• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama (M. Ag)

Oleh :

Fina Madihah 21190340000002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/2021 M

(2)

Tesis berjudul “CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN” telah diujikan sidang terbuka Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Juli 2021 dan telah dilakukan perbaikan sesuai dengan arahan dosen penguji.

Jakarta, 19 Juli 2021

Disetujui Oleh :

Ketua Tim Penguji Sekretaris Tim Penguji

Dr. Bustamin, SE, M.M Dr. Ahmad Fudhaili, M. Ag NIP. 19630701 199803 1 003 NIP. 19740510 200501 1 009 Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A. Prof. Dr. M. Amin Nurdin, MA.

NIP. 19530107 198303 1 001 NIP. 19550303 198703 1 003 Pembimbing I Pembimbing II

Kusmana, MA, Ph.D Dr. Edwin Syarif, M.Ag NIP. 19650424 199503 1 001 NIP. 19670918 199703 1 001

(3)

Scanned by TapScanner

(4)

ii

memposisikan kitab Tafsir Salman sebagai upaya perkembangan karya tafsir ilmi secara umum dalam wacana tafsir ilmi di Indonesia. Pentingnya kajian Tafsir Salman dapat dilihat dari kontribusinya terhadap perkembangan kajian tafsir ilmi yang menghubungkan antara sains dan Islam, kajiannya tertuang dari proses metodologi, nuansa, sistematika penulisan dan tingkat validitas tafsir.

Tafsir Salman merupakan tafsir dengan corak ilmiah, yang disebut al- Tafsir bil ‘ilmi dengan menggunakan kajian ilmu eksak modern di masa kini berupa ilmu Fisika, Biologi, Geografi hingga ilmu Psikologi. Tafsir Salman menggunakan metodologi yang serupa dengan kajian tafsir ilmi modern lainnya yaitu memperhatikan munȃsabah ȃyat, kaidah kebahasaan dan asbȃb al-Nuzȗl.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kajian pustaka (library research), yang memfokuskan pada sumber primer yaitu Tafsir Salman.

Dikumpulkan beberapa data dan sumber dari berbagai kajian tafsir ilmi seperti Tafsir al-Jawȃhir dan Tafsir Ilmi Kemenag, hingga menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan yang signifikan antara kajian Tafsir Salman dengan tafsir ilmi lainya. Sumber-sumber tersebut dibaca dengan pendekatan deskriptif-analitis.

Penelitian ini menemukan bahwa Tafsir Salman merupakan satu- satunya kajian tafsir ilmi yang menggunakan ilmu Teknik Sipil yaitu ilmu yang membahas rancangan struktur bangunan, hal ini terlihat dari pembahasan tentang bangsa Mesir kuno yang menciptakan infrastruktur kokoh dan megah seperti Piramid dan Sphinx. Adapun metode dan ilmu yang digunakan dalam Tafsir Salman memiliki proses yang sejajar dengan tafsir ilmi modern lainnya dari segi metodologi. Selain itu, relevansi kajian Tafsir Salman dalam wacana tafsir ilmi yaitu berusaha mengemukakan pemahaman bahwa kajian penafsiran dengan corak ilmiah merupakan salah satu sumbangsih dalam perkembangan tafsir di era modern saat ini.

Penelitian ini memperkuat pendapat Fakhruddȋn ar-Rȃzi, Ahmad Umar Abu Hajar, Muṣṭafa al-Marȃghȋ yang mendukung adanya kajian tafsir ilmi.

Pendapatnya menyatakan, apabila ilmu yang diaplikasikan dalam tafsir al- Qur’an berlandaskan teori yang tetap dan mapan, maka kajian tafsir ilmi boleh dilakukan dan penafsiran pada tafsir ilmi harus sejalan dengan kaidah kebahasaan. Tesis ini bersifat kontradiktif dengan pendapat Mahmȗd Syaltȗt yang menyatakan al-Qur’an diturunkan bukan untuk menguatkan teori-teori keilmuan. Golongan yang menolak tafsir ilmi beranggapan bahwa tidak bisa menjembatani ayat al-Qur’an dengan menggunakan teori ilmiah.

Kata Kunci : Corak Ilmiah, Tafsir Ilmi, Tafsir Salman

(5)

iii

This study aims to examine the scientific pattern of Tafsir Salman and position Tafsir Salman as an effort to develop scientific commentary works in general in the discourse of scientific interpretation in Indonesia. The importance of studying Tafsir Salman can be seen from its contribution to the development of the study of scientific interpretation that connects science and Islam, the study is contained in the methodological process, nuances, writing systematics and the level of validity of the interpretation.

Tafsir Salman is an interpretation with a scientific pattern, called al- Tafsir bil 'ilmi by using modern exact science studies in the form of Physics, Biology, Geography to Psychology. Tafsir Salman uses a methodology similar to other modern scientific commentary studies, paying attention to munȃsabah ayat, linguistic rules and asbȃb al-Nuzȗl.

This research was conducted using library research, which focused on the primary source, namely Tafsir Salman. Collected some data and sources from various studies of scientific interpretation such as Tafsir al-Jawȃhir and Tafsir Ilmi of the Ministry of Religion , to show that there are significant differences and similarities between the study of Tafsir Salman and other scientific interpretations. These sources are read with a descriptive-analytical approach.

This study found that Tafsir Salman is the only scientific interpretation study that uses Civil Engineering, the science that discusses the design of building structures; this can be seen from the discussion of the ancient Egyptians who created sturdy and magnificent infrastructure such as the Pyramids and the Sphinx. The methods and knowledge used in Tafsir Salman have a process that is parallel to other modern scientific interpretations in terms of methodology. In addition, the relevance of the study of Tafsir Salman in the discourse of scientific interpretation trying to express an understanding that the study of interpretation with a scientific style is one of the contributions in the development of interpretation in the current modern era.

This study strengthens the opinion of Fakhruddȋn ar-Rȃzi, Ahmad Umar Abu Hajar, Muṣṭafa al-Marȃghȋ who support the study of scientific interpretation. His opinion states, if the science applied in the interpretation of the Qur'an is based on a fixed and established theory, then the study of scientific interpretation may be carried out and the interpretation of scientific interpretation must be in line with linguistic rules. This thesis is contradictory to the opinion of Mahmȗd Syaltȗt who stated that the Qur'an was not revealed to strengthen scientific theories.

Keywords: Scientific Style, Scientific Interpretation, Salman's Interpretation

(6)

iv

ناملس ريسفج باخل عطو و ناملس ريسفخليملعلا بىلسالأ صحف ىلإ تسازدلا هره فدهت ريسفخلا باطخ يف ماع لهشب يملعلا ىامعأ سٍىطخل تلواحمل .ايسيهودهإ يف يملعلا

تسازد تيمهأ

ناملس ريسفج يرلا يملعلا ريسفخلا تسازد سٍىطج يف اهتمهاسم ًم تظحلام ًنمًناملس ريسفج ثايجهىم و تقيقدلا قوسفلاو تيجهىلما تيلمعلا يف تىمظخم تسازدلا يف ، ملاسالإو ملعلا نيب طبسً

ريسفخلا قدص يىخسمو تباخنلا ناملس ريسفج ب ريسفج ىه

ىمسٌ ، ىيملع بىلسأ ىملعلا ريسفخلا

مىلعلا ثاسازد مادخخساب

.سفىلا ملع ىلإ ايفاسغجلاو ، ءايحالأو ، ءاًزيفلا لهش يف مىيلا تثًدخلا تقيقدلا ناملس ريسفج

مدخخسٌ

مامخهالا ىهو لاأ ، تثًدخلا تيملعلا ثاسازدلا ًم هريغل اًهباشم ا ًجهىم و تًالأ تبساىم

أ و يىغللا دعاىقلا .ىوزنلا نابس

ثىحبلا مادخخساب ثحبلا اره ءاسجإ مج يتلا تيبخنلما

ىهو ي ساسالأ زدصلما ىلع ثصلز

ناملسريسفج ريسفج لثم يملعلا ريسفخلا يف تفلخخلما ثاسازدلا ًم زداصمو ثاهايبلا ععب تعمج.

ناملس ريسفخلا تسازد نيب ةريبنلا فلاخخالاو هبشلا هجوأ كاىه نأ زاهظلإ ةزاشو ًم ثاريسفخلاو

يفصو جهىمب زداصلما هره ةءاسق مخج .يسخالأ تيملعلا -

يليلحج

نأ تسازدلا هره ثدجو ناملس ريسفج

تسدىهلا مدخخسح يتلا ةديحىلا يملعلا ريسفخلا تسازد يه

ءامدق تشقاىم ًم ولذ تظحلام ًنمٍو ، يوابلما لمايه ميمصج شقاىً يرلا ملعلا يأ ، تيهدلما شوأ ًًرلا نيٍسصلما تفسعلماو بيلاسالأ .ىىهلا ىبأ و ثاماسهالأ لثم تعئازو تٍىق تيخحج تييب اوأ

يف تمدخخسلما ناملس ريسفج

ثيح ًم يسخالأ تثًدخلا تيملعلا ثاريسفخلل تٍشاىم تيلمع اهل

تسازد تيمهأ ىلإ تفاطلإاب .تيجهىلما يف ناملس ريسفج

ريبعخلا تلواحم يأ ، يملعلا ريسفخلا باطخ

أب مهفلا ًع سصعلا يف ريسفخلا سٍىطج يف ثاماهسالإ يدحإ يه يملع بىلسأب ريسفخلا تسازد ن

يلاخلا ثًدخلا و ، يشاسلا ًًدلا سخف يأز تسازدلا هره شصعح مو ، سجح ىبأ سمع دمحأ

ىبسغلما ىفطص ًًدٍؤلما ،

تخباج تٍسظه ىلع ًاييبم نآسقلا ريسفج يف قبطلما ملعلا نام اذإ ، هًأز ىىقً .يملعلا ريسفخلا تسازدل .تٍىغللا دعاىقلا عم ى شامخً امب يملعلا ريسفخلا ريسفجو يملعلا ريسفخلا تسازد ًنميف ، تخسازو

ش دىمحم يأز عم تحوسطالأ هره ضزاعخج لخ

ثى مل نآسقلا نإ ىاق يرلا ثاٍسظىلا تٍىقخل ىزنً

نآسقلا ثاًآ طبز نىعيطخسٌ لا مهنأ يملعلا ريسفخلا نىظفسً ًًرلا وئلوأ دقخعٌ .تيملعلا تيملعلا تٍسظىلا مادخخساب.

ةمكاحلا طاقنلا ريسفت ، يملعلا ريسفتلا ، يملعلا بولسالأ :

املس ن

(7)

v

ِميِحَّرلا ِنحمَّرلا الله ِمسِب

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu melimpahkan keberkahan dan rahmat-Nya kepada penulis. Atas kehendaknya, tesis ini dapat terselesaikan meskipun melewati perjalanan yang rumit. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,seorang tauladan terbaik bagi umat manusia. Semoga kita termasuk umat-Nya yang selalu Istiqomah mengikuti ajaran-Nya dan mendapatkan syafa’at di Hari Kiamat.

Penulis menyadari bahwa tesis yang berjudul “CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN” ini tidak akan rampung jika hanya mengandalkan daya yang penulis miliki. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan peran dari beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih atas dukungan dan kesempatan untuk memberi semangat kepada penulis sehingga tesis ini dapat selesai sebagaimana mestinya, terutama kepada yang saya hormati :

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah : Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Dr.

Yusuf Rahman, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Bustamin, S.E., M.M. selaku Ketua Prodi Magister S2 Fakultas Ushuluddin, dan Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag selaku Sekretaris Prodi Magister S2 Fakultas Ushuluddin.

Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya.

2. Kusmana, MA., Ph.D dan Dr. Edwin Syarif, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah sukarela meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberikan banyak saran, mengoreksi kesalahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Jazȃkumullȃh aḥsanal jazȃ’, semoga Allah memberikan kesehatan untuk Bapak beserta keluarga.

3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya para dosen yang telah mengajarkan dan memberikan banyak ilmu kepada penulis selama penulis merampungkan masa studi di UIN Syarif Hidayatullah.

5. Yang tercinta dan terhormat untuk kedua orangtua penulis, Bapak A.

Fadloly. Terimakasih untuk selalu sabar menghadapi sifat penulis, meskipun penulis tidak ekspresif dalam mengungkapkan kasih sayang. Tapi penulis percaya, Bapak selalu mendoa’kan disetiap shalat. Ibu N. Mamah,

(8)

vi

penulis merasa beruntung memiliki Bapak dan Ibu yang mengajarkan hal baik.

6. Kepada M. Fikri Mubarok, Risa Dewi Rosdianingsih dan Apendi.

Terimakasih telah menjadi kakak saya. Terimakasih sudah menjadikan rumah sebagai tempat yang menyenangkan untuk mendengar cerita dan bercerita.

Semoga segala hal baik akan tertuju kepada kakak bertiga.

7. Teristimewa dan paling luar biasa, untuk teman-teman mahasiswa S2 angkatan 2019 yang telah menjadi teman penulis dalam merampungkan masa belajar.

8. Kepada Bella Descia Pratiwi Ruhiyat. Penulis sadar bahwa descia adalah teman yang selalu ada, yang bisa diajak pergi ketika penat menghampiri.

Terimakasih telah memahami segala hal yang membuat penulis pusing dan terimakasih sudah menetralisir segala hal rumit menjadi mudah. Semoga kita dapat mencapai kenyamanan dan keamanan yang kita harapkan.

Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan pada nantinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak menutup kemungkinan masih adanya kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar terdapat penelitian lebih lanjut yang lebih baik.

Penulis juga berterimakasih kepada semua orang yang sudah melakukan kebaikan dalam penyusunan tesis ini, semoga Allah melimpahkan keberkahan untuk kita semua. Âmȋn Yȃ Rabba al-‘Âlamȋn.

Ciputat, Agustus 2021 Ttd,

Fina Madihah Penulis

(9)

vii 1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin : Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ts te dan es

ج

j je

ح

h dengan titik bawah

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

dz de dan zet

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

es dengan titik bawah

ض

de dengan titik bawah

ط

te dengan titik bawah

ظ

zet dengan titik bawah

ع

Koma terbalik di atas hadap kanan

غ

gh ge dan ha

(10)

viii

ق

q qi

ك

k ka

ل

l L

م

m em

ن

n en

و

w we

ه

h ha

ء

Apostrof

ي

y ye

2. Vocal

A. Vocal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin

َ

fatḥah A

َ

Kasrah I

َ

ḍammah U

B. Vocal Rangkap

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

َ

ي ----

Ai a dan i

َ

و ----

Au a dan u

(11)

ix

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

ل

a dengan topi di atas

ل

i dengan topi di atas

و ل

u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang dalam aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun qamariyah. Contoh : al-rijȃl bukan ar-rijȃl.

4. Ta’ Marbȗṭah

Tranliterasi ta’ marbȗṭah

( (ة

di akhir kata, bila dimatikan ditulis h.

Contoh :

ةأرم :

Mar’ah

(Ketentuan ini digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafaz aslinya).

5. Syaddah

Syaddah atau tasydȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda

( َ)

dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata-kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah. Misalnya, kata

(ن اخُّدلا)

tidak ditulis ad-dukhȃn melainkan al-dukhȃn, demikiam seterusnya.

(12)

x

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metode Penelitian ... 14

F. Sitematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN TAFSIR ILMI A. Definisi Tafsir Ilmi ... 18

B. Sejarah Tafsir Ilmi ... 26

C. Perdebatan dalam Tafsir Ilmi ... 31

D. Prinsip dan Contoh Tafsir Ilmi ... 37

E. Model-Model Kitab dan Tafsir Ilmi ... 46

1. Kitab dan Tafsir Ilmi Periode Klasik ... 46

2. Tafsir Ilmi Periode Modern ... 48

(13)

xi

B. Profil Kitab ... 55

C. Metodologi Tafsir ... 64

D. Apresiasi Terhadap Tafsir Salman ... 77

E. Kritik Terhadap Tafsir Salman ... 79

BAB IV TELAAH KAJIAN TAFSIR SALMAN A. Struktur Tafsir Salman ... 82

B. Metode Tafsir Salman ... 87

C. Metode Tematik Pada Tafsir Salman ... 102

1. Ekohidrologi ... 102

2. Kosmologi ... 108

D. Sumber Tafsir Salman ... 111

E. Corak Tafsir Salman ... 115

F. Relevansi Tafsir Salman dalam Wacana Tafsir Ilmi ... 118

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(14)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tafsir Ilmi merupakan bentuk penafsiran yang menggunakan pendekatan berupa istilah-istilah ilmiah, bertujuan untuk melakukan penjelasan terhadap ayat al-Qur‟an yang dikaji. Secara metodologi kajian Tafsir Ilmi merupakan bagian dari salah satu ilmu tafsir yang disebut dengan corak tafsir. Corak tafsir adalah satu sub disiplin ilmu tafsir yang mendiskusikan hubungan antara keilmuan mufassir dalam proses penafsiran dan produk tafsirnya. Dengan kata lain, corak tafsir mengasumsikan adanya hubungan yang mempengaruhi warna dan corak tafsir dari sebuah karya tafsir. Corak yang terkandung dalam kajian tafsir ilmi adalah corak ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan adanya keterkaitan dalam kajian penafsiran dengan ilmu pengetahuan.1

Keterkaitan kajian tafsir dengan ilmu pengetahuan dapat dilihat dari bagaimana tafsir ilmi (al-Ittijȃh al-„Ilmiyyah) menggunakan kajian keilmuan yang meliputi empat kajian keilmuan diantaranya adalah corak mazhab fiqih (al-manhaj al-Fiqhi), tafsir riwayat (al-manhaj al-atsari), ilmu terapan/eksak (al-manhaj al-„Ilmi at-tajribi), dan ilmu sosial (manhaj al-Madrasah al-

„Aqliyyah al-Ijtimȃ‟iyyah).2

Adapun penafsiran ilmiah saat ini telah menyebabkan pro dan kontra, terkait dengan perdebatan ini, setidaknya terdapat tiga kelompok dari ulama mengenai penafsiran dengan metode ilmiah. Pertama, kelompok yang pro atau mendukung corak ilmiah dengan alasan al-Qur‟an telah berisi banyak fakta ilmiah dan historis yang tidak diketahui pada saat wahyu turun, tetapi terungkap pada saat penemuan ilmiah modern.3 Selain itu, mereka yang mendukung corak ilmiah beranggapan bahwa penting untuk membuktikan kesesuaian ayat-ayat al-Qur'an dengan penemuan ilmu pengetahuan modern sehingga ilmu pengetahuan akan menerima kebesaran dan keagungan al- Qur'an.4

1 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung : Tafakkur, 2011), h. 201.

2 Nur Azizah, Mengenal Tafsir Ahkam, (Jakarta : Lentera Islam, 2015), h. 18.

3 M. Rasyid Rida‟, Tafsir al-Manȃr, (Kairo : Maktabah al-Jundi, 1954), Vol. 1, h.

210.

4 Bustami Mohamed Khir, “The Qur‟an and Science : the Debate on the Validity of Scientific Interpretation”, Journal of Qur‟anic Studies Vol. 2, No. 2, (Edinburgh University Press, 2000), h. 26.

(15)

Kedua, kelompok yang kontra atau menolak penafsiran ilmiah. Mereka mengungkapkan keberatan mereka terhadap penggunaan ilmu pengetahuan dalam menafsirkan al-Qur'an. Syȃtibi, misalnya, mengatakan bahwa al- Qur'an diturunkan kepada bangsa yang ummy, disesuaikan dengan tingkat pengetahuan mereka. Oleh karena itu, tidak mungkin bahwa al-Qur'an membawa hal-hal di luar dari jangkauan orang Arab saat itu.5 Selanjutnya kelompok ketiga, kelompok yang moderat. Kelompok ini tidak menolak penggunaan ilmu pengetahuan dalam menafsirkan al-Qur'an akan tetapi tetap membutuhkan pembatasan penggunaan ilmu pengetahuan pada al-Qur'an.

Menurut kelompok ini, setiap penafsiran harus menggunakan aturan-aturan penafsiran umum yang memperhatikan konteks ayat, makna linguistik 6, dan tradisi siyȃq.7

Meskipun mengalami perdebatan, corak ilmiah terus mengalami perkembangan bahkan kajian penafsirannya terbagi menjadi dua yaitu corak al-tafsir al-„ilmi dan corak al-tafsir bil „ilmi. Sejarah mengenai keduanya adalah corak al-tafsir al-ilmi telah ada sejak dinasti Abbasiyah di masa kekhalifahan al-Ma‟mun. Pada masa tersebut khalifah al-Ma‟mun memberikan keluasan kepada para ilmuwan muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, hal ini tentunya mempermudah untuk memahami ayat al- Qur‟an, khususnya ayat-ayat yang fokus kajiannya bersifat kealaman. Al- tafsir al-„ilmi digunakan agar memberikan pemahaman yang mudah dimengerti pada saat itu.8

Sedangkan corak al-tafsir bil „ilmi mulai digagas sekitar paruh kedua abad 19. Pada abad 19 kondisi masyarakat Islam mengalami penurunan di bidang ilmu pengetahuan, berbeda halnya dengan Barat yang justru menunjukkan adanya tanda kemajuan di bidang sains dan teknologi. Inilah yang memotivasi ilmuwan muslim untuk bangkit, dibuktikan dengan adanya penelitian terhadap al-Qur‟an yang diasumsikan bahwa al-Qur‟an memuat banyak ilmu seperti ilmu yang berkembang di Barat.

Para ilmuwan muslim mencoba untuk menafsirkan kembali ayat al- Qur‟an dengan menggunakan teori-teori ilmu modern yang berkembang pada saat itu. Hal ini dilakukan agar memberikan pembuktian bahwa al-Qur‟an

5 Al-Syȃṭibi, Al-Muwȃfaqat fi al-Usȗl al-Syarȋ‟at, (Kairo : Al-Sarq al-Adna fȋ al- Maski, 1338), Vol. 2, h. 82.

6 Bustami Mohamed Khir, “The Qur‟an and Science : the Debate on the Validity of Scientific Interpretation”, h. 27.

7 Rangkaian yang menunjukkan maksud dari suatu kalimat, baik kalimat sebelumnya atau sesudahnya. Guna untuk memperjelas kalimat yang dikaji.

8 Mohammad Nor Ichwan, Tafsir „ilmiy: Memahami al-Qur‟an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Jogjakarta: Penerbit Menara Kudus Jogja, 2004), h. 133-134.

(16)

sejalan dengan modernitas, singkatnya corak al-tafsir bil „ilmi adalah corak tafsir yang disandarkan pada teori-teori ilmiah yang berkembang dengan menggunakan prinsip dan kaidah penafsiran yang terbukti benar.9

Prinsip dan kaidah yang benar digunakan dalam tafsir ilmi untuk menghadirkan pemahaman bahwa kajian tafsir ilmi merupakan proses dan upaya yang dilakukan untuk menyelaraskan antara al-Qur‟an dan sains. Ini sejalan dengan beberapa pandangan ulama tentang kajian tafsir ilmi. Husaȋn Adz-Dzahabi misalnya, dalam karyanya yang berjudul al-Tafsȋr wa al- Mufassirȗn menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tafsir „ilmi adalah tafsir yang menafsirkan ayat al-Qur‟an menggunakan kajian corak penafsiran ilmiah dengan upaya untuk menelaah secara detail teori ilmiah dan pembelajaran yang ada dalam ayat-ayat al-Qur‟an.10 Sedangkan, menurut Yusuf al-Qaradhȃwi tafsir „ilmi hadir dimaksudkan untuk menjelaskan kandungan ayat yang ada pada al-Qur‟an dengan menggunakan ilmu-ilmu modern, seperti ilmu kedokteran, teknologi dan lain sebagainya. Penafsiran dengan menggunakan ilmu kontemporer (modern) ini dinilai dapat melihat secara pasti realita yang ada pada kehidupan dengan apa yang ada di dalam al-Qur‟an.11

Pada realitanya, al-Qur‟an memiliki kandungan berupa ayat-ayat kauniyah12 tentang adanya alam semesta dan segala sesuatu yang terjadi baik di bumi maupun di langit. Kandungan ayat kauniyah ini menjadi pendorong bagi para Mufassirȗn untuk menafsirkan ayat al-Qur‟an dengan menggunakan aplikasi ilmu saintifik. Hal tersebut merupakan aspek yang melahirkan kajian penafsiran ilmiah.13

Munculnya kajian tafsir „ilmi juga didasari oleh aspek lain, salah satunya adalah kondisi sosial politik yang bersinggungan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai salah satu contoh yaitu saat keadaan di Mesir yang dikuasai oleh Napoleon Bonaparte, keadaan tersebut menjadikan warga Mesir berkecil hati karena memiliki tingkat keilmuan yang lebih rendah

9 Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Kontemporer, (Bangil: Al Izzah, 1997), h. 273-274.

10 Husaȋn Al-Dzahabi, al-Tafsȋr wa al-Mufassirȗn, (Al-Qahirah: Maktabah Wahbah, 2000), Juz 2, h. 474.

11 A. Mufakhir Muhammad, Tafsir „Ilmi , (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2004) ,h. 3- 4.

12 Ayat-ayat al-Qur‟an yang membicarakan tentang fenomena alam dengan segala isinya mencakup tentang langit, bumi, hewan, tumbuhan termasuk juga manusia.

13 Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta Menjadikan Al-Qur‟an Sebagai Basis Kontruksi Ilmu Pengetahuan, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2015), h. 160.

(17)

dibanding dengan Eropa14, hingga muncul Muhammad Ali Pasya seorang tokoh pembaharu yang mengambil alih Mesir. Dengan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya mempengaruhi pemikir-pemikir Islam di Mesir seperti Muhammad Abduh.15 Pemikiran akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang menjadi pengaruh besar untuk ulama selanjutnya yaitu Tantawi Jauhari, di mana Tantawi memiliki karya tafsir yang berlandaskan corak ilmiah berjudul Tafsir al-Jawȃhir fȋ Tafsȋri al- Qur‟ȃn al-Karȋm.

Aspek lainnya yang menggagas lahirnya corak ilmiah bermula pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma‟mun di mana pasa masa tersebut terdapat penerjemah kitab-kitab ilmiah.16 Hal ini melahirkan kesadaran bahwa al- Qur‟an sebagai kitab yang sempurna di dalamnya terdiri dari beberapa macam ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan yang bersifat saintifik. Kehadiran corak ilmiah mencoba untuk mengungkapkan adanya keselarasan antara ayat yang terkandung dalam al-Qur‟an dengan ilmu pengetahuan. Petunjuk dengan menggunakan corak ilmiah kemudian menghasilkan cakupan yang besar dalam mengungkap kemukjizatan al- Qur‟an.

Hadirnya kajian tafsir ilmi juga mulai berkembang di Indonesia.

Perkembangan kajian ilmi meluas di Indonesia dalam beberapa periodesasi, hingga periode modern karya tafsir ilmiah yang hadir adalah Tafsir Salman, tepatnya diterbitkan pada tahun 2014. Para ilmuan dari berbagai keahlian di ITB mencoba mendiskusikan ayat-ayat al-Qur‟an dengan pemahaman teori sains yang ada. Rancangan kajian ini berawal dari kajian rutin yang dilaksanakan di masjid Salman yang digagas oleh dosen Kimia, Irfan Anshori. Sedangkan, untuk kegiatannya dimotori oleh Yan Orgianus. Kajian rutin ini berhasil menjadi karya yang kemudian dipublikasikan untuk pertama kali pada Buletin al-Misykat sejak tahun 2010 hingga 2011. Kajian tersebut akhirnya diterbitkan dengan nama Tafsir Salman.

Tafsir Salman terinspirasi dari buku La Bible Le Coran et La Science17 karya Maurice Bucaille. 18 Kajian yang ditafsirkan dalam Tafsir Salman

14 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet. VIII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 181.

15 Hendar Riyadi, “Tafsir Emansipatoris”,dalam Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 121.

16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 53.

17 Buku ini mengulas studi komparatif tentang bible , qur‟an dan ilmu pengetahuan (sains), serta ditemukannya fakta bahwa al-Qur‟an telah mengusung fenomena kejadian alam dan penemuan penemuan lainnya telah tertulis dalam al-qur‟an yang turun 14 abad yang lalu.

(18)

hanya mengacu pada Juz 30, ini terjadi dengan alasan bahwa juz „amma merupakan gabungan dari surat-surat yang dinilai paradigmatik dan filosofis.19 Alasan lainnya adalah jika melihat dari susunan yang tertera pada Juz „amma, maka dapat dilihat masyarakat pada umumnya lebih terkait dengan surat-surat yang ada di Juz 30. Di mana surat-surat ini dikenal sebagai surat yang biasanya dibacakan untuk shalat. Perihal ini menjadi bentuk upaya para peneliti Tafsir Salman untuk mewujudkan masyarakat yang selain membaca surat-surat tersebut tapi mengerti tentang kandungan yang ada dalam surat tersebut.20

Adapun pembentukan kajian Tafsir Salman dalam penafsirannya dimulai dengan ayat surat kemudian memaparkan pengantar surat yang meliputi penjelasan sebab turun (Asbȃb al-Nuzȗl) ayat, dijelaskan juga termasuk ke dalam golongan mana surat tersebut. Tafsir Salman pun tidak lepas dari pembahasan kebahasaan, di mana selalu ada telaah kebahasaan dalam penafsiran surat yang ditafsirkan. Dilanjutkan dengan tafsir terdahulu ayat tersebut, tafsir terdahulu ini diambil dari sumber-sumber Kitab tafsir kontemporer yang digubah oleh ulama-ulama terdahulu.

Dalam penafsirannya, Tafsir Salman kemudian menafsirkan dengan korelasi yang sesuai antara ayat al-Qur‟an dengan teori ilmu pengetahuan (sains). Dijelaskan secara rinci melalui ilustrasi gambar, pada bagian akhir dalam penafsiran terdapat kesimpulan dari surat yang telah dikaji. Untuk para mufassir yang berkontribusi dalam Tafsir Salman, terdapat 26 kontributor yang memiliki keahlian untuk mengulas teori sains. Selain para ilmuan, terdapat beberapa kontributor yang memiliki keilmuan keagamaan sehingga dalam proses penafsirannya tidak menjadikan kitab Tafsir Salman ini rancu.21

Terbitnya Tafsir Salman diapresiasi oleh beberapa pihak, salah satunya yaitu PBNU22 . dikutip dari artikel yang dipos oleh republika.co.id pada tahun 2018, Maksoem Mahfoedz selaku ketua PBNU memberikan ucapan selamat atas lahirnya Tafsir Salman yang berbasis saintifik. Mahfoedz menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan Kitab suci yang memiliki rahasia di setiap ayatnya. Rahasia itu dapat berupa ilmu pengetahuan yang kaitannya

18 Annas Rolli Muchlisin dan Khairun Nisa, “Geliat Tafsir „Ilmȋ di Indonesia dari Tafsir Al-Nȗr hingga Tafsir Salman”, Millatī, Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2, No. 2, Desember 2017, h. 243.

19 Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014),h.

29.

20 Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, h. 30.

21 Para kontributor atau 26 pakar ini dipaparkan pada bagian biografi, baca Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, h. 585.

22 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

(19)

erat dengan sains, ini menjadi keistimewaan Tafsir Salman. Selanjutnya, Mahfoedz mengemukakan bahwa lahirnya Tafsir Salman akan menjadi karya yang bermanfaat bagi manusia, terlebih di bidang teknologi. 23

Manfaat yang terkandung dalam kajian Tafsir Salman dapat dilihat dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam penulisan penafsirannya. Tafsir Salman menggunakan prinsip-prinsip penulisan kitab tafsir ilmi, sehingga kitab tersebut layak disebut sebagai kitab tafsir yang dapat berguna untuk pembacanya. Prinsip ini juga yang menjadi tanda serta acuan sehingga kitab yang disebut tafsir „ilmi ini memiliki kaidah yang sesuai seperti metode yang digunakan dalam menafsirkan. Bentuk penafsiran dengan hal yang berkaitan dengan ilmiah pun seharusnya telah teridentifikasi oleh pembuktian- pembuktian sains (ilmu pengetahuan yang konstan dan konsisten).24 Tafsir Salman dihasilkan oleh para ilmuan yang berupaya menafsirkan al-Qur‟an dengan konsepsi memasukkan pemahaman ilmu pengetahuan di dalamnya.

Hemat penulis penelitian ini menarik untuk dikaji, melihat bahwa Tafsir Salman merupakan kajian corak ilmiah modern yang hadir di Indonesia untuk menunjukkan adanya sumbangsih saintifik dengan al-Qur‟an serta upaya mengembangkan wacana tafsir ilmi di Indonesia. Karena, jika melihat pada telaah penafsirannya, Tafsir Salman merupakan tafsir yang dikaji berdasarkan ilmu-ilmu modern yang telah mapan dengan pembuktian ilmiahnya. Serta mengacu pada konteks masa kini, patut dipahami agar al- Qur‟an tidak hanya dimengerti lewat kajian fiqih, aqidah dan hukum. Tetapi, mampu untuk disandingkan dengan teori sains dan teknologi. Tafsir Salman juga merupakan karya tafsir ilmi bersifat kolektif yang mensinergikan sarjana berlatar Ulumul Qur‟an dan sarjana sains, hal ini menarik untuk diteliti lebih jauh.

Tinjauan lebih lanjut mengenai kajian Tafsir Salman adalah sistematika penulisan kitab tafsir. Penulis dalam hal ini memaparkan kajian Tafsir Salman dengan perkembangan kajian tafsir ilmi lainnya seperti Tafsir Ilmi Kemenag dan Tafsir al-Jawȃhir karya Ṭanṭȃwi Jaȗhari. Hal ini ditinjau agar menjadi tumpuan yang kuat bahwa Tafsir Salman layak untuk dijadikan referensi bahkan rujukan, serta isi kandungannya tidak keluar dari al-Manhaj fȋ tafsīril „Ilmi. Pusat yang diteliti dimulai dengan melihat susunan penafsiran dalam Tafsir Salman, kebenaran kaidah dan sistematika kitab tafsir ilmi harus terdapat dalam Tafsir Salman sebagaimana mestinya untuk memberikan bukti keotentikan Tafsir Salman.

23 Dikutip dari https://republika.co.id/berita/nf76tj/pbnu-apresiasi-lahirnya-tafsir- salman pada 25 Agustus 2020

24 Andi Rosadisastra, MetodeTafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 46

(20)

Bukti keotentikan Tafsir Salman tersebut dikaji dengan mengungkapkan validitas yang terkandung dalam kajiannya. Tingkat validitas kajian Tafsir Salman diperoleh dari tiga teori kebenaran dalam filsafar ilmu yaitu teori koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatisme. Selain itu, kajian Tafsir Salman ini penting dikaji untuk melihat perkembangan kajian tafsir di Indonesia dengan pemaparan tentang relevansi kajian Tafsir Salman dalam wacana tafsir ilmi.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka memunculkan beberapa pertanyaan, yaitu :

a. Apa yang dimaksud dengan corak tafsir ilmiah ?

b. Bagaimana sistematika dan prinsip yang harus dilakukan dalam proses menafsirkan ayat Al-Qur‟an ?

c. Bagaimana Kitab Tafsir „Ilmi menafsirkan ayat yang dihubungkan dengan teori sains ?

d. Jelaskan relevansi antara penafsiran pada Tafsir salman dengan sistematika kaidah penafsiran Tafsir „Ilmi ?

e. Bagaimana contoh penafsiran pada kitab Tafsir Salman ?

f. Apa perbedaan pedoman penulisan dalam Kitab Tafsir Ilmi dengan kajian Tafsir Salman ?

g. Jelaskan relevansi Tafsir Salman pada kajian tafsir di Indonesia ? h. Apa saja teori sains yang digunakan dalam penafsiran Tafsir Salman?

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian identifikasi masalah di atas, dapat dirangkum rumusan masalah untuk studi ini adalah : “Bagaimana corak ilmiah yang terkandung pada Tafsir Salman”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam dua pertanyaan, antara lain : Pertama, Apa saja ilmu pengetahuan yang digunakan pada Tafsir Salman? Kedua, Bagaimana relevansi penafsiran Tafsir Salman dengan perkembangan tafsir di Indonesia?

(21)

3. Pembatasan Masalah

Mengangkat beberapa identifikasi di atas, maka penulis hanya membatasi pembahasan masalah pada poin-poin tertentu, adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :

a. Penafsiran Tafsir Salman memfokuskan kajiannya pada juz 30.

Dengan menafsirkan 29 surat dari 37 surat yang memiliki isyarat ilmiah. Penulis dalam hal ini juga membatasi penafsiran pada kajian surat yang mengandung isyarat ilmiah berupa ilmu Ekohidrologi dan Kosmologi.

b. Pembahasan yang akan dipaparkan terhadap corak ilmiah dalam Tafsir Salman adalah penggunaan kajian saintifik dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an. Sehingga, dapat mengemukakan bahwa kajian Tafsir Salman merupakan tafsir bercorak ilmiah yaitu tafsir bi al-„Ilmi karena menggunakan teori saintifik modern seperti ilmu-ilmu terapan, geografi dan lain sebagainya.

c. Relevansi kajian Tafsir Salman dengan kajian tafsir ilmi di Indonesia dilihat dari bentuk metode, nuansa, sistematika penulisan dan tingkat validitas tafsir.

Untuk mengetahui corak ilmiah Tafsir Salman, penulis membatasi kajian corak ilmiah pada penafsiran tentang ayat-ayat ekohidrologi dan kosmologi dalam Tafsir Salman, serta melakukan perbandingan dalam sistematika Tafsir Salman modern dengan kitab tafsir ilmi klasik.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Rumusan masalah di atas telah menunjukkan adanya keingintahuan penulis untuk meneliti kajian Tafsir Salman, dengan demikian sudah seharusnya penelitian menunjukkan tujuan yang ingin dicapai. Berikut beberapa tujuan dalam penelitian ini :

1. Memotret gambaran umum dan kriteria utama corak tafsir ilmi.

dalam hal ini menjelaskan tentang sistematika penafsiran Tafsir Salman, baik berupa metode, prinsip dan konsep yang harusnya ada dalam menafsirkan kajian Tafsir „Ilmi. Serta memaparkan validitas dalam penafsiran Tafsir Salman, selain itu melihat bentuk penafsirannya yang berkesesuaian dengan standarisasi Tafsir „Ilmi sebagaimana mestinya dan tidak keluar dari kaidah kitab tafsir.

(22)

2. Memposisikan kedudukan kontribusi ilmiah kitab Tafsir Salman dalam perkembangan tafsir ilmi di Indonesia

3. Menjelaskan konsep dan susunan Tafsir Salman dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an yang dihubungkan dengan teori sains.

Merujuk pada tujuan yang tertulis di atas, maka diharapkan penelitian ini memberikan dampak dan manfaat. Terdapat dua manfaat yang yang terkandung dalam penelitian ini, yaitu manfaat Akademis dan manfaat Praktis:

1. Manfaat Akademis :

a. Menyediakan literatur tentang corak tafsir ilmi terutama pada kajian Tafsir Salman.

b. Memposisikan kitab Tafsir Salman sebagai upaya perkembangan karya tafsir dalam wacana tafsir ilmi di Indonesia.

c. Dapat menjelaskan adanya korelasi antara penafsiran yang tertera pada Tafsir Salman dengan Kitab Tafsir „Ilmi pada umumnya.

d. Sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan studi.

2. Manfaat Praktis :

a. Memberikan pemahaman kepada khalayak umum bahwa Tafsir Ilmi dapat memberikan pengaruh dan kontribusi yang menunjukkan corak ilmiah bisa diaplikasikan dalam kajian al-Qur‟an.

b. Mengarahkan kepada pengetahuan bahwa al-Qur‟an merupakan kitab yang penuh mukjizat dan terdapat i‟jaz di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana al-Qur‟an dapat ditafsirkan dengan beragam konteks keilmuan seperti corak kebahasaan, corak kemasyarakatan (adab ijtimȃ‟i), corak fiqh bahkan corak ilmiah seperti yang dibahas pada penelitian ini.

Corak ilmiah pada Tafsir Salman ini mengungkap rahasia dalam ayat al- Qur‟an mengenai berbagai fenomena dan makhluk organis.

c. Memberikan pengetahuan bahwa lahirnya Tafsir Salman bertujuan untuk memahami makna ayat al-Qur‟an dengan menggunakan teori ilmiah.

d. Secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya terhadap tema yang menggunakan tafsir ilmi sebagai acuan dalam penelitiannya.

(23)

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang akan dipaparkan dalam penelitian ini berupa penelitian terdahulu terhadap karya Tafsir Salman, Kajian Tafsir „Ilmiah pada kitab Tafsir „ilmi lainnya dan pembahasan mengenai konsep teori sains yang cakupannya berkaitan dengan Tafsir „Ilmi. Berikut ini karya ilmiah berupa tesis, disertasi dan tulisan lainnya yang membahas Tafsir Salman :

1. Rahman Hakim dalam Disertasinya yang berjudul “Tafsir Salman dalam Perspektif Metodologi Tafsir „Ilmi Ahmad Al-Fadil”25. Menurut Ahmad al-Fadil dalam proses Tafsir „Ilmi seharusnya memiliki empat aspek yang dibahas yaitu gramatika bahasa Arab, Makna kosa kata bahasa Arab, Siyaq Ayat serta tidak menggunakan tafsir „ilmi untuk mengkaji kemukjizatan para Nabi. Dalam disertasi ini juga dijelaskan tentang pendapat menurut Ahmad al-Fadil bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dimasuki Tafsir

„Ilmi selain kemukjizatan Nabi yaitu perihal segala yang Ghaib yang tidak dapat dikaji menurut pandangan sains.

Penelitian ini juga memandang dan memaparkan anggapan Ahmad al- Fadil yang menilai terdapatnya makna yang kadang dipaksakan dan bukan makna hakiki dalam penafsiran Tafsir Salman. Meskipun demikian, Tafsir Salman ini telah lahir dan memberi kontribusi.

Adapun karya lainnya adalah tentang beberapa penelitian dalam karya Tafsir „Ilmi lainnya, berikut beberapa karya yang membahas Tafsir „Ilmi dam keterlibatan saintifik di dalam karya Tafsir :

1. Tesis Sajida Putri, dengan judul “Epistemologi Tafsir Hasbi Ash- Shiddieqy dalam Kitab Tafsir al-Qur‟an al-Madjied An-Nur”26. Tafsir An- Nur merupakan salah satu kitab Tafsir yang lahir di Indonesia pada perkembangan kajian Tafsir pada tahun 1960-an. Tafsir ini juga dalam penafsirannya ada yang merujuk ke dalam kajian teori sains. Dalam tesis ini membahas mengenai beragam sumber yang terdapat dalam penafsiran Tafsir An-Nur. Karya Tafsir ini menggunakan metode tahlili dengan penggabungan antara Tafsir bi Ra‟yi dan Ma‟tsȗr. Tesis ini juga menjelaskan bahwa Tafsir An-Nur merupakan karya Tafsir dengan tiga teori yang berkembang. Teori tersebut erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, di mana teori yang terlampir adalah teori koherensi, korespondensi dan pragmatis.

25 Rahman Hakim, “Tafsir Salman dalam Perspektif Metodologi Tafsir „Ilmi Ahmad Al-Fadil”, (Disertasi S3 Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya), 2019.

26 Sajida Putri, “Epistemologi Tafsir Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Kitab Tafsir al- Qur‟an al-Madjied An-Nur”, (Tesis S2 Pascasarjana UIIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2015.

(24)

2. “Dimensi Saintifik dalam Tafsir Asy-Sya‟rawi (Studi Analisis terhadap Ayat-Ayat Kauniyah)”, karya Aryati.27 Dalam tesisnya, Aryati menjelaskan bahwa dalam kajian Tafsir Asy-Sya‟rawi penafsiran mengenai ayat-ayat kosmologi ditafsirkan secara saintifik dan dihubungkan serta dikorelasikan dengan realitas yang ada pada teori ilmiah. Ini terlihat dari bagaimana Tafsir Asy-Sya‟rawi menafsirkan ayat tentang penciptaan langit dan bumi. Dalam tesis ini juga memaparkan adanya relevansi antara Tafsir Asy-Sya‟rawi terhadap ilmu pengetahuan modern di mana Asy-Sya‟rowi menjelaskan tentang proses turunnya al-Qur‟an dengan dimensi kajian sains.

3. Nia Ainiyah28 lewat Tesisnya, judul “Ayat-Ayat Geologi dalam al- Qur‟an (Studi Komparatif Tafsir ‟Ilmi dan Teori Sains Modern)”, menjelaskan ayat geologi yang berhubungan tentang komposisi, struktur dan sejarah bumi. Dalam tesis ini mengkomparasikan antara Tafsir „Ilmi dengan teori sains modern, di mana penafsirannya diambil dari bagaimana konsep geologi seperti gunung dan laut dalam perspektif sains dan al-Qur‟an. Nia meneliti kajian ini dengan menggunakan beberapa kitab Tafsir yang bercorak ilmiah yaitu Mafatih al-Ghayb karya Fakhruddin, Al-Jawahir fi Tafsir al- Qur‟an karya Thantawi Jauhari dan Tafsir „Ilmi Kemenag-LIPI. Hal ini kemudian melahirkan pengetahuan bahwa ketiga kitab Tafsir tersebut adalah Tafsir al-Ra‟yi yang dipadukan dengan Tafsir bi al-Ma‟tsȗr. Tesis ini juga menjelaskan adanya relevansi antara penafsiran ayat geologi yang telah diteliti dengan kajian ilmiah modern (sains modern).

4. Tesis Arif Rijalul Fikry dengan judul “Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI (Kajian Epistemologi Tafsir Ayat-Ayat Kelautan)”29. Arif menjelaskan bahwa lahirnya Tafsir Kemenag ini merupakan upaya negara untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat melalui peningkatan pemahaman dan pengalaman agama. Tafsir ilmi tentang kelautan ini hadir diantara tafsir-tafsir kemenag lainnya. Eksistensi Tafsir Ilmi Kemenag diharapkan dapat memeberikan pengembangan terhadap kajian islam di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan sains modern.

27 Aryati, “Dimensi Saintifik dalam Tafsir Asy-Sya‟rawi (Studi Analisis terhadap Ayat-Ayat Kauniyah)”, (Tesis S2 Pascasarjana Intstitut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), 2018.

28 Nia Ainiyah, “Ayat-Ayat Geologi dalam al-Qur‟an (Studi Komparatif Tafsir ‟Ilmi dan Teori Sains Modern)”, (Tesis S2 Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), 2020.

29 Arif Rijalul Fikry dengan judul “Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI (Kajian Epistemologi Tafsir Ayat-Ayat Kelautan)”, (Tesis S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2017.

(25)

5. “Telaah Epistemologi Penafsiran Agus Mustofa (Studi Ayat-Ayat Akhirat dalam Tafsir „Ilmi)”, karya Erma Sauva Asvia30. Tesis ini mengemukakan sumber penafsiran yang digunakan oleh Agus Mushtofa di mana pada karyanya ia mengambil sumber dari al-Qur‟an dan logika ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an. selanjutnya mengenai metode yang digunakan adalah metode sains ilmiah yang datanya diambil dari observasi dan variabel yang sudah jelas. Dalam hal kevaliditasan penafsirannya, dijelaskan dalam tesis ini bahwa Agus Mustofa meskipun telah menggunakan kajian saintifik, tetapi belum dapat dikategorikan sebagai sebuah kajian yang koheren dan korespondensi. Erma menjelaskan, hal ini disebabkan karena Agus Mustofa tidak konsisten dalam menggunakan sumber pengetahuan.

Selain itu, penafsiran Agus ini hanya proses untuk menguji sesuatu yang sebenarnya berada di luar logika.

Tinjauan pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian Tafsir Salman dan perkembangan kajian tafsir di Indonesia terdapat dalam beberapa artikel dan jurnal keilmuan, diantaranya :

1. Annas Rolli Muchlisin dan Khairun Nisa, “Geliat Tafsir Ilmi di Indonesia dari Tafsir al-Nur hingga Tafsir Salman”31. Annas dan Nisa menjelaskan di dalam jurnalnya bahwa terdapat perkembangan dalam penulisan tafsir ilmi, sejak era 1960-an sampai sekarang. Pada era 1960-an mulai hadir karya tafsir yang memiliki corak ilmiah seperti tafsir al-ibriz karya Bisyri Mutafa, selanjutnya pada era 1990-an mulai muncul buku-buku dan literatur keilmuan yang berkaitan dengan al-Qur‟an. Pada jurnal ini juga dijelaskan bahwa pada era 2010 mulai muncul karya tafsir ilmi yang bersifat tematik seperti tafsir ilmi kemenag hingga Tafsir Salman yang dihasilkan oleh para ilmuan dan saintis ITB.

2. “Perkembangan Penulisan Tafsir al-Qur‟an di Indonesia”32, karya Sofyan Saha. Sofyan memaparkan adanya perkembangan terhadap tafsir di Indonesia. Perkembangan kajian tafsir di Indonesia mulai terlihat dari teknis penulisan yang mulai bersifat tematik (maudhu‟i), selain itu sifat mufassir dianggap menjadi kelebihan utama dalam melahirkan karya tafsir. Salah satu sifat mufassir yang penting adalah memiliki keberagaman ilmu pengetahuan.

30 Erma Sauva Asvia, “Telaah Epistemologi Penafsiran Agus Mustofa (Studi Ayat- Ayat Akhirat dalam Tafsir „Ilmi)”, (Tesis S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2018.

31 Annas Rolli Muchlisin dan Khairun Nisa, “Geliat Tafsir Ilmi di Indonesia dari Tafsir al-Nur hingga Tafsir Salman”, dalam jurnal Millati Vol.2 No.2, Desember 2017.

32 Sofyan Saha, “Perkembangan Penulisan Tafsir al-Qur‟an di Indonesia”, dalam jurnal Lektur Keagamaan, Vo. 13, No. 1, 2015.

(26)

3. “Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam : Model Managemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung”33 karya Anik Farida. Pada jurnalnya, Anik menjelaskan bahwa sarana yang dimiliki oleh masjid Salman ITB adalah sebagai wadah untuk pemberdayaan keilmuan, di mana terdapat diskusi dan kajian yang berlangsung di masjid Salman ITB, hingga melahirkan salah satu kajian tafsir yaitu Tafsir Salman. Anik juga memaparkan bahwa masjid Salman ITB selain memiliki fungsi sebagai tempat ibadan, akan tetapi memiliki fungsi sosial yang secara khusus digunakan sebagai pemberdayaan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.

4. Abdul Basid, “Tafsir Ilmiah Salman ITB (Telaah Kritis Perspektif Ulum al-Qur‟an)”34. Abdul mengritisi tentang kajian Tafsir Salman yang menurutnya tidak sejalan dengan kaidah dan sistematika penulisan tafsir ilmi.

Kritiknya terhadap kajian Tafsir Salman dilihat secara epistemologi. Abdul memberi kritik pada karakteristik penyusunan, metodologi tafsir yang digunakan, ilmu asbab al-Nuzul dan telaah kebahasaan.

Setelah menjelaskan beberapa kajian pustaka di atas, peneliti ingin menjelaskan adanya perbedaan yang ingin diungkap antara penelitian- penelitian di atas dengan penelitian baru pada tesis ini. Tesis ini tidak akan mengungkap penafsiran al-Qur‟an dengan saintifik, karena beberapa penelitian telah cukup untuk menjelaskan hal tersebut. Yang ingin ditekankan adalah keterkaitan metode penafsiran pada kitab Tafsir Salman dengan standarisasi kitab Tafsir „Ilmi sehingga Tafsir Salman dapat dinilai sebagai Kitab Tafsir yang memiliki kesamaan kapabilitas dengan kitab tafsir ilmi lainnya baik prinsip, metode dan sistematikanya, dilakukan dengan melakukan perbandingan antara pedoman yang digunakan dalam kajian tafsir ilmi dengan Tafsir Salman. Hal ini yang nantinya akan dijadikan acuan untuk membuktikan Tafsir Salman layak dikatakan sebagai Kitab Tafsir.

Selain itu, pada penelitian ini juga peneliti akan membahas tentang corak penafsiran ilmiah yang terkandung dalam Tafsir Salman serta memaparkan karakteristik penyusunannya yang sesuai dengan kaidah penyusunan tafsir ilmi. Urgensi lainnya yaitu menjelaskan pentingnya kehadiran Tafsir Salman ini untuk perkembangan tafsir di Indonesia.

33 Anik Farida, “Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam : Model Managemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung”, dalam Jurnal HARMONI Januari-April 2014.

34 Abdul Basid, “Tafsir Ilmiah Salman ITB (Telaah Kritis Perspektif Ulum al- Qur‟an)”, Artikel Instituts Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Sumenep.

(27)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat Library Research (Perpustakaan). Jenis metode kualitatif yang digunakan adalah Studi Kasus (Case Study). Studi kasus atau 'case-study', adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi, Creswell mendefinisikan studi kasus sebagai suatu eksplorasi dari sistem- sistem yang terkait (bounded system) atau kasus.35 Dalam hal ini, penelitian akan mengambil data pustaka yang berkaitan dengan kajian Tafsir „Ilmi, Tafsir Salman, Sistematika Penafsiran Tafsir „Ilmi. Adapun buku yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini mengacu pada buku Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing Among Five Traditions karya John W Creswell.

2. Sumber Data

Sumber data dalam studi kasus menggunakan beberapa sumber, seperti interview, observasi, dokumen, buku dan bahkan artefak.36 Pada penelitian ini sumber yang diambil adalah buku-buku dengan komponen primer dan sekunder. Adapun data primer adalah Tafsir Salman. Tafsir Salman digunakan untuk melihat secara keseluruhan isi dan penafsiran pada Tafsir Salman. Sedangkan data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan tentang proses sistematika dalam penafsiran tafsir „ilmi, data sekunder lainnya adalah Kitab-Kitab yang berkaitan dengan Tafsir „Ilmi. Data tersebut antara lain Tafsir „Ilmi Kemenag LIPI, Tafsir An-Nur al-Madjied, Tafsir al-Jawȃhir.

Buku yang berjudul Membumikan al-Qur‟an karya M. Quraish Shihab dan karya lain yang membahas tentang tafsir „ilmi termasuk corak, prinsip dan lainnya. Adapun buku yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini mengacu pada buku Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches dan Qualitative Inquiry and Research Design.

Choosing Among Five Traditions karya John W Creswell.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus biasanya ekstensif, dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi, seperti observasi,

35 John W Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing Among Five Traditions, Edisi Kedua, (London : Sage Pub, 2007), h. 73.

36 John W Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing Among Five Traditions, h. 79

Gambar

Ilustrasi  untuk  membuktikan  kajian  tafsir  dengan  ilmu  saintifik  juga  terdapat  pada  tafsir  al-Jawȃhir

Referensi

Dokumen terkait