantuan moril maupun materil yang diberikan. Jazaakumullahu khoiral jazaa’.Dan tak lupa pada istriku tercinta Nur Fitriah Ningsi, S. Sos, sosok penyayang yang begitu sabar dalam mendampingiku serta anakku yang selalu memberikan semangat, hingga penulis
viii
dapat menyelesaikan tulisan ini. Syukron ummi. Untuk penyejuk mata, anakku Muzayyinatul Hayaah, keberadaanmu adalah penyemangat bagiku. Kepada kedua mertua ku tersayang yang selalu menyemangati serta mendoakan ku Bapak Moh. Tasbik Husen dan ibu Kartini Dampala, jazaakumullahu khoian
katsiran. Kebaikan kalian tak bisa ku balas dengan apapun.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Syekh Dr. (HC) Mohammad MT. Khoory, selaku Donatur Yayasan Muslim Asia (AMCF).
3. Dr. Amirah Mawardi, , S.Ag., M. Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
4. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc.,MA., selaku Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyah, juga selaku pembimbing satu penulis.
5. Hasan Juhanis, Lc., MS, selaku Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhshiyah, juga selaku pembimbing dua penulis.
6. Segenap dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Universitas Muhammadiyah Makassar.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga buah karya ini dengan segala keterbatasannya dapat memberikan manfaat lebih bagi semuanya.
Makassar, 13 Ramadhan 1442 H 25 April 2021 M
Moh. Arlan Subuh
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL...ii
PENGESAHAN SKRIPSI...iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH...iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING...v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...vi
ABSTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...x
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Fokus Penelitian...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian Terdahulu ... 6
B. Efektivitas Bimbingan Pra Nikah ... 10
1. Pengertian Efektif ... 10
2. Ukuran Efektivitas...10
3. Bimbingan Pra Nikah...14
1. Penegrtian Bimbingan Pra Nikah...14
2. Dasar dan Tujuan Bimbingan Pra Nikah...16
3. Pedoman Penyelenggara Kursus Pra Nikah...19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Metode Penelitian...26
C. Deskripsi Penelitian ... 27
x
E. Instrument Penelitian ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 29
G. Teknik Analisis data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...33
A. Hasil Penelitian...33
1. Gambaran Umum KUA Kec. Enrekang...33
a. Letak Geografis ...33
b. Visi dan Misi...34
c. Sarana/prasarana...35
d. Kepegawaian...36
e. Program Kerja...38
2. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Kec. Enrekang...39
3. Efektivtas Bimbingan Pra Nikah di KUA Kec. Enrekang...44
1. Deskripsi Responden/ Konseli...44
2. Karakteristik Variabel Penelitian...45
B. Pembahasan...49 BAB V PENUTUP ...51 A. Kesimpulan...51 B. Saran...52 DAFTAR PUSTAKA...54 LAMPIRAN-LAMPIRAN...56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, diantaranya adalah kebutuhan yang sangat mendasar yang dengannya ia dapat mempertahankan hidup dan melestarikan jenisnya. Adapula kebutuhan yang penting untuk mewujudkan ketenangan jiwa dan kebahagiaannya. Dari kebutuhan-kebutuhan ini muncul motif-motif yang menuntut manusia untuk memenuhinya. Islam adalah Agama
fitrah yang menuntun manusia untuk melakukan pemenuhan motif
(kecenderungan lawan jenis) dengan cara yang halal. Islam tidak membiarkan
manusia memenuhi motif-motifnya tanpa aturan.1 Oleh karena itu, pemenuhan
motif keinginan manusia harus didasarkan pada syari‟at, diantaranya melalui proses perkawinan. Perintah untuk melaksanakan perkawinan disebutkan dalam firman Allah surah Ar Ruum: 21
َأ ْي ِّه نُنَل َقَلَخ ْىَأ ٓۦِهِتََٰيآ ْي ِه َو
ۚ ًتَوْح َر َو ًةَّد َىَّه نُنٌَْيَب َلَعَج َو اَهْيَلِإ ۟ا ٓىٌُُنْسَتِّل اًج ََٰو ْسَأ ْنُنِسُفً
ىو ُزَّنَفَتَي ٍم ْىَقِّل ٍتََٰي َلَ َلِلََٰذ ىِف َّىِإ
ََ
Terjemahnya; :
“Dan di antara kekuasaanNya ialah dia menciptakan untu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. 2
1 Muhammad Usman Najati, Membangun Pesona Diri Dengan Ajaran Nabi,( Bandung:
Pustaka Hidayah, 2005), h.50
2
Tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat, akan tetapi jauh dari itu mencakup tuntutan kehidupan yang penuh rasa cinta (mawaddah), kasih sayang (wa rahmah), sehingga manusia dapat hidup tenang (sakinah), baik dalam
keluarga maupun masyarakat. 3 Perkawinan antarmanusia berbeda dengan
binatang, yang melakukan perkawinan tanpa etika dan adab yang dengan bebas mengikuti hawa nafsunya, sedangkan bagi manusia perkawinan sejatinya mengedepankan berbagai etika dan peraturan lain yang sejalan dengan fitrah manusia. Agama Islam sejatinya hadir untuk meneyelesaikan maslah, bukan lari dari masalah.4
Keberhasilan dalam suatu keluarga sangat bergantung pada kematangan persiapan kedua calon mempelai. Tingkat kesiapan pasangan menjadi faktor utama yang akan menentukan sebuah rumah tangga untuk keluarga yang bahagia serta jauh dari berbagai perselisihan. Menjalani sebuah perkawinan membutuhkan kesiapan, baik kesiapan fisik, mental, spiritual, sosial dan
ekonomi.5
Menyadari pentingnya kesiapan rumah tangga tersebut, setiap calon pengantin perlu mengikuti program bimbingan perkawinan. Untuk mencapai maksud tersebut, beberapa kebijakan baru terkait penyelenggaraan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin tengah dirumuskan oleh Kementerian Agama. Kebijakan tersebut meliputi regulasi, alokasi anggaran, pengorganisasian, serta materi berikut substansi dan metode pembelajarannya. Mengenai materi
3 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan ( Tim
Permata Press),h. 2
4 Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Bimas Islam Mengabdi, h. 82
5 Direktorat Bina Keluarga dan Sakinah, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Modul
bimbingan perkawinan ini, bahan ajar didesain secara lebih komprehensif dengan mempertimbangkan kebutuhan calon pengantin meliputi meliputi pengetahuan (knowledge) dan kemampuan ( skill) dalam (1) membangun dan membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.(2) menjaga dan melestarikan
hubungan suami-istri, serta (3) mengelola konflik dalam keluarga.6
Oleh karena pemahaman masyarakat islam yang masih minim, dan kurangnya masyarakat untuk belajar ilmu agama serta untuk kematangan keberlangsungan kehidupan rumah tangga maka bimbingan pra nikah merupakan upaya solutif untuk memberikan pemahaman agama bagi pasangan suami istri untuk menempuh kehidupan keluarga yang abadi.
Dalam penelitian ini topik yang akan diteliti adalah tentang Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin di KUA Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Enrekang?
2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Enrekang?
C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang serta efektivitas pada pelaksanaan bimbingannya.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan bimbingan pra nikah dan efektivitas dalam pelaksanaannya di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, dan pengalaman tentang pelaksanaan bimbingan pra nikah serta efektivitas pelaksanaan bimbingan pra nikah dan juga cara dalam membimbing calon pengantin yang akan memasuki kehidupan rumah tangga sehingga para calon pengantin tersebut dapat menghadapi permasalahan di dalam berumah tangga.
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan evaluasi atau literatur bagi Kementerian Agama, Kantor Urusan Agama khususnya Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang, dosen, mahasiswa dan pembaca pada umumnya tentang pelaksanaan bimbingan pra nikah serta efektivitas pelaksanaan bimbingan pra nikah.
E. Fokus Penelitian
Adapun fokus pada penelitian ini adalah Efektivitas bimbingan pra nikah calon pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan beberapa karya ilmiah yang terkait dengan penelitian peneliti:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fithri Laela Sundari pada tahun 2018 dengan judul “ Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin” menyatakan bahwa hasil pelaksanaan program bimbingan pra nikah di tempat yang di teliti (KUA Cileunyi) menggunakan metode ceramah atau nasihat dan metode diskusi atau tanya jawab, kegiatan bimbingan pra nikah tersebut dilaksanakan pada waktu sepuluh hari kerja setelah melakukan pendaftaran. Proses bimbingan pra nikah tidak selamanya berjalan dengan baik melainkan ada faktor pendukung dan penghambat, faktor pendukungnya yaitu pembimbing sangat menguasai materi yang akan disampaikan kepada calon pengantin, sedangkan faktor penghambatnya yaitu tidak adanya hari bimbingan pra nikah yang ditetapkan oleh KUA. Kemudian, hasil dari layanan bimbingan pra nikah sangat bermanfaat bagi yang mengikutinya karena banyak pengetahuan yang mereka dapatkan dari proses bimbingan tersebut, serta mereka telah siap mental untuk membina rumah tangga yang bahagia.7
7 Fithri Laela Sundari, “Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk Kesiapan
Mental Calon Pengantin”, Jurnal Bimbingan Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6, no. 2 ( 2018): h. 165-184
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indra Gunawan pada tahun 2019 dengan judul “ Efektivitas Kursus Calon Pengantin ( SUSCATIN) di KUA Kecamatan Ketahun dalam Membentuk Keluarga Sakinah, Mawaddah Warahmah”, dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Ketahun Bengkulu Utara dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah belum efektif, karena secara praktik atau pelaksanaan kursus calon pengantin belum maksimal terlihat bahwa dari ketentuan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: sDJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Kursus Pra Nikah pasal 8 ayat (4) menjelaskan pelaksanaan kursus calon pengantin sekurabg-kurangnya 16 jam pelajaran, namun yang dilaksanakan prakteknya hanya 2 sampai 4 jam saja. Artinya pelaksanaannya hanya satu hari yaitu dari jam08:00-12:00. Disamping itu, narasumber pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Ketahun Bengkulu Utara hanya sebatas pejabat setempat, belum melibatkan konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud. Pelaksanaan kursus calon pengantin mempunyai dampak positif bagi masyarakat Ketahun, dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan leluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah serta upaya mengurangi angka
perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.8
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Firdaus, Kholil Nawawi, Muchtar Machtar dengan judul “ Efektivitas Bimbingan Perkawinan di KUA
8 Indra Gunawan,” Efektivitas Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di KUA
Kec.Ketahun dalam Membentuk Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah”, Jurnal Hukum Islam dan Peradilan, 4, no.2 (2019)
Citeureup dalam Menjaga Keutuhan Rumah Tangga” dalam penelitian ini mengkaji tentang sejauhmana tentang efektivitas bimbingan perkawinan yang telah diberikan kepada calon pengantin dalam menjaga keutuhan rumah tangga dan faktor apa sajakah yang membuat para calon pengantin masih banyak yang belum dapat menghadiri bimbingan perkawinan yang telah diadakan oleh KUA Citeureup.9
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Fajri S, Diah Ayu Pratiwi, Dendi Sutarto dengan judul “ Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Terhadap Angka Perceraian di Kantor Urusan Agama ( KUA) Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam”. Penelitian ini mendeskripsikan terkait efektivitas bimbingan pra nikah dalam hal efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemgumpulan yang digunakan melalui studi lapangan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Kantor Urusan Agama Sei Beduk sudah melaksanakan sudah melaksanakan bimbingan pra nikah dengan efektif dalam menekan angka perceraian dengan melakukan secara mandiri. Kantor Urusan Agama mewajibkan calon pengantin mengikuti bimbingan pra nikah sebelum melaksanakan akad nikah. Bimbingan pra nikah terhadap calon pengantin sangat membantu dalam
mempersiapkan calon pengantin untuk menghadapi setelah pernikahan.10
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Aris Setiawan dengan judul “ Efekivitas Kursus Calon Pengantin ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Metro
9
Yusuf Firdaus, Kholil Nawawi, Muchtar Muchtar, “ Efektivitas Bimbingan Perkawinan di KUA Citeureup dalam Menjaga Keutuhan Rumah Tangga”, 3,No. 1 (2019)
10
Fajri S, Diah Ayu Pratiwi, Dendi Sutarto, “Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Terhadap Angka Perceraian di Kantor Urusan Agama ( KUA) Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam”, Jurnal Trias Politika, 4, No. 2 ( 2020)
Selatan dan Metro Pusat), penelitian ini bertujuan untuk mengetahii efektivitas kursus calon pengantin di wilayah Kantor Urusan Agama Kota Metro.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kursus calon pengantin di wilayah Kantor Urusan Agama Metro Selatan dan Metro Pusat tidak efektif. Sebab tidak efektifnya karerna secara praktik atau pelaksanaan bimbingan belum maksimal terlihat bahwa dari ketentuan Peraturan Dirktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah pasal 8 ayat 4 menejelaskan pelaksanaan kursus pra nikah atau kursus calon pengantin sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran, namun yang dilaksanakan prakteknya hanya 4 jam saja, artinya pelaksanaanya hanya 1 hari kerja dari jam 08:00-12:00. Narasumber pelaksanaan kursus pra nikah di KUA Metro Selatan dan Metro Pusat hanya sebatas pejabat setempat, belum melibatkan konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh Agama dan tokoh masyarakat yang memiliki
kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud.11
Sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas tentang Efektivitas Bimbingan Pra Nikah di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Penelitian ini berfokus pada efektivitas pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Enrekang . Penulis menyadari bahwa pentingnya penelitian ini untuk dilanjutkan, mengingat perbedaan lokasi dan obyek penelitian (klien) akan berpengaruh pada hasil yang berbeda pula.
11
Aris Setiawan, “ Efektivitas Kursus Calon Pengantin ( Studi Kasus di KUA Metro Selatan dan Pusat ”,Tesis ( Metro Lampung: Magister Studi Hukum Keluarga Program PascaSarjana (PPS) Institut Agama Islam Negeri Metro. 2018
B. Efektivitas Bimbingan Pra Nikah 1. Pengertian Efektif
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata efektif berarti berdaya guna, langsung mengena; ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan) ; hal mulai berlakunya
(tentang undang-undang, peraturan). 12
Adapun efektivitas adalah keaktifan, daya guna, kesesuaian dalam suatu kegiatan terhadap sasaran yang dituju, serta kesesuaian suatu kegiatan dengan peraturan yang berlaku.13
2. Ukuran efektivitas
Kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan secara efektif atau tidak, bergantung pada:
a. Perencanaan
Perencanaan menurut Handoko meliputi : pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan, penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.14
Perencanaan bertujuan untuk : 15
1. Standar Pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan kapan berakhirnya suatu
12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. VI, Jakarta : Media Pustaka Phoenix, 2012)
13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1989) h. 219
14
Handoko, Manajemen,( Yogyakarta: BPFE-UGM, 2003)
15
Husaini Usman, Manajemen( Teori, Praktik dan Riset Pendidikan),(Cet. II, Ed. 4 Jakarta: Bumi Aksara, 2004) ,h.76
kegiatan
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan 7. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui 9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Adapun manfaat perencanaan adalah: 16
1. Standar pelaksanaan dan pengawasan
2. Pemilihan berbagai alternatif terbaik (pedoman pengambilan keputusan)
3. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan 4. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
5. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait 6. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti ( untuk mengantisipasi msalah yang akan muncul),dan
7. Meningkatkan kinerja ( keberhasilan organisasi tergantung keberhasilan pelaksanaannya).
Perencanaan memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi di masa depan. Peserta bimbingan pra nikah di KUA Enrekang bisa memutuskan apa yang akan dikerjakan nantinya kejenjang keluarga.
b. Penyusunan progam yang tepat
Penyusunan program yang tepat terlihat pada prinsip-prinsip koordinasi yang efektif. Adapun prinsip- prinsip koordinasi yang efektif disingkat
KOORDINASI adalah sebagai berikut:17
1. Kesamaan : sama dalam visi, misi, langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama(sense of purpose)
2. Orientasikan : anatara titik pusat dan stakeholder
3. Organisasikan : atur orang-orang yang berkoordinasi yaitu harus berada dalam satu payung( terorganisasi) sehingga sikap egosektoral dapat dihindari.
4. Rumuskan : nyatakan secara jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing-masing agar tidak tumpang-tindih 5. Diskusikan : cari cara yang efektif, efisien dan komunikatif
dalam berkoordinasi
6. Informasikan : semua hasil diskusi dan keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi(coordination network system).
7. Negosiasikan : dalam perundingan mencari kesepakatan
harus saling menghormati (team spirit) dan usahakan menang-menang jangan sampai ada pihak yang dirugikan. 8. Atur jadwal: rencana koordinasi harus dipatuhi dengan
sebaik-baiknya oleh semua pihak
9. Solusikan : satu masalah dalam simpul jaringan harus dirasakan dan dipecahkan semua stakeholder dengan sebaik-baiknya.
10. Insafkan : setiap stakeholder harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan siap menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi.
Penyusunan program yang tepat pula, terlihat pada koordinasi yang efektif.
Karakteristik koordinasi yang efektif:18
1. Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait.
2. Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif. 3. Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya
( egosektoral)
4. Tidak terjadi tumpang- tindih tugas. 5. Komitmen semua pihak tinggi.
6. Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi.
7. Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi
8. Pelaksanaan tepat waktu 9. Semua masalah terpecahkan
10. Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholders.
Suatu rencana yang baik masih perlu di jabarkan dalam progam- progam pelaksanaan yang tepat, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja. Dengan adanya bimbingan pra nikah ini merupakan program yang sudah tepat yang harus diikuti oleh setiap calon pasangan suami istri.
c. Tersedianya sarana dan prasarana
Sarana dan pra sarana menjadi faktor penentu dalam efektifitas
kegiatan. Ketika suatu program berjalan dengan sarana dan pra sarana yang menunjang, maka program tersebut akan efektif.
3. Bimbingan Pra Nikah
1. Pengertian bimbingan pra nikah
Sebelum memberikan definisi bimbingan pra nikah, terlebih dahulu dijelaskan istilah bimbingan. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kata bimbingan berarti penjelasan cara mengerjakan sesuatu dsb, tuntunan bimbingan belajar.19
Dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ. II/542 Tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah mendefinisikan bahwa kursus pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah dan calon pengantin tentang
kehidupan rumah tangga dan keluarga. 20
Adapun Pra nikah berasal dari dua kata yaitu Pra yang berarti “sebelum, di
depan”.21
Sedangkan Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat, atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.22 Menurut Undang-Undang No.1 Tahun
1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.23. Oleh karena
itu, Islam menganjurkan kepada manusia untuk melaksanakan perkawinan, perintah melaksanakannya sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nur : 32
ُنِهٌِْغُي َءٓا َزَقُف ۟اىًُىُنَي ىِإ ۚ ْنُنِئٓاَهِإ َو ْنُمِداَبِع ْيِه َيي ِحِل ََّٰصلٱ َو ْنُنٌِه َٰىَوََٰيَ ْلْٱ ۟اىُحِنًَأ َو
نيِلَع ٌعِس ََٰو ُ َّللَّٱ َو ۗ ۦِهِلْضَف يِه ُ َّللَّٱ
ٌَ
Terjemahnya :
“ Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu,
danjuga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (
pemberianNya), Maha Mengetahui ”.24
20 Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, 2015. h. 547
21 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,( Realita Publisher ,2006) h. 426
22
Kompilasi Hukum Islam (KHI), h. 2
23
Kompilasi Hukum Islam (KHI),h. 78
24
2. Dasar dan Tujuan Bimbingan Pra Nikah
Adapun yang menjadi dasar dari pelaksanaan bimbingan pra nikah adalah Al-Qur‟an dan Hadits sebagai penuntun, pengarah manusia dalam menjalani roda kehidupannya. Dasar pelaksanaan bimbingan pra nikah lainnya adalah undang-undang perkawinan yang menjadi acuan konstitusi bersama dalam kehidupan keagamaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dasar pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam Al-Qur,an seperti pada firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat: 6
ا ًراًَ ۡنُنۡيِل ۡهَا َو ۡنُنَسُفًَۡا ا ٰۤۡىُق ا ۡىٌَُهَٰا َيۡيِذَّلا اَهُّيَاَٰٰۤي
Terjemahnya:
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “.25
Selain itu, Nabi Muhammad SAW menyebutkan dalam hadisnya :
ُهَل ْحَصًْاَف َكىُخَأ َلَحَصٌَْتْسا اَذِإَف
Artinya:
“ Dan jika dia (saudaramu) meminta nasehat, maka berilah nasehat”.
(HR. Muslim).26
25 Kementerian Agama RI, h.560 26
Abu al Husein Muslim bin Al Hajjaj Al Qusayri An naisabury, Imam Muslim,Sohih Muslim,( Beirut : Darul Afkar,2003)
Berdasarkan firman Allah dan hadis Nabi di atas, mengingatkan bahwa manusia diberikan amanah dan tanggungjawab bukan saja pada pada pertanggungjawaban individu semata, melainkan pada kelompok keluarga dan tataran lainnya dengan senantiasa memberikan nasihat satu sama lain diantara mereka sehingga terbangun sensifitas diri bahwa kehidupannya mendapat pengawasan serta butuh pertanggungjawaban sosial terutama pada Sang Pencipta.
Dasar hukum pelaksanaan bimbingan pra nikah adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 1 Tahuun 1974 tentang Perkawinan (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2019); 2. Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
3. Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 4. Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
kekertasan Dalam Rumah Tangga ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
6. Keputusan Presiden RI nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak
7. Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara;
9. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang Gerakan Keluarga Sakinah;
10. Keputusan Menteri Agama Nomor 480 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;
11. Peraturan ,enteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi Kerja Kementerian Agama;
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400/54/III/Bangda
perihal Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah;27
Adapun tujuan bimbingan pra nikah adalah sebagai berikut:28
Tujuan Umum:
Mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah melalui
27
Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 546
28
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 547
pemberian bekal pengetahuan, peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.
Tujuan Khusus:
1. Untuk menyamakan persepsi badan/lembaga penyelenggara tentang substansi dan mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin.
2. Terwujudnya pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia pra nikah dan calon pengantin;
3. Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah
Pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah dimaksudkan sebagai pedoman untuk para pejabat teknis di lingkingan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam c.q Direktorat Urusan Agama Islam di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan KUA Kecamatan serta badan/lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kursus Pra Nikah. Kursus dimaksudkan adalah sebagai pembekalan singkat (short cource) yang diberikan kepada remaja usia nikah atau calon pengantin dengan waktu tertentu yaitu selama 24 jam pelajaran (JPL)yang sama. Waktunya pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki oleh peserta. Pelaksanaan kursus pra nikah di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura dilaksanakan oleh badan atau lembaga masyarakat dengan dukungan regulasi dari pemerintah. Majelis Ulama
Islam Singapura (MUIS) meruapakan contoh nnegara yang
dengan 8 kali pertemuan, sedangkan Jabatan Kemajuan Agama Islam Malaysia(JAKMI) melaksanakan kursus pra nikah selama 3 bulan dengan 8 sampai 10 kali pertemuan. Adapun waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu libur yang dimiliki oleh peserta kursus yang umumnya pegawai atau buruh. Penyelenggaran kursus pra nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini berbeda dengan kursus calon pengantin yang telah dilaksanakan pada waktu yang lalu, kursus calon pengantin biasanya dilakukan oleh KUA/BP4 kecamatan pada waktu tertentu yaitu memanfaatkan 10 hari setelah mendaftar di KUA Kecamatan, sedangkan kursus pra nikah lingkup dan waktunya lebih luas dengan memberi peluang kepada seluruh remaja atau pemuda usia nikah untuk melakukan kursus tanpa dibatasi oleh waktu pendaftaran 10 hari setelah daftar di KUA kecamatan sehingga para peserta kursus mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat mengikuti kursus pra nikah kapan pun mereka bisa melakukan sampai saatnya mendaftar di
KUA kecamatan.29
Penyelenggaraan kursus pra nikah meliputi:30
I. Sarana Pembelajaran
Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar mengajar, silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Pasal 4 Peraturan Direktur
29
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 548-549
30
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 558
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah bahwa Kementerian Agama menyediakan sarana pembelajaran dalam
bentuk silabus dan modul;31
II. Materi dan Metode Pembelajaran
Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah bahwa :
1.) Materi kursus pra nikah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Kelompok dasar
b. Kelompok inti
c. Kelompok penunjang
2.) Kursus pra nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan Yng pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dilapangan.
3.) Materi kursus pra nikah diberikan sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran.32
Disamping itu, ada empat kelompok materi yang perlu
dikuasai oleh seorang penasehat: 33
1. Undang-Undang Perkawinan
31
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 541
32 Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Perkawinan, 2015. h. 542
33
Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji Depag RI, 2002. h. 80-82
a. Prinsip-Prinsip Undang-Undang Perkawinan b. Tata cara nikah dan pencatatannya
c. Pemeriksaan nikah dan pengumuman kehendak nikah d. Akad nikah
e. Persetujuan, izin dan dispensasi f. Penolakan kehendak nikah
g. Pencegahan dan pembatalan pernikahan h. Biaya pencatatan
i. Formulir nikah 2. Hukum Agama
a. Syarat-syarat dan rukun nikah b. Akad nikah/ijab Kabul
c. Mahram dan tingkatannya d. Wali
3. Seluk-beluk Perkawinan
a. Makna dan tujuan perkawinan b. Memilih jodoh
c. Kewajiban suami dan istri d. Masalah cinta
e. Pergaulan dalam masyarakat 4. Metode Penasehatan
a. Teknik wawancara dan bimbingan b. Jenis konflik dan cara mengatasinya
c. Bentuk-bentuk penasehatan d. Syarat-syarat penasehat e. Teknik problem-solving 5. Pendidikan Agama
a. Baca tulis Al-Quran b. Keimanan
c. Ketaqwaan d. Akhlaqul karimah
e. Amaliyah keagamaan dalam kehiduoan sehari-hari.
III. Narasumber/ Pembimbing
Pengertian pembimbing dalam kamus bahasa indonesia sebagai berikut “ Pembimbing” diartikan menurut bahasa adalah
“orang yang menuntun” 34
.
Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah bahwa narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian (
materi kelompok dasar, inti dan penunjang).35
IV. Pembiayaan
Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman
34
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,( Realita Publisher ,2006) h. 123
35
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 542
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah bahwa pembiayaan penyelenggaraan kursus pra nikah dapat bersumbrer dari APBN
dan APBD.36
Dana pemerintah berupa APBN/APBD bisa diberikan kepada penyelenggara dalam bentuk bantuan, bantuan kepada badan atau lembaga penyelenggara dapat dibenarkan sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan pembinaan umat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pemerintah dapat membantubadan/lembaga swasta dari dana APBN/APBD.
V. Sertifikasi
Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah menyebutkan bahwa :37
1. Remaja usia nikah yang telah mengikuti kursus pra nikah diberikan sertfikat sebagai tanda bukti kelulusan;
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh BP4 atau organisasi keagamaan Islam penyelenggara kursus;
3. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan;
Sertifikat adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh
36
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 541
37
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, 2015. h. 541
lembaga yang berkompeten yang telah diakreditasi oleh Kementerian Agama bahwa yang bersangkutan telah mengikuti kegiatan kursus pra nikah.
Calon pengantin yang telah mengikuti kursus pra nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan. Sertifikat
tersebut akan menjadi syarat kelengkapan pencatatan
perkawinan yaitu pada saat mendaftar di KUA Kecamatan, sekalipun dokumen sertifikat ini sifatnya tidak wajib, tertapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat beraryti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal
pengetahuan tentang kerumahtanggaan dan berupaya
mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi kehidupan baru rumah tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan dan pemahaman tentang seluk-beluk kerumahtanggan, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
. Adapun jenis penelitian yang di gunakan penulis yaitu penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, data-data yang diperoleh dari penelitian
ini disampaikan atau disajikan dalam kalimat-kalimat dengan tetap
memperhatikan metode-metode penulisan ilmiah.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif agar dapat menghasilkan data yang lengkap melalui uraian mendalam tentang ucapan, tulisan yang diamati berkaitan dengan Efektivitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin di KUA Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang
B. Metode Penelitian
Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu. Metode merupakan langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif dan
sudah disepakati komunitas ilmuwan. 38 Secara definitif, terdapat beberapa
pengertian penelitian. Dalam Kamus Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji
suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.39 Penelitian (
38 Muhyar Fanani, Metode Studi Islam Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai Cara
Pandang,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), h. ix.
39
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1162-1163
research) berarti mencari, menjelajahi, dan menemukan makna kembali secara
berulang-ulang. Penemuan secara berulang-ulang dilakukan untuk membangun sebuah hukum, dalil, generalisasi, memvalidasi atau menguji teori yang sudah ada.40
.C. Deskripsi Penelitian
Bimbingan Pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan
rumah tangga/keluarga.Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. serta dapat mengurangi angka perselisihan, penceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh. Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang terkait langsung dengan obyek penelitian.41
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data pendukung.42
E Instrumen Penelitian
40 Sofyan A. P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam, ( Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2013), h.3
41
Sofyan A. P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam, h. 155
42
Instrumen dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini di butuhkan manusia sebagai peneliti karena manusia dapat menyusuaikan sesuai dengan keadaan lingkungan. Adapun instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Panduan observasi
Pedoman observasi berupa pengamatan peneliti secara langsung terkait situasi, kondisi, fakta tentang efektivitas bimbingan pra nikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang .
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan pra nikah dan efektivitas dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah.
3. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada
responden/informan dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat dan valid.
4. Acuan Dokumentasi
Acuan Dokumentasi berupa catatan tambahan khususnya dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan pra nikah dan wawancara.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.
1.Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung di KUA Kec. Enrekang Kab. Enrekang sebagai lokasi penelitian. Adapun yang di amati adalah pelaksanaan bimbingan pra nikah dan efektivitas dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah
Sehingga peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti dan juga untuk mengetahui jabatan, tugas/kegiatan, alamat, nomor telepon dari calon informan sehingga mudah untuk mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian.
2. Wawancara
Ada empat bentuk wawancara: berstruktur ( structured interview),
semi-terstruktur (semi- structured interview), tidak terstruktur
( unstructured or focused interview) dan kelompok (group interview).43
Wawancara yang terstruktur (structured interview) adalah
wawancara yang dilakukan dalam bentuk questioner. Disini peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden dan meminta
43
respinden untuk menjawabnya. Pertnayaan biasanya dilakukan dalam bentuk pilihan jawaban. Jawaban yang disediakan lebih dari satu, sehingga responden memiliki banyak alternatif jawaban yang sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami. Adapun wawancara tidak terstruktur ( unstructured or focused interview) adalah wawancara yang dilakukan dengan cara lebih terbuka (open-ended character). Dikatakan terbuka, karena pewawancara tidak terpaku pada apa yang tertuang di dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara dibuat agar wawancara terfokus dan mendalam. Karena itu, pewawancara dapat melakukan improvisasi, sementara responden tanpa beban dengan leluasa menyatakan pendapat dan keinginannya. Sementara wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan terhadap lebih dari seorang responden. Wawancara ini dimaksidkan untuk menggali disekitar masalah yang ingin diketahui secara terfokus. Karena itu, jawaban atas suatu masalah yang ditanyakan lebih dari satu jawaban. Keragaman jawaban ini meniscayakan penggalian lebih fokus dan dalam tentang masalah yang ingin diketahui. Selain wawancara kelompok, adapulanfokus diskusi kelompok ( focus
group discussion ). Fokus diskusi kelompokbiasanya dilakukan setelah
dilakukan wawancara secara individual (informan). Yaitu mereka yang pernah diwawancarai diundang dan dipertemukan dalam satu kelompok (group)
3.Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden/informan dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat dan valid.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Bahan-bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto pada saat berlangsungnya wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penulis menganalisis data bentuk yang selanjutnya akan diinterpretasikan dalam bentuk konsep yang dapat mendukung pembahasan. Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode deduktif
Metode ini penulis menganalisis data dari yang umum ke yang
khusus. Dalam tulisan ini, peneliti memberikan penyajian data secara umum melalui sumber data yang telah dimbil dalam penelitian baik sumber data primer maupun sekunder.
2. Metode Induktif
Yakni mengenalisis data dari yang bersifat khusus kemudian
3. Metode komparatif
Yakni setiap data yang diperoleh baik umum maupun yang bersifat
khusus, selanjutnya dibandingkan kemudian ditarik satu kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang diambil, diperoleh dari data primer maupun sekunder melalui metode deduktif dan metode induktif.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum KUA Kec. Enrekang, Kab. Enrekang a. Letak Geografis
Kabupaten Enrekang adalah salah satu kabupaten yang ada di
Profinsi Sulawesi Selatan yang memiliki 12 ( dua belas) kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Enrekang yang merupakan tempat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Enrekang berada dan juga merupakan kecamatan kota kabupaten yang terletak di jantung kota Kabupaten Enrekang.
Kecamatan Enrekang adalah kecamatan yang membawahi 18
kelurahan dan desa, masing-maing terdiri dari 6 kelurahan dan 12 desa. Adapun yang termasuk kelurahan yaitu Kelurahan Juppandang, Tuara, Puserreng, Leoran, Galonta dan Lewaja. Sedangkan yang termasuk desa adalah Karueng, Cemba, Temban, Buttu Batu, Tallu Bamba, Tungka, Tobalu, Tokkonan, Ranga, Kaluppini, Rosoan dan Lembang.
Posisi Kecamatan Enrekang mempunyai batas administrasi sbb:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Anggeraja 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Maiwa
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cendana44 b. Visi dan Misi
VISI
Terwujudnya pelayanan maksimal kepada masyarakat dalam bidang pelayanan keagamaan.
MISI
- Melaksanakan Pelayanan, Pengawasan, Pencatatan Nikah dan Rujuk Cepat dan Tepat
- Menyelesaikan sertifikasi tanah wakaf
- Melaksanakan Pembinaan Catin dan Pembinaan Keluarga Sakinah
- Melakukan pembinaan kepada pembantu PPN, Pengurus Masjid (Imam) dan KBHI
- Memberdayakan pengurus BAZ Kecamatan
- Memberikan kesadaran beragama kepada masyarakat melalui pendekatan dakwah
- Melaksanakan pembinaan manasik haji - Mempekokoh kerukunan ummat beragama
Tri Program Inti Kementerian Agama
- Terwujudnya masyarakat yang agamis, berperadaban, luhur, berbasiskan hati nurani yang disinari oleh ajaran Agama.
44
KUA Kec. Enrekang, Makalah lomba KUA teladan, 31 Maret 2021, Pukul 10:09 WITA
- Terhindarnya perilaku radikal, ekstrim,tidak toleran dan eksklusif dalam kehidupan beragama sehingga terwujud masyarakat yang rukun dan damai dalam kebersamaan dan ketentraman.
- Terbinanya masyarakat agar menghayati, mengamalkan ajaran Agama dengan sebenar-benarnya, mengutamakan persamaan, menghormati perbedaan melaui internalisasi
ajaran Agama.45
c. Sarana dan Prasarana
Terciptanya proses pelayanan dan pelaksanan tugas dengan baik harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kantor Urusan Agama ( KUA) Kecamatan Enrekang memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sarana dan prasarana yang tersedia berupa: Ruangan Kepala, Ruangan Penyuluh, Ruangan balai nikah,Ruangan staff, Ruangan arsip, Ruangan tamu, toilet, tempat wudhu, musholla, dapur, tempat parkir serta ketersediaan sarana berupa komputer, lemari, meja, kursi, dan printer. Sebagai gambaran secara adminstratif dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mesin ketik dalam daftar inventaris ada 2 (dua), namun satupun
tidak ada yang bisa difungsikan secara baik. Di sisi lain hanya ditunjang oleh 1 (satu) buah komputer dan tidak dapat memenuhi kebutuhan administrasi.
45
KUA Kec. Enrekang, Makalah lomba KUA teladan, 31 Maret 2021, Pukul 10:09 WITA
2. Lemari arsip yang digunakan sebagai penyimpanan berkas tidak mampu menampung berkas yang ada, dan itupun sudah tidak layak pakai, sehingga arsip- arsip yang ada tidak terjamin pengelolaannya.
3. Kursi yang ada, seperti kursi staf dan kursi pelayanan maih kurang, itupun sudah tidak dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Sehingga proses pelayanan sering terganggu, terutama jika yang akan mendapatkan pelayanan melebihi fasilitas yang ada.
4. Tempat parkir yang disediakan hanya untuk pegawai Kantor Urusan Agama (KUA), itupun tidak sesuai. Sehingga masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan di KUA tidak menjamin akan keamanan kendaraannya, bahkan
menggangu pengguna jalan, karena mereka parkir
kendaraanya di pinggir jalan yang memakan badan jalan.46
d. Kepegawaian
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Enrekang mulai tahun berdirinya 1960 sampai tahun 2021 sekarang ini, sudah dipimpin oleh 10 ( sepuluh) Kepala KUA, masing- masing sebagai berikut:
1. H. Sulaiman ( 1960-1968)
2. Abd. Gaffar ( 1968-1989)
3. As. Pasanrangi ( 1989-1992)
46
KUA Kec. Enrekang, Makalah lomba KUA teladan, 31 Maret 2021, Pukul 10:09 WITA
4. Drs. Bashir Ismail ( 1992-1997)
5. Drs. Pasuloi Dumas ( 1997-2002)
6. Nurdin, S. Ag ( 2002-2008)
7. Achmad Tamsil, S.Ag ( 2008-2009)
8. H. A. Muh. Natsir, S.Ag ( 2009-2010)
9. Turmizi, S. Ag ( 2010-2018)
10. Drs. H. Lamir Dacing, M. Si ( 2018- sekarang)
Kantor Urusan Agama ( KUA) Kecamatan Enrekang difasilitasi
oleh 2 (dua) personil kepegawaian yaitu Pegawai Negeri Sipil ( PNS) dan Pegawai Honorer. Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 4 ( empat ) orang, masing-masing :
1. Drs. H. Lamir Dacing, M.Si ( Kepala KUA)
2. Maslikan, S.Ag ( Penghulu)
3. Drs. Hasir ( Penyuluh)
4. Abdul Karim, A. Ma ( Staff).
Adapun tenaga hon orer terdiri dari 11 orang, tenaga staff 3 ( tiga) orang, dan tenaga penyuluh 8 ( delapan ) orang, masing-masing :
1. Abdul Hafid, S. Pd. I ( Operator SIMKAH)
2. Ibnu Aqil, S. Pd ( Administrasi KUA)
3. Al adawiah Amir, S. Hum ( Administrasi KUA)
4. Yahya H Ahmad, S. Hi ( Penyuluh Non PNS)
5. Abbas, S. Hi ( Penyuluh Non PNS)
7. Mujahidah, S. Pd. I ( Penyuluh Non PNS) 8. Nursyamsi El Zakariya, S. Ag., MH ( Penyuluh Non PNS)
9. Dawira, S. Pd. I ( Penyuluh Non PNS)
10. Masniati, S. Ag ( Penyuluh Non PNS)
11. Muhammad Anwar, S. Pd. I ( Penyuluh Non PNS)47
e. Program Kerja
Dalam rangka pelayanan umum kepada masyarakat, Kantor Urusan
Agama ( KUA) Kecamatan Enrekang membuat program kerja tahunan sebagai berikut:
1. Pembinaan administrasi kantor/NTCR
2. Rapat :
a. PHBI
b. BAZ
3. Peringatan Hari-Hari Besar Islam :
a. Maulid
b. Isra‟ Mi‟raj
c. Tahun Baru Hijriyah
4. Penyuluhan
5. Orientasi Guru Mengaji
6. MTQ ( Musabaqah Tilawatil Qur‟an)
7. Ceramah/ Safari Ramadhan
8. Pembinaan Kelompok Belajar Calon Haji
47
KUA Kec. Enrekang, Makalah lomba KUA teladan, 31 Maret 2021, Pukul 10:09 WITA
9. Suscatin dan Pembinaan Keluarga Sakinah
10. Penataan Halaman
11. Lintas Sektoral 48
2. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Kecamatan Enrekang Berdasarkan observasi peneliti terkait pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kec. Enrekang, maka calon pengantin sebelum melangsungkan bimbingan pra nikah, perlu melengkapi syarat administratif perkawinan.
Dalam hasil wawancara peneliti dengan Bapak Drs. Hasir selaku Penyuluh KUA Kec. Enrekang menyebutkan bahwa :
“ Syarat administratif pra nikah adalah syarat umum yang berlaku pada Kementerian Agama. Selanjutnya melakukan pendaftaran, dan setelah itu di berikan materi bimbingan nikah. Menurutnya, bahwa materi yang diberikan adalah materi tentang persiapan membentuk keluarga yang sakinah mawaddah, wa rahmah, serta mendidik anak agar menjadi keturunan yang sholeh dan sholehah. Di samping itu, juga di berikan materi tentang hak dan kewajiban suami-istri. Beliau mengeaskan bahwa sebab perselisihan dalam rumah tangga adalah bermula pada masing-masing pasangan calon pengantin yang tidak memahami hak dan kewajiban masing-masing. Adapun materi tambahan lainnya yang di berikan adalah seputar wudhu, tayammum, sholat dan kemampuan
membaca Al-Quran”.49
Lebih rincinya, dalam hasil wawancara dengan Bapak Abdul Karim, A, Ma selaku Staff Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Enrekang meyebutkan bahwa di antara kelengkapan berkas administrasi yang harus di penuhi oleh calon pengantin adalah sebagai berikut:
- N 1 ( Surat Keterangan Untuk Nikah) - N 2 ( Surat Permohonan)
- N 3 ( Surat Persetujuan Mempelai)
48
KUA Kec. Enrekang, Makalah lomba KUA teladan, 31 maret 2021 Pukul 10: 09 WITA
49
Drs. Hasir, ( Penyuluh KUA Kec. Enrekang) , wawancara, 1 maret 2021 Pukul 11:52 WITA
- N 4 ( Surat Ijin Orangtua ) bagi calon pengantin belum cukup usia nikah - Surat ijin menikah dari atasan bagi TNI/POLRI
- Pas photo ukuran 2x3 = 3 lembar & 4x6 = 1 lembar berlatar biru • Calon pengantin laki-laki memakai jas, dasi dan kopiah • Calon pengantin wanita memakai jilbab
- Dispensasi dari Camat bagi yang akan melangsungkan pernikahan kurang dari 10 hari kerja
- Surat rekomendasi nikah dari KUA bagi calon pengantin yang berKTP di luar wilayah kerja KUA Kec. Enrekang
- Foto copy KK (Kartu Keluarga) masing- masing 1 lembar - Foto copy KTP masing- masing sebanyak 1 lembar, bagi:
• Calon suami dan kedua orangtuanya
• Calon istri dan kedua orangtuanya/ walinya • 2 (dua) orang saksi laki-laki dewasa
- Surat keterangan berbadan sehat dari Dokter
- Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi calon pengantin yang berumur di bawah 19 tahun
- Akta cerai ( asli) dari Pengadilan Agama bagi calon pengantin yang berstatus janda/duda
- Foto copy akta kelahiran 1 ( satu) lembar
- Surat pernyataan status calon pengantin laki-laki dan wanita. 50
Setelah kelengkapan administrasi terpenuhi, selanjutnya dilakukan bimbingan perkawinan.
Dalam wawancara peneliti dengan Drs. H. Syawal Sitonda, M. Ag, selaku Kepala Bimas Islam ( Bimbingan Masyarakat Islam) Kemenag Enrekang menjelaskan bahwa ” Bimbingan pra nikah yang dalam pelaksanaannya terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu: Bimbingan Mandiri ( pelaksanaan oleh KUA),
Bimbingan Klasikal Serta Bimbingan Remaja Usia Nikah”.51
Lebih lanjut, Drs. H. Syawal Sitonda, M. Ag menambahkan dalam wawancaranya:
“ Bimbingan mandiri secara mutlak harus dilakukan oleh KUA masing-masing kepada calon pengantin saat melakukan pendaftaran tanpa melihat porsi anggaran. Adapun bimbingan klasikal, adalah model bimbingan periodik yang sudah ditetapkan oleh pemerintah kepada setiap Kabupaten/Kota dengan jumlah anggaran yang telah tersedia bagi setiap peserta bimbingan perkawinan. Pelaksanaan bimbingan klasikal adalah selama 2 ( dua) hari dengan pemberi an materi yang memadai, baik pembekalan wawasan keagamaan maupun kesehatan reproduksi. Alokasi anggaran bimbingan pra nikah “ bimbingan klasikal “ adalah anggaran yang langsung dari Sekretariat Presiden bukan dari Kementerian. Jumlah anggaran yang di keluarkan adalah sekitar 7% dari peristiwa nikah yang ada di Negara Republik Indonesia. Untuk Kabupaten Enrekang, mendapatkan porsi untuk bimbingan pra nikah sebanyak 100 ( seratus) pasang dalam setiap tahunnya dari total 1700 – 1900 peristiwa nikah. Dari 100 ( seratus) pasang peserta bimbingan, Kecamatan Enrekang mendapatkan jumlah terbanyak dari
kecamatan lainnya, yaitu sebanyak 25 pasang”.52
Senada dengan hal di atas, Drs. H. Lamir Dacing, M. Si selaku Kepala KUA Kecamatan Enrekang juga menjelaskan bahwa:
“ Pelaksanaan bimbingan klasikal merupakan tugas dari Bimas Islam . Namun, dalam kepesertaannya, pihak KUA yang menyiapkan pesertanya dari wilayah KUA masing-masing. Pelaksanaan bimbingan klasikal di laksanakan pada setiap tri wulan. Adapun bimbingan mandiri adalah wewenaang KUA. Namun,secara aturan tetap mengikut pada Bimas Islam. Model pelaksanaan bimbingan mandiri adalah face to face . Artinya bentuk bimbingan nikah yang dilakukan ketika calon
51
Drs. H. Syawal Sitonda, M.Ag ( Bimas Islam Kemenag Enrekang), wawancara, 1 Maret 2021 Pukul 15: 30 WITA
52
Drs. H. Syawal Sitonda, M.Ag ( Bimas Islam Kemenag Enrekang), wawancara, 1 Maret 2021 Pukul 15: 30 WITA
pengantin melakukan pendaftaran. Saat setelah pendaftaran, maka calon pengantin
langsung mengikuti bimbingan nikah”.53
Berdasarkan hasil observasi peneliti khususnya terkait Bimbingan Mandiri atau yang populer di istilahkan dengan “ SUSCATIN” pada KUA Kec. Enrekang, bahwa pelaksanaannya belum sepenuhnya mengacu pada aturan Bimas Islam. Hal tersebut terlihat pada lama waktu bimbingannya yang singkat, antara 30 menit – 1 jam atau lebih. Selain itu, materi yang di berikan juga belum mengacu sepenuhnya pada Bimas Islam.
Pendapat yang sama dengan peneliti juga diungkapkan oleh Bapak Maslikan, S. Ag ( Penghulu KUA Kec. Enrekang) yang juga pernah menjabat sebagai Bimas Islam Kemenag Enrekang, beliau menegaskan bahwa:
“ Seyogyanya pelaksanaan Bimbingan Mandiri/ SUSCATIN harus mengacu pada Bimas Islam. Namun pada prakteknya yang selama ini dilakukan, sifatnya insidental. Olehnya beliau juga telah memberikan arahan kepada pihak KUA
terkait, agar lebih maksimal lagi dalam pelaksanaan bimbingannya”.54
Lebih lanjut, Bapak Maslikan, S. Ag juga menjelaskan bahwa:
“ Selaku pelaksana bimbingan , saya mengeluhkan adanya pelaksanaan bimbingan khususnya di KUA Kec. Enrekang, yang belum bersifat penekanan/ kewajiban bagi para peserta. Selama ini yang terjadi, bimbingan nikah diadakan seadanya saja. Beliau menyarankan agar kedepannya para peserta bimbingan harus diwajibkan untuk mengikuti bimbingan nikah serta diberikan ujian materi bimbingan, dan bagi yang lulus dalam ujian, maka diperkenankan untuk melangsungkan pernikahan. Adapun, bagi peserta yang belum lulus, maka mereka harus mengikuti lagi materi bimbingan nikah, sampai benar-benar dinyatakan lulus. Sehingga para calon pengantin benar-benar memiliki bekal pernikahan
yang cukup dan siap dalam menjalani kehidupan rumah tangganya”.55
53
Drs. H. Lamir Dacing, M.Si ( Kepala KUA Kec. Enrekang), wawancara, 1 Maret 2021 Pukul 13: 41 WITA
54
Maslikan, S.Ag ( Penghulu Kec. Enrekang ), wawancara, 3 Maret 2021, Pukul 12: 06 WITA
55
Maslikan, S.Ag ( Penghulu Kec. Enrekang ), wawancara, 3 Maret 2021, Pukul 12: 06 WITA