• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 1 Juni 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 1 Juni 2020"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

18

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA PENYULUH DAN KELOMPOK TANI DI KAMPUNG RIMBA JAYA KABUPATEN BIAK NUMFOR

Priskila Estetika Padwa1), Agus Sumule2), Maria A. P. Palit3)

Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban Manokwari-Papua Barat, 98314

ABSTRACT

Residents in Rimba Jaya Village generally work as farmers. In Rimba Jaya Village there are 13 farmer groups that have been trained by extension agents to increase agricultural output. From 13 farmer groups, there are 7 groups that have been confirmed from pre-beginner to beginner groups, these groups are considered the most active in Rimba Jaya village and 6 groups that have not been confirmed and are considered not active in participating in extension activities. Based on the problems that arise, the purpose of this study is: Knowing the effectiveness of communication between farmer groups and PPL in channeling agricultural innovation. Knowing the elements of communication that shape the effectiveness of communication that is appropriate for farmer groups Knowing the factors that influence the effectiveness of communication between farmer groups and PPL. The research method used in this study is descriptive method. The sampling method used in this study is to use a random sampling system that is a sampling technique from population members that is carried out randomly and processed by tabulation. Based on the results of this study, it can be concluded that the effectiveness of communication is declared effective with a total score of 603.5. The elements that make up Communication effectiveness are communicators, innovations / information, and communicants (farmer groups). Factors that influence the effectiveness of communication are communicants (formal education, non-formal education, age, farming experience), innovation / information (material, use of language and communicators (media, methods).

Keywords : communication effectiveness, farmers, extension workers, rimba jaya villages. ABSTRAK

Penduduk di Kampung Rimba Jaya pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Di Kampung Rimba Jaya terdapat 13 kelompok tani yang dibina penyuluh untuk meningkatkan hasil pertanian. Dari 13 kelompok tani,terdapat 7 kelompok yang telah dikukuhkan dari kelompok pra pemula ke kelompok pemula, kelompok-kelompok ini dianggap paling aktif di Kampung Rimba Jaya dan 6 kelompok yang belum dikukuhkan serta dianggap tidak aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Berdasarkan permasalahan yang muncul maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas komunikasi antara kelompok tani dan PPL dalam menyalurkan inovasi pertanian. Mengetahui unsur-unsur komunikasi yang membentuk efektivitas komunikasi yang sesuai bagi kelompok tani, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi diantara kelompok tani dan PPL. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan sistetm pengambilan sampel secara acak yaitu Teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak dan diolah secara tabulasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan efektivitas Komunikasi dinyatakan efektif dengan total skor 603,5. Unsur-unsur yang membentuk efektivitas Komunikasi ialah komunikator, inovasi/informasi, dan komunikan (kelompok tani). Factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ialah komunikan ( Pendidikan formal, pendidikan non formal, usia, pengalaman bertani), inovasi/informasi (materi, penggunaan bahasa dan komunikator (media,metode).

(2)

19

PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya pembangunan pertanian berhubungan erat dengan pengembangan sumber daya manusia terutama petani sebagai pelaku utama dalam pertanian. Para petani harus mampu beradaptasi dengan perubahan seperti pengetahuan, keterampilan dan teknologi yang dapat mendorong petani menjadi mandiri. Petani mandiri menurut Sumardjo (1999), merupakan petani yang berperilaku efisien dan berdaya saing tinggi. Dalam pengelolaan usahataninya secara tepat dan didorong oleh motivasi sendiri. Untuk mencapai hal tersebut maka dilakukan kegiatan penyuluhan pertanian.

Pembangunan pada hakekatnya ialah upaya mencapai taraf hidup rakyat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional yang menitik beratkan pada peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Hubeis (2007), menyatakan “Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan nonformal) yang ditujukan untuk petani dan keluarganya memiliki peran penting didalam pencapaian tujuan pembangunan bidang pertanian. Disamping itu, penyuluh diharapkan juga memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi baru serta terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan produktivitas, pendapatan atau keuntungan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.Anonim (2010), menjelaskan bahwa terdapat tiga tujuan utama dalam penyuluhan pertanian yakni bertani lebih baik (better

farming), berusahatani lebih baik (better business) dan mencapai kehidupan yang lebih baik (better living).

Menurut Slamet dalam Bahua (2016), program penyuluhan pembangunan yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian. Bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti: (1) meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh, (3) meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang berpihak pada petani dan (4) memotivasi pribadi penyuluh untuk selalu meningkatkan prestasi kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada (Marliati, 2008)

Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima dengan model linear atau searah. Namun dalam penyuluhan proses komunikasi tidak hanya terbatas sampai diterimanya pesan oleh penerima, tetapi juga sampai pada kajian bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima.

Model komunikasi linear masih dianggap relevan, namun seringkali berujung dengan ketidak puasan dan ketimpangan (Saleh, 2008). Model komunikasi linear disebut juga dengan model Source,

Message, Channel, Receiver dan Effect (SMCRE) (Saleh, 2008). DeVito dalam Permana (2011),

memberikan batasan definisi bahwa komunikasi mengacu pada suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise) terjadi dalam suatu konteks tertentu mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Menurut Anonim (2009), mengemukakan bahwa tujuan komunikasi dalam penyuluhan pertanian ialah mengajak, memfasilitasi proses pembelajaran serta memotivasi pelaku utama atau pelaku usaha agar mereka mau dan mampu melakukan tindakan atau perubahan-perubahan. Proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian berlangsung melalui beberapa tingkat yaitu: (1) Menarik perhatian, (2) Menggugah hati, (3) Membangkitkan keinginan, dan (4) Menggerakkan usaha. Proses komunikasi yang baik dalam

(3)

20 penyuluhan sangat diperlukan, maka seorang penyuluh sebagai sumber informasi dalam penyuluhan harus mengetahui dan memahami bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif antara penyuluh dengan yang disuluh sehingga terjadi proses komunikasi yang baik dan informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima. Efektivitas komunikasi menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya tujuan-tujuan dari kegiatan penyuluhan

Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten yang berada perairan Samudera Pasifik Provinsi Papua. Luas wilayah daratan Kabupaten Biak Numfor sekitar 2.602 km2. Kabupaten ini memiliki 2 (dua) pulau besar, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor.

Berdasarkan data dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Biak Timur, jumlah penyuluh yang ditugaskan di Kecamatan Biak Timur sebanyak 11 orang penyuluh terdiri dari 10 PNS dan 1 tenaga kontrak THL-TB. Jumlah kelompok tani yang ada di Kecamatan Biak Timur sebanyak 100 Kelompok tani (Laporan RKTP, 2018)

Hasil wawancara terhadap Koordinator penyuluh Distrik Biak Timur, kegiatan di kantor BPP yang bertempat di Kampung Sepse dalam 1 minggu sebanyak 2 (dua) kali yaitu evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan pada masing-masing Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) dan Latihan Kunjungan (LAKU) 3 (tiga) kali dalam 1 minggu.

Berdasarkan informasi dan observasi awal di kantor BPP Biak Timur, kampung yang dibina penyuluh sebanyak 26 kampung. Dari ke 26 kampung tersebut Kampung Rimba Jaya merupakan kampung yang memiliki kemajuan baik dari hasil pertanian maupun keaktifan gapoktan. Penduduk di Kampung Rimba Jaya pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di Kampung Rimba Jaya terdapat 13 kelompok tani yang dibina penyuluh untuk meningkatkan hasil pertanian. Dari 13 kelompok tani,terdapat 7 kelompok yang telah dikukuhkan dari kelompok pra pemula ke kelompok pemula, kelompok-kelompok ini dianggap paling aktif di kampung Rimba Jaya dan 6 kelompok yang belum dikukuhkan serta dianggap tidak aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.

Berdasarkan informasi tentang kelompok tani di Kampung Rimba Jaya peneliti ingin melihat proses komunikasi dan efektivitas komunikasi kegiatan penyuluh seperti apa yang telah dikemukakan diatas maka perlu diangkat penelitian ini dengan judul ‘efektivitas komunikasi antara penyuluh dan kelompok tani di Kampung Rimba Jaya, Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua ’ (Studi Kasus : Kelompok Tani Formunarar, Kelompok Arwambo, Kelompok Adiwai, Kelompok KWT Bimboki, Kelompok KWT Insos Angginem, Gapoktan Bepondi, Kelompok Warmandung Kampung Rimba Jaya Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor)

Batasan Masalah

Rimba Jaya merupakan salah satu kampung yang berada di Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor. Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil produksi serta meningkatkan kemandirian serta kesejahteraan petani. Komunikasi yang efektif terjadi apabila proses penyampaian pesan mampu mencapai tujuan dari isi pesan tersebut dan memberikan reaksi atau umpan balik sehingga pesan pun berhasil tersampaikan. Dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh secara langsung dan aktif ke lapangan, terdapat beberapa kegiatan yang berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan yang telah disusun dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) diterapkan penyuluh dalam kegiatan yang dilaksanakan setiap minggu sebanyak 3 (tiga) kali yaitu LAKU. Berdasarkan hasil survey awal penelitian, pertanyaan masalahan yang muncul adalah

Tujuan

(4)

21 1. Mengetahui efektivitas komunikasi antara kelompok tani dan PPL dalam menyalurkan inovasi

pertanian.

2. Mengetahui unsur-unsur komunikasi yang membentuk efektivitas komunikasi yang sesuai bagi kelompok tani

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi diantara kelompok tani dan PPL

4. Bagaimana efektivitas komunikasi yang terjadi antara kelompok tani dan PPL dalam menyalurkan inovasi pertanian?

5. Unsur-unsur komunikasi apa saja yang membentuk efektivitas komunikasi antara kelompok tani dan PPL?

6. Faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antara kelompok tani dengan PPL?

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Rimba Jaya Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor. Penelitian ini berlangsung kurang lebih 1 (satu) bulan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan masalah dengan menggambarkan keadaan status kelompok manusia, suatu objek atau suatu sistem pemikiran dengan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya, berdasarkan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada responden

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani yang terdiri dari 7 (tujuh) kelompok tani aktif di Kampung Rimba Jaya Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor yang telah dikukuhkan dari kelompok prapemula menjadi kelompok tani pemula.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan teknik wawancara semi struktural yaitu menggunakan pedoman kuisioner dan pengamatan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, pencarian internet, dan berbagai sumber pustaka yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistem pengambilan sampel secara acak ( simple random sampling) yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2001). Contoh responden yang diambil ialah 5 petani dari masing-masing anggota kelompok tani dari 7 (tujuh) kelompok tani yang aktif sebanyak 35 petani (30 % dari 105 petani).

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis melalui deskriptif secara tabulasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui efektivitas komunikasi penyuluh dan kelompok tani aktif.

HASIL DAN PEMBEHASAN Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin

Dalam hal ini, jenis kelamin dalam bidang pertanian dapat menjadi suatu ukuran dalam pembedaan aktivitas yang dilakukan. Sebaran responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.

(5)

22

Tabel 1. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Nisbah (%)

Laki-Laki 16 53.33

Perempuan 14 46.67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa responden atau petani terdiri dari responden laki-laki sebanyak 16 jiwa (53.33 %) dan responden perempuan sebanyak 14 jiwa (46.47 %). Hal ini menunjukkan bahwa petani laki-laki memiliki peran penting dalam hal tenaga yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas kelompok tani seperti pembukaan lahan dan pembuatan bedeng sedangkan petani perempuan memiliki peran penting dalam hal penanaman serta pemanenan hasil pertanian dalam kelompok tani. Menurut beberapa peneliti menyatakan bahwa tidak ada data pendukung yang menyatakan bahwa pria atau wanita adalah pekerja yang lebih baik.

Sebaran Responden Menurut Umur

Umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat dilakukannya penelitian, dimana dinyatakan dalam tahun. Umur dalam penelitian ini berkaitan denngan produktivitas kerja responden. Tingkatan umut dibagi menjadi tiga bagian yaitu kategori umur ≤ 15 tahun, umur 15-55 tahun dan kategori ≥ 55 tahun. Sebaran responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Umur

Tingkat Umur Jumlah (jiwa) Nisbah (%)

≤ 15 - -

15-55 25 83,33

≥55 5 16,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki umur 15-55 tahun sebanyak 25 jiwa (83,33%) dan responden yang memiliki umur ≥ 55 tahun sebanyak 5 jiwa (16,67%). Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan sebagai petani tidak menggunakan batas usia baik produktif maupun non produktif tetap aktif di lahan. Banyak orang percaya bahwa produktivitas akan menurun seiring dengan bertambahnya usia, namun beberapa peneliti telah membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara usia dan kinerja.

Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan yang di maksud dalam penelitian ini adalah lahan yang digunakan responden untuk digarap dengan berbagai jenis tanaman yang diusahakannya. Sebaran responden berdasarkan status kepemilikan lahan dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Nisbah (%)

Pribadi 30 100

Sewa - -

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh responden dengan jumlah 30 jiwa (100%) di Kampung Rimba Jaya melakukan usaha tani dengan menggunakan lahan milik pribadi. Hal ini disebabkan karena seluruh responden merupakan Suku Biak dan berasal dari Kampung Rimba Jaya.

Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Yang Diusahakan

Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang digunakan responden untuk menanam berbagai jenis tanaman yang diusahakan dimana dinyatakan dalam satuan m (meter). Sebaran responden berdasarkan luas lahan yang diusahakan dapat dilihat pada Tabel 4.

(6)

23

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Yang Diusahakan

Luas lahan (meter) Jumlah (jiwa) Nisbah (%)

25x25 12 40

50x50 18 60

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 4 dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan responden petani sebesar 60% (persen) ialah 50x50 m dan sebesar 40% responden petani yang memiliki luas lahan 25x25 m. hal ini dikarenakan responden petani yang memiliki luas lahan 50x50 menggunakan lahan untuk bercocok tanam dan hasilnya dijual, sedangkan untuk reponden petani dengan luas lahan sebesar 25x25 menggunakan lahan untuk bercocok tanam serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun masih ada lahan yang belum diolah

Sebaran Responden Berdasarkan Asal Kelompok Tani

Kelompok tani yang berada di Kampung Rimba Jaya sebanyak 14 kelompok tani diantaranya 13 kelompok dan 1 gabungan kelompok tani. Jumlah setiap anggota kelompok kisaran 10-15 anggota dalam 1 kelompok. Kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah petani yang terdiri dari petani dewasa maupun petani pemuda/pemudi yang terikat secara formal atas dasar tujuan dan kebutuhan yang sama. Dalam penelitian ini, responden terdiri dari 7 kelompok yang dianggap aktif dan telah dikukuhkn. Sebaran responden berdasarkan asal kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Asal Kelompok Tani

Kelompok Tani Jumlah (jiwa) Nisbah (100%)

Formunarar 5 16,67 Arwambo 5 16,67 Adiwai 5 16,67 Kwt. Binboki 5 16,67 Kwt. Insos angginem 5 16,17 Gapoktan Bepondi 3 10 Warmandung 2 6,67 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Dapat diketahui bahwa pada Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan 7 kelompok tani yang aktif di kampung rimba jaya. Responden petani dari kelompok formunarar sebanyak 5 jiwa, kelompok arwambo sebanyak 5 jiwa, kelompok adiwai sebanyak 5 jiwa, kelompok kwt. Binboki sebanyak 5 jiwa, kelompok kwt. Insos angginem sebanyak 5 jiwa, kelompok gapoktan bepondi sebanyak 3 jiwa dan kelompok warmandung sebanyak 2 jiwa.

Sebaran Responden Menurut Matapencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber penghidupan seorang baik itu individu maupun rumah tungga, terutama untuk kepala rumah tangga dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Sebaran responden menurut matapencaharian dalam ppenelitian ini dilihat berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. pekerjaan utama responden adalah 100% petani sedangkan pekerjaan sampingan adalah berjualan dan buruh bangunan.

Sebaran Responden Menurut Agama dan Asal Suku

Data dan informasi sebaran responden menurut agama menunjukkann bahwa responden dalam penelitian ini seluruhnya beragama Kristen protestan. Hal ini disebakan karena sebagian besar penduduk diwilayah kampung rimba jaya merupakan masyarkat asli suku biak yang menganut agama Kristen protestan.

Efektivitas Komunikasi Antara Penyuluh dan Kelompok Tani Efektivitas komunikasi

Efektivitas komunikasi dalam suatu proses komunikasi dapat menentukan suatu keberhasilan dalam kegiatan penyuluhan. Efektivitas komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses

(7)

24 penyampaian pesan yang mampu mencapai tujuan dari isi pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani dikampung rimba jaya. Efektivitas komunikasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Efektivitas Komunikasi

Kriteria Skor Kategori

Sarana komunikasi 113 Tidak efektif

Komunikator 156 Efektif

Inovasi/informasi 165 Efektif

Komunikan 169.5 Efektif

Total skor 603.5 Efektif

Sumber : Data Primer, 2019

Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi antara PPL dan kelompok tani “Efektif”. Berdasarkan Tabel 6 efektivitas komunikasi dinyatakan efektif dengan skor 603,5. Tiga unsur komunikasi yang dikategorikan efektif ialah komunikan dengan skor tertinggi 169,5 kemudian disusul dengan inovasi/informasi dengan skor 165 dan komunikator dengan skor 156, sedangkan untuk satu unsur komunikasi dikategorikan tidak efektif ialah sarana komunikasi dengan skor 113. dapat diartikan bahwa tanpa menggunakan alat bantu dan alat peraga, pesan dapat disampaikan dengan menggunakan unsur komunikasi yang lain seperti komunikator (sumber), inovasi/informasi dan komunikan (petani). Bagaimana pun juga proses komunikasi mengandung tiga hal , komunikator, komuikan dan pesan/ informasi menurut Arun Manoppa dan Mirza S. Saiyadain Dalam Buku Teori Komunikasi Kontemporer 2017.

Sarana komunikasi

Sarana komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan alat bantu dan alat peraga yang digunakan penyuluh dalam penyuluhan pertanian. Alat bantu yang dimaksud seperti pengeras suara dan projector. Alat peraga yang dimaksud seperti folder/cetakan/brosur dan model/tiruan. Kriteria Sarana komunikasi penyuluh yang digunakan dalam penyuluhan pertanian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi Skor Rata-rata

Alat bantu 53 1.7

Alat peraga 60 2

Total Skor 113 3.7

Sumber : Data Primer 2019

Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi antara PPL dan kelompok tani dengan unsur sarana Komunikasi dinyatakan “tidak efektif”. Tabel 7 menunjukkan bahwa sarana komunikasi yang termasuk dalam alat bantu dan alat peraga dinyatakan tidak efektif dengan rata-rata skor 3.7. Mengenai pemanfaatan alat peraga dan alata bantu yang berbentuk brosur, model kerja dan pengeras suara oleh penyuluh pertanian juga tidak efektif karena kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh selalu di lapangan (Ruyadi, Winoto, Komariah 2017 )

Hal ini dapat dilihat dari adanya jadwal kunjungan lapangan PPL menggunakan sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU) yang jelas dari rencana tahunan kerja PPL dalam Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Kamaruzzaman 2016.

Komunikator

Sumber pengirim pesan ialah komunikator. Komunikator yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan penyuluh yang bertugas di WKPP kampung rimbah jaya. Dalam melaksanakan tugas, penyuluh melangsungkan penyuluhan pertanian menggunakan media dan metode. Kriteria komunikator dapat dilihat pada Tabel 8.

(8)

25

Tabel 8. Kriteria Komunikator

Komunikator Skor Rata-rata

Media 73 2.43

Metode 83 2.76

Total Skor 156 4.2

Sumber : Data Primer 2019

Hasil penelitian menunjukkan komunikasi antara PPL dan kelompok tani dengan menggunakan unsur komunikator dinyatakan efektif dengan rata-rata skor 4.2. hal ini disebabkan karena penyuluh menggunakan media Handphone dalam penyuluhan pertanian serta menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan pesan. Dalam hal ini penyuluh sering menggunakan HP (handphone) dalam mempercepat komunikasi dan mempererat hubungan komunikasi (Purnomo, Pangarsa, Andri, Saeri 2015) serta menggunakan metode berdasarkan pendekatan perorangan atau yang sering diistilahkan oleh penyuluh (ketuk pintu rumah). Metode perorangan menurut Kartasaputra dalam setiana 2005 sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalah dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

Inovasi/informasi

Inovasi/informasi merupakan hal baru yang berbeda dan belum diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini inovasi/informasi yang dimaksud adalah ide, informasi teknologi dan prakter baru yang akan dikemas dalam materi dan penggunaan bahasa dalam penyuluhan pertanian.

Tabel 9. Kriteria inovasi/informasi

Inovasi/Informasi Skor Rata-rata

Materi 79 2.7

Penggunaan bahasa 86 2.8

Total Skor 165 5.5

Sumber : Data Primer 2019

Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi antara PPL dan kelompok tani dengan menggunakan unsur inovasi/informasi dinyatakan efektif dengan rata-rata skor 5.5. hal ini disebabkan karena penyuluh rutin memberikan materi dan sesuai dengan kebutuhan petani serta menjawab masalah yang dikeluhkan oleh petani. Contoh materi yang diberikan penyuluh ialah cara membuat pupuk organic, cara mengolah tanah, dan cara memilih bibit yang baik.

Sedangkan dalam penggunaan bahasa, penyuluh menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh petani yaitu menggunakan bahasa sehari-hari/logat papua dan kadang menggunakan bahasa daerah (bahasa biak).

Pemberdayaan petani sangat berhubungan dengan materi penyuluhan. Materi dan penggunaan bahasa yang dipakai merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang di harapkan dari kegiatan penyuluhan.

Komunikan

Komunikan merupakan pihak yang menerima pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dalam penelitian ini komunikan adalah responden petani di kampung rimba jaya. Informasi yang dibutuhkan untuk melengkapai penelitian dari komunikan adalah pendidikan formal, pendidikan nonformal, umur dan pengalaman Bertani. untuk mengetahui informasi tentang komunikan, dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kriteria Komunikan

Komunikan Skor Rata-rata

Pendidikan formal 41 1.37

Pendidikan non formal 40.5 1.35

Umur 44.5 1.48

Pengalaman bertani 43.5 1.45

Total Skor 169.5 5.6

(9)

26 Tingkat pendidikan sangat menentukan tingkat pemahaman keterampilan dalam berkomunikasi serta sikap petani dalam menerapkan suatu inovasi. Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan responden yang dicapai saat penelitian ini dilakukan dan diperhitungkan berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan pada Lembaga pendidikan formal. Tabel 10 menjelaskan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden di kampung rimbah jaya termasuk dalam kategori efektif dengan skor 41 yang artinya petani memiliki pendidikan yang baik pada jenjang SMA dan Perguruan Tinggi.

Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah pendidikan yang diperoleh responden dari luar pendidikan formal. Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah penyuluhan pertanian, studi banding dan pelatihan yang diikuti oleh petani. Tabel 25 menjelaskan bahwa sebagian besar pendidikan nonformal yang diikuti oleh responden berada pada kategori efektif dengan skor 40,5 yang artinya responden petani sering mengikuti penyuluhan pertanian. bahkan ada beberapa responden yang pernah mengikuti studi banding di luar daerah papua (Surabaya & madura) dan menjadi narasumber di beberapa kampung di daerah biak barat. Usia adalah umur petani responden pada saat melakukan penelitian. Pada tabel 10 menjelaskan bahwa mayoritas umur responden termasuk kategori efektif dengan skor 44.5 yang berarti sebagian besar responden berusia produktif dan memiliki kemampuan secara fisik dan cara berfikir untuk menerima informasi, sehingga memiliki peluang untuk mengerti dan mengadopsi hal baru dengan mudah.

Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman dalam berusaha tani. Pengalaman berusaha tani adalah lamanya petani dalam melakukan budidaya usaha tani sampai penelitian ini dilaksanakan. Pada tabel 10 menjelaskan bahwa petani memiliki pengalaman yang baik dan termasuk kategori efektif dikarenakan sebagian responden dikampung rimba jaya memiliki pengalaman Bertani diatas 5 tahun. Menurut beberapa para ahli pengalaman seseorang dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang bekerja dalam bidang yang dijalanani.

Unsur-unsur Komunikasi yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi antara PPL dan kelompok tani di Kampung Rimba jaya dinyatakan “efektif”. diketahui bahwa efektivitas komunikasi didukung oleh tiga unsur Komunikasi. Diantara 3 unsur tersebut, komunikan merupakan unsur Komunikasi tertinggi dengan total skor 169,5 kemudian disusul oleh inovasi/informasi dengan total skor 165 dan komunikator dengan total skor sebesar 156. Hal ini dapat diartikan bahwa komunikan (petani) memperoleh informasi tidak hanya dari kegiatan penyuluhan tetapi juga berasal dari upayanya sendiri yang terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal, usia serta pengalaman dalam bertani. Aristoteles adalah tokoh yang awal mengkaji komunikasi dengan cara komunikasi persuasif. Unsur-unsur Komunikasi yang dikemukakan mempunyai tiga unsur, yaitu pembicara ( komunikator ), pesan (informasi ) dan pendengar ( komunikan ) Model Aristotes.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Komunikan

Komunikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal, usia dan pengalaman bertani.

Pendidikan formal

Sebagian besar responden di kampung Rimba Jaya memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA-PT. dapat diartikan bahwa petani memilliki pendidikan yang baik dan memiliki banyak informasi tentang pertanian.

Pendidikan non formal

Pendidikan non formal yang dimaksud adalah pendidikan yang diperoleh diluar pendidikan formal. Dari hasil penelitian di kampung Rembajaya seluruh responden sering mengikuti penyuluhan pertanian yang diadakan dari berbagai instansi terkait bidang pertanian. sehingga dapat diartikan bahwa petani dikampung rimba jaya memiliki banyak informasi tentang pertanian

Usia

Pada usia, responden sebagian besar berusia produktif. Tetapi pada kenyataannya pekerjaan sebagai petani tidak melihat umur, karena banyak terjadi di lapangan petani yang sudah non produktif lebih aktf dan lebih banyak pengetahuan tentang bertani akan tetapi susah dalam menerima adopsi inovasi.

(10)

27

Pengalaman bertani

Berdasarkan penelitian di kampung Rimba Jaya, responden memilliki pengalaman yang baik dalam berusaha tani. Hal ini ditunjukkan dengan pengetahuan baik dari penyuluh maupun pengetahuan yang didapatkan secara turun temurun.

Inovasi/informasi

Dalam penelitian ini inovasi/informasi yang dimaksud adalah informasi baru yang diberikan oleh penyuluh kepada petani. Inovasi/informasi terdiri dari dua yaitu materi dan penggunaan bahasa`

Materi

Dalam penyuluhan, penyuluh selalu memberikan materi dalam bentuk ceramah dan diskusi. Penyuluh selalu rutin dalam memberikan materi dan selalu sesuai dengan kebutuhan petani. Salah satu contoh, petani di WKPP Rimba Jaya belum menerapkan sistem budidaya tanaman tomat sesuai anjuran karena mendapat informasi tersebut, penyuluhan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan petani tentang budidaya tomat dari total 25 % menjadi 30 %.

Penggunaan bahasa

Dari hasil penelitian di lapangan, penyuluh selalu menggunakan bahasa sehari-hari dalam melakukan penyuluhan, terkadang penyuluh menggunakan bahasa daerah biak agar terlihat lebih akrap dalam penyampaian materi.

Komuniktor

Komunikator dalam penelitian ini merupakan penyuluh yang memberikan informasi seputar pertanian kepada petani. Komunikan terdiri dari media dan metode :

Media

Media yang digunakan penyuluh dalam menyampaikan pesan ialah media audio (rekaman) dan audio visual (video). Hal ini dilakukan agar petani dapat mengetahui perkembangan teknologi pertanian modern diluar pulau papua serta memotivasi petani untuk lebih giat dalam berusaha tani. Penyuluh menggunakan ponsel (handphone) sebagai alat untuk menyampaikan informasi.

Metode

Metode yang digunakan penyuluh dalam menyampaikan pesan/informasi tentang penyuluhan pertanian yaitu metode berdasarkan pendekatan perorangan atau yang sering diistilahkan oleh penyuluh ketuk pintu rumah. Hal ini karenakan adanya kesulitan yang dialami penyuluh dalam mengumpulkan anggota kelompok tani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulan beberapa hal yaitu :

1. Efektititas komunikasi dinyatakan efektif dengan skor 603,5. Hal ini disebabkan karena tiga unsur komunikasi yang dikategorikan efektif ialah komunikan dengan skor 169.5, inovasi/informasi dengan skor 165 dan komunikator dengan skor 156, sedangkan untuk satu unsur komunikasi dikategorikan tidak efektif ialah sarana komunikasi dengan skor 113

2. Unsur-unsur yang membentuk efektivitas komunikasi ialah unsur komunikator dengan rata-rata 4,2 , unsur inovasi/informasi dengan rata-rata 5,5 dan unsur komunikan dengan rata-rata 5,6.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah unsur komunikasi komunikan yang terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal, usia, pengalaman Bertani, unsur Komunikasi inovasi/informasi yang terdiri dari materi, penggunaan bahasa, dan unsur Komunikasi komunikator yang terdiri dari media, metode,

Saran

Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah pusat maupun daerah, hendaknya melengkapi fasilitas kerja yang belum dimiliki oleh bpp sepse untuk menunjang kinerja penyuluh pertanian seperti printer untuk mencetak materi penyuluhan, proyektor untuk menampilkan audio visual tentang pertanian modern serta biaya operasional

(11)

28 2. Bagi penyuluh hendaknya lebih mendampingi, menfasilitasi serta menumbuhkan semangat petani

untuk berorganisasi sehingga petani/kelompok tani yang pasif bisa menjadi lebih aktif dan mau bergabung dengan kelompok tani aktif sehingga petani merasa mendapat banyak manfaat.

3. Bagi kelompok tani hendaknya saling membantu dan bekerja sama dalam berorganisasi sehingga apa yang diharapkan bersama dalam kelompok dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. L dan Yusliati Hj. 2018 . efektivitas rehabilitasi pecandu narkotika serta pengaruhnya terhadap kejahatan di Indonesia. Ponorogo, Uwais inspirasi Indonesia

Anonim. 2009. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Modul Diklat Pembekalan Bagi THL TB Penyuluh Pertanian. Badan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta Anonim. 2010. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Modul Diklat Fungsional Penyuluhan Pertanian Ahli.

Badan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta

Hubeis AVS. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja, Dan Produktivitas Penyuluhan Pertanian Lapangan : Kasus Kabupaten Sukabum. Jurnal Penyuluhan

Kamaruzzaman. 2016. Analisis keterampilan Komunikasi interpersonal siswa. Jurnal konseling Gusjigang, vol.2 no:2

Marliati. 2008. Pemberdayaan Petani untuk Pemenuhan KebutuhanPengembangan Kapasitas dan Kemandirian Petani Beragribisnis (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau).” Disertasi. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Nurhadi Zikri Fachrul. 2017. Teori Komunikasi kontemporer. Penerbit: Kencana. Depok

Permana R, sarwopasodjo S, susanto D, Saleh A. 2011. Efektivitas Komunikasi program optimalisasi (kasus program Kawasan rumah pangan lestari di desa mulyasari kecamatan ciampek kab. Karawang Jawa Barat)

Purnomo E, Pangarsa N, Andri K,A, Saeri M. 2015.Efektivitas metode penyuluhan dalam percepatan transfer teknologi padi jawa timur. Jurnal inovasi dan teknologi pembelajaran, volume 1 nomor 2 Ruyadi Ida, Winoto Yunus, Komariah Neneng. 2017. Media Komunikasi dan informasi dalam menunjang

kegiatan penyuluhan pertanian. jurnal kajian informasi dan perpustakaan, v. 5 no: 1

Saleh A, Suwanda F. N. 2008. Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat. Input. Volume 6 Nomor 2. Jurnal Pkomunikasi Pembangunan

Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit ANDI Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung : Cv. Alfa Beta

Suhada. 2018. Laporan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh.

Sumardjo, 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus Di Provinsi Jawa Barat ). [Disertasi]. Bogor. Institut Petanian Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Kontribusi pendapatan usahatani tanaman pangan di Kampung Buk Distrik Buk Kabupaten Sorong 2020 dari total keseluruhan pendapatan rumah tangga yang diperoleh masyarakat petani

Beberapa potensi yang dimiliki oleh STMIK MUSIRAWAS untuk mendapatkan pengakuan secara nasional salah satunya dapat dilihat dari kerjasama-kerjasama yang selama ini telah

Selain itu, berdasarkan dengan data 34% tersebut siswa yang tidak berminat untuk berwirausaha memiliki beberapa alas an dalam diri sendiri yakni terdapat 17 siswa yang

Makalah ini bertujuan untuk mendokumentasikan toponimi yang dimunculkan pada sejumlah lagu populer sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah terkait,

Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata kinerja perusahaan masih rendah jika dibandingkan dengan kepuasan bermitra atau tingkat kepentingan petani kopi dalam kemitraan..

84 melakukan urbanisasi ke Kota Nabire, dengan demikian terdapat hubungan antara urbanisasi (permanen/non permanen) terhadap faktor pendorong ketersediaan fasilitas di daerah,

Untuk memudahkan dalam sebuah transaksi baik itu pengembalian, peminjaman ataupun untuk melihat stock buku yang dibutuhkan, diperlukan satu perangkat lunak di perpustakaan yang