• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN DAN

KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN

MODEL

CONSERVATION SCOUT

UNTUK SISWA KELAS III B

SD N JETIS 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Paulus Yuli Suseno NIM: 131134064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN DAN

KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN

MODEL

CONSERVATION SCOUT

UNTUK SISWA KELAS III B

SD N JETIS 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Paulus Yuli Suseno NIM: 131134064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, Santo Yosef, Santo Yulius, Santa Theresia, Santo Yohanes, dan Santo Michael yang senantiasa menyertai dan memberkati seluruh keluargaku. Kedua Orangtuaku, Bapak Yulius Tulus dan Ibu Theresia Sukartinah yang senantiasa tidak kenal lelah untuk berjuang membesarkan, mendidik dengan penuh cinta kasih, dan selalu memberi doa restu kepadaku. Almh. Kakak perempuanku, Ignasia Meta Budi Lustinawati. Adikku, Brigadir Dua Polisi Yohanes Krisnanto, Michael Bowo Cahyo Wicaksono, dan Tomy Oktavianto yang senantiasa menerima kehadiran kakakmu ini dengan segala keterbatasanku. Mega Elvira Putri, sumber inspirasi, motivasi, dan penyemangatku untuk terus berkarya agar menjadi lebih baik. Alm. Kakek dan Almh. Nenekku tercinta yang senantiasa memberi doa restu dan menjadi lantaran berkah dari Tuhan, inilah karya dari cucu kalian. Keluarga Besarku yang senantiasa mendidik, memberi semangat, dan doa restu, kupersembahkan juga kepada kalian.

(6)

v MOTTO

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” *Lukas 22: 37-39*

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala

sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” *Surat Paulus yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ( 1 Korintus 13: 4-7)

“Ecce Ancilla Domini, fiat mihi secundum Verbum tuum”

*Lukas 1: 38*

“Belajar memahami walaupun tak sehati” “Belajar ikhlas walaupun tak rela” “Belajar bersabar walaupun terbebani” “Belajar memaafkan walaupun dilukai” “Belajar tersenyum walaupun tersakiti” “Belajar menerima walaupun semua berbeda” “Belajar mengucap syukur selalu dalam setiap perkara”

*Y. Tulus dan Th. Sukartinah*

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Februari 2017 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Paulus Yuli Suseno Nomor Mahasiswa : 131134064

menyetujui dan bersedia memberikan karya ilmiah saya kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul:

PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN DAN

KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL

CONSERVATION SCOUT UNTUK SISWA KELAS III B SD N JETIS 1 YOGYAKARTA

demi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau pun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Februari 2017

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Menggunakan Model Conservation Scout untuk Siswa Kelas III B

SD N Jetis 1 Yogyakarta

Paulus Yuli Suseno Universitas Sanata Dharma

2017

Peneliti termotivasi untuk mengobservasi sikap dan perilaku siswa kelas III B terhadap lingkungan, selama melaksanakan kegiatan PPL di SD N Jetis 1 Yogyakarta. Wawancara juga dilakukan untuk menganalisis kebutuhan siswa, hasil wawancara terhadap 5 siswa, guru, dan kepala sekolah menunjukkan adanya kebutuhan akan materi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi berupa Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan, hasil penggabungan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hari Pertama dan Hari Kedua, Materi Eksperimen, dan Panduan Eksperimen karya peneliti dan rekan. Materi bertujuan untuk memberikan pendidikan lingkungan bagi siswa kelas III, dengan harapan siswa semakin sadar dan peduli terhadap lingkungan.

Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D), dengan melaksanakan 5 langkah pengembangan materi menurut Tomlinson (Harsono, 2015). Materi dievaluasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas III sebelum diimplementasikan. Dari hasil evaluasi didapatkan skor rata-rata 3,54 sehingga materi masuk dalam kategori “sangat layak” untuk diimplementasikan lebih lanjut. Panduan eksperimen juga dievaluasi oleh 4 siswa kelas III B melalui kegiatan wawancara, mereka merasa senang dikarenakan dapat membaca dan melaksanakan langkah kegiatan dalam panduan. Materi diimplementasikan sekali dalam skala terbatas yakni di kelas III B selama 2 hari dengan melibatkan 24 siswa.

Panduan eksperimen dapat dikategorikan layak digunakan, dikarenakan sebanyak 22 siswa menyatakan bisa melakukan eksperimen berdasarkan panduan. Peneliti meyakini bahwa sebanyak 24 siswa tertarik terhadap isi panduan dengan bukti bahwa mereka membaca panduan, memperhatikan, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan demonstrasi. Senyum serta tawa yang mereka hadirkan memberikan kesan bahwa siswa merasa nyaman, senang, dan bahagia. Keberhasilan 5 kelompok dalam bereksperimen membuktikan bahwa mereka mampu bekerja secara individu dan kelompok untuk melaksanakan eskperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar” berdasarkan panduan.

(10)

ix ABSTRACT

Development of Educational Materials of Awareness and Care about The Environment by Using Conservation Scout Model for Grade III B Students

SD N Jetis 1 Yogyakarta

Paulus Yuli Suseno Sanata Dharma University

2017

The researcher was motivated to observe attitudes and behaviors of Grade III B Students towards the environment, during implementing activities of PPL in SD N

Jetis 1 Yogyakarta. Interviews were also held to analyze student’s need, the results of

interviewing the 5 students, the teacher, and the headmaster indicated that there was a need of experiment materials. This research aimed to develop a material in the form of Educational Materials of Awareness and Care about The Environment, a merger of lesson plan day one and day two, Experiment Materials, and Experiment Guideliness written by the researcher et al. The materials aimed to provide environmental education for Grade III Students. Hopefully, the students are getting aware and care about the environment.

Research methodology used was Research and Development (R&D), by implementing 5 steps of materials development according to Tomlinson (Harsono, 2015). The materials had been evaluated by Natural Science Expert, Linguist, and Teacher of Grade III before being implemented. The evaluation results obtained an average score 3.54, so that the materials included in the category of "very proper" to be implemented further. The Experiment Guideliness were also evaluated by 4 students of Grade III B through interviews, they felt happy because they could read and doing the steps of the acivities in the guidelines. The Material was implemented once on restricted scale that was in Grade III B for 2 days which involved 24 students.

The Experiment Guideliness can be categorized very proper to used because 22 students explained that they did the experiment based on guideliness. The researcher also believed that 24 students were interested in the contents of the guidelines with evidence that they read the guideliness, paid attention, and actively participated in the demonstration activities. Smile and laughter that they showed, gave impressions that they feel comfortable, happy, and excited. The success of 5 groups in doing the experiment proved that they were able to work individually and

as a group to implement the “Causes of Flood” and “The Functions of Root”

experiment based on guideliness.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat kesehatan dan keselamatan yang senantiasa diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tanggungjawab untuk menyusun tugas akhir atau skripsi dengan judul: PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN DAN

KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL

CONSERVATION SCOUT UNTUK SISWA KELAS III B SD N JETIS 1 YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung atau pun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, M.Biotech. yang senantiasa membimbing, mendidik, memberi semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(12)

xi

bimbingan, dan arahan selama peneliti melaksanakan kegiatan penelitian di kelas III B bersama seluruh siswa kelas III B sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas III B tahun ajaran 2016/2017 yang senantiasa penulis cintai dan banggakan, yang telah mendukung dan berpartisipasi aktif dalam melaksanakan setiap kegiatan yang diharapkan oleh penulis, Bapak dan Ibu Dosen PGSD USD yang senantiasa mendidik dan membimbing penulis selama menempuh ilmu di PGSD, serta seluruh karyawan dan karyawati Sekretariat PGSD USD yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan setiap hal yang menjadi kebutuhan penulis.

Terakhir kali tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih, ucapan terimakasih diberikan kepada sahabat-sahabatku yaitu Adelia Surya Putri, Desy Riska Martyassanti, dan Adiktia Kurniawati yang saling melengkapi, mendukung, memberi perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran, dalam proses perjuangan menuntaskan tanggungjawab sebagai Mahasiswa PGSD USD, kakak seperjuangan semasa menjadi mahasiswa PBI dan PGSD USD yakni Yustinus Cahyadi Tresnantyo yang senantiasa memberikan semangat dan selalu mengingatkanku untuk tetap bersikap rendah hati, teman-teman Payung Emansipatoris yang senantiasa memberikan semangat dan kepercayaan padaku, teman-teman SMA N 1 Seyegan yang menjadi sumber motivasi untuk terus berkarya, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya ini, oleh karena, itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ini dapat menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Definisi Operasional ... 11

1.7 Spesifikasi materi yang dikembangkan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Kajian Pustaka ... 13

(14)

xiii

2.1.2 Pengembangan Materi ... 15

2.1.3 Pendidikan ... 17

2.1.4 Kesadaran dan Kepedulian ... 21

2.1.5 Lingkungan ... 24

2.1.6 Model Conservation Scout ... 26

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31

2.2.1 Penelitian Tentang Model Conservation Scout ... 31

2.2.2 Penelitian Tentang Kesadaran Lingkungan ... 34

2.2.3 Penelitian Tentang Kepedulian Lingkungan ... 35

2.3 Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian... 39

3.2 Setting Penelitian ... 42

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.2.2 Subjek Penelitian ... 42

3.2.3 Objek Penelitian ... 42

3.3 Prosedur Pengembangan ... 42

3.3.1 Analisis Kebutuhan Siswa... 44

3.3.2 Desain ... 44

3.3.3 Implementasi ... 46

3.3.4 Evaluasi ... 47

3.3.5 Revisi ... 47

3.4 Evaluasi Materi ... 47

3.4.1 Desain Evaluasi ... 47

3.4.2 Subjek Implementasi ... 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5.1 Observasi ... 48

3.5.2 Wawancara ... 49

(15)

xiv

3.5.4 Dokumentasi ... 50

3.6 Instrumen Penelitian ... 50

3.7 Teknik Analisis Data... 54

3.7.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 54

3.7.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 55

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Proses Pengembangan Materi ... 58

4.1.2 Deskripsi Kualitas Materi ... 113

4.2 Pembahasan... 115

4.2.1 Materi Dikembangkan Berdasar Pada 5 Langkah dan 10 Prinsip Pengembangan Materi Menurut Tomlinson... 116

4.2.2 Kelebihan dan Keterbatasan Materi ... 117

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Keterbatasan dan Saran ... 121

DAFTAR REFERENSI ... 123

(16)

xv

DAFTAR BAGAN

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget... 29

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ... 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Guru Kelas ... 51

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa kelas III B ... 52

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Wawancara Validasi Materi Eksperimen oleh Siswa... 52

Tabel 3.5 Komponen penilaian validasi instrumen wawancara ... 53

Tabel 3.6 Pedoman Kelayakan Instrumen ... 53

Tabel 3.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara dari Ahli IPA dan Ahli Bahasa... 53

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Ideal ... 55

Tabel 3.9 Kriteria Skor Skala Empat ... 57

Tabel 4.1 Hasil Validasi Materi oleh Ahli IPA ... 82

Tabel 4.2 Komentar dan Saran dari Ahli IPA serta Revisi ... 82

Tabel 4.3 Hasil Validasi Materi oleh Ahli Bahasa ... 85

Tabel 4.4 Hasil Validasi Materi oleh Guru Kelas III B ... 87

Tabel 4.5 Komentar dan Saran dari Guru kelas III B serta Revisi ... 87

Tabel 4.6 Hasil Validasi Materi oleh Guru Kelas III A ... 89

Tabel 4.7 Rekapitulasi Penilaian Materi oleh Ahli IPA dan Bahasa, serta Guru ... 89

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Kualitas Panduan Eksperimen “Penyebab Banjir” .... 114

Tabel 4.9 Kualitas Panduan Eksperimen Berdasarkan Lembar Refleksi Siswa ... 114

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Sampul Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan ... 75

Gambar 4.2 Isi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan ... 80

Gambar 4.3 Poin F Pada RPP H1 dan H2 Sebelum Direvisi ... 83

Gambar 4.4 Poin F Pada RPP H1 dan H2 Setelah Direvisi ... 83

Gambar 4.5 Poin g Pada Rincian Media Pembelajaran RPP H1 Sebelum Direvisi .. 83

Gambar 4.6 Poin g Pada Rincian Media Pembelajaran RPP H1 Setelah Direvisi ... 84

Gambar 4.7 Gambar Kebun Pada RPP H2 Sebelum Direvisi ... 84

Gambar 4.8 Gambar Kebun Pada RPP H2 Setelah Direvisi ... 84

Gambar 4.9 Langkah Kegiatan Eksperimen “Fungsi Akar” Nomor 9 Sebelum Direvisi ... 85

Gambar 4.10 Langkah Kegiatan Eksperimen “Fungsi Akar” Nomor 9 Setelah Direvisi ... 86

Gambar 4.11 Layout Lampiran Materi dan Lagu Sebelum Direvisi ... 86

Gambar 4.12 Layout Lampiran Materi dan Lagu Setelah Direvisi ... 86

Gambar 4.13 Langkah Kegiatan Eksperimen “Fungsi Akar” Nomor 4 Sebelum Direvisi ... 88

Gambar 4.14 Langkah Kegiatan Eksperimen “Fungsi Akar” Nomor 4 Setelah Direvisi ... 88

Gambar 4.15 Pelaksanaan Penelitian Hari Pertama ... 98

Gambar 4.16 Pelaksanaan Penelitian Hari Kedua... 105

Gambar 4.17 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 9 dan 10 Sebelum Direvisi ... 109

Gambar 4.18 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 9 dan 10 Setelah Direvisi ... 109

Gambar 4.19 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 15 dan 16 Sebelum Direvisi . 110 Gambar 4.20 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 15 dan 16 Setelah Direvisi .... 110

(19)

xviii

Gambar 4.22 Langkah Kegiatan dalam Panduan Eksperimen “Penyebab Banjir” Nomor 8 Setelah Direvisi ... 111 Gambar 4.23 Rincian Kegiatan Inti RPP H 2 Nomor 14 dan 15 Sebelum Direvisi . 112 Gambar 4.24 Rincian Kegiatan Inti RPP H 2 Nomor 14 dan 15 Setelah Direvisi .... 112 Gambar 4.25 Langkah Kegiatan dalam Panduan Eksperimen “Fungsi Akar”

Nomor 6 Sebelum Direvisi ... 113 Gambar 4.26 Langkah Kegiatan dalam Panduan Eksperimen “Fungsi Akar”

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 129

Lampiran 2. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 130

Lampiran 3. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 131

Lampiran 4. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ... 133

Lampiran 5. Lembar Wawancara Validasi Materi oleh Siswa ... 134

Lampiran 6. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 135

Lampiran 7. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 140

Lampiran 8. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ... 142

Lampiran 9. Hasil Wawancara Validasi Materi oleh Siswa ... 145

Lampiran 10. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ... 148

Lampiran 11. Instrumen Validasi Materi Eksperimen ... 151

Lampiran 12. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli IPA ... 154

Lampiran 13. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen oleh Ahli IPA ... 155

Lampiran 14. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Bahasa ... 156

Lampiran 15. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen oleh Ahli Bahasa ... 157

Lampiran 16. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Guru Kelas III B ... 158

Lampiran 17. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen oleh Guru Kelas III B ... 159

Lampiran 18. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Guru Kelas Kelas III A ... 160

Lampiran 19. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen oleh Guru Kelas III A ... 161

Lampiran 20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 162

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi materi yang dikembangkan.

1.1Latar Belakang Permasalahan

Pengalaman yang didapatkan peneliti selama melaksanakan mata kuliah wajib untuk Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Semester 7 yakni kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD N Jetis 1 Yogyakarta begitu beragam. Peneliti melaksanakan kegiatan PPL selama 4 bulan yakni dari hari Senin tanggal 18 Juli 2016 hingga hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016. SD N Jetis 1 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah dasar yang dapat dikatakan cukup tua di Indonesia. Sekolah beralamatkan di Jalan Pasiraman No. 02, Cokrokusuman, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta, tepat berada di sebelah selatan perempatan Jalan A.M Sangaji Yogyakarta. Tidak jauh dari sekolah, berdiri juga sekolah lain yaitu SMP 6 Yogyakarta, SMK 2 dan 3 Yogyakarta, SD Tumbuh (Sekolah Inklusi), dan sekolah menengah atas yakni SMA 11 Yogyakarta. SD N Jetis 1 dikatakan sekolah tua dengan dasar bahwa sudah ada kegiatan kegiatan belajar mengajar sejak tahun 1905.

(22)

2 observasi sekolah, semakin menguatkan keyakinan peneliti bahwa sekolah tersebut dibangun pada saat pemerintahan Belanda. SD N Jetis 1 berdiri jauh sebelum Raden Mas Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) selaku Bapak Pendidikan Nasional mendirikan “Perguruan Taman Siswa” pada tanggal 3 Juli 1922.

SD N Jetis 1 termasuk salah satu sekolah yang sudah memenuhi kriteria sekolah sehat sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 79 tentang Kesehatan. Sarana dan prasarana sekolah cukup terawat dengan bukti tersedianya UKS, bersihnya kamar mandi, tersedianya tempat sampah untuk tiga jenis sampah yakni tempat sampah untuk sampah basah, plastik, dan kertas, tersedia kantin sekolah yang bersih, tersedia sabun cuci tangan, pengukur berat badan dan tinggi badan siswa, dan banyak tumbuhan di sekitar kelas I hingga kelas VI. Tumbuhan yang hidup di SD N Jetis 1 pun beragam, ada tanaman Srikaya, Pucuk merah, Kuping Gajah, Cemara, Ketapang, dan masih banyak lagi. Sebagian besar tanaman yang ada di sekitar kelas terlihat segar dengan warna daun hijau dan terlihat terawat dengan bukti sering ada luapan air dari pot serta tanah berwarna cokelat gelap dan basah. Satu warung angkringan sederhana dan satu warung nasi sayur serta penjual jajanan makanan anak seperti penjual batagor, cilok, cireng, mie ayam, dan penjual mainan anak-anak, meramaikan suasana di depan pintu gerbang sekolah.

Peneliti kemudian memfokuskan kegiatan observasi pada siswa kelas III B SD N Jetis 1 dengan jumlah siswa sebanyak 25 yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Data awal yang memotivasi peneliti untuk terus melakukan kegiatan observasi adalah saat peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran di kelas III B SD N Jetis 1 pada hari Selasa, 26 Juli 2016. Suasana pembelajaran di kelas terlihat gaduh dikarenakan lebih dari 6 siswa tidak memperhatikan pembelajaran. Mata pelajaran yang diajarkan waktu itu adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi “Lingkungan Alami dan Buatan”.

(23)

3 oleh guru adalah mencatat siswa yang sudah ditegur sebanyak tiga kali akan tetapi tetap gaduh. Beliau menuliskan nama-nama siswa yang gaduh di papan tulis dengan tujuan untuk selalu mengingatkan siswa bahwa mereka sudah melanggar peraturan. Sebagian siswa pun tetap tidak memperhatikan guru mereka meskipun hukuman sudah diterima.

Penilaian terhadap kemampuan akademik siswa belum dapat dilakukan dengan lebih detail oleh guru. Berdasarkan wawancara dengan Guru kelas III B tanggal 12 Agustus 2016, beliau menjelaskan bahwa terlalu cepat untuk melakukan penilaian secara menyeluruh, baik itu penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru merasa belum mampu untuk sepenuhnya mengenal dan memahami kemampuan seluruh siswanya. Dalam pandangan Guru kelas III B setelah mendidik mereka selama 3 minggu, kemampuan mereka untuk memahami informasi-informasi yang bersifat konkret sudah dapat dikatakan cukup tinggi. Informasi-informasi konkret tersebut antara lain materi-materi yang diajarkan melalu mata pelajaran IPA dan IPS. Salah satu materi yang bersifat konkret tersebut adalah materi tentang lingkungan alami dan buatan. Motivasi belajar mereka juga tinggi ketika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

Siswa kelas III B antusias ketika diminta untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tumbuhan. Mereka pernah diminta untuk menanam biji kacang hijau dalam sebuah wadah kecil pada saat pembelajaran IPA. Sebagian besar siswa mengikuti arahan dari guru untuk menanam dan menyirami biji kacang hijau yang ditanam. Biji kacang hijau yang sudah ditanam pun disimpan di dalam kelas. Dari hari ke hari, siswa mulai terlihat tidak menyirami kembali tanaman kacang hijau yang sudah tumbuh tersebut. Tanaman-tanaman yang berada di dekat kelas III B memang terlihat segar dan terawat, akan tetapi bukan karena dirawat oleh siswa kelas III B melainkan dirawat oleh istri penjaga sekolah.

(24)

4 Oktober 2016 siswa kelas III B mengikuti kegiatan untuk merawat lingkungan SD N Jetis 1 dengan cara memunguti sampah, dengan panduan dari Bapak K selaku Guru kelas VI. Mereka bersemangat untuk mencari sampah sebanyak-banyaknya untuk dibuang ke tempat sampah dikarenakan arahan dan instruksi dari Bapak K, yang kemudian diminta untuk melaporkannya kepada guru kelasnya masing-masing. Di kelas III B sendiri, selembar kertas berisikan tulisan “SEMUTLIS” juga sudah menempel di dinding kelas.

Selembar kertas bertuliskan “SEMUTLIS” pun sudah menempel di dinding kelas jauh sebelum siswa kelas III B melaksanakan kegiatan menanam biji kacang hijau. Siswa tetap tidak kembali untuk merawat tanaman kacang hijau mereka meskipun sudah ada program “SEMUTLIS” dan perintah dari guru. Perilaku baik siswa kelas III B terhadap lingkungan sekolah setelah kegiatan “SEMUTLIS” selesai, ternyata tidak terlihat kembali oleh mata dan perasaan peneliti hingga kegiatan PPL selesai dilaksanakan. Berdasarkan observasi dan wawancara yang sudah dilakukan, peneliti menilai bahwa siswa kelas III B kurang memiliki kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sekitarnya khususnya terhadap sampah dan tumbuhan.

Sebagian besar siswa kelas III B tumbuh dan besar di daerah sekitar Jetis. Latar belakang yang dimiliki oleh siswa juga beragam, baik latar belakang ekonomi, sosial, dan tempat tinggalnya. Sebagian besar orangtua siswa bekerja sebagai wiraswasta dan karyawan swasta. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang tumbuh dan besar di dusun, akan tetapi dusun yang berada di lingkungan perkotaan. Dusun-dusun yang berada di lingkungan perkotaan Jetis terlihat kumuh dan kurang tertata, tanah yang dimiliki setiap keluarga tidak terlalu luas dan jarak antara bangunan satu dengan yang lain rata-tata kurang dari 1 meter.

(25)

5 Bencana Universitas Pembangunan (UPN) Yogyakarta juga menyatakan bahwa permukaan air di Kota Yogyakarta terus menurun sebanyak 15-50 cm sejak tahun 2006 akibat maraknya pembangunan hotel dan berkurangnya lahan hijau (Mawa dalam tirto.id, 2016). Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ (2015: 22) menyampaikan pandangannya bahwa keberadaan air minum segar merupakan topik yang paling penting. Air sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan untuk mendukung ekosistem di darat dan perairan.

Bencana banjir di sekitar Sungai Winongo dan Bedog Kabupaten Bantul bulan Maret 2016, serta banjir di daerah sekitar MM UGM, Jalan Solo, Jalan Kaliurang, Kalasan, dan Jalan Godean, terjadi dikarenakan banyaknya sampah yang menumpuk dan akhirnya menyumbat pintu air dan saluran drainase. Sampah yang menyumbat saluran air tersebut diyakini adalah sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan oleh manusia (Apriyadi dalam Tribun Jogja, 2016, Razak dalam Harian Jogja, 2016). Sampah yang dibuang oleh manusia ke sungai juga membuat sungai menjadi kotor dan keruh. Berita terjadinya bencana banjir tersebut menjadi perhatian lain bagi peneliti, sebab daerah Jetis menjadi salah satu daerah yang dilewati Sungai Code.

(26)

6 Pada hari yang sama, yakni hari Rabu, 23 November 2016 pukul 08.40 WIB, peneliti melakukan wawancara kepada lima Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta yang dipilih sendiri oleh guru kelas. Kelima siswa yang diwawancarai peneliti terdiri dari tiga siswa perempuan dan dua siswa laki-laki. Kemampuan akademik yang dimiliki oleh kelima siswa tersebut berbeda, mulai dari yang tinggi hingga rendah. Kelima siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa selama mengikuti pembelajaran IPA, mereka kadang mengalami kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan dikarenakan kurang jelas. Ketersediaan panduan pratikum juga dibutuhkan oleh kelima siswa dikarenakan dapat membuat mereka pintar dan dapat memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah. Panduan pratikum yang berisi penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami dan disertai gambar-gambar menjadi keinginan mereka.

Kegiatan wawancara yang dilakukan bersama dengan Kepala SD N Jetis 1 Yogyakarta pada hari Kamis, 01 Desember 2016 pukul 08.00 WIB juga menunjukkan hal yang sama. Guru-guru setidaknya melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bersifat praktik atau eksperimen IPA dua kali dalam satu semester. Pelaksanaan kegiatan pratikum oleh guru-guru dipastikan menggunakan panduan oleh Kepala Sekolah. Buku paket yang dimiliki oleh guru dan siswa dijadikan sebagai buku pegangan pada saat pratikum, sebab di dalam buku paket sudah terdapat panduan-panduan pratikum untuk setiap materi yang dapat dipraktikkan.

(27)

7 Keprihatinan terhadap cara berpikir dan perilaku yang dimiliki siswa kelas III B terhadap lingkungan, mendorong peneliti untuk berusaha mengembangkan pola pikir siswa terhadap lingkungan sekitar melalui pendidikan lingkungan. Beberapa ahli pendidikan, Davis (1998: 148), Stapp (1997: 34), NEEAC (dalam Thomson dan Hoffman, 2002: 6) memaparkan bahwa pendidikan lingkungan merupakan sebuah proses untuk membentuk kesadaran, pemahaman, sikap, dan kebiasaan manusia agar lebih bertanggungjawab terhadap hubungan mereka dengan lingkungan. Pendidikan lingkungan sendiri dapat menjadi sarana penyampaian pengetahuan lingkungan serta untuk mengupayakan peningkatan kesadaran dan kepedulian manusia terhadap kondisi lingkungan (Hamzah, 2013: 35-36). Kesadaran lingkungan menurut Neolaka (2008) dipahami sebagai keadaan tergugahnya jiwa sehingga mendorong seseorang mampu untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi lingkungan. Kepedulian lingkungan dalam pandangan Narwanti (dalam dalam Handayani, 2013: 25) dipahami sebagai sikap atau tindakan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan pada lingkungan di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam.

Data-data yang didapatkan dari kegiatan observasi dan wawancara menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan

(28)

8 dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Materi tersebut dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout (Tomlinson, 2005).

Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan sebuah materi pembelajaran dengan judul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”. Materi tersebut ditawarkan kepada guru dan seluruh Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta. Peneliti melandaskan diri pada pandangan beberapa tokoh ternama yakni (1) pandangan Maria Montesori mengenai anak, bahwa melalui permainan anak-anak dapat mengaktualisasikan dirinya (Montesori, 2002), (2) pandangan Jean Piaget (dalam Crain, 2007: 167-224) bahwa kemampuan berpikir anak usia 7-11 tahun dapat berkembang dengan baik jika dihadirkan aktivitas konkret, dan (3) pandangan Lev Semionovich Vygotsky (dalam Slavin, 2011: 59) bahwa seorang anak bisa berkembang menjadi lebih baik berkat kehadiran orang lain di sekitarnya atau justru menjadi scaffolder bagi orang lain.

Model Conservation Scout (CS) digunakan peneliti sebagai bagian dari Materi pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk memberikan kenyamanan belajar pada anak dengan harapan akan menumbuhkan kebahagiaan dalam diri anak. Model CS merupakan salah satu model pembelajaran inovatif untuk memberikan pendidikan konservasi sederhana kepada anak melalui 4 metode. Metode dalam CS antara lain kebun konservasi, minitrip, area konservasi dalam ruangan, dan eksperimen sederhana (Suseno, 2016: 4). Metode eksperimen sederhana, teknik peer tutoring dan kampanye digunakan oleh peneliti dalam penyusunan materi.

(29)

9 Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan ini dapat diberikan bagi Siswa Sekolah Dasar Kelas III.

Implementasi materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan dapat dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi “Kerusakan Alam dan Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan”. Penyusunan materi ini didasarkan pada latar belakang, tujuan, serta harapan yang sama yakni memberikan pendidikan lingkungan kepada anak-anak Kelas III SD N Jetis 1 agar lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana proses pengembangan “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” pada materi Kerusakan Alam serta Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan untuk Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta ?

1.2.2 Bagaimana kualitas “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” pada materi Kerusakan Alam serta Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan untuk Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta?

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan supaya penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

(30)

10 materi Kerusakan Alam serta Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan.

1.3.2 Materi yang dikembangkan bertujuan untuk memberikan pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan bagi Siswa kelas IIIB SD N Jetis 1.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1.4.1 Mengetahui proses pengembangan “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” ” pada materi Kerusakan Alam serta Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan untuk Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

1.4.2 Mengetahui kualitas “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” pada materi Kerusakan Alam serta Cara Menjaga Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli Lingkungan untuk Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya yaitu:

1.5.1 Bagi Peneliti

(31)

11 1.5.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan sumber dan media belajar berupa materi pembelajaran berbasis pendidikan lingkungan yang dapat digunakan untuk membantu siswa sekolah dasar agar lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan.

1.5.3 Bagi Siswa

Siswa memperoleh sumber belajar berupa Materi Eksperimen Penyebab Banjir dan Fungsi Akar yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan mereka dan pengalaman yang dapat memotivasi siswa untuk berani menjadi duta lingkungan, dan berkarya dengan positif melalui poster, kampanye, dan peer tutoring.

1.5.4 Bagi Sekolah

Memberi informasi mengenai efektivitas penggunaan materi pembelajaran dengan model Conservation Scout, sehingga dapat menjadi bahan refleksi dalam mengarahkan guru-guru kelas dalam memilih model pembelajaran.

1.6Definisi Operasional

1.6.1 Pengembangan materi adalah usaha untuk mengembangkan bahan-bahan ajar yang dapat digunakan sebagai sarana dan media pembelajaran dengan harapan akan membantu siswa lebih mudah memahami pembelajaran.

1.6.2 Pendidikan adalah usaha untuk membimbing, memberdayakan, dan memerdekakan manusia menjadi manusia yang dewasa, bijak, dan berbudaya. 1.6.3 Kesadaran lingkungan adalah bentuk kendali atas diri kita terhadap respon

dari dalam diri, benda-benda di sekitar, dan peristiwa alam dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian mendorong kita untuk menentukan pilihan mana yang bermanfaat dan yang kurang bermanfaat bagi lingkungan.

(32)

12 1.6.5 Lingkungan adalah segala benda yang ada di sekitar manusia baik benda

hidup dan tak hidup.

1.6.6 Model Conservation Scout adalah pembelajaran inovatif yang membimbing siswa untuk memahami alam dan berkarya untuk alam dimulai dari hal yang sederhana.

1.7Spesifikasi materi yang dikembangkan

Spesifikasi materi yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1.7.1 Materi berupa materi pembelajaran berjudul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”.

1.7.2 Materi yang dikembangkan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menggunakan Model Conservation Scout (CS). 1.7.3 Materi terdiri dari sampul, pengantar materi, pengertian Pendekatan PPR,

pengertian Model Conservation Scout yang disusun peneliti dan rekan, serta penggabungan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hari 1 (RPP H1), Silabus H1, dan Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” karya rekan peneliti yaitu Adelia Surya Putri serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hari 2 (RPP H2), Silabus H2, dan Materi Eksperimen “Fungsi Akar” karya peneliti. Berdasarkan analisis kebutuhan siswa kelas III yang sama, maka peneliti dan rekan peneliti sepakat untuk menggabungkan karya menjadi saru dengan judul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”.

1.7.4 Materi berisi materi eksperimen dan panduan eksperimen untuk guru dan siswa kelas III Semester II dengan materi pembelajaran “Kerusakan Alam dan Cara Menjaga Kelestarian Alam serta Perilaku Manusia yang Peduli Lingkungan” yang disertai dengan foto dan penjelasan agar siswa lebih mudah memahami isi materi.

(33)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

Pengalaman bermakna bagi peneliti selama melaksanakan kegiatan PPL di SD N Jetis 1 Yogyakarta, berawal dari hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas III B. Materi pembelajaran yang diajarkan pada waktu itu berkaitan dengan lingkungan. Namun demikian, peneliti meyakini bahwa materi pembelajaran masih diajarkan sebatas pada ilmu lingkungan dan belum sepenuhnya menjadi pendidikan lingkungan. Peneliti kemudian termotivasi untuk terus mengamati sikap dan perilaku siswa kelas III B khususnya terhadap lingkungan. Hasil dari pengamatan terhadap siswa kelas III B selama 4 bulan dan berdasarkan analisis kebutuhan siswa serta guru, memotivasi peneliti untuk memberikan sumbangsih berupa pengembangan materi pembelajaran yang dapat mengupayakan terwujudnya pendidikan lingkungan dengan judul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” melalui penelitian dan pengembangan.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D)

(34)

14 Proses terbentuknya metode R&D yang cukup panjang dan menyangkut beberapa bidang kehidupan, menjadikan pemahaman tentang pengertian metode R&D menjadi beragam. Beberapa ahli pendidikan, Borg and Gall (1983), Sukmadinata (2011: 164), Sanjaya (2013: 129-133), Putra (2015: 67) mendefinisikan metode penelitian dan pengembangan sebagai sebuah metode penelitian yang bertujuan untuk mencaritemukan, memperbaiki/mengembangkan produk yang telah ada, atau justru menghasilkan produk baru dan kemudian menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dikembangkan atau yang dihasilkan dapat berupa suatu buku, modul, alat, metode, prosedur, kurikulum, program komputer, atau model pembelajaran dengan harapan semakin unggul, efektif, efisien, dan bermakna.

Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Peneliti pun memutuskan untuk menggunakan desain penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson. Tomlinson dianggap sebagai salah satu ahli terkemuka dunia pada pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, 2016). Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Tomlinson dikarenakan lebih memfokuskan pada pengembangan materi pembelajaran. Terdapat 5 langkah kegiatan yang dapat dilakukan dalam desain pengembangan materi menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015).

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah analisis kebutuhan siswa

(35)

15 pembelajaran. Garis besar pembelajaran sebaiknya disusun dan dipertimbangkan dengan silabus, kebutuhan siswa, dan prinsip-prinsip pengembangan materi.

Langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah implementasi (Implementation). Garis-garis besar pembelajaran yang sudah disusun oleh guru, kemudian dilaksanakan/diimplementasikan kepada siswa dalam suasana belajar mengajar yang nyata. Hasil implementasi materi dalam suasana belajar mengajar yang nyata perlu untuk di analisis kelemahan dan kelebihannya. Proses analisis kelemahan dan kelebihan materi yang dilakukan merupakan bentuk langkah kegiatan keempat yakni evaluasi (Evaluation). Langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan revisi (Revision). Hasil dari evaluasi terhadap implementasi materi yang dikembangkan,

dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dan referensi untuk memperbaiki atau mengubah dan merevisi suatu materi. Kegiatan ini memungkinkan terbentuk dan berkembangnya suatu materi yang semakin berkualitas.

2.1.2 Pengembangan Materi

Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan materi adalah pengembangan terhadap bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Materi tersebut dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet. Pengembangan material pembelajaran perlu memenuhi setidaknya 16 prinsip sesuai dengan apa yang diringkas oleh Tomlinson. Prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Tomlinson tersebut lebih dikhususkan kepada pengembangan material pembelajaran bahasa. Peneliti kemudian menentukan sepuluh (10) prinsip dari enam belas (16) prinsip yang diyakini relevan dengan penelitian ini.

(36)

16 memperoleh kesempatan untuk menerima informasi-informasi yang dihadirkan dalam suatu materi yang nantinya akan diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Materi yang disusun juga perlu mengupayakan prinsip kedua yakni diharapkan dapat membuat pembelajar merasa nyaman, senang, dan bahagia. Materi diharapkan dapat menumbuhkan rasa nyaman dan kemerdekaan hati sehingga nantinya akan muncul perasaan senang dan bahagia dalam diri pembelajar. Materi dapat membantu pembelajar untuk merasakan kenyamanan dan kebahagiaan jika memenuhi setidaknya beberapa kriteria antara lain berisikan teks dan ilustrasi/gambar, bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh pembelajar, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk.

Prinsip ketiga yang sebaiknya dipenuhi adalah dapat mengembangkan kepercayaan diri pembelajar. Dulay, Burt, dan Krashen (dalam Harsono, 2015: 171) menyampaikan bahwa kenyamanan dan kepercayaan diri berkembang lebih cepat. Pembelajar dapat dengan lebih mudah mengembangkan kepercayaan diri mereka jika materi yang diterima tidak terlalu rumit akan tetapi berpotensi untuk mengembangkan kemampuan mereka. Materi juga diharapkan relevan untuk pembelajar sehingga dapat memenuhi prinsip keempat. Materi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dan memperhatikan latar belakang tingkat kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, sosial, dan ekonomi pembelajar. Materi tersebut juga diharapkan dapat berguna bagi kehidupan pembelajar sehari-hari.

(37)

17 mengupayakan untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan perkembangan seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan memanfaatkan sarana berpikir seperti panca indera pembelajar.

Materi juga diharapkan dapat memenuhi prinsip kedelapan yakni memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing pembelajar. Materi perlu memperhatikan sikap afektif yang dimiliki oleh beragam pembelajar, oleh karena itu sebaiknya suatu materi dapat menyediakan bentuk kegiatan secara individual atau pun kelompok. Prinsip kesembilan yang sebaiknya dipenuhi adalah dapat memberdayakan kemampuan intelektual, estetika, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri. Materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir, pengolahan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri pembelajar. Prinsip terakhir atau prinsip kesepuluh yang sebaiknya dipenuhi adalah terwujudnya feedback. Materi mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas informasi/kegiatan yang sudah diterima oleh pembelajar. Suatu materi yang dikembangkan berdasarkan 10 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson, diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembelajaran sehingga memungkinkan terwujudnya proses pendidikan yang efektif dan bermakna.

2.1.3 Pendidikan

(38)

18 “Eidos” atau ide pokok dari pendidikan dalam pandangan Driyarkara (1980: 78) dimaknai sebagai sebuah proses memanusiakan manusia muda dan mengangkat manusia muda ke taraf yang insani. Manusia muda dapat diartikan sebagai seorang anak kecil yang baru memasuki sebuah dunia dan belum mampu untuk menempatkan diri. Anak tersebut sedang berusaha untuk melakukan perjalanan ke arah kemanusiaannya, namun dipandang sebagai manusia yang belum mampu mencapai kemanusiannya. Pandangan ini didasarkan pada gambaran konkrit manusia seperti yang diharuskan sesuai kebudayaan yang ada menurut pendidik.

Pendidik pun bertanggungjawab untuk membantu anak dalam usaha untuk berbuat/bertindak sesuai kodratnya sebagai manusia sesuai dengan umur dan kemampuannya. Tindakan dari pendidik dan anak, akan menyatu dan menjelma menjadi sebuah perbuatan baru dalam diri anak sesuai ukuran mereka. Tindakan tersebut memungkinkan anak menjadi human atau sesuai dengan taraf insani. Dinamika yang terjalin antara pribadi pendidik dan pribadi anak didik, akan menyatukan mereka dalam pertemuan yang mendalam. Aku dari pendidik dan aku dari anak didik akan bersatu menjadi “kita”, dan mengangkat aku anak didik menjadi aku pendidik. Pengangkatan terhadap aku anak didik menjadi aku pendidik ini disebut

sebagai proses hominisasi dan humanisasi.

Hominisasi dan humanisasi merupakan satu kesatuan dan tidak ada sekat/batasnya. Hominisasi dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk memanusiakan manusia muda agar mampu berdiri, bergerak, bersikap, atau bertindak sebagai manusia dalam taraf yang minimal/sederhana. Namun demikian, manusia diharapkan tidak hanya menjadi homo (manusia), melainkan juga harus menjadi homo yang human (dalam artian berkebudayaan tinggi). Proses ini disebut sebagai humanisasi, yang artinya bahwa manusia muda diarahkan untuk mencapai taraf yang

(39)

19 M.Heidegger seorang filsuf dari Jerman berpendapat bahwa pendidikan seyogyanya perlu untuk diperbaharui (membutuhkan renaissance) agar manusia dapat berkembang dengan lebih baik. Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Driyarkara, dipandang sebagai pilihan tepat untuk memperbaharui pendidikan di Indonesia, dikarenakan sangat mendukung dan menerapkan konsep pendidikan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila (Sastrapratedja, 2013: 325).

Paidea sebagai konsep pendidikan yang termasuk tua dari Yunani, dapat

dipahami sebagai proses pembangunan manusia. Orang Romawi menganggap bahwa pembangunan manusia dapat dilakukan melalui model pendidikan yang menerapkan prinsip humanitas. Prinsip pendidikan yang digagas oleh Driyarkara tentu selaras dengan model pendidikan humanitas, khususnya humanisme renaissance. Humanisme renaissance dapat diartikan sebagai sebuah proses pendidikan yang menekankan kebebasan manusia untuk membentuk dirinya sendiri (Sastrapratedja, 2013: iii-iv)

Prinsip humanisasi dalam pendidikan dapat kita temukan juga dalam konsep pendidikan menurut Paulo Freire, Ira Shor, Henry Giroux, dan Peter McLaren. Pendidikan yang ditawarkan oleh para ahli pendidikan tersebut dikenal dengan nama Pendidikan Emansipatoris. Mengutip pendapat Freire (Nouri dan Sajjadi, 2014),

humanisasi dapat dipahami sebagai pemberdayaan kesadaran kritis yang dimiliki guru dan murid terhadap relasi mereka dengan dunia. Pembentukan dunia yang humanis menurut Freire, dapat dilakukan dengan dialog yang mengutamakan cinta, kerendahan hati, iman, keyakinan, harapan, dan pemikiran kritis.

(40)

sehari-20 hari dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (Sastrapratedja, 2013, Nouri dan Sajjadi, 2014, Winarti dan Anggadewi, 2015).

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) atau Pedagogi Ignasian dianggap sebagai salah satu model pendidikan emansipatoris (Winarti dan Anggadewi, 2015: 54). Pendekatan ini merupakan bentuk Latihan Rohani yang diajarkan oleh Santo Ignatius dari Loyola. Terdapat lima bentuk kegiatan yang saling berkaitan sebagai siklus dalam PPR, antara lain yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi (Suparno, 2015: 11, 21-41, Peterson dan Nielsen dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 55).

Dalam tahapan konteks, pembelajar akan berusaha untuk mengidentifikasi sebuah konteks yang dihadirkan oleh pendidik. Pembelajar akan didorong untuk mengidentifikasi tentang keberadaan pribadi pembelajar dalam konteks dunia yang lebih luas. Pembelajar kemudian dihadapkan pada sebuah kegiatan yang berkaitan dengan konteks dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman. Pengalaman yang dihadirkan oleh guru, sebaiknya dilakukan dan dialami sendiri oleh pembelajar dengan harapan dapat menyentuh hati, pikiran, kehendak, dan perasaan pembelajar. Pembelajar akan terbantu untuk mendalami bahan dan mengambil makna yang mendalam dari bahan yang telah dipelajari melalui pengalaman tersebut.

Proses pengambilan makna yang mendalam dalam tahapan pengalaman, memungkinkan pembelajar untuk semakin menyadari pengalaman pribadinya hingga mencapai tahapan refleksi. Tahapan refleksi ini akan mendorong pembelajar untuk semakin menggali pengalaman mereka sedalam dan seluas-luasnya dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup bermasyarakat. Fakta lain dari kegiatan refleksi adalah membuat pembelajar semakin mampu dan berani menentukan pilihan-pilihan hidup serta menanggapi konsekuensinya.

(41)

21 pilihannya. Aksi nyata yang dapat dilakukan oleh pembelajar antara lain bersikap untuk merubah hidup/kepribadian menjadi lebih baik atau berkarya bagi orang lain.

Seluruh proses PPR termasuk dalam proses pendidikan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk mengupayakan kebaikan leih bagi pendidik dan pembelajar. Melalui evaluasi, proses PPR yang belum berjalan baik akan diperbaiki dan bila sudah berjalan dengan baik maka akan dikembangkan. Pendekatan PPR diyakini dapat mengembangkan kesadaran dan memotivasi seorang pembelajar untuk berkarya bagi dirinya, bagi orang lain, dan lingkungan di sekitarnya.

2.1.4 Kesadaran dan Kepedulian

Dalam pandangannya mengenai kesadaran, Ginintasasi (2011) mendefinisikan kesadaran pada dasarnya adalah kegiatan berpikir. Seseorang dikatakan sadar jika memiliki kendali penuh atas dirinya terhadap stimulus-stimulus yang membentuk dirinya, baik stimulus internal dan eksternal (Solso & Maclin, 2008: 240). Bloom (dalam Jamanti, 2014: 24) membagi 3 ranah untuk menilai kesadaran seseorang, antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah dari Bloom ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap, dan perilaku seiring perkembangannya (Notoatmodjo dalam Jamanti, 2014).

Pengetahuan merupakan ranah pertama yang dapat digunakan untuk menilai kesadaran seseorang. Pengetahuan didapatkan seseorang ketika orang tersebut telah melakukan pengindraan terhadap objek di sekitar mereka. Dalam ranah ini, terdapat 6 tingkatan aspek untuk menilai kesadaran, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

(42)

22 bersedia dan memperhatikan stimulus yang ada dalam dirinya atau pun yang diberikan oleh lingkungan.

Merespon (responding) merupakan aspek kedua yang dapat digunakan. Contoh dari pencapaian atas aspek ini misalnya seseorang menjawab pertanyaan dari orang lain, menerima atau menolak gagasan dari orang lain, mengerjakan dan menyelesaikan tugas (tanpa memperhatikan kebenaran dari isi pekerjaannya). Aspek selanjutnya atau aspek ketiga adalah menghargai (valuing). Aspek ini dikatakan tercapai ketika seseorang mampu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah bersama. Bertanggungjawab (responsible) merupakan aspek terakhir yang dapat digunakan untuk menilai kesadaran. Seseorang yang bersedia untuk melaksanakan konsekuensi atas segala sesuatu yang terjadi dari pilihan yang sudah ditentukan menunjukkan bahwa dirinya sudah mencapai aspek keempat.

Ranah ketiga yang digunakan untuk menilai kesadaran adalah perilaku (tindakan). Dalam ranah ini terdapat 4 tingkatan aspek untuk menilai kesadaran, aspek pertama yaitu persepsi (perception). Seseorang yang mampu untuk mengenal, memilah, dan memilih berbagai objek yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambil maka diyakini sudah mencapai aspek pertama. Aspek kedua yaitu respon terbimbing (guided response), seseorang diharapkan mampu untuk melakukan kegiatan secara urut dan sesuai dengan contoh. Aspek keempat adalah mekanisme (mechanism), seseorang yang mampu untuk melakukan kegiatan dengan benar dengan sendirinya dikarenakan sudah menjadi kebiasaan maka diyakini sudah mencapai aspek keempat. Adopsi (adoption) merupakan aspek terakhir atau aspek keempat yang dapat digunakan. Seseorang diharapkan mampu untuk mencontoh tindakan baik yang dilihat, didengar, dan dirasakannya serta mengembangkannya menjadi lebih baik.

(43)

23 manusia yang kemudian ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kepedulian berawal dari perasaan, namun demikian tidak berarti bahwa hanya berhenti pada perasaan. Kepedulian mendorong adanya perilaku sebagai bentuk dari hadirnya perasaan tersebut.

Terdapat 5 poin penting dalam kepedulian yang digagas oleh Swanson (Sihombing, 2015: 27). Poin pertama dari kepedulian adalah mengetahui. Pada aspek ini, seseorang berusaha untuk memahami kejadian yang bermakna dalam kehidupan orang lain, menilai lebih dalam dengan melihat isyarat verbal dan non-verbal. Poin edua dari kepedulian adalah turut hadir. Kita menunjukkan kehadiran diri kita dalam kehidupan orang lain dengan memberikan perhatian dan melakukan refleksi apakah kehadiran kita mengganggu orang tersebut atau tidak. Poin selanjutnya yakni poin ketiga yaitu melakukan. Kita diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih seperti menghibur, melindungi, menjadikan pribadi orang lain tersebut sebagai bagian dari kepentingan pribadi kita.

(44)

24 2.1.5 Lingkungan

Lingkungan adalah segala hal yang ada di sekitar manusia, mulai dari alam sampai manusia lainnya (Reksadjaja, 1979). Sejalan dengan pendapat di atas, Sarwono (1992: 6), Keraf (2014: 41-43) menambahkan bahwa lingkungan adalah sebuah ekosistem dan alam semesta yang dipahami sebagai oikos, dalam bahasa Yunani dipahami sebagai tempat tinggal atau rumah tempat tinggal. Oikos tidak hanya dipahami sebagai lingkungan di mana manusia hidup, melainkan sebagai keseluruhan alam semesta dan yang menunjang interaksi antara makhluk hidup yang terjalin di dalamnya.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia dipandang sebagai makhluk yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran lingkungan sekitarnya (Winarti dan Anggadewi, 2015: 50-51). Lingkungan menyediakan seluruh kebutuhan hidup manusia, oleh karena itu manusia akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi yang dibangun oleh manusia dengan lingkungan akan berlangsung secara terus menerus. Manusia dapat belajar dari lingkungan dan kemudian dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi dapat pula mempengaruhi lingkungan. Pengaruh yang dibuat oleh manusia terhadap lingkungan dapat berlangsung dengan baik, tetapi dapat juga berlangsung dengan buruk. Dampak dari perlakuan manusia terhadap lingkungan tentu akan berpengaruh juga terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri (Iskandar, 2013: v, Hamzah, 2013: 1).

Prof. Mawardi dalam Seminar Nasional: Symposium on Biologi Education (Symbion) 2016, berpendapat bahwa membangun perilaku manusia dapat dilakukan

melalui proses pendidikan dan tidak bisa dilakukan secara singkat. Pendidikan memungkinkan untuk membentuk mental dan perilaku individu selaku manusia seperti yang diharapkan. Manusia dapat bersikap dan berperilaku yang selaras dengan alam ketika “Pendidikan Lingkungan” telah diberikan dan diberikan sepanjang hayat (Hamzah, 2013: 37,44).

(45)

25 lingkungan merupakan sebuah proses untuk membentuk kesadaran, pemahaman, sikap, dan kebiasaan manusia agar lebih bertanggungjawab terhadap hubungan mereka dengan lingkungan. Individu maupun kelompok yang telah memperoleh pendidikan lingkungan tentunya akan mampu memahami bagaimana alam bekerja, bagaimana mengapresiasi kehadiran alam, dan bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan (Davis, 1998: 146-147).

Pendidikan lingkungan (environmental education) itu berbeda dengan ilmu lingkungan (ecology). Perbedaan yang dapat kita pahami secara sederhana adalah materi yang diberikan dalam ilmu lingkungan itu terbatas pada pengetahuan tentang lingkungan. Pendidikan lingkungan sendiri dapat menjadi sarana penyampaian pengetahuan lingkungan serta untuk mengupayakan peningkatan kesadaran dan kepedulian manusia terhadap kondisi lingkungan (Hamzah, 2013: 35-36). Neolaka (2008) mendefinisikan kesadaran lingkungan sebagai sebuah keadaan tergugahnya jiwa terhadap lingkungan dan dapat terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing individu. Keadaan tergugahnya jiwa inilah yang akan mendorong seseorang untuk menentukan pilihan mana yang baik dan yang buruk bagi lingkungan. Kepedulian lingkungan adalah sikap atau tindakan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan pada lingkungan di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam (Narwanti, dalam Handayani, 2013: 25).

(46)

26 2.1.6 Model Conservation Scout

Model Conservation Scout merupakan salah satu model pembelajaran inovatif untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada anak khususnya tentang konservasi secara sederhana melalui kegiatan-kegiatan kelompok yang menyenangkan. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan empat macam metode, namun demikian dalam pemilihan metode dari model CS perlu memperhatikan kondisi dan kebutuhan sasaran karena setiap metode tersebut juga memiliki kekurangan dan kelebihan pada pelaksanaannya. Metode dari model CS tersebut antara lain kebun konservasi, area konservasi di dalam ruangan, minitrip (perjalanan ke alam terbuka), dan eksperimen sederhana (Suseno, 2016: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sederhana dengan teknik kampanye dan peer tutoring. Melalui metode ini, Siswa kelas III SD N Jetis 1 akan diajak untuk melakukan eksperimen sederhana tentang “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”.

Setiap siswa akan melakukan kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” di dalam kelompok untuk membuktikan benar atau tidak bahwa perilaku membuang sampah di sembarang tempat khususnya membuang sampah di sungai dapat membuat sungai menjadi kotor dan banjir. Siswa juga diajak untuk membuktikan pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan lingkungan melalui eksperimen “Fungsi Akar”. Untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan dari metode ini, setiap siswa juga diajak untuk membuat sebuah karya seni yang bersifat persuasif, baik berupa puisi, gambar, poster, atau pun karya lain sesuai keinginan dan kehendak anak sesuai dengan prinsip Pendidikan Emansipatoris. Siswa berkesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan cara menceritakan pengalaman belajar yang sudah didapat melalui kegiatan kampanye dan peer tutoring. Karya seni yang dibuat siswa dapat digunakan sebagai media dalam pelaksanaan kampanye dan peer tutoring pada orang lain dengan tujuan untuk mengajak dan membantu teman yang lain agar sadar dan peduli terhadap lingkungan.

(47)

27 Maria Montessori. Maria Montessori merupakan salah satu tokoh pendidikan perempuan yang termahsyur namanya di dunia terkait karyanya yakni sebuah metode bernama “Metode Montessori”. Perempuan kelahiran Chiaravalle, Provinsi Ancona, Italia Utara tanggal 31 Agustus 1870 ini menjadi begitu terkenal dikarenakan dedikasinya yang begitu tinggi dalam mengajar anak-anak dengan sungguh-sungguh. (Zaman, 2012) menjelaskan bahwa Montessori tercatat sebagai doktor wanita pertama dalam sejarah Italia pada usia 26 tahun dengan gelar Doctor of Medicine.

Dalam pandangannya tentang anak, Montessori (Montessori, 2002, dalam Crain, 2007) berpendapat bahwa anak-anak itu ternyata juga belajar dengan cara mereka sendiri untuk menjadi dewasa, maka dari itu kita dianggap salah ketika mengasumsikan anak-anak sebagai individu yang kita buat “demikian” (Crain, 2007: 99). Sejalan dengan pendapat Rousseau, beliau meyakini bahwa anak-anak sering berpikir dan belajar dengan cara yang cukup berbeda dari orang dewasa. Anak-anak diyakini sangat menyukai permainan, karena melalui permainan mereka dapat mengaktualisasikan dirinya. Anak-anak diyakini sedang memasuki periode sensitif/kepekaan (sensitive period), periode di mana anak mudah menerima stimulus-stimulus tertentu atau informasi-informasi baru, sehingga mudah untuk membentuk cara berpikir anak.

(48)

28 dalam lingkungan, sebagian besar menentukan bagaimana anak berkembang dalam hal intelektual, emosional, dan spiritual.

Pandangan dari Jean Piaget juga digunakan dalam penelitian ini. Jean Piaget merupakan tokoh pendidikan yang mencapai posisi penting di dalam seluruh sejarah Psikologi, berkat hasil pemikirannya yang luar biasa mengenai teori perkembangan intelektual paling komprehensif dan banyak mendekati kebenaran. Teori perkembangan yang beliau gagaskan dikenal dengan nama “Teori Perkembangan Konstruktivisme”. Jean Piaget atau lebih dikenal Piaget lahir tanggal 09 Agustus 1896 di Neuchatel, sebuah kota universitas kecil di Swiss. Kemampuan yang dimiliki Piaget sejak kecil, menjadikan dirinya dipandang sebagai ilmuwan yang sangat menjanjikan di masa depan.

Ayah Piaget adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan, sedangkan Ibunya adalah seorang yang inteligen, dinamis, takwa, namun juga emosional. Piaget meneruskan cara-cara belajar Sang Ayah dan akhirnya memfokuskan diri pada penelitian biologi dan filsafat. Piaget sudah menerbitkan karangannya yang pertama tentang Burung Pipit Albino dalam majalah Ilmu Pengetahuan Alam pada usia 10 tahun. Tawaran menjadi kurator koleksi moluska di Museum Ilmu Pengetahuan Alam Geneva juga beliau terima pada waktu berusia 15 tahun, akan tetapi ditolak dikarenakan hendak meneruskan sekolah menengah terlebih dahulu. Gelar doktor filsafat dengan disertasi tentang moluska pun beliau sandang pada usia 21 tahun (Suparno, 2001: 11-12), Crain, 2007: 167).

(49)

29 mendorongnya untuk meneliti ketiga anaknya sendiri yang lahir tahun 1925,1927, dan 1931 (Suparno, 2001: 13-19). Pandangan tentang anak menurut Piaget dianggap sangat penting, sebab dijadikan acuan utama untuk melakukan studi tentang cara berpikir anak. Piaget (dalam Suparno, 2001, Crain, 2007: 167-224) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahap-tahap, antara lain yaitu:

Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Tahap Usia Karakteristik

1. Sensorimotor Lahir-2 tahun Sudah mampu menghisap, menggenggam, memukul, dan beraktivitas selangkah demi selangkah

2. Pra-Operasional 2-7 tahun Belajar berpikir menggunakan simbol-simbol batiniah, namun pemikiran mereka masih belum sistematis dan belum logis

3. Operasional Konkret

8-11 tahun Mengembangkan kemampuan berpikir berdasarkan aktivitas konkret, dengan peraturan yang jelas

4. Operasional Formal 11 tahun sampai dewasa

Mampu berpikir asbtrak, berpikir sistemats, berpikir deduktif dan induktif, berpikir logis, dan mampu berhipotesis

Pandangan tentang anak dari Lev Semionovich Vygotsky juga digunakan dalam penelitian ini. Lev Semionovich Vygotsky adalah seorang Psikolog Rusia yang sezaman dengan Piaget, akan tetapi meninggal dunia lebih dahulu yakni tahun 1934. Vygotsky sendiri lahir di Rusia tahun 1896. Latar belakang pendidikan beliau cukup beragam, dikarenakan mempelajari bidang studi seperti psikologi, filsafat, sastra, dan hukum. Gelar hukum beliau terima di Moscow Imperial University pada tahun 1917. Beliau bekerja di institusi pelatihan guru dan kemudian mendirikan sebuah laboratorium psikologi dan menulis sebuah buku psikologi pendidikan.

Gambar

Gambar 4.26 Langkah Kegiatan dalam Panduan Eksperimen “Fungsi Akar”
Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa kelas III B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Setiap Pernyataan Sikap Negatif Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta PAB 2 Helvetia. Tahun

Dan bagian administrasi akan memeriksa buku yang ada digudang sesuai dengan permintaan pelanggan, dan setelah melakukan pemeriksaan bagian administrasi akan

Apakah Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota telah manyusun Laporan Keuangan dengan baik (dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006

Berdasarkan model prediksi yang paling akurat dari penelitian ini, perusahaan apa sajakah pada sektor yang sama dengan sampel pertama yang diprediksi akan mengalami

Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah, menggunakan metode

Dari hasil penelitian Pengaruh Penggunaan Serat Plastik Terhadap Nilai Daya Dukung Tanah Lempung dapat ditarik kesimpulan, pada pengujian CBR unsoaked, nilai CBR untuk tanah yang

Kalau backlink dilakukan secara manual dan sendiri tidak jadi masalah, karena ada kemampuan terbatas dari seseorang untuk melakukan backlink dalam sehari.. Yang jadi masalah

melakukan penelitian yang membahas tentang “ Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian sepatu Adidas di Surabaya”. 1.2