vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
The tax enforcement letter issued if the taxpayers do not pay in accordance to the tax regulation. The purpose of this research is to know the influence of tax enforcement letter on income tax and value added tax received at tax office. This research used hypothesis test method. The data in this research are taken from tax service office Pratama Bojonagara Bandung and tax office service Pratama Cibeunying Bandung in the period 2008-2010. The data are analyzed using regression method. The result showed that the tax enforcement letter have no influence on income tax and value added tax received.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Surat Paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Penerbitan Surat Paksa terhadap Penerimaan PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak. Metode penelitian yang digunakan adalah pengujian hipotesis. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying Bandung periode 2008-2010. Data dianalisis menggunakan metode Regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerbitan Surat Paksa tidak mempunyai pengaruh terhadap Penerimaan PPh dan PPN.
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRACT vii
ABSTRAK viii DAFTAR ISI ix DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv DAFTAR LAMPIRIRAN xvii BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Identifikasi Masalah 8
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 8
1.4Kegunaan Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1 Dasar Hukum Yang Mengatur Tentang Pajak 10
2.2 Pengertian Umum Pajak 11 2.2.1 Pengertian Pajak 11
x Universitas Kristen Maranatha
2.2.3 Syarat Pemungutan Pajak 13
2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak 14
2.2.5 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak 15
2.2.6 Hambatan Pemungutan Pajak 16
2.2.7 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak 17
2.2.8 Penerimaan Pajak 22
2.3 Pajak Penghasilan (PPh) 23
2.3.1 Subjek Pajak dan Wajib Pajak 27
2.3.1.1 Bukan Subjek Pajak Penghasilan 29
2.3.2 Objek Pajak 30
2.3.2.1 Bukan Objek Pajak 32
2.3.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 34
2.3.3.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 34
2.3.4 Pajak Penghasilan Pasal 22 36
2.3.5 Pajak Penghasilan Pasal 23 36
2.3.6 Pajak Penghasilan Pasal 24 36
2.3.7 Pajak Penghasilan Pasal 25 37
2.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 37
2.4.1 Objek Pajak Pertambahan Nilai 38
2.4.2 Pajak Penjualan atas baran Mewah (PPnBM) 39
2.5 Pemeriksaan Pajak 39
2.6 Jurusita Pajak 42
2.6.1 Pengertian Jurusita 42
xi Universitas Kristen Maranatha
2.7 Penagihan Pajak 44
2.7.1 Pengertian Penagihan Pajak 44
2.7.2 Dasar Penagihan Pajak 45
2.7.2.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) 45
2.7.2.1.1 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 46 2.7.2.1.2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 46
2.7.2.1.3 Surat Tagihan Pajak 47
2.7.3 Tindakan Penagihan Pajak 48
2.7.3.1 Pengeluaran Surat Teguran 48
2.7.3.2 Penerbitan Surat Paksa 48
2.7.3.3 Penyitaan 49
2.7.3.4 Lelang 49
2.7.4 Daluwarsa Penaihan Pajak 50
2.8 Penerbitan Surat Paksa 51
2.8.1 Pengertian Surat Paksa 51
2.8.2 Tujuan Penerbitan Surat Paksa 51
2.8.3 Kekuatan hukum Surat Paksa 52
2.8.4 Pelaksanaan Pemberitahuan Surat Paksa 53
2.8.5 Laporan Pelaksanaan Surat Paksa 54
2.9 Kerangka Pemikiran 55
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 61
3.1 Objek Penelitian 61
xii Universitas Kristen Maranatha
3.2.1 KPP Pratama Bandung Bojonagara 66
3.2.2 KPP Pratama Bandung Cibeunying 70
3.2.2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung
Cibeunying 71
3.3 Metode Penelitian 72
3.3.1 Metode Yang Digunakan 72
3.3.2 Operasionalisasi Variabel 73
3.3.3 Penetapan Populasi Dan Sampel 74
3.3.4 Teknik Pengumpulan Data 74
3.3.5 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 75 3.3.5.1 Rancangan Pengujian Hipotesis 75
3.3.5.2 Penetapan Hipotesis 76
3.3.5.3 Tes Statistik untuk Pengujian Hipotesis 76
3.3.5.3.1 Analisis Uji Asumsi 77
3.3.5.3.2 Analisis Linear Sederhana 79
3.3.5.4 Pengujian Hipotesis 80
3.3.5.5 Penetapan Tingkat Signifikansi 81
3.3.5.6 Penarikan Kesimpulan 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 82
4.1 Hasil Penelitian 82
4.1.1 Proses Pelaksanaan Penagihan 82
4.1.1.1 Urutan Tindakan Penagihan Pajak 83
xiii Universitas Kristen Maranatha
4.1.2.1 Penerbitan Surat Paksa 96
4.1.2.2 Penerimaan PPh dan PPN 98 4.2 Analisis Uji Asumsi Klasik 100
4.2.1 Uji Normalitas 100
4.2.2 Uji Heteroskedastisitas 101
4.3 Persamaan Regresi Linear Sederhana 102
4.4 Pengujian Hipotesis 103
4.5 Koefisien Determinasi 104
4.6 Pembahasan 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 107
5.1 Kesimpulan 107
5.2 Saran 108
DAFTAR PUSTAKA 109
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran 60
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel I Kantor Pelayanan Pajak di Wilayah Kantor Wilayah DJP
Jabar I 66
Tabel II Operasionalisasi Variabel 74
Tabel III Wajib Pajak yang Mendapat Surat Teguran pada KPP
Bojonagara dan Cibeunying Tahun Anggaran 2008-2010 98 Tebel IV Wajib Pajak yang Mendapat Surat Paksa pada KPP
Bojonagara dan Cibeunying Tahun Anggaran 2008-2010 98 Tabel V Persentase Wajib Pajak yang Mendapat Surat Paksa dan
Surat Teguran Pada KPP Bojonagara Dan KPP
Cibeunying Tahun Anggaran 2008-2010 99
Tabel VI Target Penerimaan Dari Jumlah WP yang Belum Membayar Tunggakan Pajak Setelah Mendapat Surat Teguran pada KPP Bojonagara dan Cibeunying Tahun
2008-2010 100
Tabel VII Realisasi Penerimaan Tungakan Pajak Setelah Mendapat Surat Paksa pada KPP Bojonagara dan KPP Ciebunying
Tahun 2008-2010 100
Tabel VIII Persentase Target Penerimaan Dari Jumlah WP yang Belum Membayar Setelah Menerima Surat Teguran dan Realisasi Penerimaannya Setelah Mendapat Surat Paksa
xvi Universitas Kristen Maranatha
Tabel X Hasil Uji Heteroskedastisitas 102
Tabel XI Hasil Uji Regresi Linier Sederhana 103
Tabel XII Hasil Uji t 104
xvii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I Pendahuluan
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin berdasarkan Pancasila, salah satunya dengan cara melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan pada hakekatnya merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dalam upaya meningkatkan, memaksimalkan serta melancarkan jalannya pembangunan nasional diperlukan adanya partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia, salah satu caranya ialah dengan taat membayar pajak. Mengingat pajak merupakan penerimaan terbesar kas negara yang digunakan untuk penyelenggaraan dan pembangunan nasional yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006:1). Sebagai sumber penerimaan negara, maka pajak perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat berjalan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian.
BAB I Pendahuluan
2 Universitas Kristen Maranatha Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, Bea Masuk dan Cukai, diharapkan dapat menggantikan peranan pinjaman luar negeri agar ketergantungan terhadap pihak luar negeri dapat dikurangi. Selaras dengan hal itu, pemerintah secara berkesinambungan melakukan upaya ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutannya dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak menuju arah kemandirian pembiayaan pembangunan.
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak yang diperoleh dari masyarakat. Baik orang pribadi maupun Bentuk Usaha Tetap yang tinggal dan menetap di wilayah Negara Republik Indonesia dan selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak yang memberi kontribusi terbesar kepada penerimaan negara dari sektor pajak, sehingga penerimaan negara dari jenis pajak tersebut sangat berperan dalam pembangunan di Indonesia.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yang menjadi subjek pajak penghasilan ialah:
1. Orang pribadi.
2.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 3. Badan.4. Bentuk Usaha Tetap.
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah:
BAB I Pendahuluan
3 Universitas Kristen Maranatha (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Subjek pajak luar negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
BAB I Pendahuluan
4 Universitas Kristen Maranatha Yang menjadi objeknya adalah penghasilan. Yang dimaksud penghasilan disini yaitu setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam Daerah Pabean. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000.
Atas adanya barang mewah, disamping dikenakan PPN juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Hal ini merupakan usaha nyata untuk menegakkan keadilan dalam pembebanan pajak dan sekaligus merupakan upaya untuk mengurangi pola konsumsi tinggi yang tidak produktif dalam masyarakat. Batasan suatu barang termasuk Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah yaitu barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok, dikonsumsi oleh masyarakat tertentu (berpenghasilan tinggi) atau dikonsumsi untuk menunjukkan status.
BAB I Pendahuluan
5 Universitas Kristen Maranatha yang diperoleh dari PPh dan PPN ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Karena pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang digunakan untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat lainnya.
Sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan pada tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir pada tahun 2000, sistem pemungutan pajak yang semula official-assesment telah diubah menjadi self-official-assesment. Official Assesment System adalah
suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (Mardiasmo, 2006:7) . Sedangkan Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2006:7). Dengan kondisi yang demikian, maka diharapkan agar wajib pajak yang harus berperan aktif dalam melaksanakan Self Assesment System ini, mulai dari wajib pajak mendaftarkan diri, menetapkan dan
membayar pajak serta melaporkannya dalam SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan. Dengan adanya Self Assesment System ini sudah seharusnya wajib pajak memahami apa yang menjadi kewajiban, hak dan sanksi yang melekat pada diri Wajib Pajak itu sendiri.
BAB I Pendahuluan
6 Universitas Kristen Maranatha Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Apabila setelah tanggal wajib pajak belum melunasi kewajiban perpajakannya, maka akan dilakukan tindakan penagihan pajak. Namun dalam kenyataannya masih terdapat wajib pajak yang masih menunggak pembayaran hutang pajaknya.
Terhadap tunggakan pajak yang dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kekuatan hukum ini dinyatakan di dalam Undang-undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang merevisi Undang-undang lama No.19 Tahun 1997. Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini mengatur ketentuan tentang tindakan penagihan pajak yang meliputi pemberitahuan Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan, penyanderaan, dan pelelangan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak. Dalam undang-undang ini, Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dengan demikian Surat Paksa langsung dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti sampai pelelangan barang penunggak pajak tanpa bantuan putusan pengadilan lagi dan tidak dapat diajukan banding. Penagihan pajak juga didasari oleh Undang-undang No.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan Pasal 18 ayat 1 bahwa
“Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, merupakan dasar Penagihan Pajak”.
BAB I Pendahuluan
7 Universitas Kristen Maranatha lebih menekankan pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan yang dimaksud merupakan pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau memihak, adil dan selaras, dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana memberikan kepastian hukum.
Penyelesaian tunggakan pajak yang terutang dari penunggak pajak di masing-masing wilayahnya, dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak pada Seksi Penagihan, yang kemudian dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pelunasan tunggakan pajak tersebut yaitu dengan melakukan penyitaan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, yang dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Penyitaan dilakukan apabila penunggak pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan telah mendapatkan Surat Teguran atau Surat Peringatan dan Surat Paksa. Hasil sitaan tersebut akan dijual dimuka umum (dilelang), dan hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak yang terutang dan biaya-biaya yang berkenaan dengan pelaksanaan penyitaan dari pelelangan tersebut.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dandelina Rifyandini (2009) tentang Pengaruh Peneribitan Surat Paksa Terhadap Penerimaan PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Tegalega dan Kantor Pelayanan Pajak Cibeunying, periode tahun 2004 sampai dengan periode tahun 2008 menunjukkan hasil penelitian bahwa penerbitan Surat Paksa tidak meningkatkan penerimaan PPh dan PPN.
BAB I Pendahuluan
8 Universitas Kristen Maranatha
Penerbitan Surat Paksa Terhadap Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying Bandung
”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penerbitan Surat Paksa atas PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung.
2. Apakah penerbitan Surat Paksa berpengaruh terhadap penerimaan PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh penerbitan Surat Paksa terhadap penerimaan PPh dan
PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerbitan Surat Paksa atas PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung.
BAB I Pendahuluan
9 Universitas Kristen Maranatha 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerbitan Surat Paksa terhadap penerimaan PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ilmu serta manfaat yang lebih mendalam serta informasi yang relevan dan akurat terutama untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
1. Wajib Pajak
Agar dapat meningkatkan kesadaran dalam melakukan pembayaran pajak, khususnya PPh dan PPN dengan menyadari bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang memiliki arti yang sangat penting dalam mendukung terselenggaranya pembangunan nasional.
2. Kantor Pelayanan Pajak
Sebagai masukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem pelaksanaan dari peraturan perpajakan yang berlaku agar dapat dilakukan usaha yang tepat.
3. Peneliti
BAB V Kesimpulan Dan Saran
107 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung meliputi :
a. Pengeluaran Surat Teguran b. Penerbitan Surat Paksa
c. Pengeluaran Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) d. Pengeluaran Surat Pencabutan Sita
e. Pengeluaran Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan
f. Pengeluaran Surat Pemberitahuan Akan Dilakukan Pelelangan/Kesempatan Terakhir
g. Pengeluaran Lelang.
2. Penerbitan Surat Paksa tidak berpengaruh terhadap penerimaan PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara dan Cibeunying Bandung, karena nilai t hitung (-0,483) < t tabel (2,776).
BAB V Kesimpulan Dan Saran
108 Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Dari proses dan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran atau masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Kantor Pelayanan Pajak
Perlu adanya klasifikasi/pengelompokkan mengenai besar kecilnya tunggakan
pajak, sehingga Jurusita Pajak dapat memberikan mekanisme dan perlakuan tindakan penagihan yang berbeda pada Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak dalam jumlah yang besar.
Perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi bagi Wajib Pajak/Penanggung Pajak
tentang pentingnya membayar pajak dan sekaligus memberi pengertian kepada para Wajib Pajak agar mereka membayar pajak tepat pada waktunya. Lebih menekankan lagi kepada Wajib Pajak /Penanggung Pajak yang belum
melunasi utang pajaknya akan makna dan arti Penerbitan Surat Paksa, sehngga Wajib Pajak/Penanggung Pajak lebih merasa takut dan segera melunasi utang pajaknya, yang pda akhirnya mempunyai dampak yang lebih baik terhadap penerimaan PPh dan PPN.
Untuk meningkatkan motivasi kerja Jurusita Pajak Negara dalam mencapai
standar prestasi yang telah ditetapkan, maka pimpinan Direktorat Jenderal Pajak perlu mengeluarkan kebijakan mengenai adanya penghargaan (reward) bagi Jurusita Pajak yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Memperbanyak pendidikan dan pelatihan bagi Jurusita Pajak Negara dalam
BAB V Kesimpulan Dan Saran
109 Universitas Kristen Maranatha tunggakan pajak dengan cara bertemu secara langsung dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang mempunyai latar belakang pendidikan, budaya, bahasa dan kemampuan finansial yang berbeda sehingga diperlukan Jurusita Pajak Negara yang dapat berkomunikasi dengan baik.
Kantor Pelayanan Pajak harus meningkatkan sarana dan fasilitasnya agar
proses penagihan terhadap Wajib Pajak dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan sesuai dengan prosedur tata cara penagihan pajak.
Perlunya ditata kembali arsip-arsip laporan penagihan pajak tahun-tahun
sebelumnya maupun tahun yang sekarang, sehingga akan memudahkan dalam mencari data dan tidak memerlukan waku yang lama.
2. Wajib Pajak
Agar tidak menunda dalam melakukan kewajibannya perpajakannya, dan melakukan kewajibannya secara tepat waktu.
3. Peneliti Selanjutnya
110 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Erly Suandi. 2008. Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba Empat. Gujarati. 1995. Basic Econometrics. Singapore : McGraw-Hill.
Mardiasmo. 2001. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Offset.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Edisi Revisi, Yogyakarta : Penerbit ANDI
Moeljo Hadi. Mei 2001. Dasar-dasar Penagihan dengan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak Pusat dan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Edisi Revisi, Cetakan Ke-4, Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Nugroho, Bhuono A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta : BPFE.
Rachmat Soemitro. 1996. Azas dan Dasar Perpajakan, Bandung : PT. Eresco Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alvabeta.