• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PERMODALAN PADA ANGGOTA KTTI MAJU JAYA UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PERMODALAN PADA ANGGOTA KTTI MAJU JAYA UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PERMODALAN PADA ANGGOTA KTTI

“MAJU JAYA” UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

(The Financial Capital Management on Maju Jaya Member’s Group of Duck Farmer to Developed Duck Enterprise in Brebes District, Brebes Region)

TITIK EKOWATI,EDY PRASETYO danHENGKY OXTOVIANTO

Program Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRACT

The objective of study was to determine the financial capital management on member’s group of duck farmer. Research had been done on February-March, 2005 at Maju Jaya Duck Farmer Goup in Limbangan Wetan Village, Brebes District, Brebes Region. Case study was used as a research method. Sampling location was chosen by purposive based on majority of member’s group; group of duck farmer have been operated more than 5 years and have the financial capital problem. Simple random sampling was used for sampling method to select 30 respondents. Primary and secondary data were obtained by interviewing and recording then analysed by Profitability, Rentability and Return on Investment (ROI). Research result known that number of duck farm scale were 533 ducks with the farm income was Rp. 1.056.989/month. The value of profitability, own capital rentability, economic rentability and Return on Investment was 15,61%; 21,63%;

15,94% and 79,88% respectively. According to analysis can be said that duck farm was a benefit farm enterprise and usage of financial capital have been well operated eventhough the economic rentability was less than credit rate of interest. Financial capital planning have been done by building up of capital usage duck eggs deposit to farmer group. It has been implemented as a duck farm development base.

Key Words: Capital, Duck Farmer Group, Profitability, Rentability, Return On Investment

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengkaji manajemen permodalan khususnya penggunaan modal pada anggota KTTI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari–Maret 2005 pada KTTI “Maju Jaya” di Kelurahan Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Sedangkan metode penentuan lokasi didasarkan atas “purposive” dengan pertimbangan bahwa KTTI “Maju Jaya” merupakan kelompok yang mempunyai anggota terbanyak, sudah berjalan cukup lama dan mempunyai permasalahan tentang permodalan dalam mengembangkan usaha ternak itik. Metode penentuan sampel dilakukan dengan simple random sampling, anggota kelompok tani-ternak yang terpilih sebagai responden sebanyak 30 peternak. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan dianalisis Profitabilitas; Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) dan Rentabilitas Ekonomi (RE) serta Return on Investmen (ROI). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata jumlah kepemilikan itik adalah 533 ekor, dengan tingkat pendapatan Rp. 1.056.989/bln. Besarnya nilai Profitabilitas adalah 15,61%; Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) 21,63%, Rentabilitas Ekonomi (RE) 15,94% sedangkan nilai ROI adalah 79,88%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa usaha ternak itik menguntungkan untuk diusahakan dan penggunaan modal dilakukan dengan baik, walaupun nilai RE masih lebih rendah dari suku bunga pinjaman. Perencanaan pemupukan modal telah dilakukan sehingga dapat dipakai sebagai landasan untuk pengembangan usaha ternak itik.

Kata Kunci: Permodalan, Kelompok Tani Ternak Itik, Profitabilitas, Rentabilitas, Return On Investment

PENDAHULUAN

Kegiatan usaha agribisnis terdiri atas berbagai macam pelaku dengan kekuatan

modal yang berbeda. Salah satu pelaku

kegiatan usaha tersebut adalah peternak rakyat,

dimana mayoritas tinggal di pedesaan dengan

tingkat pendapatan usaha ternak belum

(2)

optimal. Salah satu faktor yang menjadi kendala antara lain ketersediaan modal yang terbatas dan lemahnya manajemen agribisnis.

Fungsi manajemen permodalan bagi peternak adalah dimulai dari perencanaan dan pemanfaatan serta pengendalian modal secara efisien. Oleh karena itu, pengetahuan permodalan sangat bermanfaat bagi peternak pada pengambilan keputusan dalam usaha ternaknya.

Keberhasilan usaha agribisnis salah satunya dapat diukur dari keberhasilan di bidang keuangan. Oleh karena itu, seorang peternak sebagai pelaku agribisnis mempunyai peran penting dalam pengelolaan keuangan khususnya permodalan. Fungsi manajemen permodalan adalah mulai dari merencanakan, mencari, memanfaatkan serta mengendalikan dana seefisien mungkin untuk kemajuan usaha agribisnisnya. Salah satu tujuan manajemen permodalan adalah memaksimumkan equity pelaku usaha tersebut.

Modal agribisnis dalam arti mikro adalah faktor produksi yang disediakan, diolah dan dikontrol pada suatu usaha perusahaan agribisnis maupun usahatani yang sederhana (K

ADARSAN

, 1992). Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dipakai dalam kegiatan produksi. Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penanaman modal akan berpengaruh terhadap penentuan besarnya laba usaha periode berikutnya (S

UPRIYONO

, 1989).

Usaha ternak itik adalah salah satu bentuk usaha agribisnis di bidang peternakan dengan tujuan lebih ditekankan pada produksi telur, walaupun perkembangannya tidak sepesat pada ayam ras petelur. Pada umumnya, itik dipelihara secara tradisional dan peternak kurang memperhatikan efisiensi produksi.

Salah satu upaya yang dipandang mampu mengatasi hal tersebut adalah pemeliharaan secara intensif. Keuntungan dengan sistem pemeliharaan tersebut adalah produktivitas telur lebih tinggi, kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan lebih efisien. (W

IDHYARTI

, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian, ternak itik memiliki beberapa keunggulan ekonomis, antara lain: (a) ternak itik hampir tidak pernah menimbulkan keresahan seperti kematian yang tinggi akibat wabah penyakit; (b) konsumen tidak merasa gelisah karena produk-produk ternak itik berharga mahal dan (c) peternak

jarang mengalami kerugian akibat fluktuasi harga sarana produksi.

P

AMBUDY

dan R

UMINTA

(2002) mengatakan bahwa dari aspek ekonomi, usaha agribisnis itik merupakan salah satu jenis usaha agribisnis yang memiliki prospek atau peluang sangat menjanjikan, karena: (a) mampu menghasilkan bahan pangan protein hewani yang bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat;

(b) hasil ikutan memiliki nilai ekonomi tinggi, berupa bulu itik dan kotoran itik; (c) relatif mudah dilakukan oleh siapa saja; (d) memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan dan (e) dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga.

Usaha agribisnis ternak itik merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kebutuhan pangan dan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pangan yang bergizi menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya permintaan produk peternakan itik, khususnya telur itik. Peningkatan permintaan tentunya harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas sehingga jumlah produksi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menerapkan konsep manajerial yang baik, sehingga keuntungan peternak dapat bertambah. Kendala utama yang sering dihadapi peternak adalah kemampuan peternak dalam manajemen permodalan. Pemanfaatan modal usaha secara tepat akan memberikan efek yang positip bagi kelangsungan usaha.

penerapan fungsi manajemen yang baik akan menghasilkan penggunaan modal dan membantu peternak mencapai keuntungan.

Kabupaten Brebes khususnya Kecamatan Brebes merupakan wilayah kajian manajemen permodalan pada anggota Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) dimana itik merupakan komoditas unggulan daerah saat ini. Produk usaha ternak itik merupakan komoditas yang mempunyai prospek positip seiring dengan pertambahan penduduk dan pendapatan masyarakat.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk

mengkaji manajemen permodalan khususnya

penggunaan modal pada anggota Kelompok

Tani Ternak Itik (KTTI). Manfaat yang dapat

dipetik dari hasil kajian adalah dapat diketahui

pengelolaan permodalan yang dilakukan oleh

(3)

peternak itik dan upaya pemecahan jika menghadapi permasalahan permodalan.

MATERI DAN METODE Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari–Maret 2005 pada KTTI “Maju Jaya”

di Kelurahan Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

Metode penelitian, penentuan lokasi dan sampel

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Sedangkan metode penentuan lokasi didasarkan atas “purposive”

dengan pertimbangan bahwa KTTI “Maju Jaya” merupakan kelompok yang mempunyai anggota terbanyak, sudah berjalan cukup lama dan mempunyai permasalahan tentang permodalan dalam mengembangkan usaha ternak itik. Metode penentuan sampel dilakukan dengan simple random sampling, anggota kelompok tani-ternak yang terpilih sebagai responden sebanyak 30 peternak.

Metode analisis data

Data yang diambil berupa data primer dan sekunder yang selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan dianalisis dengan Profitabilitas; Rentabilitas Modal Sendiri dan Rentabilitas Ekonomi serta Return on Investmen (ROI).

Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan perbandingan keutungan dengan aktiva, modal atau hasil penjualan produk (H

ARIADI

dan K

EN

S., 1997).

Rentabilitas

Rentabilitas ditunjukkan dari besarnya perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (M

UNAWIR

, 2002), digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan modal dengan mengetahui rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi. Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan untuk menghasilkan laba bersih dari sejumlah modal sendiri.

Sedangkan rentabilitas ekonomi adalah kemampuan untuk menghasilkan laba kotor dari sejumlah modal sendiri dan modal dari luar (R

IYANTO

, 2001).

Return on investment (ROI)

ROI merupakan metode yang digunakan untuk membandingkan antara laba bersih dengan investasi yang dikeluarkan (K

ADARSAN

, 1992), bertujuan untuk mengukur kembalinya investasi yang telah ditanamkan, baik dengan menggunakan aktiva yang dimiliki maupun dana yang berasal dari pemilik modal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi kelompok

Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) “Maju Jaya” telah melakukan kegiatan usaha ternak itik mulai tahun 1994, pada awal kegiatan jumlah anggota sebanyak 20 peternak, dengan berkembangnya kegiatan dan adanya peluang usaha maka pada saat ini (tahun 2005) jumlah anggota telah mencapai sekitar 70 peternak.

Dalam melakukan kegiatan kelompok, maka telah diadakan kegiatan usaha bersama seperti Koperasi dengan maksud untuk membantu para anggota dalam penyaluran sarana produksi dan membantu anggota bila ada permasalahan biaya produksi atau permodalan. KTTI mempunyai kas dari hasil penjualan telur yang berasal dari setoran anggota per butir per hari. Tahun 2003 KTTI Maju Jaya mendapatkan prestasi sebagai Juara I Kelompok Tani Ternak se Indonesia. Dengan hasil tersebut, membuktikan bahwa usaha agribisnis ternak itik mulai dilirik oleh para pelaku usaha di bidangnya.

Responden penelitan berjumlah 30 peternak, dengan persentase tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMP (32,3%) dan umur peternak berkisar antara 25–57 tahun.

Jumlah skala usaha ternak itik yang dikelola

oleh peternak berkisar antara 300–1.300 ekor

dengan rata-rata kepemilikan 533 ekor.

(4)

Manajamen permodalan

Permodalan bagi usaha ternak itik sangat penting bagi kelangsungan usaha, baik pemanfaatan untuk modal investasi maupun modal operasional. Pendekatan perencanaan dalam permodalan melalui pemupukan modal yang dilakukan oleh kelompok adalah setiap anggota menyetorkan sebutir telur itik setiap hari. Hasil setoran itik merupakan kas kelompok dan dimanfaatkan antara lain untuk kepentingan anggota kelompok. Hal tersebut dilakukan agar usaha ternak itik tetap berlanjut (sustainable) dan berkembang, mengingat kendala dalam alokasi modal usahatani, umumnya masih terbatas pada jumlah modal yang diperoleh sehingga penggunaan sumber modal yang optimal perlu dilakukan sebaik mungkin oleh peternak. Oleh karena itu, manajemen permodalan bagi peternak itik perlu diperhatikan. Berdasarkan perhitungan, pemupukan modal kelompok setiap hari adalah 70 butir, bila harga telur Rp. 600 maka dana yang terkumpul adalah Rp. 42.000, dalam satu bulan Rp. 1.260.000 dan satu tahun akan terkumpul Rp. 15.120.000.

Alokasi penggunaan modal dapat dibedakan atas modal kerja dan modal investasi. Besarnya modal yang dibutuhkan oleh peternak dengan rata-rata skala usaha 533 ekor adalah modal kerja sebesar Rp.

67.909.986,42/tahun dan modal investasi Rp.

15.878.382,40 sehingga total modal yang dibutuhkan adalah Rp. 83.788.369,82/tahun.

Modal kerja dipergunakan untuk membiayai operasional usaha yang dalam hal ini adalah dialokasikan untuk biaya produksi (Tabel 1), sedangkan modal investasi merupakan dana yang dialokasikan untuk membiayai pembelian bibit sebesar Rp. 13.333.333,30, perkandangan Rp. 2.033.333,30 dan peralatan Rp. 511.716,70.

Berdasarkan atas sumbernya, maka modal yang dipergunakan oleh peternak berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Dari jumlah modal yang dibutuhkan yakni sebesar Rp. 83.788.369,82/tahun, maka 69,99% atau Rp. 58.651.858,87 berasal dari modal sendiri dan 30,01% atau Rp. 25.136.510,95 dari modal pinjaman. Modal pinjaman tersebut umumnya berupa modal untuk pembelian sarana produksi yaitu pakan dan bibit yang antara lain berasal dari koperasi kelompok, penyalur sarana produksi dan perbankan.

Biaya produksi

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak itik selama satu tahun (tahun 2004) dengan skala usaha 533 ekor disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya produksi usaha ternak itik tahun 2004

Biaya produksi /tahun Jenis biaya

Jumlah (Rp) Persentase (%) Biaya tetap

Penyusutan 4.415.540,27 6,50 Tenaga kerja 7.412.000,00 10,91 Biaya tidak tetap

Pakan 51.795.150,00 76,27

Ikan 3.593.846,15 5,30

Sekam 11.700,00 0,02

Listrik 360.000,00 0,53

Premium 222.750,00 0,33

Solar 99.000,00 0,14

Jumlah 67.909.986,42 100,00

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa besarnya biaya produksi selama satu tahun adalah Rp. 67.909.986,42. Alokasi terbesar penggunaan modal adalah untuk membiayai pembelian pakan termasuk ikan adalah sebesar 81,57% dari total biaya yang dikeluarkan.

Penerimaan

Besarnya penerimaan usaha ternak itik tidak lepas dari tingkat produktivitas produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa rata-rata produktivitas telur per hari adalah sekitar 65%. Dengan demikian produksi telur yang dihasilkan dari sejumlah 533 ekor adalah 123.069,5 butir. Jika rata-rata harga telur per butir adalah Rp. 600 maka besarnya penerimaan telur selama satu tahun adalah 73.841.700.

Penerimaan usaha agribisnis itik dapat

berupa telur, itik afkir dan hasil ikutan seperti

kotoran itik. Besarnya penerimaan usaha ternak

itik dengan skala usaha 533 ekor disajikan

pada Tabel 2.

(5)

Tabel 2. Penerimaan usaha ternak itik tahun 2004 Penerimaan/tahun Komponen

Jumlah (Rp.) Persentase (%)

Telur 73.841.700,00 90,87

Itik afkir 7.095.111,11 8,73 Kotoran 324.615,38 0,40

Jumlah 81.261.426,49 100,00

Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Berdasarkan hasil penerimaan dan biaya produksi maka rata-rata pendapatan peternak itik adalah Rp.

13.351.440,07/tahun dengan pendpatan bersih (setelah dikurangi pajak sebesar 5%) adalah Rp. 12.683.868,07 dan rata-rata pendapatan per bulan adalah Rp. 1.056.989.

Profitabilitas, rentabilitas dan return on investment (ROI)

Profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu usaha mendapatkan keuntungan dari sejumlah hasil penjualan produk. Oleh karena itu, nilai profitabilitas seringkali dipakai sebagai landasan tingkat keuntungan daripada besarnya keuntungan. Berdasarkan analisis diketahui bahwa nilai profitabilitas usaha ternak itik adalah 15,6%, bila mengacu nilai suku bunga deposito sebesar 8%, maka usaha ternak itik layak secara finansiil dan menguntungkan.

Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu usaha dengan mengetahui rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi. Modal yang dimanfaatkan untuk operasional usaha ternak itik tidak hanya modal sendiri namun juga berasal dari modal pinjaman yang dapat diperoleh dari Kelompok tani Ternak Itik tersebut dan dari lembaga penyalur sarana produksi serta perbankan.

Peternak memanfaatkan modal pinjaman untuk pengadaan sarana produksi khususnya pembelian pakan. Besarnya modal pinjaman dari total modal yang dipergunakan adalah

Rp.25.136.510,95 sedangkan besarnya modal sendiri Rp.58.651.858,87.

Berdasarkan analisis diketahui bahwa nilai Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) adalah 21,63%, Rentabilitas Ekonomi (RE) adalah 15,94%. Nilai rentabilitas usaha ternak itik bila dibandingkan dengan suku bunga pinjaman sebesar 18% maka pada rentabilitas modal sendiri hasil lebih tinggi dari suku bunga bank, sedangkan rentabilitas ekonomi lebih rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modal khususnya modal pinjaman perlu diperhatikan kembali. Namun demikian diketahui bahwa usaha ternak itik tersebut tetap menguntungkan bagi peternak.

Return on Investment merupakan metode yang digunakan untuk membandingkan antara laba bersih dengan investasi yang dikeluarkan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Return on Investment adalah 79,88%. Dari hasil ROI menunjukkan bahwa kemampuan peternak dalam mengembalikan investasi yang ditanamkan, baik dengan dari aktiva yang dimiliki maupun dana yang berasal dari pemilik modal telah dilakukan dengan baik.

Hal itu ditunjukan dari nilai ROI yang lebih besar dari suku bunga deposito yakni 8%.

Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa penggunaan modal untuk kelangsungan usaha ternak itik dilakukan dengan baik.

Pemupukan modal telah dilakukan di kelompok ternak itik sehingga dapat membantu anggota kelompok yang membutuhkan modal.

Disamping itu, usaha ternak itik mempunyai potensi meningkatkan rentabilitas dengan meningkatkan nilai tambah (added value) dari produk utama, seperti pengolahan telur menjadi telur asin atau telur olahan lainnya.

Hal tersebut didukung oleh tidak adanya kendala dalam pemasaran telur, dalam arti pemasaran berjalan dengan baik serta keberlanjutan produk masih tetap terjamin.

Oleh karena itu, usaha ternak itik mempunyai potensi untuk lebih berkembang sebagai produk unggulan daerah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 30

responden peternak itik anggota KTTI Maju

Jaya, dapat disimpulkan bahwa:

(6)

Usaha ternak itik merupakan usaha yang menguntungkan dengan nilai profitabilitas 15,6%.

Perencanaan pemupukan modal telah dilakukan di tingkat kelompok, namun keterbatasan modal masih merupakan permasalahan bagi peternak.

Pemanfaatan modal sudah berjalan baik, dengan hasil Rentabilitas Modal Sendiri 21,63%; Rentabilitas Ekonomi 15,94% dan ROI 79,88%.

Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah:

Perlu peningkatan potensi usaha dengan meningkatkan nilai tambah (added value) dari produk utama, seperti pengolahan telur menjadi telur asin atau telur olahan lainnya.

Peternak perlu menerapkan aspek ekonomis usaha ternak yang tinggi dengan lebih mempertimbangkan aspek teknis, seperti penggunaan input faktor (pakan) yang seimbang, sehingga dapat tercapai efisiensi penggunaan modal.

Pemberdayaan peternak itik melalui pelatihan khususnya manajemen permodalan perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

DANIEL. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.

Penerbit Alumni Bandung.

HADISAPUTRO. 1978. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

HERNANTO, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

KADARSAN dan W. HALIMAH. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

MUNAWIR. 2002. Analisis Informasi Keuangan.

Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta.

NITISEMITO,A.S. 1979. Pembelajnaan Perusahaan.

Ghalia Indonesia, Jakarta.

PAMBUDY,R. dan D.RUMINTA. 2002. Berwirausaha Agribisnis Itik. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.

PRASTOWO, D. 1995. Analisa Laporan Keuangan (Konsep dan Aplikasi). Edisi Pertama. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

RASYAF, M. 2002. Beternak Itik. Edisi ke-6.

Kanisius Yogyakarta.

RIYANTO, B. 2001. Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta.

SINGARIMBUN, M. dan S. EFFENDI. 1001. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

SOEKARTAWI, A., J.L. SOEHARDJO dan BRIAN

HARDAKER. 1986. Ilmu Usahatani dan Pengembangan Peternak Kecil. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

SUHARJO dan PATONG. 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

SUPRIYONO, R.A. 1989. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengembalian Biaya serta Pembuatan Keputusan. Edisi Ke-2, BPFE, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

WIDHYARTI, S.S. 2002. Beternak Itik Tanpa Air.

Cetakan ke-22. Penebar Swadaya, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Biaya produksi usaha ternak itik tahun  2004
Tabel 2. Penerimaan usaha ternak itik tahun 2004  Penerimaan/tahun  Komponen  Jumlah (Rp.)  Persentase (%)  Telur 73.841.700,00  90,87  Itik afkir  7.095.111,11  8,73  Kotoran 324.615,38  0,40  Jumlah 81.261.426,49 100,00  Pendapatan

Referensi

Dokumen terkait

pengembangan kawasan. 3) Pengembangan sknario, adalah merupakan tahap perumusan hasil analisis dan menjelaskan langkah-langkah utama yang perlu dikembangkan untuk

Dalam bebagai guidelines, reperfusi miokard secepatnya dengan trombolitik ataupun intervensi koroner perkutan (PCI) primer menjadi pilihan dalam tatalaksana STEMI.2 Dari

Karang keras dari Genus Heliofungia me- nyerupai anemon laut, dan menyediakan mikro- habitat bagi sebagian (± 1.3%) rekrut, dan jenis karang keras dengan struktur yang rumit

Pada penelitian ini mutasi sapi potong dari setiap bangsa di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2013 dan jumlah sapi yang masuk dari semua bangsa sapi potong

Penekanan konsep Arsitektur Waterfront Frank Lloyd Wright, karakteristik desain massa dan bentuk bangunan dengan mengadopsi Penekanan Desain Arsitektur Recreational

Selain koleksi buku dan CD, Amikom Resource Center juga menyediakan koleksi tugas akhir dan skripsi mahasiswa, majalah, surat kabar, e-book, jurnal dalam negeri dan

Pada percobaan kedua ini dilakukan dengan menggunakan dua buah reaktor CBR masing-masing diisi dengan campuran kultur dan limbah sebanyak 4,5 L (dengan perbandingan volume

Peraturan keselamatan, kesihatan, dan alam sekitar yang khusus untuk produk yang berkenaan. Bahan Aktif Produk Racun Perosak (Akta Racun Perosak 1974, Jadual Pertama, seperti