PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA
MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM
MEMULIHKAN KUALITAS HIDUP ANAK SKIZOFRENIA
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Psikologi Profesi
Minat Utama Bidang Psikologi Klinis
Oleh :
Sheilla Varadhila Peristianto T 100 135 001
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
FAKULTAS PSIKOLOGI
1
PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA
MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM
MEMULIHKAN KUALITAS HIDUP ANAK SKIZOFRENIA
Abstrak
Anak yang mengalami skizofrenia tidak dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupannya sehingga membutuhkan bantuan dari orang sekitar. Keberadaan anak justru sering dianggap berbahaya karena stigmasasi masyarakat dan orang tua menjadi kurang mendukung kesembuhan anak. Orang tua menyerahkan sepenuhnya penanganan anak pada petugas medis dan ditelantarkan. Orang tua menampilkan ekspresi emosi yang tinggi pada anak yaitu berperilaku intrusive antara lain berlebihan, kejam, kritis dan tidak mendukung sehingga anak cenderung mengalami kekambuhan. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan dukungan sosial orang tua melalui solution focused therapy dalam rangka memulihkan kualitas hidup anak dengan riwayat gangguan skizofrenia. Subjek penelitian adalah orangtua yang memiliki anak penderita skizofrenia. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental design dengan model pretest-posttest
control group design sehingga membagi subjek menjadi dua kelompok yaitu
eksperimen dan kontrol. Dua kelompok diberikan pretest, posttest, dan follow up yang menggunakan skala dukungan sosial yang diadaptasi dari ISEL (Cohen & Hoberman, 1983). Perbedaannya, pada kelompok eksperimen mendapatkan
solution focused therapy (SFT) untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan
dukungan sosial. Dukungan sosial diukur pula pengaruhnya terhadap kualitas hidup anak setelah orang tua diberikan terapi. Kualitas hidup anak diukur menggunakan SQLS dengan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial orang tua yang mendapatkan SFT dengan orang tua yang tidak mendapatkan SFT. Aspek dukungan sosial yang rendah adalah dukungan harga diri dan dukungan akan rasa memiliki. Sedangkan, pada orang tua yang diberikan SFT kedua aspek tersebut mengalami peningkatan. Selanjutnya SFT berpengaruh dan efektif dalam meningkatkan dukungan sosial orang tua. Dukungan sosial orang tua terutama pada aspek dukungan harga diri dan rasa akan memiliki, mempengaruhi kualitas hidup anak skizofrenia.
Kata kunci : orang tua, skizofrenia, kambuh, dukungan sosial, kualitas hidup
Abstract
2
quality of life of the children was measured after the parents underwent the therapy. The quality of life of the children was measured using SQLS with observation and interview. The results showd some differences of social support between parents underwent SFT and parents whitout any therapy. Aspects of social support found to below in parents underwent no therapy were self esteem support and belonging support. Meanwhile, both aspects increased in parents underwent SFT. In conclusion, SFT was found to b effective in improving parent’s social support, particularly in self esteem support and belonging support. Improvements in social support also influenced the quality of life of children with schizophrenia.
Keyword : parents, schizophrenia, relapse, social support, quality of life.
1. PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa akut yang akhir-akhir ini menjadi perhatian para masyarakat. Pasalnya, skizofrenia tidak hanya dialami oleh orang dewasa namun juga anak-anak. Penderita skizofrenia di Indonesia sekitar 1% hingga 2% dari total jumlah penduduk. Arif (2006) menjelaskan prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun atau usia remaja awal sudah menderita skizofrenia.
APA (2000); RSJD Prov. Jateng (2014); Rekam Medik RSJD Surakarta (2014); dan Widodo (2014), menyebutkan bahwa penderita skizofrenia mulai pada usia 11-12 tahun atau usia yang masuk dalam tahap perkembangan remaja awal.
Skizofrenia yang terjadi pada anak dianggap hal yang buruk bagi masyarakat. Stigma dari masyarakat mengenai skizofrenia menjadi ‘penyakit kedua’, yaitu sebuah penderitaan tambahan yang tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga dirasakan oleh orang tua (Vera, 2010, dan Finzen, dalam Schultz dan Angermeyer, 2003). Stigmatisasi membuat anak dikucilkan dari lingkungan sosial dan disepelekan. Hal tersebut tidak diimbangi dengan pemahaman orang tua terkait dengan gangguan skizofrenia yang pada akhirnya orang tua memilih menyerahkan sepenuhnya penanganan dan perawatan anak kepada petugas medis (Sandra, Rahayu, & Munjiati, 2009).
3
Dukungan sosial orang tua yang kurang ditampilkan dalam ekspresi emosi yang tinggi seperti kritik dan kekejaman mengarahkan pada kekambuhan (Nolen, 2001).
Keberhasilan perawatan di rumah sakit menjadi sia-sia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, Garcia, Chang, Young, dan Lopez (2006) menunjukkan bahwa family
caregivers adalah sumber untuk menunjang pemberian obat dan penyembuhan
pada skizofrenia sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan kembali.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSJD Surakarta pada tahun 2014-2015, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menunjukkan kurangnya dukungan sosial orang tua pada anak yaitu faktor interaksi yang kurang baik antara orang tua dan anak, jarang mengajak berbicara anak, berbicara dengan nada yang tinggi, dan anak apabila melakukan kesalahan. Orang tua merasa terbebani dengan gangguan yang dihadapi oleh anak sehingga memunculkan kecemasan ketika menghadapi anak, kurangnya kesadaran akan kebutuhan untuk memahami skizofrenia, dan tekanan dalam perawatan, serta memunculkan stres tersendiri yang ditampilkan orang tua dalam bentuk ekspresi emosi tinggi (Leff & Vaughn, 1985). Hal tersebut akhirnya memicu kekambuhan pada anak dan harus menjalani perawatan kembali sebagai tanda bahwa menurun kualitas hidupnya (Sarason, 2010).
Salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas hidup penderita skizofrenia adalah terjadinya kekambuhan karena kurangnya peran serta dukungan sosial yang diberikan orang tua dalam penanganan terhadap penderita (Rubbyana, 2012).
Orang tua jarang mengikuti 9 proses keperawatan skizofrenia karena jarang mengunjungi anak di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit jarang melibatkan orang tua. Saat anak diperbolehkan pulang ke rumah, orang tua justru membatasi perilaku anak, curiga terhadap tindakan anak yang akan menyakiti orang lain, dan tidak diperbolehkan keluar rumah, serta semakin membuat orang tua terbebani (Keliat, 2006). Orang tua perlu mendapatkan penanganan agar dapat menurunkan kecemasan dan stres yang terjadi selama merawat anak sehingga terbentuk kesadaran orang tua terhadap kebutuhan anak dan hubungan baik dalam rangka mendukung anak mencapai kesembuhan (Iman, 2006).
4
partisipan untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptive menjadi lebih sehat. SFT efektif dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap initial interview, fase kerja, dan fase terminasi (Anderson, 2000). Trepper, McCollum, De Jong, Korman, Gingerich, dan Franklin (2012) menyatakan SFT efektif untuk menyelesaikan kasus pada penderita sakit fisik dan psikologis depresi serta klinis lainnya yang berfokus untuk penyelesaian masalah. Terapi berfokus solusi membantu orang tua dan penderita untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh penderita itu sendiri atau keduanya. Dengan membantu orang tua tersebut, maka orang tua dapat membantu pemulihan penderita skizofrenia agar pulih dan hidup sehat di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial orang tua yang mendapatkan solution focused therapy dengan orang tua yang tidak mendapatkan solution focused therapy, serta mengetahui efektivitas solution
focused therapy dalam meningkatkan dukungan sosial orang tua dengan anak
skizofrenia.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua yang memiliki anak dengan gangguan skizofrenia, serta instansi yang terkait yaitu RSJD Surakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “solution focused therapy efektif untuk meningkatkan dukungan sosial orang tua dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak penderita skizofrenia”.
2. METODE
Dalam penelitian ini dukungan sosial orang tua sebagai variabel tergantung, sedangakan solution focused therapy sebagai variabel bebas. Dukungan sosial orang tua didefinisikan sebagai perilaku membantu yang dilakukan oleh orang tua pada anak untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari anak, sedangkan
Solution Focused Therapy (SFT) merupakan terapi dengan mode singkat yang
berfokus pada pencarian solusi untuk mengatasi masalah orang tua dalam merawat anak dengan riwayat gangguan skizofrenia.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 12 orang (6 pasang) adalah orang tua (ayah dan ibu) berusia kurang lebih 35-50 tahun yang memiliki anak kandung dengan riwayat gangguan skizofrenia berusia 7-18 tahun dan pernah dirawat inap lebih dari 1 kali dengan pendidikan minimal orang tua adalah SMP. Tehnik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan
5
desain eksperimen yang digunakan adalah model eksperimen pretest-posttest
control group design (Campbell & Stanley, dalam Kazdin 2010).
Tabel. 1 Model Rancangan Eksperimen
Pretest Perlakuan Posttest Follow up
Non Random KE O1 X O2 O3
Non Random KK O1 -X O2 O3
Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen (mendapatkan SFT) KK : Kelompok Kontrol (tidak mendapatkan SFT)
O1 : Pengukuran pertama pretest (pemberian skala ISEL)
O2 : Pengukuran kedua posttest (pemberian skala ISEL)
O3 : Pengukuran ketiga follow up (pemberian skala ISEL)
X : Perlakuan atau Intervensi SFT ~X : Tanpa perlakuan
Alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala likert dengan 4 alternatif
jawaban. Dukungan sosial orang tua diukur dengan ISEL (Interpersonal Support
Evaluation List) yang dikembangkan oleh Cohen & Hoberman (1983).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang (enam pasang suami istri) yang memiliki anak kandung dengan gangguan skizofrenia dan dikelompokkan masing-masing enam orang pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 2. Identitas Subjek Penelitian
Subjek Status Usia Pendidikan Pekerjaan Anak Diagnosis Anak
KE SN Ayah 47 th SMP Wiraswasta TY F20.3 Skizofrenia
Uji statistik wilcoxon t-test diterapkan untuk mengetahui pengaruh SFT terhadap dukungan sosial orang tua. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui bahwa terdapat perbedaan skor ISEL pada KK dan KE ketika pre-test, post-test,
6
dengan KK pada pre-test, post-test, dan follow up. Perbedaan rerata KE dengan KK dapat dilihat pada tabel. 3.
Tabel. 3. Perbandingan Rerata Pre-test, Post-test dan Follow Up antara KE dengan KK
Kelompok Rerata
Pretest Post-test Follow-up
Kelompok Eksperimen 35,83 51,50 52,17
Kelompok Kontrol 36,67 36,33 36,33
Berdasarkan hasil rerata pada tabel. 2, maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial antara orang tua yang mendapat SFT (KE) dengan orang tua yang tidak mendapatkan SFT (KK). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah rerata setelah dilakukan SFT dan follow up, yang mana KE memiliki skor rerata yang lebih tinggi.
Pada tabel. 4. dijelaskan hasil uji Wilcoxon t-test pada KE dan KK ketika pre-test, post-test, dan follow up.
Tabel. 4. Uji wilcoxon pretest, posttest, dan follow up pada KE dan KK
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial antara orang tua yang mendapat SFT (KE) dengan orang tua yang tidak mendapatkan SFT (KK). Setelah mendapatkan SFT dan follow up, perbedaan antara KE dengan KK, terdapat perbedaan yang sangat signifikan.
Selanjutnya peneliti menganalisis pengaruh pemberian SFT terhadap peningkatan dukungan sosial orang tua. Untuk mengetahui perubahannya, pada tabel. 5 dijelaskan skor selisih antara pre-test, post-test, dan follow up pada KE.
Analisis Pretest Posttest Follow up
Mann-Whitney U 16.000 2.000 1.500
Wilcoxon W 37.000 23.000 22.500
Z -.321 -2.562 -2.651
Asymp. Sig. (2-tailed) .748 .010 .008
7
Tabel. 5. Skor perolehan KE pada pretest-posttest dan posttest-follow up
KE
Berdasarkan penjelasan pada tabel. 4 maka diketahui bahwa terdapat peningkatan skor antara pre-test dengan post-test KE dengan rata-rata 15,67. Selanjutnya peningkatan skor yang terjadi ketika pre-test dengan post-test tetap konsisten pada post-test dengan follow up yang mana skor hanya memiliki peningkatan 0,67. Berdasarkan penjelasan tersebut maka SFT efektif untuk meningkatkan dukungan sosial orang tua yang memiliki anak dengan gangguan skizofrenia.
Pada tabel. 6,7,8 dijelaskan peningkatan rerata skor setiap aspek dukungan sosial pada masing-masing pasangan dalam KE.
Tabel 6. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SN dan SA
Aspek Pretest Skor Total Posttest Follow Up
SN SA SN SA SN SA setelah mendapatkan SFT, sedangkan ketika follow up skor tidak berubah secara signifikan atau konsisten.
Tabel 7. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SR dan ST
Aspek Pretest Skor Total Posttest Follow Up
8
Berdasarkan tabel. 7 diketahui bahwa semua aspek antara subjek SR dan ST pada skor pretest ke posttest mengalami peningkatan dan tidak ada lagi peningkatan pada skor posttest ke follow up atau bisa dikatakan konsisten.
Tabel. 8. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SM dan DN
Aspek Pretest Skor Total Posttest Follow Up
SM DN SM DN SM DN peningkatan pada skor posttest ke follow up atau bisa dikatakan konsisten.
Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan nilai signifikansi menjadi 0,014 (p < 0,05), sedangkan hasil analisis data antara posttest dan follow up diketahui signifikansi nilai 0,046 (p < 0,05), hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan signifikan tingkat dukungan sosial saat posttest dan follow up.
Kualitas hidup penderita skizofrenia ditinjau dari tiga domain penting, adalah psikososial, motivasi dan energi dalam beraktivitas, simptom serta efek pengobatan. Akan tetapi perubahan yang muncul selama pelaksanaan penelitian mulai dari pretest hingga follow up adalah domain psikososial; dan motivasi dan energi beraktivitas. Secara psikososial, setelah mendapatkan pelatihan SFT anak Anak jarang merasakan kesepian dan terlihat keluar kamar untuk duduk-duduk di ruang tamu rumah serta memilih aktivitas untuk membantu orang tua. Dalam motivasi, anak bersedia untuk membersihkan rumah meskipun terkadang bingung apa yang akan dilakukan.
Hal ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan “solution
focused therapy efektif dalam meningkatkan dukungan sosial orang tua dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup anak penderita skizofrenia” dapat diterima. Skor follow up yang lebih besar dari nilai posttest menunjukkan bahwa perubahan dukungan sosial pada orang tua bukan merupakan efek sementara, namun terdapat proses pembelajaran dari setiap sesi terapi sehingga mempengaruhi perubahan perilaku orang tua.
9
gangguan klinis serta dapat mengubah perilaku dan kondisi psikologis yang diharapkan. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan subjek dengan rentang usia dewasa mulai dari 35 hingga 50 tahun yang mengalami permasalahan dalam merawat anak dengan gangguan skizofrenia. SFT dapat mengubah perilaku psikologis yang diharapkan peneliti yaitu peningkatan dukungan sosial dalam merawat anak.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Campbell, Elder, Gallagher, Simon, dan Taylor, (1999), bahwa SFT adalah intervensi yang efektif pada orang yang mengalami permasalahan, mulai dari permasalahan ringan hingga berat, yaitu gangguan klinis yang terjadi salah satu anggota keluarga. Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur yang pernah dilakukan oleh Campbell, Elder, Gallagher, Simon, & Taylor (1999) yaitu selama 3 kali dalam seminggu dengan memberikan pretest di awal SFT dan
posttest di akhir intervensi.
Terapi ini mengajak subjek untuk menyadari bahwa potensi solusi mungkin sudah ada di ‘genggaman’ orang tua, sehingga memiliki pandangan positif pada dirinya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengatasi masalah (Carr, 2006). Pada penelitian ini, subjek eksperimen telah memiliki solusi untuk dapat merawat anak dengan memberikan berbagai macam bentuk dukungan, yaitu dengan memberikan motivasi anak untuk bekerja sebagai bentuk dukungan harga diri dan dukungan akan rasa memiliki, serta melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari sebagai dukungan praktis yang diberikan pada anak.
10
Pendekatan secara kelompok secara signifikan dapat memberi manfaat pada klien dengan cara bertukar pikiran pada orang lain dengan permasalahan yang sama Henry (2007). Sukardi (2002) mnambahkan bahwa terapi dan konseling secara kelompok baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu dalam pengembangan kemampuan pribadi karena sesama anggota kelompok dapat melakukan interaksi sosial yang dinamis untuk membahas masalah-masalah yang dialami setiap anggota kelompok, sehingga ditemukan arah dan cara pemecahannya.
Cohen dan Hoberman (1983) menjelaskan dukungan sosial dapat bermanfaat dan berefek secara positif bagi penerimanya. Pada kelompok eksprimen, subjek merasakan bahwa setelah memberikan berbagai bentuk dukungan, anak yang memiliki riwayat skizofrenia dapat lebih beraktivitas dan tidak terdapat tanda-tanda kekambuhan seperti halusinasi. Pada kelompok kontrol, sebagian besar masih mengeluhkan munculnya halusinasi pada anak dengan berbicara sendiri meski frekuensinya sedikit.
Setelah diberikan terapi SFT, subjek KE mengalami peningkatan dukungan baik secara praktis, informasi, harga diri, dan rasa akan memiliki pada anak. Dukungan praktis berupa melibatkan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membersihkan rumah dan tidak membiarkan anak menyendiri, orang tua berbicara lebih dahulu pada anak. Anak yang dilibatkan dalam aktivitas sehari-hari merasa lebih diberdayakan sehingga anak lebih merasa bersemangat menjalahi kehidupan. Dukungan informasi pada subjek eksperimen berupa kepercayaan diri untuk bertanya maupun bercerita pada orang lain mengenai kondisi anak dan mmberi penjelasan pada anak terkait kondisinya. Upaya-upaya dalam memperoleh berbagai informasi menunjukkan sikap orang tua yang tidak lagi merasa malu atas kondisi anak, sikap orang tua tersebut berpengaruh pada aspek psikososial yakni anak merasa adanya pengakuan orang tua sehingga berkurang perasaan kesepian. Anak menjadi lebih teratur dalam meminum obat karena orang tua senantiasa mengingatkan dan menjelaskan dampak negatif terhadap kondisi yang dialami anak apabila terlambat atau tidak meminum obat.
Dukungan harga diri yang muncul pada subjek berupa usaha untuk memulai memotivasi anak melakukan pekerjaan rumah, memberikan pujian sekecil apapun atas apa yang dilakukan anak, dan tidak lagi berpikir bahwa anak adalah halangan
11
dengan nada yang tinggi, cenderung membiarkan anak dan kurang mengajak berinteraksi.
Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekuarangan dalam, meliputi pelaksanaan pemberian lembar tugas rumah kurang optimal, karena terdapat subjek yang tidak mengerjakan dengan tuntas, sehingga harus dikerjakan kembali di lokasi terapi; pengukuran pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan pada hari yang sama karena lokasi tempat tinggal yang berjauhan; serta penelitian ini belum mempertimbangkan aspek status sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi dukungan sosial.
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan dukungan sosial orang tua yang mendapatkan solution focusedt
herapy dengan orang tua yang tidak. Aspek dukungan harga diri dan dukungan
akan rasa memiliki muncul pada orang tua yang diberikan solution focused therapy.
2. Ada perbedaan yang signifikan tingkat dukungan sosial setelah terapi dan saat masa follow up. Hal ini menunjukkan solution focused therapy efektif meningkatkan dukungan sosial orang tua yang memiliki anak skizofrenia.
3. Solution focused therapy efektif untuk meningkatkan dukungan sosial orang
tua pada anak skizofrenia dengan karakter orang tua yang suka berhubungan sosial. Kondisi tingkat pendapatan serta status sosial ekonomi menengah ke atas akan mempengaruhi asertifitas orang tua dalam mengikuti terapi.
4. Gambaran dukungan sosial orang tua muncul dalam seluruh aspek yaitu aspek
dukungan praktis, informasi, harga diri, dan dukungan akan rasa memiliki Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Orangtua diharapkan melakukan sosialisasi kepada anggota keluarga atau lingkungan mengenai kondisi yang dihadapi anaknya dan menambah wawasan tentang skizofrenia.
2. RSJD Surakarta diharapkan melakukan program psikoedukasi dan kerjasama dengan profesi lain berkaitan dengan penanganan skizofrenia, serta melaksanakan terapi SFT pada orang tua pasien.
12 DAFTAR PUSTAKA
Amster, D., Carr, L., Comans, T., Fairfull, A., Grimley, R., Gordon, G., Kendall, M., Levy, J., Parker, A., Ross-Edward, B., and Willis, M. 2007.
Compendium of Clinical Measures for Community Rehabilitation.
Queensland: University of South Australia. p. 30-31
Arif, I. S. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Rafika Aditama
Beyebach, M., Rodriguez Sanchez, M.S., Arribas de Miguel, J., Herrero de Vega, M., Hernandez, C., and Rodriguez-Morejon, A. 2000. Outcome of Solution Focused Therapy at a University Family Therapy Center. Journal of Systemic Therapies, 19: 116-28
Campbell, J., Elder, J., Gallagher, D. Simon, J., and Taylor, A 1999. Crafting the 'tap on the shoulder': A compliment template for solution focused therapy.
American Journal of Family Therapy, 27(1), 35 -47.
Carr, Alan. 2006. Family Therapy; Concept, Process and Practice. British: John Wiley & Sons
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap psikologi (Terjemahan dari Dr. Kartini
Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T. and Hoberman, H. 1985. Measuring the functional components of social support. Dalam Social Support: Theory,
Research and Applications (ed. I.G. Sarason). The Hague: Martinus Nijhoff
de Shazer, S. 2007. Masterclass. 8-9 September. BRIEF. London
de Shazer, S. and Isebaert, L. 2003. The Bruges Model: a Solution Focused
Approach to Problem Drinking. Journal of Family Psychotherapy, 14:
43-52
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Dimatteo, M.R. 1999. The Psychology of Health, Ilness and Medical Care. Pasific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company Duffy
Friedman, M. Marilyn. 2004. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Gingerich, W.J., Kim, J. S., and MacDonald, A. J. 2012. Solution-Focused Brief
Therapy outcome research. In Cynthia Franklin, Terry S. Trepper, Wallace
J. Gingerich, & Eric E. McCollum (Eds), Solution-Focused Brief Therapy:
A handbook of evidence-based practice. New York: Oxford University
Press, pp. 95-111
13
Outcome Studies. The Association for Addiction Professionals: Free
NAADAC Webinar
Minuchin, S., Lee, W., and Simon, G. 1996. Mastering family therapy: Journeys of growth and transformation. New York, NY: John Wiley
Iman, S.A. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Kaplan H.I, Sadock B.J, and Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 17-35
Keliat, Budi. Ana. 2005. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC
Lee, M.Y., Greene, G.J., Mentzer, R.A., Pinnell, S., and Niles, D. 2001. Solution Focused Brief Therapy and The Treatment of Depression: a Pilot Study.
Journal of Brief Therapy, 1: 33-49
Lee, M.Y., Sebold, J., and Uken, A. 2003. Solution Focused Treatment of Domestic Violence Offenders. New York: Oxford
Leff, J., Sharpley, M., Chisholm, D., Bell, R., and Gamble, C. 2001. Training community psychiatric nurs-ing in schizophrenia family work: A study of clinical and economic outcomes for patients and relatives. Journal of Mental Health, 10, 189-197
Lipchik, E., Derks, J, LaCourt, M., and Nunnally, E. 2012. The evolution of
Solution-Focused Brief Therapy. In Cynthia Franklin, Terry S. Trepper,
Wallace J. Gingerich, and Eric E. McCollum (Eds), Solution-Focused Brief Therapy: A handbook of evidence-based practice. New York: Oxford University Press, pp. 3-19
Macdonald, AJ. 2007. Solution Focused Therapy. Theory Research & Practice. London: Sage Publications
Nevid, S. Jeffrey., Rathus, A. Spencer., dan Greene, Beverly. 2003. Abnormal
Psychology in a Changing World. Penerbit Erlangga
Sandra Pebrianti, Rahayu Wijayanti, dan Munjiati. 2009. Hubungan Tipe Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia Di Ruang Sakura RSUD
Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman The Soedirman Journal of
Nursing. Volume 4 No.1 Maret 2009
14
Schultz, B., and Angermeyer. 2003. Subjective Experiences Of Stigma: A Focus Group Study Of Schizophrenic Patients, Their Relatives And Mental Health Professionals. Social Science dan Medicine, 56, 299-312