HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI)
PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN
(ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN
RASA PERCAYA DIRI WASIT BOLA VOLI
(Studi Deskriptif Terhadap Wasit Bola Voli Jawa Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh
Debi Krisna Irawan 0800294
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Hubungan antara Pemahaman
(Interpretasi) Peraturan Permainan
dan Tingkat Kecemasan (Anxiety)
Sebelum Memimpin Pertandingan
dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
Voli Jawa Barat
Oleh Debi Krisna Irawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Debi Krisna Irawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI) PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI WASIT
BOLA VOLI JAWA BARAT
Dosen Pembimbing : Drs. Rusli Ibrahim, MA Bambang Erawan, M.Pd
Debi Krisna Irawan 0800294
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman terhadap peraturan permainan dan tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1). Melihat gambaran tinggi rendahnya tingkat pemahaman wasit terhadap peraturan permainan, tingkat kecemasan, dan kepercayaan diri wasit bola voli Jawa Barat; 2). Melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman peraturan permainan dengan tingkat kecemasan wasit bola voli Jawa Barat; 3). Melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman peraturan permainan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat; 4). Melihat hubungan yang terjadi antara tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat; 5). Melihat hubungan yang terjadi antara tingkat pemahaman peraturan permainan dan tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan expose-facto design melaluli pendekatan korelasional. Subjek penelitian dalam studi ini adalah wasit bola voli Jawa Barat sebanyak 30 orang yang dipilih dengan teknik purposive sample atau sampel yang bertujuan. Teknik pengolahan data menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 17.0.
Instrumen yang digunakan adalah angket pemahaman peraturan permainan untuk mengungkap data tentang tingkat pemahaman terhadap peraturan permainan bola voli. Sedangkan untuk mengungkap data tentang tingkat kecemasan dan rasa percaya diri digunakan skala kecemasan dan kepercayaan diri wasit bola voli. Ketiga instrumen tersebut dikembangkan melalui studi ini.
Kesimpulan secara keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman, kecemasan, dan percaya diri wasit bola voli Jawa Barat.
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN THE UNDERSTANDING
(INTERPRETATION) OF GAME RULES AND LEVEL OF ANXIETY BEFORE LEADING A GAME WITH CONFIDENCE FOR VOLLEYBALL
REFEREE IN WEST JAVA
Dosen Pembimbing : Drs. Rusli Ibrahim, MA Bambang Erawan, M.Pd
Debi Krisna Irawan 0800294
This research aims to see the relationship between the understanding of the game rules and level of anxiety on the confidence of volleyball referee in West Java. Particularly, this research aims to: 1) see the ups and downs picture of
referee’s understanding on the game rules, level of anxiety, and referee’s self -confidence in West Java; 2) see the relationship between the understanding of the game rules with the level of anxiety of volleyball referee in West Java; 3) see the
relationship between the understanding of the game rules with volleyball referee’s
self-confidence in West Java; 4) see the relationship between the level of anxiety with the level of confidence of volleyball referee; 5) see the relationship between the level of understanding of the game rules and the level of anxiety accompanied by the confidence of volleyball referee in West Java.
The method used in this research is descriptive expose-facto design through correlational approach. The research subject in this study involved 30 volleyball referee in West Java which was chosen through purposive sample technique or sampling with purpose. Data processing technique is using Microsoft Office Excel 2007 and SPSS 17.0 Program.
The instrument used in this study is questionnaire about the understanding of game rules to reveal information about the level of understanding of the game rules of volleyball. Whereas to reveal information about the level of anxiety and confidence, this study is using the scale of anxiety and confidence of volleyball referee. Those three instruments are develop through this study.
Debi Krisna Irawan, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Masalah ... 6
F. Definisi Operasional... 6
G. Asumsi Dasar ... 7
H. Hipotesis ... 9
I. Lokasi Penelitian ... 9
J. Populasi dan Sampel Penelitian... 10
K. Metode penelitian... 11
L. Instrumen Penelitian... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Permainan Bola Voli ... 12
1. Pengertian permainan Bola Voli... 12
2. Teknik Dasar Permainan Bola Voli... 14
3. Sistem Pertandingan Bola Voli... 18
B. Hakikat Interpretasi ... 21
1. Pengertian Wasit... 21
2. Kepemimpinan... 22
3. Tingkatan Wasit... 24
4. Pengertian Interpretasi... 25
5. Faktor Penunjang Interpretasi... 27
C. Hakikat Kecemasan ... 31
1. Pengertian Kecemasan... . 32
2. Faktor Penunjang Kecemasan... . 33
3. Jenis-Jenis Kecemasan... . 35
4. Gejala Kecemasan... . 36
5. Teori Penyebab Terjadinya Cemas... . 37
6. Hubungan Kecemasan Dengan Pertandingan... .. 38
D. Hakikat Percaya Diri ... 40
1. Definisi Percaya Diri... . 40
2. Faktor Penunjang Percaya Diri... 41
3. Ciri-Ciri Orang Yang Percaya Diri... . 42
4. Macam-Macam Percaya Diri... . 44
5. Kategori Percaya Diri... . 44
6. Aspek Percaya Diri... 45
7. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri... . 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 49
B. Desain dan Variabel Penelitian ... 50
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 55
1. Populasi... 55
2. Sampel... 56
D. Teknik Pengumpulan Data ... 56
1. Menyusun Kisi-Kisi Angket... 58
Debi Krisna Irawan, 2014
3. Uji Coba Angket... 67
4. Pengolahan Data... 77
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Pengolahan Data ... 81
B. Diskusi Penemuan ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bertugas sebagai wasit dalam sebuah pertandingan adalah sebuah kegiatan
yang memerlukan kecerdasan dari seseorang tidak semua orang dapat
melakukannnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam bertugas menjadi
seorang wasit, beberapa diantaranya adalah pemahaman peraturan permainan
(interpretasi), tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri, serta proses
fluktuasi dari ketiga faktor tersebut yang harus diantisipasi karena sering
dirasakan mengganggu terhadap kinerja seorang wasit di lapangan.
Interpretasi dapat diartikan sebagai penafsiran atau pemahaman mengenai peraturan permainan dan semua hal yang terdapat di dalamnya. Interpretasi ini
merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh seorang wasit. Interpretasi merupakan
modal dasar untuk dapat memimpin sebuah pertandingan dalam olahraga apapun
baik perorangan maupun beregu. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan
oleh Hans Sanger (2011:3) bahwa:
Jadi untuk mewasiti dengan baik perlu sekali adanya penginterpretasian peraturan permainan yang tepat dan sama untuk tiap cabang olahraga. Interpretasi peraturan permainan itu yang penting bukannya kata demi kata dalam tiap pasal dari peraturan permainan itu, tetapi harus ditujukan dalam hubungan akibat perbuatan seorang pemain terhadap lawannya. Kalau lawannya menderita yang diakibatkan ketidak jujuran sebagai hasil dari pelanggaran peraturan permainan, maka pelanggar itu harus dihukum. Tetapi bila tidak ada penderitaan yang diakibatkan dari pelanggaran itu, permainan tidak perlu dihentikan.
Inti dari penginterpretasian terhadap sebuah peraturan adalah bagaimana
kita menyikapi semua peraturan tersebut, memaknai dengan bijaksana segala hal
yang terjadi di lapangan, dan memprioritaskan kejadian-kejadian seperti apa saja
yang penting untuk mendapatkan perhatian dari seorang wasit sehingga ia harus
tidak bisa ditolerir dan harus segera diberikan sanksi kepada pelaku
kesalahannya.
Selanjutnya hal lain yang tak kalah penting adalah tingkat kecemasan.
Tingkat kecemasan pada dasarnya memiliki arti yang hampir sama dengan rasa
takut, khawatir, ataupun bimbang terhadap suatu keadaan tertentu. Kecemasan pada seorang wasit harus dikendalikan dengan baik, karena jika kurang
diperhatikan bukan tidak mungkin hal ini akan mengganggu kepada diri wasit itu
sendiri dan penampilannya di lapangan. Richard M. Steers & J. Stewart Black
(Ibrahim dan Komarudin, 2008:243) menjelaskan bahwa “,…anxiety is a feeling of innability to deal with anticpated harm. Anxiety occurs when people do not
have appropriate responses or plans for coping with anticipated problems”. Artinya anxiety adalah suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya
yang mengancam. Jadi, rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang
tidak memiliki respon yang sesuai menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Selain dapat diartikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kecemasan
juga dapat dikatakan sebagai perasaan tidak mampu dalam menghadapi keadaan
tertentu. Keadaan ini bukan hanya situasi dalam pertandingan olahraga saja,
tetapi keadaan yang menyangkut semua kondisi yang seseorang alami saat itu
maupun di masa yang akan datang.
Sebaliknya dari kecemasan atau perasaan tidak mampu dalam menghadapi
suatu keadaan tertentu ialah rasa percaya diri. Percaya diri ini merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat meyakini bahwa dirinya dapat mengatasi suatu
kedaan tertentu. Percaya diri pun dapat dinilai sebagai pengontrol tingkat
kecemasan dalam diri seorang wasit. Seperti yang diungkapkan oleh Hornby
(1987) dalam Husdarta (2010:92) „secara sederhana percaya diri berarti rasa
percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi
Oleh sebab itu, ketiga hal tersebut dirasa harus diteliti dan diketahui
kemungkinan adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat perbedaan mengenai penafsiran tersebut baik sesama wasit,
maupun antara wasit dengan pelatih. Menurut PBVSI Jawa Barat (2010:12) pasal
9.2.3.2 dijelaskan bahwa “Pada sentuhan pertama oleh suatu tim, bola dapat
menyentuh bagian-bagian tubuh secara berturut-turut asalkan sentuhan itu terjadi
dalam satu gerakan”. Pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam sentuhan pertama
tidak ada kesalahan sentuhan ganda atau double contact, tapi jika seorang pemain
melakukan teknik sentuhan yang tertangkap atau catch, itu tetap merupakan
suatu kesalahan.
Sedangkan banyak kasus yang ditemui di lapangan berkenaan dengan
masalah tadi. Banyak pelatih yang sering menyatakan bahwa ia tidak terima
terhadap keputusan wasit pada saat tim nya menerima bola pertama dan dianggap
melakukan kesalahan. Seorang pelatih salah satu klub bola voli di Kota Bandung
mengemukakan protesnya kepada wasit bahwa “Sekarang bola pertama itu sentuhannya bebas”. Sedangkan yang terjadi di lapangan pemain tersebut
melakukan sentuhan yang tertangkap (catch) bukan sentuhan ganda seperti
dijelaskan pada pasal 9.2.3.2 tadi. Maka dari itu, berdasarkan dari pernyataan tadi
kita dapat mengambil inti permasalahan nya bahwa masih ada interpretasi yang
berbeda antara pelatih dan wasit dalam suatu pertandingan.
Saat seorang wasit memimpin pertandingan terkadang masih memiliki tingkat kecemasan yang tinggi sehingga akan berpengaruh pada kemampuannya
dalam bertugas. Sedangkan sebaiknya untuk menjai seorang wasit yang baik
tentunya harus dapat mengontrol kadar kecemasan agar tidak mengganggu
konsentrasinya. Sedangkan seorang wasit yang baik akan memiliki rasa tenang
ketika menjelang pertandingan, saat pertandingan, setelah pertandingan berakhir,
pertandingan tersebut, dan memiliki rasa percaya diri yang optimal dalam
dirinya, serta tidak pernah menganggap dirinya lebih baik dari wasit yang lain.
Permasalahan yang diangkat ini karena ketiga hal ini dinilai akan sangat
mengganggu kepada wasit terutama wasit bola voli. Seorang wasit bola voli akan
sangat berprestasi yang maksimal ketika tidak terganggu dengan tingkat kecemasan yang tinggi, disertai dengan pemahaman peraturan permainan yang
baik serta rasa percaya diri yang optimal pula. Jika permasalahan ini tidak
diungkap maka prestasi wasit bola voli tidak akan meningkat karena tidak adanya
pengetahuan mengenai pentingnya memiliki tingkat pemahaman peraturan
permainan, meminimalisir tingkat kecemasan, dan memiliki rasa percaya diri
yang optimal.
Sedangkan secara umum, beberapa pendekatan yang dinilai dapat
digunakan bagi peningkatan interpretasi adalah dengan lebih memperbanyak
pengalaman bertugas sebagai wasit, dan lebih banyak menerima evaluasi dari
yang lain. Untuk meminimalisir kecemasan dengan berupaya untuk bersikap
lebih tenang, dan mencoba meyakini kemampuan diri sendiri dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Selain dianggap penting untuk diteliti, ketiga hal tersebut juga berperan
penting dalam ruang lingkup olahraga karena dalam setiap pertandingan olahraga
pasti akan dipimpin oleh seorang wasit. Pengadil lapangan yang disebut wasit itu
pastilah memiliki tingkat kecemasan yang perlu dikendalikan dengan benar, serta rasa percaya diri yang perlu disesuaikan dan dioptimalkan sehingga akan terdapat
kadar yang sesuai pada tiap aspek tersebut dan dapat memberikan dukungan yang
positif kepada seorang wasit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai hubungan antara pemahaman peraturan permainan (interpretasi) dan
percaya diri wasit bola voli. Maka rumusan masalah penelitiannya penulis rinci
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
bola voli, tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri wasit bola voli?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola voli dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum
memimpin pertandingan?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi)
peraturan permainan bola voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan (anxiety)
sebelum memimpin pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli?
5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi)
peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin
pertandingan terhadap rasa percaya diri wasit bola voli?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui gambaran tentang pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
bola voli, tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri wasit bola voli.
2. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan.
3. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
bola voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli.
4. Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin
pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.
5. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan terhadap
rasa percaya diri wasit bola voli.
1. Manfaat Secara Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang
perwasitan, hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola
voli, tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan, dan rasa
percaya diri wasit bola voli, bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca serta semua insan bola voli.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para
wasit bola voli, kepada pengawas dan pengurus PBVSI Jawa Barat, serta kepada
seluruh insan bola voli dan pelaku olahraga bola voli itu sendiri mengenai
hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola voli dan
tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan dengan rasa
percaya diri wasit bola voli.
E. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan materi yang terlalu luas dan tidak
terfokus, maka penulis memberikan beberapa batasan pada masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman (interpretasi)
peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin
pertandingan.
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah rasa percaya diri.
3. Subjek penelitian adalah wasit bola voli Jawa Barat yang berlisensi Nasional.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah yang digunakan,
maka penulis memberikan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya:
1. “Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis
2. “Anxiety (kecemasan) merupakan suatu perasaan subyektif berupa
kekhawatiran dan meningkatnya ketegangan secara fisiologis” (Ibrahim dan
Komarudin, 2008:243).
3. “Rasa kepercayaan diri ialah suatu keyakinan atau kepercayaan seseorang
terhadap kemampuan dirinya, termasuk kelebihan dan kekurangannya” (Ibrahim dan Komarudin, 2008:73).
G. Asumsi Dasar
Sebelum membentuk hipotesis, penulis terlebih dahulu menentukan
asumsi. Suatu penelitian berkemungkinan memiliki suatu asumsi atau tidak,
sesuai dengan pemikiran si penulis. Asumsi inilah yang akan menjadi sebuah
patokan atau titik awal penulis melakukan penelitian yang nanti dapat membantu
dan mendukung penulis tentang penelitiannya tersebut. Seperti yang
dikemukakan oleh Surakhmad (Arikunto, 2010:104) bahwa:
Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.
Asumsi dasar pertama yang diperoleh adalah bahwa seorang wasit secara
mutlak harus menguasai semua peraturan permainan yang dalam hal ini
peraturan permainan bola voli. Jika seorang wasit bola voli tidak menguasai
peraturan permainan, maka dapat dikatakan ia tidak akan berhasil dalam menjalankan tugas untuk memimpin sebuah pertandingan. Asumsi dasar yang
kedua yang dikemukakan bahwa wasit yang baik adalah wasit yang tidak
memiliki rasa cemas saat akan menghadapi sebuah pertandingan. Karena jika
seorang wasit terganggu oleh perasaan cemas yang berlebihan maka dapat
dipastikan pertandingan tidak akan berjalan dengan lancar. Selanjutnya adalah
rasa percaya diri. Sama halnya dengan pemahaman peraturan permainan, percaya
menilai dirinya mampu menghadapi segala bentuk pertandingan yang akan ia
pimpin. Efek yang ditimbulkan dari tidak percaya diri ini adalah sikap ragu-ragu
yang berkelanjutan pada sikap tidak dapat mengambil sikap untuk menilai suatu
kesalahan yang terjadi di lapangan.
Dari asumsi-asumsi di atas, maka penulis beranggapan bahwa interpretasi dengan percaya diri seorang wasit memiliki korelasi yang signifikan. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hans Sanger (2011:4) bahwa:
Baca ulang peraturan-peraturan permainan yang penting dan pasti akan terjadi dalam pertandingan atau peraturan-peraturan yang masih meragukan baik mengenai isi peraturan dalam tiap pasalnya, penafsirannya maupun dalam pelaksanaan pengeterapannya.
Dengan membaca kembali peraturan tersebut, diharapkan seorang wasit
dapat meminimalisir hilangnya rasa percaya diri yang disebabkan oleh kurangnya
interpretasi terhadap peraturan permainan. Sedangkan pada butir yang lain, Hans
Sanger (2011:4) menjelaskan mengenai korelasi yang terdapat antara interpretasi
dengan kecemasan, bahwa:
Hilangkan tekanan batin dan pemikiran berat yang mungkin dapat mengganggu konsentrasi ke arah pertandingan yang mungkin juga akan mengganggu keadaan emosinya, pikiran, serta pertimbangan akalnya dimana keadaan jiwa akan sangat berpengaruh pada tindakan seseorang.
Seorang wasit harus dapat menghilangkan semua pemikiran-pemikiran
yang sekiranya mengganggu konsentrasi pada pertandingan yang akan ia pimpin.
Sebab jika keadaan itu masih terbawa hingga saat ia memimpin pertandingan,
bukan tidak mungkin pemikiran yang membebani seorang wasit dapat
berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan yang fatal.
Selanjutnya adalah korelasi antara kecemasan dengan kepercayaan diri
yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Komarudin (2007:93) bahwa “atlet yang
kurang percaya diri berarti meragukan kemampuan dirinya, ini merupakan bibit
Begitupun halnya dengan seorang wasit. Jika seorang wasit tidak percaya
terhadap kemampuan dirinya dalam memimpin pertandingan, maka bukan tidak
mungkin ia pun akan mengalami kekalahan yang dalam konteks ini berupa
kegagalan dalam memimpin sebuah pertandingan dan hal-hal lain yang akan
muncul sebagai efek lanjutan dari ketidak percayaan diri tersebut.
Maka berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis beranggapan bahwa
terdapat hubungan atau korelasi antara interpretasi (pemahaman) peraturan
permainan dan kecemasan (anxiety) dengan rasa percaya diri wasit.
H. Hipotesis
Didalam sebuah penelitian hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara
yang penulis dapatkan dari anggapan dasar yang tadi telah dijelaskan. Jawaban
sementara dari hipotesis ini sifatnya belum pasti benar atau salah, dan melalui
penelitian lah jawabannya baru dapat diketahui apakah jawaban tersebut dapat
diterima atau ditolak. Arikunto (2010:110) mengemukakan bahwa “Hipotesa
merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Berdasarkan penjelasan dari asumsi dasar yang telah dikemukakan tadi dan
berdasarkan beberapa analisis teori yang dilakukan, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan
dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan.
2. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola
voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli.
3. Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin
pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.
4. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan dan
tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan terhadap rasa
I. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lingkungan wasit bola voli indoor Jawa
Barat. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengefektifkan waktu dan biaya pada
saat penelitian, dan juga penulis menilai bahwa wasit yang berada di Jawa Barat
ini memiliki prestasi dan pengalaman yang baik dibandingkan dengan wasit yang berada di daerah lain.
J. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan jumlah keseluruhan subjek
yang akan diteliti yang selanjutnya ditentukan kembali untuk menjadi sampel
penelitian. Untuk menghindari hal-hal yang tidak sesuai dalam pengambilan data
pada penelitian ini, maka penulis menetapkan sampel kepada wasit bola voli
indoor Jawa Barat yang berlisensi Nasional. Pemilihan sampel menggunakan
teknik yang disebut dengan purposive sample. Penggunaan teknik ini karena dari
jumlah populasi keseluruhan akan diambil beberapa wasit bola voli yang paling
memenuhi ketentuan yaitu bersertifikat nasional, memiliki pengalaman yang
cukup sehingga dapat merasakan perbedaan tingkat kecemasan dan rasa percaya
diri saat memimpin pertandingan, mulai dari pertandingan sederhana hingga
pertandingan yang sangat kompleks dan tinggi intensitas permainannya.
Sedangkan untuk sampel dalam penelitian ini penulis mengacu pada
penjelasan dari Arikunto (2006:183) mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam purposive sample yaitu:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Atas dasar penjelasan tersebut maka penulis mengambil kepada sebagian
Jawa Barat yang dianggap paling banyak memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
populasi keseluruhan yakni sebanyak 30 orang wasit yang berlisensi nasional
sehingga penelitiannya merupakan penelitian terhadap sampel dengan teknik
purposive sample atau sampel bertujuan. K. Metode Penelitian
Dalam setiap kali melakukan penelitian, penulis pasti menggunakan
metode penelitian. Penggunaan metode penelitian ini dimaksudkan agar nanti
ketika penelitian penulis tidak kesulitan dalam mengumpulkan data
penelitiannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode
deskriptif dengan teknik korelasional. Metode ini adalah metode yang mencoba
menggambarkan apa yang penulis teliti. Dalam hal ini metode deskriptif yang
digunakan dengan cara mencari tahu bagaimanakah hubungan antara pemahaman
(interpretasi) peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum
memimpin pertandingan terhadap rasa percaya diri wasit bola voli.
L. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena
instrumen ini dapat lebih memperjelas tentang alat yang akan digunakan oleh
penulis serta dapat membantu penulis dalam penelitian maupun pengolahan
datanya nanti. Sebagaimana yang dijelaskan Arikunto (1996) bahwa:
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian berupa
angket pemahaman peraturan permainan bola voli, skala kecemasan, dan skala
rasa percaya diri kepada sampel penelitian yaitu wasit bola voli Jawa Barat yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, metode penelitian ini jelas sangat dibutuhkan.
Metode penelitian berperan penting bagi sebuah penelitian, khususnya dalam proses pengambilan serta pengolahan data. Maka dari itu dalam sebuah penelitian
dianjurkan untuk mengguanakn metode yang tepat sesuai dengan jenis
penelitiannya. Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui
mengenai sesuatu hal. Seperti berilkut ini yang dijelaskan dalam website
http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.ht
ml bahwa:
Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya serta dua hal yang harus terdapat didalamnya yakni perencanaan dan
cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan untuk definisi atau pengertian
penelitian yang dikemukakan menurut Indriantoro dan Supomo (1999:16) dalam
http://silmya.wordpress.com/2010/09/24/definisi-penelitian/ bahwa:
Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah.
Penelitian merupakan suatu keinginan untuk mengetahui sesuatu yang
bersifat fakta atau tidak dibuat-buat. Berawal dari penelitian inilah nantinya akan
yang didapat dari lapangan untuk mendukung anggapan awal kita mengenai hal
tersebut.
Didalam penelitian kali ini, penulis telah menetapkan untuk menggunakan
metode penelitian deskriptif, yang didalamnya menggambarkan mengenai
kondisi atau situasi dari sesuatu hal yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:3) bahwa:
Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Metode deskriptif ini penulis gunakan untuk menggambarkan kemampuan
seorang wasit dalam memahami peraturan permainan, menggambarkan rasa
cemas sebelum memimpin pertandingan, dan rasa percaya dirinya. Maka dari itu,
untuk menggambarkan mengenai hal tersebut penulis menggunakan jenis metode
deskriptif korelasional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:4)
bahwa:
Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif korelasional
untuk dapat lebih jelas menggambarkan antara hubungan pemahaman
(interpretasi) peraturan permainan dan rasa kecemasan sebelum memimpin
pertandingan yang dikoelasikan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.
B.Desain Penelitian dan Variabel Penelitian
Desain penelitian merupakan hal yang tidak bisa dikesampingkan dalam
proses penelitian. Seperti pada penelitian yang lain, pola penelitian ini berperan
untuk menjadikan proses penelitian lebih terarah kepada tujuannya dengan
kepada masalah yang lain yang berada diluar konteks pembahasan dalam
penelitian ini. Maka dari itu, dalam penelitian ini hanya terfokus pada tiga
variabel yang terdiri dari:
1. Variabel Bebas (X1) : Pemahaman (Interpretasi) Peraturan Permainan
2. Variabel Bebas (X2) : Tingkat Kecemasan (Anxiety) 3. Variabel Terikat (Y) : Rasa Percaya Diri
Jika dilihat dari penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, maka penulis menggambarkan desain penelitiannya sebagai
berikut:
Bagan 3.1
Desain Penelitian
Keterangan :
X1 : Pemahaman (Interpretasi) Peraturan Permainan
X2 : Tingkat Kecemasan (Anxiety) Sebelum Memimpin Pertandingan
Y : Rasa Percaya Diri
Untuk langkah selanjutnya, agar penelitian dapat tersusun dengan baik,
diperlukan adanya alur penelitian. Alur penelitian ini berguna agar tahapan atau
langkah yang telah ditentukan tidak terlewat, sehingga penelitian berjalan sesuai
dengan apa yang telah disusun serta data penelitian tidak tercecer satu dengan
X1
X2
yang lainnya. Alur penelitian ini dimulai dari pemilihan populasi, penentuan
sampel, penggunaan instrumen yang tepat, pengolahan data yang telah didapat,
serta penarikan kesimpulan, semuanya terprogram sesuai dengan alur yang telah
dirumuskan. Jika digambarkan, maka alur pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bagan 3.2
Alur Penelitian
Selanjutnya lebih rinci penulis menguraikan mengenai instrumen penelitian
yang akan digunakan, adalah sebagai berikut:
1. Instrumen kecemasan (anxiety). Untuk meneliti kecemasan wasit sebelum
memimpin pertandingan, indikator yang digunakan ialah teori yang dikutip
dari Hawari (2006:80-83) yang disebut dengan Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala, dan dari
masing-masing kelompok tersebut dirinci lagi dengan gejala yang lebih
spesifik serta hal-hal yang menjadi indikator dalam penilaian dalam HRS-A
ini telah dipilih hanya untuk kecemasan yang dialami seorang wasit, yaitu
sebagai berikut: Populasi
Kesimpulan Pengolahan
Data Hasil Mengisi
Angket Sampel
Interpretasi
1. Perasaan cemas: cemas, takut akan fikiran sendiri. 2. Ketegangan : merasa tegang, gemetar, gelisah. 3. Ketakutan : pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur : tidur tidak nyenyak, mimpi buruk.
5. Gangguan konsentrasi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun.
6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi.
7. Gejala somatik/fisik (otot) : kaku, suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/fisik (sensorik) : muka merah atau pucat, merasa lemas.
9. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) : takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar.
10.Gejala respiratori (pernafasan) : sering menarik nafas.
11.Gejala gastrointestinal (pencernaan) : perut melilit, gangguan pencernaan. 12.Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, menjadi
dingin (frigid).
13.Gejala autonom : mudah berkeringat.
14.Tingkah laku (sikap) pada wawancara : tidak tenang, muka tegang, nafas pendek dan cepat.
Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket dalam penelitian ini
ialah indikator yang diadopsi dari angket Tes Kecemasan Rusli Ibrahim
(2013), yang di dalamnya terdiri dari 46 item pernyataan, serta sebelumnya
telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
2. Instrumen Percaya Diri. Indikator yang digunakan untuk instrumen ini
diadopsi dari Feby (Septian, 2011:17) mengenai makna dari kepercayaan diri
yaitu:
a. Menghormati diri sendiri.
b. Percaya terhadap kemampuan diri.
c. Keyakinan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. d. Keyakinan layak mendapat kebahagiaan.
e. Kemampuan berbicara dan mengekspresikan tentang diri sendiri. f. Bangga dengan diri sendiri.
g. Kemampuan mengambil dan membuat keputusan tanpa ragu-ragu.
3. Instrumen Interpretasi. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat
interpretasi wasit terhadap peraturan permainan bola voli ini meliputi:
wasit, perkiraan atau prediksi wasit, dan pembagian pengamatan wasit
(mechanic court).
Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket interpretasi ini juga
meliputi ranah penilaian kognitif. Dalam hal ini, penulis menggunakan
pernyataan yang dikemukakan Bloom di internet yang dikutip dari situs
http://srihermapgsdbhs.blogspot.com/2012/10/ranah-penilaian-kognitif-menurut-bloom.html?m=1 bahwa:
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge). Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
2. Pemahaman (Comprehension). Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3. Penerapan (Application). Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.
4. Analisis (Analysis). Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.
5. Sintesis (Syntesis). Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesi merupakan suatu proses yang memadukan bagian atau unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan payokan-patokan atau kriteria yang ada.
C.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya data yang diperoleh dari hasil
uji coba di lapangan. Uji coba di lapangan ini sudah pasti melibatkan beberapa
orang untuk menjadi naracoba pada penelitian. Naracoba yang digunakan
biasanya berasal dari suatu kelompok dengan jumlah tertentu yang disebut
sebagai populasi. Seperti yang dikemukakan Arikunto (2010:173) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Maka beranjak dari penjelasan tersebut, populasi yang digunakan pada
penelitian ini merupakan suatu kelompok dari perkumpulan wasit bola voli
indoor Jawa Barat. Wasit yang bernaung di bawah pengurus daerah Jawa barat
ini adalah wasit yang memiliki lisensi resmi dari PBVSI, masih aktif bertugas
menjadi wasit, dan berasal dari pengurus-pengurus cabang yang berdomisili di
Jawa Barat.
Penulis memilih melakukan penelitian pada wasit bola voli indoor Jawa
Barat selain karena untuk lebih mengefektifkan waktu serta biaya yang
digunakan dalam penelitian ini, juga karena penulis menilai bahwa anggota dalam korp perwasitan tersebut sebagian besar telah memiliki lisensi nasional
sehingga sesuai dengan batasan pada penelitian ini yakni yang diteliti hanya
wasit yang telah berlisensi nasional saja. Selain itu, wasit yang berada di
pengurus daerah Jawa Barat ini telah memiliki pengalaman serta prestasi
bertugas sebagai wasit yang cukup baik seperti pada Kejurnas, Livoli, Proliga,
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota dari kelompok yang akan dijadikan
sebagai subjek dari penelitian. Seperti apa yang dijelaskan oleh Arikunto (2010:174) bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis menentukan sebagian dari jumlah
keseluruhan wasit bola voli indoor Jawa Barat untuk dijadikan sebagai subjek
pada penelitian ini.
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sample atau
sampel bertujuan. Jumlah wasit yang dipilih menggunakan teknik tersebut adalah
30 orang. Wasit yang terpilih ini dinilai merupakan wasit yang paling banyak
memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian karena telah berlisensi
nasional, dan memiliki pengalaman yang cukup dalam bertugas sebagai wasit di
event resmi nasional. Hal ini bertolak dari penjelasan yang penulis kutip dari
Arikunto (2011:183) bahwa ”Sampel bertujuan dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu”.
Penulis menggunakan teknik ini karena bertujuan untuk mengetahui
mengenai tingkat pemahaman peraturan permainan, tingkat kecemasan, dan rasa
percaya diri wasit bola voli secara lebih jelas dan menghindari bias yang cukup
besar, sehingga jumlah keseluruhan sampelnya adalah 30 orang wasit bola voli bersertifikat nasional karena keseluruhan sampel inilah yang dinilai paling
banyak memenuhi ciri dan syarat dari populasi wasit bola voli di Jawa Barat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap pengerjaan penelitian, dibutuhkan data yang akurat. Data-data
yang didapatkan ini nantinya akan menjadi bukti bagi penelitian tersebut. Ada
banyak cara atau metode pengumpulan data yang umumnya digunakan dalam
“Selanjutnya dilihat dari segi cara pengumpulan data, teknik pengumpulan data dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi
(pengamatan) dan gabungan ketiganya”. Pengumpulan data ini pada umumnya
digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau
treatment yang diberikan, atau hanya untuk mengetahui gambaran mengenai subjek yang sedang dikaji.
Mengacu pada penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner atau yang sering kita sebut
dengan angket. Menurut Arikunto (2010:194) “Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Jadi
penggunaan kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
mengenai hubungan pemahaman peraturan dan kecemasan dengan percaya diri
wasit bola voli.
Selain teknik pengumpulan data, diperlukan juga adanya instrumen dalam
penelitian. Instrumen penelitian ini berfungsi untuk lebih memudahkan penulis
dalam proses pengambilan data dengan cara atau metode yang tadi telah
dijelaskan. Instrumen dapat disebut juga dengan alat ukur. Seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2012:148) bahwa instrumen adalah “Suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Maka atas dasar kutipan tersebut, penulis menggunakan instrumen angket dalam penelitian ini.
Alasan mengapa penulis menggunakan instrumen ini karena angket
merupakan sebuah alat ukur yang dapat mendeskripsikan secara lebih jelas
tentang apa yang diteliti sehingga lebih memudahkan penulis mengerti akan
keadaan subjek yang ditelitinya. Angket ini pun dapat menilai situasi subjek yang
diteliti dengan lebih detail yakni dengan menggunakan opsi jawaban yang
tersebut. Instrumen ini pun dibuat dari beberapa indikator yang berhubungan
dengan variabel sehingga dapat memberikan pernyataan yang sesuai dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, alat ukur angket
ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti yang dikemukakan oleh
Arikunto (2010:195-196) bahwa: Keuntungan Kuesioner:
Tidak memerlukan hadirnya peneliti
Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden
Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab
Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Penulis menilai kuesioner merupakan pilihan instrumen yang tepat untuk
penelitian ini. Beberapa keuntungan angket tadi menyebutkan bahwa
penggunaannya angket lebih bersifat fleksibel atau tidak pernah mengikat dengan
ketentuan-ketentuan yang ketat baik bagi peneliti maupun bagi responden atau
subjek penelitiannya. Sehingga dalam pelaksanaan pengambilan data, penulis
akan merasa dibantu oleh jawaban-jawaban dari responden, dan responden pun
merasa dihargai serta tidak merasa dirugikan oleh peneliti.
Kuesioner ini bersifat fleksibel karena segala sesuatunya dapat disesuaikan
dengan keadaan di tempat pengambilan data. Misalkan ketika ada seorang
responden merasa keberatan untuk menuliskan nama aslinya, maka responden
tersebut diperbolehkan untuk menuliskan hanya nama inisialnya saja.
Di dalam pengisian angket, penulis akan menjaga kerahasiaan
jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden, sehingga responden tidak perlu khawatir
jawabannya akan diketahui oleh orang lain. Jawaban yang baik adalah bukan
jawaban yang bernilai besar, tetapi jawaban yang diharapkan ialah jawaban yang
benar-benar sesuai dengan keadaan responden pada saat ini sehingga jawaban
1. Menyusun Kisi-Kisi Angket
Pada tahapan ini yang dilakukan ialah menyusun kisi-kisi pertanyaan yang
akan dibuat pada angket yang nantinya akan diberikan kepada responden. Maka
dari itu, agar pertanyaan pada angket dapat sesuai dan terukur diperlukan
indikator interpretasi seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi pada interpretasi peraturan permainan bola voli adalah:
pemahaman peraturan permainan, pengalaman bertugas sebagai wasit, prediksi
atau perkiraan, dan pembagian pengamatan (mechanic court).
Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket interpretasi ini juga
meliputi ranah penilaian kognitif. Dalam hal ini, penulis menggunakan
pernyataan yang dikemukakan Bloom di internet yang dikutip dari situs
http://srihermapgsdbhs.blogspot.com/2012/10/ranah-penilaian-kognitif-menurut-bloom.html?m=1 bahwa:
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge). Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
b. Pemahaman (Comprehension). Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
c. Penerapan (Application). Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.
lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis (Syntesis). Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesi merupakan suatu proses yang memadukan bagian atau unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
f. Penilaian/Penghargaan/Evaluasi (Evaluation). Adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam yaksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan payokan-patokan atau kriteria yang ada.
[image:32.612.119.562.360.690.2]Maka kisi-kisinya terdapat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Interpretasi peraturan permainan bola voli
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor Soal
+ - Interpretasi (Pemahaman) Peraturan Permainan Bola Voli. Pemahaman peraturan
permainan bola voli.
Memahami peraturan
permainan dengan baik. 2, 4 1
Aplikasi pemahaman
pada saat pertandingan. 6, 8 3
Pengalaman bertugas
sebagai wasit.
Bertugas sebagai wasit. 10 5, 7
Bertugas sebagai
asisten wasit. 12 9
Perkiraan atau prediksi
wasit.
Prediksi sebelum
pertandingan
berlangsung.
14, 16 11
Prediksi yang tepat. 18 13, 15
Pembagian pengamatan
wasit (mechanic court).
Pembagian pengamatan
berlangsung.
Koordinasi dalam
pembagian pengamatan. 22 21
Pengetahuan / Hafalan/
Ingatan (Knowledge)
Peraturan permainan
bola voli 24 23
Sistem pertandingan
bola voli 26 25
Pemahaman
(Comprehension)
Peraturan permainan
bola voli 28 27
Sistem pertandingan
bola voli 30 29
Penerapan (Application)
Sebelum pertandingan 32 31
Saat pertandingan 34 33
Setelah pertandingan 36 35
Analisis (Analysis)
Keputusan wasit 38, 50 37
Kebijakan pengambilan
keputusan wasit 40 39, 49
Sintesis (Syntesis) alternatif keputusan
wasit 42 41
Penilaian / Penghargaan /
Evaluasi (Evaluation)
Keputusan wasit saat
memimpin
pertandingan
44, 48 43
Sikap wasit saat
memimpin
pertandingan
46 45, 47
Penilaian untuk kecemasan wasit bola voli sebelum memimpin
(2006:80-83) yang disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yaitu
sebagai berikut:
1. Perasaan cemas: cemas, takut akan fikiran sendiri. 2. Ketegangan : merasa tegang, gemetar, gelisah. 3. Ketakutan : pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur : tidur tidak nyenyak, mimpi buruk.
5. Gangguan konsentrasi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun.
6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi.
7. Gejala somatik/fisik (otot) : kaku, suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/fisik (sensorik) : muka merah atau pucat, merasa lemas. 9. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) : takikardia
(denyut jantung cepat), berdebar-debar.
10. Gejala respiratori (pernafasan) : sering menarik nafas.
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : perut melilit, gangguan pencernaan.
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, menjadi dingin (frigid).
13. Gejala autonom : mudah berkeringat.
14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara : tidak tenang, muka tegang, nafas pendek dan cepat.
[image:34.612.134.527.507.688.2]Maka, kisi-kisi angketnya terdapat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Kecemasan (Anxiety) Wasit Bola Voli
Variabel Sub-variabel Indikator No. Soal
Kecemasan
(Anxiety)
Wasit Bola
Voli Sebelum
memimpin
Pertandingan
Perasaan cemas Cemas 1
Takut akan fikiran sendiri 2
Ketegangan
Merasa tegang 3
Gemetar 4
Gelisah 5
banyak
Gangguan tidur Tidur tidak nyenyak 7
Mimpi buruk 8
Gangguan
konsentrasi
Sukar konsentrasi 9
Daya ingat menurun 10
Depresi/murung
Hilangnya minat 11
Berkurangnya kesenangan
pada hobi 12
Gejala otot Kaku 13
Suara tidak stabil 14
Gejala sensorik Muka merah atau pucat 15
Merasa lemas 16
Kardiovaskular Denyut jantung cepat 17
Berdebar-debar 18
Pernafasan Sering menarik nafas 19
Perncernaan Perut melilit 20
Gangguan pencernaan 21
Perkemihan dan
kelamin
Sering buang air kecil 22
Menjadi dingin (frigid) 23
Autonom Mudah berkeringat 24
Tingkah laku
Tidak tenang 25
Mudah tegang 26
Nafas pendek dan cepat 27
Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket dalam penelitian
ini ialah indikator yang diadopsi dari angket Tes Kecemasan Rusli Ibrahim
(2013), yang di dalamnya terdiri dari 46 item pernyataan, serta sebelumnya telah
kecemasan dalam skripsi ini merupakan penggabungan antara pembuatan angket
berdasarkan indikator yang dikembangkan dari alat pengukur kecemasan
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) Hawari (2006:80-83) dengan
angket Tes Kecemasan yang diadopsi dari Rusli Ibrahim (2013). Sehingga
jumlah keseluruhan item pernyataan yang digunakan dalam angket kecemasan pada skripsi ini sebanyak 73 butir.
Indikator yang digunakan untuk instrumen percaya diri diadopsi dari Feby
(Septian, 2011:17) mengenai makna dari kepercayaan diri yaitu:
a. Menghormati diri sendiri.
b. Percaya terhadap kemampuan diri.
c. Keyakinan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. d. Keyakinan layak mendapat kebahagiaan.
e. Kemampuan berbicara dan mengekspresikan tentang diri sendiri. f. Bangga dengan diri sendiri.
g. Kemampuan mengambil dan membuat keputusan tanpa ragu-ragu.
[image:36.612.120.555.448.689.2]Dan untuk kisi-kisi angketnya terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Wasit Bola Voli
Variabel Sub-Variabel Indikator No Soal
+ -
Tingkat Kepercayaan
Diri Wasit
Bola Voli
Rasa Percaya
Diri
Menghormati diri sendiri 1, 18 2
Percaya terhadap kemampuan diri 6, 12 13
Keyakinan mampu menghadapi
berbagai tantangan hidup 4, 11 21
Keyakinan layak mendapat
kebahagiaan 8, 19 20
Kemampuan berbicara dan
mengekspresikan tentang diri sendiri 16 10, 17
Kemampuan mengambil dan
membuat keputusan tanpa ragu-ragu 3, 15 9
Sumber: Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri Alan Septian (2011: 39-40).
2. Penyusunan Angket dan Penilaian
Setelah kisi-kisi selesai dibuat, selanjutnya adalah langkah penyusunan
pernyataan yang akan digunakan pada angket yang nanti diujikan kepada para
responden. Angket yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis
kuesioner tertutup. Kuesioner terttup ini hanya berisi pernyataan yang
dikemukakan dan beberapa pilihan jawabannya. Menurut Arikunto (2010:195) Kuesioner tertutup adalah “kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.” Sedangkan untuk lebih memudahkan responden dalam memberikan jawaban pada angket yang diberikan, penulis
menggunakan sistem penilaian yang berpedoman pada skala likert. Sudjana dan
Ibrahim (2001:107) mengemukakan bahwa:
“Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak melalui rentan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan ada dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.”
[image:37.612.262.444.593.699.2]Mengacu pada penjelasan di atas, maka cara pemberian skor nya adalah:
Tabel 3.4
Kategori pemberian skor untuk soal negatif
Pilihan Jawaban Skor
Selalu 1
Sering 2
Kadang-Kadang 3
Tabel 3.5
Kategori pemberian skor untuk soal positif
Sedangkan untuk pemberian skor dalam angket kepercayaan diri menurut
Septian (2011:41) menyebutkan bahwa kategori untuk setiap butir pernyataan
positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 2,
Sangat Tidak Setuju = 1. Kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Sangat
Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak setuju =
5. Adapun skor tersebut menurut Nurhasan (Septian, 2011:41-42) adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Tidak Pernah 5
Pilhan Jawaban Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-Kadang 3
Jarang 2
Skor untuk soal positif
Tabel 3.7
Skor untuk soal negatif
3. Uji Coba Angket
a. Uji Validitas
Cari nilai rata-rata ̅setiap butir pernyataan kelompok atas dan bawah dengan rumus (Nurhasan, dkk. 2008:23)sebagai berikut:
̅
Keterangan:
̅ = Nilai rata-rata yang dicari
Jawaban Skor
SS (Sangat Setuju) 5
S (Setuju) 4
R (Ragu-Ragu) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Jawaban Skor
SS (Sangat Setuju) 1
S (Setuju) 2
R (Ragu-Ragu) 3
TS (Tidak Setuju) 4
∑ = Jumlah skor = Jumlah sampel
Mencari simpangan baku (S) dari setiap butir pernyataan dari kelompok atas dan kelompok bawah (Nurhasan,dkk. 2008:38) dengan rumus sebagai berikut:
S =
√
∑ (
)
Keterangan:
S = Simpangan baku
∑(X-X ) ² = Jumlah skor yang dikurangi rata-rata dikuadratkan
n = Jumlah responden
Mencari variansi ( ) setiap butir pertanyaan kelompok atas dan bawah dengan rumus sebagai berikut:
=
Keterangan:
= Nilai rata-rata yang dicari
= Simpangan Baku Kelompok Satu
= Simpangan Baku Kelompok Dua
= Jumlah sampel
Mencari t-hitung untuk tiap butir peryataan dengan menggunakan rumus berikut ini:
t =
̅
̅
√
Keterangan:
X = Nilai rata-rata kelompok atas
X = Nilai rata-rata kelompok bawah
S² = Simpangan baku kuadrat
n = Jumlah responden
n = Jumlah responden kelompok bawah
Korelasi antara skor butir butir pernyataan kelompok genap dan
kelompok ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Product moment
(Arikunto, 2010: 213) sebagai berikut:
=
√ ∑
∑ ∑ ∑
∑
∑
∑
Keterangan Rumus:
= Koefisiensi korelasi yang dicari
n = Jumlah responden
∑X = Jumlah skor variabel X (skor total butir soal) ∑Y = Jumlah skor variabel Y (skor total butir) ∑XY = Jumlah skor variabel X dikalikan dengan Y ∑X² = Jumlah hasil kuadrat skor variabel X ∑Y² = Jumlah hasil kluadrat skor variabel Y
Dalam pengujian validitas instrumen atau angket pemahaman
peraturan permainan bola voli (interpretasi) hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Interpretasi
NO Hasil Uji Validitas Nilai r tabel Keterangan r tabel = 0,361
1 0,473 0,361 Valid
2 0,499 0,361 Valid
4 0,644 0,361 Valid
5 0,418 0,361 Valid
6 0,500 0,361 Valid
7 0,688 0,361 Valid
8 0,531 0,361 Valid
9 0,388 0,361 Valid
10 0,452 0,361 Valid
11 0,628 0,361 Valid
12 -0,236 0,361 Tidak Valid
13 0,650 0,361 Valid
14 0,616 0,361 Valid
15 0,546 0,361 Valid
16 0,057 0,361 Tidak Valid
17 0,427 0,361 Valid
18 0,670 0,361 Valid
19 0,102 0,361 Tidak Valid
20 0,464 0,361 Valid
21 0,451 0,361 Valid
22 0,602 0,361 Valid
23 0,692 0,361 Valid
24 0,612 0,361 Valid
25 0,466 0,361 Valid
26 0,617 0,361 Valid
27 0,556 0,361 Valid
28 0,577 0,361 Valid
29 0,617 0,361 Valid
31 0,543 0,361 Valid
32 0,619 0,361 Valid
33 0,353 0,361 Tidak Valid
34 0,467 0,361 Valid
35 0,082 0,361 Tidak Valid
36 0,669 0,361 Valid
37 0,283 0,361 Tidak Valid
38 0,611 0,361 Valid
39 0,424 0,361 Valid
40 0,167 0,361 Tidak Valid
41 0,169 0,361 Tidak Valid
42 0,503 0,361 Valid
43 0,547 0,361 Valid
44 0,560 0,361 Valid
45 0,545 0,361 Valid
46 0,431 0,361 Valid
47 0,624 0,361 Valid
48 -0,289 0,361 Tidak Valid
49 0,361 0,361 Valid
50 -0,048 0,361 Tidak Valid
Hasil uji validitas instrumen diatas menunjukkan sampel penelitian
yang digunakan sebanyak 30 orang, dan pernyataan yang terdapat di dalam
angket tersebut sebanyak 50 item. Saat dilakukan uji validitas, kemudian
didapatkan hasil seperti di atas yakni item soal yang valid sebanyak 40 soal
Ketentuan yang digunakan untuk penilaian hasil validitas tersebut
berdasarkan keterangan yang didapat dari buku Arikunto (2010:402) bahwa
jika sampel penelitian yang digunakan sebanyak 30, dengan dengan tingkat
kepercayaan 95%, maka nilai r tabel product moment nya adalah 0,361.
Selanjutnya ketentuan yang digunakan dalam uji validitas ini dapat diketahui dari t-tabel yang terdapat pada buku Arikunto (2010:406). Batas
yang digunakan untuk jumlah responden sebanyak 30 orang dengan tingkat
kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05 adalah 1,70. Maka, jika nilai t-hitung
lebih besar dari nilai t-tabel itu berarti butir soal tersebut valid dan dapat
digunakan dalam instrumen penelitian.
Uji validitas tingkat kecemasan (Anxiety) dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SPSS, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Kecemasan
No Hasil Uji Validitas Nilai r tabel Keterangan r = 0,40
1 0,298 0,40 Tidak Valid
2 0,666 0,40 Valid
3 0,441 0,40 Valid
4 0,657 0,40 Valid
5 -0,015 0,40 Tidak Valid
6 0,538 0,40 Valid
7 0,165 0,40 Tidak Valid
8 0,275 0,40 Tidak Valid
9 0,167 0,40 Tidak Valid
10 0,358 0,40 Tidak Valid
11 0,135 0,40 Tidak Valid
13 0,132 0,40 Tidak Valid
14 0,347 0,40 Tidak Valid
15 0,337 0,40 Tidak Valid
16 0,453 0,40 Valid
17 0,441 0,40 Valid
18 0,662 0,40 Valid
19 -0,212 0,40 Tidak Valid
20 0,461 0,40 Valid
21 0,508 0,40 Valid
22 0,664 0,40 Valid
23 0,668 0,40 Valid
24 0,408 0,40 Valid
25 0,600 0,40 Valid
26 0,565 0,40 Valid
27 0,610 0,40 Valid
28 0,653 0,40 Valid
29 0,563 0,40 Valid
30 0,651 0,40 Valid
31 0,562 0,40 Valid
32 0,774 0,40 Valid
33 0,519 0,40 Valid
34 0,680 0,40 Valid
35 0,597 0,40 Valid
36 0,455 0,40 Valid
37 0,354 0,40 Tidak Valid
38 0,150 0,40 Tidak Valid
40 0,275 0,40 Tidak Valid
41 0,220 0,40 Tidak Valid
42 0,225 0,40 Tidak Valid
43 0,074 0,40 Tidak Valid
44 0,703 0,40 Valid
45 0,689 0,40 Valid
46 0,505 0,40 Valid
47 0,411 0,40 Valid
48 0,441 0,40 Valid
49 0,421 0,40 Valid
50 0,391 0,40 Tidak Valid
51 0,478 0,40 Valid
52 0,435 0,40 Valid
53 0,560 0,40 Valid
54 0,227 0,40 Valid Tidak
55 0,427 0,40 Valid
56 0,689 0,40 Valid
57 0,609 0,40 Valid
58 0,079 0,40 Tidak Valid
59 0,527 0,40 Valid
60 0,511 0,40 Valid
61 0,256 0,40 Tidak Valid
62 0,503 0,40 Valid
63 0,609 0,40 Valid
64 0,437 0,40 Valid
65 0,208 0,40 Tidak Valid
67 0,540 0,40 Valid
68 0,383 0,40 Tidak Valid
69 0,575 0,40 Valid
70 0,548 0,40 Valid
71 0,116 0,40 Tidak Valid
72 0,356 0,40 Tidak Valid
73 0,467 0,40 Valid
Dari data yang diperoleh, diketahui pernyataan yang valid sebanyak 47
butir, dan yang tidak valid sebanyak 26 butir. Pernyataan yang valid akan
digunakan dalam penelitian kepada responden yang sebenarnya, dan yang
tidak valid tidak akan digunakan pada penelitian.
Hasil uji validitas angket atau kuesioner tingkat rasa percaya diri wasit
bola voli ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Percaya Diri
No Hasil Uji Validitas Nilai r Tabel Kesimpulan r tabel = 0,361
1 -0,102 0,361 Tidak V