• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eni Haryati dan Hilda Janti Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eni Haryati dan Hilda Janti Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN P 4 A 1 POST OP SECTIO CAESAREA HARI KE-1 ATAS INDIKASI HIPERTENSI KRONIK DI RUANG IV

(ENDANG GEULIS) RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Eni Haryati dan Hilda Janti

Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon Email: eni.haryati@akperbuntetpesantren.ac.id

Abstract

Sectio caesarean is a way of giving birth to a fetus by making an incision in the uterine wall through the front wall of the abdomen or vagin or a hysterectomy to give birth to the fetus in the womb. One indication of sectio caesarean is chronic hypertension. Chronic hypertension is hypertension diagnosed before pregnancy or diagnosed before 20 weeks of gestation.

Based on the data on the number of childbirth sectio caesarean acts on indications of chronic hypertension in Gunung Jati Hospital Cirebon as much as 8.9%. So the author is interested in following up nursing care on the client post op sectio caesarea day 1 on indications of chronic hypertension, which the author pours in the form of scientific papers with the aim of being able to carry out nursing care on the client directly and comprehensively with the approach of the nursing process, this method of writing using descriptive methods in the form of scientific papers. Data collection techniques are interviews, observations, physical examinations, documentation studies, and literature studies. The diagnosis that arises is that there are 6 nursing problems, 4 problems resolved.

And the nursing problems that are partially resolved are pain disorders, and the risk of infection due to seeing the client's condition. The family must continue to motivate the client so that the client recovers quickly and the goal of nursing care is achieved.

Keywords: nursing care; post op sectio caesarean; hypertension

Abstrak

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagin atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dalam rahim. Salah satu indikasi dilakukan sectio caesarea adalah hipertensi kronis.

Hipertensi kronis adalah hipertensi didiagnosa sebelum kehamilan atau didiagnosa sebelum usai gestasi 20 minggu.Berdasarkan hasil data jumlah persalinan tindakan sectio caesarea atas indikasi hipertensi kronik di RSUD Gunung Jati Cirebon sebanyak 8,9%.

Sehingga penulis tertarik untuk menindak lanjuti asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea hari ke-1 atas indikasi hipertensi kronik, yang penulis tuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan tujuan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan, metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk karya tulis ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Adapun diagnosa yang muncul yaitu ada 6 masalah keperawatan, 4 masalah yang teratasi. Dan masalah keperawatan yang teratasi sebagian yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, dan resiko infeksi karena melihat kondisi klien. Keluarga harus tetap memberi motivasi kepada klien agar klien cepat sembuh dan tujuan asuhan keperawatan tercapai.

Kata kunci: asuhan keperawatan, post op sectio caesarea, hipertensi

(2)

Pendahuluan

Menurut (Organization, 2014), kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 angka kematian ibu (AKI) didunia yaitu 289.000 jiwa. Beberapa negara

memiliki AKI cukup tinggi seperti di afrika sub-saharan 179.000 jiwa, asia selatan 69.000 jiwa, dan asia tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara asia tenggara yaitu indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, brunai 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut kementrian kesehatan (2011), berdasarkan data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) 2007, AKI di indoesaia menurun dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sedangkan target yang diharapkan berdasarkan melenium devolpment goals (MDGs) pada tahun 2005 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa AKI di indonesia jauh diatas target yang ditetapkan WHO atau hampir dua kali lebih besar dari target WHO.

Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan berisiko. Kelompok kehamilan resiko tinggi di indonesia pada tahun 2007 sekitar 34% Kategori dengan resiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu<18 tahn sebesar 4,1% umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak kelahiran <24 bula sebesar 5,2% dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3oramg ) sebesar 9,4% (BKKBN, 2008).

Menurut (Jabar, 2013), di provinsi jawa barat ternyata masih memiliki angka kematian ibu yang tinggi, yakni 765 kasus dar total 5.019, dari angka tersebut jawa barat menjadi penyumbang 50% jumlah kematian ibu. Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah angka kematian ibu tampaknya masih sulit dilakukan padahal menurut target pembangunan millenium development goals (mdgs) jumlah kematian ibu harus mencapai 102/100.00 kelahiran hidup.

Menurut Raras (2010), Preklampsia merupakan suatu penyakit kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria, Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum daat diketahui secara pasti sehingga preeklampsaia disebut sebagai“ the disease of theories”. Pada beberapa penelitian yang ada dikemukan bahwa terjadi peningkatan resiko yang merugikan dari keluaran persalinan pada wanita yang mengalami hipertensi dalam kehamilan yang kronik.

Menurut (Kemenkumham, 2013), hipertensi pada kehamilan masih menempati urutan

kedua dalam penyebab kematian ibu di indonesia, yaitu 26,9% di tahun 2012 dan meningkat

menjadi 27,1% di tahun 2013. Pencegahan untuk terjadinya komplikasi perlu dilakukan dengan

cara deteksi dini dam monitoring penyebab kematian ibu dengan pemeriksaan laboratorium

(3)

yang tepat dan terarah pada setiap ibu hamil, bersalin dan nifas agar dapat dilakukan intervensi lebih awal, hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, pemantauan hasil pengobatan dan penentuan prognosis. Dengan demikian di harapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat turut berperan membantu menurunkan angka kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.

Menurut Gant dan Cunninghman (2013), persalinan melalui sectio caesarea didefinisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Indikasi untuk sectio caesarea dibahasa di seluruh bab buku ini yang membicarakan tentang penyulit janin atau ibu yang mengharuskan dilakukannya tindakan ini. Pada praktik obstetri modern, hampir tidak ada kontraindikasi untuk sectio caesarea.

Menurut (Aspiani, 2017), masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu Menurut (Aspiani, 2017).

Menurut (Simkin, Whalley, & Keppler, 2008), jumlah bedah caesar mengalami peningkatan yang manetap di amerika serikat dan kanada sejak tahun 1970, ketika kira-kira satu dari dua puluh wanita (5,5%) mengalami melahirkan caesar, sampai tahun 1980 an ketika satu dari empat wanita (25%) di amerika serikat dan satu dari lima wanita (20%) di kanada mengalami pembedahan ini, Kenaikan jumlah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli karena angka bedah caesar yang tinggi tidak menghasilkan perbaikan yang diharapkan pada bayi maupun ibu, pada tahun 1990 an, angka ini berfluktuasi antara 21 % dan 24 %.

Berdasarkan data statistik langsung di ruang rumah sakit umum daerah Gunung Jati Cirebon di dapatkan data statistik selama enam bulan terakhir dari mulai bulan oktober sampai dengan maret, sebagaimana terdapat pada table dibawah ini:

Tabel 1 Data persalinan dengan tindakan sectio caesarea di Rsud Gunung Jati Cirebon periode oktober–maret tahun 2017

No. Jenis Jumlah Presentase

1. Sc atas indikasi ketuban pecah dini 85 24,4 %

2. Sc atas indikasi CPD (cheplo 82 23,5 %

pelvik disproportion)

3. Sc atas indikasi kelainan letak janin 78 22,3 % 4. Sc atas indikasi pre eklampsia berat 37 10,6 %

5. Sc atas indikasi hipertensi kronik 31 8,9 %

6. Sc atas indikasi bayi kembar 19 5,4 %

7. Sc atas indikasi placenta previa 17 4,9 %

Jumlah SC dengan komplikasi 349 100 %

Sumber: Medical record Rsud Gunung Jati Cirebon tahun, 2017

(4)

Berdasarkan tabel diatas, tindakan sectio caesarea atas indikasi hipertensi kronik itu masih cukup tinggi jumlahnya 31 dengan presentase 8,9%, sehingga perlu penanganan yang baik untuk mencegah terjadinya infeksi.

Mengingat permasalahan tersebut maka penulis melakukan keperawatan secara komprehensif dan mengangkat kasus tersebut sebagai karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan keperawatan pada Ny.T dengan P 4 A 1 post op sectio caesarea hari ke-1 atas indikasi hipertensi kronik di ruang IV (endang geulis) RSUD Gunung Jati Cirebon“

Metode Penelitian

Menurut (Asmadi, 2015), metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan diagnostik.

1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dan klien. Disini perawat (pewawancara) mendapatkan respon langsung melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan-termasuk keluarga, teman dan orang terdekat klien.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan menggunakan panca-indra. Kemampuan melakukan observasi merupakn keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan di kecap akan lebih akurat dibandingkan mencacat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.

3. Pemeriksaan Fisik

Menurut (Asmadi, 2015), pemeriksaan fisik adalah proses inspeksi tubuh dan sistem

tubuh guna menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik

dan labolatorium. Pemeriksaan fisik berfokus pada respons klien terhadap masalah kesehatan

yang dialaminya. Cara pendekatan sistematis yang dapat digunakan perawat dalam

melakukan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head

to toe). Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode yakni inspeksi,

auskultasi, perkusi, dan palpasi. Setelah terkumpul, data kemudian dikelompokan ke dalam

data objektif dan data subjektif. Setelah data hasil pengkajian dikelompokan, kita dapat

mulai melakukan validasi data, yaitu membandingkan data subjektif dan objektif dengan

standar atau nilai normal yang baku. Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis untuk

(5)

membantu menentukan masalah klien. Proses analisis ini merupakan proses intelektual yang mencakup interpretasi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan (diagnosa keperawatan).

4. Studi Dokumentasi

Menurut (Cibas & Ali, 2009), dokumentasi adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum.

5. Studi Kepustakaan

Menurut (Nursalam, 2011), untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literature yang berhubungan dengan masalah klien.

Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

1. Pengkajian

Tabel 2 Analisis Data

No Data Fokus Etiologi Problem

(1) (2) (3) (4)

1 DS:

a. Klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen karena ada luka Post Op b. Klien mengatakan Nyeri seperti

disayatsayat

DO:

a. Wajah klien tampak meringis kesakitan

b. Skala nyeri 7 (0-10) c. Panjang jahitan ± 10 Cm d. Arah luka horizontal

a. Luka tampak belum kering dan lembab

Luka post op

Terputusnya kontuinitas jaringan kulit

Merangsang pengeluaran zat-zat kimia dalam tubuh

(bradikinin, serotin, histamin dan prostaldin)

sebagai simulus nyeri

ditangkap oleh reseptor nyeri (medulla spinalis

dibagian posterior)

dihantarkan ke thalamus (sebagai pusat sensorik

otak)

Dikirim ke korteks cerebri dimana intensitas nyeri

Di tentukan Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman

nyeri

Gangguan rasa

nyaman nyeri

(6)

2 DS:

a. Klien mengeluh lemas b. Klien mengeluh pusing DO:

a. Klien tampak pucat b. Konjungtiva anemis c. Bibir klien tampak pucat d. TD: 170/100 MmHg e. HB: 10,5 G/dL

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Organ sirkulasi Otak

Suplai oksigen menurun

Sinkop

Gangguan perfusi jaringan

Gangguan perfusi jaringan

3 DS:

a. Klien mengatakan susah tidur dikarenakan rasa nyeri luka operasi b. Klien mengatakan tidur siang dan

malamnya tidak nyenyak DO:

a. Kulaitas tidur siang 1 jam b. Kualitas tidur malam ± 4-5 jam

c. Kualitas tidur klien tidak nyenyak (kadang terbangun)

d. Mata klien terdapat lingkaran hitam

Adanya luka post op Luka

Nyeri

Mengaktifkan non epineprin

Mengaktifkan RAS dan BSR pada medulla

oblongata

REM menurun

Klien terjaga

Pola istirahat tidur terganggu

Gangguan pola istirahat dan tidur

4 DO:

a. Klien mengatakan badannya lemas b. Klien mengatakan aktivitas dan

kebutuhan dibantu oleh keluarga DO:

a. Bibir klien terlihat pucat b. Klien terlihat lemas c. Tonus otot

4 4 4 4

Aktivitas klien terlihat dibantu oleh ibu dan suaminya

Luka post Op SC

Terputusnya kontinuitas jaringan

Adanya nyeri

Kelemahan fisik

Keterbatasan dalam Beraktivitas

Gangguan pola aktifitas

Ganggua pola

aktivitas

(7)

5 DS:

a. Klien mengatakan belum tahu tentang cara perawatan payudara

b. Klien mengatakan belum keluar ASI nya

c. Klien mengeluh payudaranya keras DO:

a. Klien bertanya tentang perawatan payudara

b. Payudara klien teraba keras c. ASI belum keluar lancer d. Payudara kotor

e. Puting pada bagian kanan masuk kedalam

Kurangnya informasi tentang perawatan

payudara

Klien tidak mengerti tentang perawatam

payudara

Kurangnya pengetahuan tentang perawatan

payudara

Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara

6 DS:

Klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen karena ada luka operasi SC DO:

a. Panjang luka ± 10 cm terdapat di bagian abdomen

b. Terdapat luka post op SC c. Leukosit 21400/ uL

d. Luka belum kering dan masih lembab

Luka operasi SC

Jaringan terbuka

Adanya luka

Port de entry

Invasi mikroorganisme

Proteksi kurang

Resti infeksi

Resiko tinggi infeksi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi SC ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen karena ada luka operasi SC, klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti disayatsayat, klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 7 (0-10), arah luka horizontal, panjang luka ± 10 cm, luka tampak belum kering dan masih lembab.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan Klien mengeluh lemas, klien mengeluh pusing, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, bibir klien tampak pucat, TD 170/100 mmHg,

c. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya luka post operasi SC ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dikarenakan nyeri luka post op, klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak nyenyak, sering terbangun karena nyeri akibat luka post operasi, klien tidur siang 1 jam, klien tidur malam ± 4-5 jam, tidur klien tidak nyenyak, mata klien terdapat lingkaran hitam.

d. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan adanya luka post operasi SC yang

ditandai dengan klien mengatakan badannya lemas, klien mengatakan aktivitas dan

(8)

kebutuhannya dibantu keluarga, dan aktivitas klien terlihat dibantu oleh ibu dan suaminya bibir klien terlihat pucat tonus otot.

4 4 4 4

e. Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya informasi tentang cara perawatan payudara ditandai klien mengatakan belum tahu cara perawatan payudara, klien mengatakan belum keluaar ASI nya, klien mengatakan payudaranya keras nyeri pada saat di palpasi, asi belum keluar lancar, payudara kotor, dan puting masuk kedalam.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan terdapat luka operasi SC ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada abdomen karenna ada luka Post operasi SC, post op hari ke 1, panjang jahitan ± 10 cm, luka tampak belum kering dan masih lembab, leukosit 21400 /uL.

3. Perencanaan

Nama : Ny. T No.

Register : 886642 Umur : 41 tahun

Ruang : IV (Endang Geulis)

Tabel 3 Perencanaan No Tanggal Dx

kep.

Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 06-03- 2017

1 Tupan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi Tupen:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri klien berkurang dengan kriteria

a. Nyeri berkurang

b. Klien tidak meringis kesakitan

c. skala nyeri 5 dari (0-10) d. klien tampak tenang

a. Kaji tingkat nyeri b. Observasi TTV

c. Ajarkan teknik latihan tarik nafas dalam d. Ciptakan lingkungan

senyaman mungkin e. Anjurkan teknik

distraksi seperti membaca majalah ataupun memikirkan sedang berekreasi.

f. Berikan terapi analgetik sesuai advice dokter

a. Mengetahui skala nyeri, dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

b. Nyeri dapat menyebabkan peningkatan TD

c. Membuat klien tenang dan rileks

d. Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi e. Untuk merilekskan otot

dan meningkatkan relaksasi.

f. Analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi nyeri dan memblok nyeri di hypothalamus

2 06-03- 2017

II Tupan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24

a. Observasi TTV

b. Ajarkan teknik untuk meningkatkan sirkulasi

a. Untuk mengetahu

keadaan klien dan untuk

melakukan tindakan

(9)

jam diharapkan gangguan perfusi jaringan teratasi Tupen:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan klien berkurang dengan kriteria:

a. Klien tampak sedikit segar.

b. Pusing berkurang c. Klien tidak terlihat pucat d. TD normal 120/80

mmHg\

perifer dan menghindari kongesti vena (misalnya latihan fisik sedang, ambulasi pascapartum dini,

c. Kolaborasi dengan dokter berikan obat anti hipertensi:

selanjutnya.

b. Ambulasi dini mengurangi insiden tromboflebitis secara signifikan dengan meningkatkan aliran ballik vena, yang bergantung hamper seluruhnya pada kontraksi otot betis.

Duduk lama

menyebabkan pompa otot betis tidak aktif sehingga tekanan vena pada tungkai meningkat c. Obat anti hipertensi

berfungsi untuk menurunkan tekanan darah

3 06-03- 2017

III Tupan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola istirahat tidur teratasi.

Tupen:

a. Kaji kualitas tidur b. Pertahankan tirah baring c. Ajarkan teknik latihan

tarik nafas dalam d. Ciptakan suasana

lingkungan yang tenang dan nyaman

e. Batasi pengunjung dan kurang kebisingan

a. Untuk mengetahui kondisi gangguan istirahat tidur

b. Untuk mengurangi rasa nyeri

c. Agar klien tenang dan rileks

d. Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu klien untuk beristirahat dan meningkatkan rasa nyaman klien

e. Dengan membatasi

pengunjung dan

mengurangi kebisingan klien dan dapat beristirahat dengan tenang.

4 06-03- 2017

IV Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 menit diharapkan gangguan pola istirahat tidur klien berkurang dengan kriteria:

a. Klien bisa tidur sedikt nyenyak

b. Klien terlihat sedikit segar segar

c. Tidur siang 1-2 jam jam d. Tidur malam 5-6 jam Tupan:

a. kaji tingkat aktivitas b. ajarkan untuk

melakukan gerak aktif (ROM) seperti:

mengerakan kaki dan tangan

c. dekatkan alat dan keperluan yang dibutuhkan

d. libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien

a. Dengan mengkaji aktivitas klien dapat mengetahui seberapa mampu klien untuk beraktivitas

b. Untuk mencegah kekakuan pada otot c. Untuk mempermudah

klien mengambil yang dibutuhkan

d. Agar keluarga dapat

membantu aktivitas dan

(10)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, gangguan pola aktivitas dapat teratasi.

Tupen:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola aktivitas teratasi dengan kriteria:

a. badan klien terlihat segar

b. klien dapat melakuakan aktivitas sendiri dengan tahapan:

1. hari pertama klien bisa miring kanan miring kiri

2. hari kedua klien bisa duduk dan klien bisa berjalan c. tonus otot atas bawah

5

5 5 5

e. anjurkan mobilisasi secara bertahap:

1. hari pertama klien bisa miring kanan miring kiri

2. hari kedua klien bisa duduk dan klien bisa berjalan

kesembuhan klien e. Membantu klien agar

dapat bergerak sedikit demi sedikit, dan bisa beraktivitas secara mandiri.

5 06-03- 2017

V Tupan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan. Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara teratasi Tupen:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 30 menir diharapkan pengetahuan cara perawatan payudara meningkat dengan kriteria:

Klien mengerti tentang perawatan payudara yang meliputi:

1. Pengertian perawatan payudara

2. Manfaat dan tujuan perawatan payudara 3. Teknik perawatan

payudara

4. Cara perawatan payudara diharapkan:

a. asi bisa keluar dengan lancer b. nyeri pada

payudara

a. Kaji tingakat pengetahuan klien b. Berikan HE penjelasan

tentang perawatan payudara yang meliputi:

1. Pengertian

perawatan payudara 2. Manfaat perawatan

payudara

3. Teknik perawatan payudara

4. Cara perawatan payudara

5. Teknik hoffman

a. Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan klien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

b. Memberikan tingkat

pengetahuan pada klien,

sehingga klien mengerti

tentang pengertian,

manfaat perawatan

payudara, dan teknik

perawatan payudara

dapat mempelancar asi,

menguatkan puting,

membersihkan payudara

dan untuk menarik

putting susu yang masuk

kedalam.

(11)

berkurang c. payudar bersih d. puting sebelah

kanan keluar e. Teknik hoffman 6 06-03-

2017

VI Tupan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan resiko infeksi dapat teratasi Tupen:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam. Diharapkan klien tidak mengalami

infeksi dengan kriteria:

a. Luka tampak sedikit kering

b. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti dolor, kalor, rubor, tumor, fungsi laesa

a. Kaji tanda-tanda infeksi b. pertahankan teknik

septik dan aseptic c. Lakukan perawatan

ganti balutan luka post SC

d. Kolaborasi dengan ahli Gizi pemberian asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein

e. Berikan terapi antibiotik sesuai advice dokter

a. Deteksi dini adanya infeksi

b. Dengan teknik septik dan aseptik untuk mencegah masuknya organisme dan berkembangnya organisme ke dalam luka serta untuk mengurangi resiko transmisi infeksi pada orang lain.

c. Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi. Dengan melakukan ganti balutan dapat membersihkan area luka agar tidak terjadi infeksi

d. Dengan diberikan nutrisi tinggi kalori dan protein didalam tubuh sehingga

e. dapat terbentuknya sel –sel baru f. didalam jaringan g. e. Terapi antibiotik

untuk membunuh h. mikroorganisme

sehingga tidak terjadi

i. infeksi

4. Implementasi

Nama : Ny. T No. Register : 886642 Umur : 41 tahun

Ruang : IV (Endang geulis)

Tabel 4 Implementasi No Tanggal Dx.

Kep Implementasi Paraf

(1) (2) (3) (4) (5)

1 06-03-

2107

1 Jam 18.20 WIB

T1: Mengkaji skala nyeri R1:

a. Klien mengatakan masih nyeri Post Op SC.

b. Klien tampak meringis kesakitan c. Skala nyeri 5 (0-10)

Jam 18.30 WIB T2: Mengobservasi TTV R2: TD : 170/100 mmHg

Hilda Janti

(12)

N : 85 x/menit R : 20 x/menit S : 37, 0°c

T3: Mengajarkan teknik latihan tarik nafas dalam

R3:

a. klien mau melakuakn teknik tarik napas dalam

b. klien tampak lebih tenang

T4: Menciptakan lingkungan senyaman mungkin

R4: Lingkungan sekitar terlihat nyaman, klien terlihan nyaman dan tenang T5: mengajurkan klien teknik distraksi R5: klien mau melakuakannya dan klien

terlihat lebih tenang

T6: memberikan obat analgetik (ketoralax) R6: Klien mendapatkan obat ketotalax, dan

klien mau diberikan obat ketoralax dengan cara IV

2 06-03-

2017

II Jam 18.50 WIB T1: Mengobservasi TTV R1: TD: 170/100 mmHg

N: 85 x/menit R: 20 x/menit S: 37.0 °c

T2: mengajarkan teknik untuk meningkatkan sirkulasi perifer dan menghindari kongesti vena (misalnya latihan fisik sedang, ambulasi pascapartum dini, minum banyak cairan

R2: Klien terlihat bergerak

T3: Memberikan obat anti hipertensi Nifedipn (3 x 10 gram)

R3: klien mendapatkan obat nifedipin, dan klien mau minum obat nifedipine

Hilda Janti

3 06-03-

2017

III Jam 18.55 WIB

T1: mengkaji kualitas tidur R1:

a. Tidur klien tidak nyenyak b. Kualitas tidur siang 1 jam c. Kualitas tidur malam ± 4-5 jam T2: Mempertahankan tirah baring

R2: klien terlihat berbaring ditempat tidur, dan klien terlihat nyaman

T3: Mengajarkan teknik latihan tarik nafas dalam

R3:

a. klien mau melakuakn teknik tarik napas dalam

b. klien tampak lebih tenang

T4: Menciptakan suasana lingkungan yang

Hilda Janti

(13)

nyaman dan tenang R4:

a. Klien tampak lebih bisa beristirahat b. Klien tampak lebih tenang

c. Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak

T5: Membatasi pengunjung dan kurangi kebisingan

R5:

a. Membatasi pengunjung, dan yang menengok bergantian

b. Klien tampak lebih tenang beristirahat c. Menjaga agar suasana jauh dari

kebisingan

4 06-03-

2017

IV Jam 18: 60 WIB

T1: Mengkaji tingkat aktivitas

R1: Klien sudah bisa duduk dan berjalan secara perlahan-lahan

T2: Mengajarkan untuk melakukan gerak aktif (ROM) seperti mengerakan tangan dan kaki

R2: klien sudah bisa mengerakan kaki dan tangannya secara perlahan-lahan

T3: Mendekatkan alat dan keperluanyang dibutuhkan

R3: klien dapat mengangkat alat yang dibutuhkan

T4: Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien

R4: keluarga terlihat membantu aktivitas klien

T5: Mengajurkan mobilisasi secara bertahap:

a. Hari pertama miring kanan miring kiri

R5: Klien mau bergerak sedikitsedikit

Hilda Janti

5 06-03-

2017

V Jam 19: 00 WIB

T1: Mengkaji tingkat pengetahuan klien cara perawatan payudara R1:

a. Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara

b. Klien belum bisa cara melakukan perawatan payudara

T2: Berikan HE penjelasan tentang perawatan yang meliputi:

1. Pengertian perawatan payudara 2. Manfaat perawatan payudara 3. Teknik perawatan payudara 4. Cara perawatan payudara 5. Teknik Hoffman

R2:

1. Klien bisa menjelaskan pengertian perawatan payudara

2. Klien bisa menyebutkan manfaatdan tujuan perawatan payudara.

3. Klien mengerti cara perawatan

payudara, dan mau

mendemonstrasikan cara perawatan

Hilda Janti

(14)

payudara

4. Klien mengerti cara perawatan payudara

5. Klien mengerti cara Teknik Hoffman

6 06-03-

2017

VI Jam 19.10 WIB

T1: Mengkaji tanda-tanda infeksi R1:

a. Luka masih tampak lembab dan belum keringkan lukanya

b. Klien mengatakan luka post op SC masih nyeri

T2: Menggunakan teknik septik dan aseptik R2: Perawat mencuci tangan sebelum

melakukan tindakan

T3: menganjurkan ganti balutan luka R3:

a. Klien mau diganti balutan lukanya b. Klien tampak lebih nyaman

T4: memberikan asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein

R4: klien mau makan, makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein

T5: Berkolaborasi memberikan terapi antibiotic Cefotaxime (1 gram) iv, dan obat metronidazol

(500 gram) iv

R5: klien mau diberikan obat Cefotaxime (1 gram) iv, dan obat metronidazol (500 gram) iv

Hilda Janti

5. Evaluasi

Nama : Ny. T No. Register : 886642 Umur : 41 tahun

Ruang : IV (Endang Geulis)

Tabel 5 Evaluasi No Tanggal Dx.

Kep Evaluasi Paraf

(1) (2) (3) (4) (5)

1 06-03-2017 1 Jam 19: 20 WIB

S: Klien mengatakan masih nyeri pada bagian luka post op sc O:

a. Luka tampak meringis kesakitan b. Luka tampak belum kering dan masih

lembab Skala nyeri 5 (0-10) A: Masalah teratasi sebagia P: Intervensi dilanjutkan

Hilda Janti

2 06-03-2017 II Jam 19: 25 WIB

S: Klien mengatakan masih pusing dan lemas

O:

a. Konjungtiva anemis

Hilda Janti

(15)

b. Klien tampak lemas c. TD 170/100 mmHg A: Masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan 3 06-03-2017 III Jam 10: 30 WIB

S: klien mengatakan tidurnya belum bisa nyenyak

O:

a. Kualitas tidur malam ± 4-5 jam b. Kualitas tidur siang 1 jam c. Terlihat hitam dimata A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi di lanjutkan

Hilda Janti

4 06-03-2017 IV Jam 19: 40 WIB

S: klien mengatakan belum bisa beraktifitas sendiri dan masih dibantu keluarga

O:

a. Aktifitas klien masih dibantu b. Klien terlihat lemas

A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Hilda Janti

5 06-03-2017 V Jam 19: 50 WIB S:

a. Klien mengatakan sudah mengerti tentang cara perawatan payudara b. Klien mengatakan Asinya sudah

keluar O:

a. Klien bisa menjelaskan pengertian perawatan payudara

b. Klien bisa menyebutkan manfaat dan tujuan perawatan payudara

c. Klien mendemonstrasikan cara perawatan payudara

d. Asi sudah keluar dengan lancer e. Payudara tampak bersih

f. Puting sebelah kanan sudah menonjol A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Hilda Janti

6 06-03-2017 VI Jam 19: 55 WIB

S: Klien mengatakan masih nyeri pada luka post op

O:

a. Luka tampak sedikit kering b. Terdapat luka post op sc c. Tidak ada tanda-tanda infeksi d. Panjang luka ± 10 cm A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Hilda Janti

(16)

B. Pembahasan

Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.T P 4 A 1 dengan post op section caesarea atas indikasi hipertensi kronik hari ke-1 di ruang endang geulis Rsud Gunung Jati Cirebon dari tanggal 06 maret 2017 sampai 09 maret 2017, penulis melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penulis tidak menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang diambil, beberapa kesenjangan yang penulis tentukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan maupun kesenjangan karena klien dan keluarga kooperatif, dapat bekerja sama dengan baik dalam asuhan keperawatan, Ny.T juga memberikan informasi yang lengkap dan jelas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan penulis. Pada saat pengkajian menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan melihat catatan rekam medik.

Dalam tahap ini penulis menemukan persamaan antara teori dan praktek dilapangan diantaranya terdapat luka nyeri post op, pemeriksaan TFU, pemeriksaan homman sign. Pengkajian pada klien post op sectio caesarea terdapat luka jahitan yang beresiko tinggi terjadinya infeksi.

Persamaan pengkajian tersebut ditinjau dari teori dengan kenyataan yang ada dilapangan, maka harus dilakukan penanganan tindakan secara cepat dan tepat sesuai kondisi atau kompensasi tubuh klien.

2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Menurut (Aspiani, 2017), dan (Wilkinson, 2012), diagnosa keperawatan yang muncul pada post operasi caesarea adalah sebagai berikut:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret akibat penurunan reflek batuk.

b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi, di tandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah, kebutuhan aktivitas klien tampa dibantu.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan klien fisik.

(17)

Menurut Agareen dan Wilkinson (2012 ), diagnosa hipertensi

a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan (paru, ginjal, serebral, jantung hati)

b. Kelebihan volume cairan (ekstrasel) berhubungan perpindahan cairan dari sistem intravaskuler ke jaringan ekstrasel, hemodilusi fisiologis normal pada kehamilan pemberian oksitosin retensi natrium dan air.

c. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan hasil yang tidak diketahui dan tidak diperkirakan untuk janin, diri sendiri, dan keluarga akibat PRH

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus, yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi SC ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen karena ada luka operasi SC, klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti disayat-sayat, klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 7 (0-10), arah luka horizontal, panjang luka ± 10 cm, luka tampak belum kering dan masih lembab.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan klien mengeluh lemas, klien mengeluh pusing, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, bibir klien tampak pucat, TD 170/100 mmHg.

c. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya luka post operasi SC ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dikarenakan nyeri luka post op, klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak nyenyak, sering terbangun karena nyeri akibat luka post operasi, klien tidur siang 1 jam, klien tidur malam ± 4-5 jam, tidur klien tidak nyenyak, mata klien terdapat lingkaran hitam.

d. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan adanya luka post operasi SC yang ditandai dengan klien mengatakan badannya lemas, klien mengatakan aktivitas dan kebutuhannya dibantu keluarga, dan aktivitas klien terlihat dibantu oleh ibu dan suaminya bibir klien terlihat pucat.

tonus otot

e. Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya informasi tentang cara perawatan payudara ditandai klien mengatakan belum tahu cara perawatan payudara, klien mengatakan belum keluaar ASI nya, klien mengatakan payudaranya keras nyeri pada saat di palpasi, asi belum keluar lancar, payudara kotor, dan puting masuk kedalam.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan terdapat luka operasi SC ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada abdomen karenna ada luka post operasi SC, post op hari ke 1,

4 4

4 4

(18)

panjang jahitan ± 10 cm, luka tampak belum kering dan masih lembab, leukosit 21400 /uL.

Sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus tetapi tidak muncul pada tinjauan teoritis yaitu:

a. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya luka post operasi SC ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dikarenakan nyeri luka post op, klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak nyenyak, sering terbangun karena nyeri akibat luka post operasi, klien tidur siang 1 jam, klien tidur malam ± 4-5 jam, tidur klien tidak nyenyak, mata klien terdapat lingkaran hitam.

b. Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya informasi tentang cara perawatan payudara ditandai klien mengatakan belum tahu cara perawatan payudara, klien mengatakan belum keluaar ASI nya, klien mengatakan payudaranya keras nyeri pada saat di palpasi, asi belum keluar lancar, payudara kotor, dan puting masuk kedalam.

Berdasarkan hasil dari data yang diatas, penulis menemukan kesenjangan dua diagnosa antara teori dan kasus, hal ini sesuai pengkajian penulis pada pasien dengan gangguan post op sectio caesarea atas indikasi hipertensi kronik.

3. Perencanaan

Penulis membuat rencana keperawatan bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada klien berdasarkan prioritas masalah, dalam perencanaan penulis tidak mendapatkan hambatan karena semua intervensi dapat dilakukan di rumah sakit, dan semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan kasus walaupun ada intervensi baru dan diagnosa baru yang muncul.

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari semua rencana intervensi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Pada tahap implementasi penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana. Klien dapat dilakukan tindakan sesuai dengan kasus karena adanya kerjasama antara penulis dengan klien, keluarga, perawat dan bidan diruangan serta tim medis lainnya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini

penulis mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan pada klien. Evaluasi yang

digunakan terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif. Tujuan dan evaluasi ini diharapkan

dapat sesuai dengan kriteria waktu yang telah direncanakan sehingga dapat

mempermudah dan pelaksanaan intervensi selanjutnya.

(19)

Evaluasi merupakan upaya untuk menilai perkembangan klien dan keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada klien. Dari semua diagnosa yang muncul pada klien tidak semua masalah dapat teratasi, karena adanya keterbatasan waktu untuk penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien, dikarenakan klien sudah diperbolehkan pulang maka evaluasi dari faktor proses penyembuhan luka operasi, yang membutuhkan waktu cukup lama sehingga dihentikan.

Adapun masalah yang belum teratasi diantaranya gangguan rasa nyaman nyeri dan resiko infeksi. Maka saran penulis untuk klien yaitu agar dapat melakukan perawatan luka secara mandiri dirumah, mengkonsumsi makanan tinggi protein dan vitamin untuk membantu perbaikan sel-sel yang rusak akibat operasi, kemudian menganjurkan kepada klien untuk minum obat antibiotik secara teratur.

Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang penulis berikan kepada Ny. T P 4 A 1 dengan gangguan

persalinan post op sectio caesarea akibat hipertensi kronis di ruang IV endang geulis Rsud

Gunung Jati Cirebon yang di laksanakan pada tanggal 06-09 maret 2017 dilaksanakan dengan

hati yang tulus dan ikhlas. Penulis melaksanakan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk

mendokumentasikan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah, maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut: 1) Menurut (Simkin et al., 2008), jumlah bedah caesar mengalami peningkatan

yang manetap di amerika serikat dan kanada sejak tahun 1970, ketika kira-kira satu dari dua

puluh wanita (5,5%) mengalami melahirkan caesar, sampai tahun 1980 an ketika satu dari

empat wanita (25%) di amerika serikat dan satu dari lima wanita (20%) di kanada mengalami

pembedahan ini, Kenaikan jumlah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli karena angka

bedah caesar yang tinggi tidak menghasilkan perbaikan yang diharapkan pada bayi maupun ibu,

pada tahun 1990 an, angka ini berfluktuasi antara 21% dan 24%. 2) Menurut Gant dan

Cunninghman (2013), persalinan melalui sectio caesarea didefinisikan sebagai pelahiran janin

melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Indikasi untuk

sectio caesarea dibahasa di seluruh bab buku ini yang membicarakan tentang penyulit janin atau

ibu yang mengharuskan dilakukannya tindakan ini 3) Masa nifas atau puerperium adalah

dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(Aspiani, 2017). 4) Hipertensi kronis adalah hipertensi didiagnosa sebelum kehamilan atau

didiagnosa sebelum usai gestasi 20 minggu. 5) Selama melakukan asuhan keperawatan pada

Ny.T P 4 A 1 dengan post op section caesarea hari ke-1 dengan indikasi hipertensi kronik

menegakkan beberapa masalah keperawatandiantaranya: a) Gangguan rasa nyaman nyeri

berhubungan dengan adanya luka operasi SC. b) Gangguan perfusi jaringan berhubungan

(20)

dengan gangguan sirkulasi. c) Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya

luka post operasi SC d d) Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan adanya luka post

operasi SC. e) Kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan payudara berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang cara perawatan payudara. f) Resiko infeksi berhubungan dengan

terdapat luka opera Setelah pengkajian pada Ny.T maka penulis melaksanakan perencanaan

sesuai dengan masalah yang muncul pada klien dan melakukan implementasi sesuai dengan data

yang yang ada pada perencanaan, dan hasil evaluasi menunjukan belum semua masalah teratasi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, N. S. (2015). Konsep dasar keperawatan. EGC.

Aspiani. (2017). Studi Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Hiv/Aids Di Sma Negeri 6 Kendari Kec. Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes Kendari.

Cibas, Edmund S., & Ali, Syed Z. (2009). The Bethesda system for reporting thyroid cytopathology. Thyroid, 19(11), 1159–1165.

Jabar, Dinkes. (2013). Profil Dinas Kesehatan Jabar.

Kemenkumham. (2013). Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan.

Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham).

Jakarta.

Nursalam. (2011). Kebutuhan riil tenaga perawat dengan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Jurnal Ners, 6(1), 85–92.

Organization, World Health. (2014). Global status report on noncommunicable diseases 2014.

World Health Organization.

Simkin, Penny, Whalley, Janet, & Keppler, Ann. (2008). Panduan lengkap kehamilan, melahirkan dan bayi. Jakarta: Arcan, 378.

Wilkinson, Green dan. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas dan Bayi Baru Lahi.

In .Jakarta : EGC. Springer.

Referensi

Dokumen terkait

Sampai dengan berakhirnya batas waktu pemasukan dokumen penawaran, yaitu Senin, 23 November 2015 pukul 10.00 WIB, peserta yang mendaftar sebanyak 3 (tiga) perusahaan dan

Scanned by CamScanner... Scanned

[r]

- Sistem Operasi Windows 7 ke atas - Akses Administrator. *Jika ada mahasiswa

(3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang. ditanggung

Mempraktikkan gerak dasar meluncur, menggerakkan tungkai maupun lengan renang gaya dada dengan koordinasi gerak yang lebih baik serta nilai keberanian ,

Specific developments under- taken by DHS include improvements in information interopera- bility among emergency organizations, a DHS Geospatial Data Model, development of the

Kandungan nutrien pada Perairan Pulau Samalona menunjukkan bahwa ketersediaan nutrien (nitrat dan fosfat) tidak secara signifikan menentukan pola kelimpahan