• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI) PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI WASIT BOLA VOLI : Studi Deskriptif Terhadap Wasit Bola Voli Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI) PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI WASIT BOLA VOLI : Studi Deskriptif Terhadap Wasit Bola Voli Jawa Barat."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI)

PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN

(ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN

RASA PERCAYA DIRI WASIT BOLA VOLI

(Studi Deskriptif Terhadap Wasit Bola Voli Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

Debi Krisna Irawan 0800294

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Hubungan antara Pemahaman

(Interpretasi) Peraturan Permainan

dan Tingkat Kecemasan (Anxiety)

Sebelum Memimpin Pertandingan

dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

Voli Jawa Barat

Oleh Debi Krisna Irawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Debi Krisna Irawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN (INTERPRETASI) PERATURAN PERMAINAN DAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) SEBELUM MEMIMPIN PERTANDINGAN DENGAN RASA PERCAYA DIRI WASIT

BOLA VOLI JAWA BARAT

Dosen Pembimbing : Drs. Rusli Ibrahim, MA Bambang Erawan, M.Pd

Debi Krisna Irawan 0800294

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman terhadap peraturan permainan dan tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1). Melihat gambaran tinggi rendahnya tingkat pemahaman wasit terhadap peraturan permainan, tingkat kecemasan, dan kepercayaan diri wasit bola voli Jawa Barat; 2). Melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman peraturan permainan dengan tingkat kecemasan wasit bola voli Jawa Barat; 3). Melihat hubungan yang terjadi antara pemahaman peraturan permainan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat; 4). Melihat hubungan yang terjadi antara tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat; 5). Melihat hubungan yang terjadi antara tingkat pemahaman peraturan permainan dan tingkat kecemasan dengan rasa percaya diri wasit bola voli Jawa Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan expose-facto design melaluli pendekatan korelasional. Subjek penelitian dalam studi ini adalah wasit bola voli Jawa Barat sebanyak 30 orang yang dipilih dengan teknik purposive sample atau sampel yang bertujuan. Teknik pengolahan data menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 17.0.

Instrumen yang digunakan adalah angket pemahaman peraturan permainan untuk mengungkap data tentang tingkat pemahaman terhadap peraturan permainan bola voli. Sedangkan untuk mengungkap data tentang tingkat kecemasan dan rasa percaya diri digunakan skala kecemasan dan kepercayaan diri wasit bola voli. Ketiga instrumen tersebut dikembangkan melalui studi ini.

(5)

Kesimpulan secara keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman, kecemasan, dan percaya diri wasit bola voli Jawa Barat.

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN THE UNDERSTANDING

(INTERPRETATION) OF GAME RULES AND LEVEL OF ANXIETY BEFORE LEADING A GAME WITH CONFIDENCE FOR VOLLEYBALL

REFEREE IN WEST JAVA

Dosen Pembimbing : Drs. Rusli Ibrahim, MA Bambang Erawan, M.Pd

Debi Krisna Irawan 0800294

This research aims to see the relationship between the understanding of the game rules and level of anxiety on the confidence of volleyball referee in West Java. Particularly, this research aims to: 1) see the ups and downs picture of

referee’s understanding on the game rules, level of anxiety, and referee’s self -confidence in West Java; 2) see the relationship between the understanding of the game rules with the level of anxiety of volleyball referee in West Java; 3) see the

relationship between the understanding of the game rules with volleyball referee’s

self-confidence in West Java; 4) see the relationship between the level of anxiety with the level of confidence of volleyball referee; 5) see the relationship between the level of understanding of the game rules and the level of anxiety accompanied by the confidence of volleyball referee in West Java.

The method used in this research is descriptive expose-facto design through correlational approach. The research subject in this study involved 30 volleyball referee in West Java which was chosen through purposive sample technique or sampling with purpose. Data processing technique is using Microsoft Office Excel 2007 and SPSS 17.0 Program.

The instrument used in this study is questionnaire about the understanding of game rules to reveal information about the level of understanding of the game rules of volleyball. Whereas to reveal information about the level of anxiety and confidence, this study is using the scale of anxiety and confidence of volleyball referee. Those three instruments are develop through this study.

(6)
(7)

Debi Krisna Irawan, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Masalah ... 6

F. Definisi Operasional... 6

G. Asumsi Dasar ... 7

H. Hipotesis ... 9

I. Lokasi Penelitian ... 9

J. Populasi dan Sampel Penelitian... 10

K. Metode penelitian... 11

L. Instrumen Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Permainan Bola Voli ... 12

1. Pengertian permainan Bola Voli... 12

2. Teknik Dasar Permainan Bola Voli... 14

3. Sistem Pertandingan Bola Voli... 18

(8)

B. Hakikat Interpretasi ... 21

1. Pengertian Wasit... 21

2. Kepemimpinan... 22

3. Tingkatan Wasit... 24

4. Pengertian Interpretasi... 25

5. Faktor Penunjang Interpretasi... 27

C. Hakikat Kecemasan ... 31

1. Pengertian Kecemasan... . 32

2. Faktor Penunjang Kecemasan... . 33

3. Jenis-Jenis Kecemasan... . 35

4. Gejala Kecemasan... . 36

5. Teori Penyebab Terjadinya Cemas... . 37

6. Hubungan Kecemasan Dengan Pertandingan... .. 38

D. Hakikat Percaya Diri ... 40

1. Definisi Percaya Diri... . 40

2. Faktor Penunjang Percaya Diri... 41

3. Ciri-Ciri Orang Yang Percaya Diri... . 42

4. Macam-Macam Percaya Diri... . 44

5. Kategori Percaya Diri... . 44

6. Aspek Percaya Diri... 45

7. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri... . 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 49

B. Desain dan Variabel Penelitian ... 50

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 55

1. Populasi... 55

2. Sampel... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Menyusun Kisi-Kisi Angket... 58

(9)

Debi Krisna Irawan, 2014

3. Uji Coba Angket... 67

4. Pengolahan Data... 77

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Pengolahan Data ... 81

B. Diskusi Penemuan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bertugas sebagai wasit dalam sebuah pertandingan adalah sebuah kegiatan

yang memerlukan kecerdasan dari seseorang tidak semua orang dapat

melakukannnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam bertugas menjadi

seorang wasit, beberapa diantaranya adalah pemahaman peraturan permainan

(interpretasi), tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri, serta proses

fluktuasi dari ketiga faktor tersebut yang harus diantisipasi karena sering

dirasakan mengganggu terhadap kinerja seorang wasit di lapangan.

Interpretasi dapat diartikan sebagai penafsiran atau pemahaman mengenai peraturan permainan dan semua hal yang terdapat di dalamnya. Interpretasi ini

merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh seorang wasit. Interpretasi merupakan

modal dasar untuk dapat memimpin sebuah pertandingan dalam olahraga apapun

baik perorangan maupun beregu. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan

oleh Hans Sanger (2011:3) bahwa:

Jadi untuk mewasiti dengan baik perlu sekali adanya penginterpretasian peraturan permainan yang tepat dan sama untuk tiap cabang olahraga. Interpretasi peraturan permainan itu yang penting bukannya kata demi kata dalam tiap pasal dari peraturan permainan itu, tetapi harus ditujukan dalam hubungan akibat perbuatan seorang pemain terhadap lawannya. Kalau lawannya menderita yang diakibatkan ketidak jujuran sebagai hasil dari pelanggaran peraturan permainan, maka pelanggar itu harus dihukum. Tetapi bila tidak ada penderitaan yang diakibatkan dari pelanggaran itu, permainan tidak perlu dihentikan.

Inti dari penginterpretasian terhadap sebuah peraturan adalah bagaimana

kita menyikapi semua peraturan tersebut, memaknai dengan bijaksana segala hal

yang terjadi di lapangan, dan memprioritaskan kejadian-kejadian seperti apa saja

yang penting untuk mendapatkan perhatian dari seorang wasit sehingga ia harus

(11)

tidak bisa ditolerir dan harus segera diberikan sanksi kepada pelaku

kesalahannya.

Selanjutnya hal lain yang tak kalah penting adalah tingkat kecemasan.

Tingkat kecemasan pada dasarnya memiliki arti yang hampir sama dengan rasa

takut, khawatir, ataupun bimbang terhadap suatu keadaan tertentu. Kecemasan pada seorang wasit harus dikendalikan dengan baik, karena jika kurang

diperhatikan bukan tidak mungkin hal ini akan mengganggu kepada diri wasit itu

sendiri dan penampilannya di lapangan. Richard M. Steers & J. Stewart Black

(Ibrahim dan Komarudin, 2008:243) menjelaskan bahwa “,…anxiety is a feeling of innability to deal with anticpated harm. Anxiety occurs when people do not

have appropriate responses or plans for coping with anticipated problems”. Artinya anxiety adalah suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya

yang mengancam. Jadi, rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang

tidak memiliki respon yang sesuai menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Selain dapat diartikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kecemasan

juga dapat dikatakan sebagai perasaan tidak mampu dalam menghadapi keadaan

tertentu. Keadaan ini bukan hanya situasi dalam pertandingan olahraga saja,

tetapi keadaan yang menyangkut semua kondisi yang seseorang alami saat itu

maupun di masa yang akan datang.

Sebaliknya dari kecemasan atau perasaan tidak mampu dalam menghadapi

suatu keadaan tertentu ialah rasa percaya diri. Percaya diri ini merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat meyakini bahwa dirinya dapat mengatasi suatu

kedaan tertentu. Percaya diri pun dapat dinilai sebagai pengontrol tingkat

kecemasan dalam diri seorang wasit. Seperti yang diungkapkan oleh Hornby

(1987) dalam Husdarta (2010:92) „secara sederhana percaya diri berarti rasa

percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi

(12)

Oleh sebab itu, ketiga hal tersebut dirasa harus diteliti dan diketahui

kemungkinan adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Terdapat perbedaan mengenai penafsiran tersebut baik sesama wasit,

maupun antara wasit dengan pelatih. Menurut PBVSI Jawa Barat (2010:12) pasal

9.2.3.2 dijelaskan bahwa “Pada sentuhan pertama oleh suatu tim, bola dapat

menyentuh bagian-bagian tubuh secara berturut-turut asalkan sentuhan itu terjadi

dalam satu gerakan”. Pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam sentuhan pertama

tidak ada kesalahan sentuhan ganda atau double contact, tapi jika seorang pemain

melakukan teknik sentuhan yang tertangkap atau catch, itu tetap merupakan

suatu kesalahan.

Sedangkan banyak kasus yang ditemui di lapangan berkenaan dengan

masalah tadi. Banyak pelatih yang sering menyatakan bahwa ia tidak terima

terhadap keputusan wasit pada saat tim nya menerima bola pertama dan dianggap

melakukan kesalahan. Seorang pelatih salah satu klub bola voli di Kota Bandung

mengemukakan protesnya kepada wasit bahwa “Sekarang bola pertama itu sentuhannya bebas”. Sedangkan yang terjadi di lapangan pemain tersebut

melakukan sentuhan yang tertangkap (catch) bukan sentuhan ganda seperti

dijelaskan pada pasal 9.2.3.2 tadi. Maka dari itu, berdasarkan dari pernyataan tadi

kita dapat mengambil inti permasalahan nya bahwa masih ada interpretasi yang

berbeda antara pelatih dan wasit dalam suatu pertandingan.

Saat seorang wasit memimpin pertandingan terkadang masih memiliki tingkat kecemasan yang tinggi sehingga akan berpengaruh pada kemampuannya

dalam bertugas. Sedangkan sebaiknya untuk menjai seorang wasit yang baik

tentunya harus dapat mengontrol kadar kecemasan agar tidak mengganggu

konsentrasinya. Sedangkan seorang wasit yang baik akan memiliki rasa tenang

ketika menjelang pertandingan, saat pertandingan, setelah pertandingan berakhir,

(13)

pertandingan tersebut, dan memiliki rasa percaya diri yang optimal dalam

dirinya, serta tidak pernah menganggap dirinya lebih baik dari wasit yang lain.

Permasalahan yang diangkat ini karena ketiga hal ini dinilai akan sangat

mengganggu kepada wasit terutama wasit bola voli. Seorang wasit bola voli akan

sangat berprestasi yang maksimal ketika tidak terganggu dengan tingkat kecemasan yang tinggi, disertai dengan pemahaman peraturan permainan yang

baik serta rasa percaya diri yang optimal pula. Jika permasalahan ini tidak

diungkap maka prestasi wasit bola voli tidak akan meningkat karena tidak adanya

pengetahuan mengenai pentingnya memiliki tingkat pemahaman peraturan

permainan, meminimalisir tingkat kecemasan, dan memiliki rasa percaya diri

yang optimal.

Sedangkan secara umum, beberapa pendekatan yang dinilai dapat

digunakan bagi peningkatan interpretasi adalah dengan lebih memperbanyak

pengalaman bertugas sebagai wasit, dan lebih banyak menerima evaluasi dari

yang lain. Untuk meminimalisir kecemasan dengan berupaya untuk bersikap

lebih tenang, dan mencoba meyakini kemampuan diri sendiri dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri.

Selain dianggap penting untuk diteliti, ketiga hal tersebut juga berperan

penting dalam ruang lingkup olahraga karena dalam setiap pertandingan olahraga

pasti akan dipimpin oleh seorang wasit. Pengadil lapangan yang disebut wasit itu

pastilah memiliki tingkat kecemasan yang perlu dikendalikan dengan benar, serta rasa percaya diri yang perlu disesuaikan dan dioptimalkan sehingga akan terdapat

kadar yang sesuai pada tiap aspek tersebut dan dapat memberikan dukungan yang

positif kepada seorang wasit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengkaji

mengenai hubungan antara pemahaman peraturan permainan (interpretasi) dan

(14)

percaya diri wasit bola voli. Maka rumusan masalah penelitiannya penulis rinci

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

bola voli, tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri wasit bola voli?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola voli dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum

memimpin pertandingan?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi)

peraturan permainan bola voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli?

4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan (anxiety)

sebelum memimpin pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli?

5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman (interpretasi)

peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin

pertandingan terhadap rasa percaya diri wasit bola voli?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

bola voli, tingkat kecemasan (anxiety), dan rasa percaya diri wasit bola voli.

2. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan.

3. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

bola voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli.

4. Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin

pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.

5. Mengetahui hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan terhadap

rasa percaya diri wasit bola voli.

(15)

1. Manfaat Secara Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang

perwasitan, hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola

voli, tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan, dan rasa

percaya diri wasit bola voli, bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca serta semua insan bola voli.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para

wasit bola voli, kepada pengawas dan pengurus PBVSI Jawa Barat, serta kepada

seluruh insan bola voli dan pelaku olahraga bola voli itu sendiri mengenai

hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola voli dan

tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan dengan rasa

percaya diri wasit bola voli.

E. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan materi yang terlalu luas dan tidak

terfokus, maka penulis memberikan beberapa batasan pada masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman (interpretasi)

peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin

pertandingan.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah rasa percaya diri.

3. Subjek penelitian adalah wasit bola voli Jawa Barat yang berlisensi Nasional.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah yang digunakan,

maka penulis memberikan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan

dalam penelitian ini diantaranya:

1. “Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis

(16)

2. “Anxiety (kecemasan) merupakan suatu perasaan subyektif berupa

kekhawatiran dan meningkatnya ketegangan secara fisiologis” (Ibrahim dan

Komarudin, 2008:243).

3. “Rasa kepercayaan diri ialah suatu keyakinan atau kepercayaan seseorang

terhadap kemampuan dirinya, termasuk kelebihan dan kekurangannya” (Ibrahim dan Komarudin, 2008:73).

G. Asumsi Dasar

Sebelum membentuk hipotesis, penulis terlebih dahulu menentukan

asumsi. Suatu penelitian berkemungkinan memiliki suatu asumsi atau tidak,

sesuai dengan pemikiran si penulis. Asumsi inilah yang akan menjadi sebuah

patokan atau titik awal penulis melakukan penelitian yang nanti dapat membantu

dan mendukung penulis tentang penelitiannya tersebut. Seperti yang

dikemukakan oleh Surakhmad (Arikunto, 2010:104) bahwa:

Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.

Asumsi dasar pertama yang diperoleh adalah bahwa seorang wasit secara

mutlak harus menguasai semua peraturan permainan yang dalam hal ini

peraturan permainan bola voli. Jika seorang wasit bola voli tidak menguasai

peraturan permainan, maka dapat dikatakan ia tidak akan berhasil dalam menjalankan tugas untuk memimpin sebuah pertandingan. Asumsi dasar yang

kedua yang dikemukakan bahwa wasit yang baik adalah wasit yang tidak

memiliki rasa cemas saat akan menghadapi sebuah pertandingan. Karena jika

seorang wasit terganggu oleh perasaan cemas yang berlebihan maka dapat

dipastikan pertandingan tidak akan berjalan dengan lancar. Selanjutnya adalah

rasa percaya diri. Sama halnya dengan pemahaman peraturan permainan, percaya

(17)

menilai dirinya mampu menghadapi segala bentuk pertandingan yang akan ia

pimpin. Efek yang ditimbulkan dari tidak percaya diri ini adalah sikap ragu-ragu

yang berkelanjutan pada sikap tidak dapat mengambil sikap untuk menilai suatu

kesalahan yang terjadi di lapangan.

Dari asumsi-asumsi di atas, maka penulis beranggapan bahwa interpretasi dengan percaya diri seorang wasit memiliki korelasi yang signifikan. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hans Sanger (2011:4) bahwa:

Baca ulang peraturan-peraturan permainan yang penting dan pasti akan terjadi dalam pertandingan atau peraturan-peraturan yang masih meragukan baik mengenai isi peraturan dalam tiap pasalnya, penafsirannya maupun dalam pelaksanaan pengeterapannya.

Dengan membaca kembali peraturan tersebut, diharapkan seorang wasit

dapat meminimalisir hilangnya rasa percaya diri yang disebabkan oleh kurangnya

interpretasi terhadap peraturan permainan. Sedangkan pada butir yang lain, Hans

Sanger (2011:4) menjelaskan mengenai korelasi yang terdapat antara interpretasi

dengan kecemasan, bahwa:

Hilangkan tekanan batin dan pemikiran berat yang mungkin dapat mengganggu konsentrasi ke arah pertandingan yang mungkin juga akan mengganggu keadaan emosinya, pikiran, serta pertimbangan akalnya dimana keadaan jiwa akan sangat berpengaruh pada tindakan seseorang.

Seorang wasit harus dapat menghilangkan semua pemikiran-pemikiran

yang sekiranya mengganggu konsentrasi pada pertandingan yang akan ia pimpin.

Sebab jika keadaan itu masih terbawa hingga saat ia memimpin pertandingan,

bukan tidak mungkin pemikiran yang membebani seorang wasit dapat

berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan yang fatal.

Selanjutnya adalah korelasi antara kecemasan dengan kepercayaan diri

yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Komarudin (2007:93) bahwa “atlet yang

kurang percaya diri berarti meragukan kemampuan dirinya, ini merupakan bibit

(18)

Begitupun halnya dengan seorang wasit. Jika seorang wasit tidak percaya

terhadap kemampuan dirinya dalam memimpin pertandingan, maka bukan tidak

mungkin ia pun akan mengalami kekalahan yang dalam konteks ini berupa

kegagalan dalam memimpin sebuah pertandingan dan hal-hal lain yang akan

muncul sebagai efek lanjutan dari ketidak percayaan diri tersebut.

Maka berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis beranggapan bahwa

terdapat hubungan atau korelasi antara interpretasi (pemahaman) peraturan

permainan dan kecemasan (anxiety) dengan rasa percaya diri wasit.

H. Hipotesis

Didalam sebuah penelitian hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara

yang penulis dapatkan dari anggapan dasar yang tadi telah dijelaskan. Jawaban

sementara dari hipotesis ini sifatnya belum pasti benar atau salah, dan melalui

penelitian lah jawabannya baru dapat diketahui apakah jawaban tersebut dapat

diterima atau ditolak. Arikunto (2010:110) mengemukakan bahwa “Hipotesa

merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Berdasarkan penjelasan dari asumsi dasar yang telah dikemukakan tadi dan

berdasarkan beberapa analisis teori yang dilakukan, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan

dengan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan.

2. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan bola

voli dengan rasa percaya diri wasit bola voli.

3. Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin

pertandingan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.

4. Terdapat hubungan antara pemahaman (interpretasi) peraturan permainan dan

tingkat kecemasan (anxiety) sebelum memimpin pertandingan terhadap rasa

(19)

I. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di lingkungan wasit bola voli indoor Jawa

Barat. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengefektifkan waktu dan biaya pada

saat penelitian, dan juga penulis menilai bahwa wasit yang berada di Jawa Barat

ini memiliki prestasi dan pengalaman yang baik dibandingkan dengan wasit yang berada di daerah lain.

J. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan jumlah keseluruhan subjek

yang akan diteliti yang selanjutnya ditentukan kembali untuk menjadi sampel

penelitian. Untuk menghindari hal-hal yang tidak sesuai dalam pengambilan data

pada penelitian ini, maka penulis menetapkan sampel kepada wasit bola voli

indoor Jawa Barat yang berlisensi Nasional. Pemilihan sampel menggunakan

teknik yang disebut dengan purposive sample. Penggunaan teknik ini karena dari

jumlah populasi keseluruhan akan diambil beberapa wasit bola voli yang paling

memenuhi ketentuan yaitu bersertifikat nasional, memiliki pengalaman yang

cukup sehingga dapat merasakan perbedaan tingkat kecemasan dan rasa percaya

diri saat memimpin pertandingan, mulai dari pertandingan sederhana hingga

pertandingan yang sangat kompleks dan tinggi intensitas permainannya.

Sedangkan untuk sampel dalam penelitian ini penulis mengacu pada

penjelasan dari Arikunto (2006:183) mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi

dalam purposive sample yaitu:

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi.

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Atas dasar penjelasan tersebut maka penulis mengambil kepada sebagian

(20)

Jawa Barat yang dianggap paling banyak memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan

populasi keseluruhan yakni sebanyak 30 orang wasit yang berlisensi nasional

sehingga penelitiannya merupakan penelitian terhadap sampel dengan teknik

purposive sample atau sampel bertujuan. K. Metode Penelitian

Dalam setiap kali melakukan penelitian, penulis pasti menggunakan

metode penelitian. Penggunaan metode penelitian ini dimaksudkan agar nanti

ketika penelitian penulis tidak kesulitan dalam mengumpulkan data

penelitiannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode

deskriptif dengan teknik korelasional. Metode ini adalah metode yang mencoba

menggambarkan apa yang penulis teliti. Dalam hal ini metode deskriptif yang

digunakan dengan cara mencari tahu bagaimanakah hubungan antara pemahaman

(interpretasi) peraturan permainan dan tingkat kecemasan (anxiety) sebelum

memimpin pertandingan terhadap rasa percaya diri wasit bola voli.

L. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena

instrumen ini dapat lebih memperjelas tentang alat yang akan digunakan oleh

penulis serta dapat membantu penulis dalam penelitian maupun pengolahan

datanya nanti. Sebagaimana yang dijelaskan Arikunto (1996) bahwa:

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian berupa

angket pemahaman peraturan permainan bola voli, skala kecemasan, dan skala

rasa percaya diri kepada sampel penelitian yaitu wasit bola voli Jawa Barat yang

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, metode penelitian ini jelas sangat dibutuhkan.

Metode penelitian berperan penting bagi sebuah penelitian, khususnya dalam proses pengambilan serta pengolahan data. Maka dari itu dalam sebuah penelitian

dianjurkan untuk mengguanakn metode yang tepat sesuai dengan jenis

penelitiannya. Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui

mengenai sesuatu hal. Seperti berilkut ini yang dijelaskan dalam website

http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.ht

ml bahwa:

Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.

Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya serta dua hal yang harus terdapat didalamnya yakni perencanaan dan

cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan untuk definisi atau pengertian

penelitian yang dikemukakan menurut Indriantoro dan Supomo (1999:16) dalam

http://silmya.wordpress.com/2010/09/24/definisi-penelitian/ bahwa:

Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah.

Penelitian merupakan suatu keinginan untuk mengetahui sesuatu yang

bersifat fakta atau tidak dibuat-buat. Berawal dari penelitian inilah nantinya akan

(22)

yang didapat dari lapangan untuk mendukung anggapan awal kita mengenai hal

tersebut.

Didalam penelitian kali ini, penulis telah menetapkan untuk menggunakan

metode penelitian deskriptif, yang didalamnya menggambarkan mengenai

kondisi atau situasi dari sesuatu hal yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:3) bahwa:

Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Metode deskriptif ini penulis gunakan untuk menggambarkan kemampuan

seorang wasit dalam memahami peraturan permainan, menggambarkan rasa

cemas sebelum memimpin pertandingan, dan rasa percaya dirinya. Maka dari itu,

untuk menggambarkan mengenai hal tersebut penulis menggunakan jenis metode

deskriptif korelasional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:4)

bahwa:

Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif korelasional

untuk dapat lebih jelas menggambarkan antara hubungan pemahaman

(interpretasi) peraturan permainan dan rasa kecemasan sebelum memimpin

pertandingan yang dikoelasikan dengan rasa percaya diri wasit bola voli.

B.Desain Penelitian dan Variabel Penelitian

Desain penelitian merupakan hal yang tidak bisa dikesampingkan dalam

proses penelitian. Seperti pada penelitian yang lain, pola penelitian ini berperan

untuk menjadikan proses penelitian lebih terarah kepada tujuannya dengan

(23)

kepada masalah yang lain yang berada diluar konteks pembahasan dalam

penelitian ini. Maka dari itu, dalam penelitian ini hanya terfokus pada tiga

variabel yang terdiri dari:

1. Variabel Bebas (X1) : Pemahaman (Interpretasi) Peraturan Permainan

2. Variabel Bebas (X2) : Tingkat Kecemasan (Anxiety) 3. Variabel Terikat (Y) : Rasa Percaya Diri

Jika dilihat dari penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis menggambarkan desain penelitiannya sebagai

berikut:

Bagan 3.1

Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Pemahaman (Interpretasi) Peraturan Permainan

X2 : Tingkat Kecemasan (Anxiety) Sebelum Memimpin Pertandingan

Y : Rasa Percaya Diri

Untuk langkah selanjutnya, agar penelitian dapat tersusun dengan baik,

diperlukan adanya alur penelitian. Alur penelitian ini berguna agar tahapan atau

langkah yang telah ditentukan tidak terlewat, sehingga penelitian berjalan sesuai

dengan apa yang telah disusun serta data penelitian tidak tercecer satu dengan

X1

X2

(24)

yang lainnya. Alur penelitian ini dimulai dari pemilihan populasi, penentuan

sampel, penggunaan instrumen yang tepat, pengolahan data yang telah didapat,

serta penarikan kesimpulan, semuanya terprogram sesuai dengan alur yang telah

dirumuskan. Jika digambarkan, maka alur pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bagan 3.2

Alur Penelitian

Selanjutnya lebih rinci penulis menguraikan mengenai instrumen penelitian

yang akan digunakan, adalah sebagai berikut:

1. Instrumen kecemasan (anxiety). Untuk meneliti kecemasan wasit sebelum

memimpin pertandingan, indikator yang digunakan ialah teori yang dikutip

dari Hawari (2006:80-83) yang disebut dengan Hamilton Rating Scale for

Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala, dan dari

masing-masing kelompok tersebut dirinci lagi dengan gejala yang lebih

spesifik serta hal-hal yang menjadi indikator dalam penilaian dalam HRS-A

ini telah dipilih hanya untuk kecemasan yang dialami seorang wasit, yaitu

sebagai berikut: Populasi

Kesimpulan Pengolahan

Data Hasil Mengisi

Angket Sampel

Interpretasi

(25)

1. Perasaan cemas: cemas, takut akan fikiran sendiri. 2. Ketegangan : merasa tegang, gemetar, gelisah. 3. Ketakutan : pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur : tidur tidak nyenyak, mimpi buruk.

5. Gangguan konsentrasi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun.

6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi.

7. Gejala somatik/fisik (otot) : kaku, suara tidak stabil.

8. Gejala somatik/fisik (sensorik) : muka merah atau pucat, merasa lemas.

9. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) : takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar.

10.Gejala respiratori (pernafasan) : sering menarik nafas.

11.Gejala gastrointestinal (pencernaan) : perut melilit, gangguan pencernaan. 12.Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, menjadi

dingin (frigid).

13.Gejala autonom : mudah berkeringat.

14.Tingkah laku (sikap) pada wawancara : tidak tenang, muka tegang, nafas pendek dan cepat.

Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket dalam penelitian ini

ialah indikator yang diadopsi dari angket Tes Kecemasan Rusli Ibrahim

(2013), yang di dalamnya terdiri dari 46 item pernyataan, serta sebelumnya

telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

2. Instrumen Percaya Diri. Indikator yang digunakan untuk instrumen ini

diadopsi dari Feby (Septian, 2011:17) mengenai makna dari kepercayaan diri

yaitu:

a. Menghormati diri sendiri.

b. Percaya terhadap kemampuan diri.

c. Keyakinan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. d. Keyakinan layak mendapat kebahagiaan.

e. Kemampuan berbicara dan mengekspresikan tentang diri sendiri. f. Bangga dengan diri sendiri.

g. Kemampuan mengambil dan membuat keputusan tanpa ragu-ragu.

3. Instrumen Interpretasi. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat

interpretasi wasit terhadap peraturan permainan bola voli ini meliputi:

(26)

wasit, perkiraan atau prediksi wasit, dan pembagian pengamatan wasit

(mechanic court).

Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket interpretasi ini juga

meliputi ranah penilaian kognitif. Dalam hal ini, penulis menggunakan

pernyataan yang dikemukakan Bloom di internet yang dikutip dari situs

http://srihermapgsdbhs.blogspot.com/2012/10/ranah-penilaian-kognitif-menurut-bloom.html?m=1 bahwa:

Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge). Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

2. Pemahaman (Comprehension). Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3. Penerapan (Application). Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.

4. Analisis (Analysis). Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.

5. Sintesis (Syntesis). Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesi merupakan suatu proses yang memadukan bagian atau unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

(27)

Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan payokan-patokan atau kriteria yang ada.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya data yang diperoleh dari hasil

uji coba di lapangan. Uji coba di lapangan ini sudah pasti melibatkan beberapa

orang untuk menjadi naracoba pada penelitian. Naracoba yang digunakan

biasanya berasal dari suatu kelompok dengan jumlah tertentu yang disebut

sebagai populasi. Seperti yang dikemukakan Arikunto (2010:173) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Maka beranjak dari penjelasan tersebut, populasi yang digunakan pada

penelitian ini merupakan suatu kelompok dari perkumpulan wasit bola voli

indoor Jawa Barat. Wasit yang bernaung di bawah pengurus daerah Jawa barat

ini adalah wasit yang memiliki lisensi resmi dari PBVSI, masih aktif bertugas

menjadi wasit, dan berasal dari pengurus-pengurus cabang yang berdomisili di

Jawa Barat.

Penulis memilih melakukan penelitian pada wasit bola voli indoor Jawa

Barat selain karena untuk lebih mengefektifkan waktu serta biaya yang

digunakan dalam penelitian ini, juga karena penulis menilai bahwa anggota dalam korp perwasitan tersebut sebagian besar telah memiliki lisensi nasional

sehingga sesuai dengan batasan pada penelitian ini yakni yang diteliti hanya

wasit yang telah berlisensi nasional saja. Selain itu, wasit yang berada di

pengurus daerah Jawa Barat ini telah memiliki pengalaman serta prestasi

bertugas sebagai wasit yang cukup baik seperti pada Kejurnas, Livoli, Proliga,

(28)

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian anggota dari kelompok yang akan dijadikan

sebagai subjek dari penelitian. Seperti apa yang dijelaskan oleh Arikunto (2010:174) bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis menentukan sebagian dari jumlah

keseluruhan wasit bola voli indoor Jawa Barat untuk dijadikan sebagai subjek

pada penelitian ini.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sample atau

sampel bertujuan. Jumlah wasit yang dipilih menggunakan teknik tersebut adalah

30 orang. Wasit yang terpilih ini dinilai merupakan wasit yang paling banyak

memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian karena telah berlisensi

nasional, dan memiliki pengalaman yang cukup dalam bertugas sebagai wasit di

event resmi nasional. Hal ini bertolak dari penjelasan yang penulis kutip dari

Arikunto (2011:183) bahwa ”Sampel bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu”.

Penulis menggunakan teknik ini karena bertujuan untuk mengetahui

mengenai tingkat pemahaman peraturan permainan, tingkat kecemasan, dan rasa

percaya diri wasit bola voli secara lebih jelas dan menghindari bias yang cukup

besar, sehingga jumlah keseluruhan sampelnya adalah 30 orang wasit bola voli bersertifikat nasional karena keseluruhan sampel inilah yang dinilai paling

banyak memenuhi ciri dan syarat dari populasi wasit bola voli di Jawa Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap pengerjaan penelitian, dibutuhkan data yang akurat. Data-data

yang didapatkan ini nantinya akan menjadi bukti bagi penelitian tersebut. Ada

banyak cara atau metode pengumpulan data yang umumnya digunakan dalam

(29)

“Selanjutnya dilihat dari segi cara pengumpulan data, teknik pengumpulan data dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi

(pengamatan) dan gabungan ketiganya”. Pengumpulan data ini pada umumnya

digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau

treatment yang diberikan, atau hanya untuk mengetahui gambaran mengenai subjek yang sedang dikaji.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner atau yang sering kita sebut

dengan angket. Menurut Arikunto (2010:194) “Kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Jadi

penggunaan kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

mengenai hubungan pemahaman peraturan dan kecemasan dengan percaya diri

wasit bola voli.

Selain teknik pengumpulan data, diperlukan juga adanya instrumen dalam

penelitian. Instrumen penelitian ini berfungsi untuk lebih memudahkan penulis

dalam proses pengambilan data dengan cara atau metode yang tadi telah

dijelaskan. Instrumen dapat disebut juga dengan alat ukur. Seperti yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2012:148) bahwa instrumen adalah “Suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Maka atas dasar kutipan tersebut, penulis menggunakan instrumen angket dalam penelitian ini.

Alasan mengapa penulis menggunakan instrumen ini karena angket

merupakan sebuah alat ukur yang dapat mendeskripsikan secara lebih jelas

tentang apa yang diteliti sehingga lebih memudahkan penulis mengerti akan

keadaan subjek yang ditelitinya. Angket ini pun dapat menilai situasi subjek yang

diteliti dengan lebih detail yakni dengan menggunakan opsi jawaban yang

(30)

tersebut. Instrumen ini pun dibuat dari beberapa indikator yang berhubungan

dengan variabel sehingga dapat memberikan pernyataan yang sesuai dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, alat ukur angket

ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti yang dikemukakan oleh

Arikunto (2010:195-196) bahwa: Keuntungan Kuesioner:

 Tidak memerlukan hadirnya peneliti

 Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

 Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden

 Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab

 Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Penulis menilai kuesioner merupakan pilihan instrumen yang tepat untuk

penelitian ini. Beberapa keuntungan angket tadi menyebutkan bahwa

penggunaannya angket lebih bersifat fleksibel atau tidak pernah mengikat dengan

ketentuan-ketentuan yang ketat baik bagi peneliti maupun bagi responden atau

subjek penelitiannya. Sehingga dalam pelaksanaan pengambilan data, penulis

akan merasa dibantu oleh jawaban-jawaban dari responden, dan responden pun

merasa dihargai serta tidak merasa dirugikan oleh peneliti.

Kuesioner ini bersifat fleksibel karena segala sesuatunya dapat disesuaikan

dengan keadaan di tempat pengambilan data. Misalkan ketika ada seorang

responden merasa keberatan untuk menuliskan nama aslinya, maka responden

tersebut diperbolehkan untuk menuliskan hanya nama inisialnya saja.

Di dalam pengisian angket, penulis akan menjaga kerahasiaan

jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden, sehingga responden tidak perlu khawatir

jawabannya akan diketahui oleh orang lain. Jawaban yang baik adalah bukan

jawaban yang bernilai besar, tetapi jawaban yang diharapkan ialah jawaban yang

benar-benar sesuai dengan keadaan responden pada saat ini sehingga jawaban

(31)

1. Menyusun Kisi-Kisi Angket

Pada tahapan ini yang dilakukan ialah menyusun kisi-kisi pertanyaan yang

akan dibuat pada angket yang nantinya akan diberikan kepada responden. Maka

dari itu, agar pertanyaan pada angket dapat sesuai dan terukur diperlukan

indikator interpretasi seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi pada interpretasi peraturan permainan bola voli adalah:

pemahaman peraturan permainan, pengalaman bertugas sebagai wasit, prediksi

atau perkiraan, dan pembagian pengamatan (mechanic court).

Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket interpretasi ini juga

meliputi ranah penilaian kognitif. Dalam hal ini, penulis menggunakan

pernyataan yang dikemukakan Bloom di internet yang dikutip dari situs

http://srihermapgsdbhs.blogspot.com/2012/10/ranah-penilaian-kognitif-menurut-bloom.html?m=1 bahwa:

Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

a. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge). Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

b. Pemahaman (Comprehension). Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

c. Penerapan (Application). Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.

(32)

lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.

e. Sintesis (Syntesis). Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesi merupakan suatu proses yang memadukan bagian atau unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

f. Penilaian/Penghargaan/Evaluasi (Evaluation). Adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam yaksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan payokan-patokan atau kriteria yang ada.

[image:32.612.119.562.360.690.2]

Maka kisi-kisinya terdapat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Angket Interpretasi peraturan permainan bola voli

Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor Soal

+ - Interpretasi (Pemahaman) Peraturan Permainan Bola Voli. Pemahaman peraturan

permainan bola voli.

Memahami peraturan

permainan dengan baik. 2, 4 1

Aplikasi pemahaman

pada saat pertandingan. 6, 8 3

Pengalaman bertugas

sebagai wasit.

Bertugas sebagai wasit. 10 5, 7

Bertugas sebagai

asisten wasit. 12 9

Perkiraan atau prediksi

wasit.

Prediksi sebelum

pertandingan

berlangsung.

14, 16 11

Prediksi yang tepat. 18 13, 15

Pembagian pengamatan

wasit (mechanic court).

Pembagian pengamatan

(33)

berlangsung.

Koordinasi dalam

pembagian pengamatan. 22 21

Pengetahuan / Hafalan/

Ingatan (Knowledge)

Peraturan permainan

bola voli 24 23

Sistem pertandingan

bola voli 26 25

Pemahaman

(Comprehension)

Peraturan permainan

bola voli 28 27

Sistem pertandingan

bola voli 30 29

Penerapan (Application)

Sebelum pertandingan 32 31

Saat pertandingan 34 33

Setelah pertandingan 36 35

Analisis (Analysis)

Keputusan wasit 38, 50 37

Kebijakan pengambilan

keputusan wasit 40 39, 49

Sintesis (Syntesis) alternatif keputusan

wasit 42 41

Penilaian / Penghargaan /

Evaluasi (Evaluation)

Keputusan wasit saat

memimpin

pertandingan

44, 48 43

Sikap wasit saat

memimpin

pertandingan

46 45, 47

Penilaian untuk kecemasan wasit bola voli sebelum memimpin

(34)

(2006:80-83) yang disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yaitu

sebagai berikut:

1. Perasaan cemas: cemas, takut akan fikiran sendiri. 2. Ketegangan : merasa tegang, gemetar, gelisah. 3. Ketakutan : pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur : tidur tidak nyenyak, mimpi buruk.

5. Gangguan konsentrasi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun.

6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi.

7. Gejala somatik/fisik (otot) : kaku, suara tidak stabil.

8. Gejala somatik/fisik (sensorik) : muka merah atau pucat, merasa lemas. 9. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) : takikardia

(denyut jantung cepat), berdebar-debar.

10. Gejala respiratori (pernafasan) : sering menarik nafas.

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : perut melilit, gangguan pencernaan.

12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, menjadi dingin (frigid).

13. Gejala autonom : mudah berkeringat.

14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara : tidak tenang, muka tegang, nafas pendek dan cepat.

[image:34.612.134.527.507.688.2]

Maka, kisi-kisi angketnya terdapat pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Angket Kecemasan (Anxiety) Wasit Bola Voli

Variabel Sub-variabel Indikator No. Soal

Kecemasan

(Anxiety)

Wasit Bola

Voli Sebelum

memimpin

Pertandingan

Perasaan cemas Cemas 1

Takut akan fikiran sendiri 2

Ketegangan

Merasa tegang 3

Gemetar 4

Gelisah 5

(35)

banyak

Gangguan tidur Tidur tidak nyenyak 7

Mimpi buruk 8

Gangguan

konsentrasi

Sukar konsentrasi 9

Daya ingat menurun 10

Depresi/murung

Hilangnya minat 11

Berkurangnya kesenangan

pada hobi 12

Gejala otot Kaku 13

Suara tidak stabil 14

Gejala sensorik Muka merah atau pucat 15

Merasa lemas 16

Kardiovaskular Denyut jantung cepat 17

Berdebar-debar 18

Pernafasan Sering menarik nafas 19

Perncernaan Perut melilit 20

Gangguan pencernaan 21

Perkemihan dan

kelamin

Sering buang air kecil 22

Menjadi dingin (frigid) 23

Autonom Mudah berkeringat 24

Tingkah laku

Tidak tenang 25

Mudah tegang 26

Nafas pendek dan cepat 27

Indikator lain yang digunakan dalam pembuatan angket dalam penelitian

ini ialah indikator yang diadopsi dari angket Tes Kecemasan Rusli Ibrahim

(2013), yang di dalamnya terdiri dari 46 item pernyataan, serta sebelumnya telah

(36)

kecemasan dalam skripsi ini merupakan penggabungan antara pembuatan angket

berdasarkan indikator yang dikembangkan dari alat pengukur kecemasan

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) Hawari (2006:80-83) dengan

angket Tes Kecemasan yang diadopsi dari Rusli Ibrahim (2013). Sehingga

jumlah keseluruhan item pernyataan yang digunakan dalam angket kecemasan pada skripsi ini sebanyak 73 butir.

Indikator yang digunakan untuk instrumen percaya diri diadopsi dari Feby

(Septian, 2011:17) mengenai makna dari kepercayaan diri yaitu:

a. Menghormati diri sendiri.

b. Percaya terhadap kemampuan diri.

c. Keyakinan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. d. Keyakinan layak mendapat kebahagiaan.

e. Kemampuan berbicara dan mengekspresikan tentang diri sendiri. f. Bangga dengan diri sendiri.

g. Kemampuan mengambil dan membuat keputusan tanpa ragu-ragu.

[image:36.612.120.555.448.689.2]

Dan untuk kisi-kisi angketnya terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Wasit Bola Voli

Variabel Sub-Variabel Indikator No Soal

+ -

Tingkat Kepercayaan

Diri Wasit

Bola Voli

Rasa Percaya

Diri

Menghormati diri sendiri 1, 18 2

Percaya terhadap kemampuan diri 6, 12 13

Keyakinan mampu menghadapi

berbagai tantangan hidup 4, 11 21

Keyakinan layak mendapat

kebahagiaan 8, 19 20

Kemampuan berbicara dan

mengekspresikan tentang diri sendiri 16 10, 17

(37)

Kemampuan mengambil dan

membuat keputusan tanpa ragu-ragu 3, 15 9

Sumber: Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri Alan Septian (2011: 39-40).

2. Penyusunan Angket dan Penilaian

Setelah kisi-kisi selesai dibuat, selanjutnya adalah langkah penyusunan

pernyataan yang akan digunakan pada angket yang nanti diujikan kepada para

responden. Angket yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis

kuesioner tertutup. Kuesioner terttup ini hanya berisi pernyataan yang

dikemukakan dan beberapa pilihan jawabannya. Menurut Arikunto (2010:195) Kuesioner tertutup adalah “kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.” Sedangkan untuk lebih memudahkan responden dalam memberikan jawaban pada angket yang diberikan, penulis

menggunakan sistem penilaian yang berpedoman pada skala likert. Sudjana dan

Ibrahim (2001:107) mengemukakan bahwa:

“Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak melalui rentan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan ada dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.”

[image:37.612.262.444.593.699.2]

Mengacu pada penjelasan di atas, maka cara pemberian skor nya adalah:

Tabel 3.4

Kategori pemberian skor untuk soal negatif

Pilihan Jawaban Skor

Selalu 1

Sering 2

Kadang-Kadang 3

(38)
[image:38.612.259.443.388.517.2]

Tabel 3.5

Kategori pemberian skor untuk soal positif

Sedangkan untuk pemberian skor dalam angket kepercayaan diri menurut

Septian (2011:41) menyebutkan bahwa kategori untuk setiap butir pernyataan

positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 2,

Sangat Tidak Setuju = 1. Kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Sangat

Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak setuju =

5. Adapun skor tersebut menurut Nurhasan (Septian, 2011:41-42) adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.6

Tidak Pernah 5

Pilhan Jawaban Skor

Selalu 5

Sering 4

Kadang-Kadang 3

Jarang 2

(39)
[image:39.612.245.430.136.275.2]

Skor untuk soal positif

Tabel 3.7

Skor untuk soal negatif

3. Uji Coba Angket

a. Uji Validitas

Cari nilai rata-rata ̅setiap butir pernyataan kelompok atas dan bawah dengan rumus (Nurhasan, dkk. 2008:23)sebagai berikut:

̅

Keterangan:

̅ = Nilai rata-rata yang dicari

Jawaban Skor

SS (Sangat Setuju) 5

S (Setuju) 4

R (Ragu-Ragu) 3

TS (Tidak Setuju) 2

STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Jawaban Skor

SS (Sangat Setuju) 1

S (Setuju) 2

R (Ragu-Ragu) 3

TS (Tidak Setuju) 4

(40)

∑ = Jumlah skor = Jumlah sampel

Mencari simpangan baku (S) dari setiap butir pernyataan dari kelompok atas dan kelompok bawah (Nurhasan,dkk. 2008:38) dengan rumus sebagai berikut:

S =

∑ (

)

Keterangan:

S = Simpangan baku

∑(X-X ) ² = Jumlah skor yang dikurangi rata-rata dikuadratkan

n = Jumlah responden

Mencari variansi ( ) setiap butir pertanyaan kelompok atas dan bawah dengan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

= Nilai rata-rata yang dicari

= Simpangan Baku Kelompok Satu

= Simpangan Baku Kelompok Dua

= Jumlah sampel

Mencari t-hitung untuk tiap butir peryataan dengan menggunakan rumus berikut ini:

t =

̅

̅

Keterangan:

(41)

X = Nilai rata-rata kelompok atas

X = Nilai rata-rata kelompok bawah

S² = Simpangan baku kuadrat

n = Jumlah responden

n = Jumlah responden kelompok bawah

Korelasi antara skor butir butir pernyataan kelompok genap dan

kelompok ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Product moment

(Arikunto, 2010: 213) sebagai berikut:

=

√ ∑

∑ ∑ ∑

Keterangan Rumus:

= Koefisiensi korelasi yang dicari

n = Jumlah responden

∑X = Jumlah skor variabel X (skor total butir soal) ∑Y = Jumlah skor variabel Y (skor total butir) ∑XY = Jumlah skor variabel X dikalikan dengan Y ∑X² = Jumlah hasil kuadrat skor variabel X ∑Y² = Jumlah hasil kluadrat skor variabel Y

Dalam pengujian validitas instrumen atau angket pemahaman

peraturan permainan bola voli (interpretasi) hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Interpretasi

NO Hasil Uji Validitas Nilai r tabel Keterangan r tabel = 0,361

1 0,473 0,361 Valid

2 0,499 0,361 Valid

(42)

4 0,644 0,361 Valid

5 0,418 0,361 Valid

6 0,500 0,361 Valid

7 0,688 0,361 Valid

8 0,531 0,361 Valid

9 0,388 0,361 Valid

10 0,452 0,361 Valid

11 0,628 0,361 Valid

12 -0,236 0,361 Tidak Valid

13 0,650 0,361 Valid

14 0,616 0,361 Valid

15 0,546 0,361 Valid

16 0,057 0,361 Tidak Valid

17 0,427 0,361 Valid

18 0,670 0,361 Valid

19 0,102 0,361 Tidak Valid

20 0,464 0,361 Valid

21 0,451 0,361 Valid

22 0,602 0,361 Valid

23 0,692 0,361 Valid

24 0,612 0,361 Valid

25 0,466 0,361 Valid

26 0,617 0,361 Valid

27 0,556 0,361 Valid

28 0,577 0,361 Valid

29 0,617 0,361 Valid

(43)

31 0,543 0,361 Valid

32 0,619 0,361 Valid

33 0,353 0,361 Tidak Valid

34 0,467 0,361 Valid

35 0,082 0,361 Tidak Valid

36 0,669 0,361 Valid

37 0,283 0,361 Tidak Valid

38 0,611 0,361 Valid

39 0,424 0,361 Valid

40 0,167 0,361 Tidak Valid

41 0,169 0,361 Tidak Valid

42 0,503 0,361 Valid

43 0,547 0,361 Valid

44 0,560 0,361 Valid

45 0,545 0,361 Valid

46 0,431 0,361 Valid

47 0,624 0,361 Valid

48 -0,289 0,361 Tidak Valid

49 0,361 0,361 Valid

50 -0,048 0,361 Tidak Valid

Hasil uji validitas instrumen diatas menunjukkan sampel penelitian

yang digunakan sebanyak 30 orang, dan pernyataan yang terdapat di dalam

angket tersebut sebanyak 50 item. Saat dilakukan uji validitas, kemudian

didapatkan hasil seperti di atas yakni item soal yang valid sebanyak 40 soal

(44)

Ketentuan yang digunakan untuk penilaian hasil validitas tersebut

berdasarkan keterangan yang didapat dari buku Arikunto (2010:402) bahwa

jika sampel penelitian yang digunakan sebanyak 30, dengan dengan tingkat

kepercayaan 95%, maka nilai r tabel product moment nya adalah 0,361.

Selanjutnya ketentuan yang digunakan dalam uji validitas ini dapat diketahui dari t-tabel yang terdapat pada buku Arikunto (2010:406). Batas

yang digunakan untuk jumlah responden sebanyak 30 orang dengan tingkat

kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05 adalah 1,70. Maka, jika nilai t-hitung

lebih besar dari nilai t-tabel itu berarti butir soal tersebut valid dan dapat

digunakan dalam instrumen penelitian.

Uji validitas tingkat kecemasan (Anxiety) dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Kecemasan

No Hasil Uji Validitas Nilai r tabel Keterangan r = 0,40

1 0,298 0,40 Tidak Valid

2 0,666 0,40 Valid

3 0,441 0,40 Valid

4 0,657 0,40 Valid

5 -0,015 0,40 Tidak Valid

6 0,538 0,40 Valid

7 0,165 0,40 Tidak Valid

8 0,275 0,40 Tidak Valid

9 0,167 0,40 Tidak Valid

10 0,358 0,40 Tidak Valid

11 0,135 0,40 Tidak Valid

(45)

13 0,132 0,40 Tidak Valid

14 0,347 0,40 Tidak Valid

15 0,337 0,40 Tidak Valid

16 0,453 0,40 Valid

17 0,441 0,40 Valid

18 0,662 0,40 Valid

19 -0,212 0,40 Tidak Valid

20 0,461 0,40 Valid

21 0,508 0,40 Valid

22 0,664 0,40 Valid

23 0,668 0,40 Valid

24 0,408 0,40 Valid

25 0,600 0,40 Valid

26 0,565 0,40 Valid

27 0,610 0,40 Valid

28 0,653 0,40 Valid

29 0,563 0,40 Valid

30 0,651 0,40 Valid

31 0,562 0,40 Valid

32 0,774 0,40 Valid

33 0,519 0,40 Valid

34 0,680 0,40 Valid

35 0,597 0,40 Valid

36 0,455 0,40 Valid

37 0,354 0,40 Tidak Valid

38 0,150 0,40 Tidak Valid

(46)

40 0,275 0,40 Tidak Valid

41 0,220 0,40 Tidak Valid

42 0,225 0,40 Tidak Valid

43 0,074 0,40 Tidak Valid

44 0,703 0,40 Valid

45 0,689 0,40 Valid

46 0,505 0,40 Valid

47 0,411 0,40 Valid

48 0,441 0,40 Valid

49 0,421 0,40 Valid

50 0,391 0,40 Tidak Valid

51 0,478 0,40 Valid

52 0,435 0,40 Valid

53 0,560 0,40 Valid

54 0,227 0,40 Valid Tidak

55 0,427 0,40 Valid

56 0,689 0,40 Valid

57 0,609 0,40 Valid

58 0,079 0,40 Tidak Valid

59 0,527 0,40 Valid

60 0,511 0,40 Valid

61 0,256 0,40 Tidak Valid

62 0,503 0,40 Valid

63 0,609 0,40 Valid

64 0,437 0,40 Valid

65 0,208 0,40 Tidak Valid

(47)

67 0,540 0,40 Valid

68 0,383 0,40 Tidak Valid

69 0,575 0,40 Valid

70 0,548 0,40 Valid

71 0,116 0,40 Tidak Valid

72 0,356 0,40 Tidak Valid

73 0,467 0,40 Valid

Dari data yang diperoleh, diketahui pernyataan yang valid sebanyak 47

butir, dan yang tidak valid sebanyak 26 butir. Pernyataan yang valid akan

digunakan dalam penelitian kepada responden yang sebenarnya, dan yang

tidak valid tidak akan digunakan pada penelitian.

Hasil uji validitas angket atau kuesioner tingkat rasa percaya diri wasit

bola voli ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Percaya Diri

No Hasil Uji Validitas Nilai r Tabel Kesimpulan r tabel = 0,361

1 -0,102 0,361 Tidak V

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Wasit Bola Voli
Tabel 3.4 Kategori pemberian skor untuk soal negatif
+3

Referensi

Dokumen terkait