• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pergantian dan Kombinasi Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Pergantian dan Kombinasi Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

* Corresponding author

E-mail address: Syerfat.elviarahmi@student.unri.ac.id

Pengaruh Pergantian dan Kombinasi Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) The Effect of Substitution and Combinastion of Feed on The Growth And Survival Rate of Giant Gouramy Larvae (Osphronemus gouramy Lac.)

Syerfat Elvia Rahmi1*, Netti Aryani2, dan Nuraini2

1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau 2) Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

INFORMASIARTIKEL

Diterima:25 Januari 21 Distujui: 23 Februari 21

Keywords:

Artemia sp., Tubifex sp., Osphronemus gouramy Lac

ABSTRACT

This research was conducted on December 22 2019 – January 30 2020, at Fish Hatchery and Breeding Laboratory of Fishery and Marine Science Faculty of Universitas Riau. This study purposed to understand the effect of the best feed (Tubifex sp., water flees or synthetic feed ) to replace the first feed ( Artemia sp.) and the best feed combination to growth and survival rate of gouramy larvae. This study used Completely Randomized Design (CRD). Treatments used P1= Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Water Fleas ( 21-30 days old ) + Tubifex sp. ( 31- 40 days old ) + Artificial Feed ( 41-50 days old ), P2 = Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Water Fleas ( 21-30 days old ) + Artificial Feed ( 31-40 days old ) + Tubifex sp. ( 41-50 days old ), P3 = Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Tubifex sp. ( 21-30 days old ) + Water Fleas ( 31-40 days old ) + Artificial Feed ( 41-50 days old ), P4 = Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Tubifex sp. ( 21-30 days old ) Artificial Feed ( 31-40 days old ) + Water Fleas ( 41-50 days old ), P5 = Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Artificial Feed ( 21-30 days old ) + Water Fleas ( 31-40 days old ) + Tubifex sp. ( 41-50 days old ). P6 = Artemia sp. ( 11-20 days old ) + Artificial Feed ( 21-30 days old ) + Tubifex sp. ( 31-40 days old ). The research showed that the best feed to replace Artemia sp. is Tubifex sp. produced weight 0,57 g, length 2,53 cm, daily growth rate 9,54% days and survival rate 81,11%. Feed combination treatments affected on absolute weights, absolute length and daily growth rate but did not affect the survival rate of gouramy larvae. The water quality during the research temperatures 26,3-27,40 C, pH 6,5-7,3 and DO 4,3-6,0 ppm

1. PENDAHULUAN

Ikan gurami (Ospronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang penyebarannya mencakup ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat Indonesia sudah

(2)

lama mengenal ikan gurami karena rasa dagingnya yang gurih dan lezat (Ricky, 2008). Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat dan banyak dibudidayakan, hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi sehingga harga jual di tingkat petani mencapai Rp. 26.000- Rp. 27.000/Kg sedangkan harga jual di pasar umum berkisar antara Rp. 36.000- Rp.40.000/Kg (Pratama, 2018).

Pakan yang baik untuk larva ikan setelah habis kuning telur adalah pakan yang memiliki protein yang tinggi sebagai penunjang pertumbuhan. Menurut Muchlisin et al. (2003) larva ikan sangat sensitif karena belum mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan sistem pencernaan yang belum sempurna. Selain itu pada stadium ini, larva belum mempunyai lambung dan aktivitas enzim yang belum optimal sehingga diperlukan pemberian pakan alami dengan jumlah yang cukup.

Penelitian yang berhubungan dengan pergantian dan kombinasi pakan telah dilakukan oleh Hamdan (2016) tentang pergantian dan kombinasi pakan terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) dengan hasil terbaik yaitu pada pemberian Artemia, Tubifex sp, kuning telur dan pelet udang yang menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 0,55 g, panjang mutlak sebesar 2,97 cm, laju pertumbuhan spesifik sebesar 7,38% serta kelulushidupan larva sebesar 74,44%.

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan ikan gurami dapat dilakukan dengan pergantian dan kombinasi pakan yang tepat dengan pakan awal yaitu Artemia sp Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh pergantian dan kombinasi pakan terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dilakukan, sehingga dapat diketahui pergantian dan kombinasi yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan dan kelulushidupan yang optimal.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2019 sampai dengan 30 Januari 2020 yang bertempat di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

Larva ikan gurami (Osphronemus gourami Lac.) yang digunakan adalah larva yang berumur 10 hari (setelah habis kuning telur) yang berjumlah 540 ekor yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan gurami di desa Sawah Baru, Kampar berumur 7 hari. Jenis pakan diberikan sebagai perlakuan adalah Artemia, Kutu Air (Daphnia sp dan Moina sp), Tubifex sp dan Pakan Buatan. Frekuensi pemberian pakan yaitu 4 kali/ hari yaitu pada jam 07.00 WIB, 13.00 WIB, 19.00 WIB, 01.00 WIB.

Wadah yang digunakan dalam penelitia ini yaitu akuarium berukuran 30 x 30 x 30 cm3 sebanyak 18 unit. Alat dan bahan lain yang digunakan selama penelitian adalah bak fiber, aerasi, DO meter, pH indikator, baskom, tangguk, kertas grafik, timbangan analitik, selang sipon, mangkok kecil, pisau, kamera dan alat tulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan enam perlakuan tiga kali ulangan yang bertujuan untuk memperkecil kekeliruan setiap perlakuan.

Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

P1 = Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Kutu Air (umur 21-30)+ Tubifex sp. (umur 31- 40)+ Pakan Buatan (umur 41- 50).

P2 = Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Kutu Air (umur 21-30)+ Pakan Buatan (umur 31- 40)+ Tubifex sp. (umur 41- 50).

P3 = Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Tubifex sp. (umur 21-30)+ Kutu Air (umur 31- 40)+ Pakan Buatan (umur 41-50).

P4 = Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Tubifex sp. (umur 21-30)+ Pakan Buatan (umur

(3)

31-40)+ Kutu Air (umur 41-50).

P5 = Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Pakan Buatan (umur 21-30)+ Kutu Air (umur 31- 40)+ Tubifex sp. (umur 41-50). P6= Pemberian Pakan Artemia sp. (umur 11-20) + Pakan Buatan (umur 21-30)+ Tubifex sp. (umur 31-40)+ Kutu Air (umur 41-50). Parameter yang diukur dalam penelitian ini

Pertumbuhan Bobot Mutlak Wm = Wt – Wo Dimana:

Wt = Pertambahan bobot mutlak rata-rata (g) Wt = Bobot rata-rata pada akhir penelitian (g) Wo = Bobot rata-rata pada waktu awal penelitian (g)

Pertumbuhan Panjang Mutlak Lm = Lt – Lo

Dimana :

Lm = Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata (cm) Lt = Panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm) Lo = Panjang rata-rata pada awal penelitian (cm)

Laju Pertumbuhan Bobot Harian SGR=Ln Wt- Ln WoX 100%

Dimana :

SGR = Spesifik Growth Rate (Laju Pertumbuhan Harian) (%hari) Wt = Bobot larva pada akhir penelitian

Wo = Bobot larva pada awal penelitian t = Lama penelitian (hari)

Angka Kelulushidupan Larva/Survival Rate (SR) SR = x 100%

Dimana :

SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah larva yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah larva yang hidup pada awal penelitian (ekor)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian pergantian pakan terhadap pertumbuhan bobot mutlak (g), pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju pertumbuhan spesifik (%/hari), dan kelulushidupan (%) larva ikan gurami dicantumkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan dan Keluluhidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) pada Pergantian Pakan

Ulangan

Pergantian Pakan

Bobot Mutlak (g)

X ± Std

Panjang Mutlak (cm)

X ± Std

LPSH (%/hari)

X ± Std

SR (%) X ± Std)

Pertama

Tubifex sp 0,08±0,015b 1,75±0,10b 10,27±1,88b 97,59±1,86b Kutu Air 0,05±0,009a 1,58±0,07a 5,17±2,51a 96,89±2,79b Pakan Buatan 0,04±0,005a 1,53±0,05a 3,64±2,00a 91,25±4,85a

(4)

Kedua

Tubifex sp 0,21±0,006c 2,61±0,07c 15,29±1,70b 95,38±1,50 Kutu Air 0,21±0,006c 2,46±0,05b 13,34±3,86ab 95,55±2,92 Pakan Buatan 0,15±0,008a 2,36±0,10a 9,77±4,24a 93,65±3,93

Ketiga

Tubifex sp 0,35±0,028a 2,85±0,20a 7,05±1,73a 92,45±4,43 Kutu Air 0,40±0,007b 3,01±0,14a 7,95±1,88a 94,57±3,23 Pakan Buatan 0,55±0,003c 3,23±0,15c 9,99±0.96b 91,24±6,08 Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat pergantian pakan pertama yang diberi Tubifex sp. menghasilkan pertumbuhan larva ikan gurami dengan bobot 0,08 gram dan panjang 1,75 cm dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian pakan berupa Kutu Air dan Pakan Buatan. Hasil uji ANAVA diketahui bahwa pergantian pakan pertama memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap pertumbuhan larva ikan gurami

Pertumbuhan larva ikan gurami pada pergantian pakan pertama yang diberi pakan Tubifex sp. lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan Kutu Air dan Pakan Buatan dikarenakan Tubifex sp.

merupakan pakan yang tidak memiliki kandungan serat kasar sehingga mudah dicerna bagi larva yang memiliki sistem pencernaan belum sempurna termasuk larva ikan gurami (Suprapto et al., 2012).

Menurut Subandiyah et al. (1990) dalam Nugroho et al. (2015), Tubifex sp. sangat baik bagi pertumbuhan larva ikan tawar karena kandungan proteinnya yang tinggi yaitu sebesar 51,9%, selain itu pada umumnya kelas oligochaeta tidak memiliki kerangka skeleton sehingga mudah dan dapat dicerna dalam usus ikan sehingga pemberian Tubifex sp. sangat baik untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pergantian pakan pertama yang diberi Kutu Air dan Pakan buatan menghasilkan pertumbuhan bobot, panjang dan laju pertumbuhan harian yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan kurangnya respon larva ikan gurami terhadap Kutu Air dan Pakan Buatan bila dibandingkan dengan pakan Tubifex sp.

Pada pergantian pakan kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak larva ikan gurami yang diberi Tubifex sp. Menghasilkan bobot 0,21 gram dan panjang 2,61 cm. Hasil yang didapat ini lebih besar dibandingkan dengan larva ikan gurami yang diberi Kutu Air dengan bobot 0,19 gram dan panjang 2,46 cm serta Pakan Buatan dengan bobot 0,15 gram dan panjang 2,36 cm. Hasil uji ANAVA diketahui bahwa pergantian pakan kedua memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot, panjang dan juga LPH larva ikan gurami, namun tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan larva ikan gurami. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugito dan Asnawi (2009) bahwa pakan Tubifex sp. yang diberikan pada larva ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva.

Tingginya hasil pertumbuhan larva ikan gurami yang diberi Tubifex sp. disebabkan karena Tubifex sp.

memiliki enzim pencernaan seperti protase, lipase dan amilase yang dapat membantu proses pencernaan sehingga larva ikan gurami lebih mudah dalam menyerap nutrisi dari pakan yang diberikan (Hamdan, 2016). Selain itu Tubifex sp. juga memiliki enzim eksogen yang dapat mempengaruhi perkembangan kelenjar pencernaan berupa pankreas untuk memproduksi enzim pencernaan di dalam tubuh (Farhoudi et al., 2013). Aktivitas enzim inilah yang menjadi suatu indikator yang baik untuk menentukan kapasitas pencernaan (Infante dan Cahu, 2007).

Pada pergantian pakan ketiga pada larva ikan gurami yang diberi Pakan Buatan menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tubifex sp. dan Kutu Air. Larva ikan gurami yang diberikan pakan buatan menghasilkan bobot sebesar 0,55 gram dan panjang sebesar 3,23 cm.

Hasil uji ANAVA diketahui bahwa pergantian pakan ketiga memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap

(5)

pertumbuhan bobot, panjang dan juga LPH larva ikan gurami, namun tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan larva ikan gurami.

Tingginya angka pertumbuhan larva ikan gurami yang diberi Pakan Buatan pada pergantian pakan ketiga disebabkan karena larva ikan gurami telah berumur 41 sehingga respon larva terhadap pakan buatan telah meningkat dan juga karena saluran pencernaan pada ikan telah terbentuk secara sempurna seperti pada ikan dewasa. Pada ikan yang telah berumur 41 hari aktivitas enzim cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur larva. Ketika aktivitas enzim sudah tinggi maka dapat diindikasikan secara fisiologi larva siap untuk mengambil pakan dari luar

Pengaruh Kombinasi Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Hasil penelitian kombinasi pakan terhadap pertumbuhan bobot mutlak (g), pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju pertumbuhan spesifik (%/hari) dan kelulushidupan (%) larva ikan gurami dicantumkan pada Tabel 2

Tabel 2. Data Rata-Rata Pertumbuhan Bobot Mutlak (g), Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm), Laju Pertumbuahan Harian (%/Hari), Kelulushidupan (%) Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan Perlakuan Kombinasi Pakan yang Berbeda

Kombinasi Pakan

Bobot Mutlak (g) X ± Std

Panjang Mutlak (cm) X ± Std

LPH (%/hari) X ± Std

SR (%) X ± Std P1 (A10+KA10+T10+PB10) 0,52±0,017c 2,33±0,15bc 9,33±0,07c 71,11±5,09a P2 (A10+KA10+PB10+T10) 0,34±0,012a 2,16±0,25ab 8,33±0,08a 73,33±3,33a P3 (A10+T10+KA10+PB10) 0,57±0,027d 2,53±0,05c 9,54±0.12c 81,11±3,84a P4 (A10+T10+PB10+KA10) 0,39±0,005b 2,30±0,17bc 8,66±0.03b 78,88±1,92a P5 (A10+PB10+KA10+T10) 0,33±0,041a 1,93±0,05a 8,24±0.30a 74,44±5,09a P6 (A10+PB10+T10+KA10) 0,39±0,092b 2,13±0,22ab 8,65±0.06b 74,44±1,92a

Keterangan: 1. Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata. 2. A = Artemia sp. ; T = Tubifex sp.; KA = Kutu Air; PB = Pakan Buatan

Hasil Analisis Variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pakan Artemia sp., Tubifex sp., Kutu Air dan Pakan Buatan berpengaruh (P>0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang dan laju pertumbuhan harian, tetapi tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan (P<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan (Artemia sp.+ Tubifex sp. + Kutu Air + Pakan Buatan) sebesar 0,57 gram. Menurut Raharji et al. (2016) dalam Prasetya et al. (2020) dalam penelitian tentang pengaruh pemberian pakan Tubifex sp. dan Daphnia sp.

terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele sangkuriang, pergantian pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pergantian pakan dilakukan untuk menyesuaikan ukuran dan kebutuhan gizi yang dibutuhkan terhadap pertumbuhan larva. Pergantian pakan yang tepat menyebabkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan juga meningkat.

Larva ikan gurami pada umur 21-30 hari pakan pertama yang diberikan Tubifex sp. mempunyai nutrisi yang baik sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan dan mempercepat pertumbuhan. Semakin cepat pergantian pakan Artemia sp. ke Tubifex sp.menyebabkan pertumbuhan bobot rata-rata semakin cepat pula meningkat. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan (Pratama et al., 2020).

Enzim pada pakan juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan larva ikan gurami. Tubifex sp.

(6)

memiliki enzim pencernaan (protase, lipase dan amilase) yang dapat membantu proses pencernaan sehingga larva ikan gurami lebih mudah dalam menyerap nutrisi dari pakan yang diberikan. Aktivitas enzim pencernaan adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan kapasitas pencernaan, ketika aktivitas enzim pencernaan tinggi, maka dapat diindikasikan bahwa secara fisiologis larva siap untuk memproses pakan dari luar (Infante dan Cahu 2007). Pada umumnya aktivitas enzim cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur larva. Oleh sebab itu, pada umur 41-50 hari larva gurami telah dapat diberi diberi pakan berupa pakan buatan yaitu pelet udang.

Pertumbuhan terendah terdapat perlakuan P5 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Kutu Air + Tubifex sp.) dengan bobot sebesar 0,33 gram. Hal ini dikarenakan kombinasi pakan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh larva ikan gurami. Sistem pencernaan dan fungsi enzimatik pencernaan pada stadia larva masih sangat sederhana dan belum berkembang secara sempurna. Struktur sistem pencernaan yang masih sederhana pada larva diyakini berkorelasi pula dengan rendahnya produksi enzim pencernaan (Dabrowski dan Glogowski, 1977). Aktivitas enzim yang rendah membuat asupan nutrisi ke tubuh larva minim, sehingga larva kekurangan energy yang menyebabkan pembentukan organ terhambat. Pertumbuhan organ tubuh yang lambat menyebabkan pertumbuhan larva kurang dan menyebabkan tingkat kematian tinggi (Jusadi et al., 2015).

Larva ikan gurami yang berumur 21-30 hari diberikan pakan buatan berupa pelet udang. Pelet udang yang merupakan pakan yang tidak bergerak mengakibatkan respon larva terhadap makanan rendah.

Selain itu larva ini belum memliki saluran pencernaan yang sempurna sehingga sulit untuk dikonsumsi oleh larva itu sendiri yang menyebabkan pertumbuhan larva menjadi rendah.Prihadi (2007), menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut Arofah, (1991) dalam Prihadi, (2007), menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah makanan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya. Menurut Khans et al. (1993) dalam Kordi, (2009) kekurangan protein berpengaruh negatif terhadap konsumsi pakan yang menyebabkan terjadi penurunan pertumbuhan bobot, namun kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak sehingga nafsu makan ikan berkurang.

Berdasarkan uji homogenitas dapat diketahui bahwa rata-rata data pertumbuhan bobot mutlak individu larva ikan gurami terdistribusi homogeny (P>0,05). Sedangkan analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pakan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bobot mutlak larva ikan gurami (P>0,05).Dari hasil penelitian, pertumbuhan bobot rata-rata larva ikan gurami mengalami peningkatan pada tiap perlakuan yang dicantumkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bobot Mutlak Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan Perlakuan Kombinasi Pakan

(7)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada larva berumur 21 hari (pergantian pakan pertama) pertumbuhan bobot mutlak larva ikan gurami relatif sama. Hal ini dikarenakan pada umur 10-20 hari semua perlakuan diberikan pakan yang sama yaitu Artemia sp. Kemudian pada umur 20-30 (pergantian pakan kedua) pertumbuhan bobot larva mulai menunjukkan perbedaan pada setiap kombinasi pakan yang diberikan. Pada larva berumur 30 hari perlakuan P3 (Artemia sp. + Tubifex sp.

+ Kutu Air + Pakan Buatan) dan P4 (Artemia sp. + Tubifex sp. + Pakan Buatan + Kutu Air) yang diberikan pakan alami berupa Tubifex sp. mengalami pertumbuhan lebih cepat bila dibandingkan dengan P1 (Artemia sp. + Kutu air + Tubifex sp. + Pakan Buatan) dan P2 (Artemia sp. + Kutu air + Pakan Buatan + Tubifex sp.) yang diberikan pakan alami berupa kutu air, P5 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Kutu Air + Tubifex sp.) dan P6 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Tubifex sp. + Kutu Air) yang diberikan paka buatan. Hal ini disebabkan karena Tubifex sp. memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu sebesar 57%, selain itu Tubifex sp. juga cenderung berada

didasar wadah pemeliharaan dan memiliki pergerakan yang pasif sehingga sangat cocok dengan larva ikan gurami karena pada saat masa larva, ikan gurami lebih cenderung berada didasar wadah pemeliharaan (Priyadi, 2010). Pertumbuhan bobot mutlak pada umur 30-40 hari terdapat pada perlakuan P6 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Tubifex sp. + Kutu Air) sebesar 0,2184 gram, hal ini dikarekan pakan yang digantikan adalah Tubifex sp. Pada perlakuan ini, sebelum digantikan Tubifex sp., larva ikan diberi pakan buatan yang kurang direspon oleh larva. Sehingga ketika larva diberi Tubifex sp, pertumbuhan larva jadi meningkat.

Pada perlakuan P2 (Artemia sp. + Kutu air + Pakan Buatan + Tubifex sp.) yang diberi pakan buatan menghasilkan pertumbuhan terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan pakan buatan belum dicerna secara maksimal oleh larva ikan gurami. Selain itu, larva ikan gurami cenderung menyukai pakan alami yang bergerak dan hidup di dasar perairan sehingga dapat merangsang larva untuk memakannya dengan optimal. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada umur 40-50 hari terdapat pada perlakuan P3 (Artemia sp. + Tubifex sp. + Kutu Air + Pakan Buatan).

Hal ini dikarenakan pakan yang digantikan yaitu pakan buatan sudah sesuai dengan perkembangan saluran pencernaan larva yang sudah memiliki enzim pencernaan seperti ikan dewasa, sehingga pakan yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan secara optimal oleh larva ikan gurami.

Dari hasil penelitian, pertumbuhan panjang rata-rata larva ikan gurami mengalami peningkatan pada tiap perlakuan yang dicantumkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan Perlakuan Kombinasi Pakan

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa tingginya pertumbuhan panjang mutlak terdapat pada perlakuan P3 (Artemia sp. + Tubifex sp. + Kutu Air + Pakan Buatan) yaitu sebesar 2,53 cm. Hal ini disebabkan Tubifex sp yang berukura 1-2 cm dan juga Kutu Air yang berukuran 500- 1000 µm serta

(8)

pakan buatan berupa Pelet Udang yang diberikan sudah sesuai dengan ukuran mulut larva ikan gurami.

Pada umur 20, 30 dan 40 hari diberikan pakan alami berupa Artemia sp., Tubifex sp. dan kutu air.

Pakan Artemia sp. sangat cocok digantikan dengan pakan Tubifex sp. dan Kutu Air karena sama-sama merupakan pakan alami sehingga meningkatkan pertumbuhan larva ikan gurami. Pada umur 40 hari sudah digantikan dengan Pakan Buatan berupa Pelet Udang. Pada umur ini, larva ikan telah dapat merespon dan memakan pelet udang sehingga pertumbuhan panjang larva dapat meningkat.

Pertumbuhan panjang terendah terdapat pada perlakuan P5 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Kutu Air + Tubifex sp.) yaitu sebesar 1,93 cm. Hal ini disebabkan pergantian Artemia sp. ke Pakan Buatan tidak sesuai dengan perkembangan organ pencernaan larva. Pakan Buatan berupa Pelet Udang ini cendrung kurang direspon oleh larva itu sendiri sehingga pertumbuhan panjang agak lambat. Selain itu, larva ikan gurami lebih menyukai pergantian pakan alami yang bergerak sehingga dapat meragsang larva itu bergerak dan memakan lebih banyak.

Laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (Artemia sp. + Tubifex sp. + Kutu Air + Pakan Buatan) sebesar 9,54%/hari sehingga menghasilkan pertumbuhan bobot dan panjang yang baik. Hal ini dikarenakan pakan yang dikombinasikan berupa pakan alami dan pakan buatan digantikan sesuai dengan perkembangan saluran pencernaan larva ikan gurami. Selain itu kemampuan ikan dalam mencerna makanan sangat bergantung kepada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan (Fitriliyani 2011).

Laju pertumbuhan spesifik terendah diperoleh pada perlakuan P5 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Kutu Air + Tubifex sp.) sebesar 8,24%/hari. Pemberian pakan buatan pada awal pemeliharaan diharapkan dapat mempercepat aktivitas enzim pencernaan namun pakan yang diberikan tidak sesuai dengan perkembangan organ pencernaan larva sehingga menghambat pertumbuhan bobot dan panjang larva ikan gurami. Jenis pakan atau kandungan nutrien dari pakan yang diberikan dapat memberi pengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan (Suzer et al., 2007).

Tingkat kelulushidupan larva ikan gurami selama pemeliharaan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (Artemia sp. + Tubifex sp. + Kutu Air + Pakan Buatan) sebesar 81,11%, P4 (Artemia sp. + Tubifex sp. +Pakan Buatan + Kutu Air) sebesar 78,88%, P5 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Kutu Air + Tubifex sp.) sebesar 74,44%, P6 (Artemia sp. + Pakan Buatan + Tubifex sp. + Kutu Air) sebesar 74,44%, P2 (Artemia sp. + Kutu air + Pakan Buatan + Tubifex sp.) sebesar 73,33% dan P1 (Artemia sp. + Kutu air + Tubifex sp.+ Pakan Buatan) sebesar 71,11%. Tingkat kelulushidupan larva ikan gurami pada penelitian ini tergolong cukup baik, mengacu kepada pernyataan Suhardiayanti (2006) dalam Purnomo et al. (2017) kelulushidupan larva lebih dari 50% tergolong baik, 30-50% tergolong sedang dan kurang dari 30% tergolong rendah.

Data hasil pengukuran kualitas air didapatkan bahwa kondisi suhu pada awal hingga akhir pemeliharaan berkisar antara 26,3- 27,40C. Suhu air juga sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut, karbondioksida bebas, nitrogen dan unsur lainnya di dalam air. Semakin rendah suhu maka semakin banyak kandungan gas yang dapat larut dalam air.

Kisaran pH selama penelitian yaitu 6,5-7,3, kisaran pH ini masih dapat dikatakan sudah cukup ideal untuk usaha budidaya terutama dalam pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan gurami. Boyd (1982) dalam Nirmala dan Rasmawan (2010), menyatakan bahwa nilai pH yang mematikan bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11.

Kisaran DO selama penelitian yaitu 4,3-6,0 mg/l. Pada penelitian ini, usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan DO adalah dengan pemasangan sistem aerasi. Menurut Syafriadiman et al., (2005) DO yang paling ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme akuatik yang dipelihara adalah lebih dari 5 ppm

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Pakan terbaik yang dapat menggantikan Artemia sp. sebagai pakan awal larva ikan gurami yaitu

(9)

Tubifex sp. menghasilkan pertumbuhan bobot rata-rata sebesar 0,57 g, pertumbuhan panjang rata- rata sebesar 2,53 cm, laju pertumbuhan harian sebesar 9,54 %/hari dan kelulushidupan sebesar 81,11%.

Kombinasi pakan Artemia sp., Tubifex sp., Kutu Air dan Pakan Buatan memberikan pengaruh terhadap bobot larva, panjang larva dan laju pertumbuhan spesifik namun tidak memberikan pengaruh terhadap keluluhidupan larva ikan gurami hingga berumur 50 hari.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penilisan artike ini, serta kepada jurusan budidaya perairan fakultas perikanan dan kelautan universitas riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana perikanan

6. DAFTAR PUSTAKA

Dabrowski, K. dan J. Glogowski. 1977. Studies on The Role of Exogenous Proteolytic Enzymes in Digestion Processes in Fish. Hydrobiologia 54(2): 129-134.

Desrino. 2009. Pemberian Kombinasi Pakan Alami terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temmincki CV.) Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 69 halaman (tidak diterbitkan).

Farhoudi, A., A. Kenari, Nazari and Makhdoomi.2013. Changes of Digestive Enzymes Activity in Common Carp (Cyprinus carpio) During Larval Ontogeny. Iranian Journal of Fisheries Sciences 12(2):320-334.

Fitriliyani, I. 2011. Aktifitas Enzim Saluran Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Pakan Mengandung Tepung Daun Lamtoro (Leucaena leucophala) Terhidrolisis dan Tanpa Hidrolisis dengan Ekstrak Enzim Cairan Rumen Domba. Bioscientiae 8(2):16- 31.

Hamdan. 2016. Pengaruh Pergantian dan Kombinasi Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 55 halaman (tidak diterbitkan).

Infante, Z. J. L. dan C. Chantal. 2007. Dietary Modulation of Some Digestive Enzymes and Metabolic Processes in Developing Marine Fish:Applications to Diet Formulation. Aquaculture 268(1- 4):98-105.

Jusadi, D. R., S. Anggraini dan M. A. Suprayudi. 2015. Kombinasi Cacing Tubifex sp. dan Pakan Buatan pada Larva Ikan Patin (Pangasianodon hypopthalamus). Jurnal Akuakultur Indonesia 14(1): 30-31.

Kordi, M. G. H. 2009. Budidaya Perairan. Citra Aditya Bakti. Bandung. 444 hal.

Muchlisin, Z. A., A. Damhoeri, R. Fauziah, Muhammandan dan M. Musman. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi 3(2): 105-119.

Nirmala, K. dan Rasmawan. 2010. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) yang dipelihara pada Media Bersalinitas dengan Paparan Medan Listrik, Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1): 46-55.

Nugroho, I. I., Subandiyono dan V. E. Herawati. 2015. Tingkat Pemanfaatan Artemia sp. Beku, Artemia sp Awetan dan Cacing Sutera untuk Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal of Aquaculture Management and Technology 4 (2): 117-124.

(10)

Prasetya, O. E. S., Muarif dan F. S. Mumpuni. 2020. Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp) dan Daphnia sp terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Jurnal Mina Sains 6 (1): 1-8.

Pratama, B. A. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap Lama Penetasan Telur, Daya Tetas Telur, Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Gurami (Osphronemus gouramy) Strain Bastar. Jurnal Sains Akuakultur Tropis 2 (1): 59-65

Pratama, Y. A., N. Aryani dan Nuraini. 2020. Pengaruh Frekuensi Pemberian Tubifex sp Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas perikanan dan Kelautan Universitas Riau 7 (1): 1-9.

Prihadi, D. J. 2011. Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Pakan terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dalam Keramba Jarring Apung di Balai Budidaya Laut Lampung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung. Jurnal Akuatika. 493: 953-1.

Priyadi, A., E. Kusrini. dan T. Megawati. 2010. Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Sintasan Larva Ikan Upside Down (Synodontis nigriventis).

Proseding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 749-754.

Purnomo, A., N. Aryani dan Sukendi. 2018. Pengaruh Pergantian Artemia sp dan Tubifex sp Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum).

Jurnal Online Mahasiswa Fakultas perikanan dan Kelautan Universitas Riau 5 (1): 1-14.

Ricky B. 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp.). Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugito, S. dan Asnawi. 2009. Pengamatan Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Daun (Ctenotoma aucutirostre) dengan Pemberian Pakan Buatan dan Alami. Buletin Teknologi Litkayasa Akuakultur 8 (2): 113-117.

Suprapto, R., B. Iswanto dan Imron. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Berbeda Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Lele (Clarias gariepinus). Prosiding Indoaqua- Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 563-572.

Suzer, C., H. O. Kamaci, D. Coban, S. Saka, M. K. Firat, B. Ozkara dan A. Ozkara. 2007. Digestive Enzyme Activity of The Red Porgy (Pagrus pagrus, L.) During Larval Development Under CultureConditions. Aquaculture Research 38(16): 1778-1785.

Syafriadiman, N. A. Pamungkas dan S. Hasibuan. 2005. Prinsip Dasar Pengelolaan Kualitas Air.

MM Press. Pekanbaru, 132 hal.

Referensi

Dokumen terkait

Shuara najantairinkia tii nukap najanin ainiawai nii utsumamurin takakmastasar: sukun, tsatsan, tawaspan, tentemnasha yajasma nuapejai, tura arakmatniunka nuwa aramau

Dalam melaksanakan penelitian ini di lakukan beberapa tahapan perancangan kapal pengangkut minyak sawit yaitu komputerisasi yang menggunakan bantuan computer untuk perhitungan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis yaitu Perancangan kapal penyebrangan Tongkang yang difungsikan di perairan sungai Bengawan Solo desa

Berdasarkan pertimbangan dan pemikiran tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan judul: Pola Komunikasi Jarak Jauh (Studi Fenomenologi Pada Orang Tua dan..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan karakter persepsi diri, self esteem, dan motivasi kerja para guru SD/MI setelah dilakukan pelatihan keterampilan psikologi

Hal ini dilakukan agar jemaat dapat mengetahui secara jelas dan tepat mengenai Persepuluhan serta bentuk-bentuk dari persepuluhan, sehingga dapat membantu sebagai salah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang