• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA): (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA): (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS

DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP

MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP

MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )

Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Endang Cahya, MA., M.Si Dr. Kusnandi, M.Si

NIP. 196506221990011001 NIP. 196903301993031002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Matematika S.Ps. UPI,

(3)

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

Ibrahim Sani Ali Manggala

ABSTRAK

Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan siswa, salah satunya adalah pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menelaah peningkatan kemampuan literasi matematis dan juga self-esteem

siswa SMP setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CRA. Penelitian ini berjenis kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Semua siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Cimahi dijadikan populasi dan dipilih dua kelas VIII siswa SMP tersebut sebagai sampel. Kedua kelas diberikan pretes, kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, dan kemudian postes. Data penelitian diperoleh melalui pemberian tes kemampuan literasi matematis dan skala sikap self-esteem. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, serta tidak terdapat hubungan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa dalam matematika.

(4)

MATHEMATICAL LITERACY IMPROVEMENT AND SELF-ESTEEM SMP STUDENTS LEARNING THROUGH

CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

Ibrahim Sani Ali Manggala

ABSTRACT

Mathematical literacy and self-esteem of students need to be developed, therefore, needed an approach to learning math is done in stages according to the ability of the students, one of which is the approach of Concrete-Representational-Abstract (CRA). This study aimed to describe and analyze the increase in mathematical literacy skills and self-esteem after a junior high school students get a lesson with CRA approach. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group. The experimental group gained CRA learning approach and gain control group of conventional learning. All eighth grade students of SMP Negeri one in Cimahi used as population and selected two eighth grade junior high school students as a sample. Both of class are given a pretest, then learning by using CRA approach given the experimental class and the conventional learning control class, and then the post-test. Data were obtained through the provision of mathematical literacy test capabilities and attitudes of self-esteem scale. The results showed an increase in mathematical literacy skills and self-esteem of students who acquire learning by using CRA approach is better than the students who received conventional learning, and there is no relationship mathematical literacy and self-esteem of students in mathematics.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.

B. Self-esteem dalam Matematika ... Error! Bookmark not defined.

C. Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined.

D. Teori Belajar yang Berhubungan dengan Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined.

E. Kaitan Pembelajaran CRA dengan Literasi Matematis dan Self-Esteem . Error! Bookmark not defined.

F. Penelitian yang Relevan ... Error! Bookmark not defined.

G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

(6)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Temuan ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Data Hasil Uji Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.5 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.7 Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal .... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.9 Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g) ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Hasil Skala Self-esteem .Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Literasi Matematis .Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Gain Ternormalisasi Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas untuk Skor N-Gain Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data N-Gain Self-esteem ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10 Hasil Uji Mann-Whitney Data N-Gain Self-esteem .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Literasi Matematis dan Self-esteem ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Literasi Matematis dan Self-esteem Siswa Di Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur Pengolahan Data Tes... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 3 ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 4 ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 4 ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Skala Awal dan Skala Akhir Self-Esteem...Error! Bookmark not defined.

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... Error! Bookmark not defined.

A.1. RPP Kelas Eksperimen... Error! Bookmark not defined.

A.2. RPP Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

A.3. Lembar Aktifitas Siswa ... Error! Bookmark not defined.

A.4. Tes Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.

A.5. Skala Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN B ... Error! Bookmark not defined.

B.1. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 3 ..Error! Bookmark not defined.

B.2. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 4 ..Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN C ... Error! Bookmark not defined.

C.1. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

C.2. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

C.3. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

C.4. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

C.5. Data Skor Self-Esteem Per Butir ... Error! Bookmark not defined.

C.6. Proses Transformasi Data Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not defined.

C.7. Data Hasil Transformasi Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not defined.

C.8. Data Self-Esteem Siswa Kelas Eksperimen ...Error! Bookmark not defined.

(11)

C.10. Normalitas N-Gain Tes, Homogenitas N-Gain Tes, Uji t N-Gain Tes .... Error! Bookmark not defined.

C.11. Normalitas N-Gain Skala Self-Esteem, Uji Mann Whitney... Error! Bookmark not defined.

C.12. Normalitas Literasi Matematis dengan Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indikator dari perkembangan dan majunya suatu negara sangat ditentukan

dari majunya pendidikan di negara tersebut. Semakin tinggi mutu pendidikan di

suatu negara otomatis masyarakatnya juga semakin cerdas dan kemakmuran dari

masyarakat akan tercapai sehingga negara tersebut memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas. Dapat kita lihat di negara-negara maju, bahwa pendidikan

dijadikan prioritas utama dalam membangun negara karena pendidikan dianggap

paling penting demi mewujudkan generasi bangsa yang lebih berkualitas sehingga

dapat memajukan negara tersebut kelak.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah bahkan dapat

langsung mengambil hasil alam hanya dengan bermodalkan tongkat, namun

mengapa sampai usia 68 tahun ini Indonesia hanya bisa mendapatkan gelar “negara berkembang”. Salah satu penyebab utamanya adalah karena tidak didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Indikator untuk melihat

lemahnya sumber daya manusia Indonesia jika dibandingkan dengan

negara-negara lain dapat dilihat dari berbagai hasil tes yang diselenggarakan secara

internasional tentang prestasi siswa.

Saat ini terdapat dua asesmen utama berskala internasional yang menilai

kemampuan matematis dan sain siswa, yaitu Trend in International Mathematics

and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment

(PISA). Keikutsertaan negara kita dalam PISA dan TIMSS merupakan bukti

konkrit untuk melihat perkembangan pendidikan di negara kita dibandingkan

negara-negara peserta lainnya. Hasil tes tersebut dapat dijadikan acuan untuk

memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan mutu pendidikan di negara

kita serta dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk

peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam pendidikan matematika.

Indonesia sudah beberapa kali mengikuti kedua ajang internasional di atas,

(13)

menunjukkan mutu pendidikan Indonesia masih rendah. Hal tersebut sejalan

dengan yang dikemukakan pada POM (Project Operation Manual) program

BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal

Teacher Upgrading) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

tahun 2008, Bab II sub-bagian latar belakang halaman II-1 disebutkan hal sebagai

berikut.

Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang, prestasi siswa. Survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara. Walaupun rerata skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam, literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia.

Salah satu tes internasional yang dijadikan acuan untuk melihat mutu

pendidikan di Indonesia berdasarkan penjelasan di atas adalah hasil PISA. PISA

merupakan sebuah proyek yang disponsori dari Organisation for Economic

Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Perancis.

PISA dilaksanakan secara regular sekali dalam tiga tahun sejak tahun 2000 untuk

mengetahui literasi siswa usia 15 tahun dalam matematika, sains, dan membaca

serta tahun 2012 ditambahkan satu mata uji lagi berupa financial literacy atau

literasi keuangan. Fokus dari PISA adalah literasi yang menekankan pada

keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat

digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi (OECD,

2010).

Literasi matematis merupakan salah satu komponen penting yang

dibutuhkan siswa untuk dapat berhasil dalam memecahkan soal-soal PISA. Selain

itu, Kusumah (2011:18) menyatakan bahwa dalam hidup di abad modern ini,

(14)

berbagai permasalahan, karena literasi matematis sangat penting bagi semua orang

terkait dengan pekerjaan dan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu, kita dituntut untuk memahami peranan matematika dalam kehidupan nyata

dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

konteks kehidupan sehari-hari.

Literasi sering dihubungkan dengan huruf atau aksara yang artinya

kemampuan untuk membaca dan menulis, kemampuan ini sangat dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan literasi ini kemudian diserap dalam

bidang-bidang yang lain, khususnya bidang-bidang matematika yang memunculkan istilah literasi

matematis. PISA (2000) (Kemdiknas, 2011:11-12) mendefinisikan literasi

matematis sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan, dan

menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan

melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan

fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan

fenomena/kejadian. Literasi matematis membantu seseorang untuk memahami

peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus

menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga

negara yang membangun, peduli, dan berpikir.

Literasi matematis dalam PISA adalah fokus kepada kemampuan siswa

dalam menganalisis, memberikan alasan, dan menyampaikan ide secara efektif,

merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah matematika

dalam berbagai bentuk dan situasi. Literasi menjadi hal yang penting untuk

dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena literasi matematis dipandang

sebagai kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata, kita sering

menghadapi situasi ketika berbelanja, melakukan perjalanan, memasak, masalah

keuangan, menganalisis situasi politik, dan hal-hal lain di mana

penggunaan quatitative or spatial reasoning atau kemampuan matematis lainnya

merupakan alat bantu yang menjelaskan atau memecahkan suatu masalah.

Indonesia sudah beberapa kali mengikuti PISA, yaitu pada tahun 2000,

2003, 2006, 2009, dan 2012. Dalam laporan PISA dipaparkan bahwa khususnya

(15)

internasional. Untuk literasi matematis, siswa Indonesia pada tahun 2000 berada

di peringkat ke 39 dari 41 negara, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38 dari

40 negara, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50 dari 56 negara (Litbang,

2012). Sedangkan hasil PISA 2012, Indonesia kembali lagi menempati posisi

terendah (urutan 64 dari 65 negara) dalam PISA.

Buruknya peringkat dan skor Indonesia di PISA menjadi cerminan bahwa

mayoritas siswa SMP di Indonesia masih lemah dalam kemampuan matematis

khususnya literasi matematis. Hal ini terbukti dari data OECD (2010) dan

dijelaskan oleh Yusuf (2012), bahwa hasil studi PISA 2009 menunjukkan

sebanyak 31,1% siswa Indonesia berada di bawah tingkat literasi-1; 37,6% berada

pada tingkat literasi-1; 24,8% berada pada tingkat literasi-2; 6,1% berada pada

tingkat literasi-3; dan hanya 0,4% berada pada tingkat literasi-4; serta tidak ada

seorang pun yang meraih nilai pada tingkat literasi-5. Ironis, untuk level 5 dan 6

persentase siswa Indonesia secara statis tidak ada. Kemampuan untuk

masing-masing tingkatan ini masih jauh di bawah kemampuan rerata negara-negara yang

disurvey.

Literasi matematis pada level 1 dan 2 sudah dikuasai oleh sebagian siswa,

walaupun belum memuaskan. Literasi matematis pada level 3 dan 4 hanya

sebagian kecil yang menguasai. Literasi matematis pada level 5 dan 6 memang

sudah jelas tak ada siswa yang bisa mencapai, karena pada level di bawahnya

yaitu level 3 dan level 4 masih belum tercapai. Oleh karena itu, literasi matematis

siswa perlu ditingkatkan segera terutama literasi 3 dan 4 yang masih rendah. Jika

pencapaian literasi matematis level 3 dan 4 tercapai, diharapkan dapat

memudahkan untuk penguasaan literasi matematis level selanjutnya, yaitu level 5

dan level 6.

Hasil dari PISA yang rendah tentunya disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor yang menyebabkan hasil PISA Indonesia rendah secara umum adalah:

(1) Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

optimum dalam mata pelajaran matematika di sekolah. (2) Proses pembelajaran

matematika belum mampu menjadikan siswa mempunyai kebiasaan membaca

(16)

strategis dalam menyelesaikan soal. (3) Dari penyelesaian soal-soal yang dibuat

siswa, tampak bahwa kadar mekanistik masih terlalu besar dan kadar penalaran masih rendah. (4) Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah

berpikir”. Siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian

melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu membuat

siswa cerdik, cerdas dan cekatan (Kementerian Depdiknas, 2011: 57).

Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sebagai suatu

pelajaran yang menyeramkan, membosankan, dan sulit sehingga banyak siswa

yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa matematika bagi

anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi,

dianggap sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan banyak memperdayakan. Oleh

karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus

menjadi prioritas utama bagi para pendidik.

Terdapat dua faktor yang memengaruhi kesulitan siswa dalam belajar.

Pertama, dari faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa yaitu motivasi,

intelegensi, minat, dan keadaan psikologis siswa. Kedua, faktor dari luar diri

siswa. Sering kita temui siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran

matematika bahkan ada pula siswa yang takut dan benci pada pelajaran

matematika. Mungkin hal ini merupakan salah satu penyebab dari faktor internal

siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi matematis siswa juga

diungkapkan oleh Ojose (2011), yaitu rumah, sekolah, orang tua dan masyarakat

pada umumnya. Perlu dicatat bahwa setiap orang mampu untuk menguasai literasi

matematis. Jalan menuju tujuan ini dimulai dari rumah dan ruang kelas, kemudian

didukung oleh keluarga dan masyarakat. Alur pengajaran yang disajikan dapat

mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam matematika. Pengajaran harus

dibuat sedemikian rupa sehingga pemahaman konseptual diperoleh siswa. Ini

adalah satu-satunya cara sehingga mereka akan mampu menerapkan matematika

dipelajari dalam kehidupan nyata sebagai orang dewasa. Ojose (2011) lebih lanjut

(17)

relevan dengan lingkungan masyarakat. Dengan begitu, pertanyaan yang pernah ada yaitu, “Apakah materi yang dipelajari dalam matematika akan digunakan dalam kehidupan nyata?” dapat dihilangkan.

Kecakapan matematika lain yang perlu dikembangkan selain dari aspek

kognitif yaitu, sikap percaya bahwa dirinya mampu dalam menyelesaikan soal

matematika dan percaya matematika bermanfaat dalam kehidupannya. Hal ini

penting karena sikap positif siswa terhadap matematika berkorelasi positif dengan

prestasi belajar matematika (Russeffendi, 1991). Sikap siswa terhadap matematika

erat kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika. Jika siswa berminat

terhadap matematika maka ia akan dapat mengikuti proses pembelajarannya

dengan baik dan suka mengerjakan tugas-tugas matematika.

Self-esteem merupakan salah satu komponen afektif yang harus diperhatikan

dalam dunia pendidikan khususnya di matematika. Istilah self-esteem diartikan

pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self-esteem berkaitan dengan

perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu, dan berguna. Self-esteem

adalah penilaian tinggi atau rendah yang dibuat individu tentang hal-hal yang

berkaitan dengan dirinya yang menunjukkan bahwa sejauh mana individu tersebut

menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga.

Pengaruh self-esteem pada siswa memiliki dampak positif terhadap

aktivitas-aktivitas yang dilakukannya, bagaimana ia menyikapi tantangan, dan

sejauhmana ia berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya (Utari, 2007). Utari

(2007) juga mengatakan bahwa rendahnya self-esteem siswa disebabkan karena

sekolah tidak memperhatikan pada pengembangan self-esteem sejalan dengan

kemampuan kognitif siswa dan masih rendahnya self-esteem siswa tampak pada

rendah dirinya siswa dalam mengemukakan pendapat dan menunjukkan

kemampuannya secara umum. Hal ini sejalan dengan pendapat Prihadi (2012)

bahwa self-esteem seringkali tidak mendapat perhatian khusus di sekolah.

Steven Ward (Utari, 2007) mengatakan bahwa tinggi atau rendahnya

self-esteem sangat berpengaruh pada prestasi akademik, penyesuai diri anak, bahkan

(18)

(Al Hadad, 2010) self-esteem yang rendah memiliki efek yang merugikan

terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai self-esteem yang berkorelasi dengan

perilaku positif dan prestasi akademik siswa, maka guru salah satunya berperan

dalam meningkatkan self-esteem siswa khususnya dalam pembelajaran

matematika. Guru hendaknya menciptakan suatu kondisi pembelajaran agar siswa

tidak selalu merasa bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Salah satunya

dengan tidak segan-segan mengungkapkan tanggapan berupa pujian pada siswa

yang mampu melakukan sesuatu, memberikan dorongan ketika siswa gagal

melakukan sesuatu, melatih siswa untuk membuat pernyataan positif terhadap

dirinya dan matematika. Hal ini dapat mengembangkan self-esteem siswa dalam

pembelajaran matematika. Ketika self-esteem yang tinggi telah terbentuk pada

siswa, maka diharapkan prestasi belajar siswa meningkat.

Pertanyaan yang kemudian muncul berdasarkan penjelasan di atas adalah

pendekatan apa yang cocok untuk melatih kemampuan siswa dalam berpikir,

melibatkan aktivitas siswa secara optimal, dan membuat pelajaran matematika

menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Suatu pendekatan pembelajaran

berperan penting untuk meningkatkan literasi matematis dan self-esteem siswa,

oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan pada belajar

siswa aktif. Dengan berbekal literasi matematis siswa dan self-esteem siswa

diharapkan dapat menguasai matematika lebih banyak dan mampu menerapkan

matematika pada disiplin ilmu lain. Selain itu, siswa diharapkan mampu

menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari karena

matematika harus dipelajari dalam konteks yang bermakna yang mengaitkannya

dengan subyek lain dan dengan minat dan pengalaman siswa. Ketika aplikasi yang

digunakan di dunia nyata ada dalam kelas matematika, minat siswa akan tergugah

dan mereka termotivasi untuk belajar (Martin, 2007). Pernyataan di atas

mendukung perlu dipikirkannya pembelajaran matematika yang lebih

menekankan pada pengembangan literasi matematis dan self-esteem siswa.

Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh

(19)

secara bertahap sesuai kemampuan siswa. Alternatif pendekatan pembelajaran

dalam upaya untuk menumbuhkembangkan literasi matematis dan self-esteem

siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan CRA

(Concrete-Representational-Abstract).

Pendekatan CRA ini secara sistematis mengajarkan siswa belajar melalui

tiga tahap yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract

(abstrak). Pengajaran dengan CRA adalah tiga tahap proses pembelajaran di mana

siswa memecahkan masalah matematika melalui manipulasi fisik benda konret,

diikuti dengan pembelajaran melalui representasi bergambar dari manipulasi

benda konkrit, dan diakhiri dengan pemecahan masalah matematika melalui notasi

abstrak (Witzel, 2005). Istilah lain yang telah digunakan untuk menggambarkan

rangkaian pengajaran ini adalah rangkaian pengajaran konkrit ke semi konkrit,

kemudian ke abstrak (Maccini dan Gagnon, 2000). Di Singapura, pendekatan ini

lebih dikenal dengan pendekatan CPA (Concrete-Pictorical-Abstract).

Proses pembelajaran dengan pendekatan CRA ini terdiri atas tahapan yang

diyakini oleh penulis merupakan tahapan yang dibutuhkan dalam kemampuan

literasi matematis. Literasi matematis merupakan kemampuan untuk dapat

mengaitkan antara masalah konkrit dalam hal ini masalah dalam kehidupan

sehari-hari, kemudian direpresentasikan kedalam bentuk abstrak yaitu kedalam

bentuk matematis. Sama halnya dengan tahap dalam proses pembelajaran dengan

CRA, yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract

(abstrak). Pola yang sama yang ada pada keduanya, yaitu literasi matematis dan

pendekatan CRA, menjadikan pembelajaran dengan pendekatan CRA diyakini

dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan CRA memberikan kesempatan kepada

siswa agar siswa mengeksplorasi hal-hal yang diamati selama proses

pembelajaran, kemudian membandingkan dengan hal-hal yang telah diketahui.

Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sedangkan guru membimbing dan

membantu jika siswa menemukan kesulitan atau melakukan kesalahan. Peran

siswa dalam proses pembelajaran CRA sangat banyak karena siswa dituntut untuk

(20)

memahami, menyelesaikan masalah atau materi yang disajikan oleh guru. Siswa

mau tidak mau harus percaya pada kemampuan dirinya, sehingga siswa bisa

menilai sendiri, menganggap dirinya mempunyai peran, dengan kata lain, siswa

merasa berharga atau layak untuk berperan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi selama pembelajaran CRA berlangsung. Sikap inilah yang disebut

self-esteem yang diyakini oleh penulis bahwa sikap self-esteem erat kaitannya dengan

pembelajaran CRA.

Pendekatan CRA ini telah diteliti oleh beberapa peneliti di antaranya adalah

Witzel (2005), Arvianto (2011) dan Yuliawaty (2011). Witzel menyebutkan

bahwa CRA sukses diterapkan dalam pembelajaran (dari seting kelompok kecil

sampai klasikal) serta bermanfaat bagi siswa dengan dan tanpa kesulitan belajar.

Selain itu, siswa dengan nilai pada atau di atas tingkat kelasnya, ketika belajar

menggunakan pendekatan ini secara signifikan mendapat nilai yang lebih tinggi

dari rekan-rekan mereka yang diajarkan secara tradisional. Lebih lanjut,

Yuliawaty (2011) dan Arvianto (2011) menemukan dampak positif dari

pendekatan CRA pada kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah.

Sebagai tindak lanjut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui dan menelaah

tentang peningkatan literasi matematis dan self-esteem siswa SMP melalui

pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract), khususnya mengenai

literasi matematis level 3 dan literasi matematis level 4.

B. Rumusan Masalah

Uraian pada latar belakang masalah di atas dapat disusun menjadi rumusan

masalah, yakni sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan

literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?

2. Apakah peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan

(21)

3. Apakah peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa

yang memperoleh pendekatan konvensional?

4. Apakah terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis:

1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi

matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi

matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

3. Self-esteem siswa dalam matematika yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan CRA dibandingkan dengan self-esteem siswa yang memperoleh

pendekatan konvensional.

4. Korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa, pembelajaran melalui pendekatan CRA dapat menambah wawasan

mereka untuk lebih memahami materi-materi dalam matematika, dan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya yang berujung pada

meningkatnya literasi matematis siswa dan self-esteem siswa;

2. Guru, pendekatan CRA dapat dijadikan sebagai informasi mengenai

penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CRA

terhadap peningkatan literasi matematis siswa dan self-esteem siswa dan

pendekatan ini dapat dijadikan salah satu pendekatan alternatif yang dapat

(22)

3. Sekolah, dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka peningkatan

literasi matematis di sekolah menengah pertama.

4. Peneliti, menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan

acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan) dan pada

penelitian yang sejenis.

E. Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan berbagai istilah, sehingga untuk memperoleh

kesamaan pendapat dan menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian

ini, berikut diberikan beberapa penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Pembelajaran dengan Pendekatan CRA

Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dalam konteks penelitian

ini adalah proses pembelajaran yang sengaja direncanakan oleh guru yang

dilakukan secara bertahap melalui tiga tahapan, yaitu siswa memecahkan

masalah dan menemukan konsep dengan menggunakan benda manipulatif

yang konkrit kemudian dilanjutkan dengan tahap representasi sehingga siswa

belajar dengan menggunakan gambar dan diakhiri dengan tahap abstrak yaitu

siswa belajar memecahkan masalah matematika melalui notasi abstrak.

2. Literasi Matematis

Literasi matematis yang dimaksud dalam penelitian yaitu literasi matematis

level 3 dan literasi matematis level 4. Literasi matematis level 3 yaitu

kemampuan melaksanakan prosedur dalam memilih dan menerapkan strategi

pemecahan masalah. Literasi matematis level 4 adalah kemampuan bekerja

secara efektif untuk dapat memilih dan mengintegrasikan representasi yang

berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata yang terkandung

dalam permasalahan.

3. Self-esteem

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian siswa

terhadap kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan, dan kebaikan diri mereka

(23)

4. Pembelajaran Kovensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaraan ekspositori. Proses

pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi dari guru kemudian diberikan

contoh soal beserta penyelesaiannya diakhiri dengan pemberian soal latihan

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen.

Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok

eksperimen memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dan

kelompok kontrol pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional.

Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes

yang sama. Pada kuasi eksperimen ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak,

tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2005).

Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada

telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan

secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal

pelajaran yang telah ada di sekolah.

Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen

Nonequivalent Control Group Pretest-posttest Design di mana kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diagram

desain penelitiannya sebagai berikut (Ruseffendi, 2005:47):

O X O

---O O

Keterangan:

O = Pretes/Tes awal atau Postes/Tes akhir literasi matematis

X = Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, sampel

yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

(25)

2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pendekatan pembelajaran, dan

membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang

bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru dan

pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan.

3. Setiap kelompok diberikan pretest kemudian menentukan nilai rerata dan

simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat

penguasaan kedua kelompok terhadap literasi matematis.

4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan

kepada kelompok eksperimen yaitu pendekatan CRA sedangkan kepada

kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan pendekatan konvensional.

5. Tahap selanjutnya kepada setiap kelompok diberikan postes untuk

mengetahui literasi matematis dan self-esteem.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 di Cimahi

sebagai populasi. Penelitian ini dipilih sekolah yang dikategorikan level

menengah ditinjau dari kemampuan siswanya. Sampel yang dipilih adalah dua

kelas VIII siswa SMP Negeri 8 Cimahi. Kedua kelas dipilih karena memiliki

kemampuan awal yang hampir sama, setelah melihat daftar nilai matematika

siswa kedua kelas yang sudah tersedia sebelumnya. Satu kelas selanjutnya

dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan kelas kontrol.

Alasan dipilihnya sekolah dengan level menengah dikarenakan pada level

ini kemampuan akademik siswanya heterogen, mulai dari yang terendah sampai

yang tertinggi terwakili. Menurut Darhim (2004) sekolah yang berasal dari level

tinggi (baik) cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu

terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan, demikian juga dengan

sekolah yang berasal dari level rendah (kurang) cenderung hasil belajarnya akan

kurang (jelek) dan kurangnya itu bisa terjadi bukan akibat kurang baiknya

pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, sekolah

(26)

C. Instrumen Penelitian

Penelitian ini mengunakan tiga macam instrumen untuk memperoleh data,

yang terdiri dari: (a) soal tes literasi matematis level 3, (b) soal tes literasi

matematis level 4, dan (c) skala self-esteem. Instrumen ini dikembangkan melalui

beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap konsultasi dan tahap uji

coba instrumen (untuk tes literasi matematis).

Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas

tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil

uji coba instrumen kemudian dianalisis menggunakan program komputer

Microsoft Excel dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Validitas butir soal

dihitung dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (X) dengan

Interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan patokan menurut

(27)

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien Validitas (rxy) Interpretasi

sangat baik (sangat tinggi)

baik (Tinggi)

cukup (Sedang)

rendah (jelek)

sangat rendah (sangat jelek)

Tidak valid

Berdasarkan hasil perhitungan, validitas butir soal dari soal uji coba

literasi matematis siswa di level 3 dan 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No.

Soal

Koefisien

Korelasi Interpretasi Keterangan

Literasi Matematis

(28)

Setelah diperoleh nilai thitung maka, langkah selanjutnya adalah

menentukan ttabel dengan df = n – 2 = 31 – 2 = 29 dengan nilai df = 29 dan

pada nilai alpha sebesar 95% didapat nilai t(0,95;29) = 1,69

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesis dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Jika thitung positif, dan thitung≥ ttabel, maka butir soal valid

2. Jika thitung negatif, dan thitung < ttabel, maka butir soal tidak valid

Berikut adalah perhitungan hasil uji validitas soal literasi matematis level 3

dan level 4:

Reliabilitas suatu alat evaluasi (tes) dikatakan reliabel jika hasil evaluasi

tersebut memberikan hasil yang tetap sama untuk subjek yang sama (konsisten),

kalaupun mengalami perubahan tetapi perubahan itu tidak signifikan

(Ruseffendi, 1991). Menghitung reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus

(29)

Keterangan: r11 = reliabilitas yang dicari

Sedangkan untuk menghitung varians tiap-tiap item digunakan rumus:

 

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi

dapat digunakan tolak ukur yang dibuat J.P Guilford.

Tabel 3.4

Berdasarkan hasil perhitungan, reliabilitas dari soal uji coba literasi

(30)

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Reliabilitas

Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Interpretasi Reliabilitas

Literasi Matematis Level 3 0,53 Sedang

Literasi Matematis Level 4 0,56 Sedang

3. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berada pada kelompok atas dengan siswa yang berada pada

kelompok bawah.

Bantuan program excel digunakan untuk menghitung daya pembeda,

sedangkan rumus yang digunakan adalah (Suherman, 2003: 160):

Dengan, = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar

= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar

= Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan berdasarkan (Suherman,

2003:161) diuraikan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

Sangat baik Baik

Cukup Jelek Sangat jelek

(Suherman, 2003:161)

Hasil perhitungan daya pembeda untuk soal literasi matematis level 3 dan

(31)

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4

Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi Keterangan

Literasi Matematis

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menunjukkan

tingkat kesukaran butir soal. Untuk menghitung indeks kesukaran digunakan

nilai rata-rata setiap butir dan nilai maksimum (SMI) dari setiap butir soal,

dengan menggunakan rumus berikut (Suherman, 2003: 170):

dengan, = Jumlah skor semua siswa kelompok atas

= Jumlah skor semua siswa kelompok bawah

= Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan berdasarkan

Suherman (2003:170) yang diuraikan pada Tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

terlalu mudah 0,70 < IK < 1,00 mudah 0,30 < IK  0,70 sedang

(32)

(Suherman, 2003:170)

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal tes yang telah

diujicobakan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.9

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap

sebagai berikut:

a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem

penskoran yang digunakan.

b. Membuat tabel skor tes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:

keterangan:

SPost = Skor Postes

SPre = Skor Pretes

(33)

Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:

Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g)

Besarnya g Interpretasi

g 0,3 Rendah

0,3 g 0,7 Sedang

g 0,7 Tinggi

(Hake, 2002)

Terlebih dahulu ditentukan normalitas dan homogenitas varians dengan

menggunakan SPSS versi 16.0 untuk menentukan uji statistik yang

digunakan. Analisa data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

pada data skor pretes, postes, dan gains pada kelompok eksperimen dan

kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-wilk dengan taraf

signifikansi 5%.

Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka

analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan

uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal,a tidak dilakukan uji homogenitas varians akan

tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji

non-parametrik).

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua

(34)

Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan taraf

signifikansi 5%.

c. Uji perbedaan

Uji perbedaan dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata-rata

atau rangking kedua sampel. Uji perbedaan dilakukan terhadap indeks

gains. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen

maka pengujiannya dilakukan dengan uji t. Adapun untuk data yang

berdistribusi normal akan tetapi tidak memiliki varians yang homogen

maka pengujiannya menggunakan uji t’. Sedangkan untuk data yang

tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik

non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney.

Gambar 3.1

Prosedur Pengolahan Data Tes

Uji t’

Uji t Normal

Uji Non-Parametrik

Mann-Whitney

Data Gain

tidak

Kesimpulan

tidak

ya ya

(35)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap awal,

tahap eksperimen, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk

memudahkan dalam pelaksanaannya.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Penyusunan Instrumen & Bahan Ajar Seminar Proposal & revisi Studi Kepustakaan M enyusun Proposal

Uji Instrumen

Revisi Instrumen

Pretes

Pembelajaran biasa (konvesional)

Pembelajaran dengan Pendekatan CRA

Postes

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan

literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan

literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.

3. Peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa yang

memperoleh pendekatan konvensional.

4. Tidak terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa

tentang matematika.

B. Saran

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan hal-hal yang

bisa dijadikan pertimbangan. Penulis menyarankan hal-hal berikut ini:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA dapat meningkatkan

literasi matematis serta self-esteem siswa. Oleh karena itu pembelajaran

dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam

tujuan meningkatkan prestasi siswa khususnya literasi matematis.

2. Kemampuan matematis yang diteliti pada pembelajaran dengan

pendekatan CRA adalah literasi matematis level 3 dan level 4. Untuk peneliti

selanjutnya sebaiknya meneliti kemampuan matematis dan aspek afektif yang

lainnya, sehingga ditemukan aspek kemampuan matematis dan aspek afektif

mana yang saling mendukung sehingga memudahkan untuk meningkatkan

(37)

3. Bahasan yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada materi bangun ruang sisi datar, oleh

karena itu perlu diadakan penelitian lanjutan pada jenjang dan pokok bahasan

matematika yang lain seperti pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Access Center Research Continuum. (2004). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach. [Online]. Tersedia: http://165.139.150.129/ intervention/ConcreteRepresentationalAbstractInstructionalApproach.pdf. [22 februari 2013].

Al Hadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self-esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Arvianto, IR dkk. (2011). Prosiding Seminar Nasional Matematika: Penggunaaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dengan Pendekatan Instruksional CRA. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

Echols, John M & Hassan, Shadily. (1983). Kamus Inggris-Indonesia (Cetakan XII). Jakarta: Gramedia.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. [1 April 2013].

Hasan, A. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ifdil. (2007). Self-esteem. [Online]. Tersedia: http://konselingindonesia.com/ index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=69. [22 februari 2013].

Kementerian Depdiknas P4TK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP Belajar dari PISA ddan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas.

Kusumah, Y. S. (2011). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA: Literasi Matematis. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Bandar Lampung.

Litbang. (2012). Survei Internasional Pisa. [Online]. Tersedia:

(39)

Martin, H. (2007). Mathematical Literacy. Journal of Principal Leadership, v7 n5 p28-31. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/ search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ 767854&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ767854. [2 April 2013].

Maryanti, E. (2012). Peningkatan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metacognitive Guidance. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

NCES. (2012). Overview PISA. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/ surveys/pisa/. [19 Februari 2013].

NN. Comparing NAEP, TIMSS, and PISA in Mathematics and Science. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/pdf/naep_timss_pisa_comp.pdf. [21 februari 2013]

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key competencies in Reading, Mathematics and Science. . [Online]. Tersedia http://www.oecd.org/ dataoecd/61/15/46241909.pdf [19 Februari 2013].

_____. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org [19 Februari 2013].

_____. (2010). Draft PISA 2012 Assessment Framework. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46961598.pdf. [19 Februari 2013].

Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able To Put The Mathematics article/download/1809/1788 [2 April 2013].

(40)

Riccomini, P.J. et al. (2008). Improving the Mathematics Instruction for Students With Emotional and Behavioral Disorders: Two Evidenced-Based Instructional Approaches. Improving The Mathematics Instruction.

Rohaeti, T. (2012). Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Esteem siswa Sekolah Menengah Atas. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.

__________________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.

__________________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sembiring. (2012). Kontes Literasi Matematika untuk SMP/MTs Tingkat Nasional. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2012/04/kontes-literasi-matematika-untuk-smpmts-tingkat- nasional/ [21 februari 2013].

Suherman, E.. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA: FPMIPA UPI Bandung.

___________. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA: FPMIPA UPI Bandung.

Sulistyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

________. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

UNESCO Education Sector. (2004). The Plurality of Literacy and its implications

for Policies and Programs”: (Paris: United National Educational,

Scientific and Cultural Organization) hal.13. Tersedia:

(41)

Utari, R. (2007). Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self-Esteem Siswa Melalui Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/4980/1/ UPAYA_SEKOLAH_DALAM_PEMBENTUKAN_SELF_ESTEEM_SIS WA.pdf [21 Februari 2013].

Witzel, Bradley S. et al. (2008). Implementing CRA With Secondary Students With Learning Disabilities in Mathematics. Intervention in School and Clinic,Vol. 43(5), 270-276.

Yuliawaty, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan CRA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal
Tabel 3.3 Data Hasil Uji Validitas
Tabel 3.4  Kriteria Reliabilitas Butir Soal
Tabel 3.5 Data Hasil Uji Reliabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa siswa masih sangat kurang menerapkan kesehatan keselamatan kerja pada aspek lingkungan fisik dapur, penempatan peralatan dan

Penerapan Hasil Belajar Kesehatan Keselamatan Kerja Pada Pelaksanaan Praktikum Jasa Boga Siswa SMKN 3 Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Improving Reading Skills through Skimming and Scanning Techniques at a Public School: Action Research... Citra Agustya

[r]

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran TGT dapat meningkatkan kemampuan emosi dan sosial peserta didik di sekolah. dasar inklusif, dan

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Penetapan Kadar Nitrit pada Daging Sapi Segar dan Olahan yang Beredar di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak.. Medan: Fakultas

Parameter yang diukur besarnya kandungan gula dalam nira (Brix), banyaknya nira yang diperoleh (ml), kuantitas bioetanol (ml) hasil destilasi, dan kualitas ethanol