SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syara ta n Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Mana jemen
Dia jukan Oleh : Putr i Dhinar Cahayani
0912010082
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO PERTUMBUHAN LABA TERHADAP PRICE EARNING RATIO
PADA PERUSAHAAN MINING AND MINING SERVICES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh :
Putri Dhinar Cahayani 0912010082/FE/EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
PEMBIMBING TIM PENGUJ I :
Ketua
Dr. Eko Pur wanto, SE, Msi Dr. Eko Purwanto, SE, Msi
NIP. 195903291987031001 NIP. 195903291987031001
Sekr etaris
Dra. Ec. Luky Susilowati, MP
Anggota
Dr s. Ec. Her ry Pudjo P, MM
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Nya, tidak lupa pula Shalawat serta salam selalu tercurah bagi Rasulullah
Muhammad SAW, sehingga menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas, Rasio Leverage, dan Rasio Pertumbuhan Laba Ter hadap Price
Earning Ratio Pada Perusahaan Mining and Mining Services Yang Ter daftar
di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program gelar Sarjana Ekonomi Program Study Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Study
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional
5. Seluruh dosen dan staff dosen Jurusan Manajemen yang telah memberikan
bekal dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
6. Orang Tua dan keluarga penulis tercinta, mama dan papa, mas ari, mas
dimas, mbak atul yang selalu memberikan dukungan serta doa yang selalu
dipanjatkan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan lancar.
7. Deby, Mbak Tyas, Sirikit, Sintya, Pramudia, applaus, LRDE, KKN 29,
seluruh penghuni kost MA 1e, Anak-anak UKM Basket UPN, SBC,
seluruh teman-teman penulis, dan juga Ainun Najib yang selalu
mendukung, menghibur dan membantu penulis sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, baik dari materi yang dituliskan maupun teknik
penyajiannya. Akan tetapi, penulis tetap berusaha terus belajar dari kesalahan.
Oleh karena penulis sangat mengharapkan segala kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang
membacanya.
Surabaya, Mei 2013
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI……….. iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang masalah………... 1
1.2Rumusan masalah………... 10
1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10
1.4Manfaat penelitian………... 11
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………... 13
2.2 Landasan Teori...………... 14
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan…...………... 14
2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan ..……… 15
2.2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan... 16
2.2.2 Laporan Keuangan………...………... 16
2.2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan……….... 17
2.2.2.2 Bentuk Laporan Keuangan………... 17
2.2.3 Pasar Modal...……….……... 19
2.2.3.1 Jenis-jenis Pasar Modal....………... 20
2.2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal... 22
2.2.3.3 Pelaku Pasar Modal... 23
2.2.3.4 Peranan Pasar Modal... 23
2.2.4.3 Penilaian Harga Saham... 29
2.2.4.3.1 Analisis Teknikal... 29
2.2.4.3.2 Analisis Fundamental... 31
2.2.5 Price Earning Ratio... 33
2.2.5.1 Pengertian Price Earning Ratio... 33
2.2.5.2 Variabel-variabel penentu naik turunya PER... 34
2.2.6 Rasio Keuangan... 36
2.2.6.1 Rasio Profitabilitas... 37
2.2.6.2 Rasio Leverage... 39
2.2.6.3 Rasio Pertumbuhan (EG)... 42
2.2.7 Pengaruh Antar Variabel... 43
2.2.7.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROE) terhadap PER.. 43
2.2.7.2 Pengaruh Rasio Leverage (DER) terhadap PER... 44
2.2.7.3 Pengaruh Rasio Pertumbuhan (EG) terhadap PER... 45
2.3 Kerangka Konseptual... 45
2.4 Hipotesis... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Difinisi Operasional……… 47
3.1.1 Variabel Penelitian...……… 47
3.1.2 Definisi Operasional………... 47
3.2 Teknik Penentuan Sampel...………... 49
3.2.1 Populasi... 49
3.2.2 Sampel... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 51
3.4.1 Teknik Analisis... 51
3.4.2 Uji Normalitas... 55
3.4.3 Uji Hipotesis... 56
3.4.3.1 Uji F... 56
3.4.3.2 Uji t... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PE MBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 59
4.1.1 Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia (BEI)... 59
4.1.1.1 Visi dan Misi PT BEI... 62
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan mining and mining services.... 63
4.1.2.1 PT. Adaro Energy, Tbk... 63
4.1.2.2 PT. Aneka Tambang, Tbk... 64
4.1.2.3 PT. Bukit Asam, Tbk... 65
4.1.2.4 PT. Bumi Resources, Tbk... 66
4.1.2.5 PT. Citatah Industri Marmer, Tbk... 67
4.1.2.6 PT. Elnusa, Tbk... 68
4.1.2.7 PT. Eksploitasi Energi Indo, Tbk... 69
4.1.2.8 PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk... 71
4.1.2.9 PT. INCO, Tbk... 72
4.1.2.10 PT. Medco Energi International, Tbk... 73
4.1.2.11 PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk... 74
4.1.2.12 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk... 74
4.1.2.13 PT. Timah Persero, Tbk... 76
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 77
4.2.1 Price Earning Ratio... 77
4.3.1 Uji Outlier... 83
4.3.2 Uji Normalitas... 85
4.3.3 Uji Asumsi Klasik... 86
4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda... 90
4.3.5 Uji t... 93
4.3.6 Uji F... 93
4.3.6 Koefisien Determinasi Berganda (R2)... 94
4.4 Pembahasan... 95
4.4.1 Pengaruh Profitabilitas(ROE) terhadap PER... 95
4.4.2 Pengaruh Leverage (DER) terhadap PER... 97
4.4.3 Pengaruh Pertumbuhan Laba (EG) terhadap PER... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 101
5.2 Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Putri Dhinar Cahayani
0912010082/FE/EM
Pasar modal merupakan fungsi ekonomis untuk menyediakan fasilitas perpindahan dana dan fungsi keuangan untuk menyediakan dana. Berbagai peranan pasar modal yaitu sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menetukan harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan. Salah satu alat analisis dalam penilaian harga saham adalah Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor Profitabilitas, leverage, dan Pertumbuhan Laba terhadap
Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan mining and mining services yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2008 – 2010.
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan mining and mining
services yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai 2010,
sebanyak 26 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dengan metode sampling tersebut didapat sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 13 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Capital Market Directory (ICMD) dan Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan asumsi klasik menggunakan program spss.
Pada hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya penyimpangan asumsi klasik. Dari penelitian ini diperoleh Persamaan regresi sebagai berikut Y= 47,371 - 0,884 X1 - 3,536 X4 - 0,006 X3 + ei yang menunjukkan bahwa
variabel Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER, variabel
Leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PER, dan variabel
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan fungsi ekonomis untuk menyediakan fasilitas
perpindahan dana dan fungsi keuangan untuk menyediakan dana. Efisiensi
pasar modal selalu dikaitkan dengan informasi yang tersedia yang dapat
mempengaruhi harga sekuritas di pasar modal. Pasar modal yang efisien
merupakan pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan
semua informasi yang relevan dengan sekuritas (Nurul,2010)
Berbagai peranan pasar modal pada suatu negara yaitu sebagai
fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan
harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan, memberikan
kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil yang diharapkan
serta memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham
yang dimilikinya selain itu menciptakan kesempatan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, mengurangi
biaya informasi dan transaksi surat berharga (Sunariyah,2004).
Jogiyanto (2011) mengemukakan ada dua macam analisis yang
banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham yakni
dengan menggunakan analisis sekuritas fundamental atau analisis perusahaan
yakni data yang berasal dari keuangan perusahaan sedangkan analisis teknis
menggunakan data pasar dari nilai saham untuk menentukan nilai dari saham.
Menurut Husnan (2005) secara teoritis terdapat dua alat yang dapat
digunakan oleh investor atau calon investor untuk melakukan analisis
investasi dalam bentuk saham, yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal. Analisis fundamental yang sering digunakan dalam penilaian
kewajaran harga saham adalah price earning ratio dan price to book value.
Alasan utama penggunaan price earning ratio dan price to book value adalah
kemudahaan akses data serta kesederhanaan bentuk analisisnya sehingga
memudahkan investor dalam membuat judgement. Di samping itu, alasan lain
penggunaan price earning ratio dan price to book value adalah diindikasikan
kedua rasio ini mempunyai pengaruh/kemampuan untuk memprediksikan
return saham, harga saham maupun overvalued/undervalued saham.
Banyak penelitian yang menggunakan variabel fundamental
perusahaan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi return dan harga
saham. Namun sayangnya penelitian tersebut belum menunjukkan variabel
fundamental mana yang berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga
penelitian ini mencoba meneliti variabel fundamental mana yang berpengaruh
terhadap harga saham, dimana harga saham menunjukkan harapan para
investor atas return dari perusahaan di masa depan. Rasio harga saham
terhadap return adalah Price Earning Ratio (PER), dimana Price Earning
Ratio (PER) merupakan model penilaian saham yang cukup mudah dan
Ratio (PER) paling banyak digunakan oleh para pemodal dan analisis
sekuritas. Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan
laba persaham yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama
investasi saham akan kembali (Sunariyah, 2004).
Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya
menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio (PER) mempunyai
kelebihan antara lain karena kemudahan dan kepraktisan, serta adanya
standart yang memudahkan pemodal untuk melakukan perbandingan
penilaian terhadap perusahaan lain pada industri yang sama. Hal ini
menyebabkan para investor lebih mempertimbangkan Price Earning Ratio
(PER) untuk digunakan dalam membantu mengidentifikasi harga saham.
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para investor
bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan
sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para
manajer keuangan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan Price
Earning Ratio (PER) yang tinggi. Ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan
mempunyai peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya
relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.
PER sangat mudah dihitung. Dengan mengetahui harga di pasar dan
laba bersih per saham, maka investor bisa menghitung berapa PER saham
terkait dengan ekspektasi maka laba bersih yang dipakai dalam perhitungan
biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Dengan begitu bisa
dipahami jika emiten berhasil membukukan laba besar, maka sahamnya akan
diburu investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar
akan naik. Besaran PER akan berubah-ubah mengikuti perubahan harga di
pasar dan proyeksi laba bersih perseroan. Jika harga naik, proyeksi laba tetap,
praktis PER akan naik. Sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga di pasar
tidak bergerak maka PER akan turun.
Oleh karena itu, alasan utama Price Earning Ratio (PER) digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk memprediksi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba di masa depan dari suatu perusahaan. Investor dapat
mempertimbangkan rasio ini untuk memilah milah saham mana yang
nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang.
Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya
mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah.Tetapi analisis ini dipergunakan dengan memperhatikan
kesulitan utama dalam penilaian kewajaran harga saham, bahwa tidak ada
Price Earning Ratio (PER) yang dapat digunakan sebagai pembanding
meskipun analisis diterapkan pada waktu yang lalu (Husnan,2005).
Ruang lingkup yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan mining and mining services yang go public di Indonesia. Berikut
masing-masing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Ada
26 populasi perusahaan mining and mining services yang dapat ditunjukkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai Price Earning Ratio perusahaan mining and mining services yang terdaftar di Bur sa Efek Indonesia.
No Nama Per usahaan Per iode
21 PT. Medco Energy International, Tbk 2.02 38.65 12.33
22 PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk 6.19 9.54 12.87
23 PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk 96.02 15.18 17.19
24 PT. Renuka Coalindo, Tbk (2.26) (9.72) 5.80
25 PT. Sugih Energy, Tbk 51.04 (37.47) 28.03
26 PT. Timah (Persero), Tbk 4.05 32.08 14.60
Dari tabel di atas merupakan nilai Price Earning Ratio pada
perusahaan-perusahaan mining and mining services periode rahun
2008-2010. Sampel yang dipilih penulis dalam penelitian ini ada 13 perusahaan
yang memiliki nilai Price Earning Ratio positif dan Memiliki data secara
lengkap tentang Return On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Earning
Growth (Earning Per Share). Data yang mencatatkan n.a (Not Available)
merupakan data yang tidak tersedia atau nilainya sama dengan nol,
sehingga tidak diambil sebagai sampel. Berikut nama perusahaannya:
1. PT. Adaro Energy, Tbk.
2. PT. Aneka Tambang, Tbk,
3. PT. Bukit Asam, Tbk,
4. PT. Bumi Modern, Tbk,
5. PT. Citatah Industri Marmer, Tbk,
6. PT. Elnusa, Tbk,
7. PT. Indo tambangraya Megah, Tbk,
8. PT. INCO, Tbk,
9. PT. Medco Energi International, Tbk,
10.PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk,
11.PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk,
12.PT. Eksploitasi Energi Indo, Tbk,
13.PT. Timah Persero, Tbk.
Dalam penelitian ini alat analisis rasio perlu digunakan untuk
pertimbangan keberhasilan di masa mendatang yang potensial. Analisis
rasio merupakan suatu bentuk atau cara yang umum digunakan dalam
menganalisis laporan finansial suatu perusahaan. Menurut Munawir (2000
:64) dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Penelitian ini
lebih menekankan pada masalah pengaruh rasio profitabilitas, leverage,
dan pertumbuhan laba yang di duga memiliki pengaruh terhadap Price
Earning Ratio (PER).
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Return On Equity
mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan. Menurut Nurul Hayati (2010) Return
On Equity diukur berdasarkan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan ekuitas. Semakin tinggi Return On Equity akan memberikan
kepercayaan yang relatif besar kepada para investor untuk menanamkan
investasinya dalam bentuk saham. Return On Equity berpengaruh positif
terhadap Price Earning Ratio yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
Return On Equity maka semakin tinggi pula keputusan investasi Price
Earning Ratio.
Menurut Fakhrudin dan Hadianto (2006) rasio Leverage atau rasio
mencerminkan struktur finansial perusahaan, yang sekaligus menunjukkan
risiko finansialnya. Menurut Nurul Hayati (2010) Debt to Equity Ratio
merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap keputusan investasi saham (Price Earning Ratio).
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin rendah kepercayaan
para investor yang menanamkan investasinya dalam bentuk saham.
Rasio pertumbuhan laba menunjukkan kemampuan perusahaan
meningkatkan EPS dari tahun lalu. Dengan memperhatikan pertumbuhan
laba per lembar saham dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang
akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam
berinvestasi. Tingkat pertumbuhan laba (earning growth) berpengaruh
langsung terhadap PER. Menurut Mufti Mubarok (2011) variabel Earning
Growth mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Price
Earning Ratio maka jika perusahaan mempunyai kinerja keuangan yang
baik maka tingkat pertumbuhan laba atau laba yang diperoleh akan sesuai
dengan harapan perusahaan.
Berikut merupakan hasil Return On Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Earning Growth (EG) dari analisis laporan keuangan
masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ada 13
sampel perusahaan mining and mining services yang digunakan dalam
Tabel 1.2
Nilai sampel ROE, DER, dan EG perusahaan mining and mining
services yang terdaftar di Bur sa Efek Indonesia
Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2008-2010
Dari data tabel diatas dapat dilihat nilai Return On Equity (ROE)
tersebut mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Hal ini dapat
mengurangi minat para investor untuk membeli saham di perusahaan
mining and mining services. Padahal bagi investor keberhasilan dari upaya
menghasilkan laba bagi perusahaan adalah Return On Equity (ROE) yang
tinggi, semakin tinggi rasio ini semakin tinggi permintaan investor untuk
membeli saham. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka investor akan
menjual sahamnya. Permintaan dan penawaran tersebut akan
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengangkat topik
tersebut kedalam penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH
RASIO PROFITABILITAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO
PERTUMBUHAN LABA TERHADAP PRICE EARNING RATIO
PADA PERUSAHAAN MINING AND MINING SERVICES YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok
permasalahannya adalah:
1. Apakah rasio profitabilitas (ROE) berpengaruh terhadap Price Earning
Ratio perusahaan mining and mining service?
2. Apakah rasio leverage (DER) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio
perusahaan mining and mining service?
3. Apakah rasio pertumbuhan laba (EG) berpengaruh terhadap Price Earning
Ratio perusahaan mining and mining service?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas (ROE) terhadap Price Earning
Ratio pada perusahaan mining and mining service yang go publik di Bursa
2. Untuk mengetahui pengaruh leverage (DER) terhadap Price Earning Ratio
pada perusahaan mining and mining service yang go publik di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan laba (EG) terhadap Price
Earning Ratio pada perusahaan mining and mining service yang go publik
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam studi pasar modal,
khusunya yang berkaitan dengan Price Earning Ratio (PER).
2. Bagi perusahaan
Memberikan sumbangan pemikiran, tentang hal-hal yang mempengaruhi
Price Earning Ratio di pasar modal melalui variabel-variabel yang
memungkinkan perusahaan untuk mengendalikannya, sehingga bisa
meningkatkan nilai perusahaan.
3. Bagi investor
Dapat melakukan anlisis saham yang akan diperjual-belikan di pasar
modal melalui analisis faktor-faktor fundamental mikro perusahaan yang
mempengaruhi Price Earning Ratio saham, sehingga investor dapat
melakukan portofolio investasinya secara bijaksana. Disamping itu
pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham di pasar
modal dengan berdasarkan pedoman perilaku PER.
4. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang secara teoritis
telah dipelajari diperkuliahan dan acuan guna mengembangkan penelitian
lebih lanjut, sehingga memperluas pengetahuan dan untuk memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio.
5. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan semua pihak, baik itu
kalangan mahasiswa, guru, dosen, pebisnis, peneliti, orang-orang
pemerintahan, perusahaan-perusahaan untuk memahami Price Earning
Ratio. Khususnya pada perusahaan-perusahaan yang masuk dalam sektor
2.1 hasil penelitian terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian Nurul Hayati (2010) dengan judul “
faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)sebagai salah satu
kriteria keputusan investasi saham perusahaan REAL ESTATE dan PROPERTY
di Bursa Efek Indonesia” . berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari
penelitian Nurul Hayati (2010) hasil penelitian secara parsial menunjukkan dari
kelima variabel independen yaitu Earning Per Share, Return On Asset, Return On
Equity, dan Price Book Value. Terdapat hanya satu variabel yang tidak
berpengaruh yaitu Price Book Value. Sedangkan variabel lain berpengaruh
terhadap Price Earning Ratio perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Variabel Debt To Equity Ratio merupakan variabel
dominan mempengaru
hi Price Earning Ratio.
Sementara itu Supriyanto (2007) juga melakukan penelitian dengan judul
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio pada
perusahaan emiten yang tergabung dalam kelompok LQ45 DI Bursa Efek
Jakarta” . dalam penelitian tersebut menggunakan variabel independen (
Devident Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Total Asset,
menggunakan analisis regresi tentang pengaruh variabel secara bersama sama
menunjukkan bahwa semua variabel independent berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Price Earning Ratio. Variabel Tottal Asset mempunyai
pengaruh dominan terhadap Price Earning Ratio yang dibuktikan oleh besarnya
nilai koefisien regresi variabel Tottal Asset.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian manajemen Keuangan
Menurut Husnan (2004: 4,) manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang
melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun
demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang
menduduki jabatan seperti direktur keuangan, manajer keuangan, kepala bagian
keuangan dan sebagainya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai
misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru
jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai direktur, tidak terbatas hanya
oleh direktur keuangan. Banyak keputusan yang harus di ambil oleh manajer
keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun
demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of funds) dan mencari
pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama (atau fungsi) tersebut disebut
Manajemen keuangan merupakan bidang terluas dari tiga bidang keuangan
dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Manajemen keuangan sangat
penting dalam semua jenis perussahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan
lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting
dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen
jalan tol. (Brigham dan Houston, 2001 : 6)
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno,2001:3)
2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham atau pemilik.
Kemakmuran para pemegang saham memperlihatkan dengan wujud semakin
tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan
investasi, pendanaan dan kebijakan deviden. Kadang-kadang memaksimumkan
laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal ini dapat mencapai
sasaran memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham, yang lebih penting
bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (Earning Per Share). (Sutrisno,
2001: 4)
Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya
dilakukan oleh suatu perusahaan, diantaranya adalah keputusan investasi,
keputusan pendanaan, keputusan deviden. Masing-masing keputusan harus
berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi pada pencapaian
tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai
perusahaan.
Ketiga keputusan di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk
mendapatkan laba. Laba yang diperoleh di harapkan mampu meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga
kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.
(sutrisno, 2001: 5)
2.2.2 Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah sebagai
alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk laporan keuangan
tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang
berkepentingan mengambil suatu keputusan (munawir, 2002: 1)
Laporan keuangan pada dasrnya adalaha hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
Menurut Riyanto (1997: 327) laporan keuangan memberikan ikhtisar
menganai keadaan financial suatu perusahaan. Dimana neraca mencerminkan nilai
aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya
meliputi periode satu tahun.
2.2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna bagi
investor, kreditor dan pemakai lain, selain itu juga membantu dalam menilai
penerimaan kas di masa depan dari dividen atau bunga hasil dai penjualan,
penarikan atau jatuh tempo dari sekjuritas atau pinjaman.
Menurut baridwan, zaki (2004:17) laporan keuangan dibuat oleh
manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai
laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
2.2.2.2 Bentuk Laporan keuangan
A. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca
sering disebut dengan Balance Sheet.
Bentuk Neraca:
• Skontro
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/ debet dan hutang sebelah
kanan/ kredit
• Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya
diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal.
• Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi
keuangan perusahaan. (Munawir, 2002:20)
B. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tersebut.
Bentuk Laporan Rugi Laba :
o Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam
satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih
hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total
o Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang
digunakan secara umum.
2.2.3 Pasar Modal
Pasar modal di definisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal
merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market).
Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri,
baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak.
Husnan (1996:3)
Menurut Sunariah (2004:5) pengertian pasar modal secara umum adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat
berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat
berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara efek.
Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai pasar modal dalam menunjang
perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Disamping
dengan adanya pasar yang memberikan return yang paling optimal. Asumsinya,
investasi yang memberikan return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling
produktif yang ada di pasar. Dengan demikian, dana yang berasal dari investor
dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut Tandelin
(2001:5)
2.2.3.1 J enis jenis Pasar Modal
Umumnya penjualan saham dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk
pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Menurut Sunariah
(2004:12) jenis-jenis pasar modal tersebut ada 4 macam, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primari Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan, sebelum
pasar tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya untuk dijual pertama kalinya (penawaran umum)
sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham dipasar
perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go publik
(emiten), berdasarkan analisis fundamental yang bersangkutan. Hasil dari
penjualan tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Didalam pasar sekunder, saham dan
penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder di tentukan
oleh pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya
permintaan dan penawaran ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor internal perusahaan beserta kinerja yang telah di capai.
Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat
dikendalikan oleh manajemen. Misalnya, pendapatan per
lembar saham, besaran deviden yang di bagi, kinerja
manajemen perusahaan, prospek perusahaan yang akan datang,
dan lain sebagainya.
2. Faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan
perusahaan, misalnya: munculnya gejolak politik pada suatu
negara, perubahan kebijakan moneter, dan laju inflasi tinggi.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar
bursa (over the counter market). Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki
pusat perdagangan. Operasi pada pasar ketiga berupa pemusatan
informasi. Informasi yang diberikan kepada pihak ini meliputi:
harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat
berharga yang bersangkutan.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara pemodal, atau
saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk
transakasi perdagangan ini biasanya dalam jumlah besar.
2.2.3.2Faktor faktor yang mempengaruhi pasar modal
Menurut Husnan (1998:6), faktor yang mempengaruhi pasar modal adalah:
1. Supply sekuritas, dimana banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal.
2. Demand Sekuritas, dimana terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas
yang ditawarkan.
3. Kondisi politik dan ekonomi, merupakan syarat perkembangan dunia
bisnis
4. Masalah hukum dan peraturan, merupakan peraturan yang melindungi
para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten.
peran lembaga pendukung pasar modal seperti BAPEPAM, calon emiten,
bursa efek, pialang, underwriter, akuntan, ahli hukum, dan sebagainya harus
bisa bekerja secara profesional untuk mendukung beroperasinya pasar modal.
2.2.3.3 Pelaku Pasar Modal
Menurut Agus Sabardi (1994:130), pelaku pasar modal adalah:
1. Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal
dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum
kepada masyarakat.
2. Pemodal (investor) ditinjau dari tujuan mereka, pemodal dapat
a. Kelompok bertujuan memperoleh modal.
b. Kelompok bertujuan berdagang.
c. Kelompok bertujuan memiliki perusahaan.
d. Kelompok spekulan.
3. Lembaga penunjang. Lembaga-lembaga penunjang pasar modal antara
lain penjamin emisi (underwriter), penanggung, wali amanat, perusahaan
pengelolaan dan kantor (biro) administrasi efek.
2.2.3.4 Peranan pasar modal
Peranan pasar modal ditinjau dari aspek mikro yaitu dilihat dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal adalah (Sunariyah,2003:7):
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan
penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga
yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberi kesempatan pada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan.
3. Pasar modal memberi kesempatan pada investor untuk menjual
kembali sahamnya yang dimiliki atau surat berharga lainnya.
4. Pasar modal menciptakan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengembangan suatu ekonomi.
2.2.3.5Investasi Pasar Modal
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana (Sunariyah,2003:4)
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah
yang lebih besar dari dana dilepaskan pada saat investasi awal
(Moeljadi,2006:121)
Investasi menurut Jogianto (200 : 5), merupakan penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode tertentu.
Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang
efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian
investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.
Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambil. Secara umum
tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan, namun dikaitkan
dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang
ingin dicapai oleh pemodal, antara lain :
1. Keamanan
2. Pendapatan
3. Pertumbuhan
4. Fasilitas pajak
2.2.4 Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5), definisi saham adalah sebagai
tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan. Wujud saham adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu maupun instansi dalam suatu perusahaan. Apabila
seseorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik atau disebut
sebagai pemegang saham perusahaan tersebut (Anoraga dan Pakarti, 2003:58).
2.2.4.1.Faktor -faktor yang Mempengar uhi Har ga Saham
Menurut Weston dan Brigham (2001:26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah :
a. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima
laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham
(EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup
baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar
lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
b. Tingkat bunga
1) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,
apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk
ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal
sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
2) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku
bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan
mempengaruhi laba perusahaan.
c. Jumlah kas deviden yang diberikan
Kebijakkan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka
peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden
yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
d. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang cerah
sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
e. Tingkat rasio dan pengembalian
Apabila tingkat rasio dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham
yang diterima.
2.2.4.2 J enis-jenis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:6), saham merupakan surat
berharga yang paling popular dan dikenal luas oleh masyarakat. Ada beberapa
sudut pandang yang membedakan saham, yaitu :
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas :
1. Saham biasa (common stock)
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap
pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham preferen (preferend stock)
Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
obligasi), tetapi juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki
investor.
b. Dilihat dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas :
1. Saham atas unjuk (bearer stocks)
Artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahkan dari satu investor ke investor lainnya.
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di
mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
2.2.4.3Penilaian Harga Saham
Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian
sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya
adalah kondisi (performance) perusahaan dan faktor penawaran dan
permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek. Menurut
Husnan (1994: 285) menyebutkan bahwa ada 2 pendekatan dalam
melakukan penilaian saham, yaitu:
2.2.4.3.1 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah
pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya
berdasarkan pada data harga pasar historis seperti informasi harga dan
volume. Penganut analisis teknikal berpendapat bahwa dalam
kenyataannya harga bergerak dalam suatu trend tertentu, dan hal
tersebut akan terjadi berulang-ulang.
Data-data yang dipakai oleh para anlisis teknikal adalah data
pasar (market data) yang bersifat sebagai data historis, seperti data
harga saham, volume perdagangan, dan informasi perdagangan
lainnya. Bagi mereka, data-data pasar itu sudah mencukupi sebagai
dasar pembuatan keputusan investasi, sehingga tidak perlu lagi
Salah satu prinsip dasar yang muncul dalam definisi analisis
teknikal tersebut adalah bahwa sekali suatu trend baru muncul, maka
di asumsikan bahwa hal tersebut akan berlanjut hingga tersedia cukup
indikasi terdapat sinyal yang merupakan kebaikannya. Analisis
teknikal tidak menjanjikan bahwa analis dapat mengidentifikasi titik
puncak atau titik bawah, melainkan area puncak dan area bawah.
Oleh karena trend cenderung terjadi berulang, analisis teknikal
dimungkinkan untuk dilakukan dengan baik pada kebanyakan situasi.
Namun demikian, hal yang perlu di ingat adalah bahwa analisis
teknikal masih jauh dari sempurna, bahkan bila hasilnya dapat
diinteprestasi secara benar. Analisis teknikal dapat membantu
mengidentifikasi arah suatu trend, tetapi tidak diketahui metode yang
secara konsisten dapat digunakan untuk meramalkan besaran harga.
Hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran, objektivitas, disiplin untuk
membeli atau mendapatkan aset-aset keuangan pada saat keadaan
depresi dan menjualnya pada saat kondisi optimis.
Sehingga Penggunaan anlisis teknikal menimbulkan berbagai
kritikan dari penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali tidak
percaya bahwa harga saham di masa yang akan datang akan
dipengaruhi oleh pergerakan harga saham masa lalu. Menurut
pandangan hipotesis pasar efisien, jika pasar efisien, tidak seorang
investor pun bisa memperoleh keuntungan abnormal dari pasar.
statistik tidak bergerak mengikuti trend seperti dikemukakan para
analisis teknikal.
2.2.4.3.2 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan
data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan
dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data fundamental yang
dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan
sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan
badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan
sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas,
analisis fundamental menghasilkan berupa analisis penilaian badan usaha
dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau
tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut dianggap
nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis fundamental melalui
perbandingan harga yang berlaku di pasar. Dengan kata lain harganya
sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak dibeli atau dijual jika memiliki
sahamnya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya, saham itu layak untuk
dibeli dengan alasan harganya murah.
Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain
menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis
ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan
perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa mendatang, dan
dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif
dalam proses analisisnya, banyak variabel ditentukan berdasarkan
judgment, misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis
fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. Sebagian
pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat
keputusan dalam memlilih saham perusahaan mana yang akan di beli
untuk jangka panjang.
Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data
yang berasal dari keuangan perusahaan sedangkan analisis teknis
menggunakan data pasar dari nilai saham untuk menentukan nilai dari
saham. Sedangkan menurut Husnan (2000) berpendapat bahwa secara
formal pasar modal yang efisien merupakan pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin
cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar
modal tersebut.
Pasar modal menjadi efisien karena persaingan antara para analisis
investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat akan menunjukkan
harga yang sebenarnya. Menurut Hanafi (2004) pasar yang efisien adalah
pasar dimana harga mencerminkan informasi yang tersedia sepenuhnya.
Dengan demikian, pasar modal adalah efisien jika harga sepenuhnya
merefleksikan informasi yang tersedia baik informasi harga masa lalu,
fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Pada dasarnya, nilai
sebuah saham ditentukan oleh kondisi fundamental suatu perusahaan.
Investor membuat keputusan menanamkan uangnya dengan membeli
saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan
dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Disamping itu, prospek
perusahaan dimasa mendatang sangat penting dipertimbangkan.
Ada 2 pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang
(present value approach) dan pendekatan PER (Price Earning Ratio
approach) (Jogianto, 2000:89)
2.2.5 Price Earning Ratio
2.2.5.1 Pengertian Price Earning Ratio
Jones (1999, dalam Johan) menyatakan PER sebagai salah satu aspek
keuangan yang penting bagi mnajer dan para analis. Menurutnya, model PER
konsisten dengan nlai sekarang karena mempertimbangkan nilai intrinsik suatu
saham atau bursa saham agregat dan menggabarkan seberapa besar para investor
bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Price Earning Ratio merupakan rasio keuangan yang penting dalam
analisis saham sebab salah satu pendekatan dalam analisis fundamental yang
sering digunakan oleh para investor maupun analisis dalam penelitian suatu saham
adalah pendekatan Price Earning Ratio. Salah satu penggunaan Price Earning
undervalued atau overvalued. Jika Price Earning Ratio suatu saham lebih besar
dari PER yang sesungguhnya maka saham dikatakan undervalued, sehingga
saham tersebut sebaiknya dibeli. Sebaliknya jika Price Earning Ratio suatu saham
lebih kecil dari PER yang sesungguhnya maka saham tersebut dikatakan
overvalued, sehingga saham tersebut sebaliknya dijual (Husnan, 1994 : 281).
2.2.5.2 Variabel-variabel penentu naik turunnya Price Earning Ratio
Besar kecilnya Price Earning Ratio (PER) dipengaruhi oleh setiap
perubahan variabelnya. Setiap perubahan harga saham maupun laba per lembar
saham dapat mengakibatkan perubahan terhadap Price Earning Ratio (PER).
Kenaikan atau meningkatnya Price Earning Ratio dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Harga saham naik dan laba per lembar saham tetap.
2. Harga saham tetap dan laba per lembar saham turun.
3. Harga saham naik dan laba per lembar saham turun.
4. Persentase penurunan laba per lembar saham jauh lebih besar daripada
persentase penurunan harga saham.
5. Persentase kenaikan saham lebih besar daripada persentase kenaikan laba
per lembar saham.
Hal-hal yang menyebabkan penurunan Price Earning Ratio sebagai
berikut:
1. Persentase kenaikan laba per lembar saham yang lebih besar dari pada
2. Persentase penurunan harga saham yang lebih besar daripada persentase
penurunan laba per lembar saham.
3. Harga saham turun dan per lembar saham tetap.
Jadi, alasan utama Price Earning Ratio (PER) digunakan dalam penelitian ini
adalah untuk menilai kewajaran harga saham, karena Price Earning Ratio (PER)
memudahkan atau membantu judgement penganalisis. Walaupun diakui Price
Earning Ratio (PER) merupakan analisis yang relatif sederhana, tetapi membantu
analisis saham untuk memusatkan judgement mereka terhadap variabel-variabel
mereka yang penting. Tetapi analisis ini dipergunakan dengan memperhatikan
kesulitan utama dalam penilaian kewajaran harga saham, bahwa tidak ada Price
Earning Ratio (PER) yang dapat digunakan sebagai pembanding meskipun
analisis diterapkan pada waktu yang lalu (Husnan,2000).
Price Earning Ratio adalah suatu ukuran yang umum digunakan untuk
melihat tingkat minat para investor terhadap saham suatu perusahaan dan
dinyatakan sebagai berikut (Fuller & Farrel,1987) :
PER=
2.2.6 Rasio Keuangan
Dari laporan keuangan perusahan tersebut dapat diperoleh informasi
tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi
lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan
Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal sebagai
analisis rasio atau analisis rasio keuangan. Jadi analisis sejumlah rasio keuangan
dapat didesain untuk menunjukkan hubungan antara perhitungan-perhitungan
dalam laporan keuangan (Munawir, 1999:64).
Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat
berharga di pasar modal, laporan keuangan menjadi semakin diperlukan.
Menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan,
merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan
serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang business enterprise. Angka-angka
rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki jumlah
akt iva yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, efisiensi manajemen,
struktur modal yang sehat sehingga membantu pengguna dalam proses pembuatan
keputusan (Munawir, 1999:67). Berikut macam-macam rasio yang penulis
gunakan dalam penelitin ini:
2.2.6.1 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
a. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
NPM= x 100%
b. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin adalah rasio yang mengukur tingkat laba kotor
dibanding dengan volume penjualan.
GPM= x 100%
c. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis,
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki.
Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Sutrisno,2003:254):
ROA= x100%
d. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Sutrisno, 2003:255):
ROE= x 100%
Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba
bersih setelah pajak atau EAT. Rumus yang digunakan adalah:
ROI= x 100%
f. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share adalah rasio yang mengukur besarnya laba yang
diberikan kepada pemegang saham.
EPS=
Dalam penelitian ini jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah
Return On Equity
Return On Equity mengukur tingkat pengembalian atas modal sendiri
pemegang saham. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri pada tingkat
produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan laba
yang dimilikinya. Dengan menggunakan Return On Equity, maka dapat dijelaskan
bahwa profitabilitas dapat dicapai melalui efisiensi operasi perusahaan dan
efektifitas penggunaan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini
menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari pemodal
pemilik. Semakin besar semakin bagus ( Harahap, 2001:305).
Rasio Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
a. Debt Ratio
Debt ratio (DR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur.
Debt Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Sutrisno,2003:289):
DR= x 100%
b. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan dibelanjai oleh pihak kreditur.
Debt to Equity Ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: ( Sutrisno, 2003:250)
DER=
c. Time Interest Earned Ratio
Yaitu rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya
berupa bunga dengan laba yang diperolehnya atau mengukur berapa
kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Rumus yang
digunakan adalah :
d. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban
tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga,
angsuran pinjaman, dan sewa. Rumus yang digunakan adalah :
FCCR =
e. Debt Service Ratio
Yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya
termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumus yang digunakan adalah :
DSR =
( )
Dalam penelitian ini jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah Debt
to Equity Ratio, dengan rasio ini kita dapat mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian modal sendiri yang dipergunakan untuk membayar hutang.
Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh investor dan
pemilik perusahaan dapat diukur dengan menggunakan DER, menurut
Darsono dan Ashari (2005: 54) rasio ini menunjukkan presentase penyediaan
dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman semakin tinggi rasio,
semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang
saham. Pengaruh penggunaan hutang dalam perusahaan disini juga tidak kalah
pentingnya dengan faktor-faktor lain karena investor tidak hanya melihat
seberapa besar kemungkinan tingkat pengembaliannya tetapi juga melihat
digunakan untuk mendanai perusahaan maka tingkat resiko ikut besar pula.
Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya harga saham karena investor
cenderung menghindari resiko. Tetapi jika perusahaan dapat mempertahankan
tingkat resiko yang rendah maka investor tidak akan khawatir untuk
melakukan investasi. Sehingga kepercayaan investor tinggi terhadap suatu
perusahaan maka dalam hal ini akan menambah nilai perusahaan.
2.2.5.3 Rasio Pert umbuhan (Earning Grow t h)
Rasio pertumbuhan (Earning Growth), merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
a. Pertumbuhan penjualan
b. Pertumbuhan laba bersih
c. Pertumbuhan pendapatan per saham
d. Pertumbuhan dividen per saham
Laba bersih (net profit) merupakan pendapatan perusahaan setelah
dikurangi bunga dan pajak (Husnan,2003). Semakin tinggi laba bersih, akan
berpengaruh terhadap besarnya Earning per Share yang menunjukkan
profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas yang meningkat menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan investor pada
perusahaan sehingga harga saham akan naik.
Perusahaan yang mempunyai reputasi baik adalah perusahaan yang
mampu memberikan deviden secara konstan kepada pemegang saham.
kabar baik dan kabar buruk. Jika laba menurun maka dapat diartikan sebagai
kabar buruk, sementara jika laba meningkat maka dapat diartikan sebagai kabar
baik. Laba yang meningkat akan menunjukkan sinyal mengenai peningkatan
kinerja perusahaan secara umum kepada investor, sementara itu laba yang
menurukan akan menunjukkan sinyal penurunan kinerja perusahaan kepada
investor (Jogiyanto, 2003).
Dengan memperhatikan pertumbuhan laba per lembar saham tersebut
dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan
mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Tingkat pertumbuhan laba
(earning growth) berpengaruh langsung terhadap PER. Bila harga saham
mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan dimasa mendatang maka
peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total kapitaslisasi pasar.
Bila investor yakin pertumbuhan laba ini terdukung baik, price earning ratio akan
meningkat (Marwan, 1999).
Pertumbuhan laba per lembar saham (EPS) dapat diperoleh dengan rumusan:
EG EPS =
EPSt : laba per lembar saham tahun sekarang
EPSt-1 : laba per lembar saham tahun sebelumn
2.2.6 Pengaruh Antar Variabel
2.2.6.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROE) ter hadap PER
mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan. Menurut Nurul Hayati (2010) Return On Equity
diukur berdasarkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas.
Semakin tinggi Return On Equity akan memberikan kepercayaan yang relatif
besar kepada para investor untuk menanamkan investasinya dalam bentuk saham.
Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi Return On Equity maka semakin tinggi pula
keputusan investasi Price Earning Ratio.
dan sebaliknya, semakin rendah pendapatan yang dihasilkan maka akan semakin
rendah Price Earning Ratio (PER).
2.2.6.2 Pengaruh Rasio Laverage (DER) Terhadap PER
Leverage atau tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan akan mempengaruhi
ekspektasi investor terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
“warning” di masa yang akan datang, resiko finansial, dan juga resiko
kebangkrutan, yang kemudian akan berpengaruh terhadap PER perusahaan
tersebut. Semakin rendah DER semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
membayar seluruh kewajibannya. Menurut Nurul Hayati (2010) Debt to Equity
Ratio merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap keputusan investasi saham (Price Earning Ratio). Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin rendah kepercayaan para investor yang
menanamkan investasinya dalam bentuk saham. .
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan EPS dari tahun
lalu. Dengan memperhatikan pertumbuhan laba per lembar saham dapat dilihat
prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi
keputusan investor dalam berinvestasi. Tingkat pertumbuhan laba (earning
growth) berpengaruh langsung terhadap PER. Bila harga saham mencerminkan
kapitalisasi dari laba yang diharapkan dimasa mendatang maka peningkatan laba
akan meningkatkan harga saham dan total kapitaslisasi pasar. Menurut Mufti
Mubarok (2011) variabel Earning Growth mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap Price Earning Ratio maka jika perusahaan mempunyai kinerja
keuangan yang baik maka tingkat pertumbuhan laba atau laba yang diperoleh akan
sesuai dengan harapan perusahaan.
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 kerangka konseptual
2.4 Hipotesis
Profitabilitas (Debt to Equity Ratio)
Leverage (Debt to Equity Ratio)
Pertumbuhan
(Earning Growth)