• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga keandalan kerja dari PMT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga keandalan kerja dari PMT."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

CIRCUIT BREAKER MEDIA PEMADAM BUSUR API JENIS SF

6

DENGAN

SISTEM PENGGERAK HIDROLIK DAN PEGAS SEBAGAI PROTEKSI

PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL

AP Hendra Pradana.1, Karnoto ST,MT.2

1Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Email : aphp_16@yahoo.co.id

ABSTRAK -Dalam sistem tenaga listrik, system proteksi bertujuan untuk mengamankan

peralatan-peralatan listrik maupun manusia yang berlokasi di sekitar gangguan (hubung singkat). Peralatan proteksi bekerja mengisolir arus gangguan yang terjadi secepat mungkin dan seminimal mungkin agar tidak terjadi tingkat kerusakan ataupun kerugian yang lebih besar.Salah satu peralatan yang termasuk di dalam sistem proteksi adalah Pemutus Tenaga (PMT). Peralatan ini merupakan saklar yang bekerja untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik ketika terjadinya gangguan baik dalam keadaan berbeban maupun tidak sesuai dengan ratingnya. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, maka Pemutus Tenaga harus mempunyai koordinasi dengan rele pengaman secara tepat dan mempunyai kemampuan untuk menginterupsi gangguan secara cepat. Dikarenakan Pemutus Tenaga terdiri atas kontak-kontak (kontak tetap dan kontak bergerak), maka ketika kontak tersebut bergerak timbul busur api yang digunakan untuk memadamkan busur api secara cepat dan tepat. Dimana SF6 merupakan salah satu media pemadam busur api yang baik digunakan untuk rating tegangan tinggi. Begitu pula dengan mekanis Pemutus Tenaga sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dan meminimalisasi kerusakan yang terjadi pada kontak-kontak PMT.Pemutus Tenaga merupakan peralatan vital yang terdapat pada Gardu Induk oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif dan terjadwal. Dengan demikian dapat meminimalisasi kerusakan yang dapat mengakibatkan berkurangnya efisiensi penyaluran tenaga listrik baik ke pelanggan maupun ke Gardu Induk lain melalui jaringan transmisi.

Kata kunci : Proteksi peralatan,Pemutus daya,media pemadam busur api SF6.

I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

Semakin meningkatnya kebutuhan

listrik terhadap konsumen,menjadikan PLN sebagai perusahaan listrik Negara harus menyediakan kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen listrik di IndonesiaHal tersebut harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan yang sesuai dengan kondisin peralatan yang ada.

Salah satu peralatan proteksi adalah PMT atau pemutus tenaga sering disebut dalam bahasa listrik circuit breaker

(CB).CB pada dasarnya merupakan

peralatan listrik yang digunakan sebagai proteksi atau pengaman terhadap peralatan listrik lainya.CB merupakan saklar yang digunkan uuntuk menghubungkan maupun memutuskan bila terjadi gangguan atau sedang dilaksanakan pemeliharaan pada Gardu induk yang bersangkutan.PMT atau CB merupakan peralatan yang sangat penting untuk proteksi.Pemutus tenaga atau CB Harus dijaga keandalanya agar dapat

melaksanakan tugas sebagaimana

mestinya,untuk itu perlu diadakan adanya

pemeliharaan yang bertujuan untuk

menjaga keandalan kerja dari PMT.

1.2 Tujuan

Mempelajari secara langsung

mengenai sistem penyaluran listrik serta peralatan tegangan tinggi terutama pada circuit breaker yang beroprasi pada GI 150 kV Srondol dan untuk Mempelajari penerapan circuit breaker atau pemutus tenaga media pemadam busur api jenis SF6

dengan sistem penggerak hidrolik atau pegas sebagai proteksi pada Gardu induk 150 KV srondol.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi tentang masalah Pengunaan Circuit breaker (CB) media pemadam busur api jenis SF6 dengan sistem

penggerak hidrolik dan pegas sebagai proteksi pada Gardu Induk 150 kv Srondol .

(2)

II. PT PLN ( PERSERO) P3B REGION

JAWA TENGAH DAN DIY

UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

2.1 Gambaran UmumPT PLN

(PERSERO) P3B REGION JAWA

TENGAH DAN DIY

UNITPELAYANAN TRANSMISISEMARANG

Unit Pelaksanaan Transmisi dan Gardu Induk UPT Semarang mempunyai tugas pokok, yaitu melaksanakan operasi dan pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk semarang untuk transmisi tegangan 150

kV.Untuk melaksanakanfungsi

tersebut,Unit PelaksanaTransmisi dan

Gardu Induk(UPT Semarang) terdiri

atasManager yang membawahi Assisten Manager Perencanaan danEvaluasi,Assisten Manager Operasi &Pemeliharaan dan

Assisten ManagerAdministrasi dan

Keuangan, dimana masing-masing assisten managermelaksanakan tugas sesuai dengan peranya.

III. CIRCUIT BREAKER

3.1 Pengertian dasar Circuit Breaker atau PMT

Setiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan pada sistem dan mempertahankan kestabilan sistem ketika terjadi gangguan,sehingga

kontinuitas pelayanan dapat

dipertahankan.Salah satu kompunen sistem proteksi adalah Pemutus daya (circuit

breaker ).Pemutus daya atau circuit breaker

adalah sakelar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.

3.2 Proses terjadinya busur api pada Circuit breaker

Busur api atau Arcing adalah suatu fenomena yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi terutama circuit breaker atau PMT yang ditimbulkan karena adanya proses pemutusan rangkaian suatu sistem pada saat rangkaian dialiri arus bolak-balik (AC).Ketika kontak PMT / CB dipisahkan, beda potensial di antara kontak tersebut menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan

terjadinya perpindahan elektron bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke sisi beban dan arus tetap mengalir. Karena hal ini menimbulkan emisi thermis yang cukup besar, maka timbul busur api (arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan.

3.3 Klasifikasi Circuit breaker

Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6.

3.3.1Sakelar PMT Minyak

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga

minyak menguap dan menimbulkan

gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh

karena itu, pemadaman busur api

tergantung pada pemanjangan dan

pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas Hasil Dekomposisi minyak. Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sakelar PMT dengan banyak

menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker)

2. Sakelar PMT dengan sedikit

menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker)

3.3.2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)

Sakelar PMT inidapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV.PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat.

(3)

Gambar 1 Air Blast Circuit Breaker 3.3.3 Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)

Sakelar PMT inidapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV.Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum.Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.

Gambar 2 Vacuum Circuit Breaker 3.3.4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV, PMT yang

dipakai menggunakan media gas SF6

(Sulphurhexafluoride).Sifatgas

SF6murniadalahtidakberwarna, tidak

berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6mempunyaisifattidakmerusak metal,

plastic dan bermacam bahan yang

umumnya digunakan dalam pemutus tenaga

tegangan tinggi.

Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:

1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type)

2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type)

IV Circuit Breaker Media Pemadam Busur Api jenis SF6 Dengan Sistem

penggerak Hidrolik dan Pegas Sebagai Proteksi pada Gardu induk srondol

4.1 Sulphur Hexa Florida (SF6)

Sulpur hexa florida adalah merupakan jenis gas sebagai pemadam busur api pada peralatan tegangan tinggi yaitu circuit breaker atau pemutus daya.Sulpur hexa florida (SF6) merupakan jenis senyawa gas

yang terbentuk dari unsur sulphur dan unsur

florida. GasSF6berfungsi sebagai pemadam

busur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktu membuka dan sebagai isolasi

antara kontak bagian-bagian yang

bertegangan.Dalam unjuk kerjanya gas jenis SF6 juga mempunyai sifat sebagai

berikut apabila digunakan sebagai

pemadam busur api :

1. Cepatuntukmembentukkembalikekua

tandielektrik ( dielectric strength). 2. Tidak menjadi karbon selama terjadi

busur api (arcing). 3. Tidak mudah terbakar.

4. Konduktivitas panasnya yang baik (thermal conductivity).

5. Tidak menimbulkan bunyi yang

besar pada saat circuit breaker (PMT) menutupataumembuka.

4.2 Pemutus Tenaga Media Gas SF6

Gas SF6berfungsi sebagai pemadam

busur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktu membuka dan sebagai isolasi

antara kontak bagian-bagian yang

bertegangan. Pemakaian gas SF6sebagai

media pemutus ini hádala yang paling baru. Mula-mula sistem desain dengan gas SF6 ini sama atau meniru dari PMT air blast

breaker (ABB) dengan suatu tangki yang kemudian disemburkan atau ditiupkan ke arah kontak-kontak utama dan juga memadamkan busur api yang terjadi, ini kira-kira sama dengan PMT air blast.

4.3 Prinsip kerja PMT dengan media Gas SF6

Pada proses pembukaan:

Tabung kontak bergerak yang

terhubung dengan kontak tetap bawah meninggalkan kontak tetap atas. Pertama kali silinder bergerak akan terpisah dengan jari-jari koritak tetap kemudian jari-jari busur akan terpisah dari batang busur dan akhirnya ujung busur akan terpisah dengan batang busur. Pada saat ujung busur terpisah dengan batang busur akan terjadi loncatan api yang segera dipadamkan oleh hempasan gas SF6

Pada Proses Penutupan :

Tabung kontak bergerak yang

berhubungan dengan kontak tetap bawah bergerak kearah bagian-bagian kontak tetap dan terminal atas sehingga kontak tetap dan terminal atas (upper terminal) ke terminal bawah (lower terminal).

(4)

4.4 Bagian-BagianPMT denganmedia Gas SF6

1).Ruangan Pemutus Tenaga

Ruangan pemutus tenaga ini

terletak di atas bagian penyangga, setiap kutub (pole) dapat terdiri dari satu ruangan pemutus tenaga ganda ( multi-break), tergantung besarnya tegangan, daya atau MVA kapasitas pemutusan (breaking-capasity) yang dihubungkan seri. Untuk Ruangan pemutus tenaga lebih dari satu, umumnya dilengkapi dengan kapasitor yang dihubungkan paralel dengan ruangan pemutus tenaga. Fungsi kapasitor pada PMT dengan media gas SF6 adalah sama

dengan fungsi kapasitor pada PMT dengan udara hembus

2). Kontak-Kontak

Terdiri dari kontak tetap (fixed contact) dan kontak bergerak (moving contact).Kontak tetep (fixed contact) terdiri dari dua bagian yaitu Kontak tetap atas (upper fixed contact) yang terdiri dari Bagian penyangga kontak tetap,Jari-jari tetap,dan Kontak busur api, Kontak tetap

atas ini dihubungkan ke terminal

atas.Bagian kedua dari Kontak tetap adalah kontak Kontak tetap bawah (lower fixed contact) yang terletak dibagian dalam torak tetap, juga terpasang dengan torak tetap bawah dan torak tetap dihubungkan ke terminal bagian bawah.sedang kontak bergerak (moving contact) terdiri dari tabung kontak bergerak,jari-jari kontak busur ,ujung kontak,nozzle dari bahan

isolasi, berikut gambarPenampang

PMT SF6

Gambar 3 Penampang PMT media gas SF6

3).Pengatur Busur Api

Pengatur busur api pada PMT dengan media gas SF6 ini prinsip kerjanya

terdiri dari beberapa macamantara lain silinder bergerak terhubung dengan tabung kontak bergerak yangdapat mengikuti

gerakan sepanjang bagian penyangga

kontak penggerak

4). Bagian penyangga

Bagian penyangga terbuat dari porselin, dipasang vertikal pada rangka tangki (frame tank) dan berfungsi sebagai penyangga dari ruangan pemutus tenaga.

5). Penggerak PMT

Makanisme penggerak berfungsi untuk menggerakkan kontak bergerak untuk

pemutusan dan penutupan dari

PMT.Mekanisme pengerak PMT terbagi

beberapa macam yaitu

Pegas,Pneumatik,Hidrolik,dan Elektris.

4.5 Penggunaan Mekanisme

Penggerak PMT jenis Pegas dan Hidrolik pada PMT GI 150 kV srondol.

4.5.1 Mekanisme Penggerak Pegas

Dalam penggerak PMT ini

mekanisme pegas yang digunakan adalah jenis pegas pilin dengan struktur gambar sebagai berikut :

Gambar 4 Mekanis penggerak secara mekanik denagn pegas pilin.

(5)

Keterangan gambar :

Proses pengisian pegas (spring charge) : lihat gambar 4

Motor (7) menggerakkan roda

pengisi (5) pada batang pegas (13) melalui roda perantara yang dihubungkan dengan dua buah rantai. Berputarnya roda pengisi (5) (lihat arah panah) mengakibatkan pegas penutup (3) terisi (meregang) pada batas maksimumnya. Maka motor (7) akan berhenti. Pegas penutup (3) dapat juga

diregang secara manual dengan

mneggunakan engkol (6).

Proses Penutupan PMT (Closing of Breaker)

Dengan diberinya arus penguat pada kumparan penutup (16) atau dengan menekan ”push button” maka hubungan antara lengan interlock (1) dan pawl (2) akan terlepas, sehingga batang pegas (13) juga akan terlepas dan pegas penutup (3) akan menjadi mengendor. Penghubung (12) pada batang pegas (13) menggerakkan pawl (11) sehingga berputar sepanjang sektor penunjang (14) dengan sudut 1200 dan menutup PMT melalui batang pemutus tenaga (15) dan bersamaan dengan itu pegas pentrip (4) akan terisi kemudian

secara otomatis motor (7) akan

menggerkkan roda pengisi (5) kembali untuk tenaga pemasukan selanjutnya.

Proses Pembukaan PMT (Tripping of Breaker)

Dengan diberinya arus penguatan pada kumparan tripping (8) atau dengan ”push button” akan melepas hubungan antara tuas pengunci (9) dan sektor penunjang (14) dan akhirnya masuk kedalam alur stop groove (10). Pawl (11) didorong oleh sektor penunjang (14) dan menyebabkan terlepasnya pegas pentrip (4)

menggerakkan batang PMT (15) sehingga PMT trip dan sektor penunjang kembali pada posisi semula.

4.5.2 MekanismePenggerakHidrolik

Gambar 5 Mekanis hidrolik pada jenis PMT dengan media gas

SF

6, tipe FA-1 buatan Merin

Gerin

Proses Penutupan PMT dan Pengisian Pegas Pelepas. (lihat gambar 4.24)

Bila kumparan penutup (26)

mendapat impuls listrik, maka katup penutup (4) bergerak sehingga minyak bertekanan tinggi dari tabung pengumpul masuk melalui katup penutup (4) dan katup (8) dan mendorong piston katup saluran (7), katup saluran (7) tertutup dan perapat dalam katup (6) terbuka. Bersamaan dengan itu piston control katup (17) dari katup utama (16) juga mendapat tekanan minyak yang mengalir melalui pembatas aliran

(14), sehingga minyak dari tabung

(6)

ke tabung saluran cepat (34) dan terus ke silinder utama (31).

Dalam silinder utama ini minyak menekan piston yang dihubungkan dengan gerak PMT dan sekaligus menekan pegas pentrip (36) yang dengan kata lain menisi pegas pentrip.

PMT Dalam Keadaan Tertutup

Dalam keadaan PMT tertutup

kedudukan perapat dalam katup (6) dan katup saluran (7) masih tetap seperti kedudukan pada proses penutupan PMT dan gaya dari pegas pen-trip (36) masih ditahan oleh minyak dalam silinder utama (31).

Proses pembukaan PMT

Bila kumparan pen-trip (25)

mendapat impuls listrik maka katup

pembuka (5) terbuka. Hal ini

mengakibatkan menurunnya tekanan

minyak pada piston katup saluran (7) dan piston katrol katup (17) sehingga perapat dalam tabung (6) dan katup utama (16) menutup serta katup saluran (15) membuka. Tekanan dikedua sisi piston dalam tabung katup saluran cepat (34) menjadi tidak seimbang karena dari satu sisi sudah disalurkan melalui katup saluran (15), sehingga piston tersebut bergerak dan minyak dari silinder utama (31) mengalir melalui tangki minyak tanah bertekanan rendah (35). Dengan demikian, pegas pen-trip (36) mendorong piston dalam silinder utama (31) dan memisahkan kontak diam.

4.6 Pemeliharaan PMT

Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya

sehingga dapat di cegah terjadinya

gangguan yang menyebabkan

kerusakan.Pemeliharaan pada PMT dapat dibagi Menjadi 4 macam :

1.Predictive Maintenance (Condicional Maintenan.

2.Preventive Maintenance (Time Base Maintenance).

3.Corrective Maintenance. 4.Breakdown Maintenance.

4.7 Pengukuran Keserempakan PMT (Circuit breaker)

Pengukuran keserempakan circuit breaker atau PMT adalah pengukuran dengan tujuan untuk mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat open atau close Pada Pengujian ini menggunakan alat yang bernama Breaker analizer.Breaker analizer berfungsi untuk mengukur keserempakan buka tutup pole pada PMT atau circuit breaker.

Gambar 6 Breaker analize

Untuk pengujian waktu keserempakan dari PMT dilakukan pada saat PMT atau CB tidak bertegangan dimana PMT diposisikan dalam keadaan lokal yaitu PMT dicontrol

mekanisme open-close dengan

menggunakan breaker analizer.Pada

pengujian ini sumber DC dalam keadaan OFF.Lalu memposisikan alat uji pada PMT yang akan diuji.Dengan menggunakan alat diatas maka didapatkan hasil pengukuran pada CB by pandanlamper II sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil pengukuran PMT by pandanlamper II NO Hasil ukur sebelumnya (ms) Hasil Pengukuran (ms) C-O R S T R S T 0,36 0,37 0,36 0,38 0,37 0,39 O-C R S T R S T 0,37 0,37 0,38 0,38 0,37 0,37 Pada tabel diatas terlihat nilai dari hasil pengukuran dari breaker analizer.Pada hasil pengukuran diatas maka dapat dicari rata-rata keserempakan pada PMT sebagai berikut :

Contoh perhitungan :

Pada posisi O – C (open-close) Rata-rata = ( 0,38 + 0,37 + 0,39 ) : 3

(7)

NO Hasil Penghitungan rata-rata (ms) Rata rata keserempakan C-O R S T 0,38 0,37 0,39 0,38 O-C R S T 0,38 0,37 0,37 0,373 Apabila : Rata-rata keserempakan < 10 ms Maka PMT atau circuit breaker tersebut dapat melaksanakan atau melakukan trip sesuai dengan kinerja keserempakan yang normal atau keandalanya masih dapat teratasi.Tetapi apabila nilai rata-rata keserempakan > 10 ms maka unjuk kerja keserempakan PMT kurang mencapai keandalan atau keandalanya kurang maka perlu diadakan bleeding atau penyetelan pada PMT tersebut

.

Dari hasil perhitungan diatas dapat terlihat bahwa nilai dari keserempakan rata-rata dari tiap fasa masih dalam nilai yang aman berdasarkan ketentuan yang terdapat pada diatas maka PMT pada Busbar by

pandanlamper II masih cukup

handal,sehingga tidak perlu adanya

bleeding atau penyetelan pada PMT tersebut.Pada tabel diatas Sesuai dengan

penghitungan diatas maka dapat

digambarkan pada gadengan grafik

dibawah ini :

5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan

1. Setiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan

pada sistem dan mempertahankan

kestabilan sistem ketika terjadi

gangguan,sehingga kontinuitas

pelayanan dapat dipertahankan.Salah satu kompunen sistem proteksi adalah Pemutus daya (circuit breaker).

2. PMT jenis Gas

6

SF

berfungsisebagaipemadambusur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktumembukadan sebagaiisolasi antara kontakbagian-bagian yang bertegangan.

Pemakaian gas

SF

6sebagai media

pemutus yang palingbaru.

3. Prinsip kerja PMT dengan media

gas

SF

6adalah ketika

terjadiketidaknormalan (tegangan lebih) peralatan relay akan mendeteksi dan mengirim sinyal untuk mengoperasikan pemutus tenaga untuk membuka. Untuk membuka dan menutup dari PMT adalah dengan menaikkan dan menurunkan posisi dari kontak bergerak (moving contact), kontak bergerak (moving contact) yang terhubung dengan batang penggerak (operrating mechanism). 4. PMT pada GI 150 kV Srondol, yaitu

mekanisme penggerak Pegas dan

mekanisme penggerak Hidrolik.

5. Kecepatan dan tekanan gas yang rendah digunakan untuk memperkecil beberapa kemungkinan terhadap chopping (proses pemutusan arus sebelum mencapai titik titik nol) dan arus kapasitif dapat diputuskan tanpa penyalaan kembali (restriking).

6. Pemeliharaan Circuit Breaker adalah tergantung dari ukuran CB dan statusnya apakah dijaga atau tidak dijaga. Pelaksanaan dari pemeliharaan dapat dilaksanakan apakah CB dalam kondisi operasi atau tidak operasi.

7. Pada pengujian Keserempakan PMT by Pandean lamper II didapatkan nilai rata-rata masing-masing urutan fasa R,S,T = 0,376 ms ;0,376 ms;0,386 ms pada Pengujian mekanisme O-C (open-close) dan 0,373 ms ;0,376 ms ;0,373 ms pada mekanisme C-O (close-open).

8. Pada Pengujian keserempakan

didapatkan nilai rat-rata kesermpakan pada PMT kurang dari 10 ms sehingga dapat disimpulkan PMT dalam keadaan

baik pada saat mekanisme

keserempakan tingkat kerja baik ,jadi tidak perlu diadakan Bleeding atau penyetelan pada PMT.

5.2. Saran

1. Untuk mendapatan keandalan dari

peralatan tegangan tinggi sehingga

peralatan yang bekerja dapat

melaksanakan tugasnya sebaiknya

diadakan

perawatansesuaidenganjadwalperawatan nya.

(8)

2. Apabila ada mahasiswa melakukan kerja praktek atau magang sebaiknya pihak dari UPT Semarang lebih banyak mengikutkan mahasiswa magang dalam

pemeliharaan agar mendapatkan

pengalaman kerja lapangan.

3. Sebaiknya di UPT Semarang disediakan

perpustakaan khusus untuk media

pembelajaran baik bagi Karyawan UPT Semarang,Mahasiswa magang ,maupun pihak yang melakukan penelitian. 4. Adanya fasilitas teknis bagi mahasiswa

yang melakukan kerja praktek atau bimbingan di UPT semarang,seperti baju lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arismunandar, A. 1994. Teknik

Tegangan Tinggi. Jakarta : PT

Pradnya Paramita.

[2] Gonen, Turan. 1988. Electric Power

Transmission System Engineering – Analysis and Design. New York:

Willy-Interscience Publication. [3] Hutahuruk, T.S. 1985. Transmisi

Daya Listrik. Jakarta: Erlangga.

[4] International Electrotechnical

Commission, International Standard

IEC 60502-2 – Power cables with extrunded insulation and their accessories for rated voltages from 1 kV (Um = 1,2 kV) up to 30 kV (Um = 36 kV), Switzerland, 2005.

[5] International Electrotechnical

Commission, International Standard

IEC 694-96 – Common Specifications for High-Voltage Switchgear and Controlgear Standards, Switzerland,

1996.

[6] Naidu, M. S., Kamaraju, V. 1991.

High Voltage Engineering. New

Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.

[7] Privezentsev, V., Grodnev, I.,

Kholodny, S., Ryazanov, I. 1973.

Fundamentals of Cable Engineering.

Moskow: Mir Publishers.

[8] Standar Perusahaan Umum Listrik Negara. 1995. SPLN 43-5-4. Jakarta: Perusahaan Umum Listrik Negara.

[9] Standar Perusahaan Umum Listrik Negara. 1981. SPLN 39-1. Jakarta: Perusahaan Umum Listrik Negara. [10] Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar

Teknik Pengujian Tegangan Tinggi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

[10] Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan

Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[11] ---, Power Cable, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Po wer_Cables, February 2010. [12] ---, Macam-macam Kabel.http://www.voksel.co.id. February 2010.

BIODATA

Penulis yang lahir di Boyolali, 16 Oktober 1988

mempunyai riwayat

pendidikan di SDN Weru Boyolali, SMPN 1 Simo Boyolali, SMAN 1 Simo Boyolali dan saat ini sedang menjalankan studi strata 1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi teknik tenaga listrik.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Agung Warsito, DHET NIP 195806171987031002

Gambar

Gambar 3 Penampang PMT media gas  SF 6
Gambar 5 Mekanis hidrolik pada jenis PMT  dengan media gas  SF 6 , tipe FA-1 buatan Merin
Gambar 6 Breaker analize

Referensi

Dokumen terkait

ari 7 data tersebut akan dilakukan proses yang sama dengan pelatihan data, yaitu melalui proses preprocessing, kemudian ekstraksi ciri dan hasilnya alkan

Informasi yang terkandung dalam annual income number berguna untuk menilai harga saham yang berpengaruh terhadap reaksi pasar yang terlihat dari perbedaan

Sesuai ketentuan yang telah diterapkan melalui SAP nomor 71 tahun 2010, maka judul penelitian ini adalah “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis

Kartono (2011: 136) menjelaskan bahwa fobia adalah ketakutan atau kecemasan khas neurotik dan merupakan simbol dari konflik-konflik neurotik yang menimbulkan

bumbu tersebut. Selain itu penambahan bahan ini ke Ucapan terima kasih disampaikan kepada dalam garam dapat mempertahankan mutu garam, Sdr. Laela Salamah yang

Salmina W.Ginting (2004) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan yang bertujuan untuk

Hasil analisis keputusan petani tebu dalam pengambilan KKP-E di Desa Bakalan Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang menunjukkan bahwa luas lahan garapan petani tebu