BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membawa manusia ke arah yang lebih baik, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan sekaligus menjadi khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan-Nya.1
Melalui proses pendidikan manusia diharapkan mampu mengaktualisasikan dan menumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata – baik individu maupun sosial – potensi-potensi dasar atau fitrah yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya.2 Potensi ini meliputi tiga aspek kehidupan, yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup. Ketiga aspek tersebut dalam bahasa yang sering digunakan adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiganya merupakan kesatuan totalitas yang melekat pada diri seseorang.3
Dengan demikian, proses pendidikan ini berkaitan dengan kegiatan mempersiapkan akal pikiran manusia, penataan tingkah laku serta emosinya. Hal ini dinilai sebagai wujud keberhasilan dari pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri. Tentunya kegiatan tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam yang bersifat sempurna. Penekanannya di sini adalah penanaman nilai-nilai ajaran Islam dalam diri anak sehingga dalam setiap tingkah lakunya tercermin ajaran Islam.
Proses pendidikan merupakan proses yang tidak bisa dipisahkan dari proses pengajaran. Membicarakan pengajaran pendidikan agama Islam juga membicarakan pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam sulit dicapai kalau bukan dengan pengajaran agama Islam. Sedangkan pengajaran agama Islam tidak ada artinya kalau tidak dapat mencapai tujuan pendidikan agama
1
Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 172-173. 2
Muhaimin. et. al., Paradigma pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm. 12. 3
Lift Anis Ma’shumah, “Pembinaan Kesadaran Agama Pada Anak”, dalam Ismail SM(eds), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 214.
Islam. Berkenaan dengan aspek-aspek yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam, bagian afektiflah yang sulit karena menyangkut pembinaan rasa atau emosi.4
Pada dasarnya perbuatan mendidik itu harus memuat unsur-unsur tanggung jawab rasional dan tanggung jawab moril, karena menyangkut perbuatan mempengaruhi dan membimbing jiwa raga anak.5
Dalam upaya mempengaruhi dan membimbing jiwa raga anak agar dapat mencapai maksimal, tentu tidak bisa lepas dari peran dan tanggung jawab orang tua dan lembaga lainnya serta sejauh mana ketepatan penggunaan metode yang diterapkan dalam pendidikan.
Adapun metode pendidikan yang digunakan satu hal yang harus diperhatikan bahwa metode tersebut harus sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dimana tujuan akhir itu terletak dalam realisasi penyerahan diri (ubudiyah) sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya.6
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan strategi dalam bentuk metode yang baik, di mana metode tersebut mempunyai andil dalam pembentukan kepribadian yang terealisasi pada sikap dan tingkah laku sesuai yang diharapkan. Namun hendaknya metode tersebut harus berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang kesemuanya itu sudah tercover dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, selain itu juga harus disesuaikan dengan perkembangan psikologi anak.
Diantara beberapa metode yang telah dijelaskan dalam dunia pendidikan salah satunya adalah metode kisah (cerita). Banyak para tokoh pendidikan Islam yang mengemukakan betapa pentingnya sebuah cerita sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam karena menyangkut pendidikan rasa (emosi) dan sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak. Diantaranya adalah Muhammad Quthb, menurutnya cerita
4
Ibid., hlm. 215.
5
Kartini Kartono, Pengantar Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm. 93. 6
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan dan mempunyai pengaruh terhadap jiwa.7 Tentunya hal ini harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Quthb, Abdurrahman an-Nahlawi juga menjelaskan bahwa kisah edukatif melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktifitas di dalam jiwa yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntunan, pengarahan dan akhir kisah itu serta mengambil pelajaran darinya.8
Abdurrahman Assegaf menambahkan bahwa dalam kisah juga terbukti dapat membekas pada diri seseorang, sebab di dalam dirinya bisa dibangkitkan perasaan (emosi) orang tersebut untuk meneladani tokoh tertentu yang dikisahkan dan mempersonifikasikannya dalam perilaku sehari-hari.9 Baik itu menjadi manusia yang shaleh atau merusak dirinya sendiri dan menjadi jahat.
Dengan menggunakan cerita, pendidik dapat mengenalkan sifat-sifat, figur-figur, dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan begitu, anak-anak terangsang pula untuk mengidentifikasi dirinya sesuai dengan perilaku figure tokoh dalam cerita. Melalui cerita pula, pendidik dapat mengenalkan dan menunjukkan pada anak sikap dan figur seorang muslim yang baik dan patut diteladani ataupun sebaliknya, secara faktual dan deskriptif . dengan demikian anak lebih mudah menghayatinya dari pada di jejali dengan konsep-konsep abstrak tentang kebaikan dan keburukan perilaku. Yang terpenting di sini adalah kemampuan menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak tanpa anak merasa digurui dan diharuskan.
7
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al-Ma’arif, 1988), hlm. 374.
8
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1992), Cet. 2, hlm. 332.
9
Abdurrahman Assegaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), Cet. 1, hlm. 176.
Metode cerita menurut Lift Anis Ma’shumah10 bisa dilaksanakan bersama-sama dengan metode hiwar (dialog). Dari sini jelas, bahwa pada kenyataannya metode cerita membuka diri untuk bekerja sama dengan beberapa metode pendidikan dengan sekaligus. Walaupun terkadang mengenai sasaran akal dan tidak secara langsung mengenai pada pembinaan rasa tetapi kesemuanya itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu pendidikan rasa yang membentuk tingkah laku.
Selain itu, dengan menggunakan cerita sebagai metode pendidikan, hal ini akan menumbuhkan minat baca pada diri seorang anak, sebagaimana yang dinyatakan oleh Murti Bunanta dalam bukunya “Buku, Mendongeng dan Minat Baca”. Beliau mengatakan bahwa tidak benar membacakan cerita pada anak akan mematikan inisiatifnya untuk dapat membaca sendiri, justru sebaliknya, anak akan suka membaca dan lebih cepat dapat membaca karena anak terbiasa melihat huruf dan kata-kata dari cerita yang dibacakan.11 Sedangkan kita tahu bahwa pada kenyataannya dengan memotivasi mereka untuk menyukai membaca sejak dini, anak akan lebih bisa terarahkan untuk membina konsep-konsep intelektualnya dan membentuk mereka menjadi manusia yang berwatak, arif, berwawasan dan berintelegensia tinggi.
Ironisnya, masyarakat kita masih asing dan cenderung mengabaikan kisah sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diharapkan, baik di sekolah maupun di rumah. Kesempatan bagi anak untuk mendengar suatu kisah sudah sangat berkurang. Jika di sekolah guru tidak punya waktu lagi karena terlampau beratnya beban muatan mata pelajaran yang harus diselesaikan dalam satu tahun ajaran, dan di rumah, orang tua sudah tidak dapat menyisihkan waktu lagi karena kesibukannya untuk terus meningkatkan penghasilannya dengan bekerja, sehingga membuat penanaman nilai-nilai moral, agama dan budi pekerti menjadi suatu yang langka diperoleh.
10
Lift Anis Ma’shumah, “Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Anak,” dalam Ismail Semarang (eds), op.cit., hlm. 223.
11
Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Baca, (Jakarta: Pustaka Tangga, 2004), hlm. 85-86.
Padahal keluarga merupakan tempat interaksi pertama kali bagi setiap anak. Di situlah tempat berkembangnya individu dan disitu pula awal proses pembentukan kepribadian anak.12 Dengan kata lain pendidikan dalam keluarga merupakan pembentukan landasan kepribadian anak. Maka dari itu apabila sikap hidup dan perilaku yang baik ditumbuhkembangkan sejak dini, maka hal ini akan sangat membekas pada diri anak dan merupakan landasan kepribadian yang kokoh untuk menuju dan terbentuknya pribadi muslim.
Dalam situasi yang seperti ini, tidak ada salahnya apabila menelaah kembali konsep cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam yang ditawarkan oleh Abdurrahman an-Nahlawi dan Muhammad Quthb. Dimana keduanya adalah pemikir Islam yang telah berjasa dalam memberi sumbangsih yang bisa dibilang tidak sedikit dalam pengembangan pendidikan Islam. Untuk itu berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul, “Metode Cerita Menurut Muhammad Quthb Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam (telaah kitab Manhaju at-Tarbiyah
al-Islamiyah)”
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman mengenai arah yang dimaksud, penulis akan menegaskan beberapa istilah dari judul yang penulis maksud, yaitu:
1. Metode cerita
Metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.13
Sedangkan arti cerita dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian
12
Abu Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), Cet. 1, hlm. 91.
13
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 40.s
dan sebagainya) atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya.14
Jadi metode cerita yang penulis maksud di sini adalah suatu penyampaian bahan pelajaran tentang suatu kejadian atau peristiwa yang dilakukan dengan teratur guna memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan pengajaran sehingga dapat didengar, dilihat dan diambil pelajaran.
Cerita sering disebut juga dengan kisah sehingga penulis kadang-kadang menggunakan istilah kisah untuk menyebut cerita begitupun sebaliknya. 2. Aktualisasi
Secara harfiah aktualisasi berasal dari kata actualize yang berarti mewujudkan, melaksanakan.15 Sedangkan dalam ensiklopedi Indonesia, aktualisasi berarti proses menjadi nyata atau menjadi sadarnya ingatan.16 Jadi, aktualisasi merupakan proses mewujudkan atau melaksanakan sesuatu agar menjadi nyata.
3. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Pendidikan Islam ini bisa dapat berlangsung baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. untuk membatasi kajian penelitian, maka pendidikan Islam yang penulis maksud di sini adalah pendidikan Islam yang berlangsung dalam lingkungan keluarga.
Dengan demikian, judul penelitian yang dimaksud adalah cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam menurut Muhammad Quthb dalam kitab Manhaju at-Tarbiyah al-Islamiyah dan aktualisasi metode cerita (menurut Muhammad Quthb) tersebut dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga.
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahas, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. 3, hlm. 165.
15
Hassan Shadily, dan John Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm. 10.
16
C. Perumusan masalah
Dari latar belakang yang telah penulis kemukakan tersebut di atas, dapat diangkat beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pemikiran Muhammad Quthb tentang metode cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam?
2. Bagaimana aktualisasi metode cerita menurut Muhammad Quthb dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Bertolak dari pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan dan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pemikiran Muhammad Quthb tentang metode cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam
b. Untuk mengetahui aktualisasi metode cerita menurut Muhammad Quthb dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengembangan bidang pemikiran pendidikan Islam pada umumnya serta lebih spesifik lagi untuk mengembangkan gagasan (konsep) seorang tokoh muslim sebagai sumbangsih bagi dunia keilmuan yang muncul dari pemikiran dan penafsiran atas ajaran Islam.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan pengetahuan bagi para pendidik (orang tua) dalam membimbing dan mengarahkan perilaku anak-anak mereka agar tercapai sosok individu yang berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
E. Tinjauan Pustaka / Survei Literatur
Untuk memudahkan bagi penulis untuk mendapatkan data dan untuk menghindari duplikasi, penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu:
1. Tesis Isro’ yang berjudul Pemikiran Muhammad Quthb tentang
Pendidikan Anak dalam Perspektif Islam.17 Tesis ini mencoba menggali pemikiran Muhammad Quthb tentang pendidikan anak, di mana pemikirannya berangkat dari keyakinannya bahwa anak dilahirkan dalam keadaan tidak lengkap dan tidak dalam keadaan kosong, maksudnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga mempunyai kecenderungan untuk meng-Esakan Allah di samping kecenderungan untuk mengembangkan pembawaan atau bakat yang dimilikinya. Kecenderungan yang dimiliki oleh seorang anak ini pada tahap berikutnya akan sangat dipengaruhi faktor-faktor eksternal dan pengalaman lingkungannya. Selain itu, Isro’ juga mengemukakan bahwa Muhammad Quthb mencoba menggali dan mengkaji sebuah rumusan dan pedoman bagaimana langkah-langkah yang benar dan yang seharusnya dalam mendidik dan merawat anak sesuai dengan al-Qur’an dan ritual Nabi. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan anak harus dilakukan secara menyeluruh yaitu meliputi aspek jasmani, intelektual dan rohaniah. Untuk itu pendidikan anak harus dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan fase perkembangannya mulai dari pra-lahir, pasca kelahiran sampai menjelang usia remaja merupakan tahapan perkembangan yang harus diperhatikan dan dipahami orang tua. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan diharapkan Muhammad Quthb menawarkan beberapa metode pendidikan anak yang harus dilakukan oleh orang tua atau para pendidik yang hendak mendidik anak dengan langkah-langkah yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam (langkah-langkah dan pedoman-pedoman pendidikan anak secara Islami). Salah satunya dengan menggunakan cerita (kisah).
Pada akhirnya Isro’ berkesimpulan bahwa pemikiran Muhammad Quthb tentang pendidikan anak merupakan sintesis – metodologis antara dua pandangan keilmuan, yaitu, pertama pandangan ilmu psikologi terhadap
17
Isro’, Pemikiran Muhammad Quthb Tentang Pendidikan Anak Dalam Perspektif Islam, (Semarang: Perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2002)
perkembangan dan pendidikan anak. Kedua, pandangan Islam terhadap anak, baik yang menyangkut pemeliharaan, perawatan maupun pendidikan.
2. Skripsi Siti Marfuatun yang berjudul Metode Kisah Menurut al-Qur’an
dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Kepribadian Muslim.18 Dalam skripsi ini penulis berusaha mengeksplorasi metode kisah dalam al-Qur’an, kemudian menjelaskan sejauh mana pentingnya metode kisah dalam pembentukan pribadi yang muslim bagi subyek didik. Dan pada bagian akhir penulis berusaha memformulasikan pengaruh kisah dalam membentuk kepribadian muslim subyek didik.
3. Skripsi Hasanuddin yang berjudul Menanamkan Kecerdasan Emosional
Pada Anak Melalui Kisah-kisah al-Qur’an.19 Dalam skripsi ini diterangkan sejauh mana keefektifan sebuah cerita untuk menanamkan kecerdasan emosional yang dalam hal ini ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk menjaga keselarasan antara emosi dan pikiran. Adanya hubungan antara cerita dan emosi sehingga kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan media yang sangat potensial untuk menumbuhkan kecerdasan emosi. Di samping itu, cerita juga memiliki kekuatan yang besar untuk mempengaruhi perilaku anak. Selanjutnya dikemukakan cara-cara penyampaian cerita yang baik. Namun demikian dalam penggunaannya harus tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Dengan kata lain, penggunaan cerita harus dilakukan secara tepat agar tujuan pengisahan tersebut bisa terwujud dan kisah menjadi lebih berkesan serta mendapat respon atau timbal balik dari anak.
4. Skripsi Siti Robi’atul Munawaroh Wahyuning Sri yang berjudul Urgensi
Metode Cerita Dalam Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan
18
Siti Marfuatun, Metode Kisah Menurut al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap
Pembentukan Kepribaduan Muslim, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2002) 19
Hasanuddin, Menanamkan Kecerdasan Emosional Pada Anak Melalui Kisah-kisah
Imajinasi Anak.20 Skripsi ini menjelaskan tentang efektifnya metode cerita dalam upaya membina pribadi anak, menurut penulis dalam metode cerita ini mengandung nilai-nilai aqidah, ibadah, dan muamlah yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan jiwa dan pembentukan moral anak. Selanjutnya penulis menguraikan pentingnya imajinasi bagi kehidupan anak kelak, karena dengan berimajinasi seorang anak mampu membangun motivasi belajar, semangat meneliti dan berkreasi serta mampu menyusun cita-cita dan rencana guna membangun kehidupannya yang lebih baik. Pada akhirnya penulis berusaha memaparkan pentingnya metode cerita dalam upaya mengembangkan imajinasi anak.
5. Buku Mendidik Anak Melalui Cerita karya Abdul Aziz Abdul Malik.21 Menyatakan bahwa eksisitensi sebuah cerita merupakan bagian yang tidak boleh diabaikan. Beliau mencoba memberi arahan bahwa mendidik lewat cerita mampu mengembangkan pribadi seorang anak dalam masyarakat dan menanamkan sifat-sifat luhur yang akan terbawa dalam diri anak tersebut sampai dewasa. Dalam buku ini banyak mengupas tentang pedoman dasar bagi pembawa cerita yang meliputi bagaimana memilih jenis cerita, mempersiapkan cerita dan bagaimana seorang guru membawakan cerita yang baik serta dilengkapi dengan contoh-contoh cerita yang baik untuk diceritakan kepada anak-anak .
6. Buku Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak karya Moeslichatun.22 Dalam satu bab buku ini menjelaskan tentang metode cerita bagi anak-anak TK. Dalam pembahasannya penulis mengemukakan bahwa dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita diupayakan dapat memberi perasaan gembira, lucu dan mengasyikkan agar anak dapat menangkap isi cerita dengan mudah. Untuk itu, cerita harus disesuaikan dengan dunia anak-anak sehingga anak dapat
20
Siti Robi’atul Munawaroh Wahyuning Sri, Urgensi Metode Cerita Dalam Pendidikan
Islam Terhadap Pengembangan Pengembangan Imajinasi Anak, (Semarang: Perpustakaan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004) 21
Abdul Aziz Abdul Malik, Mendidik Anak Lewat Cerita; Dilengkapi 30 Kisah, terj. Syarif Hade Masyah dan Mahfud Lukman Hakim, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
22
menghayati dan menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Maka dari itu seorang guru harus selektif dalam memilih tema cerita dan untuk membawa cerita yang baik penulis menawarkan teknik-teknik dalam bercerita.
7. Buku Memaknai Cerita Mengasah Jiwa karya T. Handayu.23 Dalam buku ini beliau menuangkan ide-idenya antara lain; apa manfaat dan keistimewaan-keistimewaan cerita, bagaimana dampak negatif dan positif media penyampaian cerita seperti buku, radio dan televisi, kemudian bagaimana kiat-kiat memilih cerita dan menyampaikan cerita yang baik serta menarik agar anak tidak bosan dan jenuh mendengarkan atau membaca sebuah cerita.
Dari penelitian-penelitian tersebut diatas, nyatalah bahwa penelitian tentang metode cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian yang memfokuskan tentang metode cerita menurut Muhammad Quthb kemudian diaktualisasikan dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga belum pernah diadakan penelitian. Disinilah letak perbedaan yang penulis lakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu. F. Metodologi Penulisan Skripsi
Pada dasarnya penelitian adalah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan atau mengkaji suatu pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian harus didasarkan pada penyelidikan dan pengumpulan data dengan analisa yang logis untuk tujuan tertentu.
1. Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni penelitian yang tidak mengadakan perhitungan24 dengan studi tokoh, oleh karena itu, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan historis dan deskriptif. Pendekatan historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan mengumpulkan, menilai.
23
T. Handayu, Memaknai Cerita dan Mengasah Jiwa; Panduan Menanamkan Nilai Moral
Pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Intermedia, 2001)
24
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. 4, hlm. 2.
memferifikasi dan menyintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konglusi yang dapat dipertahankan.25 Pendekatan historis ini penulis gunakan untuk mengetahui biografi Muhammad Quthb. Sedangkan pendekatan deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat.26 Pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkap pemikiran Muhammad Quthb tentang cerita sebagai salah satu metode pendidikan Islam.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan teknik library research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu,27 yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat. Sumber data tersebut yaitu:
a. Data Primer (data tangan pertama)
Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.28 Data primer ini diperoleh dari buku yang ditulis Muhammad Quthb yang berjudul Manhaju
at-Tarbiyah al-Islamiyah yang di terjemahkan menjadi Sistem
Pendidikan Islam, dan Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam (terj).
b. Data Sekunder (tangan ke 2)
Sumber data sekunder atau data tangan ke 2 adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subjek
25
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 21-22.
26
Ibid., hlm. 22.
27
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002), Cet. 1, hlm. 11.
28
penelitinya.29 Data ini diperoleh dari orang lain yang membahas pemikiran Muhammad Quthb serta berbagai data yang mendukung dan berkaitan dengan judul skripsi baik dari buku-buku, majalah, koran dan artikel-artikel yang mendukung dan sesuai dengan tema yang penulis angkat. Seperti penelitian (tesis) Isro’ yang berjudul pemikiran Muhammad Quthb tentang pendidikan dalam perspektif
Islam, skripsi Siti Marfuatun dengan judul metode kisah menurut al-Qur’an dan implementasinya dalam kepribadian muslim, bukunya
Abdul Aziz Abdul Malik yang berjudul mendidik anak lewat cerita (terj) dan lain-lain.
3. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dan dirasa cukup maka akan dianalisis dengan menggunakan metode:
a. Interpretasi
yaitu dengan cara menyelami isi buku, untuk secepat mungkin menangkap isi dan nuansa uraian yang disajikan.30 Dengan analisis ini peneliti akan berusaha untuk menyelami alam pikiran tokoh yaitu Muhammad Quthb, kemudian mengungkapkan apa adanya dalam bentuk tulisan sesuai dengan sumber yang ada, baik dengan bahasa sendiri maupun meminjam bahasa tokoh tersebut.
b. Metode Content Analysis
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dan jenis data yang diperoleh, maka penulis melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode content analysis, yaitu analisis isi pesan atau komunikasi.31 Yang dimaksud dari isi pesan suatu komunikasi di sini adalah isi atau pesan dari sumber-sumber data yang telah diperoleh oleh peneliti. Kemudian dari data yang
29
Ibid.
30
Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. 4, hlm. 63.
31
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), Cet. 7, hlm. 49.
telah diperoleh tersebut, penulis berusaha mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan langkah-langkah, yaitu;
pertama, mengklasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam
komunikasi, kedua, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi,
ketiga, menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat
prediksi.32 c. Komparasi
Komparasi dimaksudkan untuk memperbandingkan pendapat tokoh dengan tokoh-tokoh lain baik yang dekat dengannya atau justru yang sangat berbeda.33
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan gambaran umum pembahasan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penulisan skripsi dan sistematika penulisan.
Bab kedua akan mengkaji konsep cerita dalam pendidikan Islam. Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan pengertian cerita dan bentuk-bentuknya serta metode cerita dalam pendidikan Islam yang meliputi pengertian metode cerita, teknik penyampaian cerita, manfaat metode cerita, kelebihan dan kekurangan metode cerita serta klasifikasi usia anak dalam menerima cerita.
Bab ketiga lebih terfokus pada pembahasan tentang metode cerita menurut Muhammad Quthb. Dalam bab tiga ini, penulis akan memaparkan biografi singkat dan karya-karya Muhammad Quthb, serta pemikiran Muhammad Quthb tentang metode cerita.
Bab keempat merupakan analisis terhadap aktualisasi pemikiran Muhammad Quthb tentang metode cerita dalam pendidikan Islam di
32
Ibid.
33
lingkungan keluarga. Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan arti penting aktivitas bercerita di lingkungan keluarga serta aktualisasi dari pemikiran Muhammad Quthb tentang metode cerita dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang ditarik dari bab-bab sebelumya. Dan kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan yang ada pada skripsi ini, selain itu penulis menyertakan pula saran-saran bagi pelengkap. Pada bab lima ini penulis melengkapi dengan daftar pustaka.