• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong - USD Repository"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

 

(2)
(3)

  iii

(4)

iv

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4 : 13

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus yang selalu mendampingi dan menyertaiku

Bapak, Ibu dan kakakku tercinta

Ghalih Sukmara Jhati penyemangatku

Serta para sahabat dan teman-teman semua yang telah

(5)

 

(6)

vi

 

ABSTRAK

Maharani Putri, 2013. Korelasi antara Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ponjong. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (1) interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (2) sikap siswa terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (3) prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong, dan (4) korelasi antara sikap siswa terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskriptif-korelasional.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP N 2 Ponjong tahun pelajaran 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah

sampel kelompok. Sampel dalam penelitian ini kelas VIII C dengan jumlah siswanya 30 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi untuk mengukur interaksi sosial, angket untuk mengukur sikap terhadap interaksi sosial dan tes untuk mengukur prestasi belajar. Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji korelasi Product Moment.

Berdasarkan hasil observasi tentang interaksi sosial dalam pembelajaran matematika pada pertemuan I, II, dan III, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar siswa di kelas VIII C dapat melakukan interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dengan cukup. Berdasarkan hasil analisis data angket sikap terhadap interaksi sosial, 4 responden termasuk dalam kategori skor sikap yang tinggi dengan frekuensi 13,33%, 14 responden dalam kategori skor sikap yang cukup dengan frekuensi 46,67%, dan 12 responden dalam kategori skor sikap yang rendah dengan frekuensi 40%. Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar, 21 responden termasuk dalam kategori prestasi belajar tinggi dengan frekuensi 70%, 8 responden dalam kategori prestasi belajar cukup dengan frekuensi 26,67%, dan 1 responden dalam kategori prestasi belajar rendah dengan frekuensi 3,33%. Berdasarkan hasil uji korelasi Product Moment, ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar siswa dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,414. Hal ini menunjukkan bahwa proses interaksi sosial mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran, terlebih dalam pembelajaran matematika di sekolah. Semakin baik sikap terhadap interaksi sosial, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa.

(7)

vii

 

ABSTRACT

Maharani Putri, 2013. Correlation between Attitudes to Social Interaction in Learning Mathematics and Mathematics Learning Achievement of Students in Class VIII of SMP N 2 Ponjong. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research objectives are to determine (1) the social interactions that occur in learning mathematics among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, (2) students’ attitudes to social interaction in the learning of mathematics among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, (3) the mathematics achievement the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, and ( 4 ) the correlation between students' attitudes to social interaction and mathematics achievement among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong.

This study was a descriptive and correlation study. The population in this study consisted of the second semester of eighth grade student of SMP N 2 Ponjong in the academic year 2012/2013. The technique of the sampling was group sampling. The sample in this study consisted of 30 students ofclass VIII C. Methods of data collection were observational methods to measure social interaction, a questionnaire to measure attitudes to social interactions and a test to measure student achievement. Analysis of the data consisted of the normality test and product moment correlation analysis.

Based on the observation of social interaction in the learning of mathematics at the meetings I, II, and III, it can be stated that most of the students in class VIII C can perform social interaction in learning mathematics in the enough category. Based on the analysis of the questionnaire of attitudes toward social interaction, 4 respondents were included in the category of high attitude scores with frequency of 13.33 %, 14 respondents in the category score of sufficient attitude with the percentage of 46.67 %, and 12 respondents in the category of low attitude scores in the frequency of 40 %. Based on the analysis of student achievement, 21 respondents were included in the category of high achievement with the frequency of 70 % , 8 respondents in the category of sufficient achievement with the frequency of 26.67 %, and 1 respondent in the category of low learning achievement in the percentage of 3.33 % . Based on the test of Product Moment correlation, there is a positive and significant relationship between the attitudes to social interaction and student achievement with a correlation coefficient of 0.414. This suggests that the process of social interaction has an important role in learning, especially in the learning of mathematics in school.

Key words: attitudes, interactions, social interactions, learning achievement, learning mathematics

(8)
(9)

ix

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan

skripsi ini. Namun, atas berkat dan rahmat dariNya, keterlibatan dan bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis akhirnya bisa

melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis,

antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran, kritik, dan bimbingan kepada penulis selama penulisan

skripsi ini.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika

3. Bapak Dominikus Arif B.P, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan dosen penguji yang telah sabar membimbing, memotivasi, dan

memberikan saran maupun kritik kepada penulis

4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran pada penulisan skripsi ini.

5. Bapak Sugeng, Mbak Heni dan Mas Arif atas bantuannya dan keramahan

dalam melayani mahasiswa.

6. Kepala sekolah dan guru bidang studi matematika kelas VIII SMP N 2

Ponjong yang telah memberikan kemudahan dan membantu dalam

melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VIII C SMP N 2 Ponjong, terima kasih atas bantuan selama

penulis melakukan penelitian.

(10)
(11)

xi

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap terhadap Interaksi Sosial ... 8

(12)

xii

 

1. Pengertian Sikap ... 8

2. Pengertian Interaksi Sosial ... 8

3. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 9

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 11

B. Prestasi Belajar Matematika ... 13

1. Pembelajaran Matematika ... 13

2. Komponen Pembelajaran Matematika ... 15

3. Prestasi Belajar ... 20

4. Prestasi Belajar Matematika ... 22

C. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 26

D. Kerangka Berpikir ... 27

E. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 30

C. Variabel Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Metode Angket ... 31

2. Metode Observasi... 31

3. Metode Tes ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

(13)

xiii

 

2. Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial ... 33

3. Tes Prestasi Belajar Siswa ... 34

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 36

2. Reliabilitas Instrumen ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Normalitas ... 38

2. Uji Korelasi Product Moment ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data ... 41

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

2. Pelaksanaan Penelitian ... 48

3. Deskripsi Hasil Observasi, Angket dan Tes ... 55

4. Analisis Data ... 63

C. Pembahasan ... 65

1. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 65

2. Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 67

3. Prestasi Belajar ... 68

4. Hasil Uji Hipotesis ... 69

D. Keterbatasan Penelitian ... 70

(14)

xiv

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(15)

xv

 

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel

Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa 35

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Interaksi

Sosial

43

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Prestasi Belajar 45

Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas 48

Tabel 4.4 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam

Pembelajaran MatematikaPertemuan I

49

Tabel 4.5 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 50

Tabel 4.6 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam

Pembelajaran Matematika Pertemuan II

51

Tabel 4.7 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 52

Tabel 4.8 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam

Pembelajaran Matematika Pertemuan III

53

Tabel 4.9 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 55

Tabel 4.10 Perbandingan Interaksi Sosial pada setiap Pertemuan 56

Tabel 4.11 Kriteria Hasil Observasi Interaksi Sosial 57

Tabel 4.12 Deskripsi Data Penelitian 58

(16)

xvi

 

Tabel 4.13 Kategori Skor Sikap terhadap Interaksi Sosial 59

Tabel 4.14 Hasil Tes 60

Tabel 4.15 Deskripsi Data Penelitian 61

Tabel 4.16 Kategori Skor Prestasi Belajar 62

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji Normalitas 63

(17)

xvii

 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ... 76

A. Surat ijin penelitian ... 77

B. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 78

  LAMPIRAN 2 ... 79

A. Lembar observasi ... 80

B. Kuesioner sikap terhadap interaksi sosial ... 81

C. Soal tes prestasi belajari ... 86

D. Kunci jawaban tes prestasi belajarl ... 87

  LAMPIRAN 3 ... 90

A. Tabulasi data uji coba sikap terhadap interaksi sosial ... 91

B. Hasil uji validitas sikap terhadap interaksi sosial ... 97

C. Hasil uji reliabilitas sikap tehadap interaksi sosial ... 100

D. Tabulasi data uji coba prestasi belajar ... 102

E. Hasil uji validitas prestasi belajar ... 104

F. Hasil uji reliabilitas prestasi belajar ... 105

  LAMPIRAN 4 ... 106

A. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan I ... 107

B. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan II ... 111

C. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan III ... 115

   

(18)

xviii

 

LAMPIRAN 5 ... 119

A. Tabulasi data sikap terhadap interaksi sosial ... 120

B. Tabulasi data prestasi belajar ... 122

C. Hasil uji deskripsi data penelitian ... 123

D. Hasil uji normalitas ... 128

E. Hasil uji korelasi Product Moment ... 130

  LAMPIRAN 6 ... 131

A. Tabel nilai-nilai Chi Kuadrat ... 132

B. Tabel R ... 133

  LAMPIRAN 7 ... 134

A. Foto penelitian ... 135

  LAMPIRAN 8 ... 137

A. Hasil pekerjaan siswa ... 138

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan

suatu bangsa dalam membangun watak bangsa. Dengan adanya pendidikan

diharapkan dapat membangun kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan

pendidikan yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan

Pendidikan Nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional bab 2 pasal 3, yaitu :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.

Salah satu indikator keberhasilan dari proses pendidikan adalah melalui

kualitas dari prestasi belajar siswa, serta kemampuan siswa untuk terus

bereksistensi dalam lingkungannya. Peningkatan prestasi belajar siswa didukung

oleh adanya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik dari motivasi belajar. Faktor

intrinsik seperti bakat dan minat, kecerdasan intelegensi, serta kreativitas dan

gaya belajar siswa. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lingkungan dalam bentuk

interaksi sosial baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat, serta sarana dan

prasarana yang menunjang dalam proses pendidikan.

(20)

Dalam kehidupan nyata, manusia adalah makhluk individu dan makhluk

sosial. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia tidak dapat hidup terlepas

dari individu lain atau dengan kata lain setiap manusia membutuhkan bantuan

dari individu lain. Secara kodrati dapat dikatakan bahwa manusia akan selalu

hidup bersama. Hidup bersama antara manusia berlangsung dalam berbagai

bentuk perhubungan atau komunikasi dan di dalam berbagai situasi. Dalam

kehidupan seperti inilah akan terjadi suatu interaksi. Dengan demikian dalam

kegiatan hidup manusia akan selalu terjadi proses interaksi yang disengaja atau

tidak disengaja, baik interaksi dengan sesama, interaksi dengan lingkungan,

maupun interaksi dengan Tuhan ( Sardirman, 1986:1 )

Proses interaksi selalu terjadi dalam kegiatan pembelajaran, terlebih dalam

pembelajaran matematika di sekolah. Matematika merupakan salah satu ilmu

dasar untuk melatih berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan

bekerja sama yang efektif. Dalam kegiatan belajar di kelas, terjadilah interaksi

sosial yang berkaitan dengan hubungan interaktif antara siswa dengan guru dan

juga antara siswa yang satu yang berkaitan dengan hubungan interaktif antara

siswa dengan guru dan juga antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.

Interaksi sosial ini terjadi ketika guru dan siswa saling berdiskusi dan saling

melakukan tanya jawab. Salah satu hal yang membuat pembelajaran berhasil

adalah karena adanya interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswanya.

Artinya bahwa siswa perlu dilibatkan dalam menyelesaikan masalah-masalah

(21)

3

   

kerjasama dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah

dimiliki siswa membutuhkan interaksi sosial antar pihak-pihak yang terkait

dengan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman peneliti, hubungan yang baik di dalam kelas baik

guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sangatlah penting untuk

mendukung prestasi belajar. Sikap terhadap interaksi sosial yang tinggi yang

dimiliki oleh siswa mengakibatkan mereka memiliki hubungan yang baik dengan

siswa dan siswi lain, sehingga mereka dapat saling memberi dukungan untuk

mencapai suatu prestasi yang maksimal. Dengan bekerja sama tersebut cenderung

akan saling membantu dan mendukung dalam menghadapi kesulitan belajar untuk

bersama-sama mencapai prestasi belajar yang optimal.

Dalam suatu interaksi, siswa harus dapat mengemukakan pendapat/idenya

kepada orang lain baik itu siswa lain maupun gurunya, supaya memperoleh

masukan berupa informasi dan akhirnya dapat digunakan untuk memperbaiki atau

meningkatkan kualitas pemahamannya. Dalam pembelajaran diperlukan situasi

dan kondisi yang mendukung dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa

dalam menerima maupun menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru

mempunyai peranan penting untuk membuat kondisi menjadi mendukung dan

menyenangkan dalam pembelajaran. Peranan guru misalnya saja jika ada siswa

yang membuat kesalahan dalam mengerjakan ataupun dalam memecahkan

masalah, guru jangan menertawakan pendapat/ide siswa tersebut tetapi guru

haruslah bisa menghargai pendapat/ide dari siswa. Selain itu guru juga jangan

(22)

memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan dalam

mengerjakan ataupun dalam memecahkan masalah karena dengan menghukum,

dapat mengecilkan mental siswa untuk berani maju mengerjakan lagi.

Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui interaksi sosial yang

terjadi dalam pembelajaran matematika dan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk mengetahui korelasi

antara sikap terhadap interaksi sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika

dengan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Dengan melihat gejala-gejala diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Korelasi antara Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika

dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ponjong”.

B.

Identifikasi Masalah

1.

Interaksi sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika belum banyak

diteliti.

2.

Hubungan antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran

matematika dengan pretasi belajar siswa dalam matematika belum banyak

diketahui.

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

(23)

5

   

1.

Bagaimana interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di

kelas VIII SMP N 2 Ponjong?

2.

Bagaimana sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di

kelas VIII SMP N 2 Ponjong?

3.

Bagaimana prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong?

4.

Apakah terdapat korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam

pembelajaran matematika dengan prestasi belajar Matematika pada siswa

kelas VIII SMP N 2 Ponjong?

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1.

Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII

SMP N 2 Ponjong

2.

Sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas VIII

SMP N 2 Ponjong.

3.

Prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.

4.

Korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran

matematika dengan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas VIII SMP N

2 Ponjong.

(24)

E.

Batasan Istilah

1.

Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan individu

lain yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun

tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.

2.

Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih yang

dilakukan dengan kontak sosial yang positif disertai dengan komunikasi yang

mampu mengutarakan maksud dari keinginan individu untuk mencapai tujuan

kebutuhan yang jelas, serta berdaya guna bagi individu-individu yang

bersangkutan ketika pembelajaran. Interaksi sosial yang diteliti adalah

interaksi sosial di dalam pembelajaran matematika yang terjadi dalam kelas

pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi sosial di luar pembelajaran

matematika dan interaksi sosial pada saat yang lain tidak diamati.

3.

Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika

Sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika adalah

kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap

aktivitas interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Sikap terhadap

interaksi sosial dalam pembelajaran matematika digambarkan melalui persepsi

siswa, baik positif atau negatif terhadap berbagai kegiatan atau interaksi sosial

(25)

7

   

4.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah skor yang diperoleh siswa melalui tes tentang

pemahaman pengetahuan yang diperoleh siswa. Pada penelitian ini, tes

prestasi hanya dibatasi pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan Balok).

F.

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini, dapat memberikan masukan bagi peneliti

sebagai calon guru dalm memahami bentuk-bentuk interaksi.Sehingga ketika

melaksanakan kegiatan mengajar di lapangan, peneliti bisa mendapat

pengalaman bahwa interaksi di kelas ada bermacam-macam bentuknya.

2.

Bagi Guru

Dengan penelitian ini, guru dapat mengetahui bentuk-bentuk interaksi

sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika sehingga bisa digunakan

sebagai salah satu informasi dalam pemakaian suatu metode dalam

pembelajaran yang sesuai dengan materi agar siswa mendapat prestasi belajar

yang optimal

 

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sikap terhadap Interaksi Sosial 1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan perilaku yang dimiliki oleh seseorang dan

tertanam sejak dini yang mana perilaku tersebut berbeda-beda. Menurut

Howard dan kindler (1974) dalam Gerungan (2009:79), “sikap merupakan

kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus

terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan

suatu kecenderungan untuk mendapat atau menghindar, positif atau negatif

terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide,

dan konsep dan sebagainya”.

Menurut Saifudin Azwar (2005:64), “sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi terhadap suatu objek, memihak atau tidak memihak

yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaaan (afeksi),

pemikiran (kognisi), predisposisi tindakan (ponasi) seseorang terhadap

suatu aspek terhadap lingkungan di sekitarnya”.

2. Pengertian Interaksi Sosial

Menurut H. Bonner (dalam Gerungan, 2009:62), “interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana

(27)

 

kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”

Koestoer Partowisastro (1983:11) memberikan pengertian interaksi

sosial adalah relasi sosial yang menunjukkan berbagai jenis relasi sosial

dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu, kelompok dan

kelompok, ataukah individu dan kelompok. Di dalam interaksi sosial

berlangsung hubungan individu yang satu dengan individu yang lain,

dimana individu yang pertama menyesuaikan dirinya dengan individu

yang lain, dan yang lain terhadap yang pertama.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana

individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah dan

memperbaiki tingkah laku individu tersebut yang dapat dilakukan secara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok yang lain.

3. Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Koestoer Partowisastro (1983:12-16), syarat terjadinya

interaksi sosial karena adanya 2 macam kondisi yaitu sebagai berikut.

a. Kontak Sosial

Kontak sosial merupakan fase pertama dari interaksi sosial.

Kontak sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan

individu lain yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan,

(28)

percakapan, maupun tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.

Kontak sosial dapat bersifat positif maupun negatif. Kontak sosial

positif terjadi bila disertai dengan adanya respon dari individu atau

kelompok lain, sedangkan kontak negatif terjadi bila tidak ada respon

sama sekali dari individu atau kelompok lain.

Kontak sosial juga terbagi menjadi kontak sosial primer dan

kontak sosial sekunder. Kontak sosial primer terjadi bila yang akan

mengadakan hubungan saling bertemu atau bertatap muka sehingga

menimbulkan impressi (kesan) timbal balik dari kedua orang tersebut.

Sedangkan kotak sosial sekunder terjadi dengan menggunakan

perantara, baik melalui orang lain atau menggunakan media perantara

lain, misalnya telepon. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga

bentuk yaitu sebagai berikut.

1) Kontak antar individu.

Kontak antar individu adalah kontak yang terjadi antar individu

satu dengan individu yang lain. Contoh : kontak antar siswa satu

dengan siswa yang lain, seorang siswa dengan gurunya.

2) Kontak antar kelompok

Kontak antar kelompok adalah kontak yang terjadi antar suatu

kelompok dengan kelompok lain. Contoh : kontak antar dua

(29)

11 

 

3) Kontak antara individu dengan suatu kelompok

Kontak antara individu dengan suatu kelompok adalah kontak yang

terjadi antara seorang individu dengan suatu kelompok. Contoh:

kontak antara guru dengan siswa di dalam kelas.

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan pesan dari komunikator (penyampai

pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Komunikasi berlangsung

apabila seseorang menyampaikan suatu rangsangan yang kemudian

memperoleh arti tertentu yang direspon oleh orang lain.

Kontak tanpa adanya komunikasi tidak menimbulkan interaksi

sosial. Komunikasi merupakan kelanjutan dari kontak sosial yang

sebagian besar ditentukan melalui interpretasi dari masing-masing

individu yang melakukan kontak sosial. Melalui komunikasi,

pandangan atau pikiran individu atau kelompok dapat dimengerti oleh

individu atau kelompok lain.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Soetarno (1989:21-24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi interaksi sosial antar individu ada 4 macam yang

dijelaskan sebagai berikut.

a. Imitasi

Dalam kehidupan sehari-hari imitasi berarti peniruan. Imitasi

terbagi menjadi dua, yaitu imitasi positif dan imitasi negatif. Imitasi

(30)

positif berarti peniruan perilaku terhadap tokoh atau figure yang

bersifat baik. Sedangkan imitasi negatif berarti peniruan perilaku

terhadap tokoh atau figure yang bersifat tidak baik. Imitasi negatif

dapat menghambat interaksi sosial

Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin

pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif misalnya, yang

ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Kecuali daripada

itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan

pengembangan daya kreasi seseorang

b. Sugesti

Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana

seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau

pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

Gerungan, 2009:65).

c. Identifikasi

“Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain” (Gerungan, 2009:72). Pada awalnya,

anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya, tetapi lambat laun,

setelah ia berkembang di sekolah dan menjadi remaja, tempat

identifikasi dapat beralih dari orang tuanya ke orang-orang yang

dianggapnya terhormat atau bernilai tinggi, misalnya guru. Identifikasi

(31)

13 

 

suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang

dianggapnya ideal, dan yang masih merupakan kekurangan pada

dirinya.

d. Simpati

“Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap

yang lain”. (Gerungan, 2009:75-76). Simpati hanya dapat berkembang

dalam suatu kerja sama antar dua atau lebih orang, yang menjamin

terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapat

diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan

hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan

yang lainnya. Tujuan simpati baru terlaksana apabila terdapat

hubungan kerja sama tadi.

B. Prestasi Belajar Matematika 1. Pembelajaran Matematika

Menurut Wina Sanjaya (2008:26), pembelajaran adalah proses

kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan

sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu

sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki siswa

termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar siswa seperti

lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai

tujuan belajar tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak

hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan

(32)

tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan.

Menurut Sardiman (2012:12), pembelajaran adalah proses yang

berfungsi membimbing para siswa di dalam kehidupan, yakni

membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan

yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan

mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan

juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian, ditinjau secara

luas, manusia yang hidup dan berkembang itu adalah manusia yang selalu

berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar.

Ebut dan Straker (dalam Marsigit, 2009) mendefinisikan

matematika di sekolah sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan;

memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan; hasil-hasil

matematikan perlu dikomunikasikan; kegiatan problem solving adalah bagian dari kegiatan matematika; algoritma merupakan prosedur untuk

memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika; dan interaksi sosial

diperlukan dalam kegiatan matematika.

Marsigit (2009) menyatakan peran pentingnya matematika dalam

kehidupan, maka matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan

menjadi kegiatan yang menyenangkan. Tujuan dari pembelajaran

matematika adalah melatih siswa berpikir dan bernalar dalam menarik

kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

(33)

15 

 

mengembangkan gagasan atau ide melalui tulisan, pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, atau diagram. Oleh karena itu setiap siswa perlu

memiliki penguasaan matematika untuk dapat memahami dunia dan

berhasil dalam kariernya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses kerja sama antara guru dan siswa

dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi

yang bersumber dari dalam diri siswa maupun potensi yang ada di luar

siswa untuk mempelajari matematika sebagai mata pelajaran yang melatih

siswa berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan

aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi

dan dugaan serta mengembangkan gagasan atau ide. Hal ini jelas bahwa

pembelajaran matematika menuntut adanya kerja sama antara guru dan

siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang

konsep-konsep pembelajaran matematika.

2. Komponen Pembelajaran Matematika

Dalam proses pembelajaran Matematika, komponen-komponen

tersebut tidak dapat berdiri sendiri atau terpisah, tetapi saling mendukung

satu sama lain. Untuk mencapai kualitas pembelajaran mutlak diperlukan

kualitas setiap komponen dalam pembelajaran. Ini dimaksudkan agar

proses belajar memiliki tolak ukur yang konstan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Menurut Wina Sanjaya (2008:9), komponen sistem

(34)

pembelajaran adalah siswa, tujuan pembelajaran, kondisi pembelajaran,

dan sumber-sumber belajar dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Siswa

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk

membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan

perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari

segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam

perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan

dasar, minat dan bakar, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu

sendiri.

Analisis siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum

merencanakan suatu proses perencanaan pembelajaran. Dalam

kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subyek yang belajar. Dari

proses belajar mengajar inilah diharapkan siswa dapat meningkatan

dan mengembangan perilaku kehidupan yang akan tercermin dalam

kehidupan sehari-hari baik aspek intelektual atau kognitif, emosional

atau afektif maupun ketrampilan atau psikomotor. Setiap siswa

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan sangat unik. Untuk

itu, guru perlu memperhatikan setiap kemampuan siswa dengan selalu

mengarahkan mereka pada peningkatan kualitas belajar yang lebih

(35)

17 

 

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah komponen terpenting dalam

pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Dalam

kontek pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi

dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya, tujuan

penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga

pendidikan itu sendiri, misalnya:

1) Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang

pemesinan

2) Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa

3) Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang

efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan

lain sebagainya.

Selanjutnya tujuan yang bersifat umum itu diterjemahkan

menjadi tujuan yang lebih spesifik, misalnya:

1) Mempersiapkan siswa agar menguasai bidang permesinan jenis

tertentu (contohnya mesin diesel)

2) Memberikan pelajaran agar siswa memiliki kemampuan dalam

membaca, menulis dan berhitung

3) Menjamin agar lulusan memiliki kemampuan untuk dapat berkarier

atau bekerja dalam bidang ekonomi, consumber information, musik dan seni, serta bidang olahraga.

(36)

Tujuan-tujuan tersebut sebenarnya merupakan arah yang harus

dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Artinya, tujuan-tujuan

khusus, yang dirumuskan harus berorientasi pada pencapaian tujuan

umum tersebut. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru

meliputi:

1) Pengetahuan, infomasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif

2) Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif

3) Berbagai keterampilan sebagai bidang psikomotorik

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan merupakan salah satu komponen yang melandasi setiap aktivitas

atau kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Artinya bahwa proses

belajar mengajar merupakan kegiatan mencapai tujuan. Tujuan dapat

juga diartikan sebagai petunjuk praktis bagi pelaksanaan kegiatan.

Tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai, proses pembelajaran tidak

akan berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan

merupakan komponen dasar yang harus dimiliki oleh setiap sekolah

dan harus diformulasikan dengan tepat.

c. Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah berbagai pengalaman belajar

yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang

telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa

(37)

19 

 

pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada

siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri. Demikian

juga dalam mendesain pembelajaran desainer perlu menciptakan

kondisi agar siswa dapat belajar dengan penuh motivasi dan gairah.

Oleh sebab itu, tugas guru adalah memfasilitasi pada siswa agar

mereka belajar sesuai dengan minat, motivasi, dan gayanya sendiri.

Semua itu bisa dirancang melalui pendekatan belajar secara klasikal

dalam kelompok kelas besar, kelompok kelas kecil dan bahkan belajar

secara mandiri. Namun demikian, walaupun para desainer

menggunakan berbagai pendekatan pada akhirnya sasaran akhir adalah

bagaimana agar setiap individu dapat belajar. Oleh karena itu, tekanan

dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.

d. Sumber-Sumber Belajar

Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang

memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Di

dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan

alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan

dan ahli media, dan siapa yang berpengaruh baik langsung maupun

tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam

proses merencanakan pembelajaran, perencana harus dapat

menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam

memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Sedangkan dalam

(38)

mendesain pembelajaran pada desainer perlu menentukan sumber

belajar ada dan bagiamana memanfaatkannya.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

sumber-sumber belajar untuk pengalaman riil yakni segenap media

pembelajaran yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Hal ini akan

menimbulkan pengertian atau konsep yang sangat teliti dan mendalam

yang tidak akan dicapai hanya dengan menggunakan sumber belajar

yang menimbulkan pengalaman buatan ataupun pengalaman verbal.

Namun tidak semua pengalaman dapat dialami secara riil atau nyata.

Oleh karena itu, ada konsep yang diperoleh melalui pengalaman riil

dan ada konsep yang diperoleh melalui pengalaman buatan atau pun

pengalaman verbal. Dalam pembelajaran Matematika, media atau pun

alat bantu sangat penting untuk mencapai tujuan pengajaran.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang

diperoleh siswa melalui proses belajar dalam kurun waktu tertentu.

Dalam hal ini prestasi belajar merupakan penguasaan yang dicapai

oleh siswa dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar ini mencerminkan

keberhasilan proses belajar yang dikembangkan. Artinya bahwa siswa

(39)

21 

 

proses belajar berlangsung sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi

belajar mereka.

Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi“

dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu sebelum

pengertian “prestasi belajar” dibicarakan ada baiknya kedua kata itu

dijelaskan artinya satu persatu.

“Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik” (Syaiful Bahri Djamarah, 2004:21)

Menurut Abu Achmadi (2002: 787), ”prestasi belajar berarti

hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran”. Jadi prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka

yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian yang

dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata

pelajaran tertentu dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh

guru kelasnya setelah melaksanakan tugas. Dapat diartikan bahwa

prestasi adalah hasil yang dicapai pada waktu tertentu dalam

melakukan usaha supaya mendapat kemajuan kegiatan belajar yang

diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi.

(40)

Menurut Catharina (2006:84), prestasi belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami

aktivitas belajar. Tidak semua perubahan tingkah laku dapat

dikategorikan sebagai suatu hasil belajar. Ada beberapa persyaratan,

sehingga suatu perolehan perubahan tingkah laku baru dapat diartikan

sebagai hasil belajar. Persyaratan itu adalah bahwa hasil belajar itu

merupakan pencapaian dari suatu tujuan belajar. Hasil belajar itu

merupakan usaha dari kegiatan yang disadari, belajar itu sendiri

merupakan proses latihan yang berfungsi efektif untuk jangka waktu

tertentu dan hasil belajar itu perlu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah

kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses

pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur

yang kualitasnya baik. Alat ukur tersebut adalah tes prestasi belajar

yang mengacu kepada ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Tes

prestasi belajar sendiri merupakan cermin keberhasilan siswa dalam

proses belajar di sekolah. Demikian pentingnya arti prestasi belajar,

maka usaha dalam pendidikan diarahkan pada peningkatan prestasi

belajar.

4. Prestasi Belajar Matematika

Hasil belajar matematika merupakan hasil yang telah dicapai oleh

(41)

23 

 

dilihat dari evaluasi yang merupakan nilai yang menunjukkan

keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan materi di

dalamnya.

Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda dengan siswa

lainnya. Perbedaan tingkat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wina

Sanjaya (2008:15), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru,

siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan.

a. Faktor Guru

Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan

komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan

orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam

sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer)

atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator dan

atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk

memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik

siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya

dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan

desain pembelajaran.

Dalam melaksanakan perannya sebagai implementator

rencana dan desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan

sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarkannya akan

tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).

(42)

Dengan demikian efektivitas proses keberhasilan suatu proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai

dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah

perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan

irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak

selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh

perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik

lain yang melekat pada diri anak.

Sikap dan penampilan siswa dalam pembelajaran juga

merupakan aspek lain yang dapat mempengaruhi sistem

pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan

ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikti juga ditemukan siswa

yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan

mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab,

bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam interaksi pembelajaran.

c. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara

langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media

pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, sedangkan

(43)

25 

 

mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan

menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan sebagainya.

Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan

prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran.

d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas

dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di

dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek

penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi

kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas

berkecenderungan:

1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan

jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit

2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan

menggunakan semua sumber daya yang ada

3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini

disebabkan kelompok besar yang terlalu banyak akan

mendapatkan pelayanan yang terbatas dari guru

4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin nampak,

(44)

sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan

5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan

semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk

sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru

6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung

semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif

dalam setiap kegiatan kelompok.

C. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Sutarto Hadi (2005), bentuk-bentuk interaksi sosial dalam

pembelajaran matematika yang terjadi di kelas sebagai berikut.

1. Siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang

diberikannya

2. Memahami jawaban temannya (siswa lain)

3. Menyatakan setuju terhadap jawaban temannya

4. Menyatakan ketidaksetujuan terhadap ide (gagasan) tertentu

5. Mencari alternatif penyelesaian yang lain

6. Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap

hasil pelajaran

Dengan demikian bentuk-bentuk interaksi dalam proses pembelajaran

matematika pada umumnya adalah adanya penjelasan dan pemberian

kesempatan baik dari guru maupun dari siswa terhadap jawaban yang

(45)

27 

 

atau guru, adanya alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi

terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap

terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika adalah

kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap

aktivitas interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Sikap terhadap

interaksi sosial dalam pembelajaran matematika digambarkan melalui persepsi

siswa, baik positif atau negatif terhadap berbagai kegiatan atau interaksi sosial

dalam pembelajaran matematika. Interaksi sosial yang diteliti adalah interaksi

sosial di dalam pembelajaran matematika yang terjadi dalam kelas pada saat

pembelajaran berlangsung. Interaksi sosial di luar pembelajaran matematika

dan interaksi sosial pada saat yang lain tidak diamati.

D. Kerangka Berpikir

Prestasi belajar siswa disekolah ditentukan oleh banyak faktor. Dari

sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika

pada penelitian ini dibatasi pada interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan interaktif antara siswa dan guru serta antara siswa dengan siswa.

Setiap individu memegang peranan penting dalam proses interaksi sosial.

Interaksi ini bertujuan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya.

Guru hanya mengawasi dan mengarahkan serta membimbing siswa belajar.

Selain itu, membuat kondisi menjadi mendukung dan menyenangkan dalam

(46)

pembelajaran. Diharapkan dengan adanya sikap terhadap interaksi sosial ini

bisa membantu siswa mencapai prestasi yang optimal.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis di atas dan kerangka berfikir sebelumnya,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada korelasi positif

dan signifikan sikap terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dekspritif-korelasional.

Menurut Suhardi Sigit (2003: 171), penelitian deskriptif adalah penelitian

yang fenomena yang sudah terjadi. Dalam hal ini dilakukan dengan apa

adanya tanpa memanipulasi data. Selain itu, penelitian ini merupakan jenis

penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan

ada tidaknya hubungan antara dua variable dan bagaimanan bentuk hubungan

itu (Suharsimi Arikunto, 2002:239). Penelitian ini bertujuan untuk melihat

korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong Tahun

Ajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Suharto (2003:81), populasi adalah keseluruhan semesta

dan kesemestaan dan dapat didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu

kesatuan orang, kejadian, atau benda yang akan dijadikan sasaran

generalisasi hasil-hasil penelitian. Dapat dinyatakan bahwa populasi

merupakan kumpulan, kelompok yang anggota-anggotanya berujud orang,

kejadian, dan benda. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian

(48)

(Suharsimi Arikunto, 2002:173). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII semester genap SMP N 2 Ponjong tahun pelajaran

2012/2013.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Suharsimi Arikunto, 2002:174). Teknik sampling yang digunakan pada

penelitian ini adalah sampel kelompok (cluster sample). Sampel kelompok adalah sampel yang terdiri atas sejumlah individu yang sejak semula sudah

tergabung dalam kelompok tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut,

sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang berada di kelas

VIII C dengan jumlah 30 siswa.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:38). Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu sikap terhadap interaksi sosial

yang diukur melalui kontak sosial, komunikasi, imitasi, sugesti, identifikasi

dan simpati dan prestasi belajar natenatika yang diukur melalui nilai tes.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam

(49)

31   

dengan penelitian untuk memperoleh data (Arikunto, 2002:89). Metode yang

digunakan adalah metode angket dan dokumentasi.

1. Metode Angket

“Metode angket adalah sejumlah pernyataan yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadi

atau hal-hal yang diketahui dan pertanyaan yang bersifat tertulis”.

(Suharsimi Arikunto, 2002:128). Jenis angket yang digunakan adalah jenis

angket yang tertutup, yaitu angket yang memberi pernyataan sekaligus

disertai alternatif jawaban yang sudah tersedia (Suharto, 2003:129). Pada

penelitian ini, angket digunakan untuk mengungkap data sikap terhadap

interaksi sosial dalam pembelajaran matematika.

2. Metode Observasi

Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009:310), observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan berbentuk data faktual mengenai

dunia kenyataan. Data dikumpulkan dengan bantuan berbagai alat yang

sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang

sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas. Observasi digunakan untuk

mengetahui interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas.

3. Metode Tes

Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur ketrampilan, intelegensi, pengetahuan, kemampuan, atau

bakat yang dimiliki individu (Suharsimi Arikunto,2002:123). Dengan tes

(50)

hasil belajar, peneliti ingin mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian, instrumen dibagi menjadi tiga, yaitu instrumen

untuk mengungkap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas,

mengukur sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dan

instrumen untuk mengukur prestasi belajar siswa.

1. Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi

dalam pembelajaran matematika di kelas. Lembar observasi siswa ini

memuat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial dan faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial siswa selama pembelajaran matematika.

Untuk mengamati terjadinya interaksi sosial selama pembelajaran, peneliti

sebagai pengamat dan dibantu seorang pengamat yang masing-masing

pengamat akan mengamati 2 lajur tempat duduk siswa. Jadi data hasil

pengamatan akan ada 4, yaitu data dari masing-masing lajur tempat duduk

siswa. Kisi-kisi dari lembar observasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi

Aspek yang diamati Nomor Item Jumlah

Kontak Sosial 1 , 2 2

Komunikasi 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 7

(51)

33   

Aspek yang diamati Nomor Item Jumlah

Sugesti - 0

Identifikasi - 0

Simpati 10 , 11 2

Total 11

2. Kuesioner/Angket Sikap terhadap Interaksi Sosial Siswa

Kuesioner ini digunakan peneliti untuk mengetahui kategori sikap

terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Dipandang dari

cara menjawab, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tertutup, karena jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal

memilihnya. Dipandang dari prosedurnya, kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner langsung, karena kuesioner ini

langsung diberikan kepada responden dan dijawab oleh responden.

Hal-hal yang ditanyakan dalam kuesioner ini meliputi, syarat

terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi serta

aspek-aspek yang mendorong terjadinya interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti,

identifikasi, dan simpati. Sebaran item kuesioner untuk mendukung sikap

terhadap interaksi sosial dapat dilihat pada table di bawah ini.

(52)

Table 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial

Aspek yang

diamati

Nomor Item

Jumlah Positif Negatif

Kontak Sosial 1 , 2 , 3 , 4 , 7 , 10 5, 6 , 8 , 9 10

Komunikasi 11, 13, 15 , 17 14 , 16 , 18 7

Imitasi 19 , 21 , 24 20 4

Sugesti 22 , 23 , 24 25 4

Identifikasi 26 , 27 28 3

Simpati 29 , 30 , 31 12 , 32 5

Total 32

Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2007: 93), skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen atau sub komponen, yang

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang berupa

pernyataan. Skala Likert ini digunakan dalam bentuk checklist dengan 5 alternatif jawaban; Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (ST) = 4, Ragu-Ragu

(RR) = 3, Tidak Setuju (ST) =2, dan Sangat Tidak Setuju (STS)=1.

3. Tes Prestasi Belajar Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Tes diberikan

(53)

35   

Balok. Soal dalam tes mencakup seluruh materi pada bab Kubus dan Balok.

Soal test terdiri dari 8 butir soal uraian. Kisi-kisi dari tes prestasi belajar

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa

Sub Pokok Bahasan Indikator Nomor

Soal Jumlah

Sifat-sifat kubus dan

balok serta

bagian-bagiannya

Mengidentifikasi sifat-sifat

kubus dan balok serta

bagian-bagiannya melalui perhitungan

1, 2 2

Kerangka dan

jaring-jaring

Menemukan nilai dari

pengaplikasian kerangka dan

jaring-jaring dari kubus dan

balok

3a, 3b 2

Luas permukaan dan

volume

Menemukan nilai dari luas

pemukaan dan volume kubus

dan balok

4a, 4b,

5a, 5b

4

Total 8

F. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk menguji keandalan

instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik (Suharsimi Arikunto,

2002: 143). Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada 30 siswa di luar

anggota sampel tetapi masih dalam satu populasi.

(54)

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

dan validitas butir item. Validitas isi adalah validitas untuk mengukur

sejauh mana alat ukur tersebut dapat mewakili keseluruhan isi materi yang

diukur, dan dalam penelitian ini digunakan untuk tes prestasi belajar siswa.

Validitas butir item adalah validitas untuk mengukur tingkat persepsi atau

pemahaman respoden. Pada penelitian ini, valititas butir item digunakan

pada tes pretasi belajar dan angket sikap terhadap interaksi sosial dalam

pembelajaran matematika. Untuk mengukur validitas isi digunakan uji

pakar, yaitu dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII dan butir

item pada tes dan angket digunakan analisis korelasi Product Moment

dengan rumus sebagai berikut.

rxy =

(

)

( )

∑XY : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

∑X2 :Jumlah skor item kuadrat X

(55)

37   

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analisis product moment kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

a. Jika rxy lebih besar dari r tabel atau sama dengan r tabel, maka item

mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir

instrumen, sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap

data peneliti.

b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung

yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir

perlu digugurkan dalam mengungkapkan data peneliti.

c. Jika rxy negatif, maka butir item tidak mempunyai daya dukung

terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut tidak

dapat digunakan dalam mengungkapkan data penelitian.

2. Reliabilitas Instrumen

Alat ukur yang baik di samping mempunyai validitas yang tinggi,

juga harus reliabel, artinya memiliki tingkat keajegan meskipun sudah

berkali-kali diujikan (Arikunto, 2002:171). Reliabilitas sering diartikan

sebagai taraf kepercayaan. Untuk mengetahui besarnya reliabilitas pada

instrumen tes prestasi belajar dan angket sikap terhadap interaksi sosial

digunakan rumus Alpha Cronboach.

rii = ⎥

(56)

Keterangan :

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σs i2 = Jumlah variansi butir

s t2 = Variansi soal

Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen

tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data.

Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien

yang diperoleh di atas 0,60 (Imam Ghozali, 2002:133).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis dengan

penjelasan sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan sebaran data

apakah hasilnya berdistribusi normal atau tidak. Adapun analisis yang

digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan

analisis Chi-Kuadrat (χ2). Jika hasilnya menunjukkan distribusi

normal, analisis dapat dilanjutkan. Analisis chi-kuadrat (χ2)

menggunakan rumus sebagai berikut.

(57)

39   

: Frekuensi yang diobervasi

: Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2007:107).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Product Moment. Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

dengan dua atau lebih variabel independen. Rumus yang digunakan

sebagai berikut.

∑XY : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

∑X2 :Jumlah skor item kuadrat X

∑Y2 :Jumlah skor total kuadrat Y

(58)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ponjong yang beralamat di

Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Kondisi sekolah

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas,

ruang kerja, ruang perpustakaan, halaman sekolah, UKS, kamar mandi, dan kantin

sekolah. Kebersihan dan kerapian ruang selalu diperhatikan, yaitu setiap hari

sebelum pelajaran dimulai selalu dibersihkan oleh siswa yang piket kemudian

dikontrol ulang oleh penjaga sekolah. Fasilitas belajar yang ada di SMP Negeri 2

Ponjong adalah perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang laboratorium

Bahasa, laboratorium AVA, ruang keterampilan, dan ruang kesenian.

Ditinjau dari kuantitas gurunya, SMP Negeri 2 Ponjong mempunyai 30

orang guru, dengan 21 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 guru PNS

dipekerjakan, 5 pegawai tetap, dan 3 pegawai tidak tetap. Tingkat pendidikan para

guru di SMP Negeri 2 Ponjong mayoritas bergelar sarjana atau setara dengan

sarjana (S1). Keadaan kelas di SMP Negeri 2 Ponjong secara kuantitas terdiri dari

9 ruang kelas dengan jumlah masing-masing kelas adalah 30 siswa.

Kondisi kelas VIII C dan fasilitas yang digunakan untuk proses KBM

cukup memadai. Ruang kelas VIII C berukuran 7 X 9 meter, dengan 2 papan tulis,

2 papan flannel di belakang, 16 meja, 31 kursi, dan 4 pasang lampu penerangan.

(59)

41

siswa laki-laki. Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa kelas VIII C

tergolong sedang karena pekerjaan sebagian besar orang tua siswa adalah sebagai

petani dan buruh batu tambang.

B. Deskripsi Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menentukan jumlah butir pada

instrumen yang dinyatakan valid atau sahih. Untuk mengukur validitas

butir instrumen digunakan analisis korelasi Product Moment. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka butir mempunyai daya dukung yang besar terhadap

keseluruhan butir instrumen sehingga butir tersebut dipertahankan untuk

mengungkap data peneliti, sebaliknya jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka

butir pertanyaan mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap

keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut perlu digugurkan

karena tidak cukup kuat untuk mengungkapkan data.

Instrumen yang digunakan terdiri dari angket dengan jumlah 32

pertanyaan, lembar observasi, dan tes dengan jumlah 5 pertanyaan.

1) Angket Sikap Terhadap Interaksi Sosial

Angket yang dikerjakan siswa kemudian diuji validitasnya untuk

mengetahui daya dukung terhadap keseluruhan butir instrumen. Angket

diberikan kepada siswa setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran

yang dilakukan selama tiga kali pertemuan. Tujuannya adalah untuk

(60)

mengetahui persepsi siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil uji coba

angket yang dikerjakan oleh 30 siswa kemudian dianalisis nilai koefisien

korelasi masing-masing butir pertanyaan. Semakin tinggi nilai koefisien

korelasinya, maka semakin kuat untuk mengungkap data penelitian.

Sebagai contoh butir nomor 1 dengan perhitungan sebagai berikut.

rxy =

{

16620 16384

}{

12307020 12180100

}

446720

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi

(r hitung) sebesar 0,489. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan r

tabel pada taraf signifikan 5% dengan jumlah responden 30 sebesar 0,361.

Dapat dijelaskan bahwa nilia r hitung 0,489 di atas r tabel 0,361, sehingga

butir pertanyaan nomor 1 dinyatakan valid dan kuat untuk mengungkap

data penelitian. Rangkuman hasil uji validitas sikap terhadap interaksi

Gambar

Tabel 4.13 Kategori Skor Sikap terhadap Interaksi Sosial
Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi
Table 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

In fact, the idea of organizing this conference was the continuation of the International Workshop on Computational Intelligence and Supercomputing Technology for Adaptive

Strategi yang dikaji pada Rumah Tempe Indonesia adalah strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.. Strategi bauran

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai kewirausahaan (X) dan variabel terikat adalah keberhasilan usaha (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah

[r]

SEJAHTERA SELAMANYA, KAYA RAYA SELAMANYA , AND DENGAN HATI MENUJU TEMPAT TERTINGGI BY GEDE PRAMA. Muhammadiyah University

Gerinda merupakan alat yang berfungsi menggerinda benda kerja.awalnya gerinda hanya ditujukan untuk menggerinda benda kerja berupa logam yang keras seperti besi

antara lain, (1) penggunaan objek yang berbeda, penelitian ini menggunakan novel.. Bilangan Fu karya Ayu Utami, sedangakan penelitian tersebut menggunakan

• Sepak cungkil adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan jari kaki.. • Sepak cungkil digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh