• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAPORAN KINERJA PER JENIS PRODUK DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUN PADA PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA, GAMBUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAPORAN KINERJA PER JENIS PRODUK DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUN PADA PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA, GAMBUNG."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAPORAN KINERJA PER JENIS PRODUK DALAM RANGKA

MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUN

PADA PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA, GAMBUNG

Aang Munawar

Dosen Tetap Akademi Manajemen Kesatuan

ABSTRACT

This research is aimed at analyzing detil of cost, auditing of cost, determining cost allocation and cost of production, and reporting performance based on the type of product. Teh performance is measured by assessing the deviation among the costs.

The result of research has recommended to enhance efficiency of estate crops and use it as a feedback for establishing strategic plan.

Keywords: Reporting Performance; Efficiency; Research Center

PENDAHULUAN

Pusat Penelitian (Puslit) Teh dan Kina adalah salah satu unit pelaksana penelitian lingkup Asosiasi Perkebunan Indonesia di singkat AP2I yang bergerak dalam bidang penelitian perkebunan teh dan kina. Puslit bertugas melakukan penelitian dan pengembangan agribisnis komoditi teh dan kina dari mulai pembibitan sampai ke teknologi pascapanen (dari hulu sampai hilir). Seluruh kegiatan penelitian, pengembangan dan pelayanan, dilaksanakan dengan berpedoman pada empat asas, yaitu: (1) manfaat dan pencapaian nilai tambah, (2) pemecahan masalah, (3) terobosan, dan (4) berwawasan lingkungan.

Hasil penelitian dituangkan dalam Jurnal Penelitian Teh dan Kina, Warta Puslit Teh dan Kina, Prosiding hasil penelitian serta paket teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh Anggota AP2I di antaranya adalah PT Perkebunan Nusantara serta perkebunan lainnya sebagai pengguna. Pelayanan Puslit terhadap pengguna di antaranya adalah pelayanan berupa jasa pelatihan, analisa dan konsultasi.

Pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan penelitian dan pelayanan ditampung dalam rekening biaya penelitian dan biaya pelayanan. Selain melakukan tugas penelitian seperti tersebut di atas Puslit juga dipacu untuk mendapatkan dana yang berasal dari pendapatan sendiri. Hal ini menyebabkan adanya dualisme fungsi yaitu di satu pihak tugas penelitian merupakan cost center dan di pihak lain harus mencari pendapatan sendiri merupakan profit center.

Pengeluaran yang berhubungan dengan pengelolaan kebun ditampung dalam rekening biaya produksi.

Puslit dibiayai dengan dana pendapatan sendiri, dana dari Dewan Pembina (DP) Puslitbun dan APBN. Dana pendapatan sendiri adalah dana yang diperoleh dari penjualan hasil kebun dan pelayanan Puslit kepada pihak ketiga yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional Puslit. Dana DP Puslitbun adalah dana yang diberikan Dewan Pembina Puslitbun untuk membiayai kegiatan operasional Puslit yang tidak mencukupi jika hanya menggunakan dana pendapatan sendiri. Dana APBN adalah dana langsung dari Pemerintah dalam bentuk Daftar Isian Proyek (DIP) yang digunakan untuk kegiatan penelitian sesuai petunjuk operasionalnya berupa upah lembur, bahan/alat, perjalanan dinas dan lain-lain.

Pendapatan sendiri Puslit Teh dan Kina sebagian besar berasal dari penjualan hasil kebun yaitu + 95 %. Jumlah pendapatan sendiri mencapai + 40% dari jumlah seluruh kebutuhan Puslit.

Puslit telah memiliki Sistem Akuntansi sebagai pedoman pokok dalam membukukan pendapatan dan pengeluaran. Pembukuan pendapatan dan pengeluaran telah menggunakan komputerisasi. Pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan kebun dicatat sebagai biaya kebun yang dibuat dalam laporan manajemen bulanan keuangan/umum (LMBK/U). Namun biaya penyusutan tanaman menghasilkan dan fasilitas di kebun dicatat dan dibukukan ke dalam biaya biro umum penunjang yang dilakukan pada akhir tahun di Kantor Direksi. Biaya biro umum tersebut sebesar + 80 % dialokasikan ke biaya-biaya kebun (termasuk investasi tanaman), biaya penelitian dan biaya pelayanan. Besarnya jumlah alokasi tergantung dari jumlah biaya produksi teh. Oleh karena itu harga pokok produksi yang dihasilkan dari laporan keuangan sulit dilakukan penelusuran guna menghitung harga pokok yang sesuai dengan standar industri.

Sistem pelaporan keuangan kebun yang ada tidak mendukung upaya Puslit sebagai panutan/acuan industri perkebunan teh di Indonesia. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam melakukan evaluasi atas keluaran/laporan keuangan kebun sehingga sulit menentukan langkah-langkah perbaikan yang tepat. Untuk itu diperlukan analisis penetapan harga pokok produk hasil kebun guna

(2)

MUNAWAR, Analisis Pelaporan Kinerja Per Jenis Produk Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi Kebun, 35 - 43

36 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No. 2, Vol. 2, Oktober 2000

menghasilkan harga pokok yang akurat. Untuk menghasilkan harga pokok yang akurat diperlukan analisis alokasi biaya biro umum. Analisis tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kinerja keuangan kebun tersebut. Dampak dari diketahuinya kinerja keuangan yang pasti dari kebun tersebut akan diketahui strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja kebun produksi Puslit Teh dan Kina.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menghimpun data primer dan sekunder di lokasi kebun, pabrik dan di kantor Puslit Teh dan Kina. Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk pengumpulan data primer dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data keuangan antara lain laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan surplus/defisit, rincian biaya, rincian produksi, penjualan dan data pendukung laporan keuangan tersebut untuk tahun buku 1994,1995, dan1996.

2. Melakukan wawancara dengan Pimpinan dan segenap Staf yang memungkinkan diperoleh informasi untuk mendukung perolehan data yang diperlukan.

3. Observasi langsung di kebun, pabrik dan kantor Puslit dengan maksud untuk dapat mengetahui secara nyata proses produksi dan kegiatan Puslit.

Untuk memperoleh data sekunder dilakukan upaya menghubungi instansi terkait antara lain : Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT. P Nusantara, Biro Tata Usaha BUMN Departemen Pertanian, Biro pusat Statistik, Asosiasi Teh Indonesia dan lain-lain.

Dari data yang diperoleh selama geladikarya, dilakukan pengolahan yaitu dalam bentuk tabulasi dan kemudian dilakukan pembahasan dengan langkah-langkah seperti yang dipaparkan sebagai berikut.

Analisis Rincian Biaya

Dari seluruh biaya yang terdapat dalam perusahaan dilakukan pemisahan biaya tetap dan biaya variabel.

Penggolongan Biaya

Dari biaya tetap dan variabel yang ada dilakukan penggolongan/klasifikasi untuk masing-masing produk yang dihasilkan atau untuk keperluan kegiatan perusahaan. Pengalokasian Biaya

Biaya bersama untuk menetapkan pembagian biaya yang meliputi biaya baha baku, upah/gaji tenaga kerja dan biaya overhead pabrik kepada produk dan kegiatan perusahaan.

Penentuan Harga Pokok Masing-masing Produk

Dari pemisahan biaya, penggolongan biaya dan alokasi biaya ke dalam biaya bahan baku, upah langsung dan biaya overhead dihubungkan dengan realisasi produksi dilakukan penentuan harga pokok masing-masing produk yang dihasilkan.

Membandingkan Laporan Kinerja kebun per jenis produk antara yang diterapkan dengan angka rata-rata industri.

Dari hasil penentuan harga pokok per jenis poduk dan penjualannya dilakuakn perbandingan dengan angka rata-rata industri agar diketahui penyimpangannya.

Asumsi-asumsi

Untuk mendukung analisis pembandingan antara kinerja kebun dengan angka rata-rata industri dalam geladikarya ini dipergunakan asumsi-asumsi agar dalam menyusun rekomendasi dapat dilakukan yaitu :

1. harga jual dari angka rata-rata industri teh merupakan batas minimal harga jual produk teh kebun yang harus dicapai.

2. Biaya dan harga pokok dari angka industri merupakan batas maksimal biaya dan harga pokok dari kebun yang menjadi obyek geladikarya.

3. Produk selain teh hitam, teh hijau dan pucuk teh dinilai dari kontribusinya dalam memberikan tambahan pendapatan.

4. Faktor-faktor teknis ketiga kebun sesuai gambaran umum kebun adalah sama dengan rata-rata faktor industri perkebunan teh di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RINCIAN BIAYA

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Puslit maupun kebun cukup banyak posnya sehingga hal tersebut memerlukan suatu penataan pembukuan yang baik. Agar pengelolaan keuangan dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlakku, maka Urusan Satuan Pengawas Intern (SPI) secara berkala melakukan monitoring dan pemeriksaan. Selain SPI juga dilakukan pemeriksaan oleh pihak luar yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) setahun sekali.

Secara garis besar biaya-biaya yang dikeluarkan kebun berdasarkan obyek pengeluaran dapat dibagi ke dalam: Gaji Pegawai Staf dan Non Staf, Upah karyawan harian tetap dan lepas, Biaya Bahan, Biaya lain-lain Kebun, Eksploitasi Listrik, Eksloitasi Kendaraan, Eksploitasi Mess dan Eksploitasi Poliklinik.

(3)

Tabel 1. Rincian biaya kebun tahun 1994-1996 berdasarkan obyek pengeluaran (dalam rupiah) Uraian 1994 1995 1996 Gaji 243.413.951,62 232.412.542,80 237.233.155,50 Upah 767.102.046,47 846.210.078,00 900.794.053,00 Bahan 489.916.669,00 459.993.083,50 495.114.274,00 Lain-lain 578.318.180,99 538.446.130,18 595.348.390,50 Eksploitasi Kendaraan 206.653.258,00 214.848.783,00 235.487.390,00 Eksploitasi Listrik 81.206.690,59 79.599.462,00 76.528.201,00 Eksploitasi Mess 16.948.407,00 14.938.274,00 17.084.485,00 Eksploitasi Poliklinik 8.069.501,00 7.249.201 0,00 Jumlah 2.391.630.698,67 2.393.699.549,48 2.557.591.945

Jumlah seluruh biaya-biaya kebun tahun 1996 mengalami kenaikan 6,85% jika dibandingkan dengan tahun 1995 dan jumlah seluruh biaya kebun tahun 1995 hanya mengalami kenaikan sebesar 0,09% jika dibandingkan dengan tahun 1994.

Jumlah biaya kebun di atas belum termasuk biaya penyusutan, yang perinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rincian biaya penyusutan Aktiva Tetap Kebun tahun 1994 –1996 (dalam rupiah)

Uraian 1994 1995 1996 Tanaman menghasilkan 17.731.496,00 23.183.037,00 23.183.037,00 Bangunan kantor 4.121.659,00 4.121.659,00 4.121.659,00 Pabrik 7,762.763,00 7.762.783,00 7.762.783,00 Gudang 955.108,00 955.108,00 955.108,00 Poliklinik 626.049,00 626.049,00 626.049,00 Wisma/mess 123.156,00 123.156,00 123.156,00 Instalasi air 840.038,00 840.038,00 840.038,00 Instalasi listrik 739.199,00 739.199,00 739.199,00 Jumlah 34.007.787,00 39.459.328,00 39.459.328,00

Jumlah biaya penyusutan tahun 1996 tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun 1995, hal ini terjadi karena tidak adanya investasi non tanaman dan juga tidak ada TBM teh yang menjadi TM. Biaya penyusutan tahun 1995 mengalami penurunan sebesar 16,03% jika dibandingkan dengan tahun 1994 hal ini terjadi karena adanya konversi teh menjadi TM teh.

PENGGOLONGAN BIAYA

Kegiatan yang terjadi di kebun adalah pekerjaan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), pekerjaan panen pucuk teh, pengolahan pucuk teh menjadi teh hijau atau teh hitam, kegiatan administrasi dan umum di kebun, pekerjaan produksi bahan tanaman dan pekerjaan lainnya yang menjadi beban kantor Puslit. Rincian biaya-biaya kebun berdasarkan klasifikasi kegiatan di kebun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rincian Biaya Kebun Tahun 1994 – 1996 Berdasarkan Klasifikasi Kegiatan (dalam rupiah)

Uraian 1994 1995 1996 Pemeliharaan TBM 160.955.583,90 111.853.482,52 82,917,781,00 Pemeliharaan TM 298.746.273,50 325.962.120,90 430.419.298,00 Panen 549.847.230,90 640.586.303,50 754.998.665,00 Pengolahan 578.850.624,57 565.737.914,79 582.485.346,50 Pembelian pucuk 213.095.285,00 86.653.840,00 86.634.730,00 Biaya umum 478,090,375,91 562.179.020,79 532.984.693,00 Biaya kantor Puslit 112.043.330,89 100.724.871,98 86.149.436,14 Jumlah 2.391.628.330,67 2.393.697.554,48 2.557.589.949,00

(4)

MUNAWAR, Analisis Pelaporan Kinerja Per Jenis Produk Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi Kebun, 35 - 43

38 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No. 2, Vol. 2, Oktober 2000

ALOKASI BIAYA

Biaya-biaya yang terjadi pada setiap kebun untuk menghasilkan produk kebun perlu dilakukan alokasi karena pos pengeluaran berdasarka obyek pengeluaran adalah satu yang kemudian dibagi kepada produk berdasarkan jumlah satuan kegiatan. Biaya-biaya yang dialokasikan adalah gaji staf dan non staf, Upah, bahan, biaya lain-lain kebun, eksploitasi listrik dan eksploitasi kendaraan. Rincian alokasi biaya per kebun dijelaskan di bawah ini.

Kebun Gambung

Jumlah gaji staf dan non staf yang telah dikeluarkan masing-masing tahun 1994, 1995, dan 1996 adalah Rp 175.150.200,-, Rp 178.178.155,- dan Rp 180.184.851,- dengan jumlah pegawai masing-masing 44, 39 dan 38 orang. Alokasi biaya gaji ke dalam kegiatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi jumlah kegiatan berdasarkan jumlah kegiatan minguan yang dibuat per orang sehingga dapat dialokasikan kepada masing-masing kegiatan.

Kebun Pasirsarongge

Jumlah gaji staf dan non staf yang telah dikeluarkan masing-masing tahun 1994, 1995 dan 1995 adalah Rp 30.913.660,62,-, Rp 18.619.266.60,00,- dan Rp 20.191.196,50 dengan jumlah pegawai masing-masing 7, 5 dan 7 orang.

Kebun Simalungun

Jumlah gaji staf dan non staf yang telah dikeluarkan masing-masing tahun 1994, 1995 dan 1996 adalah Rp

37.350.091,-,Rp 35.615.121,- dan Rp 36.857.108,- dengan jumlah pegawai masing-masing 14, 13 dan 12 orang.

PENENTUAN HARGA POKOK

Harga pokok produk terbagi dua yaitu harga pokok kebun dan harga pokok (fob). Harga pokok kebun terdiri dari biaya termasuk di dalamnya biaya pemeliharaan, biaya panen, biaya pengolahan dan biaya umum kebun. Harga pokok (fob) terdiri dari harga pokok kebun ditambah biaya penyusutan, biaya umum/administrasi kantor Puslit dan biaya penjualan.

Harga Pokok Kebun Pucuk Teh

Perhitungan Harga Pkok kebun pucuk teh di Kebun Gambung tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihta pada Tabel 4.

Tabel 4. Penetuan Harga Pokok Pucuk Teh Kebun Gambung (dalam rupiah) Uraian Biaya 1994 1995 1996 Pemeliharaan TM 216.686.020,50 236.561.962,00 325.099.577,00 Panen 386.644.464,00 17.658.695,00 429.860.183,00 Umum 303.055.822,00 361.784.920,00 328.559.325,00 Jumlah 906.386.306,50 1.016.005.577,00 1.083.429.085,00 Prod. Pucuk (Kg) 2.773.131 3.106.846 2.965.283 HP Kb pck teh per Kg 326,85 327,02 365,37

Perhitungan Harga Pokok kebun pucuk teh di Kebun Pasirsarongge tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penentuan Harag Pokok Kebun Pucuk Teh Kebun Pasirsarongge (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996 Pemeliharaan TM 25.872.665,10 32.346.082,70 40.082.954,00 Panen 55.671.801,20 71.767.625,20 105.656.286,50 Umum 108.383.234,00 124.300.902,59 134.995.914,00 Jumlah 189.927.700,30 228.414.610,49 280.735.154,50 Produksi Pucuk (Kg) 363.877 488.736 539.406 HP Kebun pucuk teh per Kg 521,96 467,36 520,45

Perhitungan Harga Pokok kebun pucuk teh di Kebun Simalungun tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penentuan Harga Pokok Kebun Pucuk Teh Kebun Simanlungun (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996 Pemeliharaan TM 41.897.617,00 52.605.206,00 44.520.117,00 Panen 126.459.741,20 158.441.282,00 167.941.382,00 Umum 60.544.097,32 72.967.340,00 70.588.326,00 Jumlah 228.901.455,52 284.013.828,00 283.049.825,00 Produksi Pucuk (Kg) 754.813 872.698 847.265 HP Kebun pucuk teh per Kg 303,26 325,44 334,07

(5)

Harga Pokok Kebun Teh Hitam dan Teh Hijau

Perhitungan Harga Pokok kebun teh hitam di Kebun Gambung tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penentuan Harga Pokok Kebun Teh Hitam (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996 HP Kebun pucuk 906.386.306,50 1.004.487.551,19 1.083.429.085,00 Pembelian pucuk 74.848.505,00 0,00 86.634.730,00 HP Keb.dari Keb.lain 0,00 0,00 86.634.730,00 Pengolahan 390.944.233,00 432.926.916,00 66.699.099,49 Jumlah 1.372.179.044,50 1.437.414.467,19 1.768.973.372,49 Produksi teh hitam (Kg) 576.549 628.259 753.268 HP kebun teh hitam per kg 2.379,99 2.287,93 2.348,40

Perhitungan Harga pokok kebun teh hijau di Kebun Pasirsarongge tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penetuan Harga Pokok Kebun Teh Hijau (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996

HP Kebun pucuk 189.927.700,30 228.414.610,49 214.036.055,01 Pembelian pucuk 138.246.780,00 86.653.840,00 0,00 HP Keb. Dari Keb.lain 0.00 11.518.025,81 0,00 Pengolahan 157.539.348,95 131.882.542,79 87.584.196,50 Jumlah 485.713.829,25 458.469.019,09 301.620.251,51 Produksi teh hijau 273.612 kg 198.818 kg 119.552 kg HP Kebun teh hijau per kg 1.775,19 2.305,97 2.522,90

Harga Pokok (FOB)

Perhitungan harga pokok (fob) teh hitam di Kebun Gambung tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penentuan Harga Pokok (fob) Teh Hitam (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996

HP Kebun teh hitam 1.372.179.044,50 1.437.414.467,19 1.768.973.372,49 Biaya penyusutan 23.531.942,99 27.780.507,16 27.374.451,00 Biaya umum ktr.pusat 409.607.791,48 1.057.367.556,94 874.311.263,44 Jumlah 1.805.318.778,97 2.522.562.531,29 2.670.659.086,93 Produksi teh hitam (kg) 576.549 628.259 753.268 HP (FOB) teh hitam per kg 3.313,25 4.015,16 3.545,43

Perhitungan Harga Pokok (fob) teh hijau di Kebun Pasirsarongge tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penentuan Harga pokok (fob) Teh Hijau (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996

HP Kebun teh hitam 485.713.829,25 458.469.019,09 301.620.251,51 Biaya penyusutan 5.069.849,77 5.494.389,31 5.660.614,32 Biaya umum ktr.pusat 201.165.019,27 330.936.067,79 120.072.759,77 Jumlah 691.948.698,29 794.899.476,19 427.353.625,60 Produksi teh hijau (kg) 273.612 198.818 119.552 HP (FOB) teh hijau per kg 2.528,94 3.998,13 3.574,63

(6)

MUNAWAR, Analisis Pelaporan Kinerja Per Jenis Produk Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi Kebun, 35 - 43

40 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No. 2, Vol. 2, Oktober 2000

Perhitungan harga Pokok (fob) pucuk teh di Kebun Simalungun tahun 1994,1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penentuan Harga Pokok (fob) Pucuk Teh (dalam rupiah)

Uraian 1994 1995 1996

HP Kebun pucuk 228.901.455,52 284.013.828,00 283.049.825,00 Biaya penyusutan 4.174.941,37 4.953.481,11 5.192.807,68 Biaya umum ktr. Pusat 68.402.347,64 207.953.046,39 82.306.543,68 Jumlah 301.478.744,53 496.920.355,50 370.549.176,36 Produksi teh hijau (kg) 754.813 872.698 847.265 HP (FOB) pucuk teh per kg 399,41 569,41 437,35

Harga Pokok Penjualan

Perhitungan Harga Pokok Penjualan (fob) teh hitam di Kebun Gambung tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penentuan Harga Pokok Penjualan (fob) Teh Hitam Uraian 1994 1995 HP Persediaan awal (Rp) (kg) 260.711.985,75 95.947 293.233.904,25 94.189 HP Produksi (Rp) ( kg) 1.794.941.174,25 576.549 2.522.560.406,44 628.259 HP tersedia dijual (Rp) (kg) 2.055.6530.160,00 672.496 2.815.794.310,69 722.448 HP Persediaan Akhir (Rp) (kg) (293.233.904,25) 94.189 (136.776.425,40) 34.065 HP Penjualan (Rp) (kg) 1.762.419.255,75 578.307 2.679.017.885,29 688.383

Perhitungan Harga Pokok Penjualan (fob) teh hijau di Kebun Pasirsarongge tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penentuan Harga Pokok Penjualan (fob) Teh Hijau

Uraian 1994 1995 1996 HP Persediaan awal (Rp) (kg) 493.179.439,05 59.027 293.233.904,25 94.189 0,00 0 HP Produksi (Rp) ( kg) 691.948.331,28 273.612 2.522.560.406,44 628.259 427.354.165,76 119.552 HP tersedia dijual (Rp) (kg) 1.185.127.770,33 332.639 2.815.794.310,69 722.448 427.354.165,76 119.552 HP Persediaan Akhir (Rp) (kg) (65.051.923,62) 25.723 ( 0,00) 0 (71.500.224,80) 16.040 HP Penjualan (Rp) (kg) 1.120.075.846,71 306.916 859.952.133,96 224.541 355.853.940,96 103.512

(7)

Perhitungan Harga Pokok Penjualan stek (cutting) tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penentuan Harga Pokok Penjualan stek.(dalam rupiah)

Uraian Biaya 1994 1995 1996

Jumlah biaya/HP Penjualan 2.560.154,10 498.430.95 287.169,05 Produksi & Penjualan (Buah) 5.143.500 911.667 323.248 HPP per stek 0,50 0,55 0,89

Perhitungan Harga Pokok Penjualan bibit teh (polybag) tahun 1994,1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Penentuan Harga Pokok Penjualan bibit yeh (polybag).(dalam rupiah) Uraian Biaya 1994 1995 1996 Jumlah biaya 2.560.154,10 357.000,00 Produksi (Unit) 2.500 Penjualan (Unit) 300 1.500 574 HP Penjualan 307.218,00 1.779.495,00 830.441,10 HPP per poybag 1.024,06 1.186,33 1.446,76

Perhitungan Harga Pokok Penjualan bubuk kina tahun 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penentuan Harga Pokok Penjualan Bubuk Kina (dalam rupiah)

Uraian Biaya 1995 1996

Biaya di kebun 18.441.945,15 10.338.085,80 Penyusutan tanaman 89.894.183,31 5.721.211,69 Jumlah biaya/HPP 108.336.128,46 46.059.297,49 Produksi dan penjualan (kg) 92.760 36.860 HPP per kg 1.366.33 1.666,26

Perhitungan Harga Pokok Penjualan jasa mess/wisma tahun 1994, 1995 dan 1996 sebagaimana terlihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Penentuan Harga Pokok Penjualan Jasa Wisma (dalam rupiah) Uraian Biaya 1994 1995 1996 Murni di kebun 3.020.457,00 12.758.359,00 15.170.330,00 Eksploitasi listrik 1.231.515,00 2.188.168,00 1.354.980,00 Eksploitasi kendaraan 3.315.812,00 1.270.120,00 1.133.700,00 Penyusutan 123.156,00 123.156,00 123.156,00 Jumlah HPP 7.567.784,00 16.216.647,00 17.659.010,00

Jumlah biaya untuk memperoleh pendapatan sampingan kebun untuk tahun 1994, 1995 dan 1996 masing-masing sebesar Rp 23.041.386,90,-, Rp 996.861,90,- dan Rp 861.507,15.

PERBANDINGAN

KINERJA

PRODUK

KEBUN

DENGAN

ANGKA RATA-RATA INDUSTRI TEH

Kinerja produk kebun dapat diukur dengan menghitung jumlah penghasilan yang diperoleh dibandingkan dengan pengeluaran atau biaya yang terjadi. Pada umumnya jika penghasilan lebih besar dibandingkan dengan biaya dapat dikatakan bahwa kriterianya baik. Semakin tinggi selisih tersebut akan memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi perusahaan. Selain itu untuk menilai kinerja produk dapat pula ditentukan dengan membandingkan pengeluaran/biaya kebun Puslit Teh dan Kina dengan pengeluaran/biaya rata-rata industri teh (dalam hal ini diambil biaya yang terjadi di PTP. Nusantara I s.d. XIV). Hasil pembandingan diatas akan menghasilkan penyimpangan (deviasi) yang akan dipakai untuk menyusun rekomendasi yang diperlukan guna meningkatkan efisiensi kebun. Peningkatan efisiensi akan menyebabkan pengurangan biaya yang seharusnya tidak terjadi sehingga diharpakan selisih antara penghasilan dengan biaya (laba) semakin besar atau jika memang kondisinya masih dalam keadaan rugi maka tingkat kerugian dapat dikurangi.

Kinerja Produk kebun Puslit Teh dan Kina

Pelaporan Saat Ini

Pelaporan kinerja produk saat ini adalah 9 (sembilan) produk dilaporkan lengkap dengan jumlah penjualan dan biayanya, namun biaya sulit dilakukan penelusuran karena setiap bulannya telah tercampur dengan alokasi baik dari kebun sendiri maupun dari kantor Puslit kepada masing-masing produk. Selanjutnya alokasi biaya-biaya umum/penunjang dari kebun dan kantor Puslit dialokasikan ke harga pokok teh hijau.

Pelaporan saat ini dilakukan sesuai laporan keuangan dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 diatas. Atas dasar pelaporan tersebut maka produk teh hitam mengalami defisit tahun 1994, 1995 dan 1996 masing-masing sebesar Rp. 562.724.601,-, Rp 1.464.733.710,- dan Rp 1.236.407.349,79,-. Selanjutnya teh hijau mengalami defisit tahun 1994, 1995 dan 1996 masing-masing sebesar Rp 351.373.342,00, Rp 427.100.462,00 dan Rp 277.585.219,68, produk pucuk teh juga mengalami defisit masing-masing sebesar Rp 25.237.243,00, Rp 35.411.555,00 dan Rp 126.357.897,42. Produk sweeping mengalami surplus karena tidak ada biayanya, surplus sweeping tahun 1994, 1995 dan 1996 masing-masing sebesar Rp 18.250.000,00, Rp 11.102.500,00 dan Rp 25.780.000,00. Produk stek pada tahun 1994 mengalami surplus sebesar Rp 32.465.560,00 sedangkan tahun 1995 dan 1996 mengalami defisit masing-masing sebesar Rp 4.724.007,- dan Rp 104.027.449,00.

Produk bibit teh (polybag) tahun 1994, 1995 dan 1996 mengalami defisit masing-masing sebesar Rp 40.714.621,00,

(8)

MUNAWAR, Analisis Pelaporan Kinerja Per Jenis Produk Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi Kebun, 35 - 43

42 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No. 2, Vol. 2, Oktober 2000

Rp 33.557.993,00 dan Rp 10.538.402,00. Produk serbuk kina tahun 1995 mengalami surplus sebesar 218.581.277,00 sedangkan pada tahun 1996 mengalami defisit sebesar Rp 45.788.263,00 hal ini dikarenakan antara lain oleh kegiatan penyusutan tanaman kina yang dilakukan sekaligus di tahun 1996. Produk jasa wisma mengalami surplus pada tahun 1994 dan 1996 masing-masing sebesar Rp 928.500,00 dan Rp 8.276.500,00, hal ini terjadi karena biaya wisma dialokasikan ke harga pokok teh hijau. Produk lain-lain seperti sayuran dan kayu bakar pada tahun 1994 dan 1995 mengalami surplus masing-masing sebesar Rp 19.577.152,00 dan Rp 5.165.000,00, sedangkan pada tahun 1996 mengalami defisit sebesar Rp 4.797.082,00.

Pelaporan pada saat ini menunjukkan bahwa biaya mess dialokasikan ke harga pokok produk yang ada di Kebun Pasirsarongge. Selain itu biaya pegawai dan biaya umum kebun dialokasikan ke seluruh produk sesuai anggarannya walaupun kegiatan untuk produk yang bersangkutan relatif sangat kecil sehingga harga pokok produk kurang mencerminkan nilai yang wajar.

Pelaporan Alternatif

Pelaporan alternatif menyajikan harga pokok penjualan sesuai dengan perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 4 sampai dengan Tabel 17. Penjualan sweeping ditambahkan dalam penjualan teh hitam karena sweeping merupakan produk sampingan dari produk teh hitam. Ukuran kinerja kebun yang dihitung per kg adalah sebagi berikut:

(Rp/kg)

Analisis Perbandingan Kinerja Produk Kebun dengan Angka Rata-rata Industri

1. Harga pokok kebun produk teh pada Kebun Gambung relatif sama dengan angka rata-rata industri sedang untuk Kebun Pasirsarongge jauh dibawah angka rata-rata industri. Harga pokok (FOB) pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata industri. 2. Biaya tanaman ketiga kebun adalah relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan angka rata-rata industri kecuali untuk tahun 1994 di kebun Pasirsarongge.

3. Biaya pengolahan kebun Gambung dan kebun Pasirsarongge yeng mengoalh pucuk teh menjadi teh hitam dan teh hijau adalah lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata industri.

4. Biaya penyusutan ketiga kebun jauh lebih rendah dari angka rata-rata industri namun sebaliknya untuk biaya umum/administrasi yang merupakan alokasi dari kantor Puslit jauh lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata industri.

5. Produktivitas Kebun Gambung jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka rata-rata industri sedang produktivitas kedua kebun lainnya jauh lebih baik dibandingkan angka rata-rata industri.

ALTERNATIF PENINGKATAN EFISIENSI KEBUN

Untuk meningkatkan efisiensi kebun Puslit sehingga kinerja kebun maupun produk kebun meningkat dapat dilakukan upaya sebagai berikut:

1. Harga jual harus ditingkatkan minimal seampai batas angka standar rata-rata. Hal ini dapat dibuktikan dengan harga jual teh hitam pada tahun 1996 sedang harga jual teh hijau masih jauh dibawah angka rata-rata untuk setiap tahunnya. Peningkatan harga dapat dilakukan memperbaiki kemasan dan meningkatkan distribusi produk baik ke konsumen indusri maupun konsumen rumahtangga dan yang paling penting adalah harus melakukan ekspor. Alternatif peningkatan efisiensi pada biaya pengolahan adalah dipenuhinya kapasitas produksi pabrik dengan membeli pucuk rakyat, perbaikan/penggantian mesin pengolahan dan pengawasan biaya pengolahan yang intensif.

2. Alternatif peningkatan efisiensi lainnya adalah terus meningkatkan penjualan stek (cutting), serbuk kina, wisma dan lain-lain dibarengi dengan melakukan peningkatan efisiensi atas biayanya.

3. Fokus manajemen yang pertama adalah kebun dapat membiayai dari hasil penjualan sendiri tanpa harus disubsidi kantor Puslit. Atas dasar fokus manajemen yang dihubungkan dengan potensi efisiensi tersebut maka sebenarnya subsidi terhadap kebun dapat dihindari. Keterangan 1994 1995 1996 Kebun Gambung Harga jual HP Kebun HP (FOB) Biaya tanaman Biaya pengolahan Biaya penyusutan Biaya umum Ktr. Puslit Produktivitas (kg/ha) Kebun Pasirsarongge Harga jual HP Kebun HP (FOB) Biaya tanaman Biaya pengolahan Biaya penyusutan Biaya umum Ktr. Puslit Produktivitas (kg/ha) Kebun Simalungun Harga jual HP Kebun HP (FOB) Biaya tanaman Biaya penyusutan Biaya umum Ktr. Puslit Produktivitas (kg/ha) 1.879,66 2.379,99 3.131,25 1.527,09 678,08 40,82 710,45 1.628,25 1.707,73 1.775,19 2.528,94 1.199,42 575,78 18,53 735,22 3.277,69 239,68 303,26 399,41 1.479,30 26,98 442,06 2.046,26 1.830,42 2.287,93 4.015,16 1.617,18 689,09 44,22 1.638,01 1.868,62 1.156,79 2.305,97 3.998,13 1.584,71 663,33 27,64 1.664,52 2.982,08 292,37 325,44 569,41 1.587,53 27,69 1.162,38 2.365,85 2.068,06 2.348,40 3.545,43 1.438,30 706,54 36,34 1.160,69 1.860,78 1.248,18 2.522,92 3.574,63 2.348,23 732,60 47,35 1.004,36 3.050,14 276,92 334,07 437,35 1.629,63 29,90 473,87 2.172,21

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Kebun Gambung, Pasirsarongge dan Simalungun yang merupakan bagian dari kebun Pusat Penelitian Teh dan Kina, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penentuan harga pokok yang pada saat ini dilakukan oleh Puslit Teh dan Kina sulit ditrasir oleh karena keluarannya telah tercampur dengan alokasi biaya kebun dan biaya produk lain sehingga tidak dapat dilakukan analisis perbandingan dengan angka rata-rata industri. Oleh karena itu dilakukan analisis rincian biaya dan alokasi biaya ke dalam kegiatan dan produk yang bersangkutan. Dengan mengumpulkan biaya atas dasar produk, maka dapat ditentukan harga pokok, baik harga pokok kebun maupun harga pokok (fob) sehingga pelaporan kinerja per jenis produk dapat disusun dan dianalisis. Dari pelaporan kinerja per jenis produk tersebut maka serbuk kina dan stek (cutting) secara konsisten memberikan kontribusi surplus untuk usaha kebun yang relatif besar. 2. Kinerja kebun Puslit Teh dan kina dibandingkan dengan

angka rata-rata industri teh di Indonesia ternyata lebih rendah:

a. harga jual produk teh hitam, teh hijau dan teh masih dibawah angka rata-rata industri walaupun masih diatas harga jual local.

b. biaya tanaman berupa pemeliharaan tanaman menghasilkan, panen dan pengangkutan masih diatas angka rata-rata industri.

c. biaya pengolahan masih diatas angka rata-rata industri.

d. produktivitas (kg/ha) kebun Gambung masih dibawah angka rata-rata industri.

e. produk serbuk kina dan stek memberikan kontribusi pendapatan yang baik bagi kebun.

f. Produk sampingan kebun (penanaman sayur-sayuran), bibit teh (polybag) dan wisma, walapun sebagian diantaranya rugi/defisit namun mempunyai potensi untuk memberikan marjin jika dilakukan manajemen yang baik.

SARAN

1. Puslit Teh dan Kina perlu menyusun laporan kinerja per jenis produk sebagaimana agar kinerja kebun dapat ditingkatkan. Untuk menghasilkan pelaporan tersebut, perlu dilakukan pelatihan akuntansi dan pelatihan bisnis bagi para pelaksana Urusan Kebun maupun kantor Puslit

agar manajemen kebun dapat ditingkatkan. Selain itu juga perlu dilakukan modifikasi prosedur pengumpulan biaya sehingga output data masukan dari kebun memudahkan Seksi Akuntansi Puslit dalam menghasilkan harga pokok kebun.

2. Untuk meningkatkan harga jual produk teh hitam dan teh hijau perlu meningkatkan penjualan ekspor.

3. Peningkatan efisiensi biaya tanaman dan biaya pengolahan merupakan kunci utama guna menurunkan subsidi Puslit ke kebun yaitu dengan melakukan peningkatan produktivitas tenaga kerja, tanaman, meningkatkan, jumlah pucuk untuk diolah dengan membeli pucuk rakyat, peremajaan tanaman teh klon bukan unggulan dan penggantian mesin-mesin yang tidak ekonomis serta peningkatan pengawasan dari SPI. 4. Dalam menghasilkan dan menjual produk selain teh

hitam, teh hijau dan pucuk teh perlu dilakukan pengkajian yang cermat sehingga dapat dihindari produksi dan penjualan produk yang tidak menguntungkan kebun khususnya dan Puslit Teh dan Kina pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1990.Sistem Akuntansi AP3I.

Dunia, A. F. 1991.Akuntansi Biaya. LPFE-UI. Jakarta.

Hansen, M. 1994. Management Accounting. Third Edition. South Western , Cincinnati, Ohio.

Hartanto, D. 1979. Akuntansi Untuk Usahawan. Lembaga Penerbit FE-Ui.

Mardiasmo, 1994. Akuntansi Biaya ; Penentuan Harga Pokok Produksi. Andi Offset. Yogyakarta.

Mulyadi. 1982.Peranan Biaya dalam Pengambilan Keputusan. BPFE-UGM.

______. 1993. Akuntansi Biaya , Edisi 5. STIE YKPN. Yogyakarta.

______. 1993. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 2. STIE YKPN. Yogyakarta.

Polimeni, R., F.J. Fabozzi, and A. H. Adelberg. 1986. Cost Accounting ; Concept and Applications for Managerial Decision Making. 2nd Edition. McGraw-Hill Book Company. New York.

Usry, H. 1991. Cost Accounting, Planning and Control. 10th Edition. South-Western Publishing Company. Cincinnati, Ohio.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembuatan aplikasi ini adalah untuk membantu pengguna mencari informasi yang spesifik pada sebuah webportal yang mengandung sangat banyak informasi, sehingga informasi

Beberapa aturan tambahan tersebut misalkan pembagian shift yang merata tiap perawat, menghindari pola penjadwalan libur – masuk – libur, menghindari pola penjadwalan

Tujuan dari tahap penerimaan adalah untuk memberikan penyambutan kepada pelanggan, memastikan bahwa kendaraan pelanggan diperbaiki dengan benar pada waktu pertama kali, dengan

Jumlah bakteri perombak selulosa terhadap jenis tanah (.... Analisis sidik ragam Jumlah bakteri perombak selulosa

Penggunaannya telah meluas diberbagai wilayah bidang usaha, perusahaan besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan kecil sudah menggunakan kompuer dalam menunjang

Jika aset alihan merupakan bagian aset keuangan yang lebih besar (contohnya ketika entitas mengalihkan arus kas dari bunga yang merupakan bagian dari instrumen utang)

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pakar untuk diagnosa penyakit tidak menular dengan gejala nyeri pada perut.. Dalam

Perancangan film fiksi tentang makna yang terkandung dalam Kidung Rumeksa ing Wengi ini didasari dengan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan pendekatan komunikasi