• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232009038 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232009038 Full text"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN ASUMSI KESATUAN USAHA

PADA USAHA MIKRO DAN KECIL DI

KECAMATAN TINGKIR, SALATIGA

Oleh :

DEBBY FLORENSIA NIM : 232009038

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi sebagian dari

Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

PENERAPAN ASUMSI KESATUAN USAHA PADA

USAHA MIKRO DAN KECIL

DI KECAMATAN TINGKIR, SALATIGA

Debby Florensia

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Micro and small enterprises is one of the supportive economic activities in Indonesia, whether as additional income or as jobs provider for society. However, Micro and small enterprises has a lot of problem in its implementation. Many facts show that businessmen experience difficulties in implementing business entity assumption where they can’t separate between personal and business funds. This condition makes their business capital eroded from day to day. This research is a descriptive research for the purpose to analyze how business entity assumption can be applied for small business. The method used in this research is convenience sampling, where samples will be used according to the employee amounts in the business criteria.

Based on the results of this research, 92.9% respondents have paid salaries for married employees and include it in the component of production costs. There are only 20 % who include transport costs into production costs. The other 83.3% respondents have business places which are fused with their houses. They also don’t separate electricity, water and telephone bill from their offices. However, 34.3% respondents have allocated those bills. 65,7% respondents haven’t allocated them. There are amounts of 43 % who note business product that they have taken. The other 61.1% respondents note what products they have used. The rest 38.9% respondents compensate with the same prices of those products.

(6)

v SARIPATI

Usaha mikro dan kecil merupakan salah satu penunjang kegiatan ekonomi di Indonesia, baik dalam hal pendapatan maupun penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, dalam prakteknya usaha mikro dan kecil di Indonesia masih mempunyai banyak permasalahan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak pelaku usaha mengalami kesulitan dalam menjalankan asumsi kesatuan usaha dimana tidak bisanya memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk usaha sehingga membuat modal untuk pengembangan usaha lama kelamaan terkikis habis. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan asumsi kesatuan usaha pada usaha mikro dan kecil. Pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling dimana sampel yang akan digunakan sesuai dengan kriteria usaha berdasarkan jumlah tenaga kerjanya.

Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 92,9% responden sudah melakukan penggajian terhadap karyawan yang masih keluarga dan memasukkan ke dalam komponen biaya produksi usaha. Hanya 20% yang memasukkan biaya transportasi kedalam biaya produksi. Sebesar 83,3% responden mempunyai tempat usaha yang tergabung dengan tempat tinggal pemilik, dan tidak adanya pemisahan rekening listrik, air, dan telepon. Namun, 34,3% responden sudah mengalokasikan biaya-biaya tersebut. Dan 65,7% tidak mengalokasikan biaya tersebut. Ada 43% yang melakukan pencatatan atas pengambilan produk usaha. Sebanyak 61,1% responden mencatat produk apa saja yang dipakai, dan 38,9 % mengganti seharga produk tersebut.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Asumsi kesatuan usaha pada dasarnya adalah hal yang paling mendasar dalam dunia usaha, baik pada usaha besar sampai usaha kecil. Namun, penerapan asumsi ini sangatlah mudah diterapkan di usaha besar. Hal ini bertolak belakang dengan penerapannya diusaha kecil, karena masih banyak usaha kecil yang tidak atau belum menerapkan pemisahan keuangan pribadi dan usaha. Padahal dengan adanya pemisahan keuangan pribadi dan usaha dapat membantu pelaku usaha dalam perhitungan biaya-biaya dan harga jual yang akurat. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk menulis kertas kerja yang berjudul “Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga”.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih mengandung banyak kekurangan dan kelemahan yang terutama bersumber pada pandangan pribadi penulis yang serba terbatas. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Mudah – mudahan kertas kerja ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Salatiga, 6 Januari 2013

(8)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memimpin tiap langkahku, memberiku hikmat, serta kekuatan sehingga aku mampu menyelesaikan skripsi ini. Tanpa Tuhan ada disampingku, aku tidak mungkin mampu menyelesaikannya. Kiranya keberhasilan skripsiku ini dapat menyenangkan hati-Mu Tuhan dan biarlah nama-Mu saja yang dipermuliakan.

2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.

3. Mas Ronny Prabowo, SE., M.Com., Akt selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan ide, masukan dan saran dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas kerja ini.

4. Mbak Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak selaku wali studi, atas pengarahan-pengarahan yang telah diberikan selama penulis menuntut ilmu.

5. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku kaprogdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan kertas kerja ini.

6. Papi, Mami, ci Lina, oh Christian, terima kasih untuk semua kasih sayang, doa, dan dorongan semangat yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kuliah dengan baik. I love you so much!

7. Mas Radmaji selaku staf CEMSED yang telah membantu dalam memperoleh data penelitian.

(9)

viii

ilmu di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

9. Pengelola Usaha Konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan membantu jalannya penelitian.

10. Koko Riko Aditya Pramana S.Kom, terima kasih karena telah memberikan motivasi, semangat, bantuan, nasehat, dan doanya. Thank’s for everything. 11. Sahabat terbaikku sejak kecil, Nova. Walau kita jauh, semangat dan

doamu selalu kuterima. Terima kasih atas dukungan, kebaikan, pengalaman suka dan duka bersama yang tak akan pernah penulis lupakan. 12. Teman-teman kost dan kuliah, Herlina, Fela, Brenda, Ayu, Melly, Pauline, Silva yang selalu menemani dan menghibur dikala penulis mengalami keputus-asaan dalam pembuatan skripsi ini.

13. Teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, doa dan kerja sama selama penulis berada di Salatiga. Tuhan memberikati kita semua.

Semoga Tuhan menjadikan segala sesuatu, melimpah berkat dan anugerah-Nya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas kerja ini berguna bagi setiap pembaca dan peneliti-peneliti berikutnya.

Salatiga, 6 Januari 2013

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul/cover... i

Surat Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ... ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii

Abstract ... iv

Saripati... v

Kata Pengantar ... vi

Ucapan Terima Kasih ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

1. Pendahuluan ... 1

2. Telaah Teoritis Asumsi Kesatuan Usaha ... 3

Pelaporan Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil ... 5

Hambatan dalam Pelapoaran Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil ... 8

3. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian ... 11

Instrumen Penelitian ... 12

(11)

x Analisis Pembuatan Laporan Keuangan oleh

Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga ... 15

Analisis Pemisahan Keuangan Pribadi dan Usaha oleh Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga ... 19

5. Kesimpulan dan Implikasi Kesimpulan ... 27

Saran ... 28

Keterbatasan ... 29

Penelitian Mendatang ... 29

Daftar Pustaka ... 30

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Kuesioner ... 13

Tabel 4.1 : Lama Usaha Beroperasi ... 15

Tabel 4.2 : Kepemilikan Catatan Pendapatan dan Biaya ... 16

Tabel 4.3 : Kepemilikan Laporan Keuangan ... 17

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Kategori Usaha ... 14

Gambar 4.2 : Perhitungan Gaji yang Melibatkan Keluarga ... 20

Gambar 4.3 : Perhitungan Biaya Transportasi ... 21

Gambar 4.4 : Tempat Tinggal Pemilik dan Usaha ... 23

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Profil Usaha di Kecamatan Tingkir, Salatiga ... 33

Lampiran 2 : Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 35

Lampiran 3 : Alasan Tidak Memiliki Catatan Pendapatan dan Biaya ... 37

Lampiran 4 : Alasan Tidak Memiliki Laporan Keuangan ... 37

Lampiran 5 : Alasan Tidak Memiliki Bagian Akuntansi ... 37

Lampiran 6: Pembelian Bahan Baku Secara Bersamaan dengan Kebutuhan Rumah Tangga ... 38

Lampiran 7 : Alokasi Biaya Listrik, Telepon, dan Air ... 38

Lampiran 8 : Perlakuan atas Pengambilan Produk yang Dipakai Sendiri ... 39

Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian ... 40

(15)

1

1. PENDAHULUAN

Dalam prakteknya, akuntansi berjalan berdasarkan asumsi-asumsi. Seperti di Amerika Serikat yang telah diatur baik oleh Dewan Standar Akuntansi (Financial Accounting Standards Board-FASB) maupun Indonesia sendiri yang mengacu pada IFRS (International Financial Reporting Standards). Asumsi-asumsi yang dibuat adalah suatu kerangka pedoman yang

terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara yuridis, teoritis, dan praktis (GAAP). Akuntansi terdiri dari beberapa asumsi-asumsi dasar, dan salah satu asumsi dasar akuntansi yang harus diterapkan adalah asumsi kesatuan usaha. Asumsi ini sudah ada sejak lama dan bertahan sampai sekarang.

Di dalam asumsi kesatuan usaha, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Dengan anggapan seperti ini maka transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan pelaporan dibuat untuk perusahaan tersebut (Baridwan, 2004 : 8).

(16)

2

Selain itu, jika dalam suatu usaha tidak menerapkan asumsi kesatuan usaha secara baik akan menimbulkan biaya yang under recorded. Sebagai contoh, adanya biaya tenaga kerja yang sulit ditelusuri (Karyawati;2008). Kebanyakan usaha mikro dan kecil memperkerjakan anggota keluarganya untuk menjadi tenaga kerja, dan upah tenaga kerja yang seharusnya dibayarkan menjadi tidak tercacat pada pembukuan usahanya. Hal inilah yang menyebabkan adanya biaya yang under estimated, sehingga juga akan berdampak pada penentuan harga jual suatu produk yang terlalu rendah. Karyawati (2008) menegaskan dampak dari tidak menerapkan konsep kesatuan usaha terhadap laporan keuangan adalah aset dan kewajiban sama sekali tidak merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya.

(17)

3 2. TELAAH TEORITIS

Asumsi kesatuan usaha

Akuntansi pada umumnya diatur oleh beberapa asumsi penting yang harus diterapkan pada setiap bentuk usaha apapun. Di Amerika Serikat, asumsi-asumsi akuntansi ini telah diatur baik oleh FASB (Financial Accounting Standards Board), sedangkan di Indonesia sendiri penerapannya mengacu pada

IFRS (International Financial Reporting Standards). Asumsi-asumsi ini mempermudah pelaksanaan kegiatan akuntansi dalam intern perusahaan maupun bagi pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Salah satu asumsi akuntansi yang paling mendasar adalah asumsi kesatuan usaha. Asumsi kesatuan usaha penting karena membatasi data ekonomi dalam sistem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai entitas terpisah dari pemilik, kreditor, atau pihak yang berkepentingan lainnya (Warren et al :2005:16). Asumsi kesatuan usaha mengasumsikan atau menganggap

(18)

4

Dengan konsep ini, entitas perusahaan menjadi perhatian dalam hal akuntansi. Konsep ini harus tetap ada baik dalam perusahaan perseroan sampai dengan perseorangan. Pendapatan dan laba harus dipandang sebagai kenaikan kekayaan perusahaan sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan perusahaan. Sedangkan laba bersih (net income) atau rugi adalah perubahan dalam kekayaan perusahaan bukan kekayaan pribadi (Karyawati: 2008)

Semua kekayaan, hutang, pendapatan, dan biaya yang tidak berkaitan dengan bidang usahanya harus dikeluarkan dari perkiraan perusahaan. Bila pemilik usaha perorangan memiliki dua perusahaan atau lebih yang berbeda-beda maka untuk keperluan akuntansi masing-masing perusahaan itu harus diperlakukan sebagai kesatuan usaha yang terpisah dan mandiri. Tetapi, secara hukum pemilik usaha perorangan secara pribadi bertanggung jawab atas semua hutang-hutang perusahaan dan mungkin saja menggunakan harta yang bukan milik perusahaannya untuk menutup hutang-hutang perusahaan. Sebaliknya, aset perusahaanpun dapat digunakan untuk membayar klaim atas hutang-hutang pemilik usaha (Tunggal,1997 : 5)

(19)

5

Sebagaimana diketahui bahwa objek akuntansi adalah transaksi dan kejadian yang terjadi dalam perusahaan. Pengaruh transaksi ini akan mengakibatkan timbulnya perubahan dalam aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, transaksi dan kejadian mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Akan tetapi, kegiatan perusahaan yang menyangkut berbagai macam transaksi dan kejadian harus dibedakan dari kegiatan pemiliknya, karena kepentingan perusahaan berbeda dengan kepentingan pemilik.

Untuk membatasi ruang lingkup kepentingan antar perusahaan dengan pemiliknya itu, maka perusahaan dianggap sebagai satu kesatuan usaha yang berdiri sendiri. Artinya, kegiatan usaha perusahaan dianggap sebagai satu kesatuan usaha yang terpisah. Anggapan perusahaan sebagai kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya, merupakan landasan utama dalam menyelenggarakan kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan.

Pelaporan Keuangan di Usaha Mikro dan Kecil

(20)

6

Warren et al (2005) menyatakan dengan melakukan proses pelaporan keuangan akan menghasilkan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan mengenai aktivitas dan kondisi perusahaan. Informasi dalam pelaporan keuangan diperlukan untuk merumuskan berbagai keputusan agar dapat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan (Soemarso:2004). Dalam usahanya, semua bentuk badan usaha harus melakukan pelaporan atas keuangannya, begitu juga pada bentuk usaha mikro dan kecil.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008, kriteria usaha mikro dan kecil, yaitu :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai usaha mikro sesuai dengan undang – undang.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh perorangan atau badan yang bukan merupakan cabang perusahaan dan telah sesuai dengan undang – undang.

Kategori Biro Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu:

1. Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang. 2. Industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.

(21)

7

atau pinjaman dari kerabat. Tenaga kerja yang ada umumnya terdiri dari anggota keluarga atau kerabat dekat dengan sifat hubungan kerja yang informal (Karyawati : 2008)

Di sisi lain, pelaporan keuangan bentuk usaha mikro dan kecil berbeda dengan bentuk usaha lainnya. Pada umumnya pemilik usaha kecil beranggapan bahwa pencatatan keuangan tidaklah perlu. Membutuhkan kecermatan, waktu dan juga biaya dengan jumlah tertentu membuat beberapa pemilik usaha enggan untuk melakukan aktivitas pencatatan keuangan. Mengandalkan ingatan untuk mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan operasional perusahaan menjadi pilihan yang menarik bagi kebanyakan pelaku usaha. Namun, tentunya tidak semua pelaku usaha mikro dan kecil memiliki anggapan tersebut. Masih ada pelaku usaha mikro dan kecil yang melakukan pencatatan keuangan dalam menjalankan usahanya.

Menurut Karyawati (2008), usaha mikro dan kecil biasanya melakukan pelaporan keuangan secara sederhana yang disebut dengan pembukuan. Pembukuan adalah proses pencatatan transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam buku-buku manual yang diperlukan seperti buku catatan, agenda, atau bahkan dalam kertas-kertas lainnya. Pelaporan keuangan dalam aktivitas usaha dalam skala kecil dan menengah mendekati pada sistem tata buku tunggal dimana hanya catatan-catatan penting saja yang dilakukan pencatatan secara lengkap (Tunggal : 1997).

(22)

8

cemerlang dalam pembuatan ide-ide baru tetapi masih banyak belum mengetahui bagaimana cara mengelola pencatatan keuangan dan bagaimana cara mengetahui informasi keuangan yang diinginkan (Prasetyo:2007). Informasi keuangan mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha mikro dan kecil. Informasi keuangan dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha mikro dan kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi keuangan bagi usaha mikro dan kecil juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari kreditur (bank). Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha mikro dan kecil sebenarnya telah tersirat dalam UU Nomor 20 Tahun 2008. Pemerintah maupun komunitas akuntansi telah menegaskan pentingnya pencatatan dan penyelenggaraan akuntansi bagi usaha mikro dan kecil.

Hambatan-hambatan dalam pelaporan keuangan di usaha mikro dan kecil

Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi keuangan yang banyak disiapkan dan digunakan usaha mikro dan kecil adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi keuangan yang seharusnya dibutuhkan oleh

(23)

9

dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan. Sedangkan Suhairi (2006) berpendapat bahwa rendahnya penyusunan laporan keuangan disebabkan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi usaha mikro dan kecil. Standar akuntansi keuangan yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan harus diterapkan secara konsisten.

Dari uraian tersebut jelas bahwa usaha mikro dan kecil banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen perusahaan yang professional merupakan tuntutan yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahan secara baik.

(24)

10

Pada usaha mikro dan kecil, pencatatan laporan keuangan dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan yang dianggap penting saja atau dengan kata lain pelaku usaha kecil hanya membuat pembukuan sederhana. Di dalam pembukuan sederhana pada usaha mikro dan kecil tidak terdapat pemilahan antara biaya pribadi dan biaya usaha. Hal inilah yang bisa menyebabkan tercampurnya keuangan pribadi dan keuangan usaha. Dalam akuntansi, usaha mikro dan kecil sangat sulit menerapkan asumsi kesatuan usaha dalam pencatatan keuangannya (Baridwan 2004:9). Padahal, jika keuangan usaha dan keuangan pribadi digabung, pemilik usaha akan kesulitan dalam melakukan pengawasan pendapatan atau pengeluaran.

(25)

11

Menurut Karyawati (2008), akibat tidak memisahkan pembukuan pribadi dan usaha adalah perhitungan keuntungan atau kerugian pada akhir bulan nilainya tidak akan menjadi riil karena adanya pemotongan berbagai pengambilan pribadi yang belum tercatat. Selain itu alokasi anggaran untuk perputaran usaha menjadi kacau karena setiap bulannya tidak ada biaya yang bersifat tetap sehingga bisa mengganggu anggaran untuk belanja bahan baku produk.

Dengan melakukan pemisahan pencatatan antara keuangan usaha dengan keuangan pribadi akan lebih mudah membedakan antara arus kas dana dari usaha dengan penggunaan uang untuk entitas pribadi. Pemisahan pencatatan juga dapat memberikan informasi lebih jelas tentang keadaan finansial dari usaha yang sedang dijalankan. Di sisi lain, tujuan dari pemisahan pencatatan antara keuangan pribadi dan keuangan usaha adalah untuk keteraturan, karena pembukuan keuangan yang terpisah akan tercatat dengan jelas dan benar manakah yang menjadi komponen usaha maupun yang menjadi komponen pribadi, agar tidak mengganggu satu sama lain.

3. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

(26)

12

untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Adapun sampel memiliki kriteria tertentu, yaitu usaha mikro dan kecil yang bergerak pada bidang konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga. Banyaknya usaha konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga mambuat peneliti akhirnya mengambil sampel tersebut untuk diteliti.

Instrumen Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitiannya merupakan penelitian deskriptif dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa membuat analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

(27)

13

Berikut adalah garis besar daftar pertanyaan dalam kuesioner : Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner

Bagian kuesioner Isi kuesioner

Demografis Nama pemilik, alamat usaha, usia, jenis kelamin, jenis usaha, lama usaha, jumlah karyawan yang dimiliki.

Utama Pelaporan keuangan, pemahaman tentang

pencatatan keuangan, ada atau tidaknya bagian akuntansi.

Inti Pemisahan aktivitas usaha dengan aktivitas rumah tangga, pengakuan konsumsi sumber daya dalam kegiatan produktif sebagai komponen biaya produksi.

4. Analisis Data dan Pembahasan

(28)

14

penelitian untuk mewakili populasi usaha mikro dan kecil yang ada. Dasar pengambilan sampel berasal dari informasi dari ketua paguyuban usaha konveksi di Kecamatan Tingkir.

Profil Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, semua responden menjalankan usaha konveksi. Usaha konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga mayoritas memproduksi celana kolor atau hawai, sprei, sarung bantal, dan bedcover. Sedikit diantaranya memproduksi pakaian wanita, pakaian pria, kaos, dan seragam. Dari 42 responden yang diteliti, dilihat dari segi banyaknya karyawan yang bekerja sebesar 42,9 % atau 18 responden termasuk usaha mikro, dan sebesar 57,1 % atau 24 responden termasuk usaha kecil. Seperti dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Kategori Usaha

Sumber : data primer yang diolah, 2012

(29)

15 mayoritas antara 6 tahun sampai dengan 10 tahun yaitu sebesar 54,8 %

Analisis Pembuatan Laporan Keuangan oleh Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga

Dalam usaha pencatatan keuangan sangatlah penting dilakukan, mengingat usaha selalu berhubungan dengan keluar masuknya uang. Namun, mayoritas usaha mikro dan kecil tidak memiliki laporan keuangan secara utuh. Biasanya usaha hanya memiliki catatan-catatan seperti jumlah omset, laba, dan biaya atau dengan kata lain usaha hanya melakukan pembukuan sederhana. Maka dari itu peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden untuk mengetahui apakah usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga memiliki catatan pendapatan dan biaya. Penulis mendapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Kepemilikan Catatan Pendapatan dan Biaya No. Catatan Pendapatan dan

(30)

16

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga 90,5 % membuat atau memiliki catatan pendapatan dan biaya yang telah dibukukan tetapi hanya ada pencatatan sederhana seperti pada saat terjadi pembelian bahan baku, biaya-biaya yang terjadi dan harga jual produk. Para pelaku usaha yang membuat catatan pendapatan dan biaya mengaku bahwa pembuatan catatan ini dapat membantu menghitung dan mengevaluasi laba usahanya. Dari 9,5 % atau 4 responden yang tidak memiliki, 1 usaha diantaranya beranggapan bahwa tidak perlu adanya pembuatan catatan tersebut, dan 3 sisanya beranggapan bahwa hal itu tidak bermanfaat untuk dilakukan. Para pemilik yang tidak membuat catatan, pendapatan dan biaya biasanya hanya mengandalkan ingatan saja untuk mengingat-ingat jumlah besarnya pendapatan dan biaya (lampiran 3, tabel 3).

Dapat diketahui bahwa sebagian besar usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga mempunyai catatan pendapatan dan biaya. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa usaha mikro dan kecil biasanya melakukan pelaporan keuangan secara sederhana yang bisa disebut pembukuan, dimana pelaporan keuangan itu hanya ada catatan-catatan penting saja.

Tabel 4.3 Kepemilikan Laporan Keuangan

No. Laporan Keuangan Jumlah

(31)

17

Laporan Keuangan disusun untuk mengukur, menilai, dan mengevaluasi kondisi serta potensi usaha. Dalam suatu usaha, umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas. Namun bentuk laporan keuangan di usaha mikro dan kecil hanya berupa laporan sederhana. Laporan keuangan tersebut antara lain laporan omset perbulan dan laporan keluar masuk barang.

(32)

18

pelaporan keuangan usaha yang sederhana, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini.

Tabel 4.4 Bagian Akuntansi dalam Pembuatan Laporan Keuangan

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Bagian akuntansi sebenarnya hal yang penting untuk membantu dalam pembuatan laporan keuangan dalam sebuah usaha. Namun, kebanyakan usaha mikro dan kecil belum membutuhkan bagian akuntansi untuk mengontrol keuangannya. Menurut hasil penelitian ini hanya 12 responden (31,57 %) yang telah mempunyai bagian akuntansi untuk mencatat atau mengelola pencatatan keuangan di dalam usahanya. Dari 12 responden tersebut, dapat dilihat tidak hanya usaha mikro dan kecil yang membuat laporan keuangan saja yang sudah mempunyai bagian akuntansi, tetapi usaha mikro dan kecil yang membuat catatan pendapatan dan biaya pun juga sudah ada yang mempunyai bagian akuntansi. Sedangkan, sebanyak 26 responden (68,42 %) belum memiliki bagian akuntansi untuk mengelola pencatatan keuangan. Dapat dilihat alasan responden yang tidak memiliki bagian khusus untuk pengelolaan keuangan, yaitu sebanyak 7 responden (26,93 %) merasa tidak perlu adanya bagian khusus untuk mengelola keuangan usahanya, 7 responden (26,93 %) lainnya mengaku dalam pengelolaan keuangan masih bisa dilakukan oleh karyawan lainnya sehingga tidak membutuhkan bagian khusus untuk melakukannya. Sisanya

No. Bagian Akuntansi Jumlah Responden Persentase (%)

1. Ada 12 31,57

2. Tidak Ada 26 68,42

(33)

19

sebanyak 12 responden (46,16 %) belum membutuhkan bagian khusus untuk mengelola keuangan dikarenakan usahanya masih dibilang relatif kecil dan pencatatan bisa dilakukan oleh pemilik (lihat lampiran 5, tabel 5).

Menurut hasil penelitian sebelumnya (Karyawati:2008), usaha mikro dan kecil biasanya belum mempunyai suatu bagian akuntansi khusus untuk membuat laporan keuangan usaha. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pencatatan keuangan usaha biasanya dibuat oleh pemilik usaha. Seperti yang terjadi pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga lebih dari separuh usaha mikro dan kecil belum mempunyai bagian khusus akuntansi untuk membuat laporan keuangan.

Analisis Pemisahan Keuangan Pribadi dan Usaha oleh Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga.

(34)

20

keluarga mengaku hanya memberikan kompensasi berupa biaya makan, biaya kebutuhan sehari-hari, dan biaya tinggal ditanggung oleh pemilik usaha. Dari semua responden yang memperhitungan gaji mengaku bahwa perhitungan gaji tersebut dimasukkan kedalam komponen biaya produksi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semua usaha kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga sesuai dengan kriteria usaha mikro dan kecil yang dikemukakan oleh Karyawati (2008), biasanya usaha mikro dan kecil melibatkan keluarga sebagai tenaga kerja dengan sifat hubungan kerja yang informal dan mayoritas usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga. Namun, usaha di Kecamatan Tingkir Salatiga sudah melakukan penggajian terhadap tenaga kerja yang masih ada hubungan keluarga dan memasukkan perhitungan gaji tersebut kedalam komponen biaya produksi. Dalam hal tenaga kerja, usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga mayoritas sudah memilah antara entitas pribadi dan usaha.

Gambar 4.2 Perhitungan gaji yang melibatkan keluarga

(35)

21

Selain dapat dilihat berdasarkan tenaga kerja, pemisahan keuangan pribadi dan usaha dapat dilihat dari biaya transportasi yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku usaha. Apabila pemilik usaha membeli keperluan pribadinya tidak boleh dimasukkan kedalam transaksi perusahaan. Pada usaha mikro dan kecil biasanya membeli bahan baku bersamaan dengan pembelian kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai pembelian bahan baku yang dilakukan bersamaan dengan pembelian kebutuhan rumah tangga, 10 responden (23,8 %) menjawab bahwa pada saat membeli bahan baku, mereka juga membeli kebutuhan rumah tangga. Dan sisanya sebanyak 32 responden (76,2 %) menjawab tidak melakukan hal itu secara bersamaan dikarenakan mereka membeli bahan baku dengan cara pesan antar (lihat lampiran 6, gambar 1).

Gambar 4.3 : Perhitungan Biaya Transportasi

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

(36)

22

Usaha memisahkan dengan cara mengestimasi biaya yang dikeluarkan untuk entitas usaha dan pribadi. Menurut responden, sebanyak sepertiga dialokasikan untuk biaya pribadi dan duapertiga dialokasikan untuk biaya usaha. Dan selanjutnya biaya transportasi pribadi tersebut tidak dimasukkan kedalam komponen biaya produksi usaha.

Sisanya sebanyak 8 responden tidak memperhitungkan biaya transportasi pribadi. Mereka menggabung semua biaya transportasi tersebut, dan menganggap menjadi biaya transportasi usaha dan dimasukkan kedalam biaya produksi. Dengan tidak memperhitungkan biaya transportasi pribadi akan mengakibatkan bertambahnya biaya produksi untuk usaha. Biaya transportasi yang seharusnya hanya milik usaha menjadi bertambah dengan adanya biaya transportasi pribadi. Hal ini juga akan berakibat pada harga jual produk nantinya.

(37)

23

transportasi usaha dan pribadi dalam pembelian bahan baku dan keperluan pribadi.

Gambar 4.4 : Tempat tinggal pemilik dan usaha

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

(38)

24

memisahkan tempat usaha dengan tempat tinggal pemilik, sebanyak 12 responden (34,3 %) menjawab bahwa mereka mengalokasikan berapa biaya yang digunakan untuk usaha dan pribadi. Responden mengalokasikan biaya dengan cara membuat etimasi perhitungan biaya listrik, air, dan telepon setiap bulannya yang akan dimasukkan dalam komponen biaya produksi. Estimasi itu didapat dari berapa lamanya pemakaian listrik, telepon, dan air dalam sehari untuk usaha. Sedangkan sisanya sebanyak 23 responden (65,7 %) tidak mengalokasikan biaya. Dengan tidak adanya alokasi biaya membuat biaya usaha yang tidak akurat dan akan mengganggu dalam keputusan menentukan harga jual suatu produk (lihat lampiran 7, gambar 2).

(39)

25

Gambar 4.5 : Pencatatan atas pengambilan produk yang dipakai sendiri

Sumber : data primer yang sudah diolah, 2012

(40)

26

sebanyak 61,1 % responden melakukan pencatatan saja atas produk yang diambil, dan sisanya sebanyak 38,9 % mengganti seharga produk yang diambil (lihat lampiran 8, gambar 3).

Pengambilan dan pengakuan aset usaha menjadi milik pribadi dalam usaha mikro dan kecil adalah salah satu kriteria yang paling mendasar pada usaha mikro dan kecil. Hal ini juga terlihat pada usaha di Kecamatan Tingkir, Salatiga, separuh lebih usaha mikro dan kecil di sana tidak melakukan perlakuan khusus atas pengambilan produk yang dipakai kalangan sendiri. Sedangkan sisanya mayoritas hanya mencatat dan hanya sedikit yang mengganti seharga produk yang diambil. Hal ini membuktikan bahwa usaha mikro dan kecil konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga belum membedakan pengakuan aset pribadi dan usaha.

(41)

27

yang menjadi komponen pribadi atau usaha agar tidak mengganggu satu sama lain.

5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan

(42)

28

18 responden yang melakukan pencatatan khusus atas pengambilan produk tersebut. Sebanyak 61,1 % responden mencatat produk apa saja yang dipakai untuk kalangan sendiri, dan 38,9 % mengganti seharga produk yang dipakai oleh kalangan sendiri. Sedangkan dalam hal prive, semua usaha disana belum mencatat apabila terjadi prive. Dari hasil penelitian, usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga sudah bisa melakukan pemisahan antara entitas usaha dan pribadi dalam hal penggajian tenaga kerja yang masih melibatkan keluarga. Sedangkan dalam hal pemilahan biaya-biaya, pengambilan produk untuk dipakai sendiri, dan prive sebagian besar usaha mikro dan kecil di sana masih belum bisa memilah antara entitas pribadi dan usaha.

Saran

(43)

29 Keterbatasan

Penelitian ini hendak mengetahui bagaimana penerapan asumsi kesatuan usaha pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Tingkir Salatiga. Penerapan asumsi kesatuan usaha yang diteliti meliputi ada atau tidaknya penggajian tenaga kerja yang melibatkan keluarga, perhitungan biaya transportasi untuk usaha dan pribadi, perhitungan biaya akibat tidak terpisahnya tempat usaha dengan pemilik, perlakuan atas pengambilan produk untuk dipakai kalangan sendiri.

Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mempelajari praktek akuntansi pada usaha mikro dan kecil. Penelitian lanjutan masihi bisa dilakukan dengan karena penelitian ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

 Ada kemungkinan responden tidak jujur dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner.

 Susahnya mencari unit-unit usaha di lokasi penelitian.

 Keterbatasan lainnya menyangkut waktu, tenaga dan biaya yang dihadapi peneliti.

Penelitian mendatang

(44)

30 Daftar Pustaka

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Yogyakarta; BPFE.

Basu, Sudipta dan Gregory B. Waymire, “Recordkeeping and Human Evolution”, Accounting Horizons, volume 20, No. 3, September 2006, pp. 201 – 209 FASB No. 1. 1978. Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 Objectives

of Financial Reporting by Business Enterprises. http://www.fasb.org/cs/BlobServer?blobcol=urldata&blobtable=MungoBlob s&blobkey=id&blobwhere=1175820899258&blobheader=application%2Fp df. Diunduh 2 Maret 2012.

Hidayat, Iman.P, 2004, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM), http://imanph.wordpress.com, Diunduh 19 Maret 2012.

Holmes, Scott, dan Des Nicholls. 1989. Modelling the Accounting Information Requirements of Small Businesses. Acoounting and Business Research,Vol. 19, No. 74. Pp 143 – 150.

Iien, 2009, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM); Strategi Bisnis, Pembukuan dan Administrasi, http://www.impacctusa.com, Diunduh 4 Maret 2012.

Karyawati, Golrida, 2008, Akuntansi Usaha Kecil untuk Berkembang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Keasey, Short, 1990, The Accounting Burdens Facing Small Firms: An Empirical Research Note, Accounting and Business research, Vol 20, No 80, pp 307-313.

Prasetyo, Hendro, 2007, Akuntansi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Orang Awam; Step by Step Membuat Laporan Keuangan, Wissen-Sistem Consulting.

Primiana, 2009, Menggerakan Sektor Riil Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Industri, Alfa Beta, Bandung.

Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Lima (Revisi). Salemba Empat, Jakarta.

(45)

31

Suryo, Anak. 2007. Akuntansi untuk UKM. Edisi Kedua Yogyakarta: Media Pressindo.

Tunggal, Amin Widjaja, 1997, Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan Menengah, PT Rineka Cipta, Jakarta.

UU RI No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil.

Warren, Carl S, James M. Reeve and Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, edisi 21, Salemba Empat, Jakarta.

Yilmazer, Schrank, 2005, Financial Intermingling in Small Family Businesses,

(46)

32

LAMPIRAN

-

(47)

33

Lampiran 1

Tabel 1 : Profil Usaha

Res Nama Usaha Alamat Produk yang dihasilkan Nama Pemilik

1 Thoriq Collection Ngentak 02/03 Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Bapak Jarkoni 2 Ina Konveksi Tingkir Lor 02/04

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Muthasanah

3 Kembar Konveksi Tingkir Lor 03/03 Celana Kolor/Hawai Bapak Imrori

4 Ribel Konveksi Tingkir Lor 01/04 Sprei, Selimut, Sarung Bantal Ibu Ainaul Mardliyah 5 Asrifah Konveksi Tingkir Tengah 02/02 Celana Kolor/Hawai Ibu Asrifah

6 Amin Collection Singojayan 01/02 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Bapak Munawir

7 - Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai, Bedcover Ibu Napisah

8 Zensy Famous Tingkir Tengah 02/01 Busana Wanita

Bapak Muhammad Zaenuddin

9 Asri Collection Singojayan, Tingkir Tengah Pakaian Pria Ibu Asriyah

10 Mubarok Collection Singojayan 01/02 Tingkir Tengah Sprei, Kaos, Jamper Bapak Nurhadi 11 Afza Collection Tingkir Tengah 02/02 Celana Kolor/Hawai Ibu Ifa Da'waty

12 Krisna Collection Tingkir Lor 02/01 Celana Kolor/Hawai Ibu Ning

13 - Tingkir Lor 02/03 Celemek, Celana Kolor Bapak Afi Priyanto

14 San Konveksi Ngentak 02/03 Tingkir Lor Celana, Sprei, Sarung Bantal Bapak Budi Susilo 15 Karunia Konveksi Tingkir Lor 03/04 Celana Kolor/Hawai, Leging Bapak Nur Abidin

16 - Tingkir Tengah Bedcover, Sarung Bantal, Sprei Ibu Aliyah

17 - Tingkir Tengah Bedcover, Sarung Bantal, Sprei Ibu Saroh

(48)

34

19 Persada Konveksi Tingkir Tengah 03/02 Sprei, Seragam Ibu Umi Hanik

20 Ningsih Konveksi Dukuh Kidul Celana Kolor/Hawai Ibu Ningsih

21 - Tingkir Tengah Sprei, Celana Kolor/Hawai Ibu Rohmi

22 Ira Ratna Konveksi Ngentak 02/02 Tingkir Lor

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal -

23 Ummi Collection Tingkir Lor Sarung Bantal Ibu Umi Saropah

24 Sun Konveksi Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Ibu Nur Khasanah

25 Mandiri Konveksi Tingkir Lor Kaos, Seragam Sekolah Bapak Priyanto

26 Nazila Konveksi Tingkir Lor Celana Kolor/Hawai Ibu Rohmah

27 Nur Konveksi Singojayan 01/01 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Ibu Nuryati 28 Izza Konveksi Tingkir Tengah 02/02

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Romzanah

29 - Singojayan 03/02 Tingkir Tengah Celana Kolor/Hawai Ibu Siti Muhtariyah 30 Fida Konveksi Singojayan 02/01 Tingkir Tengah

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Nuratun

31 Zun Konveksi Tingkir Lor 03/04

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Bapak Ahmad Shodiq

32 Syahra Konveksi Kriyan 03/04 Tingkir Lor

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Norma

33 Salsabila Konveksi Kriyan 03/04 Tingkir Lor

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Surip Muslika

34 Farrel Collection Tingkir Lor Sprei, Sarung Bantal Ibu Azma

35 - Tingkir Tengah

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Bapak Muhyidin

36 Rizky Konveksi Tingkir Lor

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

(49)

35 37 Rustop Konveksi Tingkir Lor 05/02

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal -

38 Kana Konveksi Tingkir Lor 03/05

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal -

39 Aflacha Konveksi Tingkir Lor 05/02 Sprei, Bedcover -

40 Cahaya Konveksi Tingkir Lor 01/01

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal -

41 - Tingkir Tengah

Celana Kolor/Hawai, Sprei,

Sarung Bantal Ibu Prihati

42 Murni Konveksi Tingkir Lor 09/04 Sprei, Bedcover -

Lampiran 2

Tabel 2 : Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Res Jumlah Karyawan Kriteria

Usaha Res Jumlah Karyawan

(50)

36

5 5-19 orang Kecil 26 5-19 orang Kecil

6 5-19 orang Kecil 27 1-4 orang Mikro

7 5-19 orang Kecil 28 1-4 orang Mikro

8 5-19 orang Kecil 29 1-4 orang Mikro

9 5-19 orang Kecil 30 1-4 orang Mikro

10 5-19 orang Kecil 31 5-19 orang Kecil

11 1-4 orang Mikro 32 5-19 orang Kecil

12 1-4 orang Mikro 33 5-19 orang Kecil

13 1-5 orang Mikro 34 1-4 orang Mikro

14 5-19 orang Kecil 35 1-4 orang Mikro

15 1-4 orang Mikro 36 1-4 orang Mikro

16 1-4 orang Mikro 37 1-4 orang Mikro

17 5-19 orang Kecil 38 1-4 orang Mikro

18 5-19 orang Kecil 39 1-4 orang Mikro

19 5-19 orang Kecil 40 5-19 orang Kecil

20 5-19 orang Kecil 41 1-4 orang Mikro

(51)

37

Lampiran 3

Tabel 3 : Alasan Tidak Memiliki Catatan Pendapatan dan Biaya

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 4

Tabel 4 : Alasan Tidak Memiliki Laporan Keuangan

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 5

Tabel 5 : Alasan Tidak Memiliki Bagian Akuntansi

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Alasan Jumlah

Usaha belum membutuhkan 12 46,16

(52)

38

Lampiran 6

Gambar 1 : Pembelian bahan baku secara bersamaan dengan

kebutuhan rumah tangga

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Lampiran 7

Gambar 2 : Alokasi biaya listrik, telepon, dan air

(53)

39

Lampiran 8

Gambar 3 : Perlakuan atas pengambilan produk yang dipakai

sendiri.

(54)

40

Kuesioner Penelitian Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga.

Saya mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Saya sedang menyusun sebuah karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul “Penerapan Asumsi Kesatuan Usaha pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Tingkir, Salatiga”. Semua data yang akan digunakan hanya untuk kepentingan ilmiah saja dan kerahasiaan akan terjaga.

Demikian permohonan ini saya buat, atas ketersediaan dan partisipasi Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.

Salatiga, September 2012 Hormat saya

(55)

41 I. Profil Responden

Nama : Alamat : Jenis kelamin : Profil usaha Nama usaha : Alamat usaha :

Berilah tanda (X) pada setiap butir pertanyaan yang disajikan! 1. Jenis usaha yang dilakukan?

a. Manufaktur

b. Dagang

c. Jasa

2. Produk/jasa utama yang dihasilkan ……….

3. Jumlah karyawan/ pegawai yang Bapak/Ibu/Saudara/i miliki?

a. 1-4 orang b. 5-19 orang

4. Berapa lama usaha anda berdiri ?

a. 1 bulan - ≤ 5 tahun

b. 6 tahun - ≤ 10 tahun

(56)

42 d. 16 tahun - ≤ 20 tahun

e. 21 tahun - ≤ 25 tahun

5. Apakah usaha anda memiliki catatan mengenai informasi pendapatan dan biaya yang dimiliki ?

a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Tidak bermanfaat

c) Tidak ada bagian yang mencatat

6. Apakah usaha anda memiliki laporan keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, perubahan modal, laporan arus kas) ?

a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Tidak bisa membuat

c) Tidak bermanfaat

(57)

43 a. Ya

b. Tidak, mengapa ?

a) Tidak perlu

b) Karyawan yang lain mampu mengatasi

c) Usaha belum membutuhkan.

8. Apakah usaha anda melibatkan anggota keluarga baik inti (istri/suami, anak) maupun keluarga besar (keponakan, paman, bibi) sebagai tenaga kerja ?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada perhitungan gaji untuk mereka? (jawablah jika jawaban nomor 9 “YA”, jika tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah biaya gaji tersebut dimasukkan ke dalam komponen biaya produksi usaha anda ? (jawablah jika jawaban nomor 10 “YA” jika tidak maka abaikan saja)

a. Ya

(58)

44

11. Apakah pada saat anda membeli bahan baku untuk usaha, anda juga membeli kebutuhan Rumah Tangga sekaligus ?

a. Ya

b. Tidak

12. Jika anda membeli bahan baku sekaligus membeli kebutuhan Rumah Tangga, apakah anda memperhitungkan biaya transportasi yang dikeluarkan ? (jawablah jika jawaban nomor 12 “YA”, jika jawaban tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah biaya transportasi tersebut dimasukkan ke dalam komponen biaya produksi? (jawablah jika jawaban nomor 13 “YA”, jika jawaban tidak maka abaikan saja)

a. Ya

b. Tidak

14. Apakah tempat usaha dan rumah pemilik usaha terpisah ?

a. Ya

(59)

45

15. Jika tidak terpisah, apakah ada pemisahan rekening listrik, telepon, dan air untuk kepentingan usaha dan pribadi ?

a. Ya

b. Tidak ada

16. Apakah ada alokasi biaya telepon, listrik, dan air untuk kepentingan pribadi dan usaha ?

a. Ya

b. Tidak

17. Apakah ada pengambilan produk untuk dipakai oleh kalangan pribadi ?

a. Ya

b. Tidak

18. Jika ada apakah ada pencatatan khusus ?

a. Ya, lalu apa yang dilakukan ?

a) Hanya mencatat

b) Menggantinya seharga produk tersebut

Gambar

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Kuesioner  .........................................................
Gambar 4.2 : Perhitungan Gaji yang Melibatkan Keluarga ..................
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner
Gambar 4.1 Kategori Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Justickis (1995)), ir kaip dviejų ar daugiau asmenų - pliešingų interesų, pažiūrų, nuostatų, tikslų ar tikslo siekimo bfidų susidūrimas (A. ), ir kaip priešiška elgsena

Dalam wacana (7) penjual melanggar maksim kualitas karena penjual tidak mengatakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Penjual mengatakan bahwa harga tahu putih

Guru merupakan public figure sekaligus teladan bagi anak didiknya, oleh karenanya kepribadian guru sangat menentukan bagaimana hubungan baik secara psikologis maupun

Tata kelola perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) dapat meningkatkan hasil belajar

Suhu aktivasi berpengaruh terhadap sifat rendemen, kadar zat terbang, kadar karbon terikat dan keseluruhan daya jerap arang aktif, sedangkan lama aktivasi hanya

Aplikasi pupuk organik cair urin kelinci pada 1 minggu setelah tanam nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman caisim diantaranya jumlah, daun, panjang daun,

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik lndonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akeditasi Nasional, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.. (BAN-PT)