• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR KARATE KATA SATU (HEIAN SHODAN): Studi Eksperimen Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Karate di SMK Informatika Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR KARATE KATA SATU (HEIAN SHODAN): Studi Eksperimen Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Karate di SMK Informatika Sumedang."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

di SMK Informatika Sumedang)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

Oleh: Haris Hardiana

1001189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh:

Haris Hardiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi

©Haris Hardiana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

KETERAMPILAN GERAK DASAR KARATE KATA SATU (HEIAN SHODAN).

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Andi Suntoda, M.Pd. NIP.195806201986011002

Pembimbing II

Dr. Dian Budiana, M.Pd. NIP : 197706292002121002

Mengetahui: Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perbandingan pengaruh model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Intact-Group Comparison. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X anggota ekstrakurikuler karate. Teknik Sampel yang digunakan adalah sampling jenuh jadi semua populasi dijadikan sample, dan dibagi ke dalam dua kelompok melalui tes general motor ability. Instrument yang digunakan adalah tes keterampilan kata satu. Setelah melalui pengujian uji normalitas dan kesamaan dua variansi kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan homogen.

Analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Berdasarkan hasil penghitungan dan pengolahan data diperoleh hasil yaitu t-hitung(-0,255) < t-tabel(l,701), oleh karena itu Ho diterima. Maka Hipotesis ditolak.

Disimpulkan bahwa model pembelajaran peer teaching tidak memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu dalam kegiatan ekstrakurikuler karate.

ABSTRAK

The purpose of this study is to reveal the comparative influence of peer teaching and learning model of cooperative to the basic motor skills of the kata satu karate.

This research uses experimental methods to study the design of Intact-Group Comparison. The population in this study were students of class X extracurricular members karate. Sample technique used is sampling saturated so all populations sampled, and divided into two groups through general tests of motor abilities. The instrument used was a kata satu skills test. After testing for normality test and the equality of two variances both groups of normal distribution and homogeneous samples.

Analysis of the data used is using the equality test two average (one side). Based on the results of the calculation and processing of data obtained results which t-test (-0.255) < t-table (l,701), therefore Ho is accepted. Then the hypothesis is rejected.

(5)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

(6)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pendidikan……….. ... 10

B. Model Pembelajaran Peer Teaching dan Kooperatif 1. Model Pembelajaran ... 13

2. Model Pembelajaran Peer Teaching ... 14

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

C. Pengertian Karate ... 21

(7)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian……….. 41

B. Desain Penelitian ………..………. 42

C. Populasi dan Sample ………. 44

D. Definisi Operasional …….………. 45

E. Instrumen Penelitian ………... 46

F. Prosedur Penelitian ……….…….. 47

G. Teknik Analisis Data ……….…….. 51

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data……….. 52

B. Diskusi Penemuan……….. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 58

B. Saran……….. 58

DAFTAR PUSTAKA………. 59

(8)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi

Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep

kependidikan yang berkaitan dengan lainnya salah satunya yaitu belajar. Dalam

keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang

dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Menurut Slameto, (1991, hlm. 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Kegiatan belajar mengajar di dalam lembaga pendidikan formal didasarkan

kepada kegiatan kurikuler yang terdiri dari berbagai kegiatan, yaitu:

a. Kegiatan Intrakurikuler

b. Kegiatan Kokurikuler

c. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan Intrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di sekolah

dengan jatah waktu yang telah ditetapkan dalam struktur program dan

dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal tiap mata pelajaran. Berdasarkan

struktur program itulah disusun jadwal pelajaran untuk setiap kelas dalam setiap

(9)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang dimaksud dengan kegiatan kokurikuler ialah kegiatan diluar pelajaran

biasa atau diluar jam pelajaran intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di

perpustakaan, di rumah atau di tempat lain dalam bentuk membaca buku,

penelitian, mengarang atau pekerjaan rumah.

Kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran (ekstrakulikuler) untuk

membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat

dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh

pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan

di sekolah/madrasah. Kehadiran kegiatan ekstrakurikuler disamping kegiatan

intrakurikuler dimungkinkan karena banyak manfaat yang didapatkan dari

kegiatan tersebut. Ekstrakurikuler dapat disebut sebagai bagian dari pendidikan

dalam arti luas.

Untuk mendukung terlaksananya program ekstrakurikuler diperlukan

adanya berbagai petunjuk dan pedoman, baik menyangkut materi maupun

kegiatannya, dengan harapan agar program ekstrakurikuler dapat dilaksanakan

dengan tujuan yang digariskan, Tetapi kegiatan ekstrakurikuler disetiap

sekolah-sekolah tertentu masih cenderung tradisional. Model pembelajaran tidak harus

terpusat pada guru, tetapi dapat pada siswanya. Orientasi pembelajaran harus

disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan program pembelajaran

serta cara penyampaian harus disesuaikan, sehingga menarik dan menyenangkan,

sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan

aktivitas jasmani, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya.

Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah

dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1998, hlm. 3) salah

satunya adalah ekstrakurikuler Olahraga. Salah satu ekstrakurikuler olahraga yaitu

ekstrakurikuler Karate. Karate adalah salah satu jenis olahraga beladiri. Karate itu

(10)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pukulan(chuki), tangkisan(uke), tendangan(geri), Kata atau rangkaian gerak jurus

dan kumite atau pertarungan. Tahapan pembelajaran karate dimulai dari kihon

atau dasar, selanjutnya rangkaian jurus atau kata.

Kata menurut Sagitarius, (2008, hlm. 108) “merupakan bentuk rangkaian

gerakan yang terdiri serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus,

dalam karte bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan (embusen) sudah

ditetapkan sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi sesuai dengan keinginan kita.”

Kata Heian Shodan merupakan kata pertama (dasar) yang dipelajari oleh

seseorang karateka pemula, yang terdiri dari 21 gerakan. Saat ini perkembangan

karate sudah berkembang pesat di indonesia hal ini terbukti dari banyaknya

ekstrakulikuler dan perguruan karate yang telah ada di indonesia salah satunya

yaitu di SMK Informatika Sumedang.

Berdasarkan dari hasil pengamatan, kegiatan ekstrakurikuler disetiap

sekolah-sekolah tertentu masih cenderung tradisional, kegiatan yang selalu

terpusat pada guru membuat suasana yang membosankan. Model pembelajaran

tidak harus terpusat pada guru, tetapi dapat pada siswanya. diperlukan adanya

pendekatan lain yang bertujuan untuk memberikan motivasi diri sendiri dengan

yang lainnya. Pendekatan yang dapat diberikan dalam setiap pembelajaran dapat

di berikannya model pembelajaran seperti model Peer Teaching dan model

kooperatif.

Untuk mendapatkan suatu model pembelajaran yang efektif adalah dengan

membandingkan Model pembelajaran Peer Teaching dan Model pembelajaran

Cooperatif.

Metode peer teaching itu sendiri dapat diartikan sebagai : menyertakan

teman sebaya sebagai gurunya dalam setiap pembelajaran, sehingga siswa dituntut

(11)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kooperatif itu sendiri dengan cara pengelompokan siswa agar setiap siswa dapat

mengemukakan pendapat satu dengan yang lainnya dalam memecahkan suatu

permasalahan dalam suatu pembelajaran. karena pada dasarnnya setiap siswa

dapat mempercayai temannya dalam mempelajari pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Pola gerak dasar karate yang dapat dipelajari seperti pukulan(chuki),

tangkisan(uke), tendangan(geri), Kata atau rangkaian gerak jurus dan kumite atau

pertarungan. Maka dari itu model pembelajaran yang akan diberikan harus

menitik beratkan supaya siswa dapat memahami pembelajaran yang diberikan

oleh pengajar, hal ini diperlukan suatu proses pembelajaran yaitu pembelajaran

karate yang memfokuskan pada keterampilan gerak dasar kata, Pembelajaran yang

intensif dan kontinyu diharapkan dapat memberikan motivasi tersendiri bagi

mereka yang sama sekali belum bisa. Hal pertama yang harus dilakukan agar

dapat melakukan gerakan kata satu adalah mempelajari teknik dasar yaitu,

pukulan(chuki), tangkisan(uke), tendangan(geri) dan kuda-kuda . Dalam konteks

pembelajaran, model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari sistem

pembelajaran, serta berupaya menjelaskan ketertarikan berbagai komponen sistem

pembelajaran ke dalam suatu pola/kerangka pemikiran yang disajikan secara utuh.

Suatu model pembelajaran meliputi keseluruhan sistem pembelajaran yang

mencakup komponen tujuan, kondisi pembelajaran, proses belajar-mengajar, dan

evaluasi hasil pembelajaran (Nugraha E, dkk 2010, hlm. 15)

Dalam konteks pembelajaran, model adalah suatu penyajian fisik atau

konseptual dari sistem pembelajaran, serta berupaya menjelaskan ketertarikan

berbagai komponen sistem pembelajaran ke dalam suatu pola/kerangka pemikiran

yang disajikan secara utuh. Suatu model pembelajaran meliputi keseluruhan

sistem pembelajaran yang mencakup komponen tujuan, kondisi pembelajaran,

proses belajar-mengajar, dan evaluasi hasil pembelajaran (Nugraha E, dkk. 2010,

(12)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Juliantine T, dkk. (2012, hlm. 5) sebagai berikut:

Sebuah model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari system pembelajaran, serta berupaya menjelaskan keterkaitan berbagai komponen system pembelajaran kedalam suatu pola/kerangka pemikiran yang disajikan seccara utuh.

Model digunakan untuk dapat membantu memperjelas prosedur,

hubungan, serta keadaan keseluruhan dari apa yang didesain. Menurut Joyce dan

Weil (dalam Juliantine T, dkk 2011, hlm. 5) , ada kegunaan dari model, antara

lain:

a. Memperjelas hubungan fungsional di antara berbagai komponen, unsur atau elemen sistem tertentu.

b. Prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dapat di identifikasi secara tepat.

c. Dengan adannya model maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dapat dikendalikan.

d. Model akan mempermudah para administrator untuk mengidentifikasi komponen, elemen yang mengalami hambatan, jika kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak efektif dan tidak produktif.

e. Mengidentifikasi secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika terdapat ketidaksesuaian dari apa yang telah dirumuskan.

f. Dengan model, guru dapat menyusun tugas-tugas belajar siswa menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.

Dalam teori buku Model-Model Pembelajaran Penjas yang menurut

Juliantine T, dkk (2012, hlm. 50). Terdapat beberapa macam model yang baik

untuk digunakan dalam pembelajaran penjas dan olahraga diantarannya:

1) Model Pembelajaran langsung 7) Model Pembelajaran Peer Teaching

Diantara berbagai macam model pembelajaran diatas, saya sebagai penulis

(13)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kooperatif sebagai acuan untuk dijadikannya salah satu sumber

materi untuk dijadikan penelitian yang akan dilaksanakan.

Model Peer Teaching adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan

menyertakan teman sebaya sebagai gurunya. Model ini cocok digunakan untuk

setiap tingkatan, yang memiliki kelas banyak. Aktifitas ini memberikan simulasi

pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub lebih baik.

Menurut Yuda (dalam Juliantine T, dkk. 2012, hlm. 58) menjelaskan

bahwa:

pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali potensi dan membagi-bagi ide pada anak. Strategi pembelajaran ini mendorong siswa untuk melakukan kegiatan dalam bentuk kerjasama dan sikap bertanggung jawab kepada teman dan kelompoknnya dan juga sikap tanggung jawab terhadap dirinnya sendiri.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam

pendidikan adalah falsafah homo homoni socius. Berlawanan dengan teori

Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial.

Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan

hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau

sekolah. (Lie A, 2008, hlm. 28).

Dari pemaparan di atas penulis ingin mengkaji kedua model pembelajaran

peer teaching dan model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan dari pengertian

kedua model pembelajaran tersebut, penulis beranggapan bahwa kedua model

tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap keterampilan gerak dasar karate

kata satu (heian shodan).

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan mencoba untuk meneliti

tentang perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model

pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (heian

shodan ) dalam pembelajaran ekstrakulikuler karate.

(14)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supaya masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang

sebenarnya dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dari itu

penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian ini.

Adapun ruang lingkup permasalahan yang ingin dibahas adalah :

1. Permasalahan pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perbandingan

model pembelajaran Peer Teaching dan kooperatif terhadap keterampilan

gerak dasar karate kata satu ( Heian Shodan ) dalam pembelajaran

ekstrakulikuler karate di SMK Informatika Sumedang. Sehingga yang

menjadi variabel bebasnya adalah model pembelajaran Peer Teaching dan

model pembelajaran kooperatif. Sedangkan yang menjadi variabel terikatnya

adalah keterampilan gerak dasar karate kata satu (heianshodan) dalam

kegiatan ekstrakulikuler karate.

2. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Informatika Sumedang

yang menjadi anggota ekstrakulikuler karate, sedangkan sampel penelitian ini

adalah siswa kelas X anggota ekstrakulikuler karate SMK Informatika

Sumedang.

3. Instrument yang digunakan adalah tes rangkaian gerak kata satu (heianshodan)

4. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SMK Informatika Sumedang.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan di dalam latar belakang

(15)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

shingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan ini

peneliti merumuskan masalah penelitian ini kedalam pertanyaan berikut:

“Apakah model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh yang

lebih signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif terhadap

keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan) dalam pembelajaran

ekstrakurikuler di SMK Informatika Sumedang”.

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan latarbelakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran peer teaching memberikan

pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran

kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

dalam pembelajaran ekstrakurikuler karate di SMK Informatika Sumedang.

E. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka

penelitian ini diharapkan memberi manfaat seperti berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan atau referensi bagi pihak

(16)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

minat dan bakat siswa juga bisa menjadi waktu belajar tambahan siswa terhadap

pembelajaran pendidikan jasmani yang belum tersampaikan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan sistem model

pembelajaran materi bela diri karate kata satu (heianshodan). Agar dapat tercapai

sistem pengajaran yang di inginkan.

F. Sruktur Organisasi Skripsi

BAB I. Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar

belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, dalam

Bab ini mengemukakan konsep atau teori yang relevan dengan judul penelitian

serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III. Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengenai metodologi

penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: Definisi operasional,

metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan

analisis data.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan

mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek

penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis

serta pembahasannya.

BAB V. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi, dalam Bab ini mengemukakan

kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan mengemukakan implikasi

dan rekomendasi yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan

(17)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

(18)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu

tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan

mengumpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu

yang sesuai dengan prosedur penelitian. Penelitian adalah salah satu cara dalam

mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono,

(2013, hlm. 3) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu “rasional,

empiris, dan sistematis”. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan

cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris

berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga

orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis

artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode Penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan

dan dipergunakan oleh peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan

dengan permasalahan yang diselidiki.

Arikunto, (2006, hlm. 160) menjelaskan tentang pengertian metode

penelitian, yaitu: "Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya”

Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan orang untuk

mengadakan penelitian suatu permasalahan, seperti metode historis, deskriptif dan

(19)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen,

yaitu mengadakan kegiatan percobaan terhadap variabel-variabel yang diselidiki

untuk mendapatkan suatu hasil.

Metode ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini

adalah membandingkan antara keterampilan gerak dasar karate kata satu (heian

shodan) dalam kegiatan ekstrakulikuler dengan model pembelajaran peer teaching

dan model pembelajaran kooperatif pada siswa SMK Informatika Sumedang.

Kedua kelompok tersebut kemudian menjalani proses perlakuan sesuai

dengan program perlakuan yang telah disusun oleh penulis. Sebelum dan sesudah

proses perlakuan diprogramkan, dilakukan pengukuran untuk membandingkan

keterampilan gerak dasar karate kata satu, akibat perlakuan dari pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran peer teaching dan medel pembelajaran

kooperatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran peer

teaching dengan model pembelajaran kooperatif dan variabel terikat yaitu

keterampilan gerak dasar karate kata satu (heian shodan).

B. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

desain Pre-Experimental Design bentuk Intact-Group Comparison. Desain ini

terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian yang dibagi dua yaitu

kelompok untuk model pembelajaran Peer Teaching dan kelompok untuk model

pembelajaran kooperatif Paradigma penulisannya dapat digambarkan sebagai

(20)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O2 : Hasil pengukuran setengah kelompok model pembelajaran

Kooperatif

Pengaruh perlakuan = O1 - O2

Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas adalah sebagai berikut:

a. Menentukan sampel dari populasi.

b. Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok yang homogen.

Setelah sample ditentukan maka dilakukan lah tes General Motor Ability

Test yaitu tes “Barrow motor ability untuk mengelompokan siswa kedalam

kelompok yang homogen.

c. Memberikan perlakuan dengan model pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran kooperatif

d. Melakukan tes akhir (Post-Test) setelah diberi perlakuan kemudian menghitung rata-rata.

e. Menghitung perbedaan antara hasil kelompok pertama (model pembelajaran peer teaching) dan kelompok kedua (model pembelajaran kooperatif) setelah diberi perlakuan.

f. Langkah terakhir memakai pengujian hipotesis untuk menentukan apakah perbedaan itu cukup berarti menerima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini atau sebaliknya.

Selanjutnya penulis menggambarkan rancangan penelitian tersebut sebagai

berikut :

Bagan 3.2

Langkah – langkah penelitian

Kelompok A Kelompok B

(21)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Populasi dan Sampel

Untuk memecahkan suatu masalah penelitian diperlukan sumber data dan

pada umunya sumber data itu disebut populasi dan sampel penelitian. Setiap

penelitian memerlukan sejumlah objek yang akan diteliti, populasi merupakan

sumber data yang sangat penting. Populasi memegang peranan penting dalam

suatu penelitian, karena populasi merupakan keseluruhan sumber data atau objek

yang akan diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto, (2006, hlm. 130)

menjelaskan bahwa : “Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.”

Selain itu, menurut Sudjana, ( 2005, hlm. 6), mengatakan :

Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel.

.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai populasi, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari

sekumpulan objek penelitian, baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa

gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data yang

memilki berbagai ciri atau karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Yang

dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X yang menjadi

(22)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel menurut Arikunto, S (2006, hlm. 131) bahwa: "Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti". Teknik Sample yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh, Yaitu teknik penentuan sample bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini dilakukan karena

jumlah populasi relatif kecil.

1. Menentukan kelompok sample

Untuk menentukan kelompok siswa yang menjadi kelompok sample

penelitian model pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran kooperatif

dilakukan dengan cara seluruh sample di tes menggunakan tes general motor

ability Barrow motor ability” sehingga didapatkan dua kelompok yang homogen

(memiliki keterampilan gerak yang seimbang atau sama).

Kelompok A Kelompok B

(23)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sample penelitian kelompok A (model pembelajaran peer teaching) dan kelompok B (model pembelajaran kooperatif)

D. Definisi Operasional

Jika dilihat dari sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu

berbeda-beda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah

dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan

satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Model-model

Sebuah model adalah pencerminan atau abstraksi dari sebuah objek, proses,

pristiwa, situasi atau sistem. Secara lebih luas, sebuah model adalah sesuatu yang

mengungkap dan menjelaskan tentang hubungan dari berbagai komponen, aksi

dan reaksi, serta sebab akibat. Harton, (dalam Nugraha Eka, dkk 2010, hlm. 94).

2. Keterampilan Gerak

Keterampilan gerak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

suatu tugas gerak secara maksimal sesuai dengan kemampuannya.

3. Seni beladiri

Seni beladiri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara

seseorang memepertahankan/ membela diri. (http//:www. Wikipedia.org) 4. Beladiri karate

Karate adalah seni beladiri yang berasal dari jepang dan dibawa masuk ke

jepang lewat pulau Okinawa. Yang terdiri dari 2 kata kanji "Kara" yang artinya

kosong dan "Te" yang artinya tangan. Jadi dapat diartikan Karate adalah seni

beladiri tangan kosong.

(24)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arikunto S, (2006, hlm. 160) bahwa: “instrument penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Dalam pengumpulan data merupakan salah satu faktor penting yang tidak

diabaikan artinya data merupakan kunci jawaban suatu pertanyaan ilmiah yang

diajukan dalam penelitian.

Untuk mendapatkan data yang nantinya diolah dan dianalisis maka

diperlukan alat untuk instrumen yaitu :

Instrument yang digunakan adalah tes keterampilan kata berdasarkan criteria

penilaian kata menurut WKF (World Karate Federation) rule of competition (2011, hlm.

29).

KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI

A. Bentuk Kuda kuda Zenkutsu Dachi

1. Berat badan berada di kaki depan 1

2. Kaki belakang lurus 1

3. Kaki depan dan belakang tidak ada satu garis 1 Kokutsu Dachi

4. Berat badan tertumpu di kaki belakang 1

5. Kaki depan dan belakang berada pada satu garis 1 B. Bentuk Pukulan

1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1

2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1

3. Posisi badan tegap menghadap ke depan 1

4. Posisi tangan yang tidak aktif berada diatas pinggang 1

5. Pukulan bertenaga (power pukulan) 1

C. Bentuk Tangkisan Gedan Barai

(25)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1

3. Lengan ditekuk 90' 1

Soto Uke

4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1

5. Lengan ditekuk 90' 1

TOTAL SKOR 15

Kriterian Penilaian

1. Penilaian dilakukan dengan cara melihat seluruh gerakan dari awal sampai

akhir.

2. Gerakan yang sesuai dengan instrument penilaian diberi nilai 1, sedangkan

gerakan yang tidak sesuai dengan instrument penilaian diberi nilai 0.

F. Prosedur Penelitian

1. Menentukan jadwal mulai melakukan perlakuan, yaitu dilakukan pada tanggal

4 September 2014

2. Menentukan waktu pre-test melalui tes General Motor Ability, yaitu dilakukan

pada tanggal 2- 4 september 2014.

3. Menentukan waktu dan tempat memberikan perlakuan, yaitu dilaksanakan

seminggu empat kali, setiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu pada pukul

13:00 s/d15:00 WIB untuk kelompok model pembelajaran peer teaching dan

pukul 15.00 s/d 17.00 untuk kelompok model pembelajaran kooperatif dan

tempat pelaksanaan di lapangan SMK Informatika Sumedang.

4. Kelompok yang menunggu jadwal giliran pemberian perlakuan diharuskan

menunggu di ruangan yang disediakan dan tidak diperbolehkan berada di areal

lapangan.

5. Menentukan waktu dan tempat pengetesan, yaitu dilaksanakan pada hari Jumat

dan Sabtu tanggal 26-27 September 2014 pukul 14.00 s.d 16.00 WIB.

6. Dalam pengetesan ini penulis melaksanakan tes sebanyak 1 kali :

a. Tes akhir, tujuannya untuk mengetahui kemajuan siswa setelah

(26)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Selanjutnya menghitung rata-rata hasil tes antara model

pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran kooperatif

untuk melakukan penelitian.

G. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan

menganalisis data tersebut secara statistik. Ini bertujuan untuk memperoleh

jawaban mengenai diterima tidaknya hipotesis sesuai dengan signifikannya yang

diajukan pada bab satu. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh

dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari

Sudjana, (2005:66) sebagai berikut:

̅ ∑

Keterangan tanda dalam rumus :

̅ : rata-rata suatu kelompok

∑ : Jumlah skor yang didapat suatu kelompok : Jumlah sample

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana, (2005:93) sebagai

berikut :

S =√∑( )

Keterangan tanda dalam rumus :

(27)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

∑( ) : Jumlah skor dikurangi rata-rata yang dikuadratkan

: Jumlah sampel dikurangi satu

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat

dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan

jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan

pada penelitian ini adalah uji Liliforst.

Prosedur yang digunakan menurut Sujana, (2005, hlm 120) adalah sebagai

berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus:

̅

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari

sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F(Z1) = P(Z .Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan

S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

(28)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

e. Bandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau

ditolak hipotesisnya, dengan kriteria :

- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal

- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari

hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik

yang digunkan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:

cil Variansike

sar Variansibe F

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari

F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05

dan derajat kebebasan dk = V1 dan V2, nilai V1 = n – 1 dan V2 = n – 2 jadi data

setiap butir tes adalah homogen bila F hitung ≤ F tabel

5. Pengujian Signifikan Peningkatan Hasil Pembelajaran

Menguji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Dengan menggunakan uji

kesamaan dua rata-rata (satu pihak) dapat menggambarkan bahwa terdapat

perbedaan atau tidak mengenai tingkat keteraampilan gerak dasar karate katu satu

(heian shodan) siswa ekstrakulikuler karate yang diberikan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran

kooperatif. Sedangkan syarat untuk menguji perbedaan dua rata-rata, yaitu

datanya ; harus berdistribusi normal dan variansinya homogen. Jika berdistribusi

normal dan homogen maka rumus statistik yang digunakan yaitu uji t, yang

(29)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

̅ ̅

Sebelum uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan ( )

Sudjana, (2005, hlm. 232) melalui rumus sebagai berikut:

t : Nilai t yang di cari

: Simpangan baku gabungan

: Jumlah sample kelompok 1

: Jumlah sample kelompok 2

̅ : Rata-rata kelompok 1 ̅ : Rata-rata kelompok 2 : variansi kelompok 1

: variansi kelompok 2

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional

sederhana. Kriteria pengujian adalah terima jika t < , dalam hal lain

tolak hipotesis, dengan peluang pada ( = 0,95) dengan dk = ( ).

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

kesamaan dua rata-rata satu pihak atau uji t satu arah, (Sudjana, 2005 hlm. 242),

yang terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis

yang digunakan adalah uji normalitas populasi dengan uji liliefors, (Sudjana, 2005

(30)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sudjana, 2005 hlm. 249). Semua pengujian dilakukan pada taraf signifikan =

(31)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis perkembangan dari aspek model pembelajaran

peer teaching dan model pembelajaran kooperatif, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut: "Model pembelajaran peer teaching tidak memberikan

pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran

kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu dalam kegiatan

ekstrakulikuler karate di SMK Informatika Sumedang." Oleh karena itu model

pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran kooperatif dapat digunakan

dalam materi pembelajaran karate.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai

berikut:

1. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sebaiknya menggunakan model

pembelajaran kooperatif karena dalam proses belajar mengajarnya

diberikan kebebasan terhadap siswa untuk berperan aktif penuh dalam

proses belajar mengajar serta setiap siswa selalu ditugaskan untuk

bertanggung jawab.

2. Dalam pembelajaran ekstrakulikuler karate hendaknya diperhatikan

kebenaran gerakan kihon dan kemantapan gerakan kata. Karena dengan

kebenaran gerakan kihon dan kemantapan gerakan kata yang baik, maka

tingkat penguasaan gerak siswa akan menjadi lebih baik.

3. Penggunaan model pembelajaran peer teaching dan model pembelajaran

kooperatif dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani

(Materi karate), karena kedua metode tersebut dapat berpengaruh terhadap

(32)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 9

4. Penelitian ini dapat di kembangkan dengan jumlah sample yang lebih

(33)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka

Cipta, Jakarta

Depdikbud, (1998) Petunjuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah

satu jalur pembinaan kesiswaan. jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan

: Dirjen Diksdasmen

Depdikbud. (1984) Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. (1993) Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Husdarta, DR. Yudha M. Saputra, M. Ed. (2000) Belajar dan pembelajaran.

Bandung: FPOK UPI

Juliantine T, dkk. (2012) Belajar dan Pembelajaran Penjas. Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung

Lie A. (2008) Memperaktikan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas, PT

Grasindo, Jakarta.

Mahendra dan Sucipto. (2008) Pendidikan Jasmani SMA/SMK Bahan Ajar

Pendidikan dan Latihan Profesi guru (PLPG), UPI

Melzler,M.W. (2000) Instructional Models for Physical Education. America:

Allyn & Bacon

Muchsin, S. (1980). Dinamik Karate. Jakarta: FORKI.

Nugraha E, dkk. (2010). Didaktik, Metodik Pengajaran Renang. Universitas

(34)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Safari I. (2011)Model Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Jasmani.CV. Bintang

WarliArtika. Bandung

Sagitarius, (2010) MODUL KARATE. FPOK UPI

Slameto. (1991) Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Jakarta.

Sudjana. (2005) Metode Statistika. Tarsito , Bandung.

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta Bandung.

Sugiyono. (2013) Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Upi Press.

Yudha. (2004) Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak

(35)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber lain:

Fitriyanto. (2013). Hakikat dan manfaat olahraga menurut islam. [online]. Dalam

http://gilangilhamfitriyanto.blogspot.com/2013/04/hakikat-dan-manfaat-olahraga-menurut.html [Agustus 25, 2013]

http://eprints.uny.ac.id/7901/3/BAB%202%20-%2006601244204.pdf

http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/pengertian-kompetensi-dalam

skl-dn-sk.html

http://waitukanarakian.blogspot.com/2013/01/kegiatan-ekstrakurikuler.html[27

April2014].

http://sospol.untag-smd.ac.id/?p=347

http://litbang.kemdikbud.go.id/Data/puslitjak/laporan_hasil_penelitian/2009/ESD

(36)

Haris Hardiana, 2014

Perbandingan model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan gerak dasar karate kata satu (Heian Shodan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Online : tersedia:

Gambar

15  Table 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas air tanah/air sumur di satuan lahan dataran fluvial vulkan untuk permukiman telah tercemar akibat aktivitas penduduk atau “pencematan

hama tanaman atau yang disebut dengan biopestisida.. Masalah besar yang dihadapi petani atau pengusaha hutan

Mikrokristal selulosa dalam bentuk granul banyak digunakan sebagai bahan pengisi, penghancur dalam pembuatan tablet terutama untuk tablet cetak langsung karena memiliki

kecerdasan intelektual dengan prestasi akademik mahasiswa ilmu keolahragaan. Mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara. kecerdasan emosional

Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas sebagai Alternatif Bahan Baku Tekstil.Teknokin.. Pemutihan Daun Nanas Menggunakan

Penulisan Ilmiah ini berisi mengenai aplikasi program pengolahan data pelanggan, transaksi, dan laporannya dari toko bunga INDORA. Aplikasi ini menggunakan Microsoft Visual

Validitas konstruk ( construct validity) atau disebut juga lembar judgement merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai isi atau konstruksi dari soal keterampilan

Alhamdulillahirabbil alamin , segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan