• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

( Studi Analisis

Framing

Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum

PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011)

SKRIPSI

Oleh :

Firdausi Anidah

NPM. 0743010190

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang bejudul “

Pembingkaian Berita Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di

Surat Kabar Harian Jawa Pos”

Penyusunan penelitian ini berguna memberikan wawasan pandangan serta

dapat menerapkan dan membandingkan teori yang diterima dengan kenyataan

yang ada di lapangan. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai persiapan

mental dan bekal untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Atas selesainya penyusunan penelitian ini, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam

menyusun dan menyelesaikan penelitian ini, antaranya :

1.

Tuhan ku ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-NYA kepada penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan

penelitian.

2.

Drs.Dyva Claretta M,Si selaku dosen Pembimbing yang dengan sabar

membimbing penulis.

3.

Segenap Bapak - Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UPN “VETERAN” Jawa Timur.

(3)

6.

Mas Adhit dan keluarga yang selalu mendukung dan membantu cari

refrensi.

7.

Pak Tom dan Pak Didik Puji yang talah membantu memberikan

informasi.

8.

Para penghuni C-100, terutama Bapak kost yang bersedia muluangkan

waktu untuk shering.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari banyak kekurangan,

untuk itu segala masukan dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya sehingga dapat bermanfaat bagi

semuanya.

Surabaya,

Juni

2011

(4)

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1

Latar Belakang Masalah... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 11

1.3

Tujuan Penelitian ... 11

1.4

Manfaat penelitian ... 12

1.4.1

Manfaat Teorotis ... 12

1.4.2 Manfaat

Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

2.1

Landasan Teori... 13

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas ... 13

2.1.2 Ideologi Media ... 14

2.1.3 Berita dan Nilai Berita ... 16

2.1.4 PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia)... 20

2.1.5 Framing dan Proses Produksi Berita... 21

2.1.6 Analisis Framing ... 23

2.1.7 Model Analisis Framing ... 24

(5)

3.1.1 Definisi Konseptual ... 34

3.1.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 36

3.1.3 Unit Analisis ... 36

3.1.4 Populasi dan Korpus ... 37

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data... 39

3.1.6 Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1

Gambaran Obyek Penelitian ... 41

4.1.1 Sejarah Perkembangan Surat Kabar Jawa Pos ... 41

4.1.2 Kebijakan Redaksional ... 46

4.2

Analisis Berita... 51

4.2.1 Frame Jawa Pos,”Nurdin Melaju,KSAD Terjegal” ... 51

4.2.2 Frame Jawa Pos,”Hurdin : Jadi Presiden Saya Bisa” ... 55

4.2.3 Frame Jawa Pos,” Pendemo Pro-Nurdin Dibayar Rp 25 Ribu”... 60

4.2.4 Frame Jawa Pos,” Nurdin Tak Sanggup Penuhi FIFA”... 65

4.2.5 Frame Jawa Pos,” FIFA Larang Nurdin Maju Lagi” ... 69

4.2.6 Frame Jawa Pos,” Waspadai Nurdin Cs Sebelum Kongres” ... 73

4.2.7 Frame Jawa Pos,” Nurdin Cs Pemicu Kisruh Kongres” ... 77

(6)
(7)

(Studi Analisis

Framing

Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI

Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011)

Dari tujuan dan sikap media dalam melihat suatu peristiwa, media cetak tidak

lepas dari perspektif yang dibangun dalam memuat berita. Begitu pula dalam

pemberitaan pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Ingin diketahui

bagaimana media membingkai peristiwa tersebut dalam pemberitaan di surat kabar

harian Jawa Pos. peneliti juga ingin mengetahui bagaimana media ini dalam

membangun sebuah realitas. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana Jawa Pos membingkai berita Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua

Umum PSSI pada Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011.

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks dalam kategori

penelitian kontruksionis. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai

oleh media. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing dari Zhondang

Pan dan M Gerald Kosicky, karena model ini banyak diadaptasi pendekatan linguistic

dengan memasukkan elemen retoris, seperti metafora, leksikon, grafis, sementara

model ini meskipun dalam tingkat analisisnya menunjukkan adanya unsure retoris,

tetapi mereka tidak mengajukan gambaran detail mengenai elemen retoris. Teori yang

digunakan adalah teori ilmu politik yaitu teori untuk mendeteksi kegiatan positif dan

negative kalangan pemerintahan.

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan suatu bidang kajian yang sangat kompleks.

Media massa bukan berarti hanya satu variasi media yang menyajikan informasi

pada kelompok khalayak, tetapi khalayak juga menggunakan media massa dalam

cara yang beragam. Dari media massa mereka mendapatkan informasi tentang

berbagai hal dan peristiwa yang dianggap penting tersebut disajikan dalam bentuk

berita.

Media massa dalam kehidupan sosial memiliki peran yang kerap

dipandang secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya

yang signifikan dalam masyarakat modern. Media dipandang sebagai cendela

yang mungkin khalayak “melihat” apa yang terjadi di luar sana. Selain itu media

massa sebagai “filter” atau “gate keeper” yang menyeleksi berbagai hal untuk

diberi perhatian atau tidak.

Media massa juga memiliki wewenang untuk menentukan fakta apa yang

akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak

dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau

perspektif yang digunakan oleh masing-masing media massa.

Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang

mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai

(10)

sebagai kriteria dalam praktik kerja jurnalis. Sebuah peristiwa yang tidak

mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya nilai beritanya tidak akan dibuang.

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks yang menyortir

(memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori

tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut

memenuhi kriteria nilai berita, nilai-nilai berita menetukan bukan hanya peristiwa

apa saja yang akan diberikan, melainkan juga bagaimana peristiwa tersebut

dikemas.Mereka mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa yang

dianggap penting dan disajikan dalam bentuk berita.

Berita-berita yang disajikan media massa merupakan hasil seleksi dari

berbagai peristiwa yang terjadi dan berkembang baik dimasyarakat atau bahkan di

dalam pemerintahan, sehingga masyarakat mengetahui informasi yang terjadi

disekitar dan di dalam pemerintahan. Dalam hal ini dibutuhkan kejujuran dari

pihak pers dalam menyampaikan berita-berita yang akan disampaikan pada

khalayak agar masyarakat mengetahui kejadian yang sebenarnya. Sebagai alat

untuk menyampaikan berita penilaian atau gambaran umum untuk banyak hal,

media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat

membentuk opini publik.

Berangkat dari tujuan dan sikap media dalam melihat suatu peristiwa,

media tidak lepas dari perspektif yang dibangun dalam membuat berita. Begitu

(11)

diketahui bagaimana memaknai kasus tersebut dalam pemberitaan surat kabar

Jawa Pos.

Berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI diambil sebagai objek

penelitian karena pada saat tersebut banyak masyarakat protes dan berdemo maka

berbagai media memuat berita yang menyangkut pencalonan Nurdin Khalid

sebagai ketua PSSI pada surat kabar Harian Jawa Pos yang secara konsisten

menghadirkan wacana berita pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI

berdasarkan sebab-sebab tertentu seperti : Pro kontra pencalonan Nurdin Khalid

sebagai ketua PSSI.

Masyarakat yang pro terhadap pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua

PSSI karena kemampuannya membangun jaringan sosial yang kokoh di

sekitarnya. Nurdin menciptakan barisan yang seperti tembok baja dan setia di

bawah kepemimpinannya. Terdapat begitu banyak orang yang tersebar di pusat

hingga daerah yang ikhlas dipimpin Nurdin. Barisan orang-orang ini adalah

barisan yang tidak peduli dengan apa kata media massa. Nurdin pun bisa menjadi

contoh hidup atas dinamika politik tanah air yang pasang surut. Sosok Nurdin

adalah sosok yang timbul tenggelam di sekitar kita. Saat ini Nurdin dicaci namun

pada saat lain, Nurdin bisa bersanding bersama presiden untuk menyaksikan

pertandingan sepakbola. Satu lagi kelebihan Nurdin adalah kemampuan

menghadapi semua tudingan, serta kemampuan bertahan tengah iklim politik kita

yang didominasi para anggota keluarga bangsawan, atau sosok-sosok kaya-raya

(12)

Nurdin adalah contoh sebuah ketidak sempurnaan yang sukses menempatkan

dirinya pada posisi penting.

Tidak sedikit pula massa yang kontra terhadap pencalonan Nurdin Halid

sebagai ketua umum PSSI karena Banyak terjadi suap dan makelar pertandingan.

Bahkan, banyak yang melibatkan petinggi PSSI lainnya seperti Kaharudinsyah

dan Togar Manahan Nero. menghabiskan uang tanpa ada prestasi PSSI atau

timnas, Nurdin jaga membohongi FIFA dengan menggelar Munaslub di Makassar

pada tahun 2008 untuk memperpanjang masa jabatannya. Selain itu Nurdin tidak

menjelaskan laporan keuangan terutama dana Goal Project dari FIFA yang

diberikan setiap tahunnya. Tentang keluar masuknya keuangan PSSI pun Nurdin

tidak terbuka pada public, sehingga masyarakat memiliki pandangan negatif

terhadap kepemimpinan Nurdin Halid.

massa pro dan kontra ketua Umum PSSI Nurdin Halid menggelar unjuk

rasa. Pada awalnya, massa pro-Nurdin berunjuk rasa di flyover Makassar. Tapi

kemudian, massa pro-Nurdin yang tidak berorasi dan hanya membawa spanduk

bertuliskan “maling teriak maling”, Menpora jangan mengintervensi PSSI,

bergeser ke DPRD Sulawesi Selatan dan melanjutkan aksi di tangga kantor

tersebut. Ratusan massa yang mengatasnamakan diri Forum masyarakat peduli

PSSI pun kemudian yang datang dari dua arah bergabung di flyover. Mereka

(13)

mereka juga membakar sebuah motor metik yang tidak dikenal pemiliknya. Tidak

hanya itu, sebagai simbol agar Nurdin melepaskan diri dari PSSI, para pengunjuk

rasa tersebut melepaskan seekor kerbau yang badannya ditempeli foto Nurdin

Halid dan dilepaskan di tengah jalan agar Nurdin juga lepas dari PSSI. Keributan

terjadi kemudian saat massa kontra Nurdin berpindah dari flyover ke kantor

DPRD Sulsel yang sudah ditongkrongi massa pro-Nurdin. Massa pro-Nurdin

menyambut massa kontra Nurdin dengan kalimat makian yang membuat massa

kontra-Nurdin tersinggung dan akhirnya pendukung Nurdin yang jumlahnya tak

seberapa dibandingkan massa yang ingin Revolusi PSSI lari tunggang langgang

diburu massa kontra-Nurdin. Alhasil seorang orator pro-Nurdin bernama Haris

dipukuli massa hingga babak belur. Massa baru tenang setelah polisi

mengamankan Haris dan aparat kepolisian dari Polsek Rappocini melepaskan

tembakan peringatan ke udara. Metronews.com/Kamis, 24 Februari 2011 14:54

WIB

Apakah ada yang salah dengan pencaloan Nurdin Halid sebagai ketua

umum PSSI? Itulah pertanyaan Nurdin Halid dalam menyikapi pro kontra

pencalonan kembali sebagai ketua umum PSSI. Meskipun pernah menghuni

penjara yang kemudian mencap Nurdin Halid sebagai mantan narapidana. Kasus

yang menjerat Nurdin Halid bukan kasus kriminal biasa tapi kasus luar biasa,

yakni kasus korupsi. Negeri ini memang sudah dipenuhi oleh para koruptor.

Pemberantasan korupsi tidak menjamin para pejabat untuk tidak melakukan

(14)

Pejabat rendah saja bisa menghasilakan duit banyak. Bagaimana dengan pejabat

tinggi, tentu bisa lebih banyak menghasilkan uang haram. Rakyat lelah dengan

para koruptor yang masih merajalela dan masih mengisi kursi-kursi

kepemimpinan di negeri ini.

Rakyat marah melihat para koruptor kembali menduduki kursi organisasi

yang di biayai dengan uang rakyat. Begitulah rupanya penolakan publik terhadap

pencalonan kembali Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Bukannya publik

tidak mau menerima kesalahan masa lalu Nurdin Halid yang telah ditebus dengan

menunaikan kesalahannya di dalam penjara. Rakyat sudah bosan dengan para

koruptor di negeri ini. Meskipun Nurdin Halid menilai undang-undang

membolehkan mantan narapidana mengisi kursi ketua umum PSSI atau menjadi

presiden sekalipun. Tetap saja rakyat tidak menerima narapidana korupsi. Jikalau

Nurdin Halid bukan mantan narapidana korupsi mungkin publik masih bisa

menerima kepemimpinan Nurdin di PSSI, tapi dengan catatan harus berpresatasi.

Sayangnya Nurdin Halid adalah mantan narapidana korupsi. Apalagi PSSI miskin

prestasi semenjak kepemimpinan Nurdin Halid. Kalaupun PSSI berprestasi, tetap

saja publik menolak kepemimpinan di PSSI di duduki oleh narapidana korupsi.

Itulah penyebab maraknya tuntutan agar Nurdin Halid mundur dan tidak lagi

mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI.

Nurdin Halid adalah seorang pengusaha dan politikus Indonesia lahir di

(15)

Nurdin Halid adalah Ketua Umum PSSI dan pernah menjadi anggota DPR-RI dari

partai Golkar pada tahun 1999-2004.

Pada 16 Juli 2004, dia ditahan sebagai tersangka dalam kasus

penyelundupan gula impor ilegal. kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi

dalam distribusi minyak goreng. Hampir setahun kemudian pada tanggal 16 Juni

2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan dan dibebaskan. Putusan ini lalu dibatalkan Mahkamah Agung

pada 13 September 2007 yang memvonis Nurdin dua tahun penjara. Kemudian

dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan

terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara

pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum. Selain kasus ini, Nurdin juga

terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis

penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus

2005. Tanggal 17 Agustus 2006 Nurdin dibebaskan setelah mendapatkan remisi

dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Nurdin terpilih sebagai Ketua PSSI pada tahun 2003. Ia dikenal sebagai

ketua PSSI yang kontroversial. Dia menjalankan organisasi dari balik terali besi

penjara, mengumumkan ide menaturalisasikan pemain asing, menambah jumlah

peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang terdegradasi,

menentang penghentian pengucuran dana APBD untuk klub, dan mengurangi

sanksi Persebaya yang sebelumnya terlibat kerusuhan pertandingan secara

(16)

sebanyak 3 kali pertandingan kandang). Sayangnya, oleh karena kekhilafannya

itu, banyak pihak yang tidak mendukungnya.

Sekilas dalam mengkontruksi atau membingkai berita salah satunya

dikarenakan adanya cara pandang wartawan dalam mempersepsikan peristiwa

tersebut. Ideologi masing-masing media pun turut mempengaruhi media tersebut

dalam membuat topik permasalahan pada sebuah peristiwa, meskipun peristiwa

itu sama. Tentunya perbedaan ini dapat diuraikan secara mendetail lewat analisis

framing dalam penelitian ini. Maka dengan adanya penelitian framing ini akan

diungkapkan secara mendalam mengenai isu utama yang ingin dikemukakan pada

surat kabar harian Jawa Pos, Isu itu tentu saja yang berkaitan tentang pencalonan

Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Framing : pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunjakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis

berita. Cara pandang atau berspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang

diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa

kemana berita tersebut. Framing seperti dikatakan Todd Gitlin (Eriyanto : 2002)

adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan

sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Melalui frame,

jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu terjadi peristiwa yang dapat

dipahami, dengan perpektif tertentu dan lebih menarik perhatian khalayak.

(17)

apa yang dianggap penting, apa yang perlu ditonjolkan dan apa yang perlu

disampaikan oleh wartawan kepada khlayak pembaca.

Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap suatu peristiwa

(realitas) peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian. Alasannya

adalah analisis framing merupakan metode analisis isi media yang tergolong baru

(Sobur, 2002 :161). Sebagai satu bentuk analisis teks media, analisis framing

mempunyai perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan analisis isi

kuantitatif. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu

dan fakta tertentu yang diberikan media. Fakta tidak ditampilkan apa adanya,

namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makana yang

spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi

pernyataan, dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi

menjadi lebih menyolok (noticeable) dari pada interpretasi yang lain (Sobur, 2002

: 165).

Mengutip pendapat Huda dalam Eriyanto bahwa “Analisis Framing

merupakan salah satu model analisis alternative yang bisa mengungkapkan fakta.

Analisi membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media. Melalui analisis

framing dapat diketahui mana lawan dan mana kawan, mana patron mana klien,

siap diuntungkan siap dirugikan, siap dibentuk siap membentuk dan

seterusnya.”(Eriyanto, 2004 VI).

Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai

(18)

pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Hal ini seperti

yang dinyatakan oleh Pan & Kosicky (Eriyanto, 2002 : 252). Pan & Kosicky

merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks media dasamping analisis

isi kuantitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan pemaknaan mereka

terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi : kata, kalimat, lead,

foto, grafik dan hubungan antar kalimat (Eriyanto : 2002 : 254)

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian umum Jawa Pos.

Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah berita kisruh pencalonan Nurdin

Halid sebagai ketua PSSI, karena Nurdin Halid adalah pemicu dari permasalahan

yang cukup ramai akhir-akhir ini serta Nurdin Halid menjadi orang yang pertama

kali membawa persepak bolaan ke ranah politik dan sosok Nurdin Halid dianggap

masyarakat sebagai sosok yang arogan dan keras kepala. Penelitian ini dilakukan

pada halaman depan surat kabar harian umum Jawa Pos periode februari sampai

dengan maret 2011. Karena pada periode tersebut banyak media yang bersaing

untuk memberikan informasi atau berita teraktual. Dipilihnya sebuah berita

dimuat pada halaman depan surat kabar, karena berita tersebut dianggap penting,

berbobot dan memiliki news value (nilai berita).

Beberapa minggu ini, seluruh surat kabar memberitakan tentang

pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Dipilihnya harian Jawa Pos sebagai

obyek penelitian, karena Jawa Pos merupakan surat kabar pertama dan sampai

sekarang satu-satunya yang berkembang menjadi konglomerat pers melalui

(19)

Dahlan Iskan yang kini menjadi Direktur utama PLN, pernah menjabat sebagai

manajer klub sepak bola Persebaya periode 2008 – 2012. Sehingga, Jawa Pos

mempunyai kedekatan dengan persepakbolaan di Jawa Timur khususnya di

Surabaya. Dari sini terdapat suatu relevansi antara pemberitaan Jawa Pos yang

kontra terhadap pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Selain itu juga

Nurdin Halid pernah menjadi pengurus PSSI di Surabaya yang di kala

kepemimpinannya saat itu tidak kalah buruknya dengan yang dialami PSSI saat

ini.

Jawa Pos juga memiliki misi adiil dan misi bisnis sebagai pilar utama

untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dalam menyampaikan

berita menghendaki dan diarahkan pada suatu yang lain dari pada yang lain

dengan menampilkan rubrik-rubrik tertentu sebagai nominal unggulan ( Eduardus,

2001 : 33)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

perumusan masalah yang akan diteliti adalah : “Bagaimana surat kabar Jawa Pos

membingkai berita pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan diadakan penelitian

ini untuk mengetahui bagaimana harian Jawa Pos membingkai berita pencalonan

(20)

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teorotis

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dalam pemikiran

bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis framing.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat dan menjadi

sumbangan pemikiran pasa institusi surat kabar, terutama pada harian Jawa Pos

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas

Menurut pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar

saluran yang bebas , melainkan juga subyek yang mengkonstruksi realitas,lengkap

dengan pandangan, bias, dan keberpihakkannya. Media bukan hanya memilih

peristiwa dan menentukan sumer berita, tetapi juga berperan dalam

mendefinisikan actor dan peristiwa lewat bahasa serta melalui isi pemberitaan

yang dimuat. Media dapat membingkai dengan bingkai tertentu yang pada

akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa

dalam kaca mata tertentu (Eriyanto, 2004 :24)

Isi media merupakan hasil dari para pekerja dalam mengkonstruksi

berbagairealitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita,

diantaranya realitas politik. Disebabkan sifst dan faktanya bahwa pekerjaan media

massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa

seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi (contructed reality).

Pembuatan berita dimedia pada dasarnya tidak lebih dari penyusun

realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur,2001 : 83)

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan naghasa bunkan

(22)

Eriyanto, 2004, Analisis Framing, Jogjakarta : LKIS

Eriyanto, 2002, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Eriyanto, 2005, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Sobur Alex, 2002, Analisi Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rodakarya

Sumadiria, Drs.As Haris, Msi. 2005, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana,

Bandung : Simbiosa Rekata Media.

Meleong, Lexy J, 2002 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rodakarya

Non Buku :

http:/ / www.jpnn.com/ index.php?mib=berita.detail&id=865

http://olahraga.kompas.com/bola/2010/12/23/terimakasih-nurdin-halid/

Metronews.com/Kamis, 24 Februari 2011 14:54 WIB

Artikel Surat Kabar Jawa Pos Halaman Depan :

-

Edisi minggu, 20 februari 2011, Nurdin melaju, KSAD terjegal

-

Edisi rabu, 23 februari 2011, Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa”

-

Edisi sabtu, 26 februari 2011, Nurdin-Nirwa dianulir

-

Edisi sabtu, 5 maret 2011, Nurdin tak sanggup penuhi FIFA

-

Edisi rabu, 9 maret 2011, FIFA larang Nurdin Maju lagi

(23)

peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari

realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2001 :88)

Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda atau

apapun, pad hakekatnya dalah usaha mengkonstruksikan realitas. Penggunaan

bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu. Pilihan

kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan bantuk konstruksi realitas

yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut

Hamad, bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus

menciptakan realitas (Sobur, 2001 : 90)

Dalam rekonstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsure utama.

Bahasa merupakan insrtumen pokok untuk mencerminkan reakitas. Sehingga

dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alatnarasi media

(Sobur, 2001 : 91)

2.1.2 Ideologi Media

Pemahaman terhapad media sebagai agen konstruksi sosial mengakibatkan

pemahaman tertentu pula pada berita hasil keja wartawan. Media tidak hanya

sekedar sebagai mekanisme penyebaran informasi yang ampuh, tetapi lebih dari

itu, media merupakan suatu organisasi yang kompleks dan institusi sosial yang

penting dalam masyarakat. Struktur ideology dominan dianut media akan lebih

banyak diabadikan oleh medi melalui berita-beritanya. (Little John, 1991)

Teori tentang ideology media diatas termasuk dalam teori kritik Marxist

(24)

menempatkan lebih banyak perhatian pad aide dari pada benda yang bersifat

material. Dengan cara berpikir seperti ini, media menunjuk pada dominasi

ideology para elit yang diraih dengan manipulasi cerita dan symbol, yang pada

dasarnya menguntungkan kepentingan kelas dominan tertentu. (Ibid, 1991 : 131)

Seperti disebutkan diatas, dalam pembuatan berita selalu melibatkan

pandangan dan ideology wartawan atau bahkan media yang bersangkutan.

Ideologo ini menentukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin

dibuang. Artinya jika seorang wartawa menulis berita dari salah satu sisi,

menampilkan sumber dari satu sisi pihak dan memasukkan opininya pada berita,

semua itu dilakukan dalam rangka pembenar tertentu. Dapat dikatakan media

bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan

kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideology

yang domonan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya.

(Eriyanto, 2000 : 90)

Pada kenyataannya, berita di media massa tidak perna netral dan obyektif.

Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun selalu dapat ditemikan

adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang

mencerminkan pemihakan media pada salah satu kelompok atau ideology tertentu.

Bahasa ternyata tidak lepas dari subyektivitas sang wartawan dalam

mengkonstruksi realitas. Dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam

berita, pada saat itu juga kita dapat menemukan ideology yang dianut oleh

(25)

Konsep ideology bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih

fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu

merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari

pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan

kepada pihak tertentu. Artinya ideology wartawan dan media bersangkutanlah

yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Di sini dapat

dikatakan media merupakan inti instrument ideology yang tidak dipandang

sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi

media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas atas penafsiran

wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak.(Eriyanto,

2000:92)

Media massa sebagai pendefinisi, tidak dapat dipisahkan dari saling

keterkaitan bahasa, pengetahuan dan kekuasaan yang beroperasi dibalik bahasa

yang digunakan media dalam pemberitaannya. Dengan kata lain, perbincangan

tentang media selalu berkaitan dengan ideology yang membentuknya, yang pada

akhirnya ideology tersebut akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan,

kosakata) yang digunakan dan pengetahuan (kebenaran, realitas) yang dihasilkan.(

Piliang, 2000)

2.1.3 Berita dan Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat

digunakan wartawan untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan

(26)

muda mendeteksi peristiwa mana yang harus diliput dan diabaikan, memilih

peristiwa mana yang penting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan melalui

medianya kepada khalayak. (Sumadiria, 2005:80)

Criteria umum nilai berita menurut Brian S. Books, George Keneddy,

Darly R.Moen don Ranly dalam Sumardiria (2005 :80)

1. Keluarbiasaan (unssualness)

Berita adalah suatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik brita

bukanlah suatu peristiwa biasa tetapi berita adalah peristiwa luar biasa.

Semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang

ditimbulkan. Nilai berita peristiwa luar biasa tidak dapat dilihat dari lima

aspek : lokasi perostiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut

peristiwa dan dampak yang dihasilkan

2. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua yang terbaru. Berita apa saja yang disebut hasil karya

terbaru, apa saja perubahan penting yang terjadi pada khalayak dan

dianggap berarti adalah berita.

3. Akibat (impact)

Berita adalah sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang

menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Dampak

pemberitaan bergantung pada seberapa banyak khalayak yang terpengaruh

pemberitaan itu langsung mengena khalayak atau tidak dan setidaknya

(27)

4. Actual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana

actual berarti menunjukan pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi.

Sesuai dengan definisi jurnalistik media massa haruslah memuat atau

menyiarkan berita-berita teraktual yang sangat dibutuhkan masyatakat.

Aktualitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu : Aktualitas kalender,

aktualitas waktu, aktualitas peristiwa.

5. Kedekatan (proximity)

Kedekatan disini mengandung dua arti yaitu kedekatan geografis dan

kedekatan psikologis. Kedekatan goegrafis adalah kedekatan yang

menunjuk pada peristiwa yang terjadi di tempat tinggal kita. Sedangkan

kedekatan psikologis adalh kedekatan yang lebih banyak ditentukan oleh

tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan

suatu objek peristiwa atau berita.

6. Informasi (information)

Tidak semua informasi memiliki nilai berita, setiap informasi yang tidak

memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk

dimuat. Hanya informasi yang bermanfaat bagi khalayak yang layak

dimuat. Informasi yang banyak memberikan manfaat yang layak mendapat

perhatian.

(28)

Berita adalh konflik atau segala seduatu yang mengandung unsure atau

sarat dengan dimensi pertentangan, komflik merupakan sumber berita

yang tak pernah kering dan tak kan pernah habis.

8. Orang penting (Public figure, News maker)

Berita adalah orang-orang yang penting, orang ternama, pesohor, selebriti,

figure public. Orang-orang tersebut dimanapun selalu membuat berita.

Jangankan ucapan dan tingkah lakunya namanya saja sudah membuat

berita.

9. Kejutan (Surprising)

Nilai berita dari krjutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba diluar

dugaan dan tidak direncanakan. Kejutan bisa menunjukan pada ucapan dan

perbuatan manusia.bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang

terjadi pada lingkungan alam dan benda-benda mati. Semuanya bisa

mengandung dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan.

10.Ketertarikan manusiawi (Human Interest)

Human Interest banyak mengaduk-ngaduk perasaan dari pada

mengundang pemikiran. Aspek kejiwaan, emosi, empati, diutamakan

dalam nilai beita ini. Hanya kerana naluri dan suasana hati kita merasa

terusik maka peristiwa tersebut mendapat nilai berita. Apa saja dinilai

mengandung minat insane, menimbulkan ketertarikan manusiawi,

mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan unsure human

(29)

11.Seks (sex)

Sex adalah berita, sepanjang sejarah peradapan menusia sesuatu yang

berkaitan dengan perempuan , hubungan pria dan wanita pasti menarik dan

menjadi sumber berita.

2.1.4 PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia)

Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia atau yang biasa disebut PSSI

adalah satu-satunya pengendali otoritas persepakbolaan nasional, kantor pusatnya

berada di Jakarta dan beralamat di Pintu X-XI ring-road Stadion Utama Gelora

Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia

atau PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olah raga

sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama

awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah

Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952,

kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga

Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia.

Ketua umumnya saat ini adalah Nurdin Halid yang sempat diusulkan untuk

diganti karena tersandung masalah hokum. PSSI di masa kepemimpinan Nurdin

Halid memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya

Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid

sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada

(30)

diselenggarakannya Liga Primer Indonesia. 13 Maret 2011 , 00:43:00.

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=865

Kongres akan diadakan dalam waktu dekat ini, dan tidak lama lagi

pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Umum PSSI sendiri akan dihelat pada 29 April

mendatang. Kongres pemilihan komite pemilihan dan komite banding sendiri

dilakukan untuk memilih orang-orang yang bakal menyaring siapa-siapa saja yang

akan duduk di dalam EXCO PSSI termasuk di dalamnya adalah Ketua Umum dan

Wakil Ketua Umum PSSI.

2.1.5 Framing dan Proses Produksi Berita

Framing berhubungan dengan proses produksi berita, yang meliputi

kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Suatu peristiwa yang di bingkai dan

dipahami dalam kerangka tertentu dan bukan bingkai yang lain, bukan hanya

disebabkan oleh sruktur skeme wartawan, tatapi juga rutinitas kerja dan institusi

media, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan

terhadap suatu peristiwa. Institusi media dapat mengontrol pola kerja tertentu

yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa kedalam kemasan tertentu,atau

bisa juga wartawan sebagai dari komunitasnya. Jadi wartawan hidup dan bekerja

dalam suatu institusi yang mempunyai pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika,

dan rutinitas tersendiri, dimana semua elemen proses produksi berita tersebut

mempengaruhi cara pandang wartawan dalam memaknai suatu peritiwa (Eriyanto,

(31)

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkap kebenaran dan

menginformasikan ke public seluas mungkin temuan-temuan dari fakta-fakta yang

berhasil digalinya, selain semata-mata demi pembangunan kehidupan dan

peradaban manusia yang lebih baik. Sekalipun dampak dari pelaksanaan

profesinya itu akan memakan korban-korbannya tersendiri, seperti pejabat yang

korupsi, dokter yang melanggar etika profesi, perusahaan yang menyamarkan

lingkungan dan sebagainya, peranan itu harus dilakukannya karena pers bukanlah

petugas hubungan masyarakat (humas) sebuah departemen, yang hanya berbicara

sisi-sisi positif dan keberhasilan dari departemennya serta menyimpan

dalam-dalam keburukan dan kebobrokan lembaganya (Djatmika,2004:25)

Framing adalah bagian tak terpisahkan dari bagaimana awak media

mengkonstruksi realitas. Framing berhubungan erat dengan proses editing

(penyuntingn) yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian. Reporter di

lapangan menetukan siapa yang diwawancarainya dan siapa yang tidak, serta

pertanyaan apa yang akan diajukan dan pap yang tidak. Redaktur yang bertugas di

desk yang bersangkutan, dengan maupun tanpa berkonsultasi dengan redaktur

pelaksana atau redaktur umum, menentukan apakah laporan si reporter akan

dimuat atau tidak, dan mengarang judul apa yang akan diberikan. Petugas tatap

muka dengan atau tanpa berkonsultasi dengan redaktur menetukan apakah teks

berita itu perlu diberi aksentuasi oleh suatu foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi

(32)

2.1.6 Analisis Framing

Analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui

bagai mana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh

media.pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas

sosial dimaknai dandikonstruksi dengan makana tertentu. (Eriyanto, 2002:3). Jadi,

dalam penelitian framing yang terjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas

atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaiman media

membingkai peristiwa dalam rekonstruksi tertentu. Sehingga yang terjadi titik

perhatian bukan apakah media memberikan negative atau positif, meliankan

bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. (Eriyanto, 2002:7)

Menurut pan dan kosicky dalam Eriyanto (2002:251) analiss framing ini

dapat menjadi salah satu alternative dalam menganalisis teks media disamping

analisis isi kuantitatif. Konsep framing selalu berkaitan dengan proses seleksi isu

dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut kedalam berita.

Framing dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang

khas sehingga isu tertentu tersebut mendapat alokasi yang besar dari pada alokasi

lain. Dalam membuat berita wartaawan memutuskan apa yang akan ia berikan,

apa yang akan diliput dan apa yang harus dibuang. Wartawan juga akan

menentukan apa yang akan ditonjolkannya dan apa yang akan disembunyikannaya

(33)

2.1.7 Model Analisis Framing

Penelitian ini akan menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald

M.Kosicky dalam menganalisis bagaimana surat kabar Jawa Pos membingkai

berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Bagi Pan dan Kosicky, Analisis framing dapat menjadi salah satu

alternative dalam menganalisis media. Mereka menilai dalam analisis framing,

teks berita dilihat dari symbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang akan

dipakai dan yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Jadi, tidak ada pesan

atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks brita merupakan seperangkat

kode yang membutuhkan interpretasi. Oleh karena itu maka tidak dimaknai

sebagai sesuatu yang dpat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang

objektif, sebaliknya ai merupakan hasil dari proses konstruksi dan penafsiran

khalayak. Masih menurut Pan dan Kosicky, analisis framing ini tidak melihat teks

berita sebagai suatu pesan yang hadir begitu saja, tetapi sebagai teks yang

dibentuk lewat stuktur dan formasi tertentu yang melihat proses produksi dan

konsumsi dari suatu teks barita. Pan dan Kosicky juga menilai bahwa validitas

dari analisis framing tidakkalah diukur dari objektifitas dari pembacaan penelitian

atas teks berita. Tetapi dilihat dari bagaiman teks menyimpan kode-kode yang

dapat ditafsirkan dengan jalan tertentu oleh peneliti. Jadi dalam analisis framing

tidak ada ukuran valid, karena tergantung bagaiman seseorang menafsirkan pesan

(34)

Menurut Pan dan Kosicky, ada dua konsepsi framing yang saling

berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih

menekankan pada nagaimana sesorsng memproter informasi dalam dirinya. Hal

ini berkaitan dengan stuktur dan proses kognitif, yaitu bagai mana seseorang

mengelola sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing

disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau

khusus dan menempatkan elemen tertentu dalam suatu isu dengan penempatan

lebih menonjol dalam kognisi seseorang, sehingga elemen-elemen yang diseleksi

dari suatu isu atau peristiwa itu menjadi penting dalam mempengaruhi

pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi

sosiologis. Pada pandangan sosiologis ini lebih melihat pada bagaiman konstruksi

sosial atas realitas. Framing disini dipahami sebagai bagaimana seseorang

mengklasifikasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti

dirinya dan realitas diluar dirinya, sehingga fram disini berfungsi untuk membuat

suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah

dilabeli dengan label tertentu. (Eriyanto, 2002:252-253)

Konsep psikologi dan sosiologo dapat dibangun dalam satu model dapat

dilihat bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh

wartawan. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab

setidaknya ada tiga pihak yang saling berhubungan yaitu wartawan, sumberdan

(35)

2.1.8 Perangakat Framing

Analisis yang digunakan ddalam penelitian ini dikembangkan dari model

Pan dan Kosicky dalm Eriyanto. Model ini berasumsi bahwa setiap berita

mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari orgsnisasi ide. Frame ini

adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks

berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat

tertentu) kedalam teks secara keseluruhan.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi menjadi empat

struktur basar yaitu:

1. Sintaksi : berhubungan bagaiman media menyusun peristiwa kedalam

berita. Ini dapat diartikan bahwa penempatan berita dalam halaman

surat kabar termasuk dalam dimensi ini. Penempatan berita dianggap

penting dengan landasan pemikiran bahwa semakin penting suatu

berita akan semakin ditonjolkan dalam struktur penempatannya.

Perlakuan tersebut dilakukan dengan harapan akan mendapat alokasi

perhatian yang lebih besar dari khalayaknya. Segi sintaksis yang paling

popular muncul dalam bentuk piramida terbalik. Struktur sintaksis

dapat member petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan

memaknai dan hendak kemana peristiwa tersebut akan dibawa.

a. Headline : Disebut juga judul berita, inti suatu berita yang

ditulis dengan huruf berukuran besar dan mencolok dengan

(36)

b. Lead : Disebut juga teras berita, memberikan sudut pandang

dari berita menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa

yang diberikan.

c. Latar : Latar belakang atas peristiwa yang ditulis, merupakan

bagian berita yang dapat mempengaruhi semantic (arti kata)

yang ingin disampaikan. Umumnya ditampilkan diawal

sebelum pendapat komunikator yangsebenarnya muncul

dengan maksud mempengaruhi dan member kesan bahwa

pendapat komunikator sangat beralasan.

d. Pengutipan sumber berita : pengutipan yang dilakukan

terhadap pendapat orang-orang yang berhubungan dengan

peristiwa yang dijadikan berita. Dengan tujuannya untuk

membangun objektifitas, prinsip keseimbangan, dan tidak

memihak agar khalayak memahami bahwa yang ditulis oleh

wartawan bukan pendapat wartawan semata tetapi pendapar

dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.

2. Skrip : berhubungan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan

peristiwa masuk dalam bentuk berita. Erat kaitannya dengan kaidah

jurnalistik. Pola pengorganisasian peristiwa dapat dilihat dari hadirnya

komponen-komponen yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik

yaitu bentuk 5W + 1H, struktur skrip :

(37)

b. What : berita tentang apa

c. When : kapan peristiwa yang diberikan terjadi

d. Where : dimana peristiwa yang diberikan tersebut terjadi

e. Why : mengapa peristiwa yang diberikan terjadi

f. How : bagamana terjadinya peristiwa yang diberikan tersebut.

Struktur ini melihat bagaimana cara bercerita atau bertutur yang

dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk

berita.

3. Tematik : berhubungan bagaimana media mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa kedlam proposisi, kalimat, atau hubungan

antara kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur Tematik :

a. Detail : berhubungan dengan control informasi yang

ditampilkan seseorang (komunikator). Informasi yang

menguntungkan komunikator akan diuraikan secara detail serta

lengkap dan apanjang lrbar bi;pa perlu dangan data-data

merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk

menciptakn citratertentu pada khalayak. Demikian juga

sebaliknya, bila informasi tersebut menyangkut kegagalan dari

kelemahan komunikator maka informasi akan ditampilkan

(38)

b. Maksud : Melihat bahwa informasi yang mengutungkan

komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas,

sedangkan yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,

implicit dan tersembunyi.

c. Nominalisasi : Caranya memandang komunikator dalam

memandang suatu objek sebagai suatu yang tunggal sebagai

suatu kelompok (komunitas)

d. Koherensi : pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau

kalimat sehinggan fakta tidak berhubungan sekalipun dapat

menjadi kaliamat.

e. Bentuk Kalimat : Berhubungan denagn cara berpikir logis,

yaitu prinsip kausalitas, dimana ia menyatakan apakah A yang

menjelaskan B, atauakah B yang menjelaskan A. logika

kausalitas ini kalau diterjemahkan kedalm bahasa menjadi

susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang

ditersngkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis

kebenaran tata bahasa, tapi menetukan makna yang dibentuk

oleh susunan kalimat.

f. Kata ganti : alat yang digunakan komunikator untuk

(39)

4. Retoris : Menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh

wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan wartawan.

Struktur retoritas terdiri atas :

a. Leksikon : pilihan kata yang yang dipakai dari berbagai

kemungkinan kata yang tersedia. Secara ideologis,

menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta

atau realitas.

b. Gaya : berhubungan denga bagaimana pesan yang disampaikan

dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek

tertentu kepada khalayak.

c. Grafis : untuk memerikssa apa yang ditekankan atau yang

ditonjolkan (bersrti dianggap penting). Biasanya muncul lewat

bagaian tulisan yang dibuat lain disbandingkan dengan tulisan

lain. Pemakain huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis

tebal, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk

gambar, grafik, table, Foto, penempatan teks, tipe huruf dan

elemen grafis lain yang dapat memenipulasi secara tidak

langsung paendapat ideologis yang muncul.

d. Pengandaian : upaya mendukung atau menetang pandapat

dengan memberikan pernyataan yang dipercaya kebenarannya.

e. Metafora : kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai

(40)

tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna

suatu teks berita.

Keempat struktur pendekatan itu dapat digambarkan kedalam bentuk

skema sebagai berikut :

STRUKTUR PERANGKAT FREMING UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Head line, Lead, Latar Cara

wartawan 1. Skema Berita Informasi, Kutipa Sumber

menyusun fakta Pernyataan, Penutup

SKRIP

Cara wartawan 2. Kelengkapan Berita 5W + 1H

Mengisahkan fakta

3. Detail Paragraf, Proposisi,

TEMATIK 4. Koherensi Hub Antar Kalimat,

Cara wartawan 5. Bentuk Kalimat Kalimat.

Menulis fakta 6. Kata Ganti

RETORIS 7. Leksikon Kata, Idom, Gambar

Cara wartawan 8. Grafis Foto, Grafik.

(41)

2.2 Kerangka Berfikir

Penelitian ini berangkat dari adanya fenomena media, dimana pada

periode februari sampai dengan maret 2011 surat kabar Jawa Pos memuat

pemberitaan tentang adanya pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Jawa Pos sebagai surat kabar nasional memuat pembaritaan tentang “pencalonan

Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI” yang terdiri dari 17 berita.

Berita tersebut dianalisis menggunakan analisis framing model Pan dan

Kosicki, dalam model ini banyak diadaptasi pendekatan linguistic dengan

memasukkan elemen seperti pemakaian kata, pemilihan stuktur dan bentuk

kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai media. Pan dan

Kosicki mengoprasionalisasikan beberapa dimensi struktur teks berita sebagai

perangkat analisis framing, antara lain, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Media pada dasarnya adalah berhubungan dengan pembentukan realitas.

Realitas bukan sesuatu yang sudah tersedia, yang kemudian ditampilkan wartawan

dalam pesan-pesan berbentuk berita. Wartawan dengan ideology medianya yang

kemudian membuat cerita-cerita tertentu dalam berita dengan cara mengurutkan,

membuat teratur, menjadi mudah dipahami, dengan memilih aktor-aktor dan

sumber-sumber yang diwawancarai sehingga ia membentuk suatu kisah yang

dibaca khalayak. Dari latar belakang tersebut diatas, maka paradikma konsep dan

secara teoritis, tetapi juga digunakan sebagai kerangka berfikir kajian dalam

(42)

Pola pikir dalam penelitian ini bartolak dari konstruksi sosial, dimana

wartawan dalam mengkostruksi berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua

umum PSSI dituangkan dalam bentuk berita yang disebarkan melalui surat kabar

yakni Jawa Poas yang dibaca oleh khalayak atau sekelompok masyarakat. Ketika

berita tersebut dibaca maka berita tersebut bukan sekedar informasi, hiburan,

ataupun edukasi, namun juga proses konstruksi oleh wartawan terhadap realitas

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dengan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui

bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok dan lain sebagainya) dikonstruksi

oleh media. Metode ini merupakan suatu metode yang memberikan gambaran

atau fenomena atau fakta tertentu secara terperinci yang akhirnya diperoleh hasil

pemaknaan yang lebih jelas mengenai fenomena atau fakta yang diteliti.

Sedangkan metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih peka dan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (moleong, 2002 : 5) Dengan cara apa,

teknik apa, peristiwa ditekankan dan ditonjolkan wartawan. Apakah ada bagian

dari berita itu dihilangkan, luput atau malah disembunyikan dalam pemberitaan.

Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi

menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. (Eriyanto, 2007: 3)

3.1.1 Definisi Konseptual

Sebelumnya dijelaskan bahwa framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita tentang pencalonan Nurdin

Halid sebagai ketua umum PSSI pada periode februari sampai dengan maret 2011

(44)

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan

dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto,

Surdiasis, 1999:21).

Dalam model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicky ini, perangkat

framing dapat dibagi menjadi empat struktur basar yaitu:

1. Sintaksi : berhubungan bagaiman media menyusun peristiwa kedalam

berita. Struktur sintaksis dapat member petunjuk yang berguna tentang

bagaimana wartawan memaknai dan hendak kemana peristiwa tersebut

akan dibawa seperti headline, lead, latar, Pengutipan sumber berita.

2. Skrip : berhubungan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan

peristiwa masuk dalam bentuk berita. Erat kaitannya dengan kaidah

jurnalistik. Pola pengorganisasian peristiwa dapat dilihat dari hadirnya

komponen-komponen yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik

yaitu bentuk 5W + 1H.

3. Tematik : berhubungan bagaimana media mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa kedlam proposisi, kalimat, atau hubungan

antara kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur Tematik yaitu Detail, Maksud, Nominalisasi, Koherensi,

Bentuk Kalimat, Kata ganti.

4. Retoris : Menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh

(45)

Struktur retoritas terdiri dari Leksikon, Gaya, Grafis, Pengandaian,

Metafora.

Penelitian ini akan memaparkan bagaimana cara media dalam membingkai

berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI di harian Jawa Pos.

yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita. Penulis akan menganalisa

berita mengenai pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI di harian

Jawa Pos , periode februari sampai dengan maret dalam berita-beritanya yang

dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari model Zhongdang Pan

dan Gerald M.Kosicky. Analisis ini menggunakan model Zhongdang Pan dan

Gerald M.Kosicky karena merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis

teks media disamping analisis isi kuanlitatif, dengan cara wartawan menonjolkan

pemaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi :

kata, kalimat, lead, foto, grafik dan hubungan antar kalimat

3.1.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah surat kabar harian umum Jawa Pos.

sedangkan Obyek penelitian adalah berita tantang pencalonan Nurdin Halid

sebagai ketua umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos yang dimuat dihalaman

depan pada periode februari – maret 2011.

3.1.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita pencalonan Nurdin Halid

sebagai ketua umum PSSI yang dianalisis secara referensia, yaitu berdasarakan

(46)

3.1.4 Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita yang dimuat pada surat

kabar Jawa Pos periode februari - maret 2011. periode februari - maret dipilih

dalam penelitian ini, karena pada periode tersebut media-media bersaing untuk

memberikan informasi atau berita teraktual mengenai pencalonan Nurdin Halid

sebagai ketua umum PSSI. Berikut populasi yang terdapat pada surat kabar Jawa

Pos, dengan judul sebagai berikut :

a. Nurdin melaju, KSAD terjegal (minggu, 20 februari 2011)

b. Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa” (rabu, 23 februari 2011)

c. Kian santer, Nirwan ban serep Nurdin (kamis, 24februari 2011)

d. Nurdin “ Menpora tak paham bola” (jumat, 25 februari 2011)

e. Pendemo pro-Nurdin dibayar Rp.25 ribu (sabtu,26 februari 2011)

f. Nurdin-Nirwa dianulir (sabtu, 26 februari 2011)

g. Pemilik suara gembosi Nurdin CS (selasa, 1 maret 2011)

h. Nurdin maen drama di DPR (rabu, 2 maret 2011)

i. Nurdin tak sanggup penuhi FIFA (sabtu, 5 maret 2011)

j. Nurdin CS dilaporkan suap pemilik suara (senin, 7 maret 2011)

k. FIFA larang Nurdin Maju lagi (rabu, 9 maret 2011)

l. Waspada Nurdin CS sebelum kongres (jumat, 11 maret 2011)

m. Kisruh kongres PSSI batal (minggu, 27 maret 2001)

n. Nurdin CS pemicu kisruh kongres (senin, 28 maret 2011)

(47)

p. Nurdin CS keluar dari kantor PSSI (rabo, 30 maret 2011)

q. Sekjen PSSI dilaporkan ke Bareakrim (kamis, 31 maret 2011)

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas

dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama.

Pendapat lain juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan

yang berbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam

kesemenaan, bersifat se-homogen mungkin (Kurniawan, 2001: 70). Sifat yang

homogen itu diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa

unsur-unsurnya dapat dianalisis secara keseluruhan. Sedangkan korpus dalm penelitian

ini adalah berita-berita yang membahas tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai

ketua umum PSSI.

Surat kabar Jawa Pos menempatkan berita tentang pencalonan Nurdin

Halid sebagai ketua umum PSSI dikolom halaman depan namun bukan headline.

Korpus yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos, adalah berita – berita dengan

judul sebagai berikut :

a. Nurdin melaju, KSAD terjegal (minggu, 20 februari 2011)

b. Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa” (rabu, 23 februari 2011)

c. Nurdin-Nirwa dianulir (sabtu, 26 februari 2011)

d. Nurdin tak sanggup penuhi FIFA (sabtu, 5 maret 2011)

e. FIFA larang Nurdin Maju lagi (rabu, 9 maret 2011)

f. Waspada Nurdin CS sebelum kongres (jumat, 11 maret 2011)

(48)

h. Nurdin CS keluar dari kantor PSSI (rabo, 30 maret 2011)

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung dan

mengidentifikasikan berita yang berpedoman pada model analisis Zhondang Pan

dan Gerald M.Kosicki. data hasil identifikasi tersebut digunakan untuk

menemukan cara pandang atau perspektif media dalam membingkai suatu fakta.

Data dalam penelitian ini adalah berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua

umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos.

3.1.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang memusatkan

perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita. Proses itu

umumnya dilakukan dengan memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan dan

menekankan aspek tertentu dari peristiwa dengan bantuan kata, aksentuasi,

kalimat, gambar, dan perangkat lainnya, framing juga digunakan untuk

mengetahui bagaimana media mengkonstruksi realitas. Disisni realitas dimaknai

dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Dengan demikian akan menghasilkan

pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang

tertentu. (Eriyanto, 2004:3)

Framing bukan hanya berkaitan dengan skeme individu (wartawan).

Melaikan juga berhubungan dengan proses produksi berita, kerangka kerja dan

(49)

mempersepsi peristiwa atau fakta, menyeleksi dan menentukan peristiws atau

fakta yang dianggap mengandung berita.bagaimana peristiwa dipahami, dimaknai

dan dibimgkai semata-mata bukan disebabkan oleh struktur skeme wartawan,

melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi pemaknaan peristiwa.(Eriyanto, 2004:102).

Berpedoman pada analisis framing penulis akan menganalisis berita-berita

pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perkembangan Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 10 juli 1949

oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Post Concern Ltd, yang bertempat

dijalan Kembang Jepun 166-169, perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan

kelahiran Banka yang bernama The Cung Sen alias Soeseno Tenjo pada tanggal 1

Juli 1949, Soeseno Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada

awalnya Soesno Tedjo ini bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya beliau

bertugas menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancer, Dari situ

Soesno Tedjo mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan,

maka beliau kemudian mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama Java Pos

pada tanggal 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian

melayu-Tionghoa, perusahaan penerbitnya waktu itu ada PT.Java Post Concern Ltd, yang

bertempat di Jln. Kembang Jepun. Pemimpin redaksi yang pertamanya adalah

Goh Tjing Hokn, Selanjutnya sejak 1951 pemimpinredaksi adalah Thio Oen Sik,

keduanya dikenal sebagai orang-orang republiken tak pernah goyah.

Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga

buah surat kabar yang diterbitkan dalam tiga bahasa berbeda, Surat kabar yang

(51)

Chiau Wan, sedangkan De Vrije adalah surat kabar yang terbit dengan

menggunakan bahasa belanda.

Surat kabar De Vrije Pers yang berbahasa Belanda tersebut awalnya

dimiliki oleh Vit Geres maatschappij, De Vrije Pers yang berlokasi di Jln.

Kaliasin 52 Surabaya, tetapi selanjutnya dibeli PT. Java Post Concern Ltd. Pada

bulan April 1954. Pada bulan dan tahun yang sama Java Post mulai dicetak di

percetakan Agil di jalan K.H Mansyur Surabaya.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit oleh pemerintahan

Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali

Irian Barat dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian

inggris dengan nama Indonesia Daily News, Meskipun harian ini dihentikan

penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pda tahun 1981.

Sedangkan munculnya kemelut yang disebabkan oleh meletusnya G30 S

PKI ternyata tidak saja menimpa harian kompas tetapi menimpa harian Huo Shin

Wan, sehingga pada tahun pada tahun kejadian itu harian harian Huo Shin Wan

juga dilarang terbit, karena itu sejak tahun 1981 praktis hanya harian Java Pos

yang bertahan tetap terbit meskipun dengan kondisi memprihatinkan karena

oplahnya yang sangat kecil yakni hanya 10.000 eksemplar.

Dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah Java Post tinggal 6700

eksemplar. Pendistribusiannya pun di Surabaya hanya 2000 eksemplar, sedangkan

lainnya di beberapa kota di jatim, di malang yang beredar hanya 350 eksemplar.

(52)

semakin kacau, ketiga anak The Cung Sen yang diharapkan dapat melanjutkan

usaha penerbitan ini, tidak satu pun tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi

cetak juga kian sulit diikuti kemajuannya. Rendahnya oplah yang dperoleh

penerbit yang berkaitan pada kecilnya pendapatan, menyebabkan The Cung Sen

sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk mrnjual mayoritas saham

perusahaan kepada PT. Graffiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1

april 1982. Pak The (begitu panggilan untuk The Cung Sen), menyatakan tidak

mungkin lahi untuk mengembangkan jawa pos. Tapi pak The tidak ingin surat

kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah mengapa sebabnya Java Post

diserahkan kepada pengelolah yang baru. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan

ditunjuk sebagai pemimpin utama dan pimpinan redaksi oleh dirut PT. Grafiti

Pers, Eric Samola SH untuk membenahi kondisi PT. Java Post Concern Ltd.

Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos Mencapai 250.000 eksemplar, dan

sejak saat itulah perkembangan Jawapos semakin menakjubkan dan menjadi surat

kabar terbesar yang terbit di Surabaya pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi

menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan akta notaries Liem Shien Hwa

SH No.8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern Ltd diganti menjadi

nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No.1/per1/Menpen/84

mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus

(53)

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak berubah

secara esensial isi pemberitaan yang menyajikan berita-berita umum, Berita-berita

umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi,

polotik, hokum, sosial dan budaya, pemerintah, olahraga disamping pemberitaan

peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dari perjuangan dan

kepopuleran Jawa Pos dalam mengubah budaya mansyarakat Surabaya pada

khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Saat itu budaya

masyarakat membaca Koran adlah sore hari, ketika Jawa Pos mempelopori terbit

pagi, banyak agen dan loper yang menolak menjual. Manajemen Jawa Pos

akhirnya meminta istri-istri atau keluarga wartawan menjadi agen atau loper ter

masuk istri Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran.

Sampai pada tahun 1985 strategi manejemen Jawa Pos tersebut membuahkan hasil

termasuk perubahan mendasar di keredaksian dan warga Surabaya lebih memilih

Koran jawa pos sehingga mampu menembus oplah 250.000 eksemplar per

harinya.

Salah satu hal yang benar-benar membuat Jawa Pos menjadi sebuah

kelompok media yang sangat besar adalah dengan JPNN (Jawa Pos News

Networking) yang dibentuk sebagai sarana untuk menampung berita dari seluruh

daerah dalam satu naungan dalam kelompok Jawa Pos. hal ini menyebabkan

berita di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layout –nya di

(54)

dikirim ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini Jawa

Pos juga memiliki fasilitas media online yang bisa diakses di situs

www.jawapos.co.id

Ketika dalam waktu singkat Jawa pos mampu menembus oplah siatas

100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos

“bermimpi” lagi dengan ambisi menembur oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai

upaya dilakukan baik dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus

tersebut. Jawa Pos tetap bertahan oplah 4000.000 eksemplar. Manejemen lantas

melakukan ekspansi dengan membuat Koran-koran di daerah-daerah di Indonesia.

Strategi tersebut muncul dari Dahlan Iskan yang berasumsi bahwa di kota-kota

besar di Indonesia bisa didirikan satu Koran. Hal tersebut dilakukan dengan

menghidupkan usaha koran yang gulung tikar atau tinggal SIUPPnya.

Beberapa media yang dikelolah oleh Jawa Pos di berbagai daerah di

Indonesia diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi

Radar Surabaya, Dharma Nyata, Manuntung, Ackhyar, Fajar, Riu Pos, Menado

Pos, Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar,

Cenderawasih Pos, Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi,

Gugat, Posmo, Harian Rakyat, Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta

Masyarakat Baru, media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun

mesin cetak ataupun daya manusia.

Kini hampir seluruh propinsi Indonesia terdapat Jawa Pos Group ter

(55)

pabrik kertas, perumahan, hotel sampai travel agent yang kesemuanya berada di

tangan Dahlan Iskan.

4.1.2 Kebijakan Redaksional

Dalam penulisan berita Jawa Pos harus melalui penyeleksian dengan

melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan. Pemuatan berita

tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang

mendapat perhatian masyarakat banyak akan mendapatkan porsi yang lebih

banyak untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos hal itu

dilakukan untuk memenuhi keinginan untuk memberikan kepuasan akan

informasi kepada masyarakat. Untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos

menyajikan satu tema berita dengan berbagai ukasan dari berbagai aspek atau

sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besae

yang disajikan dengan membuat dalamukuran besar judul-judul berita yang

terbagi menjadi empat sampai lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom.

Pemberitaan Jawa Pos pun berangel-angel sehingga pembaca mendapatkan

informasi yang dalam dengan berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya, Jawa

Pos mempelopori penulisan feature yang berisi berita-berita unik dan human

interest.

Menurit Jawa Pos, dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang

sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara

(56)

tepat sesuai dengan criteria, seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber serta

kemapuan menuliskan ke dalam sebuah teks berita. Sel

Gambar

TABEL 1
TABEL 2
TABEL 3
Gambar spanduk yang bertuliskan “Nurdin bikin
+7

Referensi

Dokumen terkait

with adequate number and high quality of larvae; 3) the large number of biomass production, characterized by high survival rate and rapid growth rate; and 4)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara atribut produk terhadap keputusan pembelian atas Smartphone BlackBerry pada mahasiswa/i

suhu, dan intensitas cahaya, maka digunakan empat sensor yang mendukung guna.. mendapatkan data

Pelaksanaan Retensi Dokumen Rekam Medis Aktif Dengan Standar. Akreditasi KARS MKI 12 Di Filing RSJD Dr.Amino Gondo

Kekurangan perhatian dan tidak adanya kebijakan pembangunan kemaritiman yang komperhensif, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah ekologi kelautan dan konflik sosial

[r]

[r]

Hence, based on that view points, this present study is going to investigate the effectiveness of using series of picture in teaching recount text to improve