• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian………. 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Sistematika Tesis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi ... 14

2. Teori-teori Motivasi ... ... 16

3. Klasifikasi Motivasi ... 21

4. Strategi Meningkatkan Motivasi ... 27

5. Implikasi Motivasi Terhadap Kinerja Wasit ... 29

B. Kecemasan 1. Pengertian Stress, Arousal, dan Kecemasan ... 31

2. Teori Kecemasan ... 33

3. Proses Terjadinya Kecemasan... 35

(2)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5. Klasifikasi Kecemasan ... 38

6. Pengaruh Kecemasan Terhadap Penempilan ... 49

7. Implikasi Kecemasan Terhadap Kinerja Wasit……… 40

C. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri... 42

2. Manfaat Percaya Diri... 44

3. Strategi Meningkatkan Percaya Diri ... 45

4. Pengaruh Percaya Diri Terhadap Penampilan………. 47

5. Implikasi Percaya Diri Terhadap Kinerja Wasir……….. 48

D. Kinerja 1. Pengertian Kinerja ... 50

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 51

3. Penilaian Kinerja ... 52

4. Kinerja Wasit Sepakbola ... 54

E. Penelitian Terdahulu ... 55

F. Kerangka Pemikiran... 56

G. Hipotesis Penelitian ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 66

B. Desain Penelitian ... 67

C. Definisi Oprasional Variabel... .... 68

D. Populasi dan Sampel……… ... 70

E. Instrumen Penelitian... 71

F. Analisis dan Teknik Pengolahan Data ……… . 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. . 82

B. Pembahasan ……… . 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… .. 102

(3)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(4)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini sepakbola sudah menjadi mesin industri. Fungsi utama dari permainan sepakbola yaitu sebagai aktivitas olahraga dan pembelajaran nilai-nilai di dalamnya sudah mulai tergeser oleh kepentingan-kepentingan materi semata, semangat fairplay dan sportivitas terkadang hanya dijadikan sebuah semboyan dan slogan semata. Pelaku yang berada dalam sepakbola industri terkadang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan semangat fairplay dan sportivitas, seperti penggunaan doping, melanggar peraturan permainan, mempengaruhi perangkat pertandi, dan lain sebagainya.

Wasit sebagai salah satu perangkat pertandingan sering menjadikan bahan

pembicaraan, media massa sering memberitakan pemberitaan tentang wasit yang memimpin jalannya suatu pertandingan, bahkan dalam pemberitaannya kerap memojokan wasit itu sendiri. Wasit sering dijadikan sasaran ketidakpuasan pemain, official, bahkan penonton sekalipun ketika pihak-pihak tersebut tidak puas dengan kinerja wasit, terutama ketika pihaknya berada dalam kondisi tertinggal atau kalah. Terlebih wasit kerap dituduh menerima suap untuk memenangkan salah satu tim yang bertanding.

Kasus suap dapat terjadi di mana saja, termasuk di kompetisi Eropa yang sudah maju dalam pengelolaan kompetisinya bahkan menjadikan pionir dalam sepakbola industri. Hal ini dikemukakan oleh Navarra dkk. (2008, hlm. 1) yaitu sebagai berikut :

(5)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

league) during the season 2004/05. The prosecutors belived that there was an organization animed at influencing the results of the matches.

Musim kompetisi 2004-05 pada liga profesional Seri A Italia dicurigai 19 orang wasit terlibat dalam pengaturan skor pertandingan, kasusu tersebut masuk ke kejaksaan tinggi Italia. Dari hasil penyelidikan terbukti 19 orang wasit tersebut terlibat dalam pengaturan skor pertandingan sehingga ke 19 orang wasit tersebut

dijatuhi hukuman untuk tidak memimpin lagi pertandingan di semua level kompetisi.

Persatuan Sepakbola Seluruh indonesia (PSSI) melalui Komite Wasit memberikan sangsi kepada 1 orang pengawas pertandingan, 5 wasit dan 11 asisten wasit Liga Super Indonesia yang dinilai kurang baik dalam menjalankan tugasnya. (www.ligaindonesia.co.id)

Sementara itu, KONI Jawa Barat melalui PEMPROV PSSI Jawa Barat menggelar pertandingan pra-kualifikasi PORDA Jawa Barat, termasuk di wilayah III Cirebon. Pertandingan yang menggunakan sistem home-away tersebut diikuti oleh lima kabupaten/kota (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan) dipimpin oleh wasit berlisensi C-II. Berdasarkan hasil wawancara dan lembar kinerja wasit sepakbola yang penulis perolah dari Komisi Wasit dari masing-masing Kabupaten/Kota peserta kualifikasi tersebut, mendapatkan suatu gambaran bahwa kinerja wasit ketika memimpin pertandingan masih menjadikan sorotan terutama pada penilaian keputusan. Masih banyak keputusan yang dinilai masih belum sesuai dengan peraturan permainan sepakbola yang sudah ditetapkan atau bahkan masih banyak kejadian-kejadian di lapangan yang luput dari pandangan wasit.

Dari berbagai pemaparan di atas, kasus yang terjadi tersebut yang selalu di permasalahkan adalah kinerja wasit. Dalam peranannya di lapangan wasit sudah

(6)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pendamai dalam sebuah pertandingan.” Sementara itu PSSI (2009, hlm. 12) menyatakan mengenai pengertian wasit sepakbola, yaitu:

Penengah dan hakim yang mempunyai wewenang penuh untuk menegakan hukum permainan sehubungan dengan pertandingan dimana wasit tersebut ditugaskan, harus bergerak mengikuti bola dan permainan serta keputusan-keputusan wasit mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan permainan adalah final, sejauh sebagai akibat dari permainan yang bersangkutan.

Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai pengadil atau pemimpin yang berada di dalam lapangan, yang berfungsi sebagai penengah dan memberikan keputusan kepada para pemain atau tim yang sedang bertanding sehingga pertandingan dapat berjalan seadil mungkin. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan dan peraturan pertandingan dengan

sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya, penampilan wasit sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan memiliki kharisma di depan para pemain.

Wasit memberikan kontribusi pada permainan dengan membantu meningkatkan standar permainan disegala tingkatan dengan memastikan seluruh pemain mengindahkan pertaturan, memastikan bahwa setiap permainan dimainkan dengan semangat yang benar, dan membantu meningkatkan kepuasan permainan untuk seluruh pemain, penonton, dan yang lainnya. Wasit adalah orang yang bertugas dan bertanggungjawab sebagai pengadil dan pemimpin pertandingan di lapangan, dengan cara mengawasi dan menerapkan peraturan dengan baik, tegas, tepat, dan adil.

(7)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

persyaratan perwasitan yaitu: Bakat, minat, kesegaran jasmani, kewibawaan, konsentrasi.

Mengenai bakat Syamsuddin (2009, hlm. 116) mengemukakan bahwa, “Bakat merupakan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta kemampuan menguasai lingkungan secara efektif.”. Pribadi yang dapat mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi

wasit yang baik. Selain itu memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.

Terkait dengan minat, Crow & Crow (dalam Sobur, 1993, hlm. 112) mengemukakan, “Minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.” Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk belajar mencari pengalaman dan berlatih.

Mengenai kebugaran jasmani, Lutan (2002, hlm. 7) menjelaskan bahwa, kebugaran jasmani adalah “kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas”. Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti bebas dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.

Kewibawaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pembawaan untuk dapat menguasai atau mempengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yg mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. ”Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus

mempunyai wibawa

(8)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tidak terganggu dan terpengaruhi oleh stimulus yang bersifat eksternal maupun internal.” Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang diembannya.

Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk

kemantapan batin didalam menjalankan tugasnya.

Zein (2009, hlm. 6) juga mengungkapkan, bahwa untuk menjadi wasit yang

baik, maka ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu: syarat-syarat formal dan syarat-syarat psikologis.

a. Syarat-syarat formal. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang wasit. Syarat-syarat ini sudah ditentukan dalam aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing induk organisasi olahraga baik nasional maupun internasional. b. Syarat-syarat psikologi. Syarat khusus yang mencerminkan kemampuan,

kepribadian dan cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan kepemimpinannya di lapangan. Syarat-syarat ini hendaknya sudah dimiliki wasit dan dapat digunakan sebagai modal untuk menjadi wasit yang ideal. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi wasit sepakbola. Karena kesiapan dan pemahaman peraturan permainan inilah yang menunjang untuk mengambil keputusan di lapangan pada saat pertandingan

berlangsung antara kedua tim. Kemampuan wasit dalam menerapkan peraturan

permainan yang ada untuk mengambil suatu keputusan sering menjadi bahan

permasalahan atau menjadi sasaran kesalahan bagi tim yang dirugikan, namun

kenyataannya bukan hanya wasit yang harus dipermasalahkan tetapi pemain,

official, bahkan penonton sekalipun. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutan ( 2003,

hlm. 45) sebagai berikut :

(9)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kinerja wasit merupakan kunci sukses keseluruhan jalannya suatu pertandingan. Kinerja adalah suatu hasil pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini Mangkunegara (2001, hlm. 67) menjelaskan bahwa “Kinerja adalah hasil kualitas yang dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Oleh sebab itu kinerja mengacu kepada hasil pekerjaan seseorang sesuai dengan beban kerja yang diberikan kepadanya.

Simamora (2002, hlm 423) memberi batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh

pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan.

Sedangkan Russel dalam Sianipar (2002) mendefinsikan kinerja sebagai berikut: “Performance is define as the record of out comes produced on a specified job function or activity during a specified time period.” Kinerja merupakan hasil pekerjaan yaitu prestasi kerja, tanggung jawab, kesetiaan dan pengabdian, prakarsa, kejujuran, disiplin kerja, kerja sama, loyalitas, dan kepemimpinan. Sedangkan aspek prestasi kerja dapat dirinci menjadi kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemampuan bekerja sendiri, pemahaman dan pengenalan pekerjaan, serta kemampuan memecahkan persoalan.

(10)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

peralatan, inisiatif, kreativitas, disiplin, dan semangat kerja (kejujuran, loyalitas, rasa kesatuan dan tanggung jawab serta hubungan antar pribadi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi kerja merupakan sejumlah output dari outcomes yang dihasilkan suatu kelompok atau organisasi tertentu baik yang

berbentuk materi (kuantitatif) maupun yang berbentuk nonmateri (kualitatif). Pada organisasi atau unit kerja di mana input dapat teridentifikasi secara individu dalam

bentuk kuantitas, indikator kinerja pekerjaannya dapat diukur dengan mudah, yaitu banyaknya output yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Dewasa ini kinerja wasit sepakbola sedang menjadi sorotan berbagai pihak, karena dianggap kurang profesional di dalam menjalankan tugasnya saat memimpin pertandingan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola dalam memimpin pertandingan, diantaranya: kondisi fisik yang prima, wawasan serta pengetahuan tentang peraturan permainan atau pertandingan, maupun kesehatan mentalnya.

Seorang wasit sepakbola dalam memimpin sebuah pertandingan dituntut memiliki kemampuan fisik yang baik, karena wasit sepakbola harus bergerak selama 2 x 45 menit di dalam lapangan, hal ini sesuai dengan FIFA (2009, hlm. 14) “During a match, an elite seccer referee covers an average of 10,983 m – 11,469 m his physical activity.” Penelitian itu menyatakan bahwa seorang wasit sepakbola senantiasa bergerak dalam suatu pertandingan mencapai 10,983 sampai dengan 11,469 m, atau sekitar 11-12 kilo meter. Dengan kata lain seorang wasit sepakbola harus memiliki daya tahan yang baik, karena fakta di lapangan seorang wasit sepakbola dituntut untuk selalu berlari mencari posisi guna meyakinkan setiap kejadian yang harus diputuskan oleh wasit tersebut. sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan kondisi fisik seorang wasit sangat berpengaruh terhadap setiap keputusan yang dikeluarkan oleh wasit sepakbola.

(11)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

formal tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan

mempengaruhi perkembangan intelektual saja, juga memperhatikan

perkembangan watak melalui latihan, kebiasaan, tata tertib, pendidikan agama,

dan budi pekerti. Seorang wasit yang memiliki kepribadian yang kuat, prodak dari

pendidikan formal yang ditempuhnya, baik itu Sekolah Menengah Atas maupun

Perguruan Tinggi akan berpengaruh terhadap kematangan mental dalam

menghadapi situasi yang terjadi di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balmer at. al. (2006)

mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola, diantaranya :

Ideal decision-making (accuracy–error, regulations, and professionalism), individual factors (opinion, concentration, and control), experience factors (experience, personality, personal life) and situational factors (crowd interaction, environmental factors, player reaction, crowd factors).

Hasil penelitian tersebut memberikan satu gambaran berkenaan dengan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola dilapangan, faktor-faktor tersebut diantaranya ketepatan pengambilan keputusan (pemahaman tentang peraturan permainan, dan profesionalisme), faktor individu (opini, konsentrasi, dan kontrol), faktor pengalaman (pengalaman bertugas, kepribadian, pengalaman pribadi), faktor situasional (lingkungan, penonton, reaksi pemain).

Sementara itu Peirooz (2008) menjelaskan bahwa:

Referees are often subject to reproaches and vulnerable to many stresses such as maltreatment, spectator affronts, and lack of appropriate financial support by the officials . Since there is positive relationship between referees' job stresses and their health conditions and mental disorders ,the referees who suffer from stress and burnout are emotionally exhausted, bear low morals and have inadequate mental health.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Iran, mendapatkan suatu

(12)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ataupun dari para penonton yang berada di dalam stadion tersebut. sehingga situasi tersebut sangat mempengaruhi terhadap setiap keputusan yang diambil oleh wasit sepakbola tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cartty dalam Ibrahim dan Komarudin (1973), mengungkapkan bahwa: “Kecemasan (anxiety) berpengaruh terhadap penampilan atlet, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap prestasinya.” Wasit sepakbola yang mengalami gangguan kecemasan secara fisiologis seperti detak jantung meningkat, telapak tangan berkeringat, otot terasa

kaku, gangguan pada pencernaan akan berdampak pada gangguan mental dari wasit itu sendiri, separti terganggunya konsentrasi dan keraguan dalam mengambil keputusan. Sehingga dengan demikian kinerja wasit sepakbola itu sendiri tidak akan maksimal.

Kecemasan muncul apabila ada ancaman ketidak berdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolir. Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat wasit menjadi tegang, sehingga apabila memimpin pertandingan dalam situasi tersebut dapat dipastikan kinerjanya tidak akan maksimal.

Faktor psikologi yang lainnya adalah motivasi. Menurut Haynesat. et. al dalam Manulang (2001, hlm. 165) mengatakan “Motive is a something within the individual which incities him to action”. Senada dengan itu Wahjosumidjo (1994, hlm. 95) mengatakan: “Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri disebut faktor intrinsik, dan faktor yang dari luar diri seseorang disebut faktor ekstrinsik.”

(13)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

merupakan suatu kehormatan, ataupun didasari oleh faktor extrinsik berupa uang, jabatan, ataupun status sosial.

Begitu pentingnya peranan wasit dalam sebuah pertandingan hendaknya disadari oleh masing-masing individu wasit, sehingga diharapkan memiliki motivasi untuk menjaga dan meningkatkan keterampilannya dilapangan. Oleh sebab itu wasit harus senantiasa menjalakan program latihan yang sistematis baik

latihan fisik, mental, maupun pemahaman tentang peraturan permainan. Akan tetapi pada pelaksanaannya, program latihan di atas belum terlaksana dengan baik,

khususnya di beberapa kabupaten yang ada wilayah III Cirebon.

Percaya diri dalah kemampuan yang dirasakan individu untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus. Lebih lanjut dikatakan kepercayaan diri berkaitan dengan keyakinan seseorang bahwa ia dapat mempergunakan kontrol pribadi dalam motivasi perilaku dan lingkungan sosialnya. Lauster, (1978, hlm. 12) menyatakan bahwa:

Percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggungjawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.

Bagi seorang wasit sepakbola, rasa percaya diri merupakan elemen terpenting dalam memimpin sebuah pertandingan. karena dengan rasa percaya diri tersebut wasit sepakbola akan mampu berkonsentrasi dalam menjalankan tugasnya sehingga kinerja wasit tersebut akan maksimal. Sebaliknya kehilangan kepercayaan diri akan langsung berakibat buruk pada prestasi kerjanya.

(14)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

akan kemampuannya, sepanjang memahami peraturan permainan dan memiliki pengalaman memimpin pertandingan yang memadai.

Seorang wasit sepakbola sangat erat kaitannya dengan kondisi-kondisi yang memungkinkan dapat menimbulkan kecemasan. Ini dikarenakan tugas dari seorang wasit sepakbola yang sangat menentukan didalam setiap pertandingan, oleh karena itu sudah seharusnya kondisi tersebut menjadikan suatu perhatian

guna peningkatan kinerja wasit dilapangan.

Wasit yang memiliki motivasi intrinsik yang baik tidak akan tergoda oleh

bujukan dari pihak luar ketika memimpin suatu pertandingan sehingga wasit tersebut benar-benar menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan-peraturan permainan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu motivasi sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kinerja wasit sepakbola didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengadil di dalam lapangan. Apakah dari kedua faktor motivasi tersebut baik intrinsik atau extrisik yang berpengaruh terhadap kinerja wasit sepakbola. Hal ini perlu dikaji lebih jauh guna meningkatkan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan.

Kepercayaan diri mutlak harus dimiliki oleh seorang wasit sepakbola ketika bertugas di lapangan, karena tanpa adanya kepercayaan diri tersebut tidak lah mungkin kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang wasit sepakbola tersebut dapat berjalan dengan optimal.

Kinerja bisa juga disebut prestasi kerja atau hasil kerja seseorang baik kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja seorang wasit sepakbola akan tampak dengan jelas ketika memimpin pertandingan.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti hubungan tingkat kecemasan, motivasi, dan percaya diri terhadap kinerja wasit sepakbola. Bisa

(15)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terhadap kinerja wasit. Apabila hal ini tidak diteliti atau terus dibiarkan maka akan terjadi efek-efek yang kurang baik bagi perkembangan olahraga sepakbola secara umum dan khususnya bagi kinerja wasit sepakbola.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Belum optimalnya kinerja wasit sepakbola merupakan suatu penomena tersendiri yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja wasit sepakbola tersebut pada dasarnya dibagi kedalam tiga kategori, yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan faktor psikologi.

Faktor individu yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola diantaranya; kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografi. Sementara itu faktor oraganisasi yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola diantaranya: sumberdaya, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sedangkan

faktor psikologi yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola diantaranya; persepsi, sikap, tingkat kecemasan, motivasi, dan percaya diri.

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola tersebut, penulis mempunyai pemahaman bahwa faktor psikologi, dalam hal ini tingkat kecemasan, motivasi, dan percaya diri merupakan faktor yang sangat penting untuk dikaji lebih jauh sehingga dapat membantu meningkatkan kinerja wasit sepakbola.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Masalah penelitian secara rinci dirumuskan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan?

2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan?

(16)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan, motivasi, dan percaya diri dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan.

4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan, motivasi, dan percaya diri dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan dunia perwasitan sepakbola yang lebih baik, khususnya terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit sepakbola saat memimpin pertandingan diantaranya: a. Tingkat kecemasan wasit sepakbola saat akan memimpin pertandingan,

sehingga dapat membantu para wasit dalam memperbaiki kinerjanya.

b. Motivasi wasit sepakbola, sehingga dapat membantu para wasit dalam memperbaiki kinerjanya.

c. Percaya diri wasit sepakbola, sehingga dapat membantu para wasit dalam memperbaiki kinerjanya.

2. Manfaat praktis

(17)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

b. Penelitian ini dijadikan satu pegangan oleh wasit dalam rangka peningkatan kinerja wasit sepakbola.

c. Penelitian ini dijadikan sumbangan pengetahuan bagi lembaga pendidikan. d. Penelitian ini dijadikan sebagai pemahaman dan sumber ajar bagi guru

pendidikan jasmani

F. Sistematika Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I sebagai pendahuluan berisikan latar belakang masalah, identifikasi variabel, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II berisikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka dalam Bab II ini berisikan teori-teori penunjang dalam penulisan tesis. Bab III dalam tesis ini berisikan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, lokasi dan subjek

(18)

66

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiono (2008,

hlm. 3) mengemukakan bahwa:

Terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian dadasarkan pada ciri-ciri keolmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara tersebut dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Margono (2007, hlm. 18) mengemukakan bahwa: “Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah dalam pengkajian suatu masalah. Tujuannya yaitu menemukan jawaban terhadap persoalan yang signifikan, melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah.”

Berdasarkan pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, dan mengolah data, serta menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian. Sugiono (2009, hlm. 2) berpendapat: “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(19)

67

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

among variable without trying to influence those variable.”Lebih lanjut Gay dalam Sukardi (2004, hlm. 166) mengatakan bahwa:

Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan lanngsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubung variable yang direfleksikan dalam koefisiensi korelasi

Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa penelitian korelasi atau korelasional adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel dengan variabel lainnya. Adapun setiap variabel tidak dilakukan manipulasi atau mencoba mempengaruhi variabel tersebut.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian dipilih atau digunakan berdasarkan kebutuhan serta situasi dan kondisi dari pelaksanaan penelitian. Desain juga merupakan gambaran mengenai bentuk pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan. Fraenkel & Wallen (1993, hal. 295) mengemukakan:

Two (or more) scores are obtained from each individual in the sample, one scores for eache variable of interst. The pairs of scores are the correlated, and resulting correlation coefficient indicates the degree of relationship between the variables.

Dari pernyataan di atas dikatakan bahwa, dua atau lebih dari data yang diperoleh dari masing-masing individu dalam kelompok sampel adalah data yang dihitung. Pasangan sekor data selanjutnya dikorelasikan dan hasil dari koefisien korelasi mengindikasikan derajat hubungan antar variabel tersebut.

Lebih khusus desain penelitian ini menggunakan desai penelitian korelasi ganda. Desain ini terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Berikut desain penelitian yang digunakan, seperti tergambar pada Table 3.1.

(20)

68

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Korelasi Ganda dengan Tiga Variabel Indevenden dan Satu Variabel Dependen Sumber: Fraenkel & Wallen dalam Riduwan (2010, hlm. 139)

Keterangan :

X1 : Kecemasan

X2 : Motivasi

X3 : Percaya diri

Y : Kinerja wasit

rx1y : Hubungan kecemasan dengan kinerja wasit rx2y : Hubungan motivasi dengan kinerja wasit rx3y : Hubungan percaya diri dengan kinerja wasit

R2x1x2x3Y : hubungan kecemasan, motivsi, dan percaya diri dengan kinerja wasit

C.Definisi Oprasional Variabel

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu definisi oprasional. Devinisi oprasional dimaksudkan untuk menjelaskan variabel yang sedang diteliti.

1. Variabel bebas (Independent)

a. Kecemasan (X1)

(21)

69

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menurut Lewis (1970) dalam Kasiyo (1993, hlm. 75) diartikan "Ciri ketakutan atau emosi yang hubungannya dekat (teror, tanda bahaya, takut, gemetar) yang dialami secara subyektif.”

b. Motivasi (X2)

Menurut Kootz et al. (dalam Ali, 1989, hlm. 115) mendefinisikan motivasi

sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan. Tidak ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal termaksud akan menumbuhkan tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi yang dimiliki oleh wasit sepakbola atau hal yang mendorongnya untuk bertugas sebagai wasit sepakbola.

c. Percaya Diri (X3)

Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005, hlm. 87), percaya diri adalah “Kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.” Dalam hal ini kepercayaan diri wasit sepakbola adalah keyakinan atas kemampuan yang dimiliki oleh wasit tersebut untuk mencapai kesuksesan dalam menjalankan tugasnya. Wasit sepakbola yang mempunyai rasa percaya diri tinggi akan senantiasa selalu bersifat optimis dalam menjalankan tugasnya.

2. Variabel terikat (Dependent) yaitu Kinerja (Y)

(22)

70

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Kemudian mengenai kinerja diartikan pula oleh Simamora (1995, hlm. 327) yaitu “Merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.” Sementara itu Suprihanto (2000, hlm. 7) menyebutkan istilah kinerja “Merupakan hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran.” Berkenaan dengan definisi kinerja yang sudah dipaparkan di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam suatu kerja yang telah dilakukannya. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja wasit sepakbola ketika memimpin jalannya pertandingan.

D.Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Mengenai populaisi Sughiono (2010, hlm. 117) mengemukakan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, baik itu banda, tempat, maupun simbol-simbol yang dapat dijadikan sumber data. Populasi dalam penelitian ini adalah 53 orang wasit sepakbola se-wilayah III Cirebon yang berlisensi C1, C2, C3.

2. Sampel

(23)

71

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dari data wasit yang berlisensi tersebut di atas, penulis mengambil sampel wasit yang memiliki lisensi C2 sebanyak 16 orang, sehubungan penelitian dilakukan terhadap wasit yang turun di pertandingan pra kualifikasi Porda. Berikut data wasit yang memiliki lisensi C2 seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Daftar Kode Wasit Sepakbola Lisensi C2 Se-Wilayah III Cirebon

No. Kode Sampel LISENSI ASAL KAB./KOTA

1. 0.1 C2 Kab. Majalengka

Keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi oleh tepat dan tidaknya alat dan teknik yang digunakan. Dalam hal ini Arikunto (2002, hlm. 197) menyatakan: “Instrumen pengumpulan data sebagai alat yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya dalam mengumpulkan data agar kegiatannya lebih sistematis dan dipermudah.” Dari pendapat tadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti supaya mempermudah pengumpulan data dalam sebuah penelitian.

(24)

72

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sepakbola). Dari beberapa variabel tersebut disusun instrumen pengumpulan data yang berupa kuisioner, observasi, dan dokumentasi.

Angket (kuesioner) merupakan suatu alat yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan sebuah data penelitian, yang mana didalam sebuah angket (kuesioner) berisikan pertanyaan ataupun pernyataan baik secara terbuka maupun tertutup. Menurut Sughiono (2009, hlm. 199) mengemukakan bahwa: “Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yag dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, maksudnya agar semua jawaban yang diberikan oleh responden lebih mudah untuk dinilai karena semua alternatif jawaban telah ditentukan terlebih dahulu.

Berkenaan dengan penggunaan angket (kuesioner) dalam sebuah penelitian, Arief (1982, hlm. 70) menjelaskan :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapatdianalisa dan diolah secara statistik.

b. Dengan alat pengumpulan data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif.

c. Dengan alat pengumpulan data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mendapatkan suatu gambaran bahwa dalam penelitian ini sangat ideal penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data dari variabel-variabel penelitian ini.

1. Kecemasan Wasit Sepakbola

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

(25)

73

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Motivasi Wasit Sepakbola

Untuk mengukur motivasi wasit sepakbola, peneliti menggunakan Sport Motivation Scale (SMS 28) yang dikemukakan oleh Vallerand (1995). Instrumen

penelitian ini terdiri dari 28 item butir tes.

3. Percaya Diri Wasit Sepakbola

Angket ini akan digunakan untuk pengambilan data tentang kepercayaandiri dan peak performance wasit sepakbola. Angket kepercayan diri mengadaptasialat ukur Vealy (1986) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalahkeyakinan atau tingkat kepastian individu memiliki kemampuan untuk suksesdalam

olahraga. Dengan skalanya yang terkenal Trait Sport Confidence Inventory (TSCI) yang terdiri dari 13 item.

4. Kinerja Wasit Sepakbola

Teknik pengumpulan data berkenaan dengan penilaiaan kinerja wasit sepakbola dengan melakukan observasi dengan menggunakan format penilaiaan yang digunakan oleh PSSI (2007). Mengenai penilaian kinerja wasit itu sendiri

meliputi beberapa aspek penilaan, diantaranya: a. Tingkat pertandingan

b. Posisi dan kerjasama tim c. Kontrol permainan d. Signal atau isyarat

e. Keberanian, karakter, dan konsistensi f. Ketepatan dalam mengambil keputusan

F. Teknik Pengumpula Data

(26)

74

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Setelah menentukan alat ukur atau instuman penelitian yang sesuai, maka alat ukur tersebut harus memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang dapat diterima sebagai alat ukur dari penelitian yang dilakukan, ini sesuai dengan yang dikemukaan oleh Surakhmad (2001, hlm. 90) bahwa:

Setiap alat ukur yang baik akan memiliki sifat-sifat tertentu yang sama untuk setiap jenis tujuan atau situasi penyelidikan, baik alat ukur itu untuk pengukuran cuaca, tekanan darah, kemajuan belajar, kuat arus, kecepatan peluru, maupun untuk keperluan pengukuran sikap, minat, kecendrungan, bakat, kasus, dan sebagainya. Semuanya memiliki dua buah sifat, diantaranya: validitas dan reliabilitas pengukuran. Tidak adanya satu dari sifat ini menjadikan alat itu tidak dapat memenuhi kriteria sebagai alat yang baik.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka sebuah instrumen harus memiliki derajat

validitas dan reliabilitas yang dapat diterima sebagai alat ukur dari penelitian yang dilakukan. Adapun uji coba instrumen penelitian yang penulis lakukan adalah responden yang memiliki karakter yang sama dengan sampel sebelumnya yaitu wasit sepakbola C2 Kota Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam melakukan uji coba angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memilih istrumen penelitian yang sesuai dengan variabel penelitian.

2. Berkonsultasi dengan pihak ahli (judgment expert) dalam hal ini dosen pembimbing.

3. Menerjemahkan instumen penelitian pada laboratoriumbahasa . 4. Menetapkan intrumen yang akan digunakan pada penelitian. 5. Membagikan istumen yang sudah ditetapkan pada responden.

6. Menyeleksi angket yang terkumpul. Proses ini untuk memastikan seluruh item butir pernyataan diisi oleh responden.

7. Memberikan skor pada tiap butir pernyataan yang disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

(27)

75

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

9. Selanjutnya mengolah data tersebut dengan pengolahan statistik dengan mengunakan analisis analize-scale-reliability. Dalam analisis tersebut penulis menggunakan program SPSS 22.

Setelah uji instrumen penelitian tersebut dilakukan, maka informasi yang didapat tersebut di uji kelayakannya menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.

a. Uji Validitas Instrumen

1. Uji Validitas Angket Tingkat Kecemasan

Untuk menentukan instrumen tersebut valid atau tidak dapat melihat tabel nilai-nilai r

product moment. Untuk mengetahui tiap item valid atau tidak valid dengan

membandingkan hasil perhitungan correcteditem- total correlation (rhitung) dengan rtabel. Dengan signifikansi untuk α = 0,05, diperoleh nilai r = 0,532. Berikut ketentuan pengambilan keputusannya jika rhitung > dari nilai rtabel berarti valid dan jika rhitung < dari

nilai rtabel berarti tidak valid.

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas angket tingkat kecemasan yang penulis lakukan, sebanyak 14 butir item tes dinyatakan valid atau keseluruhan dari

angket tersebut dinyatakan valid. Hal ini berdasarkan hasil

r

hitung dari

masing-masing butir item tes lebih besar dari rtabel. Maka seluruh 14 butir item tes tersebut

(28)

76

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3.

Untuk mengetahui tiap item valid atau tidak valid dengan membandingkan hasil perhitungan correcteditem- total correlation (rhitung) dengan rtabel. Dengan signifikansi untuk α = 0,05, diperoleh nilai r = 0,374. Berikut ketentuan pengambilan keputusannya jika rhitung > dari nilai rtabelberarti valid dan jika rhitung <

dari nilai rtabel berarti tidak valid.

Berdasarkan hasil penghitungan yang penulis lakukan, dari 28 butir item tes,

sebanyak 26 butir item tes dinyatakan valid, sedangkan 2 (dua) butir item tes dinyatakan tidak valid, yaitu nomor 3 dan 28, hal ini berdasarkan hasil rhitung dari

(29)

77

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

hanya 26 butir item tes tersebut yang digunakan sebagai istrumen penelitian motivasi wasit sepakbola. Untuk lebih jelasnya berkenaan dengan hasil uji validitas angket motivasi dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4.

3. Uji Validitas Angket Percaya Diri

(30)

78

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Berikut ketentuan pengambilan keputusannya jika rhitung > dari nilai rtabel berarti valid dan jika rhitung < dari nilai rtabel berarti tidak valid.

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas angket percaya diri yang penulis lakukan, sebanyak 13 butir item tes dinyatakan valid atau keseluruhan dari angket

tersebut dinyatakan valid. Hal ini berdasarkan hasil

r

hitung dari masing-masing

butir item tes lebih besar dari

r

tabel. Maka seluruh 13 butir item tes tersebut

digunakan sebagai instrumen penelitian percaya diri wasit sepakbola. Hasil uji validitas untuk angket percaya diri dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

(31)

79

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

perhitungan statistik, peneliti menggunakan perhitungan statistik menggunakan perhitungan SPSS Version 22, prosedur dalam perhitungan SPSS yaitu pertama

memasukan data tiap butir item yang sudah valid sebanyak 14 untuk tingkat kecemasan, 26 untuk motivasi, dan 13 untuk percaya diri butir item tes ke dalam menu view, kemudian klik analize-scale-reliability. Hasil uji reliabilitas instrument terlampir pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Kecemasan, Motivasi, Percaya Diri

G.Analisis dan Teknik Pengolahan Data

Analisis data statistik yang digunakan pada penelitian ini bermaksud untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah yang ada pada penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyeleksi angket yang terkumpul. Proses ini untuk memastikan seluruh item butir pernyataan diisi oleh responden.

b. Memberikan skor pada tiap butir pernyataan yang disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

c. Menginput data dari skor tersebut pada program Microsoft Exel

Reliability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items

Tingkat kecemasan .942 14

motivasi .963 26

(32)

80

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d. Selanjutnya mengolah data tersebut dengan pengolahan statistik dengan mengunakan analisis korelasi ganda. Dalam analisis tersebut penulis menggunakan program SPSS 22.

1. Deskripsi Data

Teknik pengolahan data dalam hal ini mengungkap mengenai gambaran data

hasilpenelitian. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan menu analyze description explore data pada program SPSS 22. Data yang dihasilkan adalah

rata-rata, median,standar deviasi, varians, skor terendah, skor tertinggi.

2. Uji Prasarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh

informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data

juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis

statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau

non-parametrik. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan SPSS 22 dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Dalam hal ini penulis tidak melakukan uji homogenitas data, dengan asumsi

bahwa sampel hanya satu kelompok. Apabila berdasarkan hasil uji normalitas data

berada pada taraf distribusi normal, maka data tersebut juga dinyatakan homogen

karena hanya terdiri dari satu kelompok.

Untuk menentukan hasil uji normalitas data, penulis mengacu pada kriteria

keputusan yang dibuat. Kriteria yang digunakan dalam menentukan hasil uji

normalitas data adalah sebagai berikut:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, Distribusi adalahtidak

normal (simetris).

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, Distribusi adalah

(33)

81

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Nilai probabilitas (Sig) adalah output dari hasil pengolahan data statistik,

sedangkan 0,05 adalah derajat kebebasan (dk) yang digunakan dalam penelitian

atau tingkat kepercayaan penelitian 95%.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengukur linier atau tidaknya hubungan antar

variabel penelitian. Teknik yang digunakan untuk uji linieritas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS 22. Untuk menentukan hasil uji linieritas data,

penulis mengacu pada kriteria keputusan yang dibuat. Kriteria yang digunakan

dalam menentukan hasil uji linieritas data adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas > 0.05, maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat adalah linier

2. Jika nilai probabilitas < 0.05, maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat adalah tidak linier

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier antar variabel bebas dalam model regresi. Teknik yang digunakan untuk uji multikolinieritas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS 22.

Untuk menentukan hasil uji multikolinieritas data, penulis mengacu pada kriteria

keputusan yang dibuat. Kriteria yang digunakan dalam menentukan hasil uji

multikolinieritas data adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai VIF > 10, maka variabel mempunyai personal kolinieritas dengan

variabel lainnya.

2. Jika nilai VIF < 10, maka variabel tidak mempunyai personal kolinieritas

(34)

82

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapat kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis

dalam rangka mencari kesimpulan penulis melakukan pengolahan dengan uji korelasi tunggal dan korelasi ganda.

Untuk mencari hubungan antara hasil tes tingkat kecemasan (X1), motivasi (X2), dan percayaan diri (X3) dengan kinerja wasit (Y), dilakukan dengan korelasi tunggal. Untuk mencari hubungan atau dampak secar bersama-sama dari tingkat kecemasan (X1), motivasi (X2), dan percayaan diri (X3) dengan kinerja wasit (Y), dilakukan pengolahan dengan uji korelasi ganda dengan pearson correlation.

Korelasi tunggal dalam hal ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:

1) Hipotesis 1

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kinerja wasit sepakbola.

H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan terhadap kinerja wasit sepakbola

2) Hipotesis 2

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja wasit sepakbola.

H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja wasit sepakbola.

3) Hipotesis 3

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara percayaan diridengan kinerja wasit sepakbola.

(35)

83

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

wasit sepakbola.

Adapun korelasi ganda dalam hal ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:

3) Hipotesis 4

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan, motivasi, dan percayaan diri dengan kinerja wasit sepakbola.

H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan, motivasi dan percayaan diri dengan kinerja wasit sepakbola.

Kriteria keputusan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

(36)

Arief Hasanuddin, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN, MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI TERHADAP KINERJA WASIT SEPAK BOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data yang dibahas pada bab IV, penulis dapat menjabarkan kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan tingkat kecemasan dengan kinerja wasit

sepakbola saat memimpin pertandingan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja wasit sepakbola

saat memimpin pertandingan.

3. Terdapat hubungan yang signifikan kepercayaan diri dengan kinerja wasit

sepakbola saat memimpin pertandingan.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan, motivasi, dan

kepercaya diri wasit sepakbola dengan kinerja wasit sepakbola saat memimpin

pertandingan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi PSSI. PSSI merupakan organisasi sepakbola yang memiliki peran penting dalam perkembangan dan kemajuan dunia sepakbola di Indonesia. Permain dan permainan yang berkhualitas dan kepemimpinan wasit yang baik, merupakan faktor yang mendukung sepakbola begitu diminati. Oleh karenanya perlu pembinaan kepada para wasit, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan yang diakibatkan karena kecemasan, motivasi, dan kurang percaya diri wasit waktu memimpin pertandingan.

2. Pelatihan dan Pembinaan Wasit. Pelatihan dan pembinaan wasit dalam

(37)

103

mendukung proses permainan sepakbola itu sendiri. Oleh karena itu, ketika memberikan pembinaan dan pelatihan perlu juga ada upaya untuk menanggulangi kecemasan yang mungkin timbul kepada wasit dan juga upaya untuk memunculkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa dirinya mampu untuk memimpin pertandingan dengan baik.

3. Bagi Wasit. Ketatnya suatu pertandingan dan banyaknya pertandingan yang

dapat menguras emosi dan pikiran akan semakin menambah kecemasan dan berkurangnya motivasi, dan rasa percaya. Selain itu, level yang semakin

meningkat baik nasional dan internasional akan memberikan pengaruh pada tingkat kecemasan, motivasi, dan rasa percaya diri wasit. Oleh karena itu, strategi untuk mengurangi tingkat kecemasan serta upaya untuk mengoptimalkan motivasi, dan rasa percaya diri perlu terus dikembangkan secara pribadi.

Gambar

Tabel 3.2. Daftar Kode Wasit Sepakbola Lisensi C2 Se-Wilayah III Cirebon
Tabel 3.3. Uji Validitas Angket Tingkat Kecemasan
Tabel 3.4. Uji Validitas Angket Motivasi
Tabel 3.5. Uji Coba Angket Percaya Diri
+2

Referensi

Dokumen terkait

prinsip-prinsip dasar menurut PERBASI dalam laws of the games (2010, hlm. Semangat dan tujuan dari peraturan dan kebutuhan untuk menjunjung tinggi integritas

Penelitian ini merekomendasikan: (1) Agar wasit dapat mempertahankan dan meningkatkan tingkat pemahaman peraturan permainan serta kondisi fisik yang baik sehingga dapat

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah tingkat kepercayaan diri wasit sebelum, selama dan sesudah memimpin pertandingan.. Sampel diambil sebanyak 15 orang

Untuk mencari hubungan antara hasil tes tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri dilakukan dengan korelasi, sedangkan untuk mencari hubungan atau dampak dari

Melihat dengan kinerja wasit dilapangan, bahwa seorang wasit dalam memimpin pertandingan sangat membutuhkan daya tahan dan kecepatan yang baik karena seorang

Berkaitan dengan uraian di atas maka tidak berlebihan jika penulis akan mencoba untuk meneliti tentang permainan futsal ini, yaitu tentang kekuatan otot

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara Pemahaman Peraturan Pertandingan Pencak Silat dengan Kinerja Wasit-Juri dalam. Memimpin Pertandingan

Menendang bola merupakan salah satu teknik dalam sepak bola yang paling banyak di lakukan dalam permainan sepak bola.. mengatakan bahwa seorang pemain harus