• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID 19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID 19 SKRIPSI"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK

TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU

YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID 19

SKRIPSI

Oleh :

Elsa Alpina Maulida

201710230311145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK

TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU

YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID 19

SKRIPSI

Oleh :

Elsa Alpina Maulida

201710230311145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU

YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Elsa Alpina Maulida NIM : 201710230311145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahiim.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu kenikmatan dan melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita semua mendapatkan syafa’at dari beliau pada hari akhir.

Skripsi dengan judul “PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID-19” dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penulisan skripsi ini baik dengan bentuk bimbingan, arahan, masukan, kritik serta bantuan baik secara langsung maupun tidak hingga skripsi ini dapat tersusun dengan seluruhnya. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi., PhD., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak M. Fath Mashuri, S.Psi., M.A selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan masukan serta memberikan dukungan selama mendampingi penulis dengan sangat sabar hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Assoc. Prof. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dosen Wali Kelas Psikologi C 2017 yang telah memberikan arahan dan bimbingan dari awal perkuliahan berlangsung hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan penulis ilmu yang sangat banyak selama perkuliahan berlangsung. 5. Kedua orang tua penulis Papa dan Mama tercinta Bapak Herly Wahyuni dan Ibu

Mariani yang dengan tulus, penuh kesabaran dalam memberikan kepercayaan, dorongan semangat, dukungan materi, kasih sayang hingga doa yang selalu tercurah agar penulis dapat menyelesaikan studi.

6. Adikku tersayang Shafira Azka Salima yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis.

7. Seluruh Keluarga Besar Kakek (Hamdan Suri) dan Nenek (Gustinah) tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi, dan membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2017 semoga tali silaturahmi selalu terjalin diantara kita.

9. Seluruh Keluarga Besar Kumpulan Mahasiswa Hulu Sungai Selatan (KM-HSS) Wilayah Malang. Terkhusus kepada M. Arief Rahman yang selalu siap menemani dan mendoakan hingga skripsi ini selesai. Serta sahabat penulis yaitu Devy, Najla,

(7)

iii

Maulida, Bowo, Ihya, Iqbal, Haykal, Gabur dan Ro’is terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik selama menempuh perkuliahan di tanah rantau ini.

10. Sahabat Wanitaku Adna, Lia, Putri, Manda, Mira, Ratih, Nabila, Asma, Novayana, Yustisia dan Silvi terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik selama menempuh perkuliahan di tanah rantau ini. Semoga pengalaman yang telah kita lalui saat susah dan senang menjadi moment yang tidak akan pernah kita lupakan dan selalu dikenang. Semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai kita sukses.

11. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan seluruh pihak terkait yang tidak bisa satu persatu penulis sebutkan namanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami kekurangan, maka dari itu penulis memerlukan kritik dan saran untuk memperbaiki penulisan agar menjadi lebih baik. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum.

Akhirul kalam.

Billahi fi sabilil haq fastabiqul khairat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 10 Juni 2021

(8)

iv DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi ABSTRAK ... 1 PENDAHULUAN ... 2 LANDASAN TEORI Problem Focused Coping ... 6

Keterlibatan Ayah (Father Involvement) ... 8

Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Strategy Problem Focused Coping Pada Ibu Yang Bekerja di Masa Pandemi Covid-19 ... 9

Kerangka Berfikir ... 12

Hipotesis ... 12

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ... 13

Subjek Penelitian ... 13

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 13

Prosedur dan Analisis Data ... 14

HASIL PENELITIAN... 15

DISKUSI ... 19

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 22

(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 14

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 15

Tabel 3. Deskripsi Data Variabel ... 17

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 18

Tabel 5. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 18

(10)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian Melalui Media Google Form ... 27

Lampiran 2. Blue Print Skala Penelitian ... 30

Lampiran 3. Validitas Skala ... 40

Lampiran 4. Reliabilitas Skala ... 42

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 44

Lampiran 6. Uji Multikolinearitas ... 45

Lampiran 7. Uji Heteroskedastisitas ... 45

Lampiran 8. Analisa Regresi Berganda ... 46

Lampiran 9. Data Kasar Penelitian ... 47

(11)

1

PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK

TERHADAP STRATEGY PROBLEM FOCUSED COPING PADA IBU

YANG BEKERJA DI MASA PANDEMI COVID-19

Elsa Alpina Maulida

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Pada tahun 2019, dunia digemparkan oleh infeksi virus baru yaitu Covid-19. Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan PSBB sehingga diberlakukannya SFH dan WFH. Ibu yang bekerja mengalami pergeseran peran sebagai guru bagi anak-anaknya dirumah, hal ini tentunya menjadi stressor. Sehingga dukungan sosial melalui keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sangat diperlukan dalam kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak terhadap strategi problem

focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19. Melalui pendekatan

kuantitatif dengan desain korelasional non eksperimental terdapat 349 subjek penelitian dari ibu yang bekerja yang diambil dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu

accidental sampling. Alat ukur yang digunakan skala Father Involvement dan skala Problem Focused Coping dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak terhadap

strategy problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19 dengan

sumbangan yang diberikan sebesar 19,1 %. Hal ini dinyatakan dengan semakin mampu ayah terlibat dalam pengasuhan anak, semakin mampu juga ibu menggunakan strategy problem

focused coping. Pada penelitian ini terdapat dua dimensi yang berpengaruh secara signifikan

terhadap strategy problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19 yaitu dimensi warm and responsiveness dan dimensi control.

Kata Kunci: Keterlibatan Ayah, Problem Focused Coping, Ibu Yang Bekerja

In 2019, the world was shocked by the infection of a new virus, namely Covid-19. The Indonesian government issued a PSBB policy so that SFH and WFH were implemented. Working mothers experience a shift in their roles as teachers for their children at home, this is certainly a stressor. So that social support through the involvement of fathers in child care is needed in this condition. This study aims to determine the effect of father involvement in child care onstrategies problem focused coping for working mothers during the Covid-19 pandemic. Through a quantitative approach with a non-experimental correlational design, there were 349 research subjects from working mothers who were taken using a non-probability sampling technique, namely accidental sampling. The measuring instrument used is the Father Involvement scale and thescale Problem Focused Coping with multiple regression analysis. The results showed that there was a significant influence between father's involvement in child care and problem focused coping strategies for working mothers during the Covid-19 pandemic with the contribution given of 19.1%. This is stated by the more capable fathers are involved in child care, the more able mothers are to use problem focused coping strategies. In this study, there are two dimensions that significantly influence the problem focused coping strategy for working mothers during the Covid-19 pandemic, namely the warm and responsiveness dimension and thedimension control.

(12)

2

Saat akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember seluruh dunia digemparkan oleh wabah penyakit yang berasal dari infeksi virus baru dan dinamakan Covid-19 (Corona Virus

Disease). Awal mula virus ini ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Huebei, China. Angka

penyebaran virus Covid-19 di seluruh dunia selalu meningkat setiap harinya, karena penyebaran virus Covid-19 terjadi dengan sangat cepat diseluruh dunia maka WHO (World

Health Organization) memutuskan tanggal 11 Maret 2020 Covid-19 sebagai pandemic global. Penularan dapat terjadi dengan sangat mudah, virus dapat menyebar melalui droplet

bersin atau batuk oleh seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19, dengan meluasnya jangkauan orang yang telah dinyatakan positif virus Covid-19 sehingga menghasilkan pengaruh yang besar dalam berbagai aspek kehidupan. Melihat kondisi yang ada pada saat ini, sebagian besar aspek kehidupan masyarakat berubah secara drastis. Maka dari itu pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan dalam upaya penanggulangan pandemic Covid-19 seperti mengeluarkan aturan Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB).

Terdapat beberapa dampak yang ditemui dengan adanya kebijakan PSBB tersebut, seperti di kehidupan social seluruh masyarakat dihimbau agar selalu berada dirumah atau stay at home. Sedangkan dalam segi pendidikan pelajar atau mahasiswa dipaksa belajar secara online dari rumah mereka masing-masing atau SFH (Study From Home) dan dari segi segi perekonomian, karyawan diminta untuk melakukan semua pekerjaan dan tanggung jawab mereka dari rumah atau WFH (Work From Home) yang dilakukan secara online. Pandemic Covid-19 ini juga memberikan dampak psikologis yang berbeda-beda terhadap setiap orang. Melakukan penyesuaian dengan kondisi yang baru tentunya bukan hal yang mudah untuk dijalankan dan sebagian besar masyarakat kesulitan untuk melakukannya. Kondisi yang baru atau disebut dengan New Normal membuat orang tua melakukan penyesuaian pada kebiasaan yang baru.

Saat di rumah sebagian besar anak-anak akan lebih sering melakukan interaksi dengan ibunya, sehingga dalam melakukan pengasuhan terhadap anak, ibu cenderung lebih banyak berkontribusi dalam hal ini. Jika ibu juga memiliki tugas terhadap pekerjaannya dan harus tetap bekerja dari rumah maka ibu dipaksa agar menjadi seseorang yang multi tasking. Selama pandemic ini sebanyak 80% ibu-ibu merasa kesulitan untuk mengajari anak ketika sedang SFH. Mereka harus menyesuaikan beberapa cara dalam melakukan proses pembelajaran dengan anak ketika memiliki anak dengan tingkatan berbeda. Jika anak masih bersekolah ditingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) maka ibu tentunya akan mengajarinya dengan cara bermain sambil belajar, ketika anak sudah berada di tingkatan Sekolah Dasar (SD) maka gaya pembelajarnya adalah dengan menemani anak ketika proses pembelajaran berlangsung, ibu juga harus mempelajari pelajaran anak agar lebih mudah dalam menjelaskan ketika anak kurang paham begitu juga dengan tingkatan anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahapan ini ibu atau ayah bekerja sama untuk saling memantau perkembangan belajar anak namun juga tidak lupa untuk selalu mendampingi anak ketika belajar (Utami & Hayon, 2020).

Saat adanya SFH ini ibu harus melakukan penyesuaian kembali. Penyesuaian ini dapat diketahui bagaimana seorang ibu atau ayah yang biasanya menyerahkan pembelajaran anak kepada guru disekolah. Sekarang orang tua memiliki beban kerja yang baru sebagai seorang guru bagi anaknya yang melakukan pembelajaran dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh. Setiap orang tua, khusunya ibu pasti memiliki beban kerja yang double, yaitu melakukan kewajibannya dalam berumah tangga seperti mengurus suami dan anak, serta menyelesaikan tugas dan kewajiban terhadap urusan pekerjaan saat berada di rumah atau WFH. Sehingga dengan adanya beban kerja berlebih yang dirasakan oleh ibu yang bekerja menjadikan stressor

(13)

3

yang dapat mengakibatkan stress. Penyesuaian dengan kondisi seperti inilah yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis sehingga dapat mengakibatkan stress (Marliani et al., 2020).

Stress merupakan sebuah reaksi tubuh terhadap transisi yang memerlukan sebuah respon psikologis, kondisi jasmani, regulasi dan penyesuaian emosional. Stress harus segera diatasi agar tidak memberikan dampak yang buruk untuk keadaan psikologis seseorang melalui strategi coping stress (Sarafino & Smith, 2014). Coping ialah sebuah teknik yang diterapkan manusia guna mengendalikan stress terhadap dirinya dengan cara-cara tertentu (Lazarus, 1993). Coping merupakan sebuah metode yang dapat digunakan oleh seseorang dalam mengendalikan jarak dengan ketentuan yang ada baik dari diri sendiri ataupun dari lingkungan sekitar dengan kemampuan yang dimiliki. Coping stress ialah sebuah proses yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar dengan tujuan melakukan preventif atau meredam hal-hal yang bisa memicu stress sehingga tidak terlalu menimbulkan dampak yang traumatis (Lestari & Widyawati, 2018).

Coping adalah cara untuk mengatasi pressure yang datang dari dalam ataupun luar pada diri

seseorang dan diibaratkan seperti beban yang berada diluar dari kapasitas pencapaian seseorang sehingga coping stress merupakan suatu bentuk pertahanan diri agar terhindar dari stress ataupun depresi dalam menghadapi pandemic Covid-19 (Mashudi, 2012). Lazarus (1993) mengemukakan strategi coping menjadi 2 tipe yaitu Emotional Focused Coping dan

Problem Focused Coping. Emotional Focused Coping berpusat terhadap upaya agar dapat

mengontrol emosional seseorang saat menghadapi tuntutan atau permasalahan yang menjadi stressor. Sedangkan Problem Focused Coping dilakukan dengan melakukan aksi atau sebuah tindakan agar dapat menyelesaikan masalah dan mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang menjadi sumber stress seseorang. Namun pada penelitian ini hanya menggunakan salah satu strategi coping yang akan diterapkan pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19 yaitu problem focused coping karena dirasa lebih efisien untuk mengatasi suatu permasalahan yang sedang dihadapi dibandingkan dengan emotional focused coping yang hanya bersifat sementara karena hanya berfokus terhadap penurunan atau pengelolaan emosi untuk sesaat bukan menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika kita tinjau kembali sumber permasalahan yang sedang dihadapi sekarang yaitu pandemic Covid-19 yang belum juga hilang hingga saat ini, maka dari itu masyarakat perlu mengupayakan pengelolaan stress yang berfokus terhadap permasalahan (problem focused coping).

Jika masalah terus dibiarkan berlarut maka akan menyebabkan stress yang kronis sehingga akan memberikan dampak yang negative terhadap tubuh. Terdapat sejumlah riset yang berkorelasi dengan penelitian ini seperti penelitian mengenai coping stress pada wanita karir yang berkeluarga. Hasil studi tersebut mengatakan kebanyakan partisipan menggabungkan kedua strategi coping stress dalam mengatasi berbagai masalah yang menekan mereka. Namun strategi yang paling sering digunakan biasanya tergantung dengan kepribadian seseorang dan tergantung dengan tingkatan stress dari suatu keadaan masalah yang sedang dihadapinya (Andriyani, 2014). Komnas Perempuan mengadakan survey terhadap 2.285 responden, 96% responden dari ibu yang bekerja mengatakan bahwa beban pekerjaan mereka selama pandemic Covid-19 ini menjadi bertambah dan mereka rentan mendapatkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Disertai dengan survey yang diadakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap wanita karir, hasil survey tersebut mengatakan bahwa orang tua melakukan kekerasan secara fisik dan juga secara psikis terhadap anaknya (Dewi, 2020). Dengan meningkatnya beban

(14)

4

pekerjaan seperti tanggung jawab terhadap rumah tangga, psikis, hingga tanggung jawab terhadap pengasuhan anak, maka hal ini menjadi stressor yang akan menggangu kesehatan mental ibu rumah tangga yang bekerja saat masa pandemic Covid-19 seperti ini. Sehingga hal ini juga memiliki hubungan dengan tingginya kekerasan yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya. Penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2020) mengkaji mengenai stress pada ibu yang bekerja kepada 6 orang ibu rumah tangga. Riset ini menyatakan rata-rata ibu rumah tangga yang bekerja mampu dalam mengatasi stress sehingga meningkatkan coping stress melalui emotional focused coping, seperti ibu menceritakan masalah yang ada di kantor dengan suami agar ibu dapat menenangkan diri dan juga melalui problem focused coping seperti ibu meminta bantuan suami untuk dapat berbagi peran ketika menjalani rumah tangga, dengan cara berbagi tugas rumah tangga dan pengasuhan anak.

Dilanjutkan penelitian oleh Hairina (2019) mengenai dinamika parenting stress pada 3 orang ibu yang memiliki anak prasekolah, dalam menentukan strategy coping yang akan digunakan oleh ibu bekerja. Hasil dari penelitian ini yaitu ibu yang bekerja dan mempunyai anak yang banyak cenderung akan lebih mudah stress dan mereka lebih memilih menyelesaikan permasalahn melalui problem focused coping, menurut mereka dengan adanya dukungan (supporting system) dari berbagai pihak terutama keterlibatan suami dan keluarga, akan mengurangi stress yang mereka rasakan karena mereka merasa tidak melakukan pengasuhan secara mandiri. Melalui pemaparan di atas terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi coping stress pada ibu yang bekerja. Akan tetapi hingga sekarang belum terdapat penelitian yang mengakaji mengenai strategi coping stress yang akan diterapkan oleh ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19.

Dalam beberapa riset yang telah dilakukan mengatakan bahwa hal krusial yang mampu untuk mempengaruhi ibu yang bekerja di saat masa pandemic Covid-19 dalam menerapkan strategi

problem focused coping adalah dukungan social dari orang-orang terdekat seperti suami.

Seperti yang dilansir dari Suara.com yang telah melakukan wawancara bersama dengan 5 orang ibu yang bekerja. Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam situasi pandemic Covid-19, komunikasi dan pembagian peran dalam mengasuh anak antara suami dan istri itu memiliki nilai yang sangat penting, dalam melakukan penyesuaian kondisi yang baru seperti ini ibu yang bekerja cenderung kesulitan dalam membagi waktu. Dikarenakan adanya tuntutan pekerjaan dari kantor dan jam sekolah anak-anak yang dilakukan secara bersamaan, selain itu ibu juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah (Rossa, 2020). Maka dari itu keterlibatan seorang suami atau keterlibatan ayah sangat diperlukan dimasa pandemic Covid-19 untuk menurunkan tingkat stress yang dirasakan oleh ibu yang bekerja.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sangat beragam dan diukur secara multidimensional sehingga memerlukan kerja keras untuk mendapatkan hasil pengukuran yang efektif. Penelitian mengenai father involvement dalam melakukan pengasuhan terhadap anak oleh Septiningsih (2019) memberikan hasil yaitu keterlibatan ayah dalam melakukan pengasuhan pada anak akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak seperti kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Pada penelitian ini para orang tua telah menyepakati untuk membentuk pengasuhan secara bersama atau disebut dengan co parenting. Dalam melakukan pengasuhan secara bersama ini ayah dan ibu harus mengembangkan dengan perannya masing-masing. Didukung dalam penelitian lebih lanjut oleh Rima (2017) menunjukkan bahwa stimulus yang diberikan ayah ketika mengasuh anak usia dini bisa bersumber dari factor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini istri sebagai orang terdekat dari ayah memberikan dukungan untuk ayah agar terlibat dalam pengasuhan anak. Selain istri,

(15)

5

orang tua/mertua juga bisa memberikan masukan dan arahan tentang bagaimana cara menjadi ayah yang baik.

Dimasa pandemic Covid-19 seperti ini peran keterlibatan seorang ayah sangat dibutuhkan dalam pembagian peran tugas rumah tangga, terutama dalam hal pengasuhan anak guna untuk mengurangi pekerjaan dari ibu rumah tangga yang berkarir. Septiani (2018) mengkaji mengenai keterlibatan sosok ayah saat terlibat dalam pengasuhan anak untuk melihat perkembangan terkait kecerdasan moral yang dimiliki anak. Mayoritas partisipan merasa jika peran ayah dalam melakukan pengasuhan pada anak terbilang rendah yaitu 62 % dan hanya ada sekitar 11 % yang merasakan bahwa peran ayah dalam pengasuhan tinggi. Maka dari itu keterlibatan sosok ayah dalam mengasuh anak khususnya di Indonesia tergolong rendah. Keterlibatan yang rendah tersebut dikarenakan anak cenderung lebih dekat dengan sosok ibu ketika dirumah.

Indonesia memiliki budaya yang beragam sehingga dalam hal keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak setiap budaya tersebut tentunya memiliki keyakinan dan kebiasaan masing – masing. Namun tidak semua budaya bersifat egaliter dan rela terlibat dalam peran domestic. Sehingga hal ini akan memberikan dampak bagaimana cara ayah dalam melakukan pengasuhan. Seperti halnya pada budaya Betawi yang diteliti oleh Asy’ari (2019) bahwa ayah hanya terlibat untuk sekedarnya saja sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengasuhan anak. Ayah merasa bahwa tugasnya sebagai laki – laki adalah pencari nafkah buat keluarga. Selain itu juga pengetahuan ayah terkait keterlibatan dalam pengasuhan anak cenderung masih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soge (2016) bahwa pengetahuan ayah dalam pola pengasuhan anak masih memiliki nilai-nilai paternalistic yang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang turun temurun dari orang tua jaman dulu. Sehingga perlunya komunikasi yang baik antar pasangan dalam hal pengetahuan untuk mengasuh anak, membagi waktu dan jam kerja serta melakukan quality time bersama – sama.

Saat anak berada di tahap perkembangan, sosok seorang ayah sangatlah diperlukan. Pakar Pengasuhan Keayahan mengatakan bahwa pentingnya pengasuhan yang ideal dari peran utama ayah dan ibu (coparenting) agar dapat melihat secara langsung perkembangan dan pertumbuhan anak. Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) mengatakan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan fatherless dalam pengasuhan anak. Sebagian besar ayah hanya hadir secara fisik namun tidak terlibat dalam urusan perkembangan anak. Di masa pandemic seperti ini banyak para ayah yang merasa tidak siap dan panik. Karena pada dasarnya ada 3 kategori peran ideal seorang ayah seperti menyambung keturunan, mencari nafkah dan ayah memberikan peran yang terdiri dari loving,

coaching, dan modeling. Ketiga unsur ini memiliki peran yang sangat penting karena saling

berhubungan, akan tetapi semakin kesini peran ini mulai tergantikan dengan peran pengasuhan pengganti diluar dari keluarga inti sehingga dapat menyebabkan kondisi

fatherless. (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia, 2020)

Didukung oleh Aritonang (2020) juga meneliti mengenai pola asuh dari ibu, partisipasi ayah dalam tumbuh kembang anak serta perkembangan anak secara kognitif pada usia dua – tiga tahun di kawasan prevalensi stunting. Hasil riset mengatakan adanya variasi antara pola asuh yang diberikan ibu terhadap anak pria dan wanita. Sedangkan keterlibatan sosok ayah saat mengasuh anak untuk meningkatkan perkembangan kognitif lebih condong pada anak wanita dibandingkan anak pria. Dalam uji regresi, keterlibatan sosok ayah saat mengasuh anak

(16)

6

mempunyai pengaruh dengan jelas pada perubahan kognitif anak sehingga dalam melakukan pengasuhan sangat penting adanya keterlibatan sosok ayah untuk memberikan stimulus yang dapat meningkatkan kognitif pada anak.

Saat kehidupan berjalan secara normal, seorang ayah hanya bertugas untuk mencari nafkah utama buat keluarga, namun disaat keadaan pandemic Covid-19 seperti ini keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga perlu dihadirkan sebagai perhatian yang utama atau biasanya disebut dengan istilah father involvement. Menurut Lamb (dalam Rima, et al, 2017) keterlibatan ayah adalah salah satu tindakan secara nyata yang terjadi pada hubungan ayah dan anak melalui sebuah tindakan seperti mengururus dan mengajarkan anak saat melakukan aktivitas secara bersama-sama, melalui keterlibatan ayah akan memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan anak. Keterlibatan ayah merupakan kerja sama secara berulang dan memiliki hubungan dari suatu tingkatan perkembangan ke tingkatan selanjutnya dengan melihat langsung perkembangan secara fisik, social, pengetahuan dan spiritual (Andayani & Koentjoro, 2008)

Berdasarkan pemaparan diatas, saat masa pandemic Covid-19 seperti ini beberapa orang tua memiliki tugas ganda yaitu WFH, sehingga penulis tertarik untuk meneliti terkait cara seorang ibu mengatasi stress yang di rasakan dengan berfokus pada salah satu strategy coping yaitu

problem focused coping disertai dengan dukungan social yang diberikan oleh orang terdekat

melalui keterlibatan seorang ayah dalam melakukan pengasuhan terhadap anak. Karena dengan adanya keterlibatan ayah saat mengurus anak akan menghadirkan dampak yang positif untuk ibu yang bekerja dalam mengatasi stress yang diakibatkan dari pandemic Covid-19. Akan tetapi hingga saat ini penelitian terkait keterlibatan ayah dalam melakukan pengasuhan anak melalui strategi problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19 belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga sumber yang di peroleh menjadi terbatas. Dengan demikian penelitian ini dirasa sangat penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh keterlibatan ayah dalam melakukan pengasuhan anak terhadap strategi problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19. Manfaat teoritis penelitian yaitu mampu memberikan gambaran mengenai dukungan social dalam bentuk keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak untuk mengatasi stress yang dirasakan oleh ibu yang bekerja selama masa pandemic Covid-19 yang berfokus terhadap penyelesaian masalah (problem focused coping). Manfaat praktis penelitian sebagai petunjuk terhadap seluruh masyarakat Indonesia yang sedang menjalani kehidupan rumah tangga, dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada seluruh orang tua agar mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan sehingga bisa saling bekerja sama agar mampu untuk mengoptimalisasi pembagian peran dalam berumah tangga, selain itu melalui dukungan social yaitu keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak akan membantu peran ibu yang bekerja dalam menyelesaikan permasalahan yang menjadi stressor saat pandemic Covid-19.

Problem Focused Coping

Dalam menjalani kehidupan setiap orang pasti pernah menghadapi suatu permasalahan, seseorang akan merasa kurang nyaman saat ia harus berhadapan dengan masalah yang menimpa, baik permasalahan yang datang dari fisik ataupun psikis. Sehingga seseorang akan berusaha mencari cara agar dapat mengatasi rasa kurang nyaman tersebut. Respon seseorang dalam mengendalikan dan mengatasi beban yang dirasakan diluar dari kapasitas pencapaian seseorang di sebut dengan coping. Lazarus (1993) juga mengatakan bahwa coping merupakan sebuah upaya atau proses yang dilakukan seseorang secara berlanjut dalam berpikir dan melakukan tindakan demi mengelola tuntutan yang dianggap dapat menjadi stressor. Coping

(17)

7

juga digunakan untuk memanajemen tingkah laku manusia terhadap penyelesaian masalah yang sedang dihadapi dengan segala usaha yang dilakukan dengan penyelesaian masalah ataupun berfokus terhadap emosional untuk mengendalikan dan mengatasi tuntutan yang ada (Safaria & Saputra, 2012). Selain itu Rasmun (2004) menyebutkan bahwa saat seseorang sedang stress atau memiliki ketegangan secara psikologis, seseorang bisa melakukan coping untuk mengatasi masalah yang menjadi stressor dalam kehidupan sehari-hari yang disertai dengan support yang diberikan oleh orang terdekatmaupun lingkungan sekitar.

Lazarus (1993) mengklasifikasikan strategi coping menjadi dua bagian. (1) Emotional focused

coping merupakan strategi yang dilakukan seseorang secara emosional terhadap stress yang

dirasakan. Strategi ini bersifat internal, sehingga adanya tendensi dari dalam diri untuk melepaskan emosi yang berpusat pada kekecewaan atau distress yang dirasakan. Jika seseorang merasa tidak mampu untuk memperbaiki keadaan yang penuh dengan tekanan, maka seseorang dapat mengatur emosinya terlebih dahulu. (2) Problem focused coping merupakan strategi dalam menuntaskan masalah yang menjadi sumber stress. Strategi ini bersifat eksternal , tujuan utama dari strategi ini agar dapat menyelesaikan permasalahan, tuntutan dan peristiwa yang dapat memicu seseorang mengalami stress dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang baru agar dapat menurunkan stress yang dialami. Jadi dengan strategi problem focused coping seseorang tidak hanya memiliki konsep atau program yang banyak namun agar secepatnya dapat terealisasikan.

Penelitian ini akan lebih berfokus terhadap mekanisme problem focused coping. Folkman & Lazarus (1984) mengemukakan bahwa problem focused coping adalah strategi pemecahan masalah. Strategi ini diterapkan untuk memecahkan permasalahan dengan mencakup analisa masalah, memberikan solusi, menemukan alternative serta melaksanakan aksi. Karena dalam

problem focused coping ditemukan sebuah metode analisis dengan berfokus terhadap kondisi

sekitar yang berhubungan dengan sumber stressor seseorang. Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti mengambil kesimpulan yaitu problem focused coping ialah sebuah strategi coping yang dapat digunakan seseorang sebagai upaya untuk mengatasi stressor dari segala tuntutan yang ada dengan berfokus terhadap pemecahan masalah yang mencakup analisis masalah hingga mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dan sesuai dengan kemampuan diri.

Aspek – Aspek Strategi Coping

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Folkman & Lazarus (1984) dengan menguraikan aspek dari Problem Focused Coping sebagai berikut, a) Planful Problem Solving, merupakan sebuah upaya yang dilakukan seseorang untuk memperbaiki keadaan yang mengakibatkan stress dengan cara melakukan tindakan secara langsung dan bertahap dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek ini mencakup langkah yang akan diambil dan menentukan cara yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan. Langkah tersebut dapat diterapkan dengan perencanaan yang telah dibuat dengan matang. b) Confrontative, adalah sebuah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan permasalahan secara langsung. Biasanya seseorang yang menerapkan aspek ini akan berpegang teguh terhadap pendiriannya dan tidak mudah goyah, tindakan ini dilakukan secara agresif untuk memperbaiki kondisi yang membuat seseorang merasa tertekan. Untuk mengambil gerakan secara langsung termasuk dalam active coping, seseorang akan memilih gerakan aktif agar dapat menghilangkan dan menyingkirkan stressor yang memiliki dampak terhadap dirinya. c) Seeking Social Support, adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk meminta pertolongan kepada orang lain. Dukungan social yang dicari berupa dukungan secara instrumental yang dimana seseorang akan berusaha

(18)

8

mencari dukungan dari lingkungan sekitar seperti suami atau kerabat melalui komunikasi agar mendapatkan berita, petuah dan dukungan dalam menyelesaikan permasalahan.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Folkman (1984) terdapat beberapa factor yang dapat memberikan dampak terhadap strategi coping yaitu a) Kesehatan Fisik, memiliki pengaruh besar untuk mengendalikan stress karena dalam mengendalikan stress seseorang memerlukan energy yang besar. b) Keyakinan dan Pandangan Positif, keyakinan akan nasib (external locus of control) merupakan sumber daya psikologis untuk mengerahkan seseorang terhadap pengukuran ketidakberdayaan (helplessness) sehingga menggunakan kemampuan strategi coping yang berfokus terhadap masalah. c) Kemampuan Menyelesaikan Masalah, mencakup penggalian data, menganalisis keadaan, dan mengkaji lebih lanjut terkait permasalahan yang ada dengan tujuan agar dapat menemukan opsi untuk melakukan tindakan, namun juga perlu mempertimbangkan opsi tersebut agar sesuai dengan hasil penyelesaian masalah seperti yang diharapkan. d) Materi, mencakup sumber daya yang dapat dibeli dan digunakan seperti makanan, uang, barang atau layanan. e) Keterampilan Sosial, merupakan kemampuan untuk melalukan komunikasi dan perbuatan yang sesuai dengan norma dan tata karma yang berlaku di masyarakat. f) Dukungan Sosial, mencakup dukungan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta emosional seseorang agar merasa dihargai dan didukung oleh lingkungannya, memberikan dukungan bisa melalui keluarga, kerabat, masyarakat sekitar, keterlibatan ibu (isteri) dan keterlibatan ayah (suami). Berdasarkan beberapa factor yang dijelaskan maka strategi coping bisa dipengaruhi oleh faktor psikologis (kemampuan penyelesaian masalah), spiritual (Keyakinan dan pandangan positf atau mendekatkan diri dengan Tuhan), material (uang, makanan), dan social (keterampilan social dan dukungan social). Pada factor dukungan social menyebutkan bahwa support yang diberikan pasangan secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap stress yang dirasakan seseorang, dengan adanya dukungan melalui keterlibatan ayah maka ibu akan merasa dihargai dan didukung oleh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Hal ini yang akan memperkuat bahwa saat ayah terlibat dalam mengasuh anak tentunya akan mempermudah untuk menetralisir atau menurunkan stress yang dirasakan oleh ibu rumah tangga yang bekerja saat terjadi pandemic Covid-19 seperti ini.

Keterlibatan Ayah (Father Involvement)

Dimasa pandemic Covid-19 seperti ini peran keterlibatan seorang ayah sangat dibutuhkan dalam pembagian peran tugas rumah tangga, terutama dalam hal pengasuhan anak guna untuk mengurangi pekerjaan dari ibu rumah tangga yang berkarir. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan disebut dengan Father Involvement. Hawkins & Palkovitz (1999) mendefinisikan keterlibatan ayah sebagai interaksi yang dilakukan secara langsung antara ayah dengan anak dengan menghabiskan waktu bersama-sama. Keterlibatan ayah merupakan bentuk kegiatan dan perhatian yang dilakukan secara langsung oleh ayah terhadap anak-anaknya, sehingga menciptakan pengaruh yang positif terhadap tumbuh kembang anak (Lamb et al., 1895). Andayani (2008) mengatakan bahwa keterlibatan ayah merupakan kerja sama secara berulang dan memiliki hubungan dari suatu tingkatan perkembangan ke tingkatan selanjutnya dengan melihat langsung perkembangan secara fisik, social, pengetahuan dan spiritual. Keterlibatan dalam pengasuhan merupakan sebuah kontribusi yang dilakukan secara berulang dan berhubungan dari satu tahap perkembangan dengan tahapan perkembangan selanjutnya, dan mencakup beberapa aspek seperti waktu, hubungan dan kasih sayang.

(19)

9

Keterlibatan ayah merupakan kegiatan yang bersifat jangka panjang dan dilakukan secara sungguh-sungguh untuk membangun hubungan bersama anak dengan menggunakan sumber daya fisik, kognitif dan afeksinya (Rima et al, 2017). Pleck (2007) menambahkan bahwa keterlibatan ayah merupakan konstruksi yang bersifat multidimensi sehingga dapat mencakup berbagai keterampilan yang meliputi beberapa komponen yaitu afektif, kognitif, etika perilaku yang bisa di amati baik secara langsung ataupun tidak seperti dukungan psikologis dan dukungan kepada ibu. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak merupakan suatu bentuk keikutsertaan pengasuhan dengan melibatkan aspek secara kognitif, afektif serta fisik pada hubungan seorang ayah dengan buah hati melalui prevention formation (bentuk kegiatan sosialisasi seperti perhatian, teladan, sikap disiplin) yang mewakilkan peran seorang ayah sebagai pengemban dan penanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak (Purwindarini et al., 2014).

Berdasarkan pemaparan tersebut keterlibatan seorang ayah dalam proses mengasuh anak merupakan konstruksi multidimensi sehingga meliputi beberapa komponen yaitu psikologis, afektif, kognitif, spiritual anak, dan etika dalam bertingkah laku baik secara langsung ataupun tidak seperti memberikan dukungan terhadap ibu.

Komponen Keterlibatan Ayah

Lamb (1985) mengatakan komponen keterlibatan ayah menjadi 3 yaitu 1) Paternal

Engagement, merupakan jalinan kasih sayang secara langsung antara ayah dengan anaknya

semisal melakukan kegiatan secara bersama-sama, bermain, mengajarkan anak sesuatu hingga membereskan rumah. 2) Accessibility, merupakan salah satu bentuk keterlibatan ayah dalam memberikan pengasuhan terhadap anak ketika diperlukan saja, ayah tidak melakukan interaksi secara langsung dengan anak namun ayah tetap mengawasinya. 3) Responsibility, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab ayah terhadap anak dengan melibatkan perencanaan, melakukan koordinasi dan memberikan kesimpulan dalam mengambil suatu tindakan.

Seiring berkembangnya zaman sehingga penelitian mengenai keterlibatan ayah juga mengalami perkembangan agar hasil yang didapatkan lebih relevan. Pleck (2010) mengemukakan lima komponen baru dari keterlibatan ayah yaitu 1) Aktivitas kegiatan yang positif (Positive Engagement Activities) adalah bentuk interaksi yang dilakukan seorang ayah secara langsung seperti meluangkan waktu agar dapat melakukan aktivitas bersama anak, bisa juga diartikan sebagai bentuk pendekatan secara emosional untuk melihat perkembangan pada anak, ayah dapat mengajak anak untuk bermain, berkebun, memandikan dan memberi makan kepada anak, serta memperhatikan kesehatan anak. 2) Kehangatan dan Ketanggapan (Warm

and Responsiveness) karakter ayah dalam menggambarkan adanya sisi kehangatan serta

ketersediaan dalam menunjukkan tindakan yang diberikan oleh buah hati. Seorang ayah dapat mengungkapkan rasa sayangnya dengan perilaku yang ditunjukkan seperti sering memeluk dan menggendong anak, mengatakan secara lisan bahwa ia menyayangi anak, mendengarkan curhat atau kegiatan anak. 3) Pengendalian (Control) adalah komponen yang menunjukkan perilaku ayah saat sedang mengawasi dan membuat keputusan. Seorang ayah wajib mengetahui keadaan dan keberadaan anak serta aktivitas yang dilakukan anak pada kegiatan sehari-hari, saat ingin mengambil keputusan yang menyangkut anak, seorang ayah wajib untuk dilibatkan. Seperti menerapkan aturan terhadap anak, pembagian tugas dirumah dan pendidikan anak. 4) Perlindungan tidak langsung (Indirect Care) yaitu sejumlah kegiatan dalam bentuk kewajiban yang dijalankan seorang ayah secara khusus demi buah hati namun tidak menyertakan jalinan secara langsung sekalipun dalam hal finansial. Dalam komponen ini terbagi menjadi 2 golongan yaitu a) Material indirect care adalah sebuah aktivitas yang

(20)

10

dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan serta sarana yang diperlukan oleh buah hati, seperti membawa berobat ketika buah hati sedang sakit, menentukan pendidikan yang terbaik untuk kedepannya serta membelikan keperluan buah hati sesuai dengan usianya. b) Social

indirect care merupakan sebuah usaha yang dilakukan sorang ayah untuk mengenalkan dan

membuat anak berkembang dengan komunitas yang ada dilingkungan sekitarnya, seperti mengenalkan anak dengan kegiatan extrakurikuler agar anak dapat membina hubungan dengan teman-teman sebanyanya namun ayah juga memberikan amanat mengenai pertemanan yang baik dengan anak. 5) Proses tanggung jawab (Process Responsibility) adalah ayah bentuk keterlibatan ayah dengan bertanggung jawab terhadap tugas utama dalam pengasuhan anak, ayah menunjukkan inisiatif serta mengamati keperluan terkait dengan anak.

Dinamika Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Strategi Problem

Focused Coping Pada Ibu Yang Bekerja di Masa Pandemi Covid-19

Seiring dengan berjalannya waktu, peran seorang ibu di masa sekarang bukan hanya mengurus anak dan suami saja, namun ibu juga memiliki peran ganda sebagai seorang pekerja. Bagi semua wanita yang bekerja apapun dan mendatangkan suatu kemajuan dalam hidupnya dapat disebut sebagai wanita karir, saat ini berkarir tidak hanya untuk mereka yang bekerja melalui kantor namun untuk mereka yang bekerja melalui rumahpun juga dapat disebut sebagai wanita karir, mereka bekerja dan menggunakan sebagian waktunya untuk memperoleh pendapatan (Anoraga, 2006). Sehingga peran ganda yang dijalani oleh ibu yang bekerja tentunya memiliki akibat yang dapat menimbulkan stress jika tidak segera diselesaikan ditambah lagi dengan keadaan pandemic Covid-19 yang masih belum berakhir. Keadaan ini tentunya akan menjadi stressor bagi ibu yang bekerja, karena di saat ibu harus menyelesaikan peran domestic, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, ibu juga turut serta dalam mendampingi dan memfasilitasi anaknya untuk belajar dari rumah.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki 5 dimensi yang telah dikembangkan oleh Pleck (2010) yaitu positive engagement activities, warm and responsiveness, control, indirect

care, dan process responsibility. Ketika ayah mempunyai dimensi positive engagement activities, maka ayah juga ikut terlibat dalam pengasuhan anak dan melakukan komunikasi

yang baik dengan ibu untuk membagi peran, hal ini tentunya membuat ibu merasa terbantu dalam mengurus anak melalui dukungan social yang diberikan oleh ayah. Seorang ayah dapat meluangkan waktu dan melakukan aktivitas bersama anak seperti melakukan kegiatan bersama dengan orang-orang terdekat. Dimensi kedua yaitu warm and responsiveness, jika ayah memberikan respon yang positif saat mengasuh anak dan mengungkapkan rasa sayangnya dengan perilaku yang ditunjukkan seperti sering memeluk anak dan membantu anak saat ia sedang mengalami kesulitan dalam mengerjakan suatu hal, sehingga dengan adanya dukungan social melalui keterlibatan ayah akan membuat beban yang dirasakan ibu yang bekerja menjadi lebih ringan karena anak tidak hanya terfokus terhadap ibu akan tetapi juga mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Dimensi ketiga yaitu control, saat mengasuh anak tentunya akan ada beberapa peraturan yang diterapkan terhadap anak, seperti melakukan ibadah secara bersama ketika dirumah, mencari solusi ketika anak sedang mengalami permasalahan, menyiapkan pendidikan masa depan anak. Melalui dimensi ini tentunya akan berpengaruh terhadap ibu yang bekerja, dengan terlibatnya ayah dalam proses mengontrol anak membuat ibu merasa adanya dukungan social yang lebih baik dengan melakukan diskusi untuk membuat segala keputusan yang berhubungan dengan anak.

Dimensi yang keempat yaitu indirect care, hal ini terbagi menjadi 2 golongan yaitu material

(21)

11

secara langsung dengan anak namun ayah akan tetap memperhatikan segala kegiatan dan aktivitas anak. Pada kategori material indirect care ayah akan memenuhi segala kebutuhan anak dan memberikan fasilitas yang diperlukan oleh anak. Sedangkan pada kategori social

indirect care ayah akan mengenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya dengan harapan

agar buah hatinya bisa bersosialisasi sehingga membuat anak menjadi sosok yang berkembang. Melalui dua kategori tersebut akan menguatkan factor dukungan social, pada ibu yang bekerja tentunya akan sangat terbantu dengan adanya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sehingga akan mengurangi stressor yang dirasakan ketika pandemic Covid-19. Dimensi yang terakhir yaitu process responsibility, melalui dimensi ini ayah sebagai kepala keluarga dituntut untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang utama dalam proses pengasuhan anak. Jika ayah mampu bertanggung jawab dengan baik akan menjadikan ibu yang bekerja merasa memiliki dukungan social yang lebih baik dalam menjalankan aktivitas, sehingga ibu yang bekerja mampu menemukan coping yang terbaik dalam menyelesaikan permasalahannya saat pandemic Covid-19 dengan kemampuan problem

focused coping.

Ketika ibu yang bekerja dihadapkan dengan kondisi yang membuat tertekan sehingga bisa mengakibatkan stress, maka hal yang dapat dilakukan yaitu melakukan coping. Coping merupakan sebuah respon yang dihasilkan seseorang dalam mengendalikan dan mengatasi beban yang dirasakan diluar dari kapasitas pencapaian diri. Lazarus (1993) membagi strategi coping menjadi dua yaitu Emotional Focused Coping (Strategi yang berfokus terhadap emosi) dan Problem Focused Coping (Strategi yang berfokus terhadap masalah). Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan terhadap satu strategi saja yaitu Problem Focused Coping. Lazarus (1993) mengatakan problem focused coping sebagai strategi yang dilakukan seseorang guna menyelesaikan masalah yang berasal dari sumber stress. Mengingat wabah pandemic Covid-19 ini belum dapat diprediksi kapan akan berakhir sehingga peneliti merasa strategi problem focused coping ini sangat tepat digunakan oleh ibu yang bekerja dalam mengatasi stress yang dirasakan akibat dari SFH dan WFH, karena jika stress yang dibiarkan begitu saja akan memberikan dampak yang negative terhadap tubuh sehingga segala permasalahan terkait stress harus segera diselesaikan. Hal ini tentunya disertai dengan adanya dukungan social melalui orang-orang terdekat ibu yang bekerja seperti keterlibatan ayah. Jika ibu yang bekerja mampu untuk mengendalikan stress yang dirasakan saat pandemic Covid-19 maka ibu akan lebih mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sehingga dengan adanya keterkaitan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan strategi

problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19 dapat

disimpulkan bahwa kedua variable tersebut sangat diperlukan dalam situasi dan kondisi seperti ini.

(22)

12 Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Hipotesis 1

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki pengaruh terhadap strategy problem

focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19. Semakin mampu ayah

terlibat dalam pengasuhan anak, semakin mampu juga ibu menggunakan strategy problem

focused coping. Hipotesis 2

Dimensi positive engagement activities, warm and responsiveness, control, indirect care,

process responsibility memiliki pengaruh terhadap strategy problem focused coping pada ibu

yang bekerja di masa pandemic Covid-19.

Keterlibatan Ayah

(Ayah ikut terlibat dalam hal mengasuh anak untuk mengatasi stress yang dirasakan pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19)

Beban Pekerjaan dan Tanggung Jawab Ibu Yang Bekerja Menjadi Meningkat Saat Masa Pandemi Covid-19

Process Responsibility Indirect Care Control Warm And Responsiveness Positive Engagement Activities

Problem Focused Coping Menganalisis masalah serta mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dan

sesuai dengan kemampuan diri ibu yang bekerja melalui aspek planful problem solving, confrontative dan seeking social

support.

Dimensi Keterlibatan Ayah

Mampu memperkuat factor dukungan social terhadap ibu yang bekerja di masa pandemic

(23)

13

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini melalui pendekatan kuantitatif, dengan desain korelasional. Metode kuantitatif digunakan untuk melakukan penelitian terhadap populasi dan sampel, dalam penelitian kuantitatif data dapat dikumpulkan melalui instrument penelitian, selain itu analisis yang digunakan bersifat kuantitatif atau statistic dan bertujuan menguji hipotesis (Sugiyono, 2016). Desain korelasional digunakan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak terhadap strategi problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19.

Subjek Penelitian

Dalam sebuah penelitian populasi didefinisikan sebagai wilayah yang akan digeneralisasikan yang mencakup suatu obyek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tersendiri (Sugiyono, 2016). Populasi menggambarkan secara keseluruhan dari responden penelitian dengan karakteristik yang sama, populasi yang termasuk dalam penelitian ini dipilih menurut kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Sedangkan sampel adalah sebagian kecil dari total karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability sampling yaitu accidental

sampling. Menurut Sugiyono (2016) accidental sampling adalah cara yang digunakan dalam

menentukan sampel secara tidak sengaja dengan kata lain semua orang yang ditemui peneliti dengan cara kebetulan atau accidental dan telah memenuhi kriteria populasi maka dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 349 partisipan.

Adapun kriteria populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Ibu yang bekerja.

2. Tinggal serumah dengan pasangan dalam hubungan perkawinan. 3. Memiliki anak usia sekolah dari PAUD – SD

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variable yaitu Keterlibatan Ayah (Father Involvement) Dalam Pengasuhan Anak sebagai variable bebas (X) dan Strategy Problem Focused Coping Pada Ibu Yang Bekerja sebagai variable terikat (Y).

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak pada penelitian ini merupakan salah salah satu bentuk persepsi istri terhadap upaya yang dilakukan seorang ayah untuk turut serta dalam menjaga, mengasuh, merawat, mengajari serta meluangkan waktu dan turut serta dalam membantu peran ibu dalam melakukan pengasuhan anak. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak menggunakan skala Father Involvement yang telah dikembangkan oleh Pleck (2010) dan diadaptasi oleh Mardhotillah (2018), skala ini mencakup lima komponen dari keterlibatan ayah (Father

Involvement) yaitu Aktivitas Kegiatan Yang Positif (Positive Engagement Activities),

Kehangatan Dan Ketanggapan (Warm And Responsiveness), Pengendalian (Control), Perlindungan Tidak Langsung (Indirect Care), dan Proses Tanggung Jawab (Process

(24)

14

Strategy Problem Focused Coping yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan strategi

coping yang digunakan seseorang sebagai cara untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi secara langsung dan yang berasal dari segala tuntutan – tuntutan yang ada. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur Strategy Problem Focused Coping pada ibu yang bekerja menggunakan skala Problem Focused Coping yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman dan telah disusun oleh penulis berdasarkan tiga aspek dari problem

focused coping yaitu planful problem solving, confrontative, seeking social support.

Kedua instrument alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala likert yang telah di konversi dengan menghilangkan pilihan pada jawaban netral agar skala tersebut hanya memiliki 4 opsi pilihan jawaban dengan ketentuan masing-masing kategori memiliki skor tertentu. Skor pada jawaban item yang positif (favorable) : Sangat Sesuai (SS) = 4, Sesuai (S) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1, sedangkan untuk skor jawaban item yang negative (unfavorable) : Sangat Sesuai (SS) = 1, Sesuai (S) = 2, Tidak Sesuai (TS) = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) = 4.

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas Father Involvement Strategy Problem Focused Coping 21 item 16 item 0,414 – 0,775 0,424 – 0,669 0,929 0,858

Dari hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur skala father involvement terdapat 5 item yang tidak valid dari 26 item, sehingga hanya tersisa 21 item valid yang mampu untuk mengukur

father involvement dalam penelitian ini. Adapun indeks validitas skala father involvement

berkisar dari rentang 0,414 – 0,775 dengan nilai reliabilitas sebesar 0,929. Sedangkan pada skala strategy problem focused coping terdapat 11 item tidak valid dari 27 item, sehingga tersisa 16 item valid untuk mengukur strategy problem focused coping pada responden. Skala

strategy problem focused coping memiliki indeks validitas berkisar dari rentang 0,424 – 0,669

dengan nilai reliabilitas sebesar 0,858.

Prosedur dan Analisa Data

Penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga prosedur, yaitu :

Tahapan pertama yaitu persiapan, peneliti mencari fenomena yang sedang terjadi pada saat ini, lalu peneliti melakukan proses untuk menentukan rumusan masalah, menentukan variable penelitian, mendalami materi melalui kajian teoritik sebagai dasar dari penelitian, menentukan dan menyiapkan instrument atau alat ukur penelitian berdasarkan komponen pada variable keterlibatan ayah (father involvement) dan berdasarkan aspek pada variable strategy problem

focused coping. Peneliti melakukan uji coba atau try out pada skala keterlibatan ayah (father involvement) dan skala strategy problem focused coping pada 86 partisipan berdasarkan

kriteria yang sudah ditetapkan. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program analisa statistic bernama Statistic Package For Social Science (SPSS) 19 untuk mendapatkan item valid dari dua skala tersebut dan menemukan reliabilitas.

Tahapan kedua adalah pelaksanaan. Peneliti bisa untuk mulai mengambil data penelitian dengan menyebarkan skala pada responden yang telah memenuhi kriteria serta karakteristik yang sesuai. Alat ukur disebarkan kepada subjek menggunakan google form. Hasil jawaban

(25)

15

dari responden untuk masing-masing skala kemudian di input sesuai dengan ketentuan dari skala likert.

Tahapan ketiga adalah melakukan analisa hasil yang telah diperoleh melalui penyebaran kedua skala pada responden yang sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Penyebaran skala dilakukan dengan menggunakan google form dan disebarkan secara online. Data yang diperoleh dianalisis melalui program analisa statistic bernama Statistic Package For Social Science (SPSS) 19. Pertama, peneliti melakukan uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji regresi berganda. Setelah melakukan semua uji yang ada peneliti akan membahas dan mengkaitkan hasil berdasarkan dengan teori yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemudian peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 30 Maret 2021 – 30 April 2021 pada 349 responden dengan kriteria ibu yang bekerja (mempunyai kegiatan mencari penghasilan selain tugas rumah tangga), tinggal serumah dengan pasangan dalam hubungan perkawinan dan memiliki anak usia sekolah dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) – Sekolah Dasar (SD). Berikut ini data demografis ibu, anak dan ayah yang dilampirkan oleh subjek :

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Frekuensi Persentase Data

Diri Ibu

Usia a) Masa Dewasa Awal (18 – 40 Tahun)

b) Masa Dewasa Madya (41 – 60 Tahun) 311 orang 38 orang 89,1 % 10,9 % Pendidikan Terakhir a) SMP b) SMA/SMK-Sederajat c) S1 d) S2 3 orang 71 orang 247 orang 28 orangg 0,9 % 20,3 % 70,8 % 8,0 %

Pekerjaan a) Formal (ASN,

TNI/POLRI, BUMN, dll) b) Informal (Pedagang, Petani, PKL, dll) 246 orang 103 orang 70,5 % 29,5 % Data Diri Suami

Usia a) Masa Dewasa Awal (18 – 40 Tahun)

b) Masa Dewasa Madya (41 – 60 Tahun)

294 orang 56 orang

84,2 % 15, 8 % Berdasarkan table 1 di atas, kita ketahui bahwa dari 349 responden, mayoritas ibu yang bekerja yang mengikuti penelitian ini berada pada usia dewasa awal yaitu 18 – 40 tahun sebanyak 311 responden (89,1 %) dengan mayoritas pendidikan terakhir yaitu S1 sebanyak 247 responden (70,8%). Penelitian ini di dominasi oleh ibu yang bekerja secara formal sebanyak 246 responden (70,5%). Sedangkan untuk mayoritas suami dari ibu yang bekerja berada pada usia dewasa awal 18 – 40 tahun yaitu sebanyak 294 responden (84,2%).

Berikut merupakan hasil pengolahan data menggunakan uji statistic antar variable keterlibatan ayah dan strategy problem focused coping.

(26)

16 Tabel 3. Deskripsi Data Variabel

Variabel Kategori

Rendah Sedang Tinggi

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Keterlibatan Ayah (X) 5 1,4% 56 16% 288 82.5% Strategy Problem Focused Coping(Y) 0 0% 71 20,3% 278 79.7%

Berdasarkan table 3, menyatakan persentase kategori dari masing-masing variable sangat beragam. Dari variable keterlibatan ayah sebanyak 82,5 % masuk dalam kategori tinggi dan sisanya masuk dalam kategori sedang dan rendah. Sedangkan pada strategy problem focused

coping sebanyak 79,7 % masuk dalam kategori tinggi dan sisanya termasuk dalam kategori

sedang. Selanjutnya, dilakukan uji kenormalan distribusi data dan linearitas data seperti data dibawah ini.

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, data dapat dikatakan normal jika nilai sig > 0,05. Pada uji ini melibatkan lima dimensi dari variable keterlibatan ayah yaitu positive engagement activity, warm and responsiveness,

control, indirect care dan process responsibility dengan strategy problem focused coping

mendapatkan nilai Sig = 0,083 dengan demikian residual data berdistribusi secara normal sehingga model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF

Positive Engagement Activity 0,539 1,856

Warm and Responsiveness 0,460 2,176

Control 0,764 1,309

Indirect Care 0,406 2,461

Process Responsibility 0,553 1,809

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang terdapat di table 4, nilai tolerance dari kelima dimensi menunjukkan bahwa > 0,10 dan nilai VIF dari kelima dimensi menunjukkan bahwa < 10,00. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa data tersebut tidak memiliki gejala multikolinearitas dalam model regresi.

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatterplot menunjukkan bahwa titik – titik mampu tersebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Sehingga dapat membuktikan tidak terdapat indikasi adanya heteroskedastisitas pada model regresi. Pada tahap terakhir dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda guna menguji ada atau tidaknya pengaruh keterlibatan ayah terhadap strategy problem focused

coping. Berikut hasil yang didapatkan : Tabel 5. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

df F Sig R Square

Regression 5 16,614 0,000 0,191 Residual 343

(27)

17

Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa hasil signifikansi sebesar P < 0,01 dan F sebesar 16,614. Sehingga dari analisis tersebut disimpulkan jika secara simultan atau bersama sama variable keterlibatan ayah berpengaruh secara signifikan terhadap variable strategy problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic Covid-19. Semakin mampu ayah terlibat dalam pengasuhan anak, semakin mampu juga ibu menggunakan strategy

problem focused coping. Dalam penelitian ini perolehan nilai R square sebesar 0,191 atau

19,1 %. Artinya proporsi varians dari variable Y yaitu strategy problem focused coping yang dijelaskan oleh semua dimensi dari variable X yaitu keterlibatan ayah yang mencakup

Positive Engagement Activities, Warm and Responsiveness, Control, Indirect Care dan Process Responsibility adalah sebesar 19,1 %. Sedangkan sisanya sebesar 80,9 % dipengaruhi

oleh variable lain diluar dari penelitian ini.

Tabel 6. Uji Signifikansi Parsial

Variabel Koefisien

Regresi (β) Sig SE (Sumbangan Efektif)

Fhitung R 2

Constant 0,000

16,614 0,191 Positive Engagement Activity

(X1)*

0,036 0,591 0,97

Warm and Responsiveness (X2)**

0,291 0,000 11,86

Control (X3)** 0,150 0,007 4,48

Indirect Care (X4)* 0,049 0,520 1,64 Process Responsibility (X5)* 0,005 0,940 0,13

**.Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

Berdasarkan hasil uji signifikansi secara parsial data dapat dikatakan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap strategy problem focused coping jika probabilitas signifikansi < 0,05 namun jika probabilitas signifikansi > 0,05 maka data dikatakan tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap strategy problem focused coping. Sedangkan nilai koefisien regresi (β) merupakan bentuk yang sudah terstandar, yang dimana jika dilakukan replikasi penelitian maka nilai (β) tidak akan berubah. Dalam penelitian ini terdapat dua dimensi keterlibatan ayah yang berpengaruh secara signifikan terhadap strategy problem focused coping yaitu dimensi

warm and responsiveness (β=0,291, p=0,000) dan dimensi control (β=0,150, p=0,007). Sedangkan tiga dimensi dari keterlibatan ayah lainnya yaitu dimensi positive engagement

activities (β=0,036, p=0,591) dimensi indirect care (β=0,049, p =0,520) dimensi process

responsibility (β=0,005, p=0,940) tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan tidak mampu memprediksi strategy problem focused coping.

DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,01), sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan strategy problem focused coping pada ibu yang bekerja di masa pandemic covid-19. Dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mampu ayah terlibat dalam pengasuhan anak, semakin mampu juga ibu menggunakan

strategy problem focused coping. Selain itu dilakukan analisis secara simultan dan

(28)

18

Berdasarkan data demografis yang dilampirkan dalam penelitian ini mayoritas responden ibu dan ayah masuk dalam tahapan masa dewasa awal. Menurut Hurlock (2003) pada masa dewasa awal terjadi berbagai macam perubahan situasional maupun personal yang bisa memicu stressor pada seseorang. Salah satu penyebabnya adalah perubahan pola hidup yang mengalami transisi peran pada seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudhi (2019) yaitu dalam menerapkan problem focused coping seseorang harus matang secara social. Seseorang yang dianggap matang secara social mampu dalam menganalisis masalah dan tidak melakukan sesuatu secara gegabah dalam menyelesaikan permasalahan.

Ibu yang bekerja di sector formal cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang bekerja di sector informal. Hal ini sejalan dengan data demografis penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengikuti penelitian ini bekerja pada sector formal dengan tingkat pendidikan S1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanti (2016) pada ibu yang bekerja secara formal dan informal menunjukkan bahwa bentuk strategy problem focused coping yang dilakukan yaitu dengan mempekerjakan pekerja rumah tangga atau meminta bantuan kepada anggota keluarga seperti mertua dan suami untuk dapat membantu dalam hal mengasuh anak.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa berdasarkan kategorisasi variable strategy problem

focused coping sebanyak 79,7 % dalam kategori tinggi dan 20,3 % dalam kategori sedang, hal

ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja di masa pandemic covid-19 memiliki strategy

problem focused coping yang tinggi. Strategy problem focused coping yang tinggi

mencerminkan bahwa ibu yang bekerja di masa pandemic covid-19 sudah mampu untuk melakukan dan menerapkan strategy problem focused coping terhadap dirinya. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2014) saat seseorang menggunakan strategy problem

focused coping maka ia mempunyai kemampuan untuk dapat merubah situasi atau suatu hal

yang menjadi stressor secara langsung dan tanggap.

Ibu yang menggunakan strategy problem focused coping untuk mengatasi stressor melalui dukungan social dari suami akan menunjukkan bentuk penyesuaian yang lebih besar. Ibu akan menghadapi situasi secara langsung dan berfokus pada resolusi daripada terlibat dengan rasa bersalah (Makri-Botsari, 1999). Dengan demikian dukungan social dari lingkungan terdekat salah satunya melalui keterlibatan ayah mampu untuk membantu ibu yang bekerja dalam menerapkan strategy problem focused coping.

Dalam kehidupan rumah tangga keterlibatan seorang ayah dalam melakukan pengasuhan terhadap anak tentunya menjadi suatu hal yang sangat diperlukan. Karena melalui dukungan social yang diberikan secara langsung oleh ayah maka beban yang dirasakan oleh ibu rumah tangga yang bekerja tentunya akan berkurang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hairina (2019) mereka mengatakan bahwa dengan adanya dukungan atau support system yang datang dari berbagai pihak terutama keterlibatan suami maka akan mengurangi stress yang dirasakan dalam melakukan pengasuhan terhadap anak. Selain itu juga ketika seseorang sudah menjadi ayah maka akan ada banyak peran yang harus dijalaninya. Kehadiran dan keterlibatan sosok ayah dalam proses perkembangan anak juga akan memberikan hasil yang positif dan menyenangkan bagi seorang anak. Untuk menjadi seorang ayah tentunya setiap laki-laki telah melewati proses yang sangat panjang sehingga menjadi seorang ayah adalah bentuk pencapaian dari tugas perkembangannya sebagai seorang laki-laki yang dewasa (Partasari et al., 2017).

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan Judul “ Analisis Kinerja Keuangan Tahun 2013 – 2015 Di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar Dan Kabupaten Sukoharjo”

[r]

Dapat dilihat pada Gambar 1 dari variasi waktu penguburan nilai kuat lentur plastik PET campuran pati sagu tanpa penambahan serbuk gelatin merupakan kuat lentur

Salah satu cara untuk menentukan ukuran dan jumlah plot sampel adalah dengan menggunakan Area kurve spesies, yang pada prinsipnya mengikuti prosedur sbb:..

Bila kita klik pada tulisan file tersebut maka akan keluar menu seperti berikut: New Windows, adalah perintah untuk menampilkan layar baru.. Layar lama akan dihapus (ditimpa) dan

Sekretaris Daerah Hukum, kelembagaan perangkat daerah, pemberdayaan perempuan, pemerintahan, perekonomian dan pembangunan, perencanaan, kesejahteraan sosial, dan aset;

Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan menberikan cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme

NAMA SISWA ASAL SEKOLAH NILAI.. AKHIR