commit to user
i
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Pendidikan Fisika
Oleh :
Bambang Siwiharjo S830809204
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X
SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Bambang Siwiharjo S830809204
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ... ...
Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA. Ph.d
NIP. 19520915 197603 2 001 ... ...
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Bambang Siwiharjo S830809204
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. ... ...
Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc, MA, Ph.D.
NIP. ... ...
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ... ...
2. Dra. Suparmi, MA. Ph.d
NIP. 19520915 197603 2 001 ... ...
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Bambang Siwiharjo
NIM : S830809204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X
SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ” PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
METODE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika
Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun
Pelajaran 2010/2011).
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs.
Suranto, M.A, Ph.D yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam
menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha
commit to user
vi
4. Pembimbing kedua Dra. Suparmi, M.A, Ph.D yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Segenap dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
7. Istri tercinta (B. Dwi Kristiani M) dan anak pertama kami tersayang (Galatia
Vega Raharjo) yang rela mengijinkan untuk terus belajar.
8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan paralel September 2009, utamanya Bu
Agin dan suami (Pak Aris), Bu Sumiati, Bu Pudji dan Bu Yayuk, yang senasib
sepenanggungan.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mendoakan semoga amal kebaikan semua pihak
tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat di sisi Allah SWT.
Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam pemanfaatan penelitian ini.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
KATA-KATA MUTIARA... iv
PERNYATAAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Perumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 13
commit to user
viii
BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS ... 16
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Fisika ... 16
a. Teori Belajar ... 17
b. Teori Belajar Konstruktivisme ... 18
c. Teori Belajar Kognitif ... 25
1). Teori Belajar Piaget ... 26
2). Teori Belajar Ausubel ... 30
3). Teori Belajar Gagne ... 32
d. Teori Belajar Sosial... 33
e. Pembelajaran Kooperatif ... 35
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 35
2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 37
3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 40
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) ... 42
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 45
4. Motivasi Belajar ... 45
5. Interaksi Sosial ... 50
a. Definisi Interaksi Sosial ... 50
commit to user
ix
6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar ... 52
7. Mata Pelajaran Fisika ... 57
a. Konsep Gaya ... 57
b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak ... 58
c. Penerapan Hukum-hukum Newton ... 60
B. Penelitian yang Relevan ... 65
C. Kerangka Berpikir ... 69
D. Pengajuan Hipotesis ... 75
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 76
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 76
1. Tempat Penelitian ... 76
2. Waktu Penelitian ... 76
B. Metode Penelitian ... 77
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 77
1. Penetapan Populasi Penelitian ... 77
2. Penetapan Sampel Penelitian ... 78
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 78
D. Variabel Penelitian ... 78
1. Variabel Bebas ... 78
2. Variabel Terikat ... 80
E. Teknik Pengumpulan Data ... 81
1. Metode Tes ... 81
commit to user
x
3. Metode Dokumentasi ... 81
F. Instrumen Penelitian... 82
1. Instrumen Pembelajaran ... 82
2. Instrumen Pengambilan Data ... 82
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 82
1. Istrumen Penilaian Kognitif ... 82
a. Uji Validitas ... 82
b. Uji Reliabilitas ... 84
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 85
d. Uji Daya Beda Soal ... 87
2. Istrumen Penilaian Motivasi dan Interaksi Sosial ... 88
a. Uji Validitas ... 89
a. Uji Reliabilitas ... 90
H. Teknik Analisis Data ... 91
1. Uji Prasyarat Analisis ... 92
a. Uji Normalitas ... 92
b. Uji Homogenitas ... 92
2. Uji Hipotesis ... 93
a. Uji Anava ... 93
a. Uji Lanjut Anava ... 97
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 99
A. Deskripsi Data ... 99
commit to user
xi
2. Data Motivasi ... 102
3. Data Interaksi Sosial ... 105
B. Pengujian prasyarat analisis ... 107
1. Uji Normalitas ... 107
2. Uji Homogenitas ... 111
C. Pengujian Hipotesis ... 113
1. Hasil Uji Hipotsis ... 113
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan ... 116
D. Pembahasan ... 119
E. Keterbatasan Penelitian ... 131
BAB V. KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 132
A. Kesimpulan ... 132
B. Implikasi ... 134
1. Implikasi Teoritis ... 134
2. Implikasi Praktis ... 135
C. Saran ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 138
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 ... 2
Tabel 1.2 Pendidikan Orang Tua ... 5
Tabel 1.3 Pekerjaan Orang Tua ... 6
Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky ... 23
Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Piaget ... 28
Tabel 2.3 Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi ... 56
Tabel 2.4 Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan ... 56
Tabel 3.1 Tahap Penelitian ... 74
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 75
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 82
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrument Tes prestasi belajar 83
Tabel 3.5 Tabel Indeks Kesukaran……… 84
Tabel 3.6. RangkumanTaraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ... 85
Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal ... 86
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestsi Belajar ... 86
Tabel 3.9 Rancangan Komputasi Data Statistik ... 93
Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan ... 95
Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika ... 98
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ... 99
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi dan Rendah .... 101
commit to user
xiii
Tabel 4. 5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 102
Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi
dan Rendah………... 103
Tabel 4.7 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 104
Tabel 4.8 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 104
Tabel 4.9 Jumlah Siswa dengan Motivasi Tinggi Rendah dan Interaksi Sosial
Tinggi Rendah ... 105
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan ... 113
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linear Model .. 113
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α ... 61
Gambar 2.2 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin ... 61
Gambar 2.3 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung ... 62
Gambar 2.4 Balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α 63
Gambar 2.5 Orang berada di dalam lift ... 63
Gambar 4.1 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 100
Gambar 4.2 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 100
Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika ... 107
Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 108
Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 109
Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode ... 110
Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Motivasi ... 111
Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Interaksi Sosial……… 114
Gambar 4.9 Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar .... 116
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Silabus ... 138
Lampiran 2. Skenario Pembelajaran (RPP) ... 140
Lampiran 3. LKS ... 162
Lampiran 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ... 174
Lampiran 5. Angket Motivasi siswa ... 175
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial ... 180
Lampiran 7. Angket Interaksi Sosial ... 181
Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ... 188
Lampiran 9. Tes Prestasi Kognitif ... 190
Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif ... 197
Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif ... 198
Lampiran 12. Hasil Uji Coba Instrumen ... 202
Lampiran 13. Data Induk Penelitian ... 213
Lampiran 14. Hasil Olah Data Minitab 15 ... 215
Lampiran 15. Hasil Analisis Variansi ... 224
Lampiran 16. Hasil Uji Scheffe’ ... 228
Lampiran 17. FotoKegiatan ... 232
commit to user
xvi
ABSTRAK
Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011, ”Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial Siswa” (Studi kasus pada materi Hukum-hukum Newton untuk kelas X SMK Negeri Jenawi Semester 1 Tahun Pelajaran 2010-2011). Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, 2) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, 3) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah, 4) Interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, 5) Interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 6) Interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010, dengan populasi siswa SMK N Jenawi I tahun pelajaran 2010/2011. Populasinya kelas X, XI dan XII, sampel penelitian menggunakan sampel acak mengambil 2 kelas. Kelas pertama (X TKJ 1) yang diberi metode STAD dan kelas kedua (X TKJ 2) yang diberi metode NHT. Tes soal diberikan untuk prestasi belajar aspek kognitif, dan angket untuk motivasi, interaksi sosial siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Hipotesis menggunakan Anava tiga jalan 2x2x2 dan uji lanjut menggunakan uji keingintahuan, dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar (Fobs = 3,21).
commit to user
xvii
ABSTRACT
Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011,”Science Learning Using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) Methods Over Viewed from Student Motivation and Sosicial Interaction” (A case study on Newton Laws for grade X SMKN Jenawi 1st Semester Academic Year 2010/2011). Thesis: Science Education Post Graduate Program, Sebelas Maret Univercity, Surakarta, 2011. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.
The purposes of this research were to know : 1) the difference of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods, 2) the difference of student achievement between student who had high and low motivation, 3) the difference of student achievement between student who had high and low social interaction, 4) the interaction between mothods and motivation toward student achievement, 5) the interaction between methods and social interaction toward student achievement, 6) the interaction between motivation and social interaction toward student achievement, 7) the interaction between mothods, motivation and social interaction toward student achievement.
The research used experimental method and was conducted on November 2010, the population was all student of SMK N Jenawi academic year 2010/2011. The population were grade X, XI and XII. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes. The first class (XTKJ I) treaded using STAD method and the second class (X TKJ 2) treaded using NHT method. The data was taken using test for student achievement; and questionere for motivation and social interaction. The hypotheses were tested using Anava with 2x2x2 factorial design and unegual cell member, continued by scheffe’.
From the data analysis can be concluded that : 1) there was differencess of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods (Fobs = 4,56), 2) there was differences of student achievement between student who had high and low motivation(Fobs = 12,60), 3) there was difference of student achievement between student who had high and low social interaction (Fobs = 7,58), 4) there was no interaction between methods and motivation toward student achievement (Fobs = 0,16); 5) there was no interaction between methods and social interaction toward student achievement (Fobs = 0,01); 6) there was no interaction between motivation and social interction toward student achievement (Fobs = 0,01); 7) there was no interaction between methods, motivation and social interaction toward the student achievement (Fobs = 3,21).
commit to user
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar kita, juga mencari tahu
tentang fenomena alam secara sistematis. Kemudian digeneralisasikan ke dalam
konsep atau prinsip-prinsip. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia semakin banyak dan maju
dengan pesat. Akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan
lagi, dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan semakin mutakhir, maka
harus dikembangkan dengan cara-cara belajar baru, misalnya bagaimana mencari,
mengolah, memilih informasi yang demikian banyak sesuai dengan
kebutuhannya. Menyadari hal di atas maka penyempurnaan kurikulum termasuk
kurikulum fisika SMK mutlak harus dilaksanakan secara dinamis.
Penyempurnaan kurikulum harus dilaksanakan melalui prosedur yang benar,
yaitu: evaluasi kurikulum yang lama atau yang sedang berjalan uji coba
kurikulum baru, sosialisaai kurikulum baru, maupun menetapkan kurikulum yang
baru.
Kedinamisan perubahan kurikulum juga harus diikuti perubahan
commit to user
xix
dengan menganggap bahwa guru adalah yang paling hebat di kelas, guru sebagai
sumber pokok di kelas. Guru adalah subyek dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas. Sebagai akibatnya adalah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran rendah
atau kurang. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Data
prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1: Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009
No Kelas KK
Rendahnya kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu penyebabnya adalah “ belum dimanfaatkannya sumber belajar secara
maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Hal tersebut lebih dipersulit
lagi oleh kondisi yang turun menurun, dimana guru mendominasi kegiatan
pembelajaran” (Mulyasa E 2002 : 47). Dalam KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan
guru tidak berlaku sebagai subyek dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran
bisa dilakukan dari berbagai sumber belajar. Dan guru berperan sebagai motivator
dan fasilitator dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari
commit to user
xx
setiap kelompok keahlian atau satuan pendidikan. Merujuk Permendiknas No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Permendiknas No. 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi SKL ,
untuk mata pelajaran fisika di SMK beban belajarnya adalah 192 jam / 3 tahun
yang kemudian dijabarkan menjadi 3 jam tatap muka per minggu.
Materi fisika yang diajarkan pada semester I kelas X adalah Besaran dan
Pengukuran (meliputi besaran fisis, dimensi dan pengukuran), Gerak (meliputi
kerangka acuan, perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus dan gerak
melingkar), Gaya dan Hukum-Hukum Newton (meliputi vektor, gaya,
hukum-hukum Newton dan penerapan hukum-hukum-hukum-hukum Newton) dan Rotasi Benda Tegar
(meliputi gerak rotasi, momentum sudut dan keseimbangan benda tegar).
Materi hukum-hukum Newton merupakan materi yang banyak dialami
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kekadian-kejadian dalam kehidupan
sehari-hari banyak yang merupakan penerapan hukum-hukum Newton yang
sering kali tidak dipahami oleh siswa. Sebagai contoh ketika seseorang sedang
naik bis dan tiba-tiba bis tersebut direm mendadak, maka kita menerapkan hukum
I Newton. Ketika mendorong mobil yang mogok, sebenarnya kita sedang
menerapkan hukum II Newton. Ketika kita memukul meja dengan kepalan tangan
atau mendorong tembok dengan kaki sambil duduk, sebenarnya kita sudah
menerapkan hukum aksi reaksi atau hukum III Newton.
Dengan melihat/memperhatikan kurikulum di atas, maka guru sebagai
pengajar dan pendidik dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang
commit to user
xxi
Namun kenyataannya, belum semua guru mampu merancang skenario
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan
metode pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa.
SMA Negeri Jenawi berdiri berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 211
Tahun 2002 dan berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 421.5/769 Tahun 2009
mengalami alih fungsi dan berubah menjadi SMK Negeri Jenawi. Hal ini
disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dan juga atas dasar kajian
bahwa hanya ada sekitar 10 % lulusan SMA Negeri Jenawi yang melanjutkan
sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Visi SMK Negeri Jenawi adalah mencetak lulusan yang terampil, cerdas
dan berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan visi tersebut maka para guru dituntut
untuk mampu mengembangkan kompetensi siswa di bidang/ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Kebutuhan tenaga kerja di masyarakat menuntut siswa
untuk memiliki kompetensi kognitif, psikomotor dan afektif yang optimal.
Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru di SMK
Negeri Jenawi adalah metode konvensional, seperti mengajar dengan ceramah,
pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR), merangkum dan mencatat. Bahkan tidak
jarang seorang guru berceramah secara terus-menerus selama proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga metode pembelajaran yang diterapkan bersifat teacher
centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Guru seolah-olah sebagai
satu-satunya sumber belajar di kelas, orang yang paling pandai di kelas, orang yang
paling hebat di kelas. Banyak guru di SMK Negeri Jenawi belum menggunakan
commit to user
xxii
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak hal, yang secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal tersebut adalah IQ, motivasi, interaksi sosial siswa, kondisi fisik,
kesehatan, kreatifitas dan lain-lain. Faktor eksternal tersebut antara lain guru,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga dan masyarakat, perkembangan
teknologi, metode pembelajaran, dan lain-lain. Para guru di SMK Negeri Jenawi
dalam melaksanakan pembelajaran belum memperhatikan faktor-faktor tersebut,
khususnya motivasi dan interaksi sosial (faktor internal).
Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar orang tua atau wali murid
dari siswa SMK Negeri Jenawi berpendidikan SD, hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 1.2: Pendidikan Orang Tua
No Tahun
berpengaruh pada prestasi siswa, karena jika siswa mengalami kesulitan dalam
belajar di rumah (saat mengerjakan pekerjaan rumah) maka orang tua tidak bisa
commit to user
xxiii
Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar pekerjaan orang tua/wali
murid dari siswa SMK Negeri Jenawi adalah petani, hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 1.3: Pekerjaan Orang Tua
No Tahun
Pekerjaan Orang Tua
Petani Buruh Wiraswasta PNS
1.
Kondisi ini sudah barang tentu juga berpengaruh terhadap prestasi siswa,
karena dengan penghasilan yang tidak tentu orang tua/wali murid tidak mampu
untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anaknya. Pelajaran tambahan
tersebut misalnya mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru privat. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang kita jumpai di daerah perkotaan.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak positif
dan negatif bagi siswa. Salah satu dampak positifnya adalah dengan tersedianya
fasilitas internet di setiap sekolah maka siswa mampu mengakses banyak
informasi sebagai bahan dalam belajar. Salah satu dampak negatif dari
perkembangan teknologi tesebut adalah semakin meningkatnya sifat
individualisme para siswa. Semakin banyaknya permainan di komputer maupun di
commit to user
xxiv
kompetisi tersebut kadang-kadang tidak sehat. Sehingga siswa ketika menghadapi
tes/ujian akan mencontek jawaban dari teman atau dari buku.
Siswa di kelas X SMK merupakan siswa yang akif, interaktif dan mereka
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka memiliki kelompok-kelompok sosial
tertentu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kelompok siswa yang suka
bermain sepak bola, bermain bola voli. Mereka terlibat secara emosional di dalam
kelompok tersebut.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, sarana dan
prasarana dan juga penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu diperlukan suatu
model pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga
mampu membangkitkan motivasi siswa dan mengembangkan interaksi sosial
siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang dimaksud
adalah model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan teman-temannya, saling
membantu teman yang belum menguasai materi pelajaran, mampu menyampaikan
ide-ide yang membangun dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap tugasnya masing-masing. Sehingga paradigma pembelajaran yang
berlaku selama ini yaitu teacher centered akan berubah menjadi paradigma
pembelajaran yang baru yaitu student centered.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
merujuk pada bermacam-macam metode pembelajaran dimana para siswa
commit to user
xxv
orang. Disini, siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi
pelajaran, saling berdiskusi dan berargumentasi dan mampu menyampaikan
ide/gagasan. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk saling bekerja sama selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih
bersemangat, tangguh, dan bergairah selama pembelajaran berlangsung. Selain
itu, model pembelajaran kooperatif juga akan membuat siswa untuk saling
berinteraksi dengan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima
perbedaan terhadap teman yang mempunyai kemampuan akademik lemah, teman
yang berbeda jenis kelamin, kondisi ekonomi orang tuanya, mengembangkan
hubungan antar siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan juga
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode
pembelajaran, diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Students
Teams Achievement Division (STAD), Think-Pair-Share (TPS), Nubmbered Heads
Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan lain-lain. Langkah-langkah
pembelajaran pada metode Students Teams Achievement Division (STAD) adalah:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi. 3)
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing
kelompok kerja dan belajar. 5) Evaluasi. 6) Penghargaan kelompok. Pada metode
commit to user
xxvi
siswa yang kurang dalam pemahaman materi tidak akan malu untuk bertanya
kepada teman yang lain karena usia mereka relatif sama (tutor sebaya), sehingga
siswa dalam satu tim/kelompok mampu memecahkan dan memahami semua
masalah/soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran pada
metode NHT adalah: 1) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok lalu
masing-masing siswa diberi nomor. 2) Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan
kepada siswa. 3) Siswa saling berdiskusi untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan atau permasalahan tersebut. 4) Guru memanggil sebuah nomor dan
siswa yang memiliki nomor tersebut memberikan jawabannya, dan seterusnya
hingga pertanyaan atau permasalaham habis. Pada metode NHT ini seorang siswa
akan memberikan jawaban yang diterima oleh seluruh siswa di kelas tersebut,
sehingga siswa yang mempunyai tanggung jawab terhadap soal tersebut juga akan
mengetahui jawabannya dan mampu memahami materi pembelajaran.
Menurut Mohammad Asrori (2007:183), motivasi diartikan sebagai: “(1)
Dorongan yang timbul pada diri seseorang, yang disadari atau tidak disadari untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Suatu proses
pembelajaran memiliki tujuan akhir yaitu memiliki prestasi belajar yang tinggi.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dorongan dari pihak lain maupun dari
diri sendiri sangat penting agar setiap langkah yang diambil tepat atau sesuai.
Dengan adanya motivasi belajar , siswa akan memiliki gairah belajar yang tinggi
commit to user
xxvii
akan membawa siswa untuk terus-menerus mengasah diri sehingga tumbuh rasa
percaya diri dan kemadirian pada diri siswa. Hingga akhirmya terbentuk karakter
siswa yang tangguh, sabar, berdaya juang tinggi dan berprestasi.
Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan sikap
saling membantu antar siswa ketika sedang belajar. Pada model pembelajaran
kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari berbagai macam sifat heterogenitas siswa. Sifat heterogenitas tersebut
santara lain kepandaian, jenis kelamin, latar belakang sosial dan lain-lain. Model
pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik jika para siswa saling
berinteraksi sehingga mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada.
Ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sebaya, interaksi ini akan
berkembang menjadi kelompok persahabatan . Dalam kelompok persahabatan ini
mereka akan merasa aman, tumbuh dengan baik, menyalurkan perasaan,
mengembangkan ketrampilan, rasa ingin tahu dan bersikap lebih dewasa.
Sehingga siswa dalam kelompok tersebut akan saling membantu, siswa yang lebih
pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam memahami materi
pembelajaran dan siswa yang kurang pandai tidak akan malu untuk bertanya
kepada yang lebih pandai karena usia mereka relatif sama. Akibatnya mereka
akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.
Bertolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini diangkat judul
sebagai berikut: “Pembelajaran Fisika dengan Metode Student
Teams-Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan
commit to user
xxviii
hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X Semester I SMK Negeri Jenawi
Tahun Pelajaran 2010/2011).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK Negeri Jenawi Kabupaten
Karanganyar karena guru mengajar secara konvensional dan monoton.
2. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan pada mata
pelajaran fisika, misalnya: STAD, NHT, GI, Jigsaw, TPS, TSTS dan lain-lain.
Namun guru belum menerapkan metode yang bervariasi.
3. Ada beberapa faktor internal siswa yang mempengaruhi proses pembelajaran,
misalnya: motivasi, kreativitas, interaksi sosial, sikap ilmiah, IQ, gaya belajar
dan lain-lain. Namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut.
4. Ada beberapa bentuk interaksi sosial, antara lain: kerja sama, persaingan,
pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Namun guru belum memperhatikan
bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut.
5. Guru belum memperhatikan semua aspek pembelajaran yang meliputi
aspek/ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
6. Ada beberapa materi pembelajaran yang disajikan pada kelas X semester 1
antara lain Besaran dan Pengukuran, Gerak, Gaya dan Hukum-hukum Newton
commit to user
xxix
menunjukkan saling keterkaitan konsep-konsep tersebut sehingga proses
pembelajarannya belum bermakna.
7. Sumber belajar yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.
8. Tingkat pendidikan orang tua/wali murid sebagian besar adalah SD.
9. Pekerjaan orang tua/wali murid sebagian besar adalah petani .
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah STAD dan NHT.
2. Faktor internal dibatasi pada motivasi dan interaksi sosial.
3. Aspek yang dinilai meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa.
4. Materi pelajaran fiska dibatasi pada bahasan hukum-hukum Newton.
5. Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri Jenawi tahun
pelajaran 2010 /2011.
D. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut :
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode STAD dan NHT ?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi
commit to user
xxx
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mempunyai yang interaksi sosial
tinggi dan rendah ?
4. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan
motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
5. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan
interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi dengan gaya interaksi sosial terhadap
prestasi belajar fisika siswa ?
7. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT, motivasi,
dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
STAD dan NHT .
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah .
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan
rendah .
4. Interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika siswa .
5. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi
commit to user
xxxi
6. Untuk mengetahui interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap
prestasi belajar fisika siswa .
7. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi dengan
interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa .
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat praktis :
a) Memberikan masukan kepada guru fisika untuk mendapatkan gambaran
tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
b) Memberikan masukan bagi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan metode pembelajaran
yang serupa pada pokok pembelajaran yang lain.
c) Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum dalam
rangka pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada masa yang
akan datang.
2. Manfaat teoritis :
a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode
pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan
prestasi belajar.
b) Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian
commit to user
xxxii
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran Fisika
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi kemampuan baru sebagai upaya menguasai materi
pelajaran.
Menurut Syiful Sagala (2008:61), pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:61)
menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinka ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
commit to user
xxxiii
Menurut Kirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:64),
pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan
sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu
proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dan pembelajaran fisika adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru fisika untuk membantu seseorang mempelajari
suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar.
a. Teori Belajar
Banyak definisi tentang belajar. Sesungguhnya masalah belajar sangatlah
kompleks, sehingga apa bila orang menganggap beberapa macam kegiatan yang
berbeda , dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Travers dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan “Belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Cronbach dalam Agus Suprijono
(2009:2) menyatakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
commit to user
xxxiv
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. (Dengan kata lain, belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Geoch dalam Agus
Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is change performance as aresult of
practice”. (Belajar adakah perubahan performance sebagai hasil latihan). Morgan
dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permenen sebagai hasil dari pengalaman).
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah sebuah proses perubahan perilaku untuk mendapatkan pengetahuan sebagai
hasil dari latihan. Proses ini berlangsung di sekolah dan masyarakat. “Proses
belajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal” (Agus Suprijono, 2009:3).
Sehingga peserta didik sudah belajar jika sudah hafal hal-hal yang telah mereka
pelajari. Satu hal yang harus dipahami bahwa perolehan pengetahuan maupun
upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Sebagian besar masyarakat
menganggap bahwa kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan
fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseoran terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Paul
Suparno (2008 : 25) menyatakan kaum “Konstruktivisme beranggapan bahwa
commit to user
xxxv
dalam psikologi pendidikan dapat dikelompokkan dalam pandangan
konstuktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “ siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –
aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani 1996 : 2).
Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan ide – ide merekan sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Wadsworth dalam Suparno (2008 : 35) menyatakan “ bagaimana proses
pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual dan kesiapan anak
untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual yang
dimaksud dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam mengkonstruksi
pengetahuan :. Jadi belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi
berupa teks, dialog atau pengalaman fisik. Belajar merupakan suatu proses yang
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan yang sudah
dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Belajar
merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian
yang berbeda. Siswa dalam belajar harus mempunyai pengalaman dengan
membaut hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan
commit to user
xxxvi
mengungkapkan pertanyaan dan mengekpresikan gagasan untuk membentuk
konstruksi baru.
Baru menurut kaum konstruktif merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi
pikirnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Piaget dalam Suparno ( 2008 : 38 ) menyatakan bahwa “ Semua
pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan
seseorang.” Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali
mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Penganut
konstruktivisme ini menyakini bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang
yang sedang belajar. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
seorang guru kepada murid, sehingga murid sendiri yang harus mengartikan apa
yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman – pengalaman
mereka. Menurut pandangan ini seorang anak membangun melalui berbagai jalur
yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen
terhadap lingkungannya.
Piaget dalam Agus Suprijono (2009:31) menyatakan bahwa
pengkonstruksian pengetahuan dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: “
pengetahuan fisis, pengetahuan matematis logis dan pengetahuan sosial”.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung
terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan
commit to user
xxxvii
obyek. Pengetahuan ini dibentuk dari perbuatan berpikir seseorang terhadap
obyek yang dipelajari. Pengetahuan yang didapat dapat disimbolkan menjadi
suatu logika matematika murni. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang
dibentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain.
Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:32), “konstruksi
pengetahuan Piaget bersifat personal”. Asumsi dari Piaget adalah dalam bahasa
setiap individu terdapat egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri
individu membentuk skema dan mengubah skema. Jadi individu sendiri yang
mengkonstruksi pengetahuan ketika beriteraksi dengan pengalaman dan obyek
yang dihadapi.
Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah
bahasa merupakan aspek social . Vigotsky dalam Agus Suprijono (2009:32)
menyatakan bahwa “pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari
pembentukan inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan
sebagai alat dalam berpikir”. Inner speech berperan dalam pembentukan
pengertian spontan. Pengertian spontan mempunyai dua segi suatu pengertian
dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Dua pengertian tersebut
membentuk ketegangan dialktik sejak awal. Individu teus berusaha untuk
mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikostruksi
secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh
commit to user
xxxviii
dalam konteks sosial; budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan
pengkonstruksian pengetahuan secraa intra individual yakni melalui proses
regilasi diri internal. Dalam hubungan ini , para konstruktivis vygotskian lebih
menekankan kepada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua
prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: mengenai fungsi dan
pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan
terhadap tanda, sampai pada tukar menukar informasi dan pengetahuan; serta
zone of proximal development. Guru sebagai mediator memiliki peran mediator
pendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan ,
pengertian dan kompetensi
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat
pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara
aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif manusia
berasal dari interasi sosoal masing-masing individu dalam konteks budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemempuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development
mereka.
Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:34) menyatakan bahwa
commit to user
xxxix
menekankan pentingnya lingkungan social-kultural dalam melakukan tindakan terhadap obyek. “
Belajar menurut model konstruktivisme merupakan proses aktif siswa
untuk mengkonstruksi pikirannya. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah
dimilikinya.
Perbandingan antara teori Piaget dan Vygotsky menurut Santrok dalam
Agus Suprijono (2009:34-35) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
TOPIK PIAGET VYGOTSKY
KONTEKS
SOSIOKULTURAL
Sedikit penekanan Penekanan Kuat
KONSTRUKTIVISME Konstruktivis kognitif Konstruktivis Sosial
TAHAPAN Penekanan perkembangan
PROSES KONSTRUKSI Skemata, asimilasi,
akomodasi, equilibirasi
Zo-Ped, bahasa, dialog adalah alat ukur
PERAN BAHASA Perkembangan kognitif
menentukan bahasa
Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran
PERAN PENDIDIKAN Pendidika memperbaiki
ketrampilan peserta didik guru, teman dan para ahli
Sumber: Santrok, John W., Psikologi Pendidikan.
Proses belajar dalam model konstruktivisme bercirikan sebagai berikut :
(Suparno, 2008 : 61 ) a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan
oleh awal dari apa yang mereka lihat, dengar , rasakan dan alami. Konstruksi
commit to user
xl
proses terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atrau persoalan
yang baru, diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah, c) Belajar bukanlah
kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran
dengan membuat pangertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan ,
melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menurut
penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang, d) Proses belajar yang
sebenarnya terjadi pada waktu skemaseseorang dalam keraguan yang merangsang
pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium ) adalah situasi
yang baik untuk memacu belajar, e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, f) Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsepn tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi interaaksi dengan bahan yang dipelajari.
Tujuan belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang
memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi.
Kurikulum yang berlaku dirancang agar sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
Menurut Mohammad Asrori (2007:28-29), ciri-ciri proses pembelajaran
yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme adalah:
commit to user
xli
belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. j) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti: prediksi, kreasi dan analisis. k) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. l) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. m) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. n) Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. o) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. p) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. q) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)
Orientasi, merupakan fase untuk member kesempatan kepada peserta didik
memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi
pembelajaran. 2) Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik
menggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan peserta didik
untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka
melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik. 3)
Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan
cara mengkontraskan id-idenya dengan ide orang lain melalui diskusi. 4) Aplikasi
ide, dalam langkah ini idea atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik
perlu diaplikasikan dalam bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan
membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci. 5) Reviu,
dalam fase ini peserts didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang
dihadapinya sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah satu keterangan
atau dengan mrngubahnya menjadi lebih lengkap.
c. Teori Belajar Kognitif
Menurut Ratna Wilis Dahar (1996 : 19) “ belajar dapat dikelompokkan ke
commit to user
xlii
stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi
teori- teori kognitif”. Jadi secara umum teori belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu teori perilaku dan teori Gestalt (kongitif). Teori kognitif
dipelopori oleh Piaget, Ausubel dan Gagne.
C.Asri Buduningsih (2005 : 51) menyatakan bahwa pengertian “belajar
menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur “. Jadi setiap orang
telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Prases belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru mampu menyesuaikan dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Menurut Agus Suprijono (2009:22) “Dalam perspektif teori kognitif,
belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar”.
Perilaku indiviu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang
lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah
proses mental yang aktif untuk mencapai , mengingat dan menggunakan
pengatahuan. Belajar adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar
adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
commit to user
xliii
Menurut Piaget dalam Mohamad Surya (2003 :56) “Perkembangan
kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan ivdividu melalui suatu
rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh
dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya “. Dan menurut
Piget dalam C. Asri Budiningsih (2005 : 35) “ Perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem saraf “. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah
melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkunngannya sehingga
terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses
penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu.
Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dan
lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan
akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa
yang diterima dari lingkungannya.
Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami
konflik kognitif atau sesuatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui
dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Interaksi individu dengan
lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu
agar memperoleh keadaan seimbangan antara keadaan dirinya dengan yang
datang dari lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh
pengetahuan dengan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip
commit to user
xliv
dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan
remaja dan dewasa.
Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) dan Asri Budiningsih ( 2005 )
membagi tahap – tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat,
yaitu: 1). Tahap Sensori-Motor (umur 0-2 tahun), 2). Tahap Pra-operasional
(umur 2-7/8 tahun), 3). Tahap Operasional Konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan
4). Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun).
Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:23) menggambarkan
perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget
TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN
SENSORIMOTOR 0-2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi
Langkah
PRAOPERASIONAL 2-7 tahun Penggunaan symbol/bahasa
Tanda
Konsepintuitif
OPERASI KONKRET 8-11 tahun Pakai aturan jelas/logis
Reversible dan kekekalan
OPERASI FORMAL 11 tahun ke atas Hipotesis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan Probabilitas
Menurut Piaget, pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan
dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan
indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan
commit to user
xlv
tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,
berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkannya. Pada tahap
operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti
pikiran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error .
Ia dapat mengerti setiap langkah dari transformasi secara keseluruhan, bukan
bagian demi bagian. Ia sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan dari sutu
obyek. Anak menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, masih
mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak
variable. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang
dewasa. Anak dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan yang umum
dari kejadian –kejadian yang khusus. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif,
mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Mampu berpikir secara
abstraksi rafleksif yaitu abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
matematis logis.
Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses
adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata,
asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa
ide, konsep dan gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami
sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah
proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki individu. Akomodasi adalah proses penyesuain struktur kognitif ke dalam
commit to user
xlvi
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
seseorang.
Siswa SMK termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional
formal. Beberapa karakteristik perkembangan kognitif pada tahap ini adalah: 1).
Siswa sudah dapat berfikir adolensi, yaitu masa dimana ia dapat merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum
mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2). Siswa sudah
mulai mampu berpikir secara proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya
terbatas pada peristiwa – peristiwa konkret saja, 3). Siswa mampu berpikir
kombinatorial, yaitu yang meliputi kombinasi benda – benda, gagasan – gagasan
yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan. 4).
Siswa mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional
mental, atau sudah mampu berpikir tentang berikutnya.
2). Teori Belajar Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut
Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 112) “menyatakan bahwa belajar
bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada kosep –
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Menurut
Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (2005 : 53) “ Belajar ada dua jenis
yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote
learning)”. Ausubel dalam Agus Suprijono (2009:25) “mengemukakan belajar
commit to user
xlvii
deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception learning adalah advance
organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari
individu”. Advance organizer adalah statement perkenalan yang menghubungkan
antara skematayang sudah dimiliki oleh individu dengan informasi baru yang akan
dipelajarinya. Fungsi advance organizer adalah memberi bimbingan untuk
memahami informasi baru. Advance organizer dapat menjadi jembatan antara
informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki individu. Pemberian
advance organizer bertujuan: (1) member arah bagi individu mengetahui apa
yang terpenting dari materi yang dipelajarinya ; (2) memberi penguatan terhadap
pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.
Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah ada pada diri seseorang yang
sedang belajar. Dalam belajar bermakna siswa mencoba menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada, serta kesiapan dan niat
dari anak didik untuk belajar dari kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.
Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep
yang telah ada akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep
yang telah ada atau dimiliki siswa. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam
struktur kognitif siswa belum ada konsep/informasi baru yang dipelajari. Jika
konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur kognitif
siswa, maka konsep/informasi baru tersebut harus dipelajari dengan belajar
commit to user
xlviii
Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan
mengasosiasikan konsep/fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa.
Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau bahkan dapat
mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkontruksi apa yang
dipelajari oleh siswa sendiri.
Pembelajaran fisika sesuai dengan teori belajar Ausubel harus memiliki
pola tertentu yang khas. Pola ini sebaiknya diawali dengan menampilkan sesuatu
yang pernah dipelajari siswa sebelumya, tetapi juga mampu menumbuhkan konflik
kognitif. Adanya konflik kognitif akan menumbuhkan permasalahan yang harus
dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang
muncul diawal pembelajaran, ini akan menumbuhkan kebermaknaan
pembelajaran fisika yang lebih mendalam .
3). Teori Belajar Gagne
Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan bahwa “belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah”.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati