• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB VI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

137 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data simbol-simbol komunikasi yang diperoleh

melalui metode semiotika Roland Barthes berkaitan dengan upaya kaum

lesbian agar dapat diterima oleh masyarakat yang terdapat dalam film “Yes Or No”, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:

1) Pemilihan judul dan karakter tokoh untuk membentuk realitas

subyektif khalayak memiliki peranan penting dalam mengkonstruksi

suatu pesan yang ekstrim menjadi sebuah karya film yang dapat

diterima oleh khalayak.

2) Terdapat dua pandangan masyarakat dalam masyarakat Thailand,

yakni:

a. Masyarakat yang berpikiran kolot dan menganggap bahwa

homoseksualitas adalah suatu penyimpangan terhadap norma

dan nilai dalam masyarakat. Homoseksualitas dikatakan

menyimpang, yakni karena:

1. Jumlah kaum heteroseksual jauh lebih banyak dari kaum

homoseksual sehingga kaum homoseksual menjadi minoritas

dan dianggap sebagai suatu penyimpangan.

2. Kaum homoseksual membuat fungsi reproduksi dari pranata

keluarga menjadi terhambat yang dapat merusak struktur

masyarakat.

b. Masyarakat yang berpikiran terbuka dan menganggap bahwa

homoseksualitas adalah hal yang wajar dan manusiawi.

Dikatakan demikian, yakni karena:

1. Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang bersifat alami,

bahkan ikan sekalipun ada yang menyukai sesama jenis.

2. Menjadi seorang homoseksual tidak mengubah esensi dan

(2)

138 3. Proses penjajakan cinta dan gaya berpacaran kaum

homoseksual tidak berbeda dengan kaum heteroseksual.

3) Berdasarkan teori norma budaya DeFleur dan teori perubahan sosial

yang digunakan dalam penelitian ini, film “Yes Or No” berupaya mengubah pandangan masyarakat terhadap kaum homoseksual serta

menanamkan sebuah norma baru (homoseksualitas) yang

merupakan suatu hal yang masih dianggap tabu untuk dapat diterima

dalam masyarakat. Selain itu, film ini juga berusaha untuk

mengubah stereotip masyarakat dan kaum lesbian itu sendiri

terhadap label Tom melalui karakter Kim yang baik, lembut, perhatian, romantis, pandai memasak, dan takut kegelapan, serta

takut akan kecoa.

4) Terpilihnya lingkungan kampus sebagai setting penggarapan film ini menyimpan maksud terselubung dimana sang sutradara film ini

ingin menanamkan norma baru bahwa homoseksualitas adalah suatu

hal yang wajar dan manusiawi kepada generasi muda agar norma

tersebut dapat terus disosialisasikan kepada generasi-generasi

berikutnya sehingga homoseksualitas dapat semakin diterima oleh

masyarakat luas.

6.2 Saran

Penelitian yang telah dilakukan ini masih memiliki banyak kekurangan,

maka diharapkan kepada para peminat penelitian yang sejenis untuk

melanjutkannya dengan mencari literatur serta penelitian-penelitian yang

sekiranya dapat digunakan sebagai acuan. Topik penelitian ini akan menjadi

lebih mendalam jika dilanjutkan dengan studi wacana dan atau studi wacana

kritis dengan lebih menonjolkan kajian feminisme untuk menganalisis peran

gender (maskulin dan feminis) dalam film “Yes Or No” ini sebagai sarana

untuk mengkritisi permasalahan ideologi, sosial, dan budaya khususnya

(3)

139 Selain itu, penelitian selanjutnya juga disarankan tidak hanya

menginterpretasikan makna dari sisi peneliti sebagai komunikan, tetapi juga

mencari data-data yang kredibel dari komunikator, yaitu pembuat film ini

sehingga dapat diketahui detail bagaimana komunikator mengkonstruksikan

pesan ke dalam simbol-simbol dalam film ini yang berkaitan dengan upaya

kaum lesbian untuk dapat diterima dalam masyarakat sebagai sarana

pembelajaran bagi praktisi perfilman dalam mengkonstruksikan pesan yang

berkaitan dengan ke dalam media film. Dengan demikian, sineas-sineas

perfilman dapat berpikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan karya-karya

yang memiliki nilai namun tetap dapat diterima oleh khalayak luas sehingga

masyarakat dapat menikmati film-film berkualitas, bukan hanya film-film

populis yang sesuai dengan keinginan pasar, khususnya dalam dunia

perfilman Indonesia.

6.3 Keterbatasan dalam Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengetahui bahwa ada

banyak kekurangan yang ditemukan di berbagai sisi. Peneliti menyadari akan

keterbatasan kemampuan yang dimiliki serta kendala yang dihadapi peneliti

ketika menyusun penelitian ini. Adapun kendala dalam penelitian ini yang

pertama adalah kurangnya pengetahuan penulis akan budaya masyarakat

Thailand, sementara film “Yes Or No” ini merupakan film yang berasal dari negara Thailand sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk memahami

simbol-simbol budaya, terutama faktor bahasa yang membuat peneliti

menggunakan english subtitle sebagai salah satu data primer dalam penelitian ini.

Kendala lain yang dihadapi adalah tidak ditemukannya teori-teori yang

secara spesifik berbicara mengenai homoseksualitas. Dalam hal ini, peneliti

berusaha menutup kekurangan dan kendala yang ada dengan mencari

berbagai literatur berupa buku-buku, jurnal, dan artikel pendukung mengenai

kaum lesbian yang diharapkan dapat membantu peneliti untuk mengurai

Referensi

Dokumen terkait

Menteri 4 No 26 Rt.12/04 Kel Sei Paring Martapura Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa untuk pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013, seperti tersebut di bawah ini

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

[r]

Sejalan dengan penelitian tersebut di atas, penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009) tentang hubungan antara minat belajar matematika dan kemampuan spatial terhadap

[r]

Siswa pada kelas unggulan mengalami kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi ujian akhir semester dibandingkan dengan siswa kelas non

[r]