Dalam bab ini akan dijelaskan secara ringkas metode atau prosedur penelitian yang dilakukan dengan pengutamaan penelitian pada setting time, kuat tekan dan kadar ion Chlorida pada beton. Pelaksanaan prosedur berdasarkan pada landasan teori yang ada.
III. 1. Menghitung Kebutuhan Air
Perhitungan mix design dilakukan terlebih dahulu sehingga dapat diperkirakan berapa liter air yang diperlukan dalam penelitian ini dan dari perkiraan kebutuhan air, dapat diperkirakan berapa jerigen diperlukan untuk setiap titik pengambilan contoh air.
Dengan cara demikian, ada penghematan dari segi biaya untuk pembelian jerigen, lama waktu pengambilan air dan tenaga. Waktu pengambilan air perlu diperhitungkan mengingat waktu pasang surut pada waktu pagi hingga sore yang tidak tetap. Dalam beberapa menit, pada saat surut, batas air laut akan mundur cukup jauh dari titik semula.
Dalam mix design, ditetapkan K 225 karena mutu beton K 225 dianggap memiliki mutu yang setara dengan campuran 1 : 2 : 3 yang biasa digunakan oleh para tukang dilapangan. Mutu K 225 tidak memerlukan syarat bahan dan pelaksanaan yang ketat.
IIJ.2. Pengambilan Contoh Air
Sebelum pengambilan contoh air dilakukan, dilakukan pengamatan pendahuluan di lokasi untuk memastikan hambatan dalam proses pengambilan air, penentuan titik ambil dan waktu pengambilan.
Pengambilan contoh air berdasarkan pada "Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air" (SK SNl M - 02 - 1989 - F) dengan penyesuaian akibat kondisi lokasi dan ketersediaan alat.
Untuk pengambilan contoh air dilakukan pada 3 titik untuk setiap contoh air. Untuk contoh air laut dari Kenjeran dan air payau dari Laguna, jarak antar titik diatas lOOm. Untuk contoh air PAM, contoh air diambil di daerah Jemur Andayani, Manyar Tirtoasri dan Universitas Kristen Petra.
Untuk setiap lokasi, contoh air yang diambil sebanyak 35 liter yang terbagi menjadi 30 liter untuk mix design dan 5 liter untuk dilakukan tes kadar unsur kimia. 30 liter air tersebut ditampung dalam satu jerigen dengan kapasitas setara dengan 30 liter dan 5 liter air sisanya ditampung pada jerigen kecil yang setara dengan 5 liter air.
Sebelum pengambilan contoh air dilaksanakan, semua jerigen dicuci dengan deterjen dan dikeringkan dengan cara dijemur. Langkah ini perlu dilakukan untuk memperkecil kontaminasi unsur yang terkandung dalam contoh air dan unsur yang mungkin ada atau tertinggal dalam jerigen. Dengan cara demikian diharapkan, jerigen benar-benar bersih.
Pada pengambilan contoh air laut di Kenjeran, pengambilan dilakukan saat air akan surut sekitar jam 8.30 pagi dan untuk pengambilan contoh air payau di
Laguna, pengambilan dilakukan sekitar jam 15.30 sore. Pengambilan contoh air laut dan air payau dilakukan pada hari yang sama, tanggal 22 September 2000.
Pada pengambilan contoh air PAM, pengambilan air contoh PAM di lakukan sekitar jam 11.30 siang langsung dari kran. Pengambilan contoh air PDAM dilakukan pada tanggal 11 November 2000.
III. 3. Pemeriksaan Kadar Unsur Air
Setelah pengambilan contoh air dilaksanakan, dilakukan tes kadar unsur yang terkandung pada setiap jenis air dan tes dilakukan di PT. Sucofindo. Untuk keperluan tes ini, diperlukan sekitar 5 liter air yang sudah tersedia dalam jerigen yang terpisah.
Kadar unsur yang diperiksa berdasarkan pada landasan teori, dimana hanya ada 6 unsur dominan yang terkandung dalam air laut (Tabel 11.4), maka unsur yang diperiksa antara lain : Sodium, Potassium, Calcium, Magnesium, Chloride dan Sulphate.
Pembatasan unsur yang diperiksa ini selain menghemat biaya, juga untuk mengurangi banyaknya contoh air yang akan diperiksa di PT. Sucofindo dan waktu pemeriksaan secara keseluruhan akan lebih singkat.
in.4. Pemeriksaan Setting Time
Untuk pemeriksaan setting time, dibuat 3 benda uji untuk setiap contoh air yang ada dan tes dilakukan pada saat yang hampir bersamaan. Kl dan K2 untuk contoh air dari Kenjeran, Ll dan L2 untuk contoh air dari Laguna serta Pl dan
P2 untuk contoh air dari PAM. Diharapkan dengan cara demikian didapat hasil dengan ketepatan yang lebih baik karena adanya keseragaman dalam proses pembuatannya.
III. 5. Pembuatan Dan Uji Kuat Tekan Beton
Pembuatan benda uji beton menggunakan kubus dengan ukuran 15x 15 x 15 cm3 sebanyak 14 kubus untuk pelaksanaan uji kuat tekan pada hari ke 3, 7, 14, 21, 27 dan 90 hari. Uji tekan ini dilakukan pada beberapa hari untuk menghasilkan grafik kuat tekan dan kadar ion Chlorida yang cukup detail. Uji tekan beton dilakukan hingga pada hari ke-90 untuk mengetahui kuat tekan beton dan kadar ion Chlorida-nya dalam waktu lebih lama.
Dalam pembuatan benda uji ini, digunakan semen PPC [Portland Pozzoland Cement) dimana sesuai landasan teori yang ada, semen PPC memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap lingkungan agresif. Semen PPC baik untuk digunakan di daerah pantai.
Untuk pembuatan benda uji, digunakan contoh air dengan kadar ion Chlorida tertinggi sesuai dengan hasil pemeriksaan PT. Sucofindo. Dari 3 contoh air untuk tiap jenis air seperti air laut, air payau dan air PAM, diambil 2 contoh air dengan kadar ion Chlorida tertinggi.
Hanya digunakan 2 contoh air untuk setiap lokasi karena dalam pembuatan kubus beton, jumlah cetakan 15 x 15 xl5 cm3 yang tersedia terbatas. Pada sisi lain, ada penghematan dari segi bahan.
Pembuatan kubus beton untuk setiap jenis air dilakukan dalam satu hari dan ini dilakukan untuk menjamin keseragaman pelaksanaan untuk satu jenis contoh air. Jadi kubus beton dengan contoh air dari lokasi Kenjeran dengan kode Kl dan K2 dibuat pada hari yang sama. Hal yang sama dilakukan pada hari berikutnya untuk jenis contoh air yang lain.
Untuk menjamin agar material mix design Kl dan K2 tidak bercampur, setelah proses pencampuran selesai, drum mixer dibalik sambil disiram dengan air untuk membuang material yang masih tersisa dan drum mixer didiamkan dalam posisi terbalik hingga sekitar 15 menit. Dalam posisi terbalik, selama beberapa saat drum mixer tetap dalam keadaan berputar agar material yang masih tertinggal dapat terbuang keluar.
111.6. Pemeriksaan Kadar lon Chlorida
Saat uji tekan beton telah dilakukan, dari benda uji yang ada dipilih satu benda uji dengan kuat tekan tertinggi untuk diperiksa kadar ion Chlorida-nya. Jadi dari uji tekan beton dengan kode Kl - 7 (kubus beton yang menggunakan contoh air Kenjeran dari lokasi Kl pada uji tekan hari ke 7) misalnya, diambil satu yang kuat tekannya paling tinggi untuk diperiksa kadar ion Chlorida-nya di PT Sucofindo.
Untuk pemeriksaan kadar ion Chlorida, benda uji beton yang telah diuji kuat tekan tersebut dihancurkan dan mulai dari bagian dalam, serpihan mortar yang ada dikumpulkan untuk diperiksa kadar ion Chlorida-nya. Sedapat mungkin
yang dikumpulkan adalah mortamya, bukan kerikilnya. Karena itu pengumpulan serpihan mortar harus dilakukan hati-hati untuk memisahkan kerikil dan mortar.
III.7. Regressi - Curve Estimate Cubic
Idealnya, pada saat uji tekan beton selesai dilaksanakan, pada saat itu juga dilakukan pemeriksaan kadar ion Chlorida pada benda uji yang memiliki kuat tekan tertmggi dan dengan cara demikian, akan didapat grafik hubungan antara kuat tekan dan kadar ion Chlorida pada saat hari uji tekan dilaksanakan.
Namun karena keterbatasan fasilitas, pelaksanaan pemeriksaan kadar ion Chlorida terpaksa dilakukan di PT Sucofindo dan akibatnya, karena pemeriksaan
dilakukan beberapa hari sesudah hari uji tekan dilakukan, kadar ion Chlorida yang telah diperiksa adalah kadar ion Chlorida saat PT. Sucofindo melakukan tes kadar ion Chlorida, bukan saat uji tekan dilaksanakan.
Akibat adanya perbedaan hari uji tekan beton dengan pemeriksaan kadar ion Chlorida tersebut, maka digunakan Regressi-Curve Estimate Cubic untuk memperkirakan pada hari uji tekan tersebut dilaksanakan, berapa kadar ion Chlorida yang terjadi. Dengan demikian akan didapatkan grafik hubungan kuat tekan dan kadar ion Chlorida yang didapat dari hasil regressi.
Dipilihnya Regressi - Curve Estimate Cubic (Yayasan Pendidikan Waha na, 1997:133) karena sesuai dengan landasan teori yang ada, regressi jenis ini memiliki kurva yang mendekati kurva kuat tekan beton dan kurva laju korosi pada tulangan akibat adanya unsur Chlorida. Jadi rumus regressi yang dihasilkan berupa variabel yang berpangkat.