PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS
DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN
CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN
CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi )
Ibrahim Sani Ali Manggala 1101199
Disetujui dan Disahkan Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Endang Cahya, MA., M.Si Dr. Kusnandi, M.Si
NIP. 196506221990011001 NIP. 196903301993031002
Mengetahui :
Ketua Program Studi Matematika S.Ps. UPI,
PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN
CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
Ibrahim Sani Ali Manggala
ABSTRAK
Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan siswa, salah satunya adalah pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menelaah peningkatan kemampuan literasi matematis dan juga self-esteem
siswa SMP setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CRA. Penelitian ini berjenis kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CRA dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Semua siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Cimahi dijadikan populasi dan dipilih dua kelas VIII siswa SMP tersebut sebagai sampel. Kedua kelas diberikan pretes, kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, dan kemudian postes. Data penelitian diperoleh melalui pemberian tes kemampuan literasi matematis dan skala sikap self-esteem. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, serta tidak terdapat hubungan kemampuan literasi matematis dan self-esteem siswa dalam matematika.
MATHEMATICAL LITERACY IMPROVEMENT AND SELF-ESTEEM SMP STUDENTS LEARNING THROUGH
CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
Ibrahim Sani Ali Manggala
ABSTRACT
Mathematical literacy and self-esteem of students need to be developed, therefore, needed an approach to learning math is done in stages according to the ability of the students, one of which is the approach of Concrete-Representational-Abstract (CRA). This study aimed to describe and analyze the increase in mathematical literacy skills and self-esteem after a junior high school students get a lesson with CRA approach. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group. The experimental group gained CRA learning approach and gain control group of conventional learning. All eighth grade students of SMP Negeri one in Cimahi used as population and selected two eighth grade junior high school students as a sample. Both of class are given a pretest, then learning by using CRA approach given the experimental class and the conventional learning control class, and then the post-test. Data were obtained through the provision of mathematical literacy test capabilities and attitudes of self-esteem scale. The results showed an increase in mathematical literacy skills and self-esteem of students who acquire learning by using CRA approach is better than the students who received conventional learning, and there is no relationship mathematical literacy and self-esteem of students in mathematics.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... 3
DAFTAR GAMBAR ... 5
DAFTAR LAMPIRAN ... 6
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.
B. Self-esteem dalam Matematika ... Error! Bookmark not defined.
C. Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined.
D. Teori Belajar yang Berhubungan dengan Pendekatan CRA... Error! Bookmark not defined.
E. Kaitan Pembelajaran CRA dengan Literasi Matematis dan Self-Esteem . Error! Bookmark not defined.
F. Penelitian yang Relevan ... Error! Bookmark not defined.
G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Temuan ... Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.2 Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3 Data Hasil Uji Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.7 Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.8 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.9 Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g) ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Hasil Skala Self-esteem .Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Literasi Matematis .Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Gain Ternormalisasi Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas untuk Skor N-Gain Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data N-Gain Self-esteem ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.10 Hasil Uji Mann-Whitney Data N-Gain Self-esteem .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Literasi Matematis dan Self-esteem ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Literasi Matematis dan Self-esteem Siswa Di Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Prosedur Pengolahan Data Tes... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 3 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 3 ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Rata-rata Pretes dan Postes Literasi Matematis Level 4 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Rata-rata N-Gain Literasi Matematis Level 4 ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Skala Awal dan Skala Akhir Self-Esteem...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... Error! Bookmark not defined.
A.1. RPP Kelas Eksperimen... Error! Bookmark not defined.
A.2. RPP Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
A.3. Lembar Aktifitas Siswa ... Error! Bookmark not defined.
A.4. Tes Literasi Matematis ... Error! Bookmark not defined.
A.5. Skala Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN B ... Error! Bookmark not defined.
B.1. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 3 ..Error! Bookmark not defined.
B.2. Hasil Uji Coba Instrumen Literasi Matematis Level 4 ..Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN C ... Error! Bookmark not defined.
C.1. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.
C.2. Data Literasi Matematis Level 3 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
C.3. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.
C.4. Data Literasi Matematis Level 4 Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
C.5. Data Skor Self-Esteem Per Butir ... Error! Bookmark not defined.
C.6. Proses Transformasi Data Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not defined.
C.7. Data Hasil Transformasi Skala Self-Esteem ...Error! Bookmark not defined.
C.8. Data Self-Esteem Siswa Kelas Eksperimen ...Error! Bookmark not defined.
C.10. Normalitas N-Gain Tes, Homogenitas N-Gain Tes, Uji t N-Gain Tes .... Error! Bookmark not defined.
C.11. Normalitas N-Gain Skala Self-Esteem, Uji Mann Whitney... Error! Bookmark not defined.
C.12. Normalitas Literasi Matematis dengan Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indikator dari perkembangan dan majunya suatu negara sangat ditentukan
dari majunya pendidikan di negara tersebut. Semakin tinggi mutu pendidikan di
suatu negara otomatis masyarakatnya juga semakin cerdas dan kemakmuran dari
masyarakat akan tercapai sehingga negara tersebut memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas. Dapat kita lihat di negara-negara maju, bahwa pendidikan
dijadikan prioritas utama dalam membangun negara karena pendidikan dianggap
paling penting demi mewujudkan generasi bangsa yang lebih berkualitas sehingga
dapat memajukan negara tersebut kelak.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah bahkan dapat
langsung mengambil hasil alam hanya dengan bermodalkan tongkat, namun
mengapa sampai usia 68 tahun ini Indonesia hanya bisa mendapatkan gelar “negara berkembang”. Salah satu penyebab utamanya adalah karena tidak didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Indikator untuk melihat
lemahnya sumber daya manusia Indonesia jika dibandingkan dengan
negara-negara lain dapat dilihat dari berbagai hasil tes yang diselenggarakan secara
internasional tentang prestasi siswa.
Saat ini terdapat dua asesmen utama berskala internasional yang menilai
kemampuan matematis dan sain siswa, yaitu Trend in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA). Keikutsertaan negara kita dalam PISA dan TIMSS merupakan bukti
konkrit untuk melihat perkembangan pendidikan di negara kita dibandingkan
negara-negara peserta lainnya. Hasil tes tersebut dapat dijadikan acuan untuk
memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan mutu pendidikan di negara
kita serta dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk
peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam pendidikan matematika.
Indonesia sudah beberapa kali mengikuti kedua ajang internasional di atas,
menunjukkan mutu pendidikan Indonesia masih rendah. Hal tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan pada POM (Project Operation Manual) program
BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal
Teacher Upgrading) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
tahun 2008, Bab II sub-bagian latar belakang halaman II-1 disebutkan hal sebagai
berikut.
Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang, prestasi siswa. Survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara. Walaupun rerata skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam, literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia.
Salah satu tes internasional yang dijadikan acuan untuk melihat mutu
pendidikan di Indonesia berdasarkan penjelasan di atas adalah hasil PISA. PISA
merupakan sebuah proyek yang disponsori dari Organisation for Economic
Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Perancis.
PISA dilaksanakan secara regular sekali dalam tiga tahun sejak tahun 2000 untuk
mengetahui literasi siswa usia 15 tahun dalam matematika, sains, dan membaca
serta tahun 2012 ditambahkan satu mata uji lagi berupa financial literacy atau
literasi keuangan. Fokus dari PISA adalah literasi yang menekankan pada
keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi (OECD,
2010).
Literasi matematis merupakan salah satu komponen penting yang
dibutuhkan siswa untuk dapat berhasil dalam memecahkan soal-soal PISA. Selain
itu, Kusumah (2011:18) menyatakan bahwa dalam hidup di abad modern ini,
berbagai permasalahan, karena literasi matematis sangat penting bagi semua orang
terkait dengan pekerjaan dan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, kita dituntut untuk memahami peranan matematika dalam kehidupan nyata
dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
Literasi sering dihubungkan dengan huruf atau aksara yang artinya
kemampuan untuk membaca dan menulis, kemampuan ini sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan literasi ini kemudian diserap dalam
bidang-bidang yang lain, khususnya bidang-bidang matematika yang memunculkan istilah literasi
matematis. PISA (2000) (Kemdiknas, 2011:11-12) mendefinisikan literasi
matematis sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan, dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan
fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan
fenomena/kejadian. Literasi matematis membantu seseorang untuk memahami
peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus
menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga
negara yang membangun, peduli, dan berpikir.
Literasi matematis dalam PISA adalah fokus kepada kemampuan siswa
dalam menganalisis, memberikan alasan, dan menyampaikan ide secara efektif,
merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah matematika
dalam berbagai bentuk dan situasi. Literasi menjadi hal yang penting untuk
dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena literasi matematis dipandang
sebagai kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata, kita sering
menghadapi situasi ketika berbelanja, melakukan perjalanan, memasak, masalah
keuangan, menganalisis situasi politik, dan hal-hal lain di mana
penggunaan quatitative or spatial reasoning atau kemampuan matematis lainnya
merupakan alat bantu yang menjelaskan atau memecahkan suatu masalah.
Indonesia sudah beberapa kali mengikuti PISA, yaitu pada tahun 2000,
2003, 2006, 2009, dan 2012. Dalam laporan PISA dipaparkan bahwa khususnya
internasional. Untuk literasi matematis, siswa Indonesia pada tahun 2000 berada
di peringkat ke 39 dari 41 negara, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38 dari
40 negara, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50 dari 56 negara (Litbang,
2012). Sedangkan hasil PISA 2012, Indonesia kembali lagi menempati posisi
terendah (urutan 64 dari 65 negara) dalam PISA.
Buruknya peringkat dan skor Indonesia di PISA menjadi cerminan bahwa
mayoritas siswa SMP di Indonesia masih lemah dalam kemampuan matematis
khususnya literasi matematis. Hal ini terbukti dari data OECD (2010) dan
dijelaskan oleh Yusuf (2012), bahwa hasil studi PISA 2009 menunjukkan
sebanyak 31,1% siswa Indonesia berada di bawah tingkat literasi-1; 37,6% berada
pada tingkat literasi-1; 24,8% berada pada tingkat literasi-2; 6,1% berada pada
tingkat literasi-3; dan hanya 0,4% berada pada tingkat literasi-4; serta tidak ada
seorang pun yang meraih nilai pada tingkat literasi-5. Ironis, untuk level 5 dan 6
persentase siswa Indonesia secara statis tidak ada. Kemampuan untuk
masing-masing tingkatan ini masih jauh di bawah kemampuan rerata negara-negara yang
disurvey.
Literasi matematis pada level 1 dan 2 sudah dikuasai oleh sebagian siswa,
walaupun belum memuaskan. Literasi matematis pada level 3 dan 4 hanya
sebagian kecil yang menguasai. Literasi matematis pada level 5 dan 6 memang
sudah jelas tak ada siswa yang bisa mencapai, karena pada level di bawahnya
yaitu level 3 dan level 4 masih belum tercapai. Oleh karena itu, literasi matematis
siswa perlu ditingkatkan segera terutama literasi 3 dan 4 yang masih rendah. Jika
pencapaian literasi matematis level 3 dan 4 tercapai, diharapkan dapat
memudahkan untuk penguasaan literasi matematis level selanjutnya, yaitu level 5
dan level 6.
Hasil dari PISA yang rendah tentunya disebabkan oleh banyak faktor.
Faktor yang menyebabkan hasil PISA Indonesia rendah secara umum adalah:
(1) Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
optimum dalam mata pelajaran matematika di sekolah. (2) Proses pembelajaran
matematika belum mampu menjadikan siswa mempunyai kebiasaan membaca
strategis dalam menyelesaikan soal. (3) Dari penyelesaian soal-soal yang dibuat
siswa, tampak bahwa kadar mekanistik masih terlalu besar dan kadar penalaran masih rendah. (4) Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah
berpikir”. Siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian
melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu membuat
siswa cerdik, cerdas dan cekatan (Kementerian Depdiknas, 2011: 57).
Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sebagai suatu
pelajaran yang menyeramkan, membosankan, dan sulit sehingga banyak siswa
yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa matematika bagi
anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi,
dianggap sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan banyak memperdayakan. Oleh
karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus
menjadi prioritas utama bagi para pendidik.
Terdapat dua faktor yang memengaruhi kesulitan siswa dalam belajar.
Pertama, dari faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa yaitu motivasi,
intelegensi, minat, dan keadaan psikologis siswa. Kedua, faktor dari luar diri
siswa. Sering kita temui siswa yang kurang tertarik mengikuti pelajaran
matematika bahkan ada pula siswa yang takut dan benci pada pelajaran
matematika. Mungkin hal ini merupakan salah satu penyebab dari faktor internal
siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi matematis siswa juga
diungkapkan oleh Ojose (2011), yaitu rumah, sekolah, orang tua dan masyarakat
pada umumnya. Perlu dicatat bahwa setiap orang mampu untuk menguasai literasi
matematis. Jalan menuju tujuan ini dimulai dari rumah dan ruang kelas, kemudian
didukung oleh keluarga dan masyarakat. Alur pengajaran yang disajikan dapat
mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam matematika. Pengajaran harus
dibuat sedemikian rupa sehingga pemahaman konseptual diperoleh siswa. Ini
adalah satu-satunya cara sehingga mereka akan mampu menerapkan matematika
dipelajari dalam kehidupan nyata sebagai orang dewasa. Ojose (2011) lebih lanjut
relevan dengan lingkungan masyarakat. Dengan begitu, pertanyaan yang pernah ada yaitu, “Apakah materi yang dipelajari dalam matematika akan digunakan dalam kehidupan nyata?” dapat dihilangkan.
Kecakapan matematika lain yang perlu dikembangkan selain dari aspek
kognitif yaitu, sikap percaya bahwa dirinya mampu dalam menyelesaikan soal
matematika dan percaya matematika bermanfaat dalam kehidupannya. Hal ini
penting karena sikap positif siswa terhadap matematika berkorelasi positif dengan
prestasi belajar matematika (Russeffendi, 1991). Sikap siswa terhadap matematika
erat kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika. Jika siswa berminat
terhadap matematika maka ia akan dapat mengikuti proses pembelajarannya
dengan baik dan suka mengerjakan tugas-tugas matematika.
Self-esteem merupakan salah satu komponen afektif yang harus diperhatikan
dalam dunia pendidikan khususnya di matematika. Istilah self-esteem diartikan
pula sebagai kepercayaan diri atau keyakinan diri. Self-esteem berkaitan dengan
perasaan bahwa kita pantas, layak, berharga, mampu, dan berguna. Self-esteem
adalah penilaian tinggi atau rendah yang dibuat individu tentang hal-hal yang
berkaitan dengan dirinya yang menunjukkan bahwa sejauh mana individu tersebut
menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga.
Pengaruh self-esteem pada siswa memiliki dampak positif terhadap
aktivitas-aktivitas yang dilakukannya, bagaimana ia menyikapi tantangan, dan
sejauhmana ia berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya (Utari, 2007). Utari
(2007) juga mengatakan bahwa rendahnya self-esteem siswa disebabkan karena
sekolah tidak memperhatikan pada pengembangan self-esteem sejalan dengan
kemampuan kognitif siswa dan masih rendahnya self-esteem siswa tampak pada
rendah dirinya siswa dalam mengemukakan pendapat dan menunjukkan
kemampuannya secara umum. Hal ini sejalan dengan pendapat Prihadi (2012)
bahwa self-esteem seringkali tidak mendapat perhatian khusus di sekolah.
Steven Ward (Utari, 2007) mengatakan bahwa tinggi atau rendahnya
self-esteem sangat berpengaruh pada prestasi akademik, penyesuai diri anak, bahkan
(Al Hadad, 2010) self-esteem yang rendah memiliki efek yang merugikan
terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai self-esteem yang berkorelasi dengan
perilaku positif dan prestasi akademik siswa, maka guru salah satunya berperan
dalam meningkatkan self-esteem siswa khususnya dalam pembelajaran
matematika. Guru hendaknya menciptakan suatu kondisi pembelajaran agar siswa
tidak selalu merasa bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Salah satunya
dengan tidak segan-segan mengungkapkan tanggapan berupa pujian pada siswa
yang mampu melakukan sesuatu, memberikan dorongan ketika siswa gagal
melakukan sesuatu, melatih siswa untuk membuat pernyataan positif terhadap
dirinya dan matematika. Hal ini dapat mengembangkan self-esteem siswa dalam
pembelajaran matematika. Ketika self-esteem yang tinggi telah terbentuk pada
siswa, maka diharapkan prestasi belajar siswa meningkat.
Pertanyaan yang kemudian muncul berdasarkan penjelasan di atas adalah
pendekatan apa yang cocok untuk melatih kemampuan siswa dalam berpikir,
melibatkan aktivitas siswa secara optimal, dan membuat pelajaran matematika
menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Suatu pendekatan pembelajaran
berperan penting untuk meningkatkan literasi matematis dan self-esteem siswa,
oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan pada belajar
siswa aktif. Dengan berbekal literasi matematis siswa dan self-esteem siswa
diharapkan dapat menguasai matematika lebih banyak dan mampu menerapkan
matematika pada disiplin ilmu lain. Selain itu, siswa diharapkan mampu
menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari karena
matematika harus dipelajari dalam konteks yang bermakna yang mengaitkannya
dengan subyek lain dan dengan minat dan pengalaman siswa. Ketika aplikasi yang
digunakan di dunia nyata ada dalam kelas matematika, minat siswa akan tergugah
dan mereka termotivasi untuk belajar (Martin, 2007). Pernyataan di atas
mendukung perlu dipikirkannya pembelajaran matematika yang lebih
menekankan pada pengembangan literasi matematis dan self-esteem siswa.
Literasi matematis dan self-esteem siswa penting untuk dikembangkan, oleh
secara bertahap sesuai kemampuan siswa. Alternatif pendekatan pembelajaran
dalam upaya untuk menumbuhkembangkan literasi matematis dan self-esteem
siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan CRA
(Concrete-Representational-Abstract).
Pendekatan CRA ini secara sistematis mengajarkan siswa belajar melalui
tiga tahap yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract
(abstrak). Pengajaran dengan CRA adalah tiga tahap proses pembelajaran di mana
siswa memecahkan masalah matematika melalui manipulasi fisik benda konret,
diikuti dengan pembelajaran melalui representasi bergambar dari manipulasi
benda konkrit, dan diakhiri dengan pemecahan masalah matematika melalui notasi
abstrak (Witzel, 2005). Istilah lain yang telah digunakan untuk menggambarkan
rangkaian pengajaran ini adalah rangkaian pengajaran konkrit ke semi konkrit,
kemudian ke abstrak (Maccini dan Gagnon, 2000). Di Singapura, pendekatan ini
lebih dikenal dengan pendekatan CPA (Concrete-Pictorical-Abstract).
Proses pembelajaran dengan pendekatan CRA ini terdiri atas tahapan yang
diyakini oleh penulis merupakan tahapan yang dibutuhkan dalam kemampuan
literasi matematis. Literasi matematis merupakan kemampuan untuk dapat
mengaitkan antara masalah konkrit dalam hal ini masalah dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian direpresentasikan kedalam bentuk abstrak yaitu kedalam
bentuk matematis. Sama halnya dengan tahap dalam proses pembelajaran dengan
CRA, yaitu: Concrete (konkrit), Representational (representasi), Abstract
(abstrak). Pola yang sama yang ada pada keduanya, yaitu literasi matematis dan
pendekatan CRA, menjadikan pembelajaran dengan pendekatan CRA diyakini
dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan CRA memberikan kesempatan kepada
siswa agar siswa mengeksplorasi hal-hal yang diamati selama proses
pembelajaran, kemudian membandingkan dengan hal-hal yang telah diketahui.
Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sedangkan guru membimbing dan
membantu jika siswa menemukan kesulitan atau melakukan kesalahan. Peran
siswa dalam proses pembelajaran CRA sangat banyak karena siswa dituntut untuk
memahami, menyelesaikan masalah atau materi yang disajikan oleh guru. Siswa
mau tidak mau harus percaya pada kemampuan dirinya, sehingga siswa bisa
menilai sendiri, menganggap dirinya mempunyai peran, dengan kata lain, siswa
merasa berharga atau layak untuk berperan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi selama pembelajaran CRA berlangsung. Sikap inilah yang disebut
self-esteem yang diyakini oleh penulis bahwa sikap self-esteem erat kaitannya dengan
pembelajaran CRA.
Pendekatan CRA ini telah diteliti oleh beberapa peneliti di antaranya adalah
Witzel (2005), Arvianto (2011) dan Yuliawaty (2011). Witzel menyebutkan
bahwa CRA sukses diterapkan dalam pembelajaran (dari seting kelompok kecil
sampai klasikal) serta bermanfaat bagi siswa dengan dan tanpa kesulitan belajar.
Selain itu, siswa dengan nilai pada atau di atas tingkat kelasnya, ketika belajar
menggunakan pendekatan ini secara signifikan mendapat nilai yang lebih tinggi
dari rekan-rekan mereka yang diajarkan secara tradisional. Lebih lanjut,
Yuliawaty (2011) dan Arvianto (2011) menemukan dampak positif dari
pendekatan CRA pada kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah.
Sebagai tindak lanjut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui dan menelaah
tentang peningkatan literasi matematis dan self-esteem siswa SMP melalui
pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract), khususnya mengenai
literasi matematis level 3 dan literasi matematis level 4.
B. Rumusan Masalah
Uraian pada latar belakang masalah di atas dapat disusun menjadi rumusan
masalah, yakni sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan
literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?
2. Apakah peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan
3. Apakah peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa
yang memperoleh pendekatan konvensional?
4. Apakah terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis:
1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi
matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.
2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan CRA dibandingkan dengan peningkatan literasi
matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.
3. Self-esteem siswa dalam matematika yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan CRA dibandingkan dengan self-esteem siswa yang memperoleh
pendekatan konvensional.
4. Korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Siswa, pembelajaran melalui pendekatan CRA dapat menambah wawasan
mereka untuk lebih memahami materi-materi dalam matematika, dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya yang berujung pada
meningkatnya literasi matematis siswa dan self-esteem siswa;
2. Guru, pendekatan CRA dapat dijadikan sebagai informasi mengenai
penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CRA
terhadap peningkatan literasi matematis siswa dan self-esteem siswa dan
pendekatan ini dapat dijadikan salah satu pendekatan alternatif yang dapat
3. Sekolah, dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka peningkatan
literasi matematis di sekolah menengah pertama.
4. Peneliti, menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan
acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian yang relevan) dan pada
penelitian yang sejenis.
E. Definisi Operasional
Penelitian ini melibatkan berbagai istilah, sehingga untuk memperoleh
kesamaan pendapat dan menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian
ini, berikut diberikan beberapa penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Pembelajaran dengan Pendekatan CRA
Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dalam konteks penelitian
ini adalah proses pembelajaran yang sengaja direncanakan oleh guru yang
dilakukan secara bertahap melalui tiga tahapan, yaitu siswa memecahkan
masalah dan menemukan konsep dengan menggunakan benda manipulatif
yang konkrit kemudian dilanjutkan dengan tahap representasi sehingga siswa
belajar dengan menggunakan gambar dan diakhiri dengan tahap abstrak yaitu
siswa belajar memecahkan masalah matematika melalui notasi abstrak.
2. Literasi Matematis
Literasi matematis yang dimaksud dalam penelitian yaitu literasi matematis
level 3 dan literasi matematis level 4. Literasi matematis level 3 yaitu
kemampuan melaksanakan prosedur dalam memilih dan menerapkan strategi
pemecahan masalah. Literasi matematis level 4 adalah kemampuan bekerja
secara efektif untuk dapat memilih dan mengintegrasikan representasi yang
berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata yang terkandung
dalam permasalahan.
3. Self-esteem
Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian siswa
terhadap kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan, dan kebaikan diri mereka
4. Pembelajaran Kovensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaraan ekspositori. Proses
pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi dari guru kemudian diberikan
contoh soal beserta penyelesaiannya diakhiri dengan pemberian soal latihan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen.
Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok
eksperimen memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dan
kelompok kontrol pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional.
Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes
yang sama. Pada kuasi eksperimen ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak,
tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2005).
Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada
telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan
secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal
pelajaran yang telah ada di sekolah.
Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen
Nonequivalent Control Group Pretest-posttest Design di mana kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diagram
desain penelitiannya sebagai berikut (Ruseffendi, 2005:47):
O X O
---O O
Keterangan:
O = Pretes/Tes awal atau Postes/Tes akhir literasi matematis
X = Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, sampel
yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pendekatan pembelajaran, dan
membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang
bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru dan
pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan.
3. Setiap kelompok diberikan pretest kemudian menentukan nilai rerata dan
simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat
penguasaan kedua kelompok terhadap literasi matematis.
4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan
kepada kelompok eksperimen yaitu pendekatan CRA sedangkan kepada
kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan pendekatan konvensional.
5. Tahap selanjutnya kepada setiap kelompok diberikan postes untuk
mengetahui literasi matematis dan self-esteem.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 di Cimahi
sebagai populasi. Penelitian ini dipilih sekolah yang dikategorikan level
menengah ditinjau dari kemampuan siswanya. Sampel yang dipilih adalah dua
kelas VIII siswa SMP Negeri 8 Cimahi. Kedua kelas dipilih karena memiliki
kemampuan awal yang hampir sama, setelah melihat daftar nilai matematika
siswa kedua kelas yang sudah tersedia sebelumnya. Satu kelas selanjutnya
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan kelas kontrol.
Alasan dipilihnya sekolah dengan level menengah dikarenakan pada level
ini kemampuan akademik siswanya heterogen, mulai dari yang terendah sampai
yang tertinggi terwakili. Menurut Darhim (2004) sekolah yang berasal dari level
tinggi (baik) cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu
terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan, demikian juga dengan
sekolah yang berasal dari level rendah (kurang) cenderung hasil belajarnya akan
kurang (jelek) dan kurangnya itu bisa terjadi bukan akibat kurang baiknya
pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, sekolah
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengunakan tiga macam instrumen untuk memperoleh data,
yang terdiri dari: (a) soal tes literasi matematis level 3, (b) soal tes literasi
matematis level 4, dan (c) skala self-esteem. Instrumen ini dikembangkan melalui
beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap konsultasi dan tahap uji
coba instrumen (untuk tes literasi matematis).
Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas
tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil
uji coba instrumen kemudian dianalisis menggunakan program komputer
Microsoft Excel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas berkenaan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Validitas butir soal
dihitung dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (X) dengan
Interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan patokan menurut
Tabel 3.1
Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien Validitas (rxy) Interpretasi
sangat baik (sangat tinggi)
baik (Tinggi)
cukup (Sedang)
rendah (jelek)
sangat rendah (sangat jelek)
Tidak valid
Berdasarkan hasil perhitungan, validitas butir soal dari soal uji coba
literasi matematis siswa di level 3 dan 4 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Validitas Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4
Jenis Tes No.
Soal
Koefisien
Korelasi Interpretasi Keterangan
Literasi Matematis
Setelah diperoleh nilai thitung maka, langkah selanjutnya adalah
menentukan ttabel dengan df = n – 2 = 31 – 2 = 29 dengan nilai df = 29 dan
pada nilai alpha sebesar 95% didapat nilai t(0,95;29) = 1,69
Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesis dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Jika thitung positif, dan thitung≥ ttabel, maka butir soal valid
2. Jika thitung negatif, dan thitung < ttabel, maka butir soal tidak valid
Berikut adalah perhitungan hasil uji validitas soal literasi matematis level 3
dan level 4:
Reliabilitas suatu alat evaluasi (tes) dikatakan reliabel jika hasil evaluasi
tersebut memberikan hasil yang tetap sama untuk subjek yang sama (konsisten),
kalaupun mengalami perubahan tetapi perubahan itu tidak signifikan
(Ruseffendi, 1991). Menghitung reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus
Keterangan: r11 = reliabilitas yang dicari
Sedangkan untuk menghitung varians tiap-tiap item digunakan rumus:
Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi
dapat digunakan tolak ukur yang dibuat J.P Guilford.
Tabel 3.4
Berdasarkan hasil perhitungan, reliabilitas dari soal uji coba literasi
Tabel 3.5
Data Hasil Uji Reliabilitas
Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4
Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Interpretasi Reliabilitas
Literasi Matematis Level 3 0,53 Sedang
Literasi Matematis Level 4 0,56 Sedang
3. Daya Pembeda.
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berada pada kelompok atas dengan siswa yang berada pada
kelompok bawah.
Bantuan program excel digunakan untuk menghitung daya pembeda,
sedangkan rumus yang digunakan adalah (Suherman, 2003: 160):
Dengan, = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar
= Jumlah siswa kelompok atas
Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan berdasarkan (Suherman,
2003:161) diuraikan pada Tabel di bawah ini:
Tabel 3.6
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi
Sangat baik Baik
Cukup Jelek Sangat jelek
(Suherman, 2003:161)
Hasil perhitungan daya pembeda untuk soal literasi matematis level 3 dan
Tabel 3.7
Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Literasi Matematis Level 3 dan Level 4
Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi Keterangan
Literasi Matematis
Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menunjukkan
tingkat kesukaran butir soal. Untuk menghitung indeks kesukaran digunakan
nilai rata-rata setiap butir dan nilai maksimum (SMI) dari setiap butir soal,
dengan menggunakan rumus berikut (Suherman, 2003: 170):
dengan, = Jumlah skor semua siswa kelompok atas
= Jumlah skor semua siswa kelompok bawah
= Jumlah siswa kelompok atas
Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan berdasarkan
Suherman (2003:170) yang diuraikan pada Tabel 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8
Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi
terlalu mudah 0,70 < IK < 1,00 mudah 0,30 < IK 0,70 sedang
(Suherman, 2003:170)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal tes yang telah
diujicobakan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.9
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap
sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang digunakan.
b. Membuat tabel skor tes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:
keterangan:
SPost = Skor Postes
SPre = Skor Pretes
Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:
Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g)
Besarnya g Interpretasi
g 0,3 Rendah
0,3 g 0,7 Sedang
g 0,7 Tinggi
(Hake, 2002)
Terlebih dahulu ditentukan normalitas dan homogenitas varians dengan
menggunakan SPSS versi 16.0 untuk menentukan uji statistik yang
digunakan. Analisa data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
pada data skor pretes, postes, dan gains pada kelompok eksperimen dan
kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-wilk dengan taraf
signifikansi 5%.
Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka
analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan
uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal,a tidak dilakukan uji homogenitas varians akan
tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji
non-parametrik).
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua
Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan taraf
signifikansi 5%.
c. Uji perbedaan
Uji perbedaan dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata-rata
atau rangking kedua sampel. Uji perbedaan dilakukan terhadap indeks
gains. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen
maka pengujiannya dilakukan dengan uji t. Adapun untuk data yang
berdistribusi normal akan tetapi tidak memiliki varians yang homogen
maka pengujiannya menggunakan uji t’. Sedangkan untuk data yang
tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik
non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney.
Gambar 3.1
Prosedur Pengolahan Data Tes
Uji t’
Uji t Normal
Uji Non-Parametrik
Mann-Whitney
Data Gain
tidak
Kesimpulan
tidak
ya ya
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap awal,
tahap eksperimen, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk
memudahkan dalam pelaksanaannya.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
Penyusunan Instrumen & Bahan Ajar Seminar Proposal & revisi Studi Kepustakaan M enyusun Proposal
Uji Instrumen
Revisi Instrumen
Pretes
Pembelajaran biasa (konvesional)
Pembelajaran dengan Pendekatan CRA
Postes
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan
literasi matematis level 3 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.
2. Peningkatan literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan
literasi matematis level 4 siswa yang memperoleh pendekatan konvensional.
3. Peningkatan self-esteem siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan CRA lebih baik daripada peningkatan self-esteem siswa yang
memperoleh pendekatan konvensional.
4. Tidak terdapat korelasi antara literasi matematis dan self-esteem siswa
tentang matematika.
B. Saran
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan hal-hal yang
bisa dijadikan pertimbangan. Penulis menyarankan hal-hal berikut ini:
1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA dapat meningkatkan
literasi matematis serta self-esteem siswa. Oleh karena itu pembelajaran
dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam
tujuan meningkatkan prestasi siswa khususnya literasi matematis.
2. Kemampuan matematis yang diteliti pada pembelajaran dengan
pendekatan CRA adalah literasi matematis level 3 dan level 4. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya meneliti kemampuan matematis dan aspek afektif yang
lainnya, sehingga ditemukan aspek kemampuan matematis dan aspek afektif
mana yang saling mendukung sehingga memudahkan untuk meningkatkan
3. Bahasan yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada materi bangun ruang sisi datar, oleh
karena itu perlu diadakan penelitian lanjutan pada jenjang dan pokok bahasan
matematika yang lain seperti pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Access Center Research Continuum. (2004). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach. [Online]. Tersedia: http://165.139.150.129/ intervention/ConcreteRepresentationalAbstractInstructionalApproach.pdf. [22 februari 2013].
Al Hadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self-esteem Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Arvianto, IR dkk. (2011). Prosiding Seminar Nasional Matematika: Penggunaaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dengan Pendekatan Instruksional CRA. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.
Echols, John M & Hassan, Shadily. (1983). Kamus Inggris-Indonesia (Cetakan XII). Jakarta: Gramedia.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. [1 April 2013].
Hasan, A. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ifdil. (2007). Self-esteem. [Online]. Tersedia: http://konselingindonesia.com/ index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=69. [22 februari 2013].
Kementerian Depdiknas P4TK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP Belajar dari PISA ddan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas.
Kusumah, Y. S. (2011). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA: Literasi Matematis. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika, Universitas Bandar Lampung.
Litbang. (2012). Survei Internasional Pisa. [Online]. Tersedia:
Martin, H. (2007). Mathematical Literacy. Journal of Principal Leadership, v7 n5 p28-31. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/ search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ 767854&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ767854. [2 April 2013].
Maryanti, E. (2012). Peningkatan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metacognitive Guidance. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.
NCES. (2012). Overview PISA. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/ surveys/pisa/. [19 Februari 2013].
NN. Comparing NAEP, TIMSS, and PISA in Mathematics and Science. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/pdf/naep_timss_pisa_comp.pdf. [21 februari 2013]
OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key competencies in Reading, Mathematics and Science. . [Online]. Tersedia http://www.oecd.org/ dataoecd/61/15/46241909.pdf [19 Februari 2013].
_____. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. [Online]. Tersedia:
http://www.oecd.org [19 Februari 2013].
_____. (2010). Draft PISA 2012 Assessment Framework. [Online]. Tersedia:
http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46961598.pdf. [19 Februari 2013].
Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able To Put The Mathematics article/download/1809/1788 [2 April 2013].
Riccomini, P.J. et al. (2008). Improving the Mathematics Instruction for Students With Emotional and Behavioral Disorders: Two Evidenced-Based Instructional Approaches. Improving The Mathematics Instruction.
Rohaeti, T. (2012). Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Esteem siswa Sekolah Menengah Atas. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, H. E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.
__________________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.
__________________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sembiring. (2012). Kontes Literasi Matematika untuk SMP/MTs Tingkat Nasional. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2012/04/kontes-literasi-matematika-untuk-smpmts-tingkat- nasional/ [21 februari 2013].
Suherman, E.. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA: FPMIPA UPI Bandung.
___________. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA: FPMIPA UPI Bandung.
Sulistyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
UNESCO Education Sector. (2004). The Plurality of Literacy and its implications
for Policies and Programs”: (Paris: United National Educational,
Scientific and Cultural Organization) hal.13. Tersedia:
Utari, R. (2007). Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self-Esteem Siswa Melalui Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/4980/1/ UPAYA_SEKOLAH_DALAM_PEMBENTUKAN_SELF_ESTEEM_SIS WA.pdf [21 Februari 2013].
Witzel, Bradley S. et al. (2008). Implementing CRA With Secondary Students With Learning Disabilities in Mathematics. Intervention in School and Clinic,Vol. 43(5), 270-276.
Yuliawaty, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan CRA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.