• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI DI SURABAYA."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

SHELVY LIA AMEDIA 1011010010/ FEB/ EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Oleh :

SHELVY LIA AMEDIA 1011010010/ FEB/ EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

Yang diajukan

Shelvy Lia Amedia 1011010010

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Ir.Hamidah Hendr arini, M.Si

NIP. 196012271991031002 Tanggal:...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Wakil Dekan I

(4)

Yang diajukan

Shelvy Lia Amedia 1011010010

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh:

Pembimbing Utama

Ir.Hamidah Hendr arini, M.Si

NIP. 196012271991031002 Tanggal:...

Mengetahui

Ka.Progdi Ekonomi Pembangunan

(5)

Yang diajukan

Shelvy Lia Amedia 1011010010

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Ir.Hamidah Hendr arini, M.Si

NIP. 196012271991031002 Tanggal:...

Mengetahui

Ka.Progdi Ekonomi Pembangunan

(6)

SHELVY LIA AMEDIA 1011010010/FEB/EP

Telah Diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univer sitas Pembangunan Nasional " Veter an" J awa Timur Pada tanggal 15 Apr il 2014

Pembimbing : Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Ir . Hamidah Hendr ar ini, M.Si Pr of. Dr . Djohan Mashudi, SE, MS

Sekretaris

Ir . Hamidah Hendr ar ini, M.Si

Anggota

Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"

Jawa Timur

(7)

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul

“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI SEKTOR INDUSTRI DI SURABAYA”

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat dosen pembimbing Ibu Ir. Hamidah Hendr arini, M.Si yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan terima kasih kepada banyak pihak, yaitu :

1. Bapak Pr of. Dr. Ir. Teguh Soedar to, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

(8)

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Terucap hormat khusus kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.

7. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 2010 khususnya yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan skripsi hingga selesai.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian skripsi ini diusahakan sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, April 2014

(9)

iii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Ga mbar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstr a ksi ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Teori Investasi ... 11

2.2.1.1.Pengertian Investasi ... 11

2.2.1.2. Jenis-Jenis Investasi ... .. 15

2.2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi ... . 16

2.2.2. Industri ... . 18

(10)

2.2.3.2. Jenis-Jenis Produksi... 21

2.2.3.3. Sistem Produksi... 22

2.2.4. Produk Domestik Regional Bruto... 23

2.2.4.1. Pengertian PDRB... 23

2.2.4.2. Penyajian Produk Domestik Regional Bruto... 23

2.2.4.3. Hubungan PDRB Terhadap Investasi... 25

2.2.5. Kurs Valas ... .. 25

2.2.5.1. Pengertian Kurs Valas... 25

2.2.5.2. Sistem Kurs Valas... 26

2.2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang... 27

2.2.5.4.Hubungan Kurs Valas Terhadap Investasi ... 29

2.2.6. Tenaga Kerja... . 29

2.2.6.1. Pengertian Tenaga Kerja... .. 29

2.2.6.2. Hubungan Tenaga Kerja dan Investasi... .. 31

2.2.7. Inflasi... .. 31

2.2.7.1. Pengertian Inflasi... ... 31

2.2.7.2. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya... .. 32

2.2.7.3. Inflasi Berdasarkan Asal-Usulnya... .. 33

2.2.7.4. Cara Mencegah Inflasi... .. 33

(11)

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi operasional dan Pengukuran variabel ... 38

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1. Teknik Analisis ... 40

3.4.2. Uji Hipotesis ... 41

3.5. Asumsi klasik (BLUE)... .. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48

4.1.1. Keadaan Umum Kota Surabaya ... 48

4.1.2. Geografis dan Topografi Kota Surabaya ... 49

4.1.3. Kependudukan ... 50

4.1.4. Investasi Sektor Industri Di Surabaya ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.2.1. Deskripsi Investasi Sektor Industri ... 52

4.2.2. Deskripsi PDRB Sektor Industri ... 54

4.2.3. Deskripsi Kurs Valuta Asing ... 55

4.2.4. Deskripsi Jumlah Tenaga Kerja ... 56

(12)

4.3.1.2. Uji Autokolerasi ... 60

4.3.1.3. Uji Heterokedasitas ... 61

4.3.2. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis... ... 63

4.3.2.1. Uji Hipotesis Secara Simultan... ... 65

4.3.2.2. Uji Hipotesis Secara Parsial... ... 66

4.3.3. Pembahasan... ... 73

BAB V KE SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(13)

Abstraksi

Saat ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1997 sampai dengan 2011. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan variabel yang digunakan adalah PDRB sektor industri (X1), Kurs Valas (X2), Jumlah Tenaga Kerja (X3), Tingkat Inflasi

(X4) Investasi Sektor Industri di Surabaya (Y) sebagai variabel terikatnya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB Sektor Industri (X1),

Kurs Valas (X2), Jumlah Tenaga Kerja (X3), Tingkat Inflasi (X4) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Investasi Sektor Industri di Surabaya (Y). Ditunjukkan dengan Fhitung = 6,848 > Ftabel = 3,48 sedangkan secara parsial,

variabel PDRB Sektor Industri (X1) tidak berpengaruh terhadap investasi sektor

industri di Surabaya ditunjukkan dengan thitung = 0,058 < ttabel = 2,228, Kurs Valas

(X2) berpengaruh terhadap investasi sektor industri di Surabaya ditunjukkan

dengan thitung = -2,932 < ttabel = -2,228. Variabel jumlah Tenaga Kerja (X3)

berpengaruh terhadap investasi sektor industri di Surabaya ditunjukkan dengan thitung = 3,812 > ttabel = 2,228 Variabel Tingkat Inflasi (X4) tidak berpengaruh

terhadap investasi sektor industri di Surabaya ditunjukkan dengan thitung = 0,041 <

ttabel = 2,228.

(14)

ABSTRACT

Today many countries that do policy aims to increase domestic investment or foreign capital. This is done by the government because investment activities will also encourage economic activity of a country, employment, the resulting increase in output, foreign exchange savings or even the addition of foreign exchange .

In this study using secondary data is data time series in 1997 through 2011. Analysis used in this study is a multiple linear regression and the variables used are industrial sector PDRB (X1), Foreign Currency Exchange (X2), Workforce

(X3), Inflation Rate (X4) Industry Sector Investment in Surabaya (Y) as the

dependent variable.

The results of this study indicate that the Industrial Sector PDRB (X1),

Foreign Currency Exchange (X2), Workforce (X3), Inflation Rate (X4)

simultaneously significant effect on the Industrial Sector Investment in Surabaya (Y). Indicated by F value = 6.848 > F = 3.48 while partial, Industry Sector PDRB variable (X1) has no effect on investment in the industrial sector Surabaya

indicated by tarithmetic = 0.058 < ttable = 2.228, Foreign Currency Exchange (X2)

effect on the investment industry Surabaya indicated by tarithmetic = -2.932 < ttable =

2.228. Variable number of Labor (X3) effect on investment in the industrial sector

Surabaya indicated by tarithmetic = 3.812 > ttable = 2.228 Variable Inflation rate (X4)

does not affect the investment industry in Surabaya indicated by tarithmetic = 0.041 <

t table = 2.228 .

(15)

1.1.Latar Belakang

Investasi sering juga disebut penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau perlengkapan - perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa - jasa yang tersedia dalam perekonomian. Jadi sebuah pengeluaran dapat dikatakan sebagai investasi jika ditujukan untuk meningkatkan kemampuan produksi. Investasi merupakan hal yang penting dalam perekonomian.

Dalam pembangunan ekonomi, investasi mempunyai dua peran penting. Pertama, peran dalam jangka pendek berupa pengaruhnya terhadap permintaan agregat yang akan mendorong meningkatnya output dan kesempatan kerja. Kedua, efeknya terhadap pembentukan kapital. Investasi akan menambah berbagai peralatan, mesin, bangunan dan sebagainya. Dalam jangka panjang, tindakan ini akan meningkatkan potensi output dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

(16)

Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi, dengan posisi semacam itu investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal dari kegiatan ekonomi, untuk mencerminkan ramai tidaknya pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian. Setiap Negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Perbaikan iklim investasi tak henti-hentinya dilakukan pemerintah terutama sejak adanya krisis ekonomi

Investasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka proses peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal ini karena investasi pada dasarnya dimaksudkan untuk menambah kapasitas produksi nasional. Dengan bertambahnya kapasitas produksi nasional, maka bertambah pula kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa. Dimana selanjutnya taraf hidup dan kemakmuran masyarakat akan meningkat karena tersedianya alat pelumas kebutuhan masyarakat bertambah. Oleh karena itu dapat di pahami mengapa pemerintah selalu terus berusaha mendorong investasi didalam Negeri.

(17)

menambah alat-alat produksi. Keadaan masyarakat harus memungkinkan adanya akumulasi kapital, yaitu dengan mengadakan investasi yang diambil dari modal asing (Anonim, 2007 : 2).

Investasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka proses peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena investasi pada dasarnya dimaksudkan untuk menambah kapasitas produksi daerah. Dengan bertambahnya kapasitas produksi daerah, maka bertambah pula kemampuan suatu perokonomian untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa. Dimana selanjutnya taraf hidup dan kemakmuran masyarakat akan meningkat karena tersedianya alat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. (Rosyidi, 2002 : 14).

Permasalahan yang harus dipahami adalah sesungguhnya investor asing sudah memahami karakteristik dan kondisi suatu propinsi, sehingga kebijakan apapun yang digulirkan oleh satu propinsi akan terpantau oleh investor. (Sarwedi, 2005 : 31).

Masih tertinggalnya perekonomian Jawa Timur mendorong pemerintah untuk mencari sumber- sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar negeri. Investasi merupakan salah satu sumber yang menjadi sasaran pemerintah untuk membantu proses pembangunan, terutama pembangunan pada sektor- sektor yang ada di Jawa Timur.

(18)

rata-rata di atas 6% per tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi dan Nasional. Kota Surabaya ini berhasil lolos dari guncangan ekonomi nasional (krisis moneter 1998) dan krisis global 2008 dan tetap menunjukkan pertumbuhan positif dari tahun ke tahun. ( Anonim : 2009 )

Kota Surabaya memiliki lebih dari 14.500 industri besar, menengah dan kecil masing-masing sebanyak 196 industri besar, 1404 industri menengah, 3.458 industri kecil dan lebih dari 9000 industri kecil informal. ( Anonim : 2009 )

Kota Surabaya memiliki lokasi khusus untuk pengembangan industri termasuk Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) dimana terdapat berbagai industri manufaktur di sana. SIER menduduki lahan seluas 245 hektar dikelola secara profesional, ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang menampung puluhan ribu pekerja dan bergerak di bidang packaging, produk listrik, bahan kimia, produk kosmetik, makanan, dan lain sebagainya. ( Anonim : 2009 )

Selain SIER, Surabaya juga memiliki lokasi industri di Margomulyo yang merupakan lokasi industri yang lama dan ditempati berbagai industri besar yang bergerak di berbagai bidang seperti besi baja, produk kelistrikan, peralatan rumah tangga, makanan dan sebagainya. ( Anonim : 2009 )

(19)

dengan perincian PMA sebanyak 368 buah dan PMDN sebanyak 374 buah. ( Anonim : 2009 )

Penanaman modal yang telah disetujui dan terealisasi dalam periode Januari s/d 31 Desember 2009 sebanyak 7 (satu) buah proyek PMDN dengan nilai investasi sebesar Rp. 20.950.000.000 dan USD 121.913.000 dan Penanaman Modal Asing sebanyak 45 (Empat Puluh Lima) buah proyek dengan investasi sebesar USD 263.216.899 dan Rp.265.579.077.126. (Anonim : 2009 )

Berdasarkan fakta – fakta diatas, maka perlu diadakan penelitian dimana pengaruh PDRB Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap perkembangan investasi sektor industri di Surabaya?

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang akan di bahas adalah :

1. Apakah PDRB Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Inflasi mempengaruhi investasi sektor industri di Surabaya? 2. Manakah dari ke empat faktor tersebut yang paling dominan pengaruhnya

terhadap investasi sektor industri di Surabaya?

1.3.Tujuan Penelitian

(20)

1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Inflasi terhadap investasi sektor industri di Surabaya.

2. Untuk mengetahui manakah di antara PDRB Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Inflasi yang paling dominan pengaruhnya terhadap investasi sektor industri di Surabaya.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain :

1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan untuk memperkaya bacaan di perpustakaan UPN ‘Veteran’ Jawa Timur.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan investasi sektor industri di Surabaya.

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-hasil penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai pengkajian yang berhubungan dengan analisis beberapa faktor yang mempengaruhi investasi sektor imdustri di Surabaya

1. Oktaviani (2009)

“Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Industri Di Surabaya”. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukan adanya hubungan yang nyata antara variabel Kurs Valuta Asing (X1), Tingkat Inflasi (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit

Investasi (X3), Indeks Harga Saham (X4) terhadap investasi sektor industri

(Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung sebesar 16,008 dan F tabel sebesar 3,478. Sedangkan secara parsial variabel Kurs Valuta Asing (X1) berpengaruh nyata terhadap investasi sektor industri di

Surabaya (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 7,764 > t tabel sebesar 2,228. Variabel Inflasi (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap

investasi sektor industri di surabaya (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar -1,217 < t tabel sebesar 2,228. Variabel Tingkat suku bunga kredit investasi (X3) berpengaruh nyata terhadap investasi sektor

industri di Surabaya (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar -2,419 < t tabel sebesar 2,228. Variabel IHSG (X4) tidak

(22)

2. Agustina (2009)

“Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengar uhi Investasi Industri Besar Di J awa Timur”. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukan hubungan yang nyata antara PDRB (X1), Tingkat

suku bunga kredit (X2), Jumlah tenaga kerja (X3), Kurs valas (X4), Ekspor

(X5) terhadap investasi industri besar di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui

dari uji F yaitu diperoleh F hitung sebesar 5,350 dan F tabel sebesar 3,48. Sedangkan secara parsial variabel PDRB (X1) tidak berpengaruh nyata

terhadap investasi industri besar di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 0,6999 < t tabel sebesar -2,262. Tingkat suku bunga kredit (X2) berpengaruh nyata terhadap investasi industri besar di

Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 3,178 > t tabel sebesar 2,262. Variabel Jumlah tenaga kerja (X3) tidak

berpengaruh nyata terhadap investasi industri besar di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 0,111 < t tabel sebesar 2,262. Variabel Kurs Valas (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap

investasi industri besar di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t dimanat hitung sebesar-1,185 < t tabel sebesar 2,262. Ekspor (X5) tidak

berpengaruh nyata terhadap investasi industri besar di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung sebesar 0,459 < t tabel sebesar 2,262.

(23)

kredit investasi yang tinggi dapat menghambat investasi pada sektor swasta, pada gilirannya investasi yang tidak meningkat akan menurunkan tingkat kemampuan berproduksi. Akibatnya barang yang diproduksi (output) akan berkurang (supply barang turun) sehingga akan terjadi kelebihan permintaan, artinya jumlah supply barang tidak bisa mengimbangi kekuatan permintaan di pasar yang dapat memicu kenaikan harga di pasar dan menyebabkan inflasi.

(24)

muncul akibat pemutusan kerja karena tutupnya beberapa industri besar dan hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang antara perkotaan dan pedesaan sehinnga timbulnya structural deformation dalam ekonomi. (2005 : 56)

(25)

pakaian, sementara itu biaya, biaya bahan bakar, dan biaya tenaga kerja (upah) berpengaruh negatif terhadap investasi di industri TPT.

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Teori Investasi

2.2.1.1. Pengertian Investasi

Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang – barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi, Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaranpenanam - penanam modal atau peerusahaan untuk membeli barang - barang modal dan perlengkapan - perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang - barang dan jasa- jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar, 2012 investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan.

(26)

masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.

Secara statistik, investasi atau pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi, dibedakan menjadi 4 komponen, yaitu : investasi perusahaan-perusahaan swasta, pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal, perubahan dalam inventaris (inventory) perusahaan dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Tujuan pengusaha untuk mewujudkan alat-alat produksi tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan produksi yang dilakukannya di masa depan. Hal ini berarti investasi yang dilakukan di masa kini sangat erat hubungannya dengan prospek memperoleh untung di masa depan. Semakin cerah prospek untuk memperoleh keuntungan yang lumayan di masa depan, semakin tinggi investasi yang dilakukannya pada masa kini (Gunawan ,2001 ).

(27)

investasi perusahaan adalah sangat “volatile” yaitu selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar, dan sebagai sumber penting dari berlakunya fluktuasi dalam kegiatan perekonomian. Disamping itu kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting kegiatan investasi dalam perekonomian. Pertama, investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahakan kapasitas memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional serta kesempatan kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, perkembangan ini akan memberi sumbangan penting terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat.

Menurut Meir membagi pengertian investasi menjadi tiga motif yaitu : profit motive, technological motive, marketing motive.

a. Profit motive

(28)

b. Technological motive

Pada motif ini para investor lebih mengutamakan kemampuan teknologi dalam setiap usahanya. Ini berarti bahwa para investor akan lebih cenderung menambah kapasitas produksi dan menemukan produk-produk baru.

c. Marketing motive

Suatu investor selalu mengarah keperluasan pasar sehingga akan memperoleh posisi yang kuat dalam persaingan. Usaha ini jg dimaksudkan untuk kepentingan memasarkan hasil yang seluas-luasnya, baik untuk kedalam maupun ke luar negeri.

Dapat di simpulkan bahwa investasi itu merupakan suatu pengeluaran pemilik modal untuk membeli barang-barang atau jasa secara ekonomis dan di harapkan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan motif dari para investor tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu : sifat motif kearah satu keuntungan (profit motive), kemajuan teknologi (technological motive), dan kemasalah

pemasaran (marketing motive)

(29)

2.2.1.2 J enis-J enis Investasi

Investasi dapat dibagi menurut cara pembagian dapat digolongkan menjadi delapan jenis yang terkelompok menjadi empat kelompok, yaitu ( Rosyidi, 2006 : 188 : 196)

a. Autonomous Investment dan Inducted Investment

Autonomous Investment adalah investasi yang besar kecilnya tidak di pengaruhi pendapatan nasional, tetapi dapat bergeser ke atas atau ke bawah karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi, kebijakan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Inducted Investment adalah investasi yang besar kevilnya di pengaruhi oleh pendapatan nasional, tetapi dapat bergeser kekanan atas karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor pendapatan.

b. Public Investment dan Private Investment

(30)

c. Domestic dan Foreign Investment

Domestic artinya dalam negeri, sedangkan foreign artinya adalah luar negeri. Dengan itu jelaslah bahwa domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri di dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Suatu negara yang memiliki sumber daya yang melimpah dan sumber daya manusia tetapi tidak memiliki modal yang cukup untuk mengelolah sumber-sumber yang dimilikinya itu maka negara tersebut akan mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada di dalam negeri tetap dimanfaatkan. d. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian, investasi bruto ini dapat bernilai positif ataupun nol (yakni ada atau tidak ada investasi sama sekali), tetapi tidak bernilai negatif, maksud invstasi bruto disini, adalah semua jenis investasi yang dilaksanakan di suatu Negara, dengan peduli jenis investasi apa sajakah yang dilaksanakan itu. Sedangkan Net Investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.

2.2.1.3 Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi

(31)

penanamanya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

Disamping itu harapan di masa yang akan datang untuk memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah

1. Ramalan Mengenai Keadaan Dimasa Yang Akan Datang

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal, baru dinamakan kegiatan memakan waktu dan apabila investasi tersebut telah usai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus menerus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan di kembangkan itu dapat memperoleh keuntungan atau menimbulkan kerugian, maka pengusaha harus membuat ramalan-ramalan dimasa yang akan datang.

2. Perubahan dan Perkembangan Teknologi

Kegiatan yang dilakukan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain yang dinamakan inovasi.

3. Tingkat Bunga

(32)

atau membatalkannya. Maka tingkat bunga dapat di golongkan sebagai faktor penting yang menentukan besarnya investasi.

4. Keuntungan Yang Diperoleh Perusahaan-Perusahaan

Salah satu faktor yang menentukan investasi adalah keuntungan yang di peroleh, disamping dibiayai yang dipinjam dari modal yang dipinjam dari badan keuangan dan masyarakat, dapat pula dibiayai tabungan yang dimiliki oleh mereka.

5. Tingkat Pendapatan Nasional Dan Perundang-Undangan

Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutkan pendapatan masyarakat tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.

2.2.2. Industri

2.2.2.1. Pengertian Industri

Pengertian industri yang digunakan pemerintah melalui Departemen Perindustrian Republik Indonesia adalah rangkaian dan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pembuatan, pengubahan, dan perbaikan bahan baku dan barang sehingga menjadi barang jadi.

(33)

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulakan bahwa indusrti adalah kumpulan dari perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, barang setengah jadi, barang-barang jadi agar menjadi barang-barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya dalam proses industri.

2.2.2.2 Macam-Macam Industri

Pengelompokan industri dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Industri Dasar

Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok kimia dasar ditinjau dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal, teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja.

2. Industri Kecil

(34)

3. Industri Hilir

Industri Hilir meliputi industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah hasil pertanian secara luas. Kelompok ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan telnologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan teknologi maju.

Menurut Badan Pusat Statistik industri dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Industri Besar

Industri Besar ini memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang lebih, yang bersifat padat modal, dimana tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksilebih sedikit daripada jumlah modal yang digunakan dengan teknologi yang tinggi dan teruji. Industri besar ini tidak padat karya.

2. Industri Sedang

(35)

3. Industri Kecil

Industri Kecil ini memperkerjakan tenaga kerja antara 5-19 orang. Dengan teknologi yang sederhana dan menyerap banyak tenaga kerja.

4. Industri Kerajinan

Industri Kerajinan ini memperkerjakan tenaga kerta antara 1-4 orang. Industri ini disebut juga industri kecil non formal, karena tidak diwajibkan mempunyai izin atau daftar usaha, yang memiliki modal investasi untuk mesin dan peralatan.

2.2.3. Produksi

2.2.3.1. Pengertian Pr oduksi

Produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada.

2.2.3.2. J enis-jenis Produksi

(36)

2. Proses Produksi Yang Terputus-Putus

Proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola yang pasti atau selau berubah-ubah. Antara produk jadi yang lain berbea-beda dalam hal jumlah, kualtas, desain maupun harga. Contoh : perusahaan percetakan, mebel, dan lain-lain.

3. Proses Produksi Bersifat Proyek

Kegiatan produksi yang dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakanditempatkan di tempat dimana lokasi proyek dilaksanakan dan pada saat preoyek direncanakan. 2.2.3.3. Sistem Produksi

Sistem produksi yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Sistem Seri yaitu dimana dua atau tiga lebih merupakan sistem satu sistem yang lebih besar

(37)

2.2.4 Pr oduk Domestik Regional Bruto 2.2.4.1Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Besaran produk domestik regional bruto dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular (circular flow) dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara, yaitu :

1. Metode Total Keluaran (The Total-Output Method) atau pendekatan produksi

2. Metode Keluaran atas Keluaran (The Spending-On-Output Method) atau pendekatan pengeluaran

3. Metode Pendapatan dari Produksi (The Income-From-Production Method) atau pendekatan pendapatan. ( Anonim,

2006 : 1)

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah (produk) yang ditimbulakn oleh berbagai sektor atau lapangan usaha, yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah atau region tertentu tanpa memperhatikan pemilikan atas faktor produksi. ( Anonim, 2002 : 6 ).

2.2.4.2Penyajian Produk Domestik Regional Bruto

(38)

Regional Bruto secara bertahap dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu harga konstan dan atas dasar harga berlaku.

a. Penyajian Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku ada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

b. Penyajian Atas Dasar Harga Konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga (inflasi atau deflasi).

Angka-angka yang disajikam oleh PDRB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi. Dengan demikian PDRB berfungsi sebagai :

1. Indikator hubungan antar sektor 2. Indikator tingkat inflasi

3. Indikator tingkat perekonomian

4. Indikator tingkat pertumbuhan regional income perkapita 5. Indikator tingkat pertumbuhan ekonomi

(39)

2.2.4.3Hubungan PDRB terhadap Investasi

Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh nyata terhadap investasi. Kenaikan Produk Domestik Regional Bruto yang berarti kenaikan permintaan agregat rupanya merangsang kelangsungan pengusaha untuk melakukan investasi yang lebih besar. Jika investasi masuk, maka ada pergerakan ekonomi yang diikuti naiknya konsumsi masyarakat dan kegiatan umum perdagangan baik regional maupun mendorong ekspor dan impor.

Menurut keynes rumus dari PDRB adalah C + I + G + ( X – M ) dimana itu termasuk tipikal sistem ekonomi terbuka karena Indonesia menganut perdagangan luar negeri. Sedangkan Tipikal sistem ekonomi tertutup mempunyai rumus Y = C + I.

2.2.5 Kur s Valuta Asing

2.2.5.1Pengertian Kur s Valuta Asing

Kurs Valas yaitu harga uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang aing dan alat

pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.

(40)

mata uang mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang besar. ( Boediono : 2003 ).

2.2.5.2Sistem Kur s Valuta Asing 1. Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal.

Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :

a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang jarang.

b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga, dan pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental melalui perubahan nilai paritas.

c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi pemerintah, dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas.

2. Sistem Kurs Mengambang

(41)

valuta asing. Sistem Kurs mengambang tercipta tahun 1973, sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap.

3. Sistem Kurs Menganbang Terkendali

Sistem Kurs mengambang Terkendali adalah suatu sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.

2.2.5.3Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau Negara lain :

1. Tingkat Inflasi

(42)

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan menyebabkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanam modal baik dalam negeri maupun luar negeri, sehingga akan menyebakan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

3. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akam mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai tukar mata uang dalam negeri. 5. Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter

(43)

2.2.5.4. Hubungan Kur s Valuta Asing Terhadap Investasi

Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga

saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.

Hubungan Kurs Valas terhadap Investasi, Jika kurs valas suatu mata uang tinggi maka itu adalah tanda bahwa perekonomian di Negara tersebut maju dan stabil, itu menandakan pertumbuhan dan perkembangan sektor industri juga baik. Hal ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya

2.2.6 Tenaga Kerja

2.2.6.1Pengertian Tenaga Kerja

(44)

Menurut Irawan dan suparmoko ( 2002 : 114 ) tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja antara umur 15-64 tahun.

Tenanga kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Angkatan Kerja

Tenaga Kerja yang dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak sedang bekerja dan yang mencari pekerjaan.

Angkatan Kerja itu sendiri dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Pekerja, yaitu orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja atau orang yang mempunyai pekerjaan tapi untuk sementara sedang tidak bekerja.

b. Penganggur, yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.

2. Bukan Angkatan Kerja

Penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Contoh dari bukan angkatan kerja, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

(45)

Dengan adanya pengertian tenaga kerja, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, maka dapat diketahui mana saja yang tergolong tenaga kerja, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja sehinnga dapat diketahui status dari manusia tersebut, karena manusia adalah unsur pokok dari setiap kegiatan.

2.2.6.2 Hubungan Tenaga Kerja dan Investasi

Tenaga kerja memberikan kontribusi yang penting terhadap kelangsungan investasi. Dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja disertai tingkat upah yang murah maka akan menghasilkan peningkatan produksi dan akan menekan biaya poduksi sehingga akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha.

Kegiatan investasi akan membawa dampak ekonomi, diantaranya peningkatan skill atau keahlian daripada keahlian dari tenaga kerja itu sendiri dengan adanya training yang dilakukan oleh perusahaan asing, selain itu kegiatan investasi akan berdampak pada peningkatan perusahaan domestik.

2.2.7. Inflasi

2.2.7.1. Pengertian Inflasi

(46)

Angka laju inflasi yang tinggi menunjukan bahwa suatu perekonomian mengalami gangguan. Dalam komdisi ini pemerintah harus cepat tanggap dalam menentukan kebijaksanaan yang akan membawa kembali laju inflasi pada tingkat yang wajar. ( Anonim, 2000 : 166 )

Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba – tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku diluar ekspetasi pemerintah. ( sadono sukirno : 2006 : 333 )

2.2.7.2. J enis Inflasi menurut sifatnya

1. Inflasi Ringan (Creepin Inflation) Ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu dibawah 10% per tahun atau inflasi satu angka (satu digit).

2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan waktu yang relatif pendek (antara 10%-50%).

(47)

2.2.7.3. Inflasi Berdasar kan Asal-Usulnya

Penggolongan inflasi Menurut asal usulnya dibedakan menjadi : 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation),

inflasi jenis ini umumnya di sebabkan oleh adanya suatu defisit anggaran pendapatan dan belanja negara yang dibiayai dengan cara pencetakan uang baru.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation) inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara langganan berdagang. Penularan suatu inflasi dari luar negeri ke dalam negeri karena kenaikan barang-barang yang kita import. Bisa pula karena kenaikan barang-barang export. Penularan infasi dari luar negeri lebih mudah terjadi pada sistem perekonomian terbuka. ( Boediono, 164 – 165 )

2.2.7.4. Car a Mencegah Inflasi

Cara mencegah inflasi dapat menggunakan kebijaksanaan, yaitu : 1. Kebijaksanaan Moneter

Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui jumlah uang beredar (M1). Salah satu komponen jumlah uang beredar

(48)

cara pertama hanyalah pengalihan bentuk dari uang kas ke uang giral.

Bank sentral dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikan sehingga jumlah uang menjadi kecil. Disamping cara ini, Bank sentral dapat menggunakan tingkat diskonto (Discount Rate).

Discount Rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan bank sentral kepada bank umum. Pinjaman ini biasanya berwujud bertambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank sentral. Discount Rate ini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman yang diberikan Bank Sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan (oleh bank sentral) maka gairah bank umum untuk meminjam makin keci sehingga cadangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

(49)

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan total, kebijaksanaan fiskal yang berupa pengeluaran pemerintah.

2.2.7.5. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga‐ harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi

tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

2.3. Kerangka Pikir

Untuk menggambarkan hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Inflasi, maka dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

(50)

akan berpengaruh secara langsung terhadap kenaikan total nilai barang dan jasa sehingga mengakibatkan investasi sektor industri meningkat. Sebaliknya apabila Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurun, maka akan berpengaruh tidak langsung terhadap penurunan total nilai barang dan jasa sehingga investasi sektor industri menurun. ( Suparmoko, 2000 : 84 ).

2. Kurs Valas yang tinggi akan mempengaruhi investor asing. Apabila terjadi depresiasi rupiah terhadap mata uang asing, bagi para investor asing menganggap harga-harga di Jawa Timur akan mengalami penurunan , dalam hal ini yang diperhatikan adalah bahan baku impor untuk produksi, maka dapat mendorong proses industrialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa. Dengan kondisi tersebut pihak investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya. ( Kamalidin, 2001 : 116 ). 3. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berumur didalam batas usia. Tenaga Kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak sedang bekerja atau mempunyai pekerjaan umum sementara tidak sedang bekerja, atau Labour Force. Apabila jumlah tenaga kerja yang terserap meningkat maka proses produktifitas industri akan meningkat. ( Dumairy, 1996 : 74 )

(51)

Gambar 1 : Kerangka Konseptual “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Industri Di Surabaya “

Sumber : peneliti 2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang belum tentu dapat diterima dan masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah

1. Diduga variabel Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri, Kurs Valuta Asing, Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap investasi sektor industri di Surabaya.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Sedangkan definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari : 1. Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Investasi Sektor Industri di Surabaya yaitu pengeluaran sejumlah uang dari investor baik PMDN maupun PMA yang digunakan untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. diukur dalam satuan Rupiah (Rp).

2. Variabel Bebas

1. PDRB Sektor Industri (X1)

(53)

2. Kurs Valuta Asing (X2)

Adalah nilai mata uang asing (USD) terhadap mata uang rupiah yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral yang diukur dakam satuan Rupiah (Rp/$).

3. Jumlah Tenaga Kerja (X3)

Adalah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Tenaga kerja merupakan faktor industri dari sumber daya manusia yang mampu menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa dan diukur dalam satuan jiwa.

4. Tingkat Inflasi (X4)

Adalah Proses kenaikan harga secara terus-menerus dan terjadi pada periode tertentu yang terjadi di Surabaya dan diukur dalam satuan persen (%).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data berkala (time series) dalam periode waktu tahunan selama lima belas tahun, yaitu dari tahun 1997-2011.

3.3. Teknik pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam skripsi adalah sebagai berikut : J enis data

(54)

merupakan arsip pada Badan Pusat Statistik Jawa Timur dan instansi terkait. Studi Pustaka

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan

Studi Lapangan

Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan dalam penulisan skripsi. Data diperoleh dengan mengambil laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya dan Bank Indonesia.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan diperoleh dari - Kantor Badan Pusat Statistik Jawa Timur - Bank Indonesia

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel terikat dan variabel'bebas dengan persamaan sebagai berikut :

Yi = β0 + βiX1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i + ei ... (Sudjana,1999 :

(55)

Dimana : berpengaruh terhadap Investasi Sektor Industri Di Surabaya

i = Pengamatan

R2 = Koefisien Determinasi

3.4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ada 2 yaitu : 1. Uji F

Secara simultan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka menggunakan rumus :

Fhit =

(56)

Dengan ketentuan :

H0 : β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh)

Hi : β1≠β2≠β3≠ 0 (ada pengaruh)

Dengan kebebasan dengan derajat bebas pembilang (k) dan derajat bebas penyebut (n-k-1).

Keputusannya adalah :

Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima

Apabila Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak

Gambar 2 : Uji Simultan

Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain 1998, ekonometrika dasar, Erlangga, Jakarta, hal. 75.

2. Uji t

Untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu, pengujian dilakukan dengan masing-masing variabel bebas secara terpisah terhadap variabel berikut dengan rumus :

thitung =

i β β

……… (Sudrajat, 1993 : 102)

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

(57)

Dengan ketentuan :

Ho : βI = 0 (tidak ada pengaruh)

Hi : βi≠ 0 (ada pengaruh)

Derajat kebebasan (n-k-l) Dimana :

β = Koefisien regresi

Se = Standar error n = Jumlah sampel k = Parameter regresi

i = Variabel bebas ke i (i = 1,2,3,4) Keputusan adalah :

Apabila thit > ttabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima

Apabila thit≤ ttabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak

Gambar 3 : Uji Parsial

Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain 1998, ekonometrika dasar, Erlangga, Jakarta, hal. 79.

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

(58)

3.5. Asumsi Klasik (BLUE)

Didalam model analisis regresi linier berganda ini harus memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) yang artinya bahwa pengambilan keputusan yang berkaitan dengan uji F dan uji t tidak boleh bias.

a. Best

Pentingnya sifat ini kelihatan bila diterapkan dalam uji signifikasi baku (standart) terhadap α dan β serta membuat interval keyakinan taksiran-taksiran.

b. Linier

Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan perhitungan dalam penaksiran. c. Unbiased

Jaminan dari sifat adalah bila jumlah sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d. Estimate

Merupakan penaksiran linier kuadrat terkecil artinya diharapkan sekecil mungkin.

Untuk menghasilkan keputusan yang memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate ) dibutuhkan asumsi-asumsi klasik dalam model

(59)

1. Autokorelasi (auto correlation )

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional).

Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (t test).

Gambar 4 : Kurva Identifikasi Gejala Autokorelasi

Artinya antara variabel independent yang satu dengan variabel

Sumber : Gujarati, Damodar, 1993, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga Jakarta, Halaman 218.

2. Multikolinieritas

Artinya antara variabel independent yang satu dengan variabel independent yang lain adalah model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna.

Akibat adanya multikolinier :

a. Nilai standar Error (galat baku) tinggi sehingga taraf kepercayaan (Confidance Interval) nya akan semakin melebar.

(60)

b. Probabilitas untuk menerima hipotesa Ho diterima (tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan semakin besar. Multikolinier dapat didefinisikan dengan Varian Inflation Factor (VIF) yang menyatakan tingkat “pembengkakan” varians atau Varian Inflation Factor (VIF) dapat dihitung dengan rumus :

VIF = 2

determinasi persamaan regresi antar variabel bebas. Banyaknya nilai muncul VIF sebanyak jumlah variabel bebas yang ada dalam persamaan regresi. Apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi linier berganda tersebut tidak terkenal multikolinier (Gujarati, 1995 : 339).

3. Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas artinya variabel independent, adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel independent.

Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Rank Spearman, yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak dengan mengansumsikan bahwa koefisien rank korelasi adalah nol . Jika hasil regresi menunjukan nilai signifikan ≥ nilai α ,maka regresi linier tidak terdapat

(61)
(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian 4.1.1 Keadaan Umum Kota Sur abaya

Kotamadya Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, yang merupakan kota transito atau “Transito City” dengan harapan dapat berperan lebih efektif dalam menunjang kelancaran perhubungan dan pengangkutan baik dalam skala pelayanan di dalam kota maupun nasional.

(63)

4.1.2 Geografis dan Topogr afi Kota Sur abaya

Nama Kota Surabaya sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia sebagai Kota Pahlawan dan sekaligus kota kedua terbesar di Indonesia, setelah Ibukota Jakarta. Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur yang merupakan daerah yang cukup maju perekonomiannya dan dinyatakan sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, secara Geografis dapat dicapai dengan mudah, terletak ± 160 mil sebelah barat Pulau Bali atau ± 600 mil sebelah timur Jakarta.

Kota Surabaya terletak antara 07012’ – 07021’ Lintang Selatan dan 112036’ – 112054’ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dari ketinggian 3 – 6 diatas permukaan laut, kecuali sebelah selatan ketinggian 25 – 50 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah seluruhnya kurang dari 326,37 km2 yang terbagi dalam 5 wilayah pembantu kotamadya, 28 wilayah kecamatan dan 163 desa/kelurahan, yang terdiri dari 28 wilayah kecamatan tersebut diatas kecamatan yang terluas menurut tipologi dan klasifikasi perkembangan desa/kelurahan di Surabaya adalah kecamatan Benowo dengan luas 45,79 km2 dan kecamatan terkecil adalah Simokerto dengan luas 2,59 km.

Sedangkan batas wilayah Kotamadya Surabaya secara administratif adalah sebagai berikut :

(64)

Sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik 4.1.3 Kependudukan

Tingkat laju pertumbuhan penduduk di kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Keadaan tersebut sejalan dengan pesatnya pembangunan di segala sektor yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Kota Surabaya secara geografis dan topografis mempunyai kedudukan yang strategis di dalam pembangunan regional maupun nasional yang juga berfungsi sebagai pusat pertumbuhan serta pengembangan bagi kawasan Timur Indonesia, Kota Indamardi Garpar dan Gerbangkertasusila sudah barang tentu menarik minat dari penduduk yang berada di sekitar kota Surabaya untuk mendapatkan pendidikan dan mencari nafkah atau pekerjaan yang layak.

Tingkat kepadatan penduduk yang terjadi di kota Surabaya disebabkan dengan adanya beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor Geografis dan Letak Strategis

(65)

2. Faktor Industri

Pertumbuhan dan perkembangan baik industri besar, sedanf, dan kecil maupun industri kerajinan tangan merupakan daya tarik tersendiri bagi arus penyebaran urbanisasi. Hal ini dapat diketahui bahwa wilayah kecamatan yang banyak memiliki industri, tingkat kepadatan penduduk yang besar dibandingkan dengan wilayah yang jarang industrinya. Dengan besarnya jumlah penduduk akan mempengaruhi terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia di masyarakat, yang perlu di tampung pada berbagai sektor ekonomi.

4.1.4 Investasi Sektor Industri di Sur abaya

Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utana di wilayah Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan tersier. Kota ini sangat mendukung untuk memperkokoh sebutan Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan ekonomi.

Bersama–sama sektor swasta saat ini, Kota Surabaya telah mempersiapkan sebagai kota dagang internasional. Pembangunan gedung dan fasilitas perekonomian modern merupakan kesiapan Surabaya sebagai bagian dari kegiatan ekonomi dunia secara transparan dan kompetitif.

(66)

dan pergudangan. Keberadaan perbankan mulai dari bank sentral, bank swasta nasional devisa dan non devisa, bahkan bank asing memperlihatkan perputaran uang dan modal yang tinggi dan telah menglobal. Perekonomian Surabaya cukup menggairahkan dengan meningkatnya jumlah kredit untuk kegiatan modal kerja, investasi, dan konsumtif, khususnya kredit modal dan investasi pada sektor industri dan perdagangan.

Di wilayah selatan Surabaya telah dibangun kawasan industri yang terdapat di rungkut ( Surabaya Industrial Estate Rungkut ). Sementara di wilayah utara Surabaya terdapat kawasan industri dan pergudangan tambak Langon – kalianak – Margomulyo. Kawasan ini berdekatan dengan pelabuhan tanjung perak dan jalan tol dan pusat grosir ( Kembang jepun dan pasar turi ). Jenis industri di Surabaya sangat beragam mulai dari industri makanan, perhiasan, pengolahan hingga perakitan.

4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data-data tentang Investasi Industri sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap PDRB Sektor Industri, Kurs Valas, Jumlah Tenaga Kerja, dan Inflasi.

4.2.1 Deskr ipsi Investasi Sektor Industri

(67)

dilakukan pada investasi sektor industri di Surabaya pada tahun 1997 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut

Tabel 1

J umlah Investasi Sektor Industri Tahun 1997-2011

Tahun Jumlah Investasi Sektor Industri (Juta Rp) Perkembangan (%)

1997 394644 -

Sumber : Surabaya Dalam Angka, Badan Pusat Statistik

(68)

pada sektor-sektor industri di Surabaya, sehingga menimbulkan keraguan dalam diri investor untuk melaukan investasi.

4.2.2 Deskr ipsi PDRB (X1)

PDRB adalah Total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah ( regional) tertentu, dalam waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PDRB sektor Industri pada tahun 1997 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 2

PDRB Sektor Industri Tahun 1997-2011

Tahun PDRB Sektor Industri Perkembangan (%)

1997 5.432.116,45 -

(69)

tahun 2000 sebesar Rp. 14.081.654,00 dan perkembangannya sebesar 264,66% sedangkan yang terendah adalah pada tahun 1998 sebesar Rp. 3.957.007,94 dan perkembangannya sebesar -27,16%.

4.2.3 Deskr ipsi Kur s Valuta Asing (X2)

Kurs Valuta Asing atau foreign exchange adalah mata uang asing atau pembayaran mata uang lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi keuangan internasional dan yang mempunyai catat kurs resmi pada bank sentral. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kurs valuta asing dari tahun 1997-2011 adalah sebagai berikut.

Tabel 3 Kur s Valuta Asing

Tahun 1997-2011

Tahun Kurs Valuta Asing Rp/$ Perkembangan (%)

(70)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya perkembangan Kurs Valuta Asing (USD) yang terjadi di Surabaya sejak tahun 1997 sampai tahun 2011 mengalami fluktuatif, yang tertinggi terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 35,14% yang terjadi karena permintaan akan USD melebihi jumlah yang ditawarkan atau jumlah permintaan tetap sementara penawaran berkurang sehingga nilai rupiah menjadi lemah. Sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -14,16% yang terjadi karena permintaan sedikit sementara penawaran banyak atau dapat juga karena permintaan semakin menurun meskipun jumlah penawaran tetap.

4.2.4 Deskr ipsi J umlah Tenaga Kerja (X3)

(71)

Tabel 4 J umlah Tenaga Kerja

Tahun 1997-2011

Tahun Jumlah Tenaga Kerja Perkembangan (%)

1997 1039130 -

Sumber : Surabaya Dalam Angka, Bada Pusat Statistik

Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di Surabaya. Jumlah Tenaga Keja yang tertinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar 1.179.737 jiwa dan perkembangannya sebesar 13,53% sedangkan yang terendah pada tahun 2000 yaitu sebesar 1.066.450 jiwa dan perkembangannya sebesar -13,15%.

4.2.5 Deskr ipsi Tingkat Inflasi (X4)

(72)

dilakukan pada tingkat inflasi di Surabaya dari tahun 1997 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut

Tabel 5 Tingkat Inflasi Tahun 1997-2011

Tahun Tingkat Inflasi Perkembangan (%)

1997 9,11 -

(73)

4.3 Analisis Regr esi

4.3.1 Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi-Asumsi Klasik 4.3.1.1Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.

Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6 : Tes Multikolinier

TOLERANCE VIF Ketentuan KETERANGAN

(74)

4.3.1.2Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 2002:201). Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du) dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat).

Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL),

maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

• Jika d teletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima

yang berarti tidak ada autokorelasi.

• Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU)

maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.

(75)

Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 1,569 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti berada dalam daerah Ketidakpastian.

Gambar 5. Kur va Statistik Dur bin Watson

Daerah Daerah Daerah Daerah tolak

Tolak Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis Ho Ho pastian Tidak ada pastian

autokorelasi

0 dL= 0,6852 dU = 1,9774 (4-dU) = 2,0226 (4-dL) = 3,3148

1,569

Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 1,569 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti berada dalam daerah Ketidakpastian.

4.3.1.3Uji Heterokedastisitas

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Konseptual “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sektor Industri Di Surabaya “
Gambar 2 : Uji Simultan
Gambar 3 : Uji Parsial
Gambar 4 : Kurva Identifikasi Gejala Autokorelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan yang dilakukan oleh pendidik yang mengampu mata pelajaran Fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus, tidak sepenuhnya mengacu pada teori perencanaan

c) Bersedia dinyatakan tidak memenuhi syarat/gugur dan tidak akan mengajukan keberatan/aduan apabila terdapat ketidaksesuaian antara data registrasi pendaftaran (NIK)

Pada tahap akhir, setelah data hasil analisis yang berisi jawaban atas rumusan masalah penelitian kualitatif yang diuraikan secara singkat, penulis dapat

Sumber-sumber penerimaan daerah diperoleh dari: Pendapatan Asli Daerah (hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan

It may not feel like it, but we’ve covered a lot of ground in this chapter. We installed FXRuby and ensured that it’s working properly. We also developed a simple but functional

Tentu tidak, namun pertanyaan yang lebih mendasar dan perlu dipikirkan terkait dengan aspek memori kolektif masyarakat adalah: “Apakah sebagai bangsa harus terpenjara

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui Pengendalian Intern yang diterapkan oleh perusahaan atas penjualan tunai dan penerimaan kas, objeklaporan akhir ini adalah

Tujuan penelitian adalah mengembangkan proses manufaktur material skin wing Wulung, melakukan pengujian mekanik pada material karbon/epoksi yang digunakan adalah jenis prepeg