• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) Kandungan Vitamin C Dan Organoleptik Selai Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Dengan Penambahan Jeruk Siam (Citrus nobilis var. Microcarpa), Gula Pasir,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) Kandungan Vitamin C Dan Organoleptik Selai Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Dengan Penambahan Jeruk Siam (Citrus nobilis var. Microcarpa), Gula Pasir, "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI

BUNGA KEMBANG SEPATU

(Hibiscus rosa-sinensis)

DENGAN PENAMBAHAN JERUK SIAM

(

Citrus nobilis

var. Microcarpa), GULA

PASIR, DAN TEPUNG MAIZENA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

DESYI NUR’AINI

A 420 090 162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) DENGAN PENAMBAHAN JERUK SIAM

(Citrus nobilis var. Microcarpa), GULA PASIR, DAN TEPUNG MAIZENA

Desyi Nur’aini 1

A420090162dan Chalimah2. desyi.biologist@yahoo.co.id

1

Mahasiswa Pendidikan Biologi UMS, 2Dosen Pendidikan Biologi UMS. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. 67 hhalaman

ABSTRAK

Tanaman kembang sepatu merupakan tanaman yang biasanya dikenal orang sebagai tanaman pagar saja ataupun tanaman hias. Tanaman kembang sepatu memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, misalnya untuk mengobati bronchitis, demam, haid tidak teratur, dll.Tanaman kembang sepatu bagian bunganya mengandung hibiscetin, mahkotanya mengandung vitamin C. Tujuan penelitian untuk mengetahui kandungan vitamin C dan estetika selai dengan uji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan daya terima) mahkota bunga kembang sepatu dengan penambahan jeruk siam, gula pasir, dan tepung maizena. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 faktor, faktor pertama yaitu jeruk siam dengan dosis 10 ml (J1) dan 15 ml (J2), faktor kedua yaitu gula pasir 37,5 g (G1) dan 50 g (G2), dan faktor ketiga yaitu tepung maizena 2,5 g (T1) dan 5 g (T2) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin C tertinggi terdapat pada sampel perlakuan jeruk siam 15 ml, gula 50 g, dan tepung maizena 2,5 g (J2G2T1) dengan kadar vitamin C sebesar 5,16 mg/%. Sedangkan hasil uji organoleptik respon yang sangat disukai masyarakat adalah sampel perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir 50 g, tepung maizena 5 g (J2G2T2) yang memiliki warna merah keunguan, aroma sedap, rasa asam kemanisan, tekstur yang agak lembut sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Simpulan kandungan vitamin C tertinggi dalam selai pada penambahan jeruk siam 15 ml; gula 50 g; tepung maizena 2,5 g. Dari uji organoleptik selai paling disuka pada penambahan jeruk siam 15 ml; gula 50 g; tepung maizena 5 g.

(4)

A. Pendahuluan

Selai merupakan salah satu produk makanan yang berupa semi padat

dan sering menjadi pelengkap untuk makan roti, dan dibuat inovasi untuk

biskuit. Selai umumnya terbuat dari buah-buahan serta kacang-kacangan.

Pembuatan selai dari bahan bunga-bungaan jarang sekali didengar, tetapi

sekarang pembuatan selai dari kelopak rosella sudah pernah dibuat.

Pembuatan selai ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk

setengah padat. Pektin yang terkandung dalam buah-buahan atau sari buah

bereaksi dengan gula dan asam membuat selai menjadi kental. Buah-buahan

dengan kadar pektin atau keasaman yang rendah perlu ditambahkan pektin

agar selai bisa menjadi kental. Penambahan pektin bagi buah-buahan yang

kadar pektinnya rendah bisa ditambahkan tepung maizena maupun

menambahkan buah yang berasa asam seperti macam buah jeruk.

Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, baik flora

maupun faunanya. Suatu keanekaragaman baik flora maupun fauna jika tidak

dilestarikan dapat punah. Bunga sepatu merupakan salah satu

keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Masyarakat menganggap

tanaman kembang sepatu tidak begitu bermanfaat selain tanaman hias atau

tanaman pagar saja, maka beberapa masyarakat mengganti tanaman kembang

sepatu dengan bangunan dinding. Masyarakat belum banyak yang

mengetahui bahwa bunga sepatu mempunyai berbagai manfaat, diantaranya

sebagai tanaman obat, baik yang masih segar maupun yang sudah

dikeringkan. Hampir semua bagian baik bunga, daun, batang, maupun akar

dapat dimanfaatkan sebagai obat beberapa penyakit. Salah satu cara supaya

tanaman kembang sepatu tidak punah maka diperlukan inovasi untuk tetap

menjaga kelestarian tanaman kembang sepatu.

Tanaman kembang sepatu dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan

diantaranya bronchitis, kencing nanah, haid tidak teratur, sakit panas, demam

pada anak-anak, sariawan, batuk, gondok, dan sakit kepala. Bagian bunga,

daun, dan akar kembang sepatu mengandung flavonoida. Daunnya

(5)

skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C. Dan pula bunganya juga

mengandung polifenol, yaitu senyawa yang menyebabkan rasa segar pada teh

(Steven, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Lestari (2011), bahwa bunga kembang

sepatu merupakan suatu tanaman obat tradisional yang dapat digunakan

sebagai peluruh dahak. Ada 3 formula yang digunakan dalam penelitian

tersebut yaitu formula A yang mengandung 100% sukrosa 0% PGA, formula

B yang mengandung 50% sukrosa 50% PGA, dan formula C yang

mengandung 0% sukrosa 100% PGA yang dioptimasi dengan metode

Simplex Lattice Design. Hasil yang diperoleh dari perhitungan data, formula

optimum yang dapat diperoleh yaitu formula C yang mengandung 601 gram

sukrosa dan 10 gram PGA.

B. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Biologi dan Laboratorium Gizi FIK Universitas

Muhammadiyah Surakarta pada bulan Januari 2013.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari

3 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah jeruk siam yaitu 10 ml (J1)

dan 15 ml (J2), faktor kedua adalah gula pasir (G) yaitu 37,5 g (G1) dan 50 g

(G2), dan faktor ketiga adalah tepung maizena (T) yaitu 2,5 g (T1) dan 5 g

(T2). Pelaksanaan penelitian sebagai berikut : Bunga kembang sepatu yang

telah dipetik kemudian dipilih bagian mahkotanya saja yang segar. Setelah

mahkota kembang sepatu yang berwarna merah sudah terkumpul, kemudian

ditimbang per perlakuan 50 g dan dicuci bersih. Bahan- bahan yang lainnya

(gula pasir, tepung maizena, vanili, dan garam) juga ditimbang. Memblender

mahkota bunga sepatu yang telah ditimbang dan dicuci kemudian ditambah

air @100 ml dan tepung maizena masing-masing perlakuan selama 1 menit

sampai tercampur rata. Bubur mahkota yang telah tercampur rata kemudian

dimasukkan ke wajan dan dimasak hingga mendidih sambil diaduk perlahan,

kemudian ditambahkan gula pasir, air perasan jeruk siam, vanili, dan garam.

(6)

kemudian api dimatikan, selai dibiarkan sebentar. Selai kemudian

dimasukkan kedalam botol jam yang sebelumnya sudah disterilisasi dengan

dikukus.

Setelah itu melakukan uji kandungan vitamin C dengan mengambil

filtrat sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml, kemudian

tambahkan indikator amilum 1%(soluble starch) sebanyak 2 ml. Mentitrasi

dengan larutan I2 0,01 N hingga warna biru (Perhitungan: 1 ml 0,01 N Iodium

= 0,88 mg asam askorbat), mengulangi perlakuan 3 kali terhadap

masing-masing selai.

Kemudian dilanjutkan pengujian organoleptik yang melibatkan 20

panelis, yang diminta untuk mengamati, merasakan, mencium aroma, dan

memberikan penilaian terhadap hasil penelitian.

Analisis dengan menggunakan kuisioner (kualitatif) dan analisis

kuantitatif. Analisis dengan menggunakan kuisioner (kualitatif) digunakan

untuk menguji mutu organoleptik dan daya terima masyarakat dari selai

bunga tanaman kembang sepatu yang ditambahkan jeruk siam, gula pasir, dan

tepung maizena dengan jumlah yang bervariasi, sedangkan analisis kuantitatif

digunakan untuk mengetahui kandungan vitamin C.

(7)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kadar vitamin C tertinggi

jeruk siam 15 ml, gula pasir pasir 50 g, dan tepung maizena 2,5 g (J2G2T1)

dengan kandungan vitamin C sebesar 5,16 mg, sedangkan kandungan vitamin

C terendah pada perlakuan jeruk siam 10 ml, gula pasir pasir 37,5 g, dan

tepung maizena 5 g (J1G1T2) dengan kandungan vitamin C sebesar 3,81 mg.

Berdasarkan analisis penambahan jeruk siam ada pengaruh terhadap

kandungan vitamin C selai mahkota bunga kembang sepatu. Adanya

perbedaan kadar vitamin C pada selai dikarenakan jeruk siam yang digunakan

tidaklah sama umurnya baik yang baru dipetik ataupun yang sudah lama

dipetik. Hal tersebut terjadi karena kandungan vitamin C pada buah jeruk

siam yang telah dipetik dan disimpan akan berkurang dari pada jeruk siam

yang baru dipetik. Makanya terjadi perbedaan baik pada dosis 10 ml maupun

15 ml air perasan jeruk siam. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

Helmiyesi (2008) yaitu lama penyimpanan jeruk siam berpengaruh terhadap

kandungan vitamin C jeruk siam (Citrus nobilis var. microcarpa), kandungan

vitamin C pada penyimpanan 5 hari tidak mengalami perubahan

dibandingkan kontrol, sedangkan penyimpanan 10 hari dan 15 hari

kandungan vitamin C berkurang. Hal ini sesuai dengan sifat vitamin C

menurut Poedjiadi (2007) yaitu mudah dioksidasi, terutama bila dipanaskan.

Oksidasi dipercepat apabila ada suatu alkalis atau tembaga. Hilangnya

vitamin C sering terjadi dalam pengolahan, pengeringan, dan cahaya.

Berdasarkan data yang diperoleh, pengujian organoleptik dan daya

terima bahwa pada perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir 50 g, tepung

maizena 2,5 g (J2G2T1) penilaian organoleptik yang meniputi warna, aroma,

rasa, dan tekstur memiliki hasil yang sama dengan perlakuan jeruk siam 15

ml, gula pasir 50 g, tepung maizena 5 g (J2G2T2)yang memiliki warna merah

keunguan, aroma sedap, rasa asam kemanisan, tekstur yang agak lembut.

Tetapi untuk daya terima pada perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir 50 g,

tepung maizena 2,5 g (J2G2T1) suka dan perlakuan jeruk siam 15 ml, gula

(8)

karena kekentalan selai sedikit berbeda antara perlakuan tersebut.

Penambahan tepung maizena yang mempengaruhi kekentalan tersebut. Pada

perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir 50 g, tepung maizena 2,5 g (J2G2T1)

tepung maizena hanya 2,5 g sedangkan perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir

50 g, tepung maizena 5 g (J2G2T2) tepung maizena 5 g.

Secara garis besar panelis sangat suka pada selai mahkota bunga

kembang sepatu sampel perlakuan J2G2T2 (air perasan jeruk siem 15 ml, gula

pasir 50 gram, tepung maizena 5 gram) yang memiliki warna merah

keunguan, aroma sedap, rasa asam kemanisan, tekstur yang agak lembut.

D. Simpulan

1. Selai mahkota bunga kembang sepatu memiliki kandungan vitamin C

tertinggi pada sampel perlakuan jeruk siam 15 ml, gula 50 g, dan tepung

maizena 2,5 g (J2G2T1) dengan kandungan vitamin C sebesar 5,16 mg.

2. Hasil uji organoleptik yang memiliki daya terima tinggi oleh masyarakat

yaitu sampel perlakuan jeruk siam 15 ml, gula pasir 50 gram, tepung

maizena 5 gram (J2G2T2) yang memiliki warna merah keunguan, aroma

sedap, rasa asam kemanisan, tekstur yang agak lembut.

E. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan yang terhormat Ibu Dr. Siti

Chalimah, M.Pd. atas kesediaannya membantu dan memberi masukan yang

sangat berharga selama penelitian ini berlangsung sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

1. [BSN]. Selai Buah SNI 3746:2008. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

2. Helmiyesi, Rini Budi Hastuti, and Erma Prihastanti. Pengaruh Lama

Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam

(Citrus nobilis var. microcarpa). Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi,

vol. XVI, No. 2, 2008.

3. Lestari, Ferani Dwi. 2011. Optimasi Formula Sirup Ekstrak Etanolik

(9)

Bahan Pemanis dan PGA sebagai Bahan Pengental. Surakarta: Skripsi

ThesisUniversitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Pedjiadi, Anna, dan F.M Titin Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia.

Jakarta: UI-Press.

5. Steven, Fion. 2012. Hibiscus rosa-sinensis-kembang sepatu.

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian produksi ikan patin siam transgenik F0 dengan tujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhannya terdiri dari beberapa tahapan yaitu: (1) kloning gen penyandi

NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU (STUDI

In the following figure, the black ball moves one position at a time

Dengan melihat kondisi perbankan saat ini, maka penelitian tentang analisis penilaian tingkat kesehatan bank (studi kasus pada bank umum pemerintah go public yang

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya sehingga tesis ini dengan judul Kajian Psikologi Sastra, Nilai

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Analisa Pengaruh Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan

skripsi ini.. Modifikasi Konstruksi Pintu Masuk Bubu Lipat Untuk Menangkap Kepiting Bakau. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR. Kepiting bakau jenis

memperbaiki masalah emosi dan perilaku anak dan remaja pada keluarga dengan masalah relasi orang tua-anak dengan melakukan terapi Analisis Transaksional Dasar