• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA(Kajian Pragmatik dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Bandar Lampung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA(Kajian Pragmatik dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Bandar Lampung)."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Bahasa Indonesia di SMP Bandar Lampung)

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

gelar Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Sumarti

NIM 1201101

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (S-3)

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)

oleh Sumarti

S.Pd. IKIP Bandung, 1993

M.Hum. Universitas Padjadjaran Bandung, 1998

Sebuah disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar doktor pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Sekolah Pascasajana UPI

© Sumarti 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Sumarti. 2015. Strategi Tindak Tutur Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa (Kajian Pragmatik dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP)

(5)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Sumarti. 2015. Teacher’s Directive Speech Act and Student’s Affective Color

Response (Pragmatic Study and Its Implication Toward Bahasa Indonesia Learning in Junior High School)

(6)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Disertasi ……….……… 12

BAB II. STRATEGITINDAK TUTUR DIREKTIF (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RESPONS EMOSI ATAU WARNA AFEKTIF... 14

A. Ihwal Pragmatik ... 15

1. Pengertian Pragmatik ... 15

2. Kompetensi Pragmatik ... 20

B. Tindak Tutur ... 23

1. Jenis Tindak Tutur ... 24

2. Jenis Tindak Tutur Direktif... 29

3. Strategi Tindak Tutur Direktif ... 31

C. Prinsip Percakapan ... 37

1. Prinsip Kerja Sama ... 38

(7)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Implikatur Percakapan ... 46

4. Konteks ... 48

D. Emosi (Warna Afektif)... 50

1. Pengertian Emosi (Warna Afektif) ... 50

2. Jenis Emosi (Warna Afektif)... 55

3. Fungsi Emosi ... 62

4. Pengukuran Emosi ... 65

E. Penelitian yang Relevan ... 67

F. Model Pembelajaran Sinektik ... 69

1. Pengantar... 69

2. Asumsi ... 70

3. Sintaks ... 73

BAB III. METODE PENELITIAN…..……… 76

A. Metode dan Desain Penelitian ... 76

B. Definisi Operasional ... 78

C. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 81

D. Paradigma Penelitian... 82

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 82

F. Instrumen Penelitian ... 86

1. Jenis Instrumen ... 86

2. Validasi Instrumen ... 95

a. Pedoman Observasi... 95

b. Angket ... 95

c. Rancangan Model Pembelajaran... 95

G. Teknik Analisis Data... 96

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 104

A. Fungsi Komunikasi dalam TDG ... 106

(8)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Tindak Tutur Menyuruh ... 106

b. Tindak Tutur Meminta ... 110

c. Tindak Tutur Melarang ... 115

d. Tindak Tutur Menyarankan... 120

e. Tindak Tutur Menanya ... 125

f. Tindak Tutur Mengajak ... 131

2. Pembahasan ... 136

B. Strategi Tindak Tutur Direktif Guru ... 138

1. Temuan Penelitian ... 138

a. Strategi Tindak Tutur Direktif Langsung... 139

b. Strategi Tindak Tutur Direktif Tidak Langsung ... 156

2. Pembahasan ... 176

C. Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Direktif Guru ... 178

1. Temuan Penelitian ... 178

a. Strategi Kesantunan Positif ... 179

b. Strategi Kesantunan Negatif ... 197

c. Realisasi Kesantunan Tindak Tutur Direktif Guru Menurut Perspektif Leech (1983) ... 204

d. Tindak Tutur Direktif Guru yang tidak Menggunakan Strategi Kesantunan... 212

2. Pembahasan ... 214

D. Respons Warna Afektif Siswa terhadap Strategi Tindak Tutur Direktif Guru ... 220

1. Temuan Penelitian ... 220

a. Respons Warna Afektif Positif Siswa terhadap STTDG .... 221

1) Respons Warna Afektif Gembira ... 223

2) Respons Warna Afektif Senang ... 224

3) Respons Warna Afektif Bangga ... 233

(9)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Respons Warna Afektif Negatif Siswa terhadap STTDG .... 235

1) Respons Warna Afektif Kesal ... 236

2) Respons Warna Afektif Takut ... 241

3) Respons Warna Afektif Malu... 242

2. Pembahasan ... 247

E. Implikasi STTDG yang Be-RWAPS dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP ... 254

1. Orientasi Model Pembelajaran ... 258

a. Rasionalisasi ... 258

b. Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Sinektik ... 265

c. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Sinektik... 267

d. Sintaks ... 268

e. Sistem Sosial ... 275

f. Sistem Pendukung ... 276

g. Prinsip Reaksi ... 276

h. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring ... 277

i. Evalusasi ... 278

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 279

3.Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis STTDG Be-RWAPS dengan Model Sinektik……… 289

a. Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Berbasis STTDG yang Be-RWAPS……….………..…….. 289

b. Data STTDG dan RWAPS pada Uji Validasi Empirik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Berbasis STTDG yang Be-RWAPS dengan Model Sinektik……… 296

c. Dokumentasi Uji Validasi Empirik Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis STTDG yang Be-RWAPS dengan Model Sinektik…… 317

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 324

A. Simpulan ... 324

(10)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 330

LAMPIRAN ... 339

(11)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai bagian awal disertasi ini, pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, cakupan penelitian, dan struktur organisasi disertasi. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan dapat dipahami ihwal isi laporan penelitian dalam disertasi ini.

A. Latar Belakang Penelitian

Guru sebagai pendidik yang profesional harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (UU No.14 Tahun 2005). Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki penguasaan materi pembelajaran, kurikulum, serta struktur dan metodologi keilmuannya. Di dalam kompetensi kepribadian, guru mampu dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik mensyaratkan guru agar memiliki pemahaman terhadap peserta didik, mengembangkan potensi peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, kompetensi sosial menghendaki guru mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar. Kompetensi ideal yang diharapkan itu akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional kita, seperti yang diamanatkan dalam UU No. 20 tahun 2003, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(12)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memengaruhi perilakunya (Zhang, 2007). Oleh karena itu, guru harus memperhatikan strategi bertutur karena jika strategi yang digunakan tidak tepat akan berdampak kepada emosi siswa yang berpengaruh pada perilakunya sehingga mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangs ung.

Setiap peserta didik memiliki kebutuhan defisiensi (Maslow dalam Slavin, 2011), yakni kebutuhan fisiologi, keselamatan, cinta, dan harga diri sebagai kebutuhan dasar yang harus terpuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan pertumbuhan peserta didik meliputi mengetahui dan memahami, estetika, serta aktualisasi diri. Para pendidik harus mengakui bahwa pembelajaran akan terganggu jika kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi dan kebutuhan defisiensi terpenting adalah cinta dan harga diri (Slavin, 2011). Peserta didik yang merasa tidak dicintai dan tidak dihargai, padahal mereka mampu, tidak akan mungkin memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dalam kebutuhan pertumbuhan (Stipek, 2001). Pendidik yang dapat menenangkan peserta didiknya dan membuat mereka merasa diterima dan dihargai sebagai individu akan membantu peserta didik untuk gemar belajar dan bersedia bersikap kreatif dalam rangka mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan defisiensi peserta didik dapat dipenuhi dengan upaya guru melalui bertutur yang baik sehingga memotivasi mereka untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya. Oleh karena itu, guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik dengan bertutur yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya (Ormrod, 2009).

Hal senada pun diungkapkan Fried (2011) dalam penelitiannya bahwa dalam pembelajaran, emosi banyak memengaruhi proses belajar kognitif, motivasi, dan interaksi kelas. Emosi dapat meningkatkan proses kognitif sehingga ia dipandang sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.

(13)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

emosi. Guru harus memahami situasi yang dapat membuat peserta didik merasa marah, frustrasi, takut dan sedih. Melalui tuturan yang baik dan efektif guru harus menjaga emosi siswa agar selalu positif, yakni senang, gembira, dan semangat dalam belajar. Besarnya peran profesi guru dalam mendidik dan membentuk generasi bangsa yang berkualitas, tentunya tidak bisa dilakukan secara “sembarangan” atau oleh “sembarang” orang (Susilowati, 2013). Guru harus menjadi pribadi yang berkualitas, baik dari segi intelektual maupun kepribadian.

Berkaitan dengan makna “guru yang berkualitas”, pada umumnya guru yang berkualitas diartikan sebagai guru yang mengajarnya dimengerti, wawasan keilmuannya luas, memiliki suri tauladan bagi pendidikan moral muridnya, dan punya keinginan untuk meng-up grade dirinya, serta punya semangat untuk melakukan perbaikan dan perkembangan secara progresif bagi dunia pendidikan. Figur guru seperti ini terasa semakin sulit ditemui.Sulitnya menemukan sosok guru ideal yang berkualitas ditunjukkan dengan banyaknya fakta mengenai kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap murid-muridnya di negeri ini. Kekerasan yang berkaitan dengan aktivitas mendidik, yang oleh Charters (Susilowati, 2013) diartikan sebagai tindakan keras (baik fisik maupun nonfisik) guru terhadap siswanya dengan alasan pendisiplinan atau pendidikan yang menimbulkan luka fisik maupun psikis.

Berdasarkan definisi kekerasan tersebut, jenis kekerasan dibagi menjadi dua macam, yaitu kekerasan fisik dan nonfisik (Susilowati, 2013). Contoh kekerasan fisik, seperti penghukuman, penganiayaan, pemukulan, pemerkosaan, sedangkan kekerasan nonfisik meliputi verbal dan psikis. Contoh kekerasan nonfisik verbal ialah memaki, membentak, menghina. Contoh kekerasan nonfisik psikis, seperti memandang sinis, merendahkan, mengucilkan, mengabaikan, dan mempermalukan.

(14)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menjadi pendiam atau penyendiri, minder dan canggung dalam bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar, seperti yang terjadi pada 06 November 2013 (Tribun—Lampung) seorang wali murid melaporkan ada wali kelas yang selalu berkata kasar kepada anaknya sehingga anaknya menjadi takut dan malas ke sekolah.

Selanjutnya, kasus bullying yang lebih parah dapat mengakibatkan peserta didik bunuh diri. Kasus ini telah terjadi di Lampung, pada 10 November 2013 (Radar TV), seorang anak laki-laki kelas VI sekolah dasar bunuh diri karena malu terhadap teman-temannya, karena gurunya berkata “Kalau kamu nakal terus, nanti diturunkan ke kelas V”, ia pulang ke rumah sebelum jam pelajaran berakhir karena malu dan mengadu kepada orang tuanya. Pada sore harinya, orang tua tersebut telah mendapatkan putranya gantung diri di pohon belakang rumah. Sungguh sebuah tragedi yang memilukan. Dengan demikian, guru diharapkan menggunakan strategi bertutur yang efektif agar tidak berdampak negatif pada peserta didik. Apalagi tuturan yang dianggap bullying harus dihindari karena akan menghancurkan masa depan peserta didik. Untuk itu, penting dilakukan kajian tentang bagaimana strategi tuturan direktif guru dalam pembelajaran yang dapat berdampak pada emosi peserta didik.

Sesungguhnya, kajian tuturan direktif guru sudah banyak dilakukan, seperti Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiah Kabupaten Banyumas (Widyaningrum, 2011), Tindak Tutur Direktif Guru SMA Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar di Kelas (Mulyani, 2011), dan Analisis Tindak Tutur Direktif Guru pada Pembelajaran Biologi Kelas VIII B MTs. 1 Muhammadiyah Malang (Budiarti, 2013). Ketiga kajian dalam penelitian tersebut secara deskriptif memerikan bentuk tuturan direktif guru sebagai penutur.

(15)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

peneliti, kajian salah satu fungsi komunikatif tuturan direktif, yakni meminta yang melibatkan penutur dan mitra tutur baru dilakukan oleh Zhang (2007) dalam jurnalnya yang berjudul ” Teacher Request Politeness: Effects on Student Positive Emotions and Compliance Intention”. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa tuturan permintaan guru yang santun berdampak pada emosi positif dan kepatuhan siswa. Dengan demikian, strategi kesantunan dalam bertutur permintaan hendaknya diketahui guru agar siswa dapat berperilaku patuh dan mempunyai emosi positif seperti berbahagia melakukan permintaan guru tersebut.

Para cendekiawan telah banyak meneliti aktivitas tindak tutur direktif dari perspektif kesopanan (Brown & Levinson, 1978, 1987; Holtgrave & Yang, 1990, 1992). Teori implisit mengenai tindak tutur direktif, seperti meminta (Kim & Wilson, 1994) beserta strategi dan pengaruhnya secara kontekstual (Holtgraves & Yang, 1990, 1992; Meyer, 2001, 2002). Akan tetapi, penelitian yang mendominasi mengenai tindak tutur direktif beserta realisasinya memfokuskan pada pilihan-pilihan pesan, strategi-strategi, dan pengaruh-pengaruh kontekstual (misalnya kekuatan, ketertutupan hubungan, dan pemaksaan) terhadap pemilihan-pemilihan pesan dalam hubungan-hubungan interpersonal (Brown & Levinson, 1987; Holtgraves & Yang, 1992).

Perhatian yang relatif kurang adalah pada efek-efek pesan terhadap penerima, terutama reaksi dan respons mereka (Grant, King & Behnke, 1994, Zhang, 2007). Penelitian ini dirancang untuk memerikan efek-efek pesan terhadap pendengar dalam konteks-konteks instruksional, khususnya efek-efek dari strategi tuturan direktif guru terhadap emosi siswa. Dengan demikian, masih sangat diperlukan kajian empiris tuturan direktif guru dalam pembelajaran untuk berbagai fungsi komunikasi yang lain, seperti memerintah, menyarankan, dan menanya.

Berdasarkan pandangan Searle (1979:14), jenis tindak tutur direktif meliputi fungsi komunikasi ask ’menanya’, order ’memesan’, command ’menyuruh’, request ’meminta’, plead ’memohon’, pray ’berdoa’, invite ’mengundang’, permit

’mengizinkan’, dan advise ’menyarankan’. Untuk memperoleh data penelitian yang

(16)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

komunikasi tuturan direktif tertentu, tetapi membuka peluang seluruh fungsi komunikasi tuturan direktif yang muncul secara empiris di lapangan.

Adapun kajian yang berfokus pada strategi yang digunakan telah dilakukan Flor dan Usqun (2005:175) dalam tindak tutur memberi saran. Dia mengidentifikasi strategi tuturan memberi saran, yang meliputi tipe langsung, tidak langsung, dan bentuk konvensional. Setiap tipe tersebut terdiri atas beberapa strategi tuturan, misalnya untuk tipe langsung, bisa menggunakan strategi verba performatif, imperatif, dan imperatif negatif. Semua strategi tersebut tentu saja sangat bergantung pada konteks berbahasa. Demikian halnya, dalam konteks pembelajaran, peneliti berupaya memerikan setiap strategi tindak tutur direktif yang digunakan guru serta dampaknya terhadap emosi peserta didik. Dalam tuturan yang berbeda, yakni menolak, Aziz (2000) mengidentifikasi strategi menolak dari berbagai etnis penutur di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Minang, dan Batak dengan judul “Ralisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspekstif Kesantunan Bahasa, Hasil penelitian menunjukkan beragam strategi penolakan berdasarkan etnis tersebut.

Kajian pragmatik tentang tindak tutur direktif telah banyak dilakukan para pakar dari perspektif kesantunan (Brown & Levinson, 1978, 1987; Holtgrave & Yang, 1990, 1992) dan menyelidiki strategi-strategi tindak tutur direktif dan pengaruh-pengaruh kontekstual (Holtgraves & Yang, 1990, 1992; Meyer, 2001, 2002). Menurut teori kesantunan Brown dan Levinson (1987), tindak tutur direktif bersifat memaksa karena mengganggu kebebasan bertindak dari mitra tutur (Holtgraves & Yang, 1990; Kim & Wilson, 1994).

Perhatian yang relatif kurang pada efek-efek tuturan terhadap mitra tutur, terutama reaksi dan respons mereka (Grant, King & Behnke, 1994). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memerikan efek-efek tuturan direktif guru berupa respons warna afektif siswa dalam konteks pembelajaran.

(17)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bergantung pada lingkungan. Santrock (2012) dan Muhibbin Syah (2011) menyebut fase usia anak SMP ini sebagai masa remaja (adolescence) Masa remaja ini bermula pada usia 12 tahun sampai 21 tahun yang awalnya ditandai dengan perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis). Oleh karena itu, fase perkembangan peserta didik usia SMP (12—15 tahun) diasumsikan telah mampu mengekspresikan perasaannya terutama ketika mendengar tuturan direktif guru. .

Respons warna afektif terhadap strategi tuturan guru akan sangat kentara pada perilaku peserta didik di usia ini karena mereka cenderung bersikap terbuka dan tidak bersandiwara.

Berdasarkan pengamatan, guru banyak menggunakan tindak tutur direktif dalam pembelajaran, seperti memerintah, meminta, melarang, menyarankan, atau mengajak. Hakikat tindak tutur direktif ini adalah penutur menghendaki mitra tutur melakukan tindakan tertentu. Tentu saja tindak tutur ini berisiko dipatuhi atau tidak oleh mitra tutur. Oleh karena itu, diperlukan strategi bertutur yang efektif dan komunikatif.

(18)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Respons warna afektif positif siswa terbukti dapat memicu kepatuhan siswa terhadap tuturan meminta guru (Zhang, 2007) dan sebaliknya respons warna afektif negatif siswa membuat mereka tidak patuh. Apalagi jika tuturan guru menimbulkan efek emosi negatif pada siswa, seperti malu atau takut yang dapat memicu perilaku buruk, seperti tidak mau berangkat sekolah, benci kepada guru, atau bahkan ada yang sampai bunuh diri (Tribun, 2013). Oleh karena itu, diperlukan kajian yang mendalam bagaimana STTDG yang berdampak pada RWAPS sehingga siswa merasa dihargai dan dicintai. Penghargaan dan cinta yang dirasakan siswa dari guru yang mengajarnya dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan mereka, yakni kompetensi pengetahuan, pemahaman, dan aktualisasi diri sehingga berkembang secara optimal.

Selanjutnya, temuan penelitian yang mengkaji STTDG be-RWAPS ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dengan menggunakan sebuah model yang berorientasi pada tuturan guru untuk dapat mengondisikan siswa belajar aktif dan kreatif. Dengan demikian, kajian pragmatik terhadap STTDG dalam penelitian ini dapat bermakna bagi pendidikan secara langsung.

(19)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, orientasi strategi bertutur guru yang efektif akan memunculkan kreativitas dan produktivitas gagasan siswa (Joyce, 2011). Inilah yang menjadi hakikat model pembelajaran sinektik yang digagas William Gordon (Joyce, 1978). Untuk itulah, kajian empiris tentang STTDG yang be-RWAPS diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis temuan, yakni STTDG be-RWAPS sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah penelitian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimanakah stategi tuturan direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan respons warna afektif siswa terhadapnya serta implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP? Pertanyaan utama ini dapat diuraikan ke dalam subpertanyaan sebagai berikut.

1) Apa sajakah fungsi komunikasi dalam tuturan direktif guru dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP?

2) Bagaimanakah realisasi atau strategi tindak tutur direktif guru dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP?

3) Bagaimanakah strategi kesantunan bertutur direktif guru dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP?

4) Bagaimanakah respons warna afektif siswa terhadap strategi tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP?

5) Bagaimanakah implikasi strategi tindak tutur direktif guru dan respons warna afektif siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP?

(20)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan STTDG dan RWAS serta mengimplikasikannya dalam sebuah model pembelajaran berbasis STTDG be-RWAPS. Tujuan umum ini merupakan inti dari keseluruhan tujuan khusus berikut ini.

1) Mengidentifikasi fungsi komunikasi dalam tuturan direktif guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

2) Memerikan strategi tuturan direktif guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

3) Memerikan strategi kesantunan berbahasa dalam tindak tutur direktif

guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

4) Memerikan respons warna afektif siswa terhadap strategi tindak tutur

direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.

5) Mendeskripsikan implikasi strategi tindak tutur direktif guru dan

respons warna afektif positif siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Sumber data penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia di SMP yang berasal dari berbagai suku, bahasa, dan sekolah yang berbeda. Hal ini diasumsikan menghasilkan variasi tuturan yang kompleks dan menarik untuk diperikan.

2) Data penelitian berupa tindak tutur guru yang teridentifikasi sebagai

tindak tutur direktif. Setiap fungsi komunikasi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat TTDG) diamanati dan dikaji, seperti fungsi tuturan memerintah, menyarankan, melarang, meminta, dan sebagainya (Searle, 1979:14).

(21)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ada yang berifat positif, seperti senang, suka, dan bangga, serta emosi yang bersifat negatif, seperti takut, malu, dan kesal. Emosi ini melatari perilaku yang dilakukan siswa. Dalam hubungannya dengan tuturan direktif guru , perilaku siswa yang dapat terlihat ialah patuh, tidak mengindahkan atau tidak memerdulikan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil atau temuan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dan

praktis, seperti yang diuraikan berikut ini.

Secara umum, manfaat teoretis temuan penelitian ini adalah menambah referensi penelitian di bidang pragmatik, khususnya kajian tindak tutur direktif dan memberikan sumbangan pada para peneliti selanjutnya yang berminat pada kajian pragmatik untuk melakukan pengembangan temuan penelitian.

Secara khusus, manfaat teoretis temuan penelitian ini adalah menghasilkan teori bahwa STTDG yang dapat memunculkan RWAPS meliputi strategi langsung, strategi kesantunan (positif dan negatif), serta strategi tidak langsung. Selanjutnya, manfaat praktis temuan penelitian ini ialah memberi pengetahuan kepada peneliti dan guru bahwa STTDG akan memunculkan RWAS, baik positif maupun negatif yang akan berpengaruh pada perilaku siswa (senang atau tidak senang) mengikuti proses pembelajaran. Adapun manfaat praktis secara khusus temuan penelitian ini ditujukan bagi peneliti, guru, dan siswa seperti yang dipaparkan berikut ini.

Peneliti beroleh pengetahuan teoretis yang berkaitan dengan pragmatik, sosiolinguistik, dan psikolinguistik serta beroleh pengalaman tentang strategi tuturan direktif guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

(22)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memberikan alternatif model pembelajaran yang berorientasi pada tuturan direktif guru yang efektif sehingga pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Peserta didik beroleh pengalaman baru, yakni adanya perhatian guru terhadap perasaan mereka dalam pembelajaran, terutama ketika diperintah, diminta, atau diberi saran oleh guru, belajar dengan situasi dan kondisi yang menyenangkan sehingga potensi dan kreativitas siswa optimal berkembang, memberikan semangat belajar dalam mengembangkan kreativitas mereka tanpa takut, malu, atau ragu-ragu; serta beroleh pengalaman belajar Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran yang berbasis STTDG-RWAPS.

Bagi satuan pendidikan (Lembaga Sekolah), temuan penelitian ini memberi masukan tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yang berorientasi pada kompetensi sosial guru dalam bertutur kepada siswa, memberi kontribusi peningkatan proses pembelajaran melalui strategi bertutur guru yang berdampak pada emosi dan perilaku positif siswa, serta menjadi masukan untuk membina dan melatih guru dalam kompetensi sosial bertutur dengan siswa.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini diorganisasikan ke dalam lima bab. Bab I berisi sejumlah landasan pelaksanaan penelitian yang meliputi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi disertasi.

(23)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bab III berisi metodologi penelitian yang meliputi desain atau rancangan penelitian, metode penelitian, paradigma penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian.

Bab IV berisi temuan dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini data strategi tindak tutur direktif guru, meliputi fungsi komunikasi, realisasi tindak tutur direktif guru, strategi kesantunan tindak tutur direktif guru, dan respons warna afektif siswa terhadap strategi tindak tutur direktif guru tersebut dianalisis dan dibahas. Selanjutnya, temuan penelitian tersebut diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dengan disusunnya sebuah model pembelajaran berbasis STTDG-RWAPS melalui model sinektik. Untuk memperoleh gambaran dilakukan uji validitas empiris model tersebut di dua sekolah dan dianalisis secara kualitatif.

(24)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasar pada permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu, penulis berupaya menjawab pertanyaan permasalahan tersebut dengan menyusun metode penelitian yang meliputi metode dan desain penelitian, definisi operasional, tempat sumber data dan waktu penelitian, paradigma penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian yang dipaparkan berikut ini.

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis. Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons warna afektif siswa (selanjutnya disingkat RWAS) terhadap tuturan tersebut secara alami berdasarkan fenomena yang terjadi. Sejalan dengan fungsi metode fenomenologis yang digunakan untuk mengungkap konsep atau fenomena yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dalam situasi yang alami atau natural. Secara konseptual, metode fenomenologis (Cresswell, 1998:51) adalah studi yang menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang konsep atau fenomena. Fenomena yang menjadi fokus dalam penelitian ini ialah tindak tutur direktif guru terhadap siswa. Dalam hal ini, peneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam merealisasikan tindak tutur direktif guru kepada siswa. Setelah itu, diidentifikasi respon warna afektif atau emosi siswa terhadap STTDG tersebut.

(25)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

itu, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif (McMillan, 2008; Sugiyono, 2012; Sukmadinata, 2012).

Penelitian kualitatif ditujukan untuk mamahami fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan (Sukmadinata, 2012). Partisipan dalam penelitian ini ialah guru dan siswa, mereka diobservasi dan diajak berwawancara. Adapun yang diobservasi adalah tuturan guru dan perilaku peserta didik sebagai respons warna afektif atau emosi mereka terhadap tuturan gugu tersebut. Setelah pembelajaran, peneliti melakukan wawancara untuk pengecekan dan klarifikasi terhadap data yang teramati. Mengingat karakteristik penelitian kualitatif adalah naturalistik, induktif, holistik, maka pemerian data berdasarkan perspektif partisipan, kontekstual, dan emik perspektif (Fraenkel, dkk, 2012).

Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual, dan cermat (Iqbal, 2002). Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Selain itu, penelitian ini menekankan kepada kepercayaan terhadap apa yang dilihat dan didengar sehingga bersifat netral (Iqbal, 2002).

Temuan dalam penelitian kualitatif ini kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model sinektik (Joyce, dkk. 2012: 243). Mengapa model ini yang dipilih? Model pembelajaran ini menuntut strategi berpikir kreatif siswa melalui analogi yang dikondisikan oleh guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk bertutur direktif yang dapat menimbulkan respons warna afektif positif pada positif siswa sehingga dapat membangkitkan kreativitas berpikir mereka.

(26)

unsur-Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Ketiga asumsi tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran dengan aktivitas metafora yang dikondisikan guru dengan tuturan direktifnya. Strategi sinektik menggunakan aktivitas metafora untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan peserta didik melalui tiga analogi, yaitu analogi personal (personal analogy), analogi langsung (direct analogy), dan konflik padat (compressed conflict). Adapun model sinektik ini akan diterapkan dalam pembelajaran menulis dengan sintaks yang tertera dalam instrumen penelitian.

B. Definisi Operasional

Untuk kejelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam judul penelitian ini, berikut penulis uraikan definisi operasional yang menjadi variabel penelitian.

1. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba-aba. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut.

2. Fungsi komunikasi dalam tindak tutur direktif adalah maksud yang terkandung dalam setiap tuturan direktif, seperti meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang,dan memberi aba-aba.

(27)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

oleh mitra tutur (peserta didik), meliputi tindak tutur langsung (direct) dan tindak tutur tidak langsung (indirect). Strategi langsung dan tidak langsungnya tuturan berkaitan dengan kesesuaian antara struktur tuturan dengan fungsi tuturan. Yule (1996:95) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk struktur, yaitu deklaratif, imperative, dan interogatif (Wijana menyebutnya dengan modus, 1996) dan tiga fungsi komunikasi umum, yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintah/permohonan. Apabila ada hubungan langsung antara struktur/modus dengan fungsi komunikasi, maka terdapat tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan antara struktur dan fungsi komunikasi, maka terjadilah tindak tutur tidak langsung. Adapun strategi setiap tipe tersebut sangat bergantung pada peristiwa tutur beserta konteksnya. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan strategi apa saja yang ada dalam tuturan direktif guru di dalam kelas ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Adapun tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah tuturan guru dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kata-kata tertentu (Searle, 1979:14), seperti ask, order, command, request, beg, plead, pray, entreat, invite, permit, dan advise. Contoh tuturan:

(1) Guru : “Ketua kelas, coba nyalakan LCD!

Tuturan (1) berbentuk imperatif dengan maksud memerintah. Hal ini dipahami dari konteks tuturan yang diucapkan guru ketika baru masuk kelas hendak memproyeksikan slide (PPt) dari laptopnya ke LCD. Dengan meminta bantuan ketua kelas, guru memerintahnya untuk menyalakan LCD. Artinya guru bermaksud menyuruh ketua kelas untuk menyalakan LCD dengan menggunakan kalaimat imperative (perintah). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru bertutur direktif secara langsung. Berbeda halnya dengan tuturan berikut yang berupa tuturan interogatif dengan maksud memerintah.

(28)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tuturan (2) diucapkan guru ketika masuk kelas pada pukul 10.30 dan cuaca panas terik matahari., baru lima belas menit di ruangan, tiba-tiba dia menatakan itu. Kalimat dalam tuturan (2) berebtuk interogatif, tetapi maksud tuturan tersebut bukan meminta jawaban ya atau tidaknya cuaca panas saat itu. Maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah meminta siswanya untuk membuka pintu atau menyalakan kipas angin/AC agar tidak panas. Oleh karena itu, tuturan (2) dapat dikatakan sebagai tuturan direktif tidak langsung karena bentuk tuturan berbeda dengan maksud tuturannya. Bentuknya berupa kalimat interogatif, sedangkan maksudnya bukan bertanya, melainkan meminta sesuatu, yakni menyalakan kipas angin/AC atau membuka pintu agar udara tidak terasa panas.

4. Warna afektif atau emosi siswa sebagai respons siswa terhadap STTDG

(29)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP adalah kaitan antara hasil penelitian berupa STTDG yang menimbulkan RWAPS terhadap keefektifan pembelajaran. Hasil penelitian ini akan diimplementasikan dalam sebuah desain model pembelajaran yang efektif, yakni model sinektik yang berbasis STTDG-RWAPS.

C. Tempat, Sumber Data, dan Waktu Penelitian

Tempat pengambilan data dilakukan di Bandar Lampung, tepatnya di sekolah menengah pertama, baik negeri maupun swasta, yakni SMPN 22 Bandar Lampung dan SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka pengambilan sampel secara purposif. Artinya, sampel atau dalam hal ini diistilahkan sumber data dipilih karena dianggap kaya dengan informasi tentang fenomena yang diteliti (Sukmadinata, 2012:101).

Adapun data penelitian ini adalah semua strategi tindak tutur guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama. Adapun yang dijadikan objek penelitian adalah proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII, IX SMP dengan asumsi bahwa secara psikologis, siswa SMP termasuk dalam fase remaja (Santrock, 2001) yang cenderung sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, baik positif maupun negatif. Dengan begitu, pengaruh strategi tuturan yang digunakan guru akan sangat terlihat dengan jelas.

Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian terdiri atas sekolah negeri dan sekolah berbasis agama. Kedua kluster sekolah tersebut diasumsikan representatif untuk lingkungan belajar yang beragam. Dengan demikian, data penelitian yang diperoleh pun variatif.

(30)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dari suku bangsa yang berbeda agar tuturah direktif lebih variatif. Waktu peneli- tian dimulai April 2014 sampai Januari 2015.

D. Paradigma Penelitian

Berdasarkan paparan terdahulu, penelitian ini dapat dibagankan paradigmanya sebagai berikut.

Masalah Formulasi outcame & output

1. tuntutan kompetensi

profesional guru 1.Fungsi Komunikasi formulasi STTDG TDG strategi tindak tutur 2. kebutuhan defisiensi 2. Realisasi STTDG direktif guru dan (fisiologi, keselamatan, warna afektif positif cinta, dan harga diri) 3. Realisasi Bertutur siswa (RWAP) sebagai kebutuhan Santun TDG

dasar peserta didik

4. Respons Warna 3. tuturan berdampak Afektif Siswa psikologis berupa (RWAP dan RWAN) emosi (warna afektif)

positif dan negatif

pada mitra tutur pembelajaran B. Ind. berbasis STTDG yg 4. model pembelajaran be-RWAPS dengan yang efektif dan model sinektik menyenangkan

Bagan 3.1

(31)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak Teknik simak ini identik dengan teknik observasi yang biasa dilakukan dalam setiap penelitian. Adapun dasar dari teknik simak ini ialah teknik sadap yang dilanjutkan dengan teknik rekam audio visual. Teknik ini dilakukan sampai peneliti memperoleh data yang cukup. Peneliti berada dalam satu tempat dengan objek yang diteliti, yakni berada di ruang kelas dengan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan berada di luar kelas dengan siswa pada saat jam istirahat sekolah. Peneliti melakukan pengamatan secara intensif kepada para responden agar mendapat data empiris tindak tutur direktif guru serta respons emosi atau warna afektif siswa terhadap tuturan tersebut.

(32)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian tidak saja bergantung pada pertanyaan penelitian, melainkan juga pada situasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan. Merekam gambar atau memvideo situasi penelitian sulit dilaksanakan karena kelemahan merekam atau memvideo adalah kecenderungan tergangunya suasana sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam karena perilakunya terdokumentasikan. Responden merasa tidak aman, dan kepentingannya terancam oleh kegiatan observasi (2002: 155).

Oleh karena itu, peneliti memiliki catatan observasi atau catatan lapangan serinci, selengkap, sekonkret, dan sekronologis mungkin. Data dalam penelitian ini data yang kaya atau melimpah merujuk pada data yang rinci, lengkap, dan beragam sehingga mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Data yang diperoleh tidak sekadar berupa catatan kesimpulan, melainkan juga ada transkripsinya yang lengkap kata perkata, sehingga terasa visualisasi dari kejadian atau proses yang diobservasi.

Untuk menganalisis data, peneliti membaca ulang transkripsi itu kemudian menandai pernyataan yang penting untuk dijadikan analisis data. Ketika mencatat, peneliti setiap harinya berpindah tempat duduk sehingga objek penelitian berbeda setiap harinya. Oleh karena itu pulalah, peneliti tidak menggunakan teknik merekam atau video karena menjadi tidak efektif.

Catatan lapangan terdiri atas dua bagian, yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya. Sementara itu, catatan reflektif adalah catatan yang berupa komentar/penafsiran peneliti terhadap peristiwa tutur yang diamati.

(33)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Rancangan Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

No. Nama Data Jenis Data Sumber Data Teknik Instrumen

Kualitatif Dua pakar Deskriptif Observasi dan Angket

Kualitatif Tiga pakar Deskriptif Angket

(34)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rancangan dalam teknik pengumpulan data yang telah diungkapkan terdahulu. Sebagai persiapan telah dirancang instrumen penelitian seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Jenis Instrumen

a. Catatan Lapangan

Format catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data dengan teknik simak dan pencatatan. Teknik simak ini dapat disejajarkan dengan teknik observasi. Peneliti berada di kelas untuk mencatat seluruh tindak tutur direktif guru serta respon emosi siswa terhadap tuturan tersebut. Catatan lapangan ini meliputi (a) catatan deskriptif dan (b) catatan reflektif.

Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya. Tuturan yang dijadikan data dalam penelitian ini ialah tuturan direktif guru serta respons siswa terhadap tutran tersebut. Respons siswa ini difokuskan pada respon warna afektif atau emosi yang dapat diketahui secra verbal dan nonverbal. Penjelasan konteks dan respons nonverbal siswa ditulis terapit kurung.

Catatan reflektif adalah catatan yang berupa komentar atau penafsiran peneliti terhadap peristiwa tutur yang diamati. Dalam catatan ini, peneliti mengidentifikasi dan menentukan jenis tuturan secara fungsi dan strateginya. Catatan ini digunakan sebagai pedoman peneliti dalam klasifikasi data tuturan beserta karakteristik analisis yang telah ditentukan dalam permasalahan penelitan.

b. Daftar Pertanyaan

(35)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya teknik angket ini, data respons emosi siswa dapat tergali lebih komprehensif, di samping data yang diperoleh melalui teknik simak dan rekam.

Adapun kisi-kisi angket ini berdasarkan rumusan masalah penelitian yang eliputi aspek fungsi komunikasi, realisasi tindak tutur direktif, dan realisasi kesantunan berbahasa. Jumlah pertanyaan berdasarkan ketiga aspek tersebut adalah enam puluh soal. Berikut kisi-kisi yang telah disusun.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Terbuka

Strategi Tuturan Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa

(36)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1. Fungsi Komunikasi

Tindak Tutur Direktif

Guru

1.1 verba penanda tindak tutur memerintah: verba dasar, berpartikel –lah, bermodalitas harus

1.2 penanda tindak tutur meminta: coba, tolong, harap

1.3 penanda tindak tutur melarang: jangan

1.4 penanda tindak tutur menyarankan: sebaiknya, hendaknya

1.5 penanda tindak tutur menanya: intonasi tanya, kata tanya

2.2 tipe tuturan tidak langsung/indirect

(37)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 4. Realisasi Bertutur

Santun (Kesantunan

Berbahasa)

4.1 Kesantunan Positif

4.2 Kesantunan Negatif

2, 3, 8, 9, 12, 14,

20, 21, 23, 24, 25,

27. 28, 32, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50,

51, 52, 55, 57, 58,

59, 60

4, 5, 6, 7, 10, 11,

13, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 26, 29, 30,

31, 33, 34,35, 39, 46, 53, 54, 56

34

26 60

c. Rancangan Pembelajaran

(38)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tahap Kegiatan Pembelajaran

Tahap Model

Sinektik Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

STTDG RWAPS (*)

Komentar dan Saran

Kegiatan Awal Tahap Persiapan

Melakukan apersepsi dengan bertanya jawab dan mengingatkan siswa agar menghubungkannya dengan materi yang sudah dikuasai sebelumnya

Menjawab pertanyaan guru dengan mengingat kembali dan

menghubungkan dengan materi yang sudah dipelajari dan dikuasai

sebelumnya Menyampaikan kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran

Menyimak dan memperhatikan kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

Menjelaskan dan bertanya jawab dengan mahasiswa tentang langkah-langkah pembelajaran dan

mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan

Memperhtikan dan bertanya jawab tentang langkah- langkah

(39)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Melakukan

topik membedah katak (memberikan pengetahuan secara utuh tentang konsep membedah katak yang pernah dilakukan sisiwa di laboratorium dalam pelajaran IPA)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan tentang topik membedah katak

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan topik baru tersebut

Mendaftarkan langkah-langkah dalam prosedur membedah katak (topik familiar) dengan membedah rumah (topik yang relatif baru)

Meminta siswa membuat kalimat sendiri berdasarkan langkah-langkah prosedur membedah katak

tayangan berdasarkan rambu-rambu yang diberikan guru dan

menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Menyimak dan memahami topik struktur teks prosedur. dalam prosedur membedah katak

(40)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Praktik

dalam prosedur membedah katak

Membimbing siswa membuat kalimat sendiri dan mengedit kesalahan berbahasa mereka

Meminta siswa menyusun kerangka teks prosedur membdah rumah berdasarkan kerangka langkah-langkah dalam prosedur membedah katak

Meminta siswa menggambarkan ketidakparalelan analogi-analogi yang telah dibuat dalam sebuah paragraf dingkat.

prosedur membedah katak

Mengedit kesalahan berbahasa pada kalimat yang telah disusun secara berurutan dan logis tersebut.

Menysun kerangka teks prosedur tentang membedah rumah secara berkelompok (satu kelompok dua orang siswa).

Menggambarkan ketidakparalelan hubungan analogi-analogi yang telah dibuat dalam sebuah paragraf

(41)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tahap Kelima

apa saja perbedaan antaranalogi yang telah digambarkan tersebut

mengeksplorasi analogi langsung dan mengekplorasi persamaan dan

perbedaan

Meminta siswa menulis teks prosedur secara lengkap bagaimana prosedur membedah rumah

antaranalogi yang telah dibuat

Membuat perbandingan antara topik „membedah katak „ dan „membedah rumah‟

Mengidentifikasi seluruh persamaan dan perbedaan antara topik yang baru dan topik lama

Menulis karangan teks prosedur secara lengkap tentang membedah rumah berdasarkan hubungan analogi antara membedah katak dan

(42)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengeksplorasi persamaan dan perbedaan)

kegiatan

c) menghindari kata „kamu‟

d) menerima dan menerapkan sikap „saling‟ e) mengupaya-

kan kesepa-

katan.

Kegiatan Akhir

1. Refleksi

2. Menyimpulkn

Tahap Evaluasi Memfasilitasi siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan

Menyimpulkan pembelajaran bersama siswa

Melakukan refleksi dibimbing oleh guru

Menyimpulkan secara deduktif materi pembelajaran bersama guru

(g) Sapaan halus (h) Melibatkan pn

dan pt dalam kegiatan

(i) Menghindari kata „saya‟

(43)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(l) Mengupayakan kesepakatan (g) Kata berpagar

3. Memberikan penguatan

4. Tes Akhir

Tahap Ekspansi Memberikan tugas kepada siswa untuk menulis topik yang lain

Menyimak tugas yang diberikan guru, yakni menulis dengan topik yang lain

Memfasilitasi siswa melakukan tes akhir (presentasi hasil tulisan berupa teks prosedur membedah rumah)

Melaksanakan tes akhir berupa presentasi hasil menulis teks prosedur dengan topik membedah rumah

Keterangan

STTDG : Strategi Tindak Tutur Direktif Guru RWAPS : Respons Warna Afektif Positif Siswa

(44)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Validasi Instrumen Penelitian

Setiap jenis instrumen penelitian ini dilakukan validasi atau penilaian pakar sesuai dengan bidang ilmu terkait intrumen tersebut.

1. Pedoman Lembar Pengamatan

Untuk mendapatkan data STTDG yang valid dan reliabel, pedoman lembar observasi ditimbang oleh pakar pragmatik yang terdiri atas tiga orang. Selanjutnya hasil análisis terhadap catatan lapangan pun ditimbang oleh ketiga pakar tersebut. Demikian halnya dengan lembar pengamatan RWAS ditimbang oleh pakar psikologi praktisi. Hasil timbangan para pakar dapat dilihat dalam lampiran (5 dan 6).

2. Kisi-Kisi Angket STTDG

Pada tahap pendahuluan digunakan teknik angket untuk mendapatkan data tertulis dari RWAS terhadap STTDG. Kisi-kisi dan hasil angket ditimbang oleh pakar psikologi pendidikan. Hasil timbangan pakar ini dapat dilihat dalam lampiran (7).

3. Rancangan Model Pembelajaran Sinektik Berbasis Temuan STTDG yang

be-RWAPS

(45)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis data

Untuk menentukan apakah sebuah tuturan direktif atau bukan, digunakan parameter berupa penanda golongan verba yang dikemukakan Searle (1979:14), yaitu ask, order, command, request, beg, plead, entreat, invite, permit, dan advise. Dalam bahasa Indonesia, verba tersebut dapat dipadankan dengan meminta, memesan, memerintah, mengundang, dan menyarankan. Jika tuturan guru mengandung verba tersebut dan memiliki maksud yang sama dengan modusnya, maka termasuk tutran direktif secara langsung. Sebaliknya, tuturan yang mengandung verba tersebut, tetapi tidak memiliki maksud yang tidak sesuai dengan modusnya termasuk dalam tuturan direktif tidak langsung. Untuk menentukan fungsi komunikasi yang digunakan guru dalam tindak tutur direktif, penulis menggunakan parameter atau pedoman analisis sebagai berikut.

1) Pedoman Analisis Fungsi Komunikasi Tindak Tutur Direktif

Fungsi komunikasi merupakan tindak atau maksud tuturan dalam TDG meliputi menyuruh, meminta, menyarankan, melarang, dan menanya. Untuk menentuka fungsi komunikasi tersebut digunakan indikator sebagai berikut.

a. Tindak tutur menyuruh: menggunakan verba dasar, berpartikel –lah, bermodalitas harus bersufiks kan-, -i, berprefiks di-, per-

b. Tindak tutur meminta: menggunakan kata tolong, coba, atau silakan c. Tindak tutur melarang: menggunakan kata jangan, nggak usah

d. Tindak tutur menyarankan: menggunakan kata sebaiknya, hendaknya, agar e. Tindak tutur menanya: intonasi tanya dan atau menggunakan kata tanya

2) Pedoman Analisis Realisasi Tindak Tutur Direktif Guru

(46)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada dasarnya, tindak tutur direktif merupakan tuturan yang mengandung maksud tertentu dari penutur kepada mitra tutur agar melakukan maksud tersebut. Tindak tutur dengan penanda verba ini dalam realisasinya termasuk dalam tuturan langsung. Padahal, tuturan direktif pun dapat direalisasikan secara tidak langsung. Adapun pedoman analisis realisasi tindak tutur direktif secara garis besar dituliskan dalam tabel pedoman analisis penelitian berikut ini.

Tabel 3.3

Pedoman Analisis Realisasi Tindak Tutur Direktif Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Aspek Indikator

Tindak tutur yang digunakan penutur untuk menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu, meliputi menyuruh, meminta, melarang, menyarankan, menanya, dan sebagainya. memiliki hubungan tidak langsung)

b. Form dan content atau lokusi dan ilokusi tidak sama disertai dengan isyarat, seperti mimik dan gesture (= struktur dan fungsi komunikasi memiliki hubungan tidak langsung)

(47)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praanggapan/dugaan sementara. Berikut disajikan bagan analisis heuristik menurut Leech (1983:41).

1. Masalah 2. Hipotesis 3. Pemeriksaan 4. Interpretasi

Pengujian berhasil

(interpretasi default)

Pengujian gagal

Bagan 3.2 Bagan Analisis Heuristik Leech (1983: 41)

Menurut Leech di dalam analisis heuristik analisis berawal dari problema yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenarannya. Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian berhasil. Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interprestasi baku yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima.

(48)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Problem

(Interpretasi tuturan)

“Aduh..apa ini…istirahat nanti temui Ibu di kantor ya!” (Guru bertutur pada siswa yang telihat kuku tangannya panjang. Ini

baru diketahuinya ketika berkeliling memantau siswa mengerjakan tugas. Beberapa siswa mendekatinya untuk bertanya, saat itulah sang

guru melihat ada dua siswa laki-laki yang kuku tangannya panjang)

2. Hipotesis

(a) Guru tersebut meminta siswanya untuk ke kantor. (b) Guru tersebut kaget melihat tangan siswanya kotor. (c) Guru tersebut marah melihat kuku tangan siswanya panjang. (d) Guru tersebut memerintah siswanya untuk memotong kuku.

3. Pemeriksaan

(a) Guru tersebut kesal ketika melihat kuku tangan siswanya panjang

(b) Guru tersebut ingin memotong kuku tangan siswanya yang panjang tersebut di kantor

(49)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4a. Pengujisn Berhasil 4.b Pengujian Gagal

5. Interpretasi Default

Bagan 3.3 Contoh Analisis Heuristik

3) Pedoman Analisis Kesantunan Berbahasa

Untuk menganalisasi kesantunan berbahasa ini digunakan parameter Brown dan Levinson (1987) dengan pertimbangan bahwa (1) konteks peristiwa tutur adalah situasi formal sehingga tidak perlu adanya basa-basi, (2) perspektif individu dalam parameter Brown dan Levonson sesuai untuk melihat aspek D dan P pada konteks pembelajaran di kelas antara guru sebagai penutur dan siswa sebagai mitra tutur. Adapun strategi kesantunan berbahasa menurut pandangan ini meliputi kesantunan positif dan kesantunan negatif yang diuraikan berikut ini.

1. Strategi Kesantunan Positif a. memberi perhatian (notice);

b. melebihkan dalam memberikan komentar atau pujian (exaggerate);

c. menegaskan (intensify);

d. menggunakan penanda sebagai anggota kelompok yang sama (use in-group identity markers);

e.mengupayakan kesepakatan (seek agreement); f. menghindari perbedaan pendapat (avoid disagreement);

g.mengisyaratkan kesamaan pandangan (presuppose common ground);

h. menggunakan lelucon (joke);

(50)

Sumarti, 2015

STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Strategi Kesantunan Negatif

j. menawarkan, berjanji (offer, promise); k. bersikap optimis (be optimistic); l. menyertakan penutur dan petutur dalam kegiatan (include both S and H in the activity); m. memberi atau meminta alasan (give reasons); n. menerima atau menampilkan sikap timbal balik atau saling (assume or assert reciprocity); o.memberi hadiah kepada petutur (give gifts to H).

a. menggunakan ujaran tidak langsung (be conventionally indirect);

b. pertanyaan kalimat berpagar (question, hedge); c.bersikap pesimis (be essimistic);

d. meminimalkan tekanan (minimize imposition); e. memberikan penghormatan (give deference); f. meminta maaf (apologize);

g. menghindarkan penggunaan kata „saya‟ dan „kamu‟ (impersonalize S and H: avoid the pronouns „I‟ and „You‟);

h. menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang bersifat umum (state the

FTA as a general rule); i. nominalisasi (nominalize);

j. menyatakan terus terang penutur berhutang budi kepada petutur (go on records).

4) Pedoman Analisis Respons Warna Afektif Siswa

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Terbuka
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman dengan covid 19 ini tentu menimbulkan penderitaan dalam hidup manusia karena ada banyak orang yang meninggal bahkan yang lebih menyakitkan lagi, ada yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk sumber belajar Matematika berbantuan komputer untuk peserta didik Sekolah Dasar memiliki tingkat kelayakan yang baik.. Rata-rata

Berdasarkan hasil wawancara oleh wali kelas V A dan kelas V B yang sama-sama mengungkapkan bahwa, salah satu yang menjadi penghambat kemampuan berpikir kritis dan

PEMBERIAN CORRECTIVE FEEDBACK DALAM PEMBIMBINGAN MENULIS KARYA ILMIAH: STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan ketepatan Smash pemain bulu tangkis Club

Style berdasarkan komposisi yang simetris pada bangunan, karakter visual rumah Dinas Bakorwil juga dibentuk oleh adanya elemen- elemen visual yang terdiri dari

Gambar 4.11 Hubungan Kapasitas Perkolasi dan Waktu Plot

Dengan diketahuinya kualiatas pemeriksaan Uji SD Bioline dalam menegakkan diagnosis infeksi malaria falciparum, vivax, dan mix infection, maka Uji SD Bioline dapat