10
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Karya Sejenis Terdahulu
Tabel 2.1 Tinjauan Karya Sejenis Terdahulu
Nama Peneliti Peneliti 1
Regina Gani
Peneliti 2
Koosnia Cahyaningrum
Judul Penelitian
Perancangan Promosi Restoran Kaca Mata
Perancangan Promosi Comic Cafe
Lokasi Penelitian
(Tahun Terbit)
Universitas Multimedia Nusantara
Tahun: 2019
Universitas Multimedia Nusantara
Tahun: 2019
Masalah Penelitian
Kurangnya awareness masyarakat zaman sekarang terhadap restoran Kaca Mata dan lemah di bagian promosi dibanding kompetitor lainnya
Kalah saing dengan kompetitor dan minimnya awareness terhadap Comic Café serta promosi tidak berjalan dengan baik
Tujuan Penelitian
Merancang promosi yang sesuai untuk meningkatkan
Merancang promosi Comic Café agar dapat lebih
11 brand awareness dari restoran Kaca Mata
diketahui oleh masyarakat luas
Teori yang digunakan
Promosi, iklan, desain, tipografi, fotografi
Desain, promosi, restoran
Metode Penelitian
Penelitian Campuran Penelitian Campuran
Lokasi Penelitian
Restoran Kaca Mata, Jakarta Comic Café, Jakarta
Hasil Penelitian
Promosi yang sesuai dapat meningkatkan awareness dan penjualan
Promosi yang dilakukan bermanfaat untuk
peningkatan penjualan dan awareness
Sumber: Data Olahan Pembuat Karya (2020)
2.2 Konsep
2.2.1 Komunikasi Pemasaran
Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan faktor utama dalam pemasaran karena mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai suatu merek atau produk yang ditawarkan. Kotler (2016, p. 172) menyatakan bahwa menyatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah sarana yang
12
digunakan oleh perusahaan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen terkait dengan produk yang ditawarkan.
Menurut Soemanagara (2012, p. 4) komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada konsumen melalui beberapa media dan saluran dengan harapan akan terjadinya tiga tahapan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki. Selain itu, terdapat beberapa jenis media yang dapat digunakan seperti folder, poster, televisi, radio, majalah, dan surat kabar.
Soemanagara (2012, p. 63) menyatakan bahwa komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahapan yang ditujukan kepada konsumen yaitu perubahan pengetahuan (knowledge change), perubahan sikap (attitude change), dan perubahan perilaku (behaviour change). Tahap perubahan pengetahuan (knowledge change), informasi yang disampaikan mengenai produk mulai dari merek (brand), fungsi dan kegunaan, kemasan, dan figur penggunaan produk. Dalam perubahan pengetahuan tersebut, konsumen memahami dan mengetahui adanya keberadaan sebuah produk atau jasa, untuk siapa dan manfaat apa produk barang atau jasa tersebut.
Tahap perubahan sikap (attitude change), komunikasi ditujukan guna memperkuat kedudukan merek (brand) dengan menggunakan strategi pesan seperti menginformasikan keunggulan suatu produk, dan citra lembaga.
Tahap perubahan perilaku (behaviour change), pesan ditujukan untuk menunjukkan sebuah alasan mengapa suatu produk atau jasa tersebut masih
13
menjadi yang terbaik dibandingkan dengan produk yang lain. Perubahan perilaku tersebut merupakan sebuah cara untuk membujuk konsumen untuk memilih produk atau jasa yang ditawarkan.
2.2.1.1 Media Sosial untuk Komunikasi Pemasaran
Media sosial saat ini bukan lagi hal asing dalam melakukan kegiatan pemasaran, terutama bagi kaum millenials. Media sosial memiliki kekuatan dalam menyebarkan informasi dengan cepat dan luas. Menurut Nasrullah (2015, p. 11), media sosial adalah medium di Internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lainnya, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Menurut Kotler (2012, p. 238), media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, video dan audio dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya.
Media sosial hadir dalam berbagai bentuk, namun ada lima opsi media sosial yang bisa digunakan untuk kegiatan pemasaran, yaitu Youtube, Facebook, Instagram, Twitter dan Forum. Media sosial saat ini sudah menjadi sarana atau wadah bagi masyarakat untuk berkomunikasi secara online. Kegiatan pemasaran saat ini kebanyakan menggunakan media sosial karena lebih efektif dan tepat, cara ini mudah dan sederhana namun memiliki efek yang luar biasa.
14
Menurut Puntoadi (2011, p. 5), pemanfaatan media sosial adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan membangun personal branding melalui media sosial yaitu tidak mengenal trik atau popularitas semu, karena audiens yang akan menentukan. Berbagai media sosial dapat menjadi media untuk orang berkomunikasi, berdiskusi, bahkan mendapatkan popularitas di media sosial.
2. Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan audiens dan menawarkan bentuk komunikasi yang lebih individual. Melalui media sosial, pemilik bisnis dapat mengetahui kebiasaan audiens mereka dan melakukan interaksi secara personal serta membangun keterikatan yang lebih dalam.
Melalukan kegiatan pemasaran melalui media sosial bisa dapat disebut juga dengan social media marketing. Zarella (2010, p.
2) menyatakan bahwa social media marketing adalah strategi kegiatan pemasaran menggunakan situs-situs media sosial karena merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mempromosikan produk barang dan jasa yang dimiliki melalui Internet marketing.
Social media marketing lebih sesuai untuk pembangunan dan pemanfaatan area media sosial sebagai sarana membangun target pasar dari bisnis yang dimiliki.
15
2.2.1.2 Social Media Strategy Wheel
Strategi yang digunakan dalam mengelola media sosial berdasarkan Breakenridge (2012, p. 101) adalah dengan menggunakan Social Media Strategy Wheel untuk membantu aktivitas marketing relations untuk mencapai tujuan komunikasinya dan menciptakan social media marketing dalam perencanaanya.
Social Media Strategy Wheel terdiri dari empat lapis, yaitu:
1. Discovery Research
Di tahap ini dilakukan penelitian terlebih dahulu agar konten yang dibuat menjadi efektif dan tepat sasaran. Dalam lapisan ini juga mengumpulkan informasi dan data - data yang diperlukan untuk ke lapisan selanjutnya. Dalam tahap ini juga dilakukan penelitian dengan mencari informasi dan data - data yang diperlukan.
2. Menentukan Goals dan Objective
Lapis kedua ini adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan dan pembuatan konten di media sosial, seperti awareness, peningkatan penjualan dan lainnya. Objective yang dituju dapat berupa misalnya memiliki peningkatan jumlah followers dan juga profile visit di Instagram.
3. Formulasi Strategi dan Taktik
Pada lapisan ketiga ini merupakan inti dari social media strategy wheel untuk menerapkan strategi dan taktik yang dapat
16
menunjang dan mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Breakenridge (2012, p. 57) bagian ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
a. Tracking & Monitoring Strategy, yaitu menentukan topik yang ingin dibagikan untuk audiens dan penting untuk diinformasikan.
b. Distribution/channel strategy, yaitu mencari tahu platform yang digunakan audiens, sehingga dapat disesuaikan.
c. Communication/content optimization, yaitu konten apa yang dibutuhkan, membuat konten yang dapat memikat perhatian audiens dan mendorong audiens untuk ikut membagikan konten tersebut.
d. Engagement strategy, yaitu cara-cara yang digunakan untuk melibatkan audiens untuk bertindak, baik dalam merespon atau memberikan feedback dari konten yang dibuat.
e. Measurement strategy, yaitu menetapkan strategi untuk mengukur keberhasilan konten tersebut dan mencapai objective.
4. Evaluasi
Lapisan ini merupakan lapisan terakhir yang memiliki lima unsur di dalamnya, yaitu:
17
a. Tracking and Monitoring Software, sebuah fitur dalam media sosial yang dapat mengukur insight dan juga profile visit.
b. Distribution Channels, evaluasi yang menentukan apakah platform yang digunakan sudah efesien dan tepat.
c. Optimize Content Creation, mengevaluasi konten yang dibuat dan di publikasikan sudah tepat dan optimal atau belum.
d. Engagement two ways conversations experience and sentiment, mengevaluasi komunikasi dua arah melalui media sosial dan engagement.
2.2.2 Brand
2.2.2.1 Brand Awareness
Brand awareness menurut Aaker dalam Handayani (2010, p.
65) merupakan kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Brand awareness dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari pembeli potensial untuk mengenali dan mengingat merek tertentu. Berikut merupakan empat tingkatan brand awareness, yaitu:
1. Brand Unaware (tidak menyadari merek) dalam tingkat ini, merupakan tingkatan yang paling rendah saat masyarakat tidak
18
mengetahui suatu merek atau brand tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan brand.
2. Brand Recognittion (pengenalan merek) merupakan tingkatan kedua untuk memberikan ingatan atas brand tersebut diperlukan bantuan berupa ciri-ciri brand itu.
3. Brand Recall (mengingat kembali brand) tingkatan ketiga saat brand disebutkan oleh konsumen atau potential buyer dan diingat kembali.
4. Top of Mind (puncak pikiran) tingkatan ini yang paling tinggi dalam brand awareness, ketika ditanya tentang suatu kategori produk, konsumen spontan pertama kali mengingat suatu brand tanpa ada bantuan (ciri-ciri). Hal tersebut menandakan merek atau brand tersebut memiliki kekuatan dan ada dalam benak konsumen.
Oleh karena itu, penting adanya pengenalan maupun pengingatan brand agar mendapatkan identitas dan penting membangun serta meningkatkan brand awareness suatu brand atau perusahaan.
2.2.2.2 Brand Engagement
Menurut Wheeler (2013, p. 2) brand bukan suatu hal yang berbentuk fisik, melainkan sebuah perasaan seseorang terhadap sebuah produk atau jasa dengan merek tertentu. Brand memiliki beberapa fungsi dimana salah satu fungsi utamanya adalah sebagai
19
engagement, yaitu untuk mendorong para pelanggan supaya dapat berhubungan secara emosional dengan sebuah merek. Melalui brand engagement, para customer diajak untuk dapat mengenali sebuah produk atau jasa yang ditawarkan dan diberi alasan khusus tentang mengapa mereka memilih satu merek di antara yang lain. Oleh karena itu, mereka tidak sekedar membeli sebuah produk untuk memenuhi kebutuhan sejenak, melainkan diajak untuk mempercayai merek yang menjual produk tersebut.
2.2.2.3 Brand Image
Brand image merupakan persepsi konsumen terhadap suatu brand atau merek. Menurut Tjiptono (2015, p. 49), brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan terhadap merek tertentu. Dari definisi menurut para ahli di atas, bahwa brand image selalu terkait dengan faktor-faktor pembentuk brand image.
Menurut Kotler (2011, p. 347) yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran, faktor pembentuk brand image sebagai berikut:
1. Favorability of brand association, yaitu asosiasi merek yang timbul karena adanya kepercayaan konsumen bahwa atribut- atribut dan manfaat yang diberikan suatu merek dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
2. Strength of brand association, yaitu asosiasi merek yang terbentuk oleh informasi yang masuk ke dalam ingatan konsumen
20
dan bagaimana informasi tersebut dan bertahan sebagai bagian dari brand image.
3. Uniqueness of brand association, yaitu asosiasi merek yang dapat ditimbulkan dengan membuat perbandingan secara langsung dengan produk atau jasa sejenis dari pesaing sehingga produk atau jasa tersebut memiliki asosiasi yang unik dalam benak konsumen.
2.2.3 Video Konten Instagram
Dalam merancang video promosi dilakukan tiga tahapan yaitu tahap pre-production, production, dan tahap post-production. Tahap pre- production berisi perancangan storyboard, storyline, konsep dan shoot planning. Tahap production yang merupakan kegiatan eksekusi dari pembuatan video tersebut yang mengacu pada rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Seperti pengaturan cahaya, pengaturan posisi (angle), dan pasca produksi yang merupakan proses penggabungan dan proses editing video. Tahap post-production yaitu tahapan editing dan revisi. Tahapan ini penting karena hasil akhir video akan sangat bagus jika menggunakan teknik editing yang baik.
2.2.3.1 Angle
Pengambilan angle sangat diperlukan dalam pembuatan video, tidak hanya asal mengambil gambar, melainkan harus pandai mengatur angle yang tepat. Sudut pandang kamera yang tepat akan
21
menghasilkan gambar yang mudah diterima penonton. Berikut beberapa kategori pengambilan gambar menurut Fachruddin (2012, p. 153):
1. High angle merupakan sudut pengambilan dari atas objek sehingga objek terlihat kecil. Sudut pengambilan gambar ini tidak terlalu tinggi dari pada bird eye view. Pada sudut pengambilan gambar high angle, objek terkesan kerdil, lemah dan terpojok.
Sumber: Fushimi Inari Market Japan Street Food (2020)
Gambar 2.1 High Angle
2. Low angle merupakan sudut pengambilan gambar dari bawah objek. Kebalikan dari sudut high angle, sudut low angle pada objek memiliki kesan kuat, berkuasa dan kesan dramatis.
22
Sumber: Flamethrower Tuna (2018)
Gambar 2.2 Low Angle
3. Eye level merupakan sudut pengambilan gambar yang sejajar dengan objek, sehingga memiliki kesan sejajar dengan tatapan mata penonton. Sudut pengambilan gambar ini tidak memiliki kesan khusus karena pandangan mata objek sejajar dengan ketinggian objek lainnya.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.3 Eye Level
Ukuran pengambilan biasanya dikaitkan dengan ukuran tubuh manusia yang menimbulkan kesan seperti tingkat emosi dan
23
situasi, namun bisa juga diambil pada benda-benda lain. Berikut merupakan sembilan ukuran gambar menurut Fachruddin (2012, p.
150):
1. Extreme long shot merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu peristiwa atau pemandangan yang sangat-sangat jauh, panjang dan luas atau berdimensi lebar, biasanya digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.4 Extreme Close Up
2. Very long shot merupakan gambar opening scene atau bridging scene saat penonton diperlihatkan adegan kolosal, kota metropolitan dan lainnya, biasanya pengambilan gambar seperti top angle dari helikopter, menggunakan crane atau jimmy jib.
24
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.5 Very Long Shot
3. Long shot merupakan keseluruhan gambaran dilihat dari kepala ke kaki atau manusia seutuhnya, biasanya dikenal sebagai landscape format untuk memperlihatkan keluasan atau suasana dan objek.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.6 Long Shot
4. Medium long shot merupakan pengambilan gambar suatu objek seperti manusia dari lutut sampai kepala.
25
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.7 Medium Long Shot
5. Medium shot merupakan pengambilan gambar dari pinggul atau pinggang sampai kepala.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.8 Medium Shot
6. Middle close up merupakan pengambilan gambar dari dada sampai kepala.
26
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.9 Middle Close Up
7. Close up merupakan pengambilan gambar keseluruhan dari wajah manusia, biasanya latar belakang hanya terlihat sedikit dan befokus pada wajah karena dapat digunakan sebagai komposisi gambar paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.10 Close Up
8. Big close up merupakan pengambilan gambar yang lebih tajam dibanding close up karena mampu mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka dan emosional wajah.
27
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.11 Big Close Up
9. Extreme close up merupakan pengambilan gambar yang kedekatan dan ketajamannya hanya fokus pada satu objek. Paling sering digunakan untuk memperlihatkan emosi karena sangat dekat dan biasanya berfokus pada hal detail. Misalnya mata, telinga, hidung.
Sumber: Burnt (2015)
Gambar 2.12 Extreme Close Up
Selain pengambilan angle yang tepat, pergerakan kamera juga penting dalam pembuatan video. Pergerakan kamera yang sesuai dan tepat akan menghasilkan video yang dramatis dan lebih
28
berfokus pada subyek tertentu. Berikut teknik dasar pergerakan kamera menurut Semedhi (2011, pp. 58-60) yaitu:
a. Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
b. Tilting adalah gerakan kamera secara vertical, mendongak dari atas ke bawah atau sebaliknya.
c. Dolly atau Tracking adalah gerakan kamera di atas tripot mendekati atau menjauhi subjek.
d. Zoom adalah gerakan lensa akibat pengubahan titik api lensa.
Zoom-In berarti menggeser titik api kecil ke titik api besar.
Zoom-Out berarti menggeser titik api besar ke titik api kecil sehingga menghasilkan pengecilan rasio ukuran subjek dalam bingkai shot.
e. Follow adalah gerakan kamera maju mengikuti subjek yang membelakangi kamera.
f. Crane atau Jib Shot adalah pergerakan kamera ke arah mana pun objek ingin direkam sesuai dengan kebutuhan shot. Biasanya teknik ini dipasang di atas mesin beroda.
g. Pedestal adalah pergerakan ke atas dan ke bawah, tetapi yang membedakannya dengan tilting yaitu posisi kamera pada pergerakan ini ikut bergerak ke atas (pedestal up) dan ke bawah (pedestal down).
29 2.2.4 Fotografi
Menurut Dharsito (2015, p. 2), fotografi berasalah dari bahasa Yunani, “photos” yang berarti cahaya dan “graphe” yang berarti menggambar. Dengan kata lain fotografi adalah menggambar menggunakan cahaya. Sebelum sampai pada era digital seperti saat ini, fotografi sudah melewati proses pengoperasian yang sulit dengan sejarah yang panjang.
2.2.4.1 Food Photography
Food photography adalah satu cara yang biasanya digunakan untuk mempromosikan bisnis kuliner melalui fotografi. Makanan yang awalnya sederhana dapat terlihat lebih menggoda jika menggunakan teknik foto yang sesuai dengan konsep yang ingin diperlihatkan. Menurut Young (2011, p. 13), ada beberapa hal mendasar yang perlu dipahami khususnya dalam food photography yaitu while balance dan exposure triangle (ISO, aperture dan shutter speed). Pengaturan white balance terdiri dari auto, daylight, shade, cloudy, flash, tungsten dan fluorescent. Biasanya untuk food photography menggunakan daylight, shade atau cloudy. Pengaturan pada exposure triangle berpengaruh pada keseimbangan cahaya, fokus dan depth of field yang akan dihasilkan.
Young (2011, p. 45), mengemukakan bahwa mendapatkan foto makanan yang menggoda dalam proses food photography diperlukan beberapa hal dasar yang perlu dipahami seperti lighting,
30
styling, composing dan editing. Sumber cahaya dapat berasal dari mana saja tetapi sumber cahaya yang berbeda dapat membuat perbedaan pada colors, intensitives dan moods. Berikut beberapa teknik dan sumber cahaya yang dapat digunakan dalam food photography:
a. Backlight adalah cahaya yang diletakkan di belakang objek merupakan cara terbaik untuk membuat objek foto terlihat lebih bertekstur dan lebih tajam.
b. Natural light adalah cahaya yang simpel, alami, bersih, terang dan mudah digunakan. Cahaya ini dapat ditemukan dimana saja pada siang hari, tetapi untuk menggunakan natural light waktu yang dibutuhkan terbatas.
c. Strobe light adalah cahaya artifisial dari lampu studio yang memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi karena dapat dilakukan di berbagai tempat dan tidak ada batasan waktu. Menggunakan cahaya artifisial membutuhkan pengetahuan lebih dalam untuk mengatur alat-alat yang digunakan agar dapat menghasilkan foto yang lebih maksimal.
d. Continuous light adalah cahaya yang ada di sekitar, tetapi menggunakan continuous light dapat mempengaruhi hasil foto pada objek karena hasil yang didapatkan sama seperti yang sedang terlihat.
31
Dalam food photography tujuan utamanya adalah membuat objek foto dalam hal ini makanan agar telihat menggoda hanya dengan sebuah foto, karena foto tersebut tidak bisa di pegang dan dirasakan secara langsung. Beberapa teknik styling menurut Young (2011, p. 79) yang sering digunakan dalam food photography antara lain:
1. Menggunakan steamer untuk menambahkan kesan asap.
2. Selalu menambahkan hiasan atau garnish agar lebih menarik tetapi tidak berlebihan.
3. Menambahkan ganjalan dibawah makanan atau piring agar terlihat lebih padat dan berisi.
Menurut Young (2011, p. 115), selain styling masih ada hal yang harus diperhatikan yaitu framing dan composition. Hal mendasar yang perlu dipahami adalah rule of third. Setelah itu bisa dieksplor dengan background dan foreground, vertikal dan horizontal, serta overhead view.
2.2.5 Warna
Menurut Holtzschue (2017, pp. 1-2), warna merupakan salah satu elemen yang penting dalam desain. Warna mengandung makna dan memiliki daya persuasif sehingga menjadi seangat berguna dalam meningkatkan kualitas promosi dalam proses pemasaran. Persepsi terhadap warna berbeda-beda menurut tiap orang yang melihatnya. Bahkan secara
32
simbolis, warna memiliki arti sendiri berdasarkan berbagai macam situasi dan budaya. Menurut Supriyono (2010, p. 72), spektrum warna (hue) terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Warna primer (primary colors) terdiri dari warna merah, kuning dan biru
2. Warna sekunder (secondary colors) terdiri dari campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang, seperti warna jingga tercipta dari gabungan warna merah dan kuning.
3. Warna tersier (tertiary colors) terdiri dari gabungan antara warna primer dan sekunder, seperti kuning – jingga, ungu – biru dan kuning – hijau.
2.2.5.1 Psikologi Warna
Warna dapat memberikan berbagai macam respon secara psikologis dan mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.
C.S Jones dan Table (2015) merangkum warna dasar yang menggambarkan rasa dan emosi serta memiliki makna tersendiri.
Berikut ini contoh klasifikasi warna:
1. Merah: kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresif, bahaya
33
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.13 Merah
2. Biru: kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, pemerintah
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.14 Biru
3. Hijau: alami, kesehatan, kecemburuan, pembaharuan
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.15 Hijau
4. Kuning: optimis, harapan, folosofi, kecurangan, pengecut, pengkhianat, hati-hati
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.16 Kuning
34
5. Ungu: spektural, misterius, keagungan, perubahan bentuk, galak arogan
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.17 Ungu
6. Jingga: energi, keseimbangan, kehangatan
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.18 Jingga
7. Cokelat: bumi, nyaman, dapat dipercaya, bertahan
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.19 Cokelat
8. Abu-abu: intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.20 Abu-abu
35
9. Putih: suci, bersih, kecermatan, steril, kematian
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.21 Putih
10. Hitam: kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketidakberdayaan, keanggunan
Sumber: Dokumentasi pembuat karya (2020) Gambar 2.22 Hitam
2.2.5.2 Cool/Warm Tone
Menurut Lauer (2011, p. 270), tone warm pada warna berdasarkan warna dari objek yang sudah ada, seperti merah dan jingga dari api, serta kuningnya matahari menunjukkan warna yang bersifat hangat. Sebaliknya, tone cool berdasarkan warna dari langit dan air seperti biru dan hijau laut. Secara psikologis, melihat warna yang mengarah ke warna merah akan memberi kesan kehangatan walaupun secara fisik tidak akan terasa kehangatan tersebut. Sama halnya dengan warna biru pada objek yang memberi kesan dingin namun tidak berarti temperatur dirasakan oleh badan dingin.
36 2.2.5.3 Color Personality Plus
Menurut Wolfrom (2011, p. 41), warna tidak hanya dapat mempengaruhi suasana tetapi bahkan sampai ke jumlah makanan yang dikonsumsi. Respon pengamat terhadap warna dapat bersifat fisik, yaitu appetite, sifat dan metabolisme tubuh. Warna paling efektif yang dapat meningkatkan selera makan adalah warna yang bersifat warm seperti merah dan jingga. Kedua warna tersebut juga memiliki pengaruh untuk menangkap perhatian orang.
2.2.5.4 Kombinasi Warna
Perpaduan warna yang harmonis dapat dicapai dengan melakukan kombinasi warna yang tepat. Kombinasi warna yang harmonis adalah memadukan dua warna atau lebih karena menganut prinsip desain. Warna akan tetap harmonis jika menggunakan prinsip kesatuan, kontras dan lainnya melalui data lokasi warna pada color wheel. Biasanya warna-warna yang dikombinasikan itu bersebelahan atau berdampingan atau berhadapan dalam color wheel. Kombinasi warna dibagi menjadi enam golongan menurut C.S Jones dan Table (2015) yaitu:
1. Kombinasi Warna Analogus (analogous) adalah kombinasi dari dua warna yang berdekatan dalam color wheel. Pilih satu warna
37
utama lalu ambil satu sampai dua warna yang berdempet pada warna tersebut. Kombinasi warna analogus masuk kedalam color harmony karena warna-warna yang dipilih masih mirip atau transisi dari warna utamanya adalah prinsip kesatuan.
2. Kombinasi Warna Monokromatik (monochromatic) adalah kombinasi dari berbagai warna yang diciptakan dengan shade dan tint yang berbeda, seperti merah tua, merah dan merah muda.
3. Kombinasi Warna Komplementer (complementary) adalah kombinasi warna antara warna-warna yang saling bersebrangan atau berhadapan letaknya dalam color wheel. Perpaduan warna komplementer akan tampak indah karena keduanya berbeda jauh, saling melengkapi, warna komplementer juga termasuk kedalam color harmony karena didasarkan prinsip kontras.
4. Kombinasi Warna Split Complementary adalah dua warna yang bersebrangan, tetapi tidak benar-benar bersebrangan dalam color wheel karena sudut mendekati 180 derajat. Biasanya split akan menggunakan dua warna lain dari warna utama untuk sedikit mereduksi kekontrasan yang terjadi.
5. Kombinasi Warna Triadic Complementary adalah tiga warna bersebrangan yang membentuk sudut 60 derajat dalam color wheel. Bentuk pilihan kombinasi warna ini pada color wheel menyerupai segitiga sama sisi.
38
6. Kombinasi Warna Tetrad Complementary adalah empat warna yang bersebrangan dan membentuk sudut 90 derajat dalam color wheel. Kombinasi warna ini juga sering disebut double complementary.
2.2.6 Grid
Tondreau (2019, p. 8) menyatakan bahwa grid merupakan alat yang digunakan untuk menyusun ruang dan informasi dalam sebuah media desain untuk para pembaca. Grid membantu desainer untuk bisa membangun sebuah layout dalam pembuatan sebuah desain pada berbagai macam media.
2.2.6.1 Elemen Grid
Tondreau (2019, p. 10), mengatakan bahwa grid terdiri dari enam bagian, yaitu:
1. Columns
Column merupakan bagian ruang yang bersifat vertikal, perlawanan dari row, yang bisa diisi dengan gambar atau teks.
Kelebaran dan jumlah column bisa berbeda-beda karena bergantung pada jenis, jumlah dan ukuran konten yang ingin dipasang.
2. Modules
39
Komponen ini merupakan bagian-bagian individu yang terpisah oleh spasi yang konsisten. Dengan kata lain, gabungan modules dapat dijadikan columns atau rows.
3. Margins
Elemen grid ini disebut sebagai zona penyangga. Margin merupakan spasi yang mengelilingi konten pada halaman.
Ruang tersebut biasanya kosong, namun juga bisa digunakan oleh informasi sekunder seperti catatan atau keterangan tertentu.
4. Spatial zones
Spatial zone adalah sekelompok modules atau columns sehingga membuat ruangan tertentu dengan ukuran yang dibutuhkan untuk memasukan konten tertentu, seperti iklan, gambar, dsb.
5. Flow lines
Komponen ini adalah sebuah garis imajiner horisontal yang berfungsi sebagai penjajaran elemen yang membantu pembaca saat sedang melintasi konten pada halaman. Misalnya, sebuah paragraph yang terdiri dari sekelompok teks akan dijajarkan dengan sejumlah flowlines yang disusun dengan ukuran spasi antara flowline dengan konsisten.
6. Markers
Marker adalah sebuah komponen yang membantu pembaca untuk bisa bernavigasi dalam sebuah dokumen yang memiliki
40
banyak halaman. Contohnya adalah nomor halaman, header, footer dan icons.
Sumber: Medium (2019)
Gambar 2.23 Grid Components Diagram
2.2.6.2 Struktur Layout
Ada lima jenis struktur grid yang diterangkan menurut Tondreau (2019, p. 11) sebagai berikut:
1. Single-column grid
Struktur ini biasanya digunakan dalam dokumen yang memiliki konten bersifat running, seperti laporan, esai atau buku.
2. Two-column grid
Struktur ini berguna dalam memberi susunan teks yang lebih rapi atau saat ingin menyampaikan dua jenis informasi yang
41
berbeda. Ukuran lebar antara dua kolom tersebut bisa sama atau pun berbeda.
3. Multicolumn grid
Multicolumn grid menggunakan jumlah kolom yang fleksibel dengan kelebaran yang bisa bervariasi. Struktur ini sangat berguna untuk menyusun informasi dalam website, atau majalah yang mengandung banyak jenis konten dan informasi hanya dalam satu halaman.
4. Modular grid
Struktur ini sangat berguna saat ingin menaruh jenis informasi yang bersifat rumit seperti koran, kalender, bagan dan tabel.
Modular grid menggabungkan column dan row sehingga strukturnya merupakan pembagian ruangan berukuran kecil.
5. Hierarchical grid
Struktur ini membagikan sebuah halaman dalam beberapa sektor yang biasanya terbagi dalam bentuk kolom horisontal atau rows dengan ukuran yang berbeda-beda.
2.2.7 Tipografi
Menurut Sihombing (2015, p. 58), tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual yang pokok dan efektif. Huruf dibagi ke dalam beberapa klasifikasi.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
42 a. Old style
Jenis huruf ini juga dikenal sebagai tipografi serif Humanis, karena dikembangkan pada abad ke-15 dan 16. Karakteristik umum dari huruf ini yaitu serif berukuran kecil dengan sudut lengkung yang besar, terdapat kemiringan pada sumbu huruf ‘O’, dan kontras stroke yang rendah.
b. Transitional
Huruf-huruf ini muncul pada pertengahan abad ke-17, dan merupakan transisi antara huruf-huruf Old Style dan tipografi dengan serif modern.
Karakteristik yang dapat dijumpai dalam jenis huruf ini adalah serif berukuran kecil dan bersudut lengkung kecil, serta kontras stroke yang cukuh.
c. Modern
Huruf jenis ini dikembangkan pada akhir abad ke-2 dan menjadi perubahan radikal terhadap tipografi tradisional pada masa itu.
Karakteristik jenis huruf inni adalah serif berukuran kecil tanpa sudut lengkung, sumbu ‘O’ tegak vertical dan kontras stroke yang ekstrim.
d. Egyption
Huruf ini dikenal sebagai slab serif, diperkenalkan pada abad ke-19 dan banyak digunakan dalam desain iklan. Karakteristik huruf ini adalah serif berbentuk kotak dengan ukuiran besar dan tidak memiliki sudut
43
lengkung, memiliki sumbu ‘O’ yang tegak vertical dan kontras stroke yang rendah.
e. San serif
San serif merupakan jenis huruf yang menutup klasifikasi huruf yang bermunculan pada abad ke-19. Karakteristik huruf ini adalah tidak memiliki sumbu ‘O’ tegak vertical dan kontras stroke yang rendah atau tidak memiliki kontras stroke.
Selain klasifikasi di atas, Sihombing (2015, p. 71), menjelaskan bahwa ada jenis huruf custom typeface. Custom typeface adalah huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis.
2.2.8 Konten Instagram Marketing
Kini Instagram tidak hanya sebagai media untuk berbagi foto atau video, namun juga sudah merambah ke dunia bisnis atau marketing. Banyak fitur dan konten yang disediakan Instagram untuk menunjang pelaku bisnis dalam memasarkan produknya. Menurut artikel dari Starngage (2018), bahwa konten marketing itu sendiri adalah sebuah pemasaran atau bisnis untuk membuat dan mendistribusikan konten yang relevan untuk menarik perhatian, melibatkan audiens dan dapat memenuhi tujuan dari pemilik bisnis atau perusahaan tersebut.
Tujuan utama dari pembuatan konten di Instagram adalah untuk mengajak audiens untuk berpartisipasi dan berlibat terhadap konten yang di
44
buat. Tidak hanya itu Instagram juga mengoptimalkan fitur-fitur pada Instagram bisnis menurut artikel dari Tekno Kompas (2018) sebagai berikut:
1. Insight, yaitu fitur yang memberikan insight penggunanya dan memberikan masukan bagi pengguna Instagram bisnis dan menganalisis penggunanya. Seperti mengetahui jumlah profil visit, demografi, usia, serta minat konsumen.
2. Auto reply, yaitu untuk memberikan balasan secara otomatis kepada pengguna yang mengirim pesan kepada akun Instagram bisnis.
3. Stories, yaitu fitur yang ada pada Instagram yang dapat menampilkan konten selama 24 jam dengan durasi 15 detik/story dan terbilang sangat efektif karena banyak fitur seperti polling, question box, penggunaan filter dan stiker GIF.
4. Live dan IGTV, yaitu menampilkan video secara langsung seperti sebuah siaran langsung pada televisi.
5. IGTV, yaitu fitur untuk mengunggah video seperti stories tetapi durasinya dapat sampai 10 menit. Penggunaana IGTV terbilang efektif untuk mengenalkan atau memasarkan brand.
6. Tagar (hashtag), berfungsi untuk mencari calon pelanggan dengan kata kunci yang menggunakan tagar. Tagar tersebut juga dapat memudahkan audiens untuk mencari suatu hal agar terarah dan fokus dalam pencarian.
45
Berdasarkan artikel dari Instagram Business (2018), terdapat empat langkah agar foto dan video yang dibuat dapat memikat audiens, yaitu sebagai berikut:
1. Langkah satu yaitu asah kreativitas dengan delapan ide postingan berikut:
a. Ungkap rahasia di balik layar bisnis b. Umumkan produk atau layanan baru c. Buat tutorial
d. Rayakan hari libur e. Bagikan acara
f. Minta testimonial pelanggan g. Posting materi marketing lainnya
2. Langkah kedua yaitu poles foto dengan empat teknik fotografi berikut:
a. Buat foto lebih seimbang menggunakan aturan sepertiga b. Gunakan ruang kosong untuk menonjolkan subjek foto c. Gunakan garis penunjuk dalam foto
d. Lakukan eksperimen dengan cahaya pada jam yang berbeda sepanjang hari
3. Langkah ketiga yaitu dapatkan hasil foto yang diinginkan dengan lima teknik pengeditan berikut:
a. Potong gambar untuk mendapatkan gambar ideal b. Gunakan lux untuk meningkatkan kualitas c. Gunakan berbagai filter untuk beragam suasana
46 d. Tampilkan warna-warni di foto
e. Jadikan subjek foto sebagai pusat perhatian
4. Langkah keempat yaitu buatlah video profesional dengan enam tips berikut:
a. Tinggalkan kesan pertama yang tepat b. Buat orang tertarik di detik lima pertama c. Pastikan gambar selalu fokus
d. Gunakan fitur kreatif Instagram untuk membuat video menarik e. Pastikan kamera stabil untuk hasil gambar yang mulus tanpa cacat f. Persiapkan tim
Menurut artikel dari Instagram Business (2018) ada lima tips dalam menulis captions yang menarik, seperti:
a. Tuturkan sebuah kisah, dalam menulis captions bisa dimulai dengan menceritakan perjalanan bisnis, seperti awal mula berdirinya bisnis atau perkembangan produk atau layanan. Alur cerita dapat dibuat dengan tiga tahap yaitu pengenalan, konflik dan penyelesaian.
- Ajukan pertanyaan: Followers dapat meninggalkan jawaban di kolom komentar postingan atau mengirimkan pesan langsung untuk bertanya lebih jauh.
- Tulis keterangan yang singkat tetapi berkesan: Agar followers langsung tertarik begitu melihatnya, jangan menulis caption yang terlalu panjang. Sampaikan pengumuman dan pesan penting di
47
awal caption. Jika caption melebihi 125 karakter, followers harus menekan ‘selengkapnya’ untuk membaca seluruh postingan.
b. Gunakan gaya bahasa yang konsisten, captions harus menggunakan gaya bahasa yang mencerminkan brand secara konsisten. Misalnya jika bisnis memiliki kepribadian lucu dan santai, maka gunakan emoji agar captions semakin menarik.
- Pancing followers untuk merespon: Untuk mendapatkan respon followers, sampaikan langsung tujuan dengan menulis “Beli Sekarang” saat mengunggah produk yang dijual.
Selain captions pada feeds, terdapat lima tips kreatif teks menarik untuk ditambahkan ke Instagram Stories, seperti:
a. Gunakan beragam opsi teks, berkreasi dalam menambahkan teks ke Instagram Stories dengan menggunakan beragam warna, ukuran, pengaturan posisi teks dan jenis huruf. Teks bisa lebih ditonjolkan dengan menerapkan blok warna pada teks.
b. Bagikan cerita yang hanya berisi teks, saat foto atau video kurang efektif dalam menyampaikan tujuan bisa diganti dengan membagikan cerita, puisi pribadi atau tulisan lain kepada followers.
- Buat pengumuman berbatas waktu: Gunakan teks untuk mengumumkan promo atau kode diskon berbatas waktu.
Mengumumkannya dapat melalui cerita yang akan mendorong
48
respon segera dari followers yang melihatnya karena Instagram Stories yang dibagikan akan hilang setelah 24 jam.
- Bagikan tips dan tutorial: Berikan informasi selengkapnya mengenai produk dan layanan dengan menambahkan teks tutorial lengkap terkait cara menggunakannya.
Dalam membuat Instagram Stories diperlukan cara penyampaian tujuan yang benar agar lebih seru dan interaktif, seperti:
a. Langkah pertama, mulai gunakan cerita dalam keseharian. Instagram Stories adalah cara yang seru dan menarik untuk memperkenalkan bisnis kepada followers. Memanfaatkan Instagram Stories agar menjadi menarik dapat dengan membagikan momen-momen yang terjadi sepanjang hari tanpa filter, membagikan testimoni, menyampaikan kisah bisinis, menampilkan keunggulan produk dan layanan dan membagikan tutorial.
b. Langkah kedua, tambahkan teks ke Instagram Stories. Terdapat beragam alat yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri dan mengasah kreativitas dengan menggunakan berbagai warna yang sesuai untuk teks yang sedang dibuat, menggunakan perpaduan warna yang serasi, membuat teks tampak menonjol dengan teknik color blocking, menyusun teks dari kata-kata sama yang ditumpuk namun dengan warna yang berbeda sehingga menghasilkan efek bayangan, menggunakan fitur latar belakang gradien.
49
c. Langkah ketiga, tambahkan stiker lucu ke Instagram Stories agar lebih seru. Stiker memiliki beberapa fungsi didalam Instagram Stories, seperti mengekspresikan perasaan, memberi tau followers tempat yang sedang dikunjungi. Selain itu, terdapat galeri GIPHY untuk menambahkan stiker GIF animasi ke foto atau video.
d. Langkah keempat, buat Instagram Stories lebih interaktif. Fitur interaktif di Instagram Stories, dapat membuat interaksi langsung dengan siarkan langsung (live), membuat berita seru menggunakan stiker hitung mundur (countdown), mengadakan sesi tanya jawab (questions), melakukan polling, mendorong followers agar menanggapi Instagram Stories secara langsung, menggunakan stiker kuis untuk followers (quiz).
e. Langkah kelima, naikkan level cerita.Terdapat fitur untuk membuat Instagram Stories menjadi lebih kreatif dan penuh kejutan untuk menyenangkan followers yang melihatnya dengan menambahkan gradien agar menciptkan efek gradasi pada teks, menambahkan kata- kata dan stiker yang mengambang ke Instagram Stories, merekam layar untuk membuat animasi pada Instagram Stories.
2.2.9 Copywriting
Menurut Shaw (2012, p. 8), bahasa adalah kunci utama ketika ingin menyampaikan suatu informasi. Copywriting bukan tentang mengikuti ataupun meniru, melainkan tentang penyampaian informasi dengan ciri khas
50
dan originalitas tersendiri, tetapi tujuan utamanya bukan untuk menunjukkan ekspresi yang dimiliki oleh komunikator. Penyampaian pesan pada copywriting lebih mengutamakan penyampaian informasi yang padat dan jelas, disertakan dengan ciri khas yang telah disesuaikan dengan brief dari perusahaan ataupun organisasi. Lebih jelas dan akurat ketika penulisan pesan, maka tingkat keberhasilan akan semakin meningkat. Shaw juga menjelaskan bahwa copywriting yang sukses cenderung dihasilkan melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Sell the Benefits Not the Feature
Lebih memfokuskan pada keuntungan yang akan didapatkan dan dapat diaplikasikan pada kehidupan dibandingkan dengan fitur yang dimiliki oleh suatu objek.
2. Hold Their Attention by Promising, Delivering and Reminding
Copywriting harus memiliki benang merah dari awal hingga akhir supaya audiens menjadi loyal, dilaksanakan dengan nada yang hangat dan membuat perjanjian yang cukup, tidak berlebihan.
3. Intrigue Keeps Interest Alive
Buat audiens merasa penasaran akan pesan yang hendak disampaikan dan biarkan mereka membuat keputusan sendiri, komunikator hendak menyediakan platform supaya audiens dapat memberikan respon dengan mudah.
51 4. Get the Tone of Voice Right
Memilih nada penyampaian pesan yang sesuai dengan brand tetapi masih dapat dimengerti oleh audiens hingga merasa relevan dengan kehidupan mereka.
5. Keep it Simple
Pesan yang singkat, padat dan jelas maka makna dari tulisan akan dengan mudah dicerna oleh audiens.
Selain itu, Shaw juga menyebutkan bahwa ada tujuh pendekatan kreatif yang dapat dilakukan untuk menarik minta audiens yang dirangkum sebagai berikut:
1. Before and After
Menunjukkan hasil sebelum dan sesudah ketika audiens menggunakan ataupun melakukan apa yang disarankan.
2. FUDing
FUD (Fear, Uncertainty, Doubt) adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempertanyakan kembali kepercayaan audiens, bukan dengan tujuan untuk membuat audiens khawatir, tetapi untuk menunjukkan bahaya yang dapat dicegah.
3. Wit (Not Humour)
Pendekatan dengan akal lebih universal dibandingkan humor yang subjektif, dilakukan dengan mengubah kata sedikit dan memutar balik makna sesuai dengan audiens.
52 4. Knock the Competitor
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan kompetitor, tetapi tidak menjatuhkan kompetitor secara langsung melainkan secara tersirat.
5. Intrigue
Pendekatan ini dilakukan dengan membuat audiens penasaran akan suatu yang ditawarkan.
6. Provocation
Pendekatan dengan provokasi tidak harus dengan tulisan, terkadang dapat dilaksanakan dengan lagu atau lirik.
7. Gimmicks
Pendekatan dengan menyediakan iming-iming akan giveaway ataupun trik yang menarik mata para audiens.