• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN Escherichia coli DENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn) DAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe)

TERHADAP BOBOT KARKAS AYAM RAS PEDAGING

SKRIPSI

Oleh:

RONI BETESDA SIANIPAR 120306058

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

2

PENGENDALIAN Escherichia coliDENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn) DAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe)

TERHADAP BOBOT KARKAS AYAM RAS PEDAGING

SKRIPSI

Oleh:

RONI BETESDA SIANIPAR 120306058

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

Judul : Pengendalian Escherichia coli Dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiberofficinale Roscoe) Terhadap Bobot Karkas Ayam Ras Pedaging.

Nama : Roni Betesda Sianipar

NIM : 120306058

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus : 18 Juli 2019

(4)

i

ABSTRAK

RONI BETESDA SIANIPAR, 2018:“Pengendalian Escherichia coli dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Bobot Karkas Ayam Ras Pedaging” Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian Escherichia coli dengan ekstrak bawang putih dan jahe terhadap Karkas (Bobot Potong, Bobot Karkas, Presentase Karkas, Lemak Abdominal) ayam ras pedaging.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai Agustus 2017 selama 6 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor DOC.

Dimana perlakuan yang diberikan yaitu P0A(Ayam tanpa infeksi Escherichia coli), P0B (Ayam terinfeksi Escherichia coli), P1 (Ayam terinfeksi Escherichia coli + antibiotik tetrasiklin 0,05%), P2 (Ayam terinfeksi Escherichia coli + ekstrak bawan gputih 1%) P3 (Ayam terinfeksi Escherichia coli + ekstrak jahe 1%), P4

(Ayam terinfeksi Escherichia coli + ekstrak bawang putih dan jahe 1%).

Penelitian ini menggunakan 90 ekor ayam ras pedaging Cobb. Variabel yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan persentase lemak abdominal pada ayam ras pedaging.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dari Bobot Potong (g/ekor)1281,94; 1324,10;1465,04;1418,66; 1383,21; dan1431,46 dan Bobot Karkas (g/ekor)893,98;972,43;1043,29;1072,09;1073,66 ;dan 1030,80. Dan Persentase Karkas(%) 70;73; 71; 76; 78; dan 72 dan Lemak Abdominal (%) 7,12 ; 8,95; 14,45; 10,74; 15,74; dan12,22.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian eschericia coli dengan ekstrak bawang putih ( Allium sativum Linn) dan jahe ( zingiber offcinale Roscoe) tidak mempengaruhi bobot karkas ayam ras pedaging.

Kata Kunci: Escherichia coli, Ekstrak bawang putih dan jahe, karkas ayam ras pedaging.

(5)

Ginger (Zingiberofficinale)extractonThe Carcass of Broiler Infected with Escherichia coli. Under SupervisionofTRI HESTI WAHYUNI and EDHY MIRWANDHONO.

This research aimed to examine the infection of Escherichia coli that given garlic and ginger extract on broiler’s carcass. Experimental design used in this research was completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 3 replications. Each replications consists of five Doc with treatments such asP0A (not infected chicken), P0B (chickens infected with escherichia coli), P1 (chickens infected with escherichia coli + tetrasiklin antibiotic 0,05%), P2 (chickens infected with escherichia coli + garlic extract 1%) P3 (chickens infected with escherichia coli + ginger extract 1%), P4 (chickens infected with escherichia coli + garlic and ginger extract 1%). 90 cobb broilers were used in this research.

The results showed that the average of final weight1(g/head)281,94;

1324,10; 1465,04; 1418,66; 1383,21; and 1431,46 respectively,carcass weight (g/head )893,98; 972,43; 1043,29; 1072,09; 1073,66 ;and 1030,80 respectively.

Andcarcas percentage (%) 70; 73; 71; 76; 78; and 72 respectivelyand abdominal fat (%) 7,12; 8,95;14,45;10,74;15,74; and 12,22 respectively. The conclusion of this research is that the treatment that consists of garlic and ginger extract given to Escherichia coli infected broiler had no effect on broiler’s carcass.

Keywords: Escherichia coli,garlic and ginger extract, broiler chicken

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengendalian Escherichia coli Dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Bobot Karkas Ayam Ras Pedaging”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Tri Hesti Wahyuni sebagai ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak R. Edhy Mirwandhono selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis, kepada Ibu Nurzainah Ginting sebagai ketua komisi penguji dan Bapak Hamdan selaku anggota komisi penguji yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua yang telah memenuhi kebutuhan selama perkuliahan baik moril maupun materil.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan dan Fakultas Pertanian serta rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pembaca.

(7)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

TujuanPenelitian ... 3

Hipotesis Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kolibasilosis... 5

Bakteri Escherichia coli ... 6

Antibakteri ... 7

Manfaat Bawang Putih dan Jahe ... 8

Mekanisme Kerja Antibakteri ... 10

BobotPotong ... 12

BobotKarkas ... 12

PersentaseKarkas ... 13

Lemak Abdominal ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

(8)

v

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian Isolasi bakteri Escherichia coli ... 17

Pembuatan ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) ... 17

Persiapan kandang dan peralatan ... 18

Pemilihan ternak ... 18

Penberian ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) ... 18

Pemeliharaan ayam raspedaging... 19

Peubah yang Diamati BobotPotong ... 20

BobotKarkas ... 20

PersentaseKarkas ... 20

Lemak Abdominal ... 20

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN BobotPotong ... 21

BobotKarkas ... 22

PersentaseKarkas ... 23

PersentaseLemak Abdominal ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(9)

1. RataanBobotPotongAyam Broiler Umur 6 minggu (g/ekor) ... 21

2. RataanBobotKarkasAyam Broiler Umur 6 minggu (g/ekor) ... 22

3. RataanPersentaseKarkasAyam Broiler Umur 6 Minggu ... 23

4. RataanPersentaseLemak Abdominal Ayam Broiler Umur 6 minggu(%) ... 24

5. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 26

(10)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1

Hasil analisis varian bobot potong ayam ras pedaging ... 28

Lampiran 2 Hasil analisis varian bobot karkas ayam ras pedaging ... 28

Lampiran 3 Hasil analisis varian persentase karkas ayam ras pedaging ... 28

Lampiran 4 Hasil analisis varian lemak abdominal ayam ras pedaging ... 28

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam ras pedaging merupakan jenis ayam hasil dari budidaya peternakan yang memiliki cirri khas pertumbuhan yang sangat cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45 hari (Murtidjo, 2003).

Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam(Saragih, 2000).

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk peternakan menyebabkan penggunaan obat-obatan untuk pencegahan dan perawatan terhadap penyakit ternak menjadi semakin penting agar daging, telur dan susu dapat diproduksi secara efisien. Namun hal ini sebagian besar masyarakat menolak membeli produk peternakan yang diketahuinya menggunakan antibiotik atau bahan kimia dalam prosesnya. Karena kurangnya memperhatikan aturan penggunaannya telah terbukti mengakibatkan adanya residu antibiotik dalam produk peternakan dan berkembangnya mikroba yang resisten dalam tubuh ternak maupun tubuh manusia yang mengkonsumsinya (Anggorodi, 1990).

Salah satu penyakit yang kerap menghinggapi peternakan di Indonesia adalah Kolibasilosis. Penyakit ini sering dijumpai bahkan seolah-olah telah menjadi penyakit wajib pada peternakan ayam. Peternak kerap kali bertanya

(12)

2

mengapa Kolibasilosis hampir pasti dialami selama periode pemeliharaan ayam dan kasusnya selalu berulang setiap periode. Kejadian penyakit ini umumnya berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi dan lingkungan peternakan terutama kebersihan. Kolibasilosis berhubungan langsung dengan sumber air minum di lapangan, karena keberadaan bakteri Escherichia coli penyebab Kolibasilosis di air dan tanah merupakan flora normal, sehingga tak heran jika hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel air di lokasi peternakan hampir semua menunjukkan positif bakteri Escherichia Coli (Infovet, 2017).

Antibiotik dipercaya dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri patogen yangberakibat melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan. Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri patogen (Samadi, 2004).

Pemberian bawang putih untuk ayam ras pedaging dapat memberikan banyak keuntungan. Kandungan – kandungan senyawa aktif didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam ras pedaging dengan jauh lebih baik. Kandungan senyawa-senyawa aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam ras pedaging serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung didalam daging ayam ras pedaging. Menurut Zulbardi dan Bintang (2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam ras pedaging lebih cepat, dengan pencapaian

(13)

konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam ras pedaging.

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe (Zingiber officinale Roxb) terutama golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan Suku Zingiberaceae umumnya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang merugikan kehidupan manusia, diantaranya Escherichia coli,

Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Rhizopus sp dan Penicillium sp.

(Nursal et al., 2006).

Ayam ras pedaging selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dicabut bulunya, tanpa kaki, kepala, dan jeroan. Karkas merupakan daging bersama tulang dari hasil pemotongan setelah dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, isi rongga bagian dalam serta rongga dan bulu (Rasyaf, 1992).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengendalian Escherichia coli dengan ekstrak bawang putih dan jahe pada ayam ras pedaging.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian Escherichia coli dengan ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal pada ayam ras pedaging.

(14)

4

Hipotesis Penelitian

Pengendalian Escherichia colidengan ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) dapat meningkatkan bobot

potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal pada ayam ras pedaging.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan untuk penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Diare merupakan salah satu kelainan metabolisme yang mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas ayam ras pedaging. Faktor penyebab diare pada ayam ras pedaging antara lain pemberian garam dalam ransum yang melebihi 1%, tingginya pemberian bungkil kedelai dan tepung gaplek, jumlahpopulasi bakteri Escherichia coli yang melebihi normal yaitu 105cfu ml-1(Tabbu, 2000).

Diare yang disebabkan oleh Escherichia coli biasa disebut kolibasilosis. Kolibasilosis pada ayam ras pedaging dapat menurunkan produksi dan kualitas karkas. Pengobatan dan pencegahan kolibasilosis dilakukan dengan pemberian antibiotik, tetapi antibiotik dapat meninggalkan residu yang dapat membahayakan konsumen (Barton dan Hart, 2001).

Kolibasilosis

Kolibasilosis adalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli patogen sebagai agen primer ataupun sekunder. Infeksi Escherichia coliatau koliseptikemia ini dapat terjadi pada ayam pedaging dan

petelur dari semua kelompok umur, serta unggas lainnya seperti kalkun dan itik (Charlton et al., 2000).

Tanda klinis kolibasilosis tidak spesifik dan dipengaruhi oleh umur ayam, lama infeksi, organ yang terserang dan adanya penyakit lain bersamanya. Pada ayam pedaging umur 4−8 minggu dan ayam petelur umur

±20 minggu dapat terjadi septikemia akut dan menimbulkan kematian, yang didahului dengan hilangnya nafsu makan, malas bergerak / inaktif dan mengantuk (Lee dan Lawrence, 1998).

(16)

6

Penularan kolibasilosis biasanya terjadi secara oral melalui pakan, air minum atau debu/kotoran yang tercemar oleh Escherichia coli. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105 –106Escherichia coli/gram dan bakteri ini dapat tahan lama, terutama dalam keadaan kering. Apabila debu tersebut terhirup oleh ayam, maka dapat menginfeksi saluran pernafasannya (Tabbu, 2000).

Penyakit ini dapat menyerang secara tunggal atau sebagai penyakit ikutan dan biasanya parah atau fatal. Kolibasilosis merupakan penyakit oportunistik yang menyebabkan industri perunggasan mengalami kerugian ekonomi yang besar karena mengakibatkan menurunnya produksi, peningkatan mortalitas, mempengaruhi kualitas karkas, dan pengeluaran biaya untuk pengobatan (Knoblet al., 2006).

Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, tidak tahan asam, tidak

membentuk spora dan umumnya berukuran 2-3 x 0,6 μm. Escherichia coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk koloni bulat dan cembung.

Beberapa strain Escherichia coli menyebabkan hemolisis dalam darah (Jawetzet al., 2001).

Kemampuan Escherichia coli dalam menghemolisis dapat menjadi salah satu metode penentuan patogenitas Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dapat ditemukan dalam liter, kotoran ayam, debu atau kotoran dalam kandang. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105sampai 106 Escherichia coli per gram (Tabbu, 2000).

(17)

Escherichia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan

unggas. Adanya Escherichia coli dalam air minum merupakan indikasi adanya pencemaran oleh feses. Dalam saluran pencernaan ayam normal terdapat 10-15% bakteri Escherichia coli patogen dari keseluruhan Escherichia coli (Barness dan Gross, 1997).

Kebanyakan Escherichia coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi feses. Permulaan kejadian patogen dari Escherichia coli mungkin terjadi di hatchery dari infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello, 1998).

Pada ayam ras pedaging, infeksi dari bakteri Escherichia coli sangat berdampak buruk. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian selama periode pemeliharaan hingga perolehan bobot badan saat ayam panen tidak mencapai standart. Bakteri Escherichia coli ini lebih banyak ditemukan di usus, dan akan dikeluarkan dari tubuh dengan jumlah besar lewat kotoran ternak (feses). Bakteri ini dapat bertahan sampai beberapa minggu di dalam feses yang sudah dikeluarkan. Akan tetapi Escherichia coli tidak tahan pada kondisi asam, kering dan akan mati dengan desinfektan (Pierard et al.,1990).

Salah satu gejala klinis infeksi Escherichia coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi. Bakteri yang terdapat di dalam usus dapat menyebabkan peradangan dan penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh

(18)

8

usus dan mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah gejala diare (Medion, 2011).

Antibakteri

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Dwidjoseputro, 1980).

Pengendalian Escherichia coli dengan zat kimia memerlukan suatu zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhannya. Secara umum, zat antibakteri dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel bakteri. Perubahan-perubahan tersebut adalah: kerusakan pada dinding sel, perubahan pada permeabilitas membran sel, perubahan protein dan asam nukleat, penghambatan kinerja enzim, dan penghambatan sintesis DNA dan RNA. Zat antibakteri ada yang berasal dari alam (alami) dan ada yang buatan.

Salah satu zat antibakteri yang alami adalah bawang putih (Allium sativum) (Syamsudin, 1994).

Manfaat Bawang Putih dan Jahe a. Bawang putih

Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama alliin.

Alliin secara enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase menjadi senyawa berbau khas yaitu allicin. Senyawa allicin dikenal mempunyai daya anti bakterial yang

(19)

kuat. Efek antibakteri allicin bekerja dengan cara menghancurkan kelompok –SH, yaitu kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah maka pertumbuhan kuman dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian kumanpatogen (Mursito, 2003).

Bawang putih mengandung lebih dari 200 senyawa yang berbeda, 100 senyawa di antaranya merupakan senyawa sulfur yang memberikan banyak manfaat dalam pengobatan. Salah satunya adalah kandungan allicin yang efektif dapat membunuh mikroba seperti Escherichia coli. Allicin adalah senyawa gugus kimiawi yang terdiri dari beberapa jenis sulfida(Amagase et al., 2001).

Sudah dinyatakan bahwa bawang putih sebagai agen antibakteri, efektif terhadap banyak bakteri gram-positif dan gram-negatif dan efek ini berasal dari allisin. Allisin adalah senyawa sulfur teroksigenasi, yang terbentuk ketika sel bawang putih mengalami kerusakan (Cutler dan Wilson, 2004).

Alliin adalah senyawa prekursor dari allisin dan disimpan dalam suatu kompartemen dalam sel bawang putih yang terpisah dari enzimnya yaitu allinase.

Ketika sel bawang putih mengalami kerusakan, allin dan allinase akan bercampur dan alliin akan berubah menjadi allicin (Kemper, 2005).

b. Jahe

Tanaman jahe termasuk golongan Zingiberaceae, merupakan salah satu tanaman rempah-rempahan yang telah lama digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman

(20)

10

jahe terutama golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri umumnya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang merugikan kehidupan manusia dan hewan. Upaya pencegahan dan pengendalian pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan pemanfaatan senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman Jahe (Zingiber officinale Roxb.) (Nursalet al., 2006).

Mulyani (2010) menyatakan bahwa ekstrak segar rimpang jahe-jahean mengandung beberapa komponen minyak atsiri yang tersusun dari α-pinena, kamfena, kariofilena, β-pinena, α-farnesena, sineol, dlkamfor, isokariofilena, kariofilena-oksida, dan germakron yang dapat menghasilkan antimikroba untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Ekstrak segar rimpang jahe-jahean memperlihatkan pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing mikroba uji.

Hal ini diduga karena adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe.

Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan rasa pedas. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberene dan zingiberol. Zingiberene adalah senyawa aktif yang bersifat sebagai antimikroba (Koswara, 2006).

Mekanisme Kerja Antibakteri

Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5, yaitu :

(21)

a. Menghambat Sintesis Dinding Sel

Bakteri memiliki dinding sel dengan tekanan osmotik yang tinggi di dalam sel dan berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan ukuran sel.

Kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram positif lebih tebal daripada bakteri Gram negatif. Senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri meliputi penisilin, sefalosforin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin.

b. Menghambat Metabolisme Sel

Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.

Asam folat tersebut harus disintesis sendiri oleh bakteri dari asam amino benzoate (PABA). Antibakteri seperti sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon menghambat proses pembentukan asam folat tersebut.

c. Mengganggu Keutuhan Membran Sel

Membran sitoplasma berfungsi dalam perpindahan molekul aktif dan menjaga keseimbangan zat di dalam sel. Kerusakan membran sitoplasma akan menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein, asam nukleat dan ion-ion penting sehingga sel menjadi rusak. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin.

d. Menghambat Sintesis Protein

Sintesis protein bakteri berlangsung di dalam ribosom. Bakteri memiliki 2 subunit ribosom yaitu ribosom 30S dan ribosom 50S. Kedua komponen ini akan bersatu menjadi ribosom 70S. Penghambatan pada komponen ribosomribosom tersebut akan menyebabkan gangguan protein sel. Antibiotik yang dapat

(22)

12

menghambat sintesis protein sel antara lain golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.

e. Menghambat Sintesis Asam Nukleat

Antibiotik yang dapat menghambat sintesis asam nukleat bakteri yaitu kuinolon. rifampisin, sulfonamide, dan trimetropim. Rifampisin berikatan dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri.

Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot ayam ras pedaging setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap bobot karkas, oleh karena itu diperhatikan kualitas dan kuantitas karkas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapat pertumbuhan yang baik (Blakely and Bade, 1998).

Pertambahan bobot badan sangat mempengaruhi bobot potong.

Pertambahan bobot badan juga dapat di pengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum. Bahan penyusun ransum harus memiliki gizi yang cukup tinggi dengan gizi yang cukup tinggi tersebut dapat memberikan kualitas pakan yang baik untuk

ternak sehingga ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik (Nataadmidjaya, 1995).

Bobot potong merupakan bobot akhir sebelum ayam ras pedaging di lepas ke pasar, maka bobot akhir sangat menentukan harga dari ayam ras pedaging.

Bobot hidup atau bobot potong memiliki kaitan yang erat yang dengan pertambahan bobot badan (Murtidjo, 2003).

(23)

Bobot Karkas

Ayam ras pedaging selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dicabut bulunya, tanpa kaki, kepala dan jeroan. Karkas merupakan daging bersama tulang dari hasil pemotongan setelah dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lulut, isi rongga bagian dalam serta darah dan bulu (rasyaf, 1992).

Bobot karkas merupakan bobot tubuh yang telah disembelih setelah dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, organ dalam (Murtidjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot karkas tidak hanya jenis kelamin, umur dan bobot badan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karkas diantaranya strain, makanan, manajemen dan lingkungan.

Karkas merupakan bagian tubuh yang penting dalam produksi daging. Karkas ayam ras pedaging adalah bagian tubuh setelah ayam dipotong dan dikeluarkan isi rongga perut tanpa kaki dan kepala (Snyder dan Orr, 1964).

Persentase Karkas

Persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot karkas, dimana semakin bertambah bobot karkas maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 2003).

Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdominal dari pada jantan (Morran and Orr, 1970).

(24)

14

Bobot karkas normal adalah antara 60-75% dari berat tubuh. Dengan persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikalikan 100% (Siregar, 1994).

Lemak Abdominal

Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat disekitar rongga perut atau disekitar ovarium. Lemak sebagai sumber energi sangat efisien dalam jumlah atau 2,5 kali lebih tinggi dari kandungan karbohidrat. Namun pemakaian lemak untuk konsumsi unggas hanya dibolehkan sekitar 5% dari jumlah total ransum.

Hal ini disebabkan kandungan lemak yang tinggi akan menghambat ovulasi (Triyantini, et al., 1997).

Menurut Haris (1997) yang menyatakan bahwa pembentukan lemak tubuh diakibatkan dari konsumsi energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subkutan dan abdominal.

Kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsums imenyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah (Tillman, et al., 1991).

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. A. Sofyan No. 3 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2017.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yangdigunakan dalam penelitian antara lain ayam ras pedaging sebanyak 90 ekor DOC Merk Strain Cobb 500dari PT. CharoenPokphand Jaya Farm, KMnO4, rodalon, vitachick, vaksin ND, vaksin Gumboro,bahan pakan penyusun ransum terdiri dari : jagung, tepung ikan, dedak padi, bungkil kedelai, cacoa (dikalsium), top mix, minyak makan 1,3%, bawang putih (Allium sativum Linn), jahe (Zingiber officinale Roscoe), etanol 96%, aquades, antibiotik tetrasiklin, isolatbakteri Escherichia coli diperoleh dari koleksi Balai Veteriner dan Kesehatan Hewan Medan.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lumpang porselin (mortar), saringan/penapis, timbangan analitik (digital), gelas ukur, pipet pasteur, oven, kantong plastik, alat suntik (spluit), objek glass, cover glass, alat hitung, kertas label, spidol, tissue, termometer untuk mengetahui suhu kandang, terpal plastik, kandang percobaan dengan ukuran 50cm x 100cm x 100cm sebanyak 18 petak kandang, tempat pakan dan minum ayam sebanyak 18 unit, dan

(26)

16

lampu pijar (25 watt) sebanyak 18 unit sebagai penerang dan pemanas, spray sebagai alat penyemprot desinfektan.

Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode uji, dimana peneliti akan menginangkan bakteri Escherichia coli pada ayam ras pedaging dan diberi perlakuan sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan bakteri Escherichia coli terhadap perlakuan yang diberikan, apakah perlakuan yang

diberikan dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan mempengaruhi pertumbuhan pada inangnya atau tidak.

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diteliti menggunakan E. coli dengan dosis berkisar 106CFU/ml. Adapun perlakuan yang diberikan adalah:

P0A : Kontrol tanpa infeksi

P0B : Kontrol + infeksi Escherichia coli

P1 : Infeksi Escherichia coli+ antibiotik tetrasiklin 0,05%

P2 : Infeksi Escherichia coli+ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn)(1%) P3 : Infeksi Escherichia coli+ekstrak jahe(Zingiber officinale Roscoe) (1%) P4 : Infeksi Escherichia coli+ ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan

jahe (Zingiber officinale Roscoe) (1%)

(27)

Berikut tata letak perlakuan:

P0AU3 P0AU2 P0AU1

P0BU3 P0BU2 P0BU1

P1U3 P1U2 P1U1

P2U3 P2U2 P2U1

P3U3 P3U2 P3U1

P4U3 P4U2 P4U1

Metode linear rancangan acak lengkap (RAL) dengan asumsi:

Yij = µ + σi + Єij Keterangan:

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3...= perlakuan

j = 1,2,3... = ulangan µ = Nilai tengah umum σi = Pengaruh perlakuan ke-i

Єij = Pengaruh galat (Experimental Error)

Pelaksanaan Penelitian

1. Isolasi Bakteri Escherichia coli

Isolat bakteri Escherichia coli diperoleh dari koleksi Balai Veteriner dan Kesehatan Hewan Medan.

2. Pembuatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiber officinale Roscoe)

Metode yang digunakan pada penelitian ini untuk mengekstrak bawang putih (Allium sativumLinn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe)

(28)

18

adalah metode maserasi. Pada metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol 96%. Masing-masing sebanyak 500 gram bawang putih dan jahe terlebih dahulu dikupas kulitnya dan dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 400C. Kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kering. Serbuk kering direndam dalam 2 liter pelarut etanol 96 % selama 3x24 jam. Kemudian diambil filtratnya dengan penyaringan. Pengadukan pada metode maserasi dilakukan sebanyak 12 kali selama 15menit. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan fitrat dari ampas. Hasil saringan kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sampai kental. Ekstrak bawang putih dan jahe

disimpan dalam lemari es pada suhu 40C dan tidak terkena cahaya matahari langsung (Karina, 2013). Kemudian dibuat ekstrak bawang putih dan jahe menggunakan ethanol dengan konsentrasi masing-masing 1 %.

3. Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan ukuran 50cm x 100cm x 100cm sebanyak 18 petak kandang. Kandang difumigasi seminggu sebelum DOC masuk dalam kandang agar kandang bebas dari hama penyakit.

Kandang beserta peralatan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dan didesinfektan dengan menggunakan rodalon. Penerangan dilakukan dengan lampu pijar (25 watt) digantung ditengah setiap plot kandang individu.

4. Pemilihan Ternak

Penyeleksian ternak ayam ras pedaging yang akan digunakan sebagai objek penelitian melalui beberapa syarat sebagai berikut: ternak ayam dalam keadaan sehat, lincah, tidak cacat dilihat dari bentuk kaki yang lurus dan lincah.

Sebelum dimasukkan ke dalam kandang, dilakukan penimbangan untuk

(29)

mengetahui bobot badan awal dari masing-masing ayam, kemudian dilakukan random (pengacakan) yang bertujuan untuk memperkecil nilai keragaman. Lalu ayam dimasukkan ke kandang sebanyak 5 ekor per unit penelitian.

5. Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Pada Ayam ras pedaging

Ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) diberikan pada ayam ras pedaging usia 14 hari secara oral dengan selang waktu 5 hari dan dosis yang sesuai dengan perlakuan masing-masing.

6. Pemeliharaan Ayam ras pedaging

Pengacakan kandang dilakukan sebelum ayam ras pedaging masuk ke dalam kandang dengan menyusun nomor perlakuan dan ulangan terlebih dahulu pada setiap petak.

Sebelum ayam diberikan perlakuan, dilakukan penimbangan bobot badan awal ayam. Pakan dan air minum diberikan secara ad-libitum. Penggantian air minum dilakukan pada pagi dan sore hari. Vitamin seperti vitachick diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam. Kandang, tempat pakan dan tempat air minum dibersihkan setiap hari pada pagi hari. Pakan diberikan pada pukul 08.00 WIB secara ad-libitum.

Semua ayam perlakuan diinfeksi bakteri Escherichia coli secara oral pada hari ke-14 (2 minggu) dengan dosis 1 ml yang mengandung populasi 106CFU/ml, kecuali pada perlakuan P0.Dan pemberian antibiotik berupa ekstrak bawang putih dan jahe dilakukan pada 5 hari pasca-infeksi dengan dosis 1 ml.

Sedangkan pemberian antibiotik tetrasiklin merk Colimas®dengan dosis 5 gr/10

(30)

20

liter air minum atau 150 mg/kgBB per hari selama 5 hari berturut-turut, pengobatan diberikan 1 hari pasca-infeksi, diberikan dalam air minum.

Peubah yang Diamati 1. Bobot potong (g)

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam.

2. Bobot karkas (g)

Diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu daging bersama tulang setelah dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut dan isi rongga bagian dalam.

3. Persentase karkas (%) Bobot Karkas

Bobot Potong

4. Lemak abdominal (%)

Diperoleh dari hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga perut dan sekitar ovarium (g) kemudian dibandingkan dengan bobot potong dikali100% .

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Anova), apabila diantara perlakuan terdapat pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Jarak Duncan (BNJD).

X 100 %

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely dan Bade, 1991). Berikut ini adalah rataan bobot potong ayam broiler yang diinfeksi Escheria coli dengan pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (zingiber officinale Roscoe).

Tabel 1. Data bobot potong ayam ras pedaging umur 6 minggu (g/ekor)

Perlakuan Bobot Potong (gr)

Rata-rata S.deviasi

U1 U2 U3

P0A 1291,67 1262,13 1292,03 1281,94 17,16

P0B 1313,33 1295,83 1363,13 1324,10 34,92

P1 1437,57 1316,90 1640,67 1465,04 163,62

P2 1364,50 1598,33 1293,13 1418,66 159,64

P3 1520,67 1374,63 1254,33 1383,21 133,37

P4 1485,00 1339,37 1470,00 1431,46 80,10

Keterangan: Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (f Hit ≤ 0.05).

Dari Tabel 1 diatas ditemukan bahwa rataan bobot potong yang paling tinggi terdapat pada P1 (Infeksi E. coli + antibiotic tetrasiklin 0,05%) dengan rataan 1465,04 g dan yang terendah pada perlakuan P0A yakni 1281,94 g. Hal ini menyatakan bahwa ayam yang diinfeksi Escherichia coli dan diberi antibiotik tetrasiklin 0,05% memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan yang lain. Perbedaan nilai dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pertumbuhan ayam ras pedaging selama pemeliharaan hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1997), yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak

(32)

22

dipengaruhi oleh factor bangsa, jenis hewan, umur, jenis ternak, kualitas ransum dan lingkungannya.

Bobot karkas

Bobot karkas merupakan bobot tubuh ayam yang telah disembelih setelah dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut dan organ dalam kecuali ginjal dan paru-paru (Murtidjo, 1992). Berikut ini adalah rataan bobot karkas ayam broiler yang diinfeksi Escherichia coli dengan pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (zingiber officinale Roscoe).

Tabel 2. Data bobot karkas ayam ras pedaging (g/ekor)

Perlakuan Bobot Karkas (gr)

Rata-rata S. Deviasi

U1 U2 U3

P0A 947,53 896,40 838,00 893,98 54,81

P0B 951,93 948,13 1017,23 972,43 38,84

P1 913,60 965,27 1251,00 1043,29 181,73

P2 974,23 1162,87 1079,17 1072,09 94,52

P3 1060,90 1036,77 1123,30 1073,66 44,65

P4 1079,17 975,23 1038,00 1030,80 52,34

Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa rataaan bobot tertinggi karkas ayam ras pedaging terdapat pada P3 yaitu sebanyak 1073,66 g dan yang terendah adalah pada perlakuan P0A yakni 893,98 g. Angka tersebut merupakan 78% dari bobot potong yang merupakan jumlah yang normal dari karkas ayam broiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (1994), yang menyatakan bahwa bobot karkas normal adalah 60-75 % dari berat tubuh. Sedangkan persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100%.

(33)

Tinggi rendahnya bobot karkas dipengarui oleh jumlah bobot potong ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (2005), yang menyatakan bahwa bobot karkas meningkat seiring dengan meningkatnya bobot hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit, darah, usus halus dan hati menurun.

Bobot karkas dipengaruhi oleh bobot hidup, sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar dan sebaliknya. Seperti yang dinyatakan oleh Wahju (1992), yang menyatakan bahwa tingginya bobot karkas ditunjangoleh bobot hidup akhir sebagai penambahan bobot hidup dengan yang bersangkutan. Resnawati (2004) juga menyatakan bahwa bobot karkas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, berat dan konformasi tubuh, perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta jenis ternak yang dipelihara.

Dari penelitian di atas terlihat bahwa pemberian ekstrak bawang putih dan jahe pada ayam yang terinfeksi Escherichia coli tidak dapat memberikan peningkatan bobot potong, bobot karkas, dan persentase karkas.

Persentase Karkas

Persentase karkas merupakan faktor terpenting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya, maka produksi karkasnya akan semakin meningkat (Murtidjo, 1987). Berikut ini adalah rataan bobot karkas ayam broiler yang diinfeksi Escherichia coli lalu diberikan ekstrak bawang putih dan jahe.

(34)

24

Tabel 3. Data Persentase bobot karkas ayam ras pedaging (%)

Perlakuan Persentase Karkas (%) Rata-rata S. Deviasi

U1 U2 U3

P0A 73 71 65 70 4

P0B 72 73 75 73 1

P1 64 73 76 71 7

P2 71 73 83 76 7

P3 70 75 90 78 10

P4 73 73 71 72 1

Keterangan: Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (f Hit ≤ 0.05).

Dari Tabel 3 diatas Persentase karkas merupakan hasil pembagian antara bobot karkas dengan bobot hidup dikali 100%. Dari tabel diatas terlihat bahwa persentase tertinggi terdapat pada P3 yakni 78% dan yang terendah adalah P0A yakni 70%. Hal ini berarti bahwa jika ditinjau dari persentasi karkas maka persentasi karkas pada P3 merupakan persentasi yang paling baik dari antara semua perlakuan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jumlah antara pembagi (bobot karkas) dengan yang dibagi (bobot hidup). Menurut Mountney (1976), lemak dan jeroan meruapakan hasil ikutan yang tidak dihitung dalam persentase karkas, jika lemak tinggi maka persentase karkas akan rendah.

Perbedaan persentasi karkas antar pelakuan dapat dipengaruhi oleh bobot , makanan dan genetiknya. Genetik yang memberikan pengaruh sebayak 30%

menunjukkan bahwa adanya batas respon tubuh ayam ras pedaging terhadap perlakuan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Morran and Orr (1970), yang menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang lebih tua dan persentase ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdomen dari pada jantan. Murtidjo (1987) juga

(35)

menyatakan bahwa persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat.

Persentase Lemak Abdominal

Persentase lemak abdominal merupakan hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga perut dan disekitar ovarium (g), kemudian dibandingkan dengan bobot potong dan dikali 100%. Berikut ini merupakan rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 6 minggu.

Tabel 4. Rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 6 minggu(%) Perlakuan Persentase Lemak Abdominal (%)

S. Deviasi

U1 U2 U3 Rata-rata

P0A 6,80 7,40 7,17 7,12 3,96

P0B 8,00 8,78 10,06 8,95 3,74

P1 16,37 9,54 17,45 14,45 3,67

P2 6,07 16,54 9,61 10,74 3,64

P3 17,50 15,49 14,23 15,74 2,39

P4 10,52 12,83 13,32 12,22 1,50

Keterangan: Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (f Hit ≤ 0.05).

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat hasil rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 6 minggu terdapat pada P3 yaitu sebesar 15,47%, sedangkan persentase lemak abdominal terendah terdapat pada perlakuan P0A yaitu sebesar 7,12 %.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih dan jahe terhadap ayam broiler yang terinfeksi Escherichia coli memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P> 0,05) terhadap persentase lemak abdominal ayam broiler. Ayam broiler yang terinfeksi Escherichia coli dan diberikan larutan ekstrak jahe 1% memiliki persentase lemak abdominal yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam broiler yang tidak terinfeksi

(36)

26

Escherichia coli. Hal ini sesuai dengan pendapat (Waskito, 1983) yang

menyatakan bahwa berat lemak abdominal berkisar 2% - 2,5% dari bobot karkas, bahkan dapat mencapai 5-6%.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Perlakuan

Parameter Bobot Potong

(g)

Bobot Karkas (g)

Persentase Karkas (%)

Lemak Abdominal

(%)

P0A 1281,94tn 893,98tn 70tn 7,12tn

P0B 1324,10tn 972,43tn 73tn 8,95tn

P1 1465,04tn 1043,29tn 71tn 14,45tn

P2 1418,66tn 1072,09tn 76tn 10,74tn

P3 1383,21tn 1073,66tn 78tn 15,74tn

P4 1431,46tn 1030,80tn 72tn 12,22tn

Keterangan: Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (f Hit ≤ 0.05).

Dari Tabel 9 diatas data rekapitulasi, terlihat bahwa P0A, P0B, P1, P2, P3 dan P4 memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan persentase lemak abdominal. Dari tabel di atas terlihat bahwa pemberian ekstrak bawang putih dan jahe terhadap ayam ras pedaging yang terinfeksi Escherichia coli paling efektif terdapat pada P3 (Infeksi Escherichia coli + ekstrak jahe 1%) yang diikuti oleh P2, P0B, P4, P1 dan P0A.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan jahe (Zingiber officinale Roscoe) dapat menggantikan antibiotik tetrasiklin dalam pengendalian Escherichia coli terhadap bobot Karkas Ayam Ras Pedaging.

Saran

Untuk pengendalian Escherichia coli dapat digunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan Jahe (Zingiber officinale Roscoe) sebagai pengganti Antibiotik Tetrasiklin.

(38)

28

LAMPIRAN

Lampiran

1

Hasil analisis varian bobot potong ayam ras pedaging.

SK dB JK KT Fhit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 7699604,1 1539920,8 0,80tn 3,24 5,29

Galat 12 23178757,24 1931563,1

Total 17 30878361,34

tn = berbeda tidak nyata.

Lampiran 2 Hasil analisis varian Bobot karkas ayam ras pedaging.

SK dB JK KT Fhit F Tabel

0.05 0.01 Perlakuan 5 1681332,747 336266,5494 0,27tn 3,24 5,29

Galat 12 14956969,08 1246414,09 Total 17 16638301,83

tn = berbeda tidak nyata.

Lampiran 3 Hasil analisis varian persentase karkas ayam ras pedaging.

SK dB JK KT Fhit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 0,87339331 0,174678662 0,26tn 3,24 5,29

Galat 12 7,8027 0,650224225

Total 17 8,6761

tn = berbeda tidak nyata.

Lampiran 4 Hasil analisis varian persentase lemak abdominal ayam ras pedaging.

SK dB JK KT Fhit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 5,00 308,13 61,63 0,32tn 3,24 5,29

Galat 12,00 2315,00 192,92

Total 17,00 2623,13

tn = berbeda tidak nyata.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Aiello, S. 1998. The Merck Veterinary Manual. New Jersey, US. 8th ed. Merck and Co. Inc., Whitehouse Station.

Amagase, H., B. L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, and Y. Itakura. Intake of Garlic and Bioactive Components. Journal of Nutrition 131 (3): 955S- 962S. 2001.

Anggorodi, R.1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Barnes, H . J . and W. B . Gross. 1997 . Colibacibacillosis . In : Disease of Poultry. Tenth Edition. Edited by : B. W. Calnek with H. J . Barnes, C.

W. Beard, L .R. " Me Dougald and Y M. Saif. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA . PP :131-141.

Barton, M.D.,dan WS.Hart. 2001. Public health risks:Antibiotic resistance.

Asian-Aus

J.Animal Sci. 14:414-422.

Blackely, J. and D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisikeempat. UGM Press, Yogyakarta.

Charlton, B.R., A.J. Bermudez, D.A. Halvorson, J.S. Jeffrey, L.J. Newton, J.E.

Sander dan P.S. Wakernell. 2000. Avian Diseases Manual. Fifth Edition.

American Association of Avian Pathologist. Poultry Pathology Laboratory University of Pennsylvania. New Bolton Center. USA.

Cutler, R.R., dan P. Wilson. 2004. Antibacterial activity of a new, stable, aqueous extract of allicin against methicillin-resistant Staphylococcus aureus.

British Journal of Biomedical Science. 61(2):71–4.

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Haris, R. 1997. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Infovet. 2017. Koli yang Muncul Berkali-kali. Infovet. Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. PT. Gallus Indonesia Utama.

Jawetz, Melnick, and S. Adelberg. 2001 ; Mikrobiologi Kedokteran ; Edisi I ; Salemba Medika, Jakarta ; 196 -198.

Karina, R., 2013. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutansSecara In Vitro. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

(40)

30

Kemper, K.J., 2005. Garlic (Allium sativum). The Longwood Herbal Task Force and The Center for Holistic Pediatric Education and Research.

Knobl, T., K.R. Reddy and W. F. Debuks 2006 Some Adhesins Of Avian pathogenic Escherichia Coli (APEC) Isolated From Septicemic Poultry In Brazil. Br J Mikrobiol 37:379-384.

Koswara, S. 2006. Jahe, Rimpang dengan Sejuta Khasiat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Lee, M.D. dan H.A. Lawrence. 1998. Colibacillosis. In A Laboratory Manual For the isolation an identification of avian pathogen. American Association of Avian Pathologist. Fourth Ed. Pennsylvania: pp: 14−16.

Medion. 2011. Gangguan Pencernaan Akibat Infeksi Bakteri. Diakses dari https://info.medion.co.id/broiler/penyakit/600-gangguan-pencernaan- akibat-infeksi-bakteri.html.

Morran, E.T, dan H.L. Orr., 1970. Influence of Strain on The Carcass. Poult.

Sci.49: 7250729

Mulyani, S. 2010. Komponen dan Antibakteri dari fraksi kristal minyak Zingiber zerumbet. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3): 178-184.

Mursito. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta : Swadaya.

Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam ras pedaging. Kanisius, Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius.Yogyakarta.

Nataadmidjaya, A. G. 1995. Pendugaan Kebutuhan Pokok Nutrisi Ayam Buras Koleksi Plasma Nuftah Sistem Free Choice Fedding. Peoceding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Pendidikan Ternak Ciawi, Bogor.

Nursal, S. Wulandari dan S.W. Juwita, 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol.

2(2):64-66, 2006.

Pierard, D., R. Van Etterijck., J. Brenaert., L. Moriau, &S. Louwers, 1990.

Results of Screening for Verocitotoxin-producing Escherichia coliin Belgium. European Journal of Clinical Microbiology and Infectious Disease 9, 198-201.

(41)

Rasyaf, M. 1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Kanisius.

Yogyakarta.

Samadi. 2004. Feed Quality For Food Savety. Inovasi Vol.2/XVI.

Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda. PT.

Loji Grafika Griya Sarana, Bogor.

Siregar, A.P. 1994. Teknik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Margie Group.

Jakarta.

Snyder, E.S and H.L. Orr. 1964. Poultry Meat (Publication 9). Ontario department of Agriculture, Parliament Bulidings, Toronto.

Syamsudin, U.1994. Budidaya Bawang. Bandung: Bina Cipta.

Tabbu., C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Volume 1. Kanisius.

Yogyakarta. Hal. 142 – 150.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo Dan S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Triyantini, I.A.K, Abubakar Bintang, dan T, Antawijaya. 1997. Studi Komparatif Prefrensi, Mutu dan Gizi Beberapa Jenis Unggas. Balai Penelitian Ternak Bogor.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Yogyakarta.

Waskito, W. M. 1993. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Gala Tumbuh Ayam Broiler. Disertasi.Universisr Padjajaran. Bandung.

Zulbardi dan Bintang , 2007. Bawang putih (Allium sativum) sebagai Feed Additive. Seminar Tehnology Peternakan dan Veterinery Novindo, Mei 2013 Jombang.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia,. Sekolah

Hasil temuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Konsep asam-basa memenuhi semua karakteristik konsep yang dapat dimasukkan ke dalam permainan

Laboran serta pihak yang bekerja pada Laboratorium Biologi Farmasi, Teknologi Farmasi, dan Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (1) interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (2) sikap siswa terhadap interaksi

pembelajaran di kelas terutama dalam mata pelajaran IPS sebab tanpa memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pembelajaran IPS, tujuan pembelajaran yang

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 800/10/PBJ-L3/PC/05/XI/2011 tanggal 02 November 2011 perihal Penetapan Pemenang Pekerjaan Pengadaan Container pada Dinas

Atas dasar deskripsi tersebut, tujuan penelitian ini untuk membandingkan konsentrasi Total Partikulat Tersuspensi (TSP) dan sulfur dioksida (SO 2 ) yang diemisikan dari tanur

Alternatif pilihan jawaban pada skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat pilihan jawaban yaitu Alternatif pilihan jawaban