• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Ilmi Periode Modern

Dalam dokumen CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN (Halaman 61-68)

BAB II KAJIAN TAFSIR ILMI

E. Model-Model Kitab dan Tafsir Ilmi

2. Tafsir Ilmi Periode Modern

Kata al-‟Âlamȋn merupakan bentuk jama‟. Al-Rȃzi mengartikan bahwa alam yang Allah ciptakan bukan sebuah alam, akan tetapi banyak alam.

Kesimpulannya adalah al-Rȃzi menilai bahwa banyak aspek-aspek dalam alam semesta tempat manusia berada.92 Kala itu, penafsiran belum menghubungkan dengan ilmu eksak, dan ketika pada abad 21 teknologi mengemukakan bahwa galaksi terdapat banyak jumlahnya dan tak terhingga.

2. Tafsir Ilmi Periode Modern a. Tafsir al-Jawȃhir

Tafsir al-Jawȃhir atau judul lengkapnya adalah Tafsir al-Jawȃhir fi tafsȋri al-Qur‟ȃn al-Karȋm merupakan karya monumental yang dilahirkan oleh salah satu Mufassir yaitu Ṭanṭȃwi Jaȗhari. Adapun kajian penafsirannya bercorak ilmiah, hal ini didasari karya pada mulanya Ṭanṭȃwi menganggap bahwa cara untuk memajukan tingkat keilmuan umat Islam adalah dengan menelaah kajian terhadap al-Qur‟an dengan pengembangan ilmu.93 Menurutnya al-Qur‟an telah mencakup berbagai macam ayat al-Qur‟an dengan kandungan ilmu yang beragam. Dalam hal ini, ayat al-Qur‟an mencakup kurang lebih 750 ayat yang berkaitan dengan alam semesta beserta isinya.94

Tafsir Al-Jawȃhir fi Tafsir Al-Qur‟an memiliki makna dari kata al-Jawȃhir yaitu mutiara. Hal ini disebabkan karena Ṭanṭȃwi Jaȗhari menjadikan mutiara sebagai pengganti dari bab atau pasal pembahasan. Dinamai al-Jawȃhir karena Ṭanṭȃwi memahami bahwa segala ayat yang terkandung dalam al-Qur‟an merupakan suatu keajaiban dan keindahan. Jika dianalogikan, maka ayat al-Qur‟an merupakan mutiara-mutiara yang jika dikaji keluarlah intan-intan permata. Ṭantȃwi menjabarkan bahwa penafsiran yang terkandung dalam ayat al-Qur‟an berisi isyarat ilmiah yang sama seperti intan permata.

92 Fakhruddin al-Rȃzi, Mafȃtih al-Ghayb, Juz 1, (Beirut : Dȃr al-Fikr, 1981), h. 14.

93 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid II, (Jakarta : Ikhtiar Van Hoeve, 1993), h.

307.

94 Ṭanṭȃwi Jaȗhari, Al-Jawȃhir fi Tafsȋr Al-Qur‟ȃn Al-Karȋm, Jilid I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1350 H), h. 1-2.

Berhubungan dengan tafsir al-jawȃhir, pada awalnya tafsir ini berupa tulisan yang ditulis oleh Ṭanṭȃwi Jaȗhari ketika dia mengajar di sekolah Dȃr al-„Ulum. Tulisan dan kajian ini ditunjukkan untuk para muridnya, selain itu sebagian dari tulisan ini pernah dipublikasikan di majalah Malajji

al-„Abbasiyah95, yang kemudian dirampungkan oleh Ṭantȃwi saat berumur 55 tahun. Tafsir al-jawȃhir terdiri dari 25 juz serta memiliki lampiran yang ditambahkan dengan jumlah keseluruhan 13 jilid.96

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Ṭanṭȃwi Jaȗhari dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an dengan kajian keilmuan atau saintifik terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Jika diteliti dari faktor internal, Ṭanṭȃwi menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dapat ditemui di dalam al-Qur‟an, selain itu Ṭanṭȃwi menjabarkan bahwa ayat al-Qur‟an yang bersifat kauniyah lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu fiqh.

Adapun faktor eksternal yang mendorong Ṭanṭȃwi untuk melahirkan karya tafsir ini adalah Ṭanṭȃwi memahami bahwa banyak dari sebagian manusia yang tidak menyadari akan keajaiban alam yang terjadi di Bumi.

Kurangnya pengetahuan manusia akan hal ini menunjukkan adanya kelemahan akan pengetahuan tentang ilmu saintifik tersebut.97

b. Tafsir Ilmi Kemenag

Embrio kehadiran Tafsir Ilmi kemenag bermula pada adanya peraturan Menteri Agama pada tahun 2007, tepatnya Bab 1 pasal 1 yang mengemukakan bahwa Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an merupakan badan yang mengurus tentang penelitian, pembelajaran dan pendidikan. Di mana pada ketentuannya, lajnah ini berada di bawah naungan Diklat Kementerian Agama RI, serta dipertanggungjawabkan kepada Kepala Badan Litbang. Tugas lajnah semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu, sehingga inilah yang menjadikan fokus menteri Agama terhadap kajian al-Qur‟an, seperti upaya untuk meneliti dan menjaga al-Qur‟an hingga memeriksa keshahihan mushaf al-Qur‟an yang berbentuk Braile untuk

95 Ṭanṭȃwi Jaȗhari, Al- Jawahir fi Tafsir Quran Karim, (Mesir : Musṭafa al-Bȃbi al-Halabi wa Auladuhu, 1350 H) juz, 1, h. 3.

96 Muhammad Ali al- Iyazi, Al- Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, (Teheran:

Muassasah al-Thiba‟ah wa al-Nasyr Wizarat al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islami, 1414 H), h.

429- 430.

97 Agus S. Djamil, Al-Quran Menyelami Rahasia Lautan, (Bandung: Mizan, 2012), h.

22.

tunanetra.98 Setalah perumusan peraturan di atas, tata kerja Lajnah Pentashihan mencakup 3 bidang yaitu bidang pentashihan, bidang pengkajian al-Qur‟an dan bidang bayt al-Qur‟an dan dokumentasi.99

Tafsir ilmi kemenag diterbitkan atas peran Kementerian Agama di dalamnya yaitu untuk menerbitkan kajian tafsir ilmi dengan tema-tema yang sudah ditentukan. Proses ini dilalui sejak tahun 2010 hingga 2016.

Penyusunan tafsir ini dilakukan secara gabungan antara para pakar ilmuwan di mana tergabung di dalamnya tokoh yang mumpuni dari Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Keduanya bersatu padu dalam melahirkan kajian tafsir ilmi yang dapat memajukan dan menjembatani kaidah dalam ilmu Agama dengan ilmu pengetahuan.

Adapun para pakar ilmuwan yang tergabung di dalam penyusunan Tafsir ilmi kemenag ini terdiri dari 2 kelompok. Kelompok pertama adalah golongan pakar keilmuwan yang memahami kaidah kebahasaan dan tata kajian dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an, pakar ini merupakan mereka yang memahami kajian ilmu keislaman mencakup aspek asbȃb al-nuzȗl dan munasabah ayat dalam al-Qur‟an. kelompok kedua merupakan golongan dengan pakar keilmuan eksakta, dimaksudkan untuk memahami kajian saintifik seperti biologi, astronomi hingga teknologi.

Penafsiran yang tertulis dalam tafsir ilmi kemenag menghimpun kajian terhadap ayat-ayat kauniyah yang susunannya diatur secara bertema atau tematik. Sama halnya seperti kajian tafsir maudhu‟i lainnya, proses penafsiran dalam tafsir ilmi kemenag diawali dengan menghimpun kajian yang mempunyai persamaan tema, kemudian dikaji dengan pendekatan saintifik. Adapun tema-tema yang dibahas adalah sebagai berikut :

a. Penciptaan Jagad Raya dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains, dengan 4 pembahasan di dalamnya, yaitu 1) pembahasan mengenai 6 hari penciptaan; 2) pemaparan tentang Tujuh langit serta pengungkapan terhadap struktur alam semesta; 3) membahas fenomena alam; 4) pembahasan tentang akhir alam semesta.

98 Nidaa Ulkhusna, Konsep Penciptaan Semesta (Studi Komperatif Antara Teori M Stephen Hawking dengan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagad Raya, Kementrian Agama RI), (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 52.

99 H. Muhammad Shohib, MA (dkk), Profil Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Fiklat Kementrian Agama RI, (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, cet 1, 2013), h. 4.

b. Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains, dengan 6 pembahasan di dalamnya, yaitu 1) pendahuluan; 2) membahas awal penciptaan bumi; 3) penjelasan mengenai anatomi bumi; 4) proses geologi; 5) pemaparan dan pemahaman tentang bumi yang dinamis; 6) penjabaran mengenai laut dan samudra.

c. Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains, dengan 6 pembahasan, yaitu 1) asal muasal kehidupan; 2) asal muasal manusia;

3) penjelasan al-Qur‟an mengenai teori Evolusi kesadaran insan manusia; 4) proses penciptaan adam; 5) al-Qur‟an reproduksi dan kehidupan manusia; 6) tujuan manusia di dunia, manusia sebagai khalifah.100

Adapun judul-judul kitab pada kajian tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dari tahun 2010 hingga 2016 oleh Lajnah Pentashihan al-Qur‟an, yaitu sebagai berikut :

a. Pada tahun 2010 terdapat 6 kitab tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dengan beberapa judul yaitu 1) Penciptaan Jagad Raya dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 2) Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 3) Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 4) Air dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 5) Tumbuhan dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 6) Kiamat Perspektif dalam al-Qur‟an dan Sains.

b. Pada tahun 2012 terdapat 4 kitab tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dengan beberapa judul yaitu 1) Hewan dalam Perspektif Qur‟an dan Sains; 2) Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 3) Seksualitas dalam Perspektif al-al-Qur‟an dan Sains;

4) Manfaat Benda-Benda Langit dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains.

c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kitab tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dengan beberapa judul yaitu 1) Makanan dan Minuman dalam Perspektif Qur‟an dan Sains; 2) Samudra dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 3) Waktu dalam Perspektif al-al-Qur‟an dan Sains.

d. Pada tahun 2015 terdapat 3 kitab tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dengan beberapa judul yaitu 1) Jasad Renik Minuman dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 2) Kepunahan Makhluk Hidup Minuman dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 3) Eksistensi

100 Dr. Muhammad Shohib, M.A, “Kata Pengantar” dalam Tafsir Ilmi Penciptaan Jagad Raya dalam Prespektif Al-Qur‟an dan Sains, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. xiv.

Kehidupan di Alam Semesta Minuman dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains.

e. Pada tahun 2016 terdapat 5 kitab tafsir ilmi kemenag yang telah diterbitkan dengan beberapa judul yaitu 1) Cahaya dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 2) Gunung dalam Perspektif al-al-Qur‟an dan Sains; 3) Fenomena Kejiwaan Manusia dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains; 4) Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains (Edisi Revisi); 5) Hewan dalam Perspektif al-Qur‟an dan Sains (Edisi Revisi) Jika melihat pada sistematika penulisan tafsir ilmi kemenag, dapat disimpulkan bahwa tafsir ilmi kemenag mempunyai ukuran 17,5 cm x 25 cm untuk Panjang x Lebar buku dengan tebal buku 2 cm. Tafsir ilmi kemenag diterbitkan di Jakarta, sesuai dengan tahun yang tertera, dengan penerbit adalah Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Tafsir ilmi kemenag diberi judul sesuai dengan tema-tema yang telah diteliti. Adapun isi kandungan pasa setiap bukunya, pertama halaman yang berisi sambutan-sambutan dan kata pengantar dari tokoh-tokoh penting yang menjadikan terbitnya buku tafsir ilmi ini.

Kemudian bagian kedua yaitu berupa isi buku yang terdiri dari pembahasan-pembahasan yang dibahas dalam tema.

Hadirnya kajian Tafsir ilmi kemenag tentu tidak jauh dari tujuan yang semestinya. Dengan tujuan yang baik yaitu untuk membantu pemahaman masyarakat akan kajian penafsiran ayat al-Qur‟an yang disajikan dengan balutan ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman antara ayat al-Qur‟an dan ilmu pengetahuan memiliki keseimbangan dan tidak bertentangan antara satu dan lainnya. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang diharapkan pemerintah akan penerbitan Tafsir ilmi kemenag, dengan harapan agar terpenuhinya kualitas kehidupan yang beragama, seperti yang tertulis pada peraturan perundang-undangan, diantaranya peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang memaparkan di dalamnya mengenai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas umat islam adalah penyediaan dan pemahaman terhadap kajian al-Qur‟an beserta tafsirannya.101

101 Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Manfaat Benda-Benda Langit, Cet. I, September 2010, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran), h. 7.

53

Sebelum membahas fokus kajian ini- corak tafsir ilmi, terlebih dahulu dibahas di bab III profil, konteks, metode dan apresiasi terhadap kitab Tafsir Salman. Lahirnya kitab ini dilatarbelakangi oleh konteks yang mendorong insiatif sejumlah sarjana yang tergabung dalam aktivitas dakwah di Masjid Salman ITB Bandung untuk menulis kitab tafsir bercorak ilmiah.

Sehubungan kitab ini ditulis oleh tim, maka dalam pembahasan profil dikenalkan terlebih dahulu sekilas tentang para kontributor. Dalam profil ini pula dibahas tujuan diadakannya diskusi mingguan, dan ragam keilmuan yang dimiliki oleh para kontributor. Selanjutnya dibahas metode dan contoh aplikasi tafsir. Bagian akhir bab ditutup dengan pembahasan apresiasi sarjana lain terhadap karya ini.

A. Konteks Kajian

Masjid Salman ITB merupakan tempat yang biasa digunakan untuk proses kajian keagamaan. Proses kajian yang dilakukan di Masjid ITB memiliki tujuan untuk membangun pemikiran kemasyarakatan dan peradaban. Adapun kajian yang dilakukan di Salman ITB beragam diantaranya kajian tafsir ilmiah, studi humanika (kajian antologi isu kemanusiaan), sesi ceramah yang disampaikan oleh beberapa pemateri serta pembahasan terhadap kajian isu-isu strategis, selain itu dilakukan juga kajian internasional dengan menggunakan perangkat zoom. Adapun proses kajian biasanya dilakukan di ruang serba guna yang dikelola oleh YPM Salman ITB dengan kapasitas 500 orang untuk hadir pada kajian dan tabligh.1

Proses kajian ini juga yang menghubungkan anggota kajian pada salman reading corner yakni tempat yang menyediakan berbagai karya tulis, setiap pengunjung harus mendaftar dan menjadi anggota agar dapat menjadi bagian di salman reading corner. Salah satu karya unggulan yang terletak di salman reading corner adalah Tafsir Ilmiah Salman.

Tafsir Salman merupakan kajian tafsir ilmi yang bermula pada kegiatan kajian mingguan di masjid Salman ITB. Kajian ini dihasilkan dan dikelola oleh para tokoh ilmuan yang mengabdikan ilmu pengetahuannya di Perguruan Tinggi Negeri, yaitu Institut Tekhnologi Bandung (ITB). Diskusi

1 Wawancara dengan Lili Nurhayati (Humas Salman ITB), whatsapp (dikirim pada tanggal 16 juni 2021 dibalas pada tanggal 19 juni 2021).

kajian ini bermula dan berlangsung pada setiap hari Senin tepatnya sejak bulan Oktober 2010.2

Pada awalnya salah satu penggagas adalah Drs. Irfan Anshory yang merupakan alumni Farmasi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia memiliki ketertarikan terhadap kajian ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah di dalamnya. Ketertarikannya terhadap kajian ayat kauniyah sering ia sampaikan dalam berbagai kajian dan khutbah yang dilakukannya, seperti kajian kuliah Dhuha, kultum yang biasa diselenggarakan di masjid Salman ITB. Hal ini kemudian menghasilkan dukungan yang positif dari berbagai pihak. Salah satunya yaitu Dr. Syarif Hidayat, sehingga muncul inisiatif untuk menghasilkan karya tafsir ilmiah.

Pada pertengahan tahun 2010, Dr. Syarif Hidayat yang merupakan ketua pengurus YPM3 Salman ITB memiliki gagasan untuk menghasilkan suatu karya tafsir dengan tinjauan ilmu-ilmu pengetahuan. Dr. Syarif Hidayat menginginkan sebuah kajian tafsir dengan tinjauan dari sudut pandang ilmu-ilmu pengetahuan modern maupun ilmu-ilmu-ilmu-ilmu tafsir klasik. Ia juga berpendapat bahwa kajian tafsir yang menggunakan corak ilmiah pada ayat al-Qur‟an sangat jarang dilakukan, karena biasanya kajian tafsir lebih condong pada penafsiran dengan nuansa linguistik, fiqih, akhlak dan tasawuf.

Sedangkan, jika melihat keseluruhan ayat di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ayat-ayat yang membahas ilmu pengetahuan.

Hingga sejak saat itu, terkumpulnya para calon kontributor untuk membantu proses penafsiran pada Tafsir Salman, mereka merupakan orang-orang yang telah menjadi jama‟ah tetap masjid Salman ITB dan memiliki tingkat keilmuan yang mumpuni untuk melancarkan upaya dalam melahirkan kajian tafsir ilmi, para kontributor dan tim yang diusung pertama kali diantaranya Dr. Sutarno, Prof. Mitra Djamal, Prof Hermawan K.D., Dr.

Moedji Raharto, Dr. Yustiono, Prof. Umar Fauzi, Samsoe Basaroedin, Salim Rusli dan lainnya.

Pada akhir september 2010, diadakan pertemuan dengan para kontributor dengan tujuan membentuk sebuah tim “Tafsir Ilmiah Juz 30” . Pertemuan tersebut diadakan di lantai 2 Gedung Kayu Kompleks Masjid Salman ITB. Adapun yang dilakukan untuk membentuk kajian ini adalah sebagai berikut :

2 Muhammad Barir, “Membedah Tafsir Salman dalam Kerangka Living Qur‟an”, diakses dari http://prupangjati.blogspot.com/2015/09/membedah-tafsir-salman-dalam-kerangka.html/,pada tanggal 16 Februari 2021 pukul 11.30.

3 Yayasan Pembina Masjid

a. Mengadakan diskusi pada setiap pekan dengan mengundang pakar-pakar yang ahli pada bidang tafsir dan bahasa Arab.

b. Diskusi yang dilakukan pada setiap pekan akan dipublikasikan ke dalam bentuk buletin jumat secara online yang bernama Misykat.

Buletin ini dapat diakses lewat website www.salmanitb.com. Publikasi diskusi ini bertujuan untuk dakwah terhadap kajian yang dihasilkan pada setiap pertemuan serta berusaha untuk mendapat masukan dari para pembaca.

c. Diskusi yang telah dilakukan setiap jum‟at secara rutin, kemudian dibukukan dan dinamai Tafsir Salman.4 Adapun diskusi kajian ini berawal pada bulan oktober dengan pemateri pertama yaitu Drs. Irfan Anshory.

Perumusan diskusi ini terus berjalan tiap minggunya setiap hari Senin pagi. Dengan pemakalah dan pembahas pertama dalam diskusi tersebut adalah Drs. Irfan Anshory. Hingga pada pertengahan Januari 2011, tokoh yang memiliki gagasan terhadap ayat kauniyah yaitu Drs. Irfan Anshory mengalami gangguan kesehatan dan kehadirannya semakin berkurang. Ia jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, hingga akhirnya wafat pada Selasa, 15 Maret 2011 karena penyakit sirosis yang dialaminya.

Namun meskipun keadaan berubah dengan hilangnya Drs. Irfan Anshori, hal tersebut tidak menurunkan Tim Tafsir Salman dalam meneliti kajian ayat ilmiah. Diskusi ini tetap berjalan dengan menghadirkan berbagai macam pakar dari keilmuan yang beragam. Pada awalnya, para pakar yang hadir dalam diskusi Tafsir Salman dihadirkan sebagai penanggap atas makalah yang telah dibuat oleh Drs. Irfan Anshory. Namun, setelah Drs.

Irfan wafat hal tersebut digantikan dengan para pakar atau para kontributor yang tergabung bergantian membahas ayat yang akan dikaji dengan disiplin ilmu mereka masing-masing.5

Dalam dokumen CORAK ILMIAH TAFSIR SALMAN DI ZAMAN MODERN (Halaman 61-68)

Dokumen terkait