iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4 : 13
Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan untuk :
•
Tuhan Yesus yang selalu mendampingi dan menyertaiku
•
Bapak, Ibu dan kakakku tercinta
•
Ghalih Sukmara Jhati penyemangatku
•
Serta para sahabat dan teman-teman semua yang telah
vi
ABSTRAK
Maharani Putri, 2013. Korelasi antara Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ponjong. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (1) interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (2) sikap siswa terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (3) prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong, dan (4) korelasi antara sikap siswa terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskriptif-korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP N 2 Ponjong tahun pelajaran 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah
sampel kelompok. Sampel dalam penelitian ini kelas VIII C dengan jumlah siswanya 30 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi untuk mengukur interaksi sosial, angket untuk mengukur sikap terhadap interaksi sosial dan tes untuk mengukur prestasi belajar. Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji korelasi Product Moment.
Berdasarkan hasil observasi tentang interaksi sosial dalam pembelajaran matematika pada pertemuan I, II, dan III, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar siswa di kelas VIII C dapat melakukan interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dengan cukup. Berdasarkan hasil analisis data angket sikap terhadap interaksi sosial, 4 responden termasuk dalam kategori skor sikap yang tinggi dengan frekuensi 13,33%, 14 responden dalam kategori skor sikap yang cukup dengan frekuensi 46,67%, dan 12 responden dalam kategori skor sikap yang rendah dengan frekuensi 40%. Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar, 21 responden termasuk dalam kategori prestasi belajar tinggi dengan frekuensi 70%, 8 responden dalam kategori prestasi belajar cukup dengan frekuensi 26,67%, dan 1 responden dalam kategori prestasi belajar rendah dengan frekuensi 3,33%. Berdasarkan hasil uji korelasi Product Moment, ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar siswa dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,414. Hal ini menunjukkan bahwa proses interaksi sosial mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran, terlebih dalam pembelajaran matematika di sekolah. Semakin baik sikap terhadap interaksi sosial, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa.
vii
ABSTRACT
Maharani Putri, 2013. Correlation between Attitudes to Social Interaction in Learning Mathematics and Mathematics Learning Achievement of Students in Class VIII of SMP N 2 Ponjong. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research objectives are to determine (1) the social interactions that occur in learning mathematics among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, (2) students’ attitudes to social interaction in the learning of mathematics among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, (3) the mathematics achievement the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong, and ( 4 ) the correlation between students' attitudes to social interaction and mathematics achievement among the students of class VIII of SMP N 2 Ponjong.
This study was a descriptive and correlation study. The population in this study consisted of the second semester of eighth grade student of SMP N 2 Ponjong in the academic year 2012/2013. The technique of the sampling was group sampling. The sample in this study consisted of 30 students ofclass VIII C. Methods of data collection were observational methods to measure social interaction, a questionnaire to measure attitudes to social interactions and a test to measure student achievement. Analysis of the data consisted of the normality test and product moment correlation analysis.
Based on the observation of social interaction in the learning of mathematics at the meetings I, II, and III, it can be stated that most of the students in class VIII C can perform social interaction in learning mathematics in the enough category. Based on the analysis of the questionnaire of attitudes toward social interaction, 4 respondents were included in the category of high attitude scores with frequency of 13.33 %, 14 respondents in the category score of sufficient attitude with the percentage of 46.67 %, and 12 respondents in the category of low attitude scores in the frequency of 40 %. Based on the analysis of student achievement, 21 respondents were included in the category of high achievement with the frequency of 70 % , 8 respondents in the category of sufficient achievement with the frequency of 26.67 %, and 1 respondent in the category of low learning achievement in the percentage of 3.33 % . Based on the test of Product Moment correlation, there is a positive and significant relationship between the attitudes to social interaction and student achievement with a correlation coefficient of 0.414. This suggests that the process of social interaction has an important role in learning, especially in the learning of mathematics in school.
Key words: attitudes, interactions, social interactions, learning achievement, learning mathematics
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan
skripsi ini. Namun, atas berkat dan rahmat dariNya, keterlibatan dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis akhirnya bisa
melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis,
antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, kritik, dan bimbingan kepada penulis selama penulisan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika
3. Bapak Dominikus Arif B.P, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan dosen penguji yang telah sabar membimbing, memotivasi, dan
memberikan saran maupun kritik kepada penulis
4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran pada penulisan skripsi ini.
5. Bapak Sugeng, Mbak Heni dan Mas Arif atas bantuannya dan keramahan
dalam melayani mahasiswa.
6. Kepala sekolah dan guru bidang studi matematika kelas VIII SMP N 2
Ponjong yang telah memberikan kemudahan dan membantu dalam
melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas VIII C SMP N 2 Ponjong, terima kasih atas bantuan selama
penulis melakukan penelitian.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Batasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap terhadap Interaksi Sosial ... 8
xii
1. Pengertian Sikap ... 8
2. Pengertian Interaksi Sosial ... 8
3. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 9
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 11
B. Prestasi Belajar Matematika ... 13
1. Pembelajaran Matematika ... 13
2. Komponen Pembelajaran Matematika ... 15
3. Prestasi Belajar ... 20
4. Prestasi Belajar Matematika ... 22
C. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 26
D. Kerangka Berpikir ... 27
E. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
1. Populasi ... 29
2. Sampel ... 30
C. Variabel Penelitian ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
1. Metode Angket ... 31
2. Metode Observasi... 31
3. Metode Tes ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
xiii
2. Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial ... 33
3. Tes Prestasi Belajar Siswa ... 34
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 36
2. Reliabilitas Instrumen ... 37
G. Teknik Analisis Data ... 38
1. Uji Normalitas ... 38
2. Uji Korelasi Product Moment ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40
B. Deskripsi Data ... 41
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41
2. Pelaksanaan Penelitian ... 48
3. Deskripsi Hasil Observasi, Angket dan Tes ... 55
4. Analisis Data ... 63
C. Pembahasan ... 65
1. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 65
2. Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika ... 67
3. Prestasi Belajar ... 68
4. Hasil Uji Hipotesis ... 69
D. Keterbatasan Penelitian ... 70
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial 34
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa 35
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Interaksi
Sosial
43
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Prestasi Belajar 45
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas 48
Tabel 4.4 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam
Pembelajaran MatematikaPertemuan I
49
Tabel 4.5 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 50
Tabel 4.6 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Pertemuan II
51
Tabel 4.7 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 52
Tabel 4.8 Hasil Observasi Interaksi Sosial Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Pertemuan III
53
Tabel 4.9 Aktivitas Interaksi Sosial yang sering dilakukan siswa 55
Tabel 4.10 Perbandingan Interaksi Sosial pada setiap Pertemuan 56
Tabel 4.11 Kriteria Hasil Observasi Interaksi Sosial 57
Tabel 4.12 Deskripsi Data Penelitian 58
xvi
Tabel 4.13 Kategori Skor Sikap terhadap Interaksi Sosial 59
Tabel 4.14 Hasil Tes 60
Tabel 4.15 Deskripsi Data Penelitian 61
Tabel 4.16 Kategori Skor Prestasi Belajar 62
Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji Normalitas 63
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ... 76
A. Surat ijin penelitian ... 77
B. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 78
LAMPIRAN 2 ... 79
A. Lembar observasi ... 80
B. Kuesioner sikap terhadap interaksi sosial ... 81
C. Soal tes prestasi belajari ... 86
D. Kunci jawaban tes prestasi belajarl ... 87
LAMPIRAN 3 ... 90
A. Tabulasi data uji coba sikap terhadap interaksi sosial ... 91
B. Hasil uji validitas sikap terhadap interaksi sosial ... 97
C. Hasil uji reliabilitas sikap tehadap interaksi sosial ... 100
D. Tabulasi data uji coba prestasi belajar ... 102
E. Hasil uji validitas prestasi belajar ... 104
F. Hasil uji reliabilitas prestasi belajar ... 105
LAMPIRAN 4 ... 106
A. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan I ... 107
B. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan II ... 111
C. Hasil pengamatan interaksi sosial pertemuan III ... 115
xviii
LAMPIRAN 5 ... 119
A. Tabulasi data sikap terhadap interaksi sosial ... 120
B. Tabulasi data prestasi belajar ... 122
C. Hasil uji deskripsi data penelitian ... 123
D. Hasil uji normalitas ... 128
E. Hasil uji korelasi Product Moment ... 130
LAMPIRAN 6 ... 131
A. Tabel nilai-nilai Chi Kuadrat ... 132
B. Tabel R ... 133
LAMPIRAN 7 ... 134
A. Foto penelitian ... 135
LAMPIRAN 8 ... 137
A. Hasil pekerjaan siswa ... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan
suatu bangsa dalam membangun watak bangsa. Dengan adanya pendidikan
diharapkan dapat membangun kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan
pendidikan yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan
Pendidikan Nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional bab 2 pasal 3, yaitu :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Salah satu indikator keberhasilan dari proses pendidikan adalah melalui
kualitas dari prestasi belajar siswa, serta kemampuan siswa untuk terus
bereksistensi dalam lingkungannya. Peningkatan prestasi belajar siswa didukung
oleh adanya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik dari motivasi belajar. Faktor
intrinsik seperti bakat dan minat, kecerdasan intelegensi, serta kreativitas dan
gaya belajar siswa. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lingkungan dalam bentuk
interaksi sosial baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat, serta sarana dan
prasarana yang menunjang dalam proses pendidikan.
Dalam kehidupan nyata, manusia adalah makhluk individu dan makhluk
sosial. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia tidak dapat hidup terlepas
dari individu lain atau dengan kata lain setiap manusia membutuhkan bantuan
dari individu lain. Secara kodrati dapat dikatakan bahwa manusia akan selalu
hidup bersama. Hidup bersama antara manusia berlangsung dalam berbagai
bentuk perhubungan atau komunikasi dan di dalam berbagai situasi. Dalam
kehidupan seperti inilah akan terjadi suatu interaksi. Dengan demikian dalam
kegiatan hidup manusia akan selalu terjadi proses interaksi yang disengaja atau
tidak disengaja, baik interaksi dengan sesama, interaksi dengan lingkungan,
maupun interaksi dengan Tuhan ( Sardirman, 1986:1 )
Proses interaksi selalu terjadi dalam kegiatan pembelajaran, terlebih dalam
pembelajaran matematika di sekolah. Matematika merupakan salah satu ilmu
dasar untuk melatih berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan
bekerja sama yang efektif. Dalam kegiatan belajar di kelas, terjadilah interaksi
sosial yang berkaitan dengan hubungan interaktif antara siswa dengan guru dan
juga antara siswa yang satu yang berkaitan dengan hubungan interaktif antara
siswa dengan guru dan juga antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Interaksi sosial ini terjadi ketika guru dan siswa saling berdiskusi dan saling
melakukan tanya jawab. Salah satu hal yang membuat pembelajaran berhasil
adalah karena adanya interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswanya.
Artinya bahwa siswa perlu dilibatkan dalam menyelesaikan masalah-masalah
3
kerjasama dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa membutuhkan interaksi sosial antar pihak-pihak yang terkait
dengan pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman peneliti, hubungan yang baik di dalam kelas baik
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sangatlah penting untuk
mendukung prestasi belajar. Sikap terhadap interaksi sosial yang tinggi yang
dimiliki oleh siswa mengakibatkan mereka memiliki hubungan yang baik dengan
siswa dan siswi lain, sehingga mereka dapat saling memberi dukungan untuk
mencapai suatu prestasi yang maksimal. Dengan bekerja sama tersebut cenderung
akan saling membantu dan mendukung dalam menghadapi kesulitan belajar untuk
bersama-sama mencapai prestasi belajar yang optimal.
Dalam suatu interaksi, siswa harus dapat mengemukakan pendapat/idenya
kepada orang lain baik itu siswa lain maupun gurunya, supaya memperoleh
masukan berupa informasi dan akhirnya dapat digunakan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pemahamannya. Dalam pembelajaran diperlukan situasi
dan kondisi yang mendukung dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa
dalam menerima maupun menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru
mempunyai peranan penting untuk membuat kondisi menjadi mendukung dan
menyenangkan dalam pembelajaran. Peranan guru misalnya saja jika ada siswa
yang membuat kesalahan dalam mengerjakan ataupun dalam memecahkan
masalah, guru jangan menertawakan pendapat/ide siswa tersebut tetapi guru
haruslah bisa menghargai pendapat/ide dari siswa. Selain itu guru juga jangan
memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan dalam
mengerjakan ataupun dalam memecahkan masalah karena dengan menghukum,
dapat mengecilkan mental siswa untuk berani maju mengerjakan lagi.
Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui interaksi sosial yang
terjadi dalam pembelajaran matematika dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk mengetahui korelasi
antara sikap terhadap interaksi sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika
dengan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Dengan melihat gejala-gejala diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Korelasi antara Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika
dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ponjong”.
B.
Identifikasi Masalah
1.
Interaksi sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika belum banyak
diteliti.
2.
Hubungan antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran
matematika dengan pretasi belajar siswa dalam matematika belum banyak
diketahui.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
5
1.
Bagaimana interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di
kelas VIII SMP N 2 Ponjong?
2.
Bagaimana sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di
kelas VIII SMP N 2 Ponjong?
3.
Bagaimana prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong?
4.
Apakah terdapat korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam
pembelajaran matematika dengan prestasi belajar Matematika pada siswa
kelas VIII SMP N 2 Ponjong?
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1.
Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII
SMP N 2 Ponjong
2.
Sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas VIII
SMP N 2 Ponjong.
3.
Prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.
4.
Korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran
matematika dengan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas VIII SMP N
2 Ponjong.
E.
Batasan Istilah
1.
Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan individu
lain yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun
tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.
2.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih yang
dilakukan dengan kontak sosial yang positif disertai dengan komunikasi yang
mampu mengutarakan maksud dari keinginan individu untuk mencapai tujuan
kebutuhan yang jelas, serta berdaya guna bagi individu-individu yang
bersangkutan ketika pembelajaran. Interaksi sosial yang diteliti adalah
interaksi sosial di dalam pembelajaran matematika yang terjadi dalam kelas
pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi sosial di luar pembelajaran
matematika dan interaksi sosial pada saat yang lain tidak diamati.
3.
Sikap terhadap Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika
Sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika adalah
kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap
aktivitas interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Sikap terhadap
interaksi sosial dalam pembelajaran matematika digambarkan melalui persepsi
siswa, baik positif atau negatif terhadap berbagai kegiatan atau interaksi sosial
7
4.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah skor yang diperoleh siswa melalui tes tentang
pemahaman pengetahuan yang diperoleh siswa. Pada penelitian ini, tes
prestasi hanya dibatasi pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan Balok).
F.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, dapat memberikan masukan bagi peneliti
sebagai calon guru dalm memahami bentuk-bentuk interaksi.Sehingga ketika
melaksanakan kegiatan mengajar di lapangan, peneliti bisa mendapat
pengalaman bahwa interaksi di kelas ada bermacam-macam bentuknya.
2.
Bagi Guru
Dengan penelitian ini, guru dapat mengetahui bentuk-bentuk interaksi
sosial yang terjadi dalam pembelajaran matematika sehingga bisa digunakan
sebagai salah satu informasi dalam pemakaian suatu metode dalam
pembelajaran yang sesuai dengan materi agar siswa mendapat prestasi belajar
yang optimal
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sikap terhadap Interaksi Sosial 1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan perilaku yang dimiliki oleh seseorang dan
tertanam sejak dini yang mana perilaku tersebut berbeda-beda. Menurut
Howard dan kindler (1974) dalam Gerungan (2009:79), “sikap merupakan
kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus
terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan
suatu kecenderungan untuk mendapat atau menghindar, positif atau negatif
terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide,
dan konsep dan sebagainya”.
Menurut Saifudin Azwar (2005:64), “sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi terhadap suatu objek, memihak atau tidak memihak
yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), predisposisi tindakan (ponasi) seseorang terhadap
suatu aspek terhadap lingkungan di sekitarnya”.
2. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut H. Bonner (dalam Gerungan, 2009:62), “interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana
9
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”
Koestoer Partowisastro (1983:11) memberikan pengertian interaksi
sosial adalah relasi sosial yang menunjukkan berbagai jenis relasi sosial
dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu, kelompok dan
kelompok, ataukah individu dan kelompok. Di dalam interaksi sosial
berlangsung hubungan individu yang satu dengan individu yang lain,
dimana individu yang pertama menyesuaikan dirinya dengan individu
yang lain, dan yang lain terhadap yang pertama.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana
individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah dan
memperbaiki tingkah laku individu tersebut yang dapat dilakukan secara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok yang lain.
3. Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Koestoer Partowisastro (1983:12-16), syarat terjadinya
interaksi sosial karena adanya 2 macam kondisi yaitu sebagai berikut.
a. Kontak Sosial
Kontak sosial merupakan fase pertama dari interaksi sosial.
Kontak sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan
individu lain yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan,
percakapan, maupun tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.
Kontak sosial dapat bersifat positif maupun negatif. Kontak sosial
positif terjadi bila disertai dengan adanya respon dari individu atau
kelompok lain, sedangkan kontak negatif terjadi bila tidak ada respon
sama sekali dari individu atau kelompok lain.
Kontak sosial juga terbagi menjadi kontak sosial primer dan
kontak sosial sekunder. Kontak sosial primer terjadi bila yang akan
mengadakan hubungan saling bertemu atau bertatap muka sehingga
menimbulkan impressi (kesan) timbal balik dari kedua orang tersebut.
Sedangkan kotak sosial sekunder terjadi dengan menggunakan
perantara, baik melalui orang lain atau menggunakan media perantara
lain, misalnya telepon. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga
bentuk yaitu sebagai berikut.
1) Kontak antar individu.
Kontak antar individu adalah kontak yang terjadi antar individu
satu dengan individu yang lain. Contoh : kontak antar siswa satu
dengan siswa yang lain, seorang siswa dengan gurunya.
2) Kontak antar kelompok
Kontak antar kelompok adalah kontak yang terjadi antar suatu
kelompok dengan kelompok lain. Contoh : kontak antar dua
11
3) Kontak antara individu dengan suatu kelompok
Kontak antara individu dengan suatu kelompok adalah kontak yang
terjadi antara seorang individu dengan suatu kelompok. Contoh:
kontak antara guru dengan siswa di dalam kelas.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan pesan dari komunikator (penyampai
pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Komunikasi berlangsung
apabila seseorang menyampaikan suatu rangsangan yang kemudian
memperoleh arti tertentu yang direspon oleh orang lain.
Kontak tanpa adanya komunikasi tidak menimbulkan interaksi
sosial. Komunikasi merupakan kelanjutan dari kontak sosial yang
sebagian besar ditentukan melalui interpretasi dari masing-masing
individu yang melakukan kontak sosial. Melalui komunikasi,
pandangan atau pikiran individu atau kelompok dapat dimengerti oleh
individu atau kelompok lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Soetarno (1989:21-24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi interaksi sosial antar individu ada 4 macam yang
dijelaskan sebagai berikut.
a. Imitasi
Dalam kehidupan sehari-hari imitasi berarti peniruan. Imitasi
terbagi menjadi dua, yaitu imitasi positif dan imitasi negatif. Imitasi
positif berarti peniruan perilaku terhadap tokoh atau figure yang
bersifat baik. Sedangkan imitasi negatif berarti peniruan perilaku
terhadap tokoh atau figure yang bersifat tidak baik. Imitasi negatif
dapat menghambat interaksi sosial
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin
pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif misalnya, yang
ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Kecuali daripada
itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan
pengembangan daya kreasi seseorang
b. Sugesti
Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana
seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Gerungan, 2009:65).
c. Identifikasi
“Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain” (Gerungan, 2009:72). Pada awalnya,
anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya, tetapi lambat laun,
setelah ia berkembang di sekolah dan menjadi remaja, tempat
identifikasi dapat beralih dari orang tuanya ke orang-orang yang
dianggapnya terhormat atau bernilai tinggi, misalnya guru. Identifikasi
13
suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang
dianggapnya ideal, dan yang masih merupakan kekurangan pada
dirinya.
d. Simpati
“Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap
yang lain”. (Gerungan, 2009:75-76). Simpati hanya dapat berkembang
dalam suatu kerja sama antar dua atau lebih orang, yang menjamin
terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapat
diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan
hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan
yang lainnya. Tujuan simpati baru terlaksana apabila terdapat
hubungan kerja sama tadi.
B. Prestasi Belajar Matematika 1. Pembelajaran Matematika
Menurut Wina Sanjaya (2008:26), pembelajaran adalah proses
kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan
sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu
sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki siswa
termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar siswa seperti
lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak
hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan
tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Menurut Sardiman (2012:12), pembelajaran adalah proses yang
berfungsi membimbing para siswa di dalam kehidupan, yakni
membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan
yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan
mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan
juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian, ditinjau secara
luas, manusia yang hidup dan berkembang itu adalah manusia yang selalu
berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar.
Ebut dan Straker (dalam Marsigit, 2009) mendefinisikan
matematika di sekolah sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan;
memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan; hasil-hasil
matematikan perlu dikomunikasikan; kegiatan problem solving adalah bagian dari kegiatan matematika; algoritma merupakan prosedur untuk
memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika; dan interaksi sosial
diperlukan dalam kegiatan matematika.
Marsigit (2009) menyatakan peran pentingnya matematika dalam
kehidupan, maka matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan
menjadi kegiatan yang menyenangkan. Tujuan dari pembelajaran
matematika adalah melatih siswa berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
15
mengembangkan gagasan atau ide melalui tulisan, pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, atau diagram. Oleh karena itu setiap siswa perlu
memiliki penguasaan matematika untuk dapat memahami dunia dan
berhasil dalam kariernya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa maupun potensi yang ada di luar
siswa untuk mempelajari matematika sebagai mata pelajaran yang melatih
siswa berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan
aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi
dan dugaan serta mengembangkan gagasan atau ide. Hal ini jelas bahwa
pembelajaran matematika menuntut adanya kerja sama antara guru dan
siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang
konsep-konsep pembelajaran matematika.
2. Komponen Pembelajaran Matematika
Dalam proses pembelajaran Matematika, komponen-komponen
tersebut tidak dapat berdiri sendiri atau terpisah, tetapi saling mendukung
satu sama lain. Untuk mencapai kualitas pembelajaran mutlak diperlukan
kualitas setiap komponen dalam pembelajaran. Ini dimaksudkan agar
proses belajar memiliki tolak ukur yang konstan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Menurut Wina Sanjaya (2008:9), komponen sistem
pembelajaran adalah siswa, tujuan pembelajaran, kondisi pembelajaran,
dan sumber-sumber belajar dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk
membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan
perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari
segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam
perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan
dasar, minat dan bakar, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu
sendiri.
Analisis siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum
merencanakan suatu proses perencanaan pembelajaran. Dalam
kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subyek yang belajar. Dari
proses belajar mengajar inilah diharapkan siswa dapat meningkatan
dan mengembangan perilaku kehidupan yang akan tercermin dalam
kehidupan sehari-hari baik aspek intelektual atau kognitif, emosional
atau afektif maupun ketrampilan atau psikomotor. Setiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan sangat unik. Untuk
itu, guru perlu memperhatikan setiap kemampuan siswa dengan selalu
mengarahkan mereka pada peningkatan kualitas belajar yang lebih
17
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah komponen terpenting dalam
pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Dalam
kontek pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi
dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya, tujuan
penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga
pendidikan itu sendiri, misalnya:
1) Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang
pemesinan
2) Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa
3) Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang
efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan
lain sebagainya.
Selanjutnya tujuan yang bersifat umum itu diterjemahkan
menjadi tujuan yang lebih spesifik, misalnya:
1) Mempersiapkan siswa agar menguasai bidang permesinan jenis
tertentu (contohnya mesin diesel)
2) Memberikan pelajaran agar siswa memiliki kemampuan dalam
membaca, menulis dan berhitung
3) Menjamin agar lulusan memiliki kemampuan untuk dapat berkarier
atau bekerja dalam bidang ekonomi, consumber information, musik dan seni, serta bidang olahraga.
Tujuan-tujuan tersebut sebenarnya merupakan arah yang harus
dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Artinya, tujuan-tujuan
khusus, yang dirumuskan harus berorientasi pada pencapaian tujuan
umum tersebut. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru
meliputi:
1) Pengetahuan, infomasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif
2) Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif
3) Berbagai keterampilan sebagai bidang psikomotorik
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan merupakan salah satu komponen yang melandasi setiap aktivitas
atau kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Artinya bahwa proses
belajar mengajar merupakan kegiatan mencapai tujuan. Tujuan dapat
juga diartikan sebagai petunjuk praktis bagi pelaksanaan kegiatan.
Tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai, proses pembelajaran tidak
akan berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
merupakan komponen dasar yang harus dimiliki oleh setiap sekolah
dan harus diformulasikan dengan tepat.
c. Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah berbagai pengalaman belajar
yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang
telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa
19
pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri. Demikian
juga dalam mendesain pembelajaran desainer perlu menciptakan
kondisi agar siswa dapat belajar dengan penuh motivasi dan gairah.
Oleh sebab itu, tugas guru adalah memfasilitasi pada siswa agar
mereka belajar sesuai dengan minat, motivasi, dan gayanya sendiri.
Semua itu bisa dirancang melalui pendekatan belajar secara klasikal
dalam kelompok kelas besar, kelompok kelas kecil dan bahkan belajar
secara mandiri. Namun demikian, walaupun para desainer
menggunakan berbagai pendekatan pada akhirnya sasaran akhir adalah
bagaimana agar setiap individu dapat belajar. Oleh karena itu, tekanan
dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.
d. Sumber-Sumber Belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Di
dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan
alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan
dan ahli media, dan siapa yang berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam
proses merencanakan pembelajaran, perencana harus dapat
menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam
memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Sedangkan dalam
mendesain pembelajaran pada desainer perlu menentukan sumber
belajar ada dan bagiamana memanfaatkannya.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
sumber-sumber belajar untuk pengalaman riil yakni segenap media
pembelajaran yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Hal ini akan
menimbulkan pengertian atau konsep yang sangat teliti dan mendalam
yang tidak akan dicapai hanya dengan menggunakan sumber belajar
yang menimbulkan pengalaman buatan ataupun pengalaman verbal.
Namun tidak semua pengalaman dapat dialami secara riil atau nyata.
Oleh karena itu, ada konsep yang diperoleh melalui pengalaman riil
dan ada konsep yang diperoleh melalui pengalaman buatan atau pun
pengalaman verbal. Dalam pembelajaran Matematika, media atau pun
alat bantu sangat penting untuk mencapai tujuan pengajaran.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang
diperoleh siswa melalui proses belajar dalam kurun waktu tertentu.
Dalam hal ini prestasi belajar merupakan penguasaan yang dicapai
oleh siswa dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar ini mencerminkan
keberhasilan proses belajar yang dikembangkan. Artinya bahwa siswa
21
proses belajar berlangsung sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi
belajar mereka.
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi“
dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu sebelum
pengertian “prestasi belajar” dibicarakan ada baiknya kedua kata itu
dijelaskan artinya satu persatu.
“Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik” (Syaiful Bahri Djamarah, 2004:21)
Menurut Abu Achmadi (2002: 787), ”prestasi belajar berarti
hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran”. Jadi prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka
yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian yang
dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata
pelajaran tertentu dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh
guru kelasnya setelah melaksanakan tugas. Dapat diartikan bahwa
prestasi adalah hasil yang dicapai pada waktu tertentu dalam
melakukan usaha supaya mendapat kemajuan kegiatan belajar yang
diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi.
Menurut Catharina (2006:84), prestasi belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami
aktivitas belajar. Tidak semua perubahan tingkah laku dapat
dikategorikan sebagai suatu hasil belajar. Ada beberapa persyaratan,
sehingga suatu perolehan perubahan tingkah laku baru dapat diartikan
sebagai hasil belajar. Persyaratan itu adalah bahwa hasil belajar itu
merupakan pencapaian dari suatu tujuan belajar. Hasil belajar itu
merupakan usaha dari kegiatan yang disadari, belajar itu sendiri
merupakan proses latihan yang berfungsi efektif untuk jangka waktu
tertentu dan hasil belajar itu perlu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah
kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses
pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur
yang kualitasnya baik. Alat ukur tersebut adalah tes prestasi belajar
yang mengacu kepada ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Tes
prestasi belajar sendiri merupakan cermin keberhasilan siswa dalam
proses belajar di sekolah. Demikian pentingnya arti prestasi belajar,
maka usaha dalam pendidikan diarahkan pada peningkatan prestasi
belajar.
4. Prestasi Belajar Matematika
Hasil belajar matematika merupakan hasil yang telah dicapai oleh
23
dilihat dari evaluasi yang merupakan nilai yang menunjukkan
keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan materi di
dalamnya.
Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda dengan siswa
lainnya. Perbedaan tingkat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wina
Sanjaya (2008:15), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru,
siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan.
a. Faktor Guru
Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan
komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan
orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam
sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer)
atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator dan
atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk
memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik
siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya
dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan
desain pembelajaran.
Dalam melaksanakan perannya sebagai implementator
rencana dan desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan
sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarkannya akan
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).
Dengan demikian efektivitas proses keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak
selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik
lain yang melekat pada diri anak.
Sikap dan penampilan siswa dalam pembelajaran juga
merupakan aspek lain yang dapat mempengaruhi sistem
pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan
ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikti juga ditemukan siswa
yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan
mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab,
bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, sedangkan
25
mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran.
d. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di
dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi
kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas
berkecenderungan:
1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan
jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit
2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan
menggunakan semua sumber daya yang ada
3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini
disebabkan kelompok besar yang terlalu banyak akan
mendapatkan pelayanan yang terbatas dari guru
4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin nampak,
sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan
5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan
semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk
sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru
6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung
semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif
dalam setiap kegiatan kelompok.
C. Interaksi Sosial dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Sutarto Hadi (2005), bentuk-bentuk interaksi sosial dalam
pembelajaran matematika yang terjadi di kelas sebagai berikut.
1. Siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang
diberikannya
2. Memahami jawaban temannya (siswa lain)
3. Menyatakan setuju terhadap jawaban temannya
4. Menyatakan ketidaksetujuan terhadap ide (gagasan) tertentu
5. Mencari alternatif penyelesaian yang lain
6. Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap
hasil pelajaran
Dengan demikian bentuk-bentuk interaksi dalam proses pembelajaran
matematika pada umumnya adalah adanya penjelasan dan pemberian
kesempatan baik dari guru maupun dari siswa terhadap jawaban yang
27
atau guru, adanya alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika adalah
kencenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap
aktivitas interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Sikap terhadap
interaksi sosial dalam pembelajaran matematika digambarkan melalui persepsi
siswa, baik positif atau negatif terhadap berbagai kegiatan atau interaksi sosial
dalam pembelajaran matematika. Interaksi sosial yang diteliti adalah interaksi
sosial di dalam pembelajaran matematika yang terjadi dalam kelas pada saat
pembelajaran berlangsung. Interaksi sosial di luar pembelajaran matematika
dan interaksi sosial pada saat yang lain tidak diamati.
D. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa disekolah ditentukan oleh banyak faktor. Dari
sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika
pada penelitian ini dibatasi pada interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan interaktif antara siswa dan guru serta antara siswa dengan siswa.
Setiap individu memegang peranan penting dalam proses interaksi sosial.
Interaksi ini bertujuan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya.
Guru hanya mengawasi dan mengarahkan serta membimbing siswa belajar.
Selain itu, membuat kondisi menjadi mendukung dan menyenangkan dalam
pembelajaran. Diharapkan dengan adanya sikap terhadap interaksi sosial ini
bisa membantu siswa mencapai prestasi yang optimal.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis di atas dan kerangka berfikir sebelumnya,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada korelasi positif
dan signifikan sikap terhadap interaksi sosial dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dekspritif-korelasional.
Menurut Suhardi Sigit (2003: 171), penelitian deskriptif adalah penelitian
yang fenomena yang sudah terjadi. Dalam hal ini dilakukan dengan apa
adanya tanpa memanipulasi data. Selain itu, penelitian ini merupakan jenis
penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan
ada tidaknya hubungan antara dua variable dan bagaimanan bentuk hubungan
itu (Suharsimi Arikunto, 2002:239). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
korelasi antara sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Ponjong Tahun
Ajaran 2012/2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Suharto (2003:81), populasi adalah keseluruhan semesta
dan kesemestaan dan dapat didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu
kesatuan orang, kejadian, atau benda yang akan dijadikan sasaran
generalisasi hasil-hasil penelitian. Dapat dinyatakan bahwa populasi
merupakan kumpulan, kelompok yang anggota-anggotanya berujud orang,
kejadian, dan benda. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2002:173). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII semester genap SMP N 2 Ponjong tahun pelajaran
2012/2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2002:174). Teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah sampel kelompok (cluster sample). Sampel kelompok adalah sampel yang terdiri atas sejumlah individu yang sejak semula sudah
tergabung dalam kelompok tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut,
sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang berada di kelas
VIII C dengan jumlah 30 siswa.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:38). Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu sikap terhadap interaksi sosial
yang diukur melalui kontak sosial, komunikasi, imitasi, sugesti, identifikasi
dan simpati dan prestasi belajar natenatika yang diukur melalui nilai tes.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam
31
dengan penelitian untuk memperoleh data (Arikunto, 2002:89). Metode yang
digunakan adalah metode angket dan dokumentasi.
1. Metode Angket
“Metode angket adalah sejumlah pernyataan yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadi
atau hal-hal yang diketahui dan pertanyaan yang bersifat tertulis”.
(Suharsimi Arikunto, 2002:128). Jenis angket yang digunakan adalah jenis
angket yang tertutup, yaitu angket yang memberi pernyataan sekaligus
disertai alternatif jawaban yang sudah tersedia (Suharto, 2003:129). Pada
penelitian ini, angket digunakan untuk mengungkap data sikap terhadap
interaksi sosial dalam pembelajaran matematika.
2. Metode Observasi
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009:310), observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan berbentuk data faktual mengenai
dunia kenyataan. Data dikumpulkan dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang
sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas. Observasi digunakan untuk
mengetahui interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas.
3. Metode Tes
Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, intelegensi, pengetahuan, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki individu (Suharsimi Arikunto,2002:123). Dengan tes
hasil belajar, peneliti ingin mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian, instrumen dibagi menjadi tiga, yaitu instrumen
untuk mengungkap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika di kelas,
mengukur sikap terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika dan
instrumen untuk mengukur prestasi belajar siswa.
1. Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi
dalam pembelajaran matematika di kelas. Lembar observasi siswa ini
memuat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial siswa selama pembelajaran matematika.
Untuk mengamati terjadinya interaksi sosial selama pembelajaran, peneliti
sebagai pengamat dan dibantu seorang pengamat yang masing-masing
pengamat akan mengamati 2 lajur tempat duduk siswa. Jadi data hasil
pengamatan akan ada 4, yaitu data dari masing-masing lajur tempat duduk
siswa. Kisi-kisi dari lembar observasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek yang diamati Nomor Item Jumlah
Kontak Sosial 1 , 2 2
Komunikasi 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 7
33
Aspek yang diamati Nomor Item Jumlah
Sugesti - 0
Identifikasi - 0
Simpati 10 , 11 2
Total 11
2. Kuesioner/Angket Sikap terhadap Interaksi Sosial Siswa
Kuesioner ini digunakan peneliti untuk mengetahui kategori sikap
terhadap interaksi sosial dalam pembelajaran matematika. Dipandang dari
cara menjawab, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tertutup, karena jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal
memilihnya. Dipandang dari prosedurnya, kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner langsung, karena kuesioner ini
langsung diberikan kepada responden dan dijawab oleh responden.
Hal-hal yang ditanyakan dalam kuesioner ini meliputi, syarat
terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi serta
aspek-aspek yang mendorong terjadinya interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati. Sebaran item kuesioner untuk mendukung sikap
terhadap interaksi sosial dapat dilihat pada table di bawah ini.
Table 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial
Aspek yang
diamati
Nomor Item
Jumlah Positif Negatif
Kontak Sosial 1 , 2 , 3 , 4 , 7 , 10 5, 6 , 8 , 9 10
Komunikasi 11, 13, 15 , 17 14 , 16 , 18 7
Imitasi 19 , 21 , 24 20 4
Sugesti 22 , 23 , 24 25 4
Identifikasi 26 , 27 28 3
Simpati 29 , 30 , 31 12 , 32 5
Total 32
Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2007: 93), skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen atau sub komponen, yang
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang berupa
pernyataan. Skala Likert ini digunakan dalam bentuk checklist dengan 5 alternatif jawaban; Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (ST) = 4, Ragu-Ragu
(RR) = 3, Tidak Setuju (ST) =2, dan Sangat Tidak Setuju (STS)=1.
3. Tes Prestasi Belajar Siswa
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Tes diberikan
35
Balok. Soal dalam tes mencakup seluruh materi pada bab Kubus dan Balok.
Soal test terdiri dari 8 butir soal uraian. Kisi-kisi dari tes prestasi belajar
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa
Sub Pokok Bahasan Indikator Nomor
Soal Jumlah
Sifat-sifat kubus dan
balok serta
bagian-bagiannya
Mengidentifikasi sifat-sifat
kubus dan balok serta
bagian-bagiannya melalui perhitungan
1, 2 2
Kerangka dan
jaring-jaring
Menemukan nilai dari
pengaplikasian kerangka dan
jaring-jaring dari kubus dan
balok
3a, 3b 2
Luas permukaan dan
volume
Menemukan nilai dari luas
pemukaan dan volume kubus
dan balok
4a, 4b,
5a, 5b
4
Total 8
F. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk menguji keandalan
instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik (Suharsimi Arikunto,
2002: 143). Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada 30 siswa di luar
anggota sampel tetapi masih dalam satu populasi.
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
dan validitas butir item. Validitas isi adalah validitas untuk mengukur
sejauh mana alat ukur tersebut dapat mewakili keseluruhan isi materi yang
diukur, dan dalam penelitian ini digunakan untuk tes prestasi belajar siswa.
Validitas butir item adalah validitas untuk mengukur tingkat persepsi atau
pemahaman respoden. Pada penelitian ini, valititas butir item digunakan
pada tes pretasi belajar dan angket sikap terhadap interaksi sosial dalam
pembelajaran matematika. Untuk mengukur validitas isi digunakan uji
pakar, yaitu dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII dan butir
item pada tes dan angket digunakan analisis korelasi Product Moment
dengan rumus sebagai berikut.
rxy =
(
)
( )
∑XY : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
∑X2 :Jumlah skor item kuadrat X
37
Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analisis product moment kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut.
a. Jika rxy lebih besar dari r tabel atau sama dengan r tabel, maka item
mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir
instrumen, sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap
data peneliti.
b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung
yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir
perlu digugurkan dalam mengungkapkan data peneliti.
c. Jika rxy negatif, maka butir item tidak mempunyai daya dukung
terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut tidak
dapat digunakan dalam mengungkapkan data penelitian.
2. Reliabilitas Instrumen
Alat ukur yang baik di samping mempunyai validitas yang tinggi,
juga harus reliabel, artinya memiliki tingkat keajegan meskipun sudah
berkali-kali diujikan (Arikunto, 2002:171). Reliabilitas sering diartikan
sebagai taraf kepercayaan. Untuk mengetahui besarnya reliabilitas pada
instrumen tes prestasi belajar dan angket sikap terhadap interaksi sosial
digunakan rumus Alpha Cronboach.
rii = ⎥
Keterangan :
rii = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σs i2 = Jumlah variansi butir
s t2 = Variansi soal
Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen
tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data.
Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien
yang diperoleh di atas 0,60 (Imam Ghozali, 2002:133).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis dengan
penjelasan sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan sebaran data
apakah hasilnya berdistribusi normal atau tidak. Adapun analisis yang
digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan
analisis Chi-Kuadrat (χ2). Jika hasilnya menunjukkan distribusi
normal, analisis dapat dilanjutkan. Analisis chi-kuadrat (χ2)
menggunakan rumus sebagai berikut.
39
: Frekuensi yang diobervasi
: Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2007:107).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi
Product Moment. Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
dengan dua atau lebih variabel independen. Rumus yang digunakan
sebagai berikut.
∑XY : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
∑X2 :Jumlah skor item kuadrat X
∑Y2 :Jumlah skor total kuadrat Y
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ponjong yang beralamat di
Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Kondisi sekolah
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas,
ruang kerja, ruang perpustakaan, halaman sekolah, UKS, kamar mandi, dan kantin
sekolah. Kebersihan dan kerapian ruang selalu diperhatikan, yaitu setiap hari
sebelum pelajaran dimulai selalu dibersihkan oleh siswa yang piket kemudian
dikontrol ulang oleh penjaga sekolah. Fasilitas belajar yang ada di SMP Negeri 2
Ponjong adalah perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang laboratorium
Bahasa, laboratorium AVA, ruang keterampilan, dan ruang kesenian.
Ditinjau dari kuantitas gurunya, SMP Negeri 2 Ponjong mempunyai 30
orang guru, dengan 21 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 guru PNS
dipekerjakan, 5 pegawai tetap, dan 3 pegawai tidak tetap. Tingkat pendidikan para
guru di SMP Negeri 2 Ponjong mayoritas bergelar sarjana atau setara dengan
sarjana (S1). Keadaan kelas di SMP Negeri 2 Ponjong secara kuantitas terdiri dari
9 ruang kelas dengan jumlah masing-masing kelas adalah 30 siswa.
Kondisi kelas VIII C dan fasilitas yang digunakan untuk proses KBM
cukup memadai. Ruang kelas VIII C berukuran 7 X 9 meter, dengan 2 papan tulis,
2 papan flannel di belakang, 16 meja, 31 kursi, dan 4 pasang lampu penerangan.
41
siswa laki-laki. Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa kelas VIII C
tergolong sedang karena pekerjaan sebagian besar orang tua siswa adalah sebagai
petani dan buruh batu tambang.
B. Deskripsi Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menentukan jumlah butir pada
instrumen yang dinyatakan valid atau sahih. Untuk mengukur validitas
butir instrumen digunakan analisis korelasi Product Moment. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka butir mempunyai daya dukung yang besar terhadap
keseluruhan butir instrumen sehingga butir tersebut dipertahankan untuk
mengungkap data peneliti, sebaliknya jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka
butir pertanyaan mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap
keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut perlu digugurkan
karena tidak cukup kuat untuk mengungkapkan data.
Instrumen yang digunakan terdiri dari angket dengan jumlah 32
pertanyaan, lembar observasi, dan tes dengan jumlah 5 pertanyaan.
1) Angket Sikap Terhadap Interaksi Sosial
Angket yang dikerjakan siswa kemudian diuji validitasnya untuk
mengetahui daya dukung terhadap keseluruhan butir instrumen. Angket
diberikan kepada siswa setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
yang dilakukan selama tiga kali pertemuan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui persepsi siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil uji coba
angket yang dikerjakan oleh 30 siswa kemudian dianalisis nilai koefisien
korelasi masing-masing butir pertanyaan. Semakin tinggi nilai koefisien
korelasinya, maka semakin kuat untuk mengungkap data penelitian.
Sebagai contoh butir nomor 1 dengan perhitungan sebagai berikut.
rxy =
{
16620 16384}{
12307020 12180100}
446720Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi
(r hitung) sebesar 0,489. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan r
tabel pada taraf signifikan 5% dengan jumlah responden 30 sebesar 0,361.
Dapat dijelaskan bahwa nilia r hitung 0,489 di atas r tabel 0,361, sehingga
butir pertanyaan nomor 1 dinyatakan valid dan kuat untuk mengungkap
data penelitian. Rangkuman hasil uji validitas sikap terhadap interaksi