• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Pendidikan Fisika

Oleh :

Bambang Siwiharjo S830809204

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X

SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh :

Bambang Siwiharjo S830809204

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP. 19520116 198003 1 001 ... ...

Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA. Ph.d

NIP. 19520915 197603 2 001 ... ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh :

Bambang Siwiharjo S830809204

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi

NIP. ... ...

Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc, MA, Ph.D.

NIP. ... ...

Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP. 19520116 198003 1 001 ... ...

2. Dra. Suparmi, MA. Ph.d

NIP. 19520915 197603 2 001 ... ...

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Bambang Siwiharjo

NIM : S830809204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X

SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul ” PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN

METODE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika

Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun

Pelajaran 2010/2011).

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs.

Suranto, M.A, Ph.D yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam

menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha

(6)

commit to user

vi

4. Pembimbing kedua Dra. Suparmi, M.A, Ph.D yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Segenap dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

7. Istri tercinta (B. Dwi Kristiani M) dan anak pertama kami tersayang (Galatia

Vega Raharjo) yang rela mengijinkan untuk terus belajar.

8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan paralel September 2009, utamanya Bu

Agin dan suami (Pak Aris), Bu Sumiati, Bu Pudji dan Bu Yayuk, yang senasib

sepenanggungan.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mendoakan semoga amal kebaikan semua pihak

tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat di sisi Allah SWT.

Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam pemanfaatan penelitian ini.

Surakarta, Januari 2011

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

KATA-KATA MUTIARA... iv

PERNYATAAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

(8)

commit to user

viii

BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS ... 16

A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Fisika ... 16

a. Teori Belajar ... 17

b. Teori Belajar Konstruktivisme ... 18

c. Teori Belajar Kognitif ... 25

1). Teori Belajar Piaget ... 26

2). Teori Belajar Ausubel ... 30

3). Teori Belajar Gagne ... 32

d. Teori Belajar Sosial... 33

e. Pembelajaran Kooperatif ... 35

1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 35

2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 37

3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 40

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) ... 42

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 45

4. Motivasi Belajar ... 45

5. Interaksi Sosial ... 50

a. Definisi Interaksi Sosial ... 50

(9)

commit to user

ix

6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar ... 52

7. Mata Pelajaran Fisika ... 57

a. Konsep Gaya ... 57

b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak ... 58

c. Penerapan Hukum-hukum Newton ... 60

B. Penelitian yang Relevan ... 65

C. Kerangka Berpikir ... 69

D. Pengajuan Hipotesis ... 75

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 76

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 76

1. Tempat Penelitian ... 76

2. Waktu Penelitian ... 76

B. Metode Penelitian ... 77

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 77

1. Penetapan Populasi Penelitian ... 77

2. Penetapan Sampel Penelitian ... 78

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 78

D. Variabel Penelitian ... 78

1. Variabel Bebas ... 78

2. Variabel Terikat ... 80

E. Teknik Pengumpulan Data ... 81

1. Metode Tes ... 81

(10)

commit to user

x

3. Metode Dokumentasi ... 81

F. Instrumen Penelitian... 82

1. Instrumen Pembelajaran ... 82

2. Instrumen Pengambilan Data ... 82

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 82

1. Istrumen Penilaian Kognitif ... 82

a. Uji Validitas ... 82

b. Uji Reliabilitas ... 84

c. Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 85

d. Uji Daya Beda Soal ... 87

2. Istrumen Penilaian Motivasi dan Interaksi Sosial ... 88

a. Uji Validitas ... 89

a. Uji Reliabilitas ... 90

H. Teknik Analisis Data ... 91

1. Uji Prasyarat Analisis ... 92

a. Uji Normalitas ... 92

b. Uji Homogenitas ... 92

2. Uji Hipotesis ... 93

a. Uji Anava ... 93

a. Uji Lanjut Anava ... 97

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 99

A. Deskripsi Data ... 99

(11)

commit to user

xi

2. Data Motivasi ... 102

3. Data Interaksi Sosial ... 105

B. Pengujian prasyarat analisis ... 107

1. Uji Normalitas ... 107

2. Uji Homogenitas ... 111

C. Pengujian Hipotesis ... 113

1. Hasil Uji Hipotsis ... 113

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan ... 116

D. Pembahasan ... 119

E. Keterbatasan Penelitian ... 131

BAB V. KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Implikasi ... 134

1. Implikasi Teoritis ... 134

2. Implikasi Praktis ... 135

C. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 ... 2

Tabel 1.2 Pendidikan Orang Tua ... 5

Tabel 1.3 Pekerjaan Orang Tua ... 6

Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky ... 23

Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Piaget ... 28

Tabel 2.3 Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi ... 56

Tabel 2.4 Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan ... 56

Tabel 3.1 Tahap Penelitian ... 74

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 75

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 82

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrument Tes prestasi belajar 83

Tabel 3.5 Tabel Indeks Kesukaran……… 84

Tabel 3.6. RangkumanTaraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ... 85

Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal ... 86

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestsi Belajar ... 86

Tabel 3.9 Rancangan Komputasi Data Statistik ... 93

Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan ... 95

Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika ... 98

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ... 99

Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi dan Rendah .... 101

(13)

commit to user

xiii

Tabel 4. 5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 102

Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi

dan Rendah………... 103

Tabel 4.7 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 104

Tabel 4.8 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 104

Tabel 4.9 Jumlah Siswa dengan Motivasi Tinggi Rendah dan Interaksi Sosial

Tinggi Rendah ... 105

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan ... 113

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linear Model .. 113

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α ... 61

Gambar 2.2 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin ... 61

Gambar 2.3 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung ... 62

Gambar 2.4 Balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α 63

Gambar 2.5 Orang berada di dalam lift ... 63

Gambar 4.1 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 100

Gambar 4.2 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 100

Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika ... 107

Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ... 108

Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ... 109

Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode ... 110

Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Motivasi ... 111

Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Interaksi Sosial……… 114

Gambar 4.9 Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar .... 116

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Silabus ... 138

Lampiran 2. Skenario Pembelajaran (RPP) ... 140

Lampiran 3. LKS ... 162

Lampiran 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ... 174

Lampiran 5. Angket Motivasi siswa ... 175

Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial ... 180

Lampiran 7. Angket Interaksi Sosial ... 181

Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ... 188

Lampiran 9. Tes Prestasi Kognitif ... 190

Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif ... 197

Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif ... 198

Lampiran 12. Hasil Uji Coba Instrumen ... 202

Lampiran 13. Data Induk Penelitian ... 213

Lampiran 14. Hasil Olah Data Minitab 15 ... 215

Lampiran 15. Hasil Analisis Variansi ... 224

Lampiran 16. Hasil Uji Scheffe’ ... 228

Lampiran 17. FotoKegiatan ... 232

(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011, Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial Siswa” (Studi kasus pada materi Hukum-hukum Newton untuk kelas X SMK Negeri Jenawi Semester 1 Tahun Pelajaran 2010-2011). Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, 2) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, 3) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah, 4) Interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, 5) Interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 6) Interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010, dengan populasi siswa SMK N Jenawi I tahun pelajaran 2010/2011. Populasinya kelas X, XI dan XII, sampel penelitian menggunakan sampel acak mengambil 2 kelas. Kelas pertama (X TKJ 1) yang diberi metode STAD dan kelas kedua (X TKJ 2) yang diberi metode NHT. Tes soal diberikan untuk prestasi belajar aspek kognitif, dan angket untuk motivasi, interaksi sosial siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Hipotesis menggunakan Anava tiga jalan 2x2x2 dan uji lanjut menggunakan uji keingintahuan, dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar (Fobs = 3,21).

(17)

commit to user

xvii

ABSTRACT

Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011,”Science Learning Using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) Methods Over Viewed from Student Motivation and Sosicial Interaction” (A case study on Newton Laws for grade X SMKN Jenawi 1st Semester Academic Year 2010/2011). Thesis: Science Education Post Graduate Program, Sebelas Maret Univercity, Surakarta, 2011. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.

The purposes of this research were to know : 1) the difference of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods, 2) the difference of student achievement between student who had high and low motivation, 3) the difference of student achievement between student who had high and low social interaction, 4) the interaction between mothods and motivation toward student achievement, 5) the interaction between methods and social interaction toward student achievement, 6) the interaction between motivation and social interaction toward student achievement, 7) the interaction between mothods, motivation and social interaction toward student achievement.

The research used experimental method and was conducted on November 2010, the population was all student of SMK N Jenawi academic year 2010/2011. The population were grade X, XI and XII. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes. The first class (XTKJ I) treaded using STAD method and the second class (X TKJ 2) treaded using NHT method. The data was taken using test for student achievement; and questionere for motivation and social interaction. The hypotheses were tested using Anava with 2x2x2 factorial design and unegual cell member, continued by scheffe’.

From the data analysis can be concluded that : 1) there was differencess of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods (Fobs = 4,56), 2) there was differences of student achievement between student who had high and low motivation(Fobs = 12,60), 3) there was difference of student achievement between student who had high and low social interaction (Fobs = 7,58), 4) there was no interaction between methods and motivation toward student achievement (Fobs = 0,16); 5) there was no interaction between methods and social interaction toward student achievement (Fobs = 0,01); 6) there was no interaction between motivation and social interction toward student achievement (Fobs = 0,01); 7) there was no interaction between methods, motivation and social interaction toward the student achievement (Fobs = 3,21).

(18)

commit to user

xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar kita, juga mencari tahu

tentang fenomena alam secara sistematis. Kemudian digeneralisasikan ke dalam

konsep atau prinsip-prinsip. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia semakin banyak dan maju

dengan pesat. Akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan

lagi, dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan semakin mutakhir, maka

harus dikembangkan dengan cara-cara belajar baru, misalnya bagaimana mencari,

mengolah, memilih informasi yang demikian banyak sesuai dengan

kebutuhannya. Menyadari hal di atas maka penyempurnaan kurikulum termasuk

kurikulum fisika SMK mutlak harus dilaksanakan secara dinamis.

Penyempurnaan kurikulum harus dilaksanakan melalui prosedur yang benar,

yaitu: evaluasi kurikulum yang lama atau yang sedang berjalan uji coba

kurikulum baru, sosialisaai kurikulum baru, maupun menetapkan kurikulum yang

baru.

Kedinamisan perubahan kurikulum juga harus diikuti perubahan

(19)

commit to user

xix

dengan menganggap bahwa guru adalah yang paling hebat di kelas, guru sebagai

sumber pokok di kelas. Guru adalah subyek dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas. Sebagai akibatnya adalah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran rendah

atau kurang. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Data

prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1: Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009

No Kelas KK

Rendahnya kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satu penyebabnya adalah “ belum dimanfaatkannya sumber belajar secara

maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Hal tersebut lebih dipersulit

lagi oleh kondisi yang turun menurun, dimana guru mendominasi kegiatan

pembelajaran” (Mulyasa E 2002 : 47). Dalam KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan

guru tidak berlaku sebagai subyek dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran

bisa dilakukan dari berbagai sumber belajar. Dan guru berperan sebagai motivator

dan fasilitator dalam proses pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari

(20)

commit to user

xx

setiap kelompok keahlian atau satuan pendidikan. Merujuk Permendiknas No. 22

tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dan Permendiknas No. 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi SKL ,

untuk mata pelajaran fisika di SMK beban belajarnya adalah 192 jam / 3 tahun

yang kemudian dijabarkan menjadi 3 jam tatap muka per minggu.

Materi fisika yang diajarkan pada semester I kelas X adalah Besaran dan

Pengukuran (meliputi besaran fisis, dimensi dan pengukuran), Gerak (meliputi

kerangka acuan, perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus dan gerak

melingkar), Gaya dan Hukum-Hukum Newton (meliputi vektor, gaya,

hukum-hukum Newton dan penerapan hukum-hukum-hukum-hukum Newton) dan Rotasi Benda Tegar

(meliputi gerak rotasi, momentum sudut dan keseimbangan benda tegar).

Materi hukum-hukum Newton merupakan materi yang banyak dialami

oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kekadian-kejadian dalam kehidupan

sehari-hari banyak yang merupakan penerapan hukum-hukum Newton yang

sering kali tidak dipahami oleh siswa. Sebagai contoh ketika seseorang sedang

naik bis dan tiba-tiba bis tersebut direm mendadak, maka kita menerapkan hukum

I Newton. Ketika mendorong mobil yang mogok, sebenarnya kita sedang

menerapkan hukum II Newton. Ketika kita memukul meja dengan kepalan tangan

atau mendorong tembok dengan kaki sambil duduk, sebenarnya kita sudah

menerapkan hukum aksi reaksi atau hukum III Newton.

Dengan melihat/memperhatikan kurikulum di atas, maka guru sebagai

pengajar dan pendidik dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang

(21)

commit to user

xxi

Namun kenyataannya, belum semua guru mampu merancang skenario

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan

metode pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa.

SMA Negeri Jenawi berdiri berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 211

Tahun 2002 dan berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 421.5/769 Tahun 2009

mengalami alih fungsi dan berubah menjadi SMK Negeri Jenawi. Hal ini

disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dan juga atas dasar kajian

bahwa hanya ada sekitar 10 % lulusan SMA Negeri Jenawi yang melanjutkan

sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Visi SMK Negeri Jenawi adalah mencetak lulusan yang terampil, cerdas

dan berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan visi tersebut maka para guru dituntut

untuk mampu mengembangkan kompetensi siswa di bidang/ranah kognitif,

psikomotor dan afektif. Kebutuhan tenaga kerja di masyarakat menuntut siswa

untuk memiliki kompetensi kognitif, psikomotor dan afektif yang optimal.

Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru di SMK

Negeri Jenawi adalah metode konvensional, seperti mengajar dengan ceramah,

pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR), merangkum dan mencatat. Bahkan tidak

jarang seorang guru berceramah secara terus-menerus selama proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga metode pembelajaran yang diterapkan bersifat teacher

centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Guru seolah-olah sebagai

satu-satunya sumber belajar di kelas, orang yang paling pandai di kelas, orang yang

paling hebat di kelas. Banyak guru di SMK Negeri Jenawi belum menggunakan

(22)

commit to user

xxii

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak hal, yang secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal tersebut adalah IQ, motivasi, interaksi sosial siswa, kondisi fisik,

kesehatan, kreatifitas dan lain-lain. Faktor eksternal tersebut antara lain guru,

sarana dan prasarana, lingkungan keluarga dan masyarakat, perkembangan

teknologi, metode pembelajaran, dan lain-lain. Para guru di SMK Negeri Jenawi

dalam melaksanakan pembelajaran belum memperhatikan faktor-faktor tersebut,

khususnya motivasi dan interaksi sosial (faktor internal).

Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar orang tua atau wali murid

dari siswa SMK Negeri Jenawi berpendidikan SD, hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 1.2: Pendidikan Orang Tua

No Tahun

berpengaruh pada prestasi siswa, karena jika siswa mengalami kesulitan dalam

belajar di rumah (saat mengerjakan pekerjaan rumah) maka orang tua tidak bisa

(23)

commit to user

xxiii

Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar pekerjaan orang tua/wali

murid dari siswa SMK Negeri Jenawi adalah petani, hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 1.3: Pekerjaan Orang Tua

No Tahun

Pekerjaan Orang Tua

Petani Buruh Wiraswasta PNS

1.

Kondisi ini sudah barang tentu juga berpengaruh terhadap prestasi siswa,

karena dengan penghasilan yang tidak tentu orang tua/wali murid tidak mampu

untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anaknya. Pelajaran tambahan

tersebut misalnya mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru privat. Hal

ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang kita jumpai di daerah perkotaan.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak positif

dan negatif bagi siswa. Salah satu dampak positifnya adalah dengan tersedianya

fasilitas internet di setiap sekolah maka siswa mampu mengakses banyak

informasi sebagai bahan dalam belajar. Salah satu dampak negatif dari

perkembangan teknologi tesebut adalah semakin meningkatnya sifat

individualisme para siswa. Semakin banyaknya permainan di komputer maupun di

(24)

commit to user

xxiv

kompetisi tersebut kadang-kadang tidak sehat. Sehingga siswa ketika menghadapi

tes/ujian akan mencontek jawaban dari teman atau dari buku.

Siswa di kelas X SMK merupakan siswa yang akif, interaktif dan mereka

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka memiliki kelompok-kelompok sosial

tertentu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kelompok siswa yang suka

bermain sepak bola, bermain bola voli. Mereka terlibat secara emosional di dalam

kelompok tersebut.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang

disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, sarana dan

prasarana dan juga penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu diperlukan suatu

model pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga

mampu membangkitkan motivasi siswa dan mengembangkan interaksi sosial

siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang dimaksud

adalah model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan teman-temannya, saling

membantu teman yang belum menguasai materi pelajaran, mampu menyampaikan

ide-ide yang membangun dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi

terhadap tugasnya masing-masing. Sehingga paradigma pembelajaran yang

berlaku selama ini yaitu teacher centered akan berubah menjadi paradigma

pembelajaran yang baru yaitu student centered.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

merujuk pada bermacam-macam metode pembelajaran dimana para siswa

(25)

commit to user

xxv

orang. Disini, siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi

pelajaran, saling berdiskusi dan berargumentasi dan mampu menyampaikan

ide/gagasan. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan yang

seluas-luasnya untuk saling bekerja sama selama proses pembelajaran

berlangsung. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih

bersemangat, tangguh, dan bergairah selama pembelajaran berlangsung. Selain

itu, model pembelajaran kooperatif juga akan membuat siswa untuk saling

berinteraksi dengan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima

perbedaan terhadap teman yang mempunyai kemampuan akademik lemah, teman

yang berbeda jenis kelamin, kondisi ekonomi orang tuanya, mengembangkan

hubungan antar siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan juga

meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode

pembelajaran, diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Students

Teams Achievement Division (STAD), Think-Pair-Share (TPS), Nubmbered Heads

Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan lain-lain. Langkah-langkah

pembelajaran pada metode Students Teams Achievement Division (STAD) adalah:

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi. 3)

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing

kelompok kerja dan belajar. 5) Evaluasi. 6) Penghargaan kelompok. Pada metode

(26)

commit to user

xxvi

siswa yang kurang dalam pemahaman materi tidak akan malu untuk bertanya

kepada teman yang lain karena usia mereka relatif sama (tutor sebaya), sehingga

siswa dalam satu tim/kelompok mampu memecahkan dan memahami semua

masalah/soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran pada

metode NHT adalah: 1) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok lalu

masing-masing siswa diberi nomor. 2) Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan

kepada siswa. 3) Siswa saling berdiskusi untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan atau permasalahan tersebut. 4) Guru memanggil sebuah nomor dan

siswa yang memiliki nomor tersebut memberikan jawabannya, dan seterusnya

hingga pertanyaan atau permasalaham habis. Pada metode NHT ini seorang siswa

akan memberikan jawaban yang diterima oleh seluruh siswa di kelas tersebut,

sehingga siswa yang mempunyai tanggung jawab terhadap soal tersebut juga akan

mengetahui jawabannya dan mampu memahami materi pembelajaran.

Menurut Mohammad Asrori (2007:183), motivasi diartikan sebagai: “(1)

Dorongan yang timbul pada diri seseorang, yang disadari atau tidak disadari untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Suatu proses

pembelajaran memiliki tujuan akhir yaitu memiliki prestasi belajar yang tinggi.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dorongan dari pihak lain maupun dari

diri sendiri sangat penting agar setiap langkah yang diambil tepat atau sesuai.

Dengan adanya motivasi belajar , siswa akan memiliki gairah belajar yang tinggi

(27)

commit to user

xxvii

akan membawa siswa untuk terus-menerus mengasah diri sehingga tumbuh rasa

percaya diri dan kemadirian pada diri siswa. Hingga akhirmya terbentuk karakter

siswa yang tangguh, sabar, berdaya juang tinggi dan berprestasi.

Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan sikap

saling membantu antar siswa ketika sedang belajar. Pada model pembelajaran

kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok

terdiri dari berbagai macam sifat heterogenitas siswa. Sifat heterogenitas tersebut

santara lain kepandaian, jenis kelamin, latar belakang sosial dan lain-lain. Model

pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik jika para siswa saling

berinteraksi sehingga mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada.

Ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sebaya, interaksi ini akan

berkembang menjadi kelompok persahabatan . Dalam kelompok persahabatan ini

mereka akan merasa aman, tumbuh dengan baik, menyalurkan perasaan,

mengembangkan ketrampilan, rasa ingin tahu dan bersikap lebih dewasa.

Sehingga siswa dalam kelompok tersebut akan saling membantu, siswa yang lebih

pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam memahami materi

pembelajaran dan siswa yang kurang pandai tidak akan malu untuk bertanya

kepada yang lebih pandai karena usia mereka relatif sama. Akibatnya mereka

akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

Bertolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini diangkat judul

sebagai berikut: “Pembelajaran Fisika dengan Metode Student

Teams-Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan

(28)

commit to user

xxviii

hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X Semester I SMK Negeri Jenawi

Tahun Pelajaran 2010/2011).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK Negeri Jenawi Kabupaten

Karanganyar karena guru mengajar secara konvensional dan monoton.

2. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan pada mata

pelajaran fisika, misalnya: STAD, NHT, GI, Jigsaw, TPS, TSTS dan lain-lain.

Namun guru belum menerapkan metode yang bervariasi.

3. Ada beberapa faktor internal siswa yang mempengaruhi proses pembelajaran,

misalnya: motivasi, kreativitas, interaksi sosial, sikap ilmiah, IQ, gaya belajar

dan lain-lain. Namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut.

4. Ada beberapa bentuk interaksi sosial, antara lain: kerja sama, persaingan,

pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Namun guru belum memperhatikan

bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut.

5. Guru belum memperhatikan semua aspek pembelajaran yang meliputi

aspek/ranah kognitif, psikomotor dan afektif.

6. Ada beberapa materi pembelajaran yang disajikan pada kelas X semester 1

antara lain Besaran dan Pengukuran, Gerak, Gaya dan Hukum-hukum Newton

(29)

commit to user

xxix

menunjukkan saling keterkaitan konsep-konsep tersebut sehingga proses

pembelajarannya belum bermakna.

7. Sumber belajar yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.

8. Tingkat pendidikan orang tua/wali murid sebagian besar adalah SD.

9. Pekerjaan orang tua/wali murid sebagian besar adalah petani .

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah STAD dan NHT.

2. Faktor internal dibatasi pada motivasi dan interaksi sosial.

3. Aspek yang dinilai meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa.

4. Materi pelajaran fiska dibatasi pada bahasan hukum-hukum Newton.

5. Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri Jenawi tahun

pelajaran 2010 /2011.

D. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut :

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode STAD dan NHT ?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi

(30)

commit to user

xxx

3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mempunyai yang interaksi sosial

tinggi dan rendah ?

4. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan

motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

5. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi dengan gaya interaksi sosial terhadap

prestasi belajar fisika siswa ?

7. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT, motivasi,

dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode

STAD dan NHT .

2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah .

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan

rendah .

4. Interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar fisika siswa .

5. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi

(31)

commit to user

xxxi

6. Untuk mengetahui interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap

prestasi belajar fisika siswa .

7. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi dengan

interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa .

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat praktis :

a) Memberikan masukan kepada guru fisika untuk mendapatkan gambaran

tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

b) Memberikan masukan bagi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan metode pembelajaran

yang serupa pada pokok pembelajaran yang lain.

c) Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum dalam

rangka pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada masa yang

akan datang.

2. Manfaat teoritis :

a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode

pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan

prestasi belajar.

b) Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian

(32)

commit to user

xxxii

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pembelajaran Fisika

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses

belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi kemampuan baru sebagai upaya menguasai materi

pelajaran.

Menurut Syiful Sagala (2008:61), pembelajaran ialah membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan. Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:61)

menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinka ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari

(33)

commit to user

xxxiii

Menurut Kirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:64),

pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan

sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu

proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi

dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dan pembelajaran fisika adalah setiap

kegiatan yang dirancang oleh guru fisika untuk membantu seseorang mempelajari

suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan

belajar mengajar.

a. Teori Belajar

Banyak definisi tentang belajar. Sesungguhnya masalah belajar sangatlah

kompleks, sehingga apa bila orang menganggap beberapa macam kegiatan yang

berbeda , dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

Travers dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan “Belajar adalah proses

menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Cronbach dalam Agus Suprijono

(2009:2) menyatakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

(34)

commit to user

xxxiv

observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction”. (Dengan kata lain, belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Geoch dalam Agus

Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is change performance as aresult of

practice”. (Belajar adakah perubahan performance sebagai hasil latihan). Morgan

dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is any relatively

permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permenen sebagai hasil dari pengalaman).

Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah sebuah proses perubahan perilaku untuk mendapatkan pengetahuan sebagai

hasil dari latihan. Proses ini berlangsung di sekolah dan masyarakat. “Proses

belajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal” (Agus Suprijono, 2009:3).

Sehingga peserta didik sudah belajar jika sudah hafal hal-hal yang telah mereka

pelajari. Satu hal yang harus dipahami bahwa perolehan pengetahuan maupun

upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan

menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Sebagian besar masyarakat

menganggap bahwa kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan

fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseoran terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Paul

Suparno (2008 : 25) menyatakan kaum “Konstruktivisme beranggapan bahwa

(35)

commit to user

xxxv

dalam psikologi pendidikan dapat dikelompokkan dalam pandangan

konstuktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “ siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –

aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani 1996 : 2).

Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menerapkan ide – ide merekan sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Wadsworth dalam Suparno (2008 : 35) menyatakan “ bagaimana proses

pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual dan kesiapan anak

untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual yang

dimaksud dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam mengkonstruksi

pengetahuan :. Jadi belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi

berupa teks, dialog atau pengalaman fisik. Belajar merupakan suatu proses yang

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan yang sudah

dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Belajar

merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian

yang berbeda. Siswa dalam belajar harus mempunyai pengalaman dengan

membaut hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan

(36)

commit to user

xxxvi

mengungkapkan pertanyaan dan mengekpresikan gagasan untuk membentuk

konstruksi baru.

Baru menurut kaum konstruktif merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi

pikirnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai

seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

Piaget dalam Suparno ( 2008 : 38 ) menyatakan bahwa “ Semua

pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan

seseorang.” Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali

mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Penganut

konstruktivisme ini menyakini bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang sedang belajar. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari

seorang guru kepada murid, sehingga murid sendiri yang harus mengartikan apa

yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman – pengalaman

mereka. Menurut pandangan ini seorang anak membangun melalui berbagai jalur

yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen

terhadap lingkungannya.

Piaget dalam Agus Suprijono (2009:31) menyatakan bahwa

pengkonstruksian pengetahuan dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: “

pengetahuan fisis, pengetahuan matematis logis dan pengetahuan sosial”.

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung

terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan

(37)

commit to user

xxxvii

obyek. Pengetahuan ini dibentuk dari perbuatan berpikir seseorang terhadap

obyek yang dipelajari. Pengetahuan yang didapat dapat disimbolkan menjadi

suatu logika matematika murni. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang

dibentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain.

Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:32), “konstruksi

pengetahuan Piaget bersifat personal”. Asumsi dari Piaget adalah dalam bahasa

setiap individu terdapat egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri

individu membentuk skema dan mengubah skema. Jadi individu sendiri yang

mengkonstruksi pengetahuan ketika beriteraksi dengan pengalaman dan obyek

yang dihadapi.

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah

bahasa merupakan aspek social . Vigotsky dalam Agus Suprijono (2009:32)

menyatakan bahwa “pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari

pembentukan inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan

sebagai alat dalam berpikir”. Inner speech berperan dalam pembentukan

pengertian spontan. Pengertian spontan mempunyai dua segi suatu pengertian

dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Dua pengertian tersebut

membentuk ketegangan dialktik sejak awal. Individu teus berusaha untuk

mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikostruksi

secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh

(38)

commit to user

xxxviii

dalam konteks sosial; budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan

pengkonstruksian pengetahuan secraa intra individual yakni melalui proses

regilasi diri internal. Dalam hubungan ini , para konstruktivis vygotskian lebih

menekankan kepada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua

prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: mengenai fungsi dan

pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan

terhadap tanda, sampai pada tukar menukar informasi dan pengetahuan; serta

zone of proximal development. Guru sebagai mediator memiliki peran mediator

pendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan ,

pengertian dan kompetensi

Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat

pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara

aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif manusia

berasal dari interasi sosoal masing-masing individu dalam konteks budaya.

Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemempuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development

mereka.

Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:34) menyatakan bahwa

(39)

commit to user

xxxix

menekankan pentingnya lingkungan social-kultural dalam melakukan tindakan terhadap obyek. “

Belajar menurut model konstruktivisme merupakan proses aktif siswa

untuk mengkonstruksi pikirannya. Belajar juga merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah

dimilikinya.

Perbandingan antara teori Piaget dan Vygotsky menurut Santrok dalam

Agus Suprijono (2009:34-35) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

TOPIK PIAGET VYGOTSKY

KONTEKS

SOSIOKULTURAL

Sedikit penekanan Penekanan Kuat

KONSTRUKTIVISME Konstruktivis kognitif Konstruktivis Sosial

TAHAPAN Penekanan perkembangan

PROSES KONSTRUKSI Skemata, asimilasi,

akomodasi, equilibirasi

Zo-Ped, bahasa, dialog adalah alat ukur

PERAN BAHASA Perkembangan kognitif

menentukan bahasa

Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran

PERAN PENDIDIKAN Pendidika memperbaiki

ketrampilan peserta didik guru, teman dan para ahli

Sumber: Santrok, John W., Psikologi Pendidikan.

Proses belajar dalam model konstruktivisme bercirikan sebagai berikut :

(Suparno, 2008 : 61 ) a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan

oleh awal dari apa yang mereka lihat, dengar , rasakan dan alami. Konstruksi

(40)

commit to user

xl

proses terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atrau persoalan

yang baru, diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah, c) Belajar bukanlah

kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran

dengan membuat pangertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan ,

melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menurut

penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang, d) Proses belajar yang

sebenarnya terjadi pada waktu skemaseseorang dalam keraguan yang merangsang

pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium ) adalah situasi

yang baik untuk memacu belajar, e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman

pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, f) Hasil belajar seseorang

tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsepn tujuan, dan

motivasi yang mempengaruhi interaaksi dengan bahan yang dipelajari.

Tujuan belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang

memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi.

Kurikulum yang berlaku dirancang agar sesuai dengan kondisi yang

memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta

didik.

Menurut Mohammad Asrori (2007:28-29), ciri-ciri proses pembelajaran

yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme adalah:

(41)

commit to user

xli

belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. j) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti: prediksi, kreasi dan analisis. k) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. l) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. m) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. n) Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. o) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. p) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. q) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)

Orientasi, merupakan fase untuk member kesempatan kepada peserta didik

memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi

pembelajaran. 2) Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik

menggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan peserta didik

untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka

melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik. 3)

Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan

cara mengkontraskan id-idenya dengan ide orang lain melalui diskusi. 4) Aplikasi

ide, dalam langkah ini idea atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik

perlu diaplikasikan dalam bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan

membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci. 5) Reviu,

dalam fase ini peserts didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang

dihadapinya sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah satu keterangan

atau dengan mrngubahnya menjadi lebih lengkap.

c. Teori Belajar Kognitif

Menurut Ratna Wilis Dahar (1996 : 19) “ belajar dapat dikelompokkan ke

(42)

commit to user

xlii

stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi

teori- teori kognitif”. Jadi secara umum teori belajar dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu teori perilaku dan teori Gestalt (kongitif). Teori kognitif

dipelopori oleh Piaget, Ausubel dan Gagne.

C.Asri Buduningsih (2005 : 51) menyatakan bahwa pengertian “belajar

menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak

selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur “. Jadi setiap orang

telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk

struktur kognitif yang dimilikinya. Prases belajar akan berjalan dengan baik jika

materi pelajaran atau informasi baru mampu menyesuaikan dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Menurut Agus Suprijono (2009:22) “Dalam perspektif teori kognitif,

belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal

yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar”.

Perilaku indiviu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang

lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah

proses mental yang aktif untuk mencapai , mengingat dan menggunakan

pengatahuan. Belajar adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh

persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan

belajarnya. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar

adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

(43)

commit to user

xliii

Menurut Piaget dalam Mohamad Surya (2003 :56) “Perkembangan

kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan ivdividu melalui suatu

rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh

dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya “. Dan menurut

Piget dalam C. Asri Budiningsih (2005 : 35) “ Perkembangan kognitif merupakan

suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis

perkembangan sistem saraf “. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah

melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkunngannya sehingga

terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses

penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu.

Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dan

lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan

akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa

yang diterima dari lingkungannya.

Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami

konflik kognitif atau sesuatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui

dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Interaksi individu dengan

lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu

agar memperoleh keadaan seimbangan antara keadaan dirinya dengan yang

datang dari lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh

pengetahuan dengan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip

(44)

commit to user

xliv

dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan

remaja dan dewasa.

Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) dan Asri Budiningsih ( 2005 )

membagi tahap – tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat,

yaitu: 1). Tahap Sensori-Motor (umur 0-2 tahun), 2). Tahap Pra-operasional

(umur 2-7/8 tahun), 3). Tahap Operasional Konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan

4). Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun).

Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:23) menggambarkan

perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget

TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN

SENSORIMOTOR 0-2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi

Langkah

PRAOPERASIONAL 2-7 tahun Penggunaan symbol/bahasa

Tanda

Konsepintuitif

OPERASI KONKRET 8-11 tahun Pakai aturan jelas/logis

Reversible dan kekekalan

OPERASI FORMAL 11 tahun ke atas Hipotesis

Abstrak

Deduktif dan induktif

Logis dan Probabilitas

Menurut Piaget, pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan

dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan

indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan

(45)

commit to user

xlv

tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,

berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkannya. Pada tahap

operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti

pikiran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error .

Ia dapat mengerti setiap langkah dari transformasi secara keseluruhan, bukan

bagian demi bagian. Ia sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan dari sutu

obyek. Anak menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, masih

mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak

variable. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang

dewasa. Anak dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan

proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan yang umum

dari kejadian –kejadian yang khusus. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif,

mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Mampu berpikir secara

abstraksi rafleksif yaitu abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan

matematis logis.

Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses

adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata,

asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa

ide, konsep dan gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami

sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah

proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah

dimiliki individu. Akomodasi adalah proses penyesuain struktur kognitif ke dalam

(46)

commit to user

xlvi

keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget menyatakan bahwa

perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa

seseorang.

Siswa SMK termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional

formal. Beberapa karakteristik perkembangan kognitif pada tahap ini adalah: 1).

Siswa sudah dapat berfikir adolensi, yaitu masa dimana ia dapat merumuskan

banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum

mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2). Siswa sudah

mulai mampu berpikir secara proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya

terbatas pada peristiwa – peristiwa konkret saja, 3). Siswa mampu berpikir

kombinatorial, yaitu yang meliputi kombinasi benda – benda, gagasan – gagasan

yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan. 4).

Siswa mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional

mental, atau sudah mampu berpikir tentang berikutnya.

2). Teori Belajar Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut

Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 112) “menyatakan bahwa belajar

bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada kosep –

konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Menurut

Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (2005 : 53) “ Belajar ada dua jenis

yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote

learning)”. Ausubel dalam Agus Suprijono (2009:25) “mengemukakan belajar

(47)

commit to user

xlvii

deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception learning adalah advance

organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari

individu”. Advance organizer adalah statement perkenalan yang menghubungkan

antara skematayang sudah dimiliki oleh individu dengan informasi baru yang akan

dipelajarinya. Fungsi advance organizer adalah memberi bimbingan untuk

memahami informasi baru. Advance organizer dapat menjadi jembatan antara

informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki individu. Pemberian

advance organizer bertujuan: (1) member arah bagi individu mengetahui apa

yang terpenting dari materi yang dipelajarinya ; (2) memberi penguatan terhadap

pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.

Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru

dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah ada pada diri seseorang yang

sedang belajar. Dalam belajar bermakna siswa mencoba menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada, serta kesiapan dan niat

dari anak didik untuk belajar dari kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.

Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep

yang telah ada akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep

yang telah ada atau dimiliki siswa. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam

struktur kognitif siswa belum ada konsep/informasi baru yang dipelajari. Jika

konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur kognitif

siswa, maka konsep/informasi baru tersebut harus dipelajari dengan belajar

(48)

commit to user

xlviii

Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan

mengasosiasikan konsep/fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa.

Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau bahkan dapat

mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkontruksi apa yang

dipelajari oleh siswa sendiri.

Pembelajaran fisika sesuai dengan teori belajar Ausubel harus memiliki

pola tertentu yang khas. Pola ini sebaiknya diawali dengan menampilkan sesuatu

yang pernah dipelajari siswa sebelumya, tetapi juga mampu menumbuhkan konflik

kognitif. Adanya konflik kognitif akan menumbuhkan permasalahan yang harus

dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang

muncul diawal pembelajaran, ini akan menumbuhkan kebermaknaan

pembelajaran fisika yang lebih mendalam .

3). Teori Belajar Gagne

Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan bahwa “belajar

adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah”.

Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 2.4. Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Tabel 2.5. Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe

instrumen tes prestasi belajar matematika, instrumen angket kreativitas belajar siswa. Validitas instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator, reliabilitas tes diuji

(3) Efek interaksi antara metode pembelajaran dan keaktifan siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimentasi. Teknik

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh antara strategi numbered heads together (nht) dengan strategi student

Interaksi antara Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan NHT dengan Keingintahuan Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pokok. Bahasan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran tipe STAD lebih baik dari model pembelajaran tipe NHT pada siswa kelas

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VIII

Rencana tindakan meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, soal kuis, dan tes siklus, angket respon siswa. Pelaksanaan Tindakan dan