• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KERJAKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN I Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010 2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE KERJAKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN I Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010 2011)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENERAPAN METODE KERJAKELOMPOK UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN I Kunden Karanganom, Klaten

Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Oleh : SRI JUMINAH NIM : X1808099

PROGRAM PJJ S-1 PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PENERAPAN METODE KERJAKELOMPOK UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN I Kunden Karanganom, Klaten

Tahun Ajaran 2010/2011)

Oleh :

SRI JUMINAH

NIM : X1808099

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

iv ABSTRAK

Sri Juminah. PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebels Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom, Klaten Tahun 2010/2011 dengan penerapan metode kerja kelompok.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011, sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran digunakan observasi, tes, dan analisis dokumen. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika digunakan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yaitu data, paparan data, dan penyimpulan.

Dari hasil penelitian membuktikan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada penguasaan materi operasi hitung pecahan, pada siswa kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom Klaten pada Tahun Ajaran 2010/2011, ditunjukkan pada perbandingan hasil tes pra tindakan, tes akhir siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata pada pra tindakan 62,90 dengan tingkat ketuntasan 45,16 % dan pada tes akhir siklus I ada peningkatan dengan rata-rata 68,39 dan pada siklus II rata-ratanya 64,52. Tingkat ketuntasan pada siswa pada tes akhir siklus I 64,52 % meningkat menjadi 93,55 % pada siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011.

(6)

commit to user

v MOTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al

Insyirah 6-8)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari

(7)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini yang berjudul “Penerapan

Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika

Siswa Kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom Klaten Tahun Pelajaran

2010/2011”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita dapat merasakan indahnya

ilmu pengetahuan.

Dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis telah

mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbaga pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan PJJ PGSD FKIP UNS

Surakarta

2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, Ketua Program PJJ PGSD FKIP UNS Surakarta

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan

arahan.

3. Dr. Riyadi, M.Si, Dosen Pengampu Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan masukan, bimbingan, dan arahan.

4. Dra. Hj. Lies Lestari, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan koreksi, arahan, bantuan, bimbingan,

dan motivasi dengan penuh kesabaran.

5. Dosen PJJ S1 PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan motivasi, kritik, dan saran.

6. Suwarti, Kepala Sekolah SDN 1 Kunden yang telah memberikan ijin,

bimbingan, kritik, dan saran pada peneliti.

7. Bapak dan ibu guru SDN 1 Kunden yang telah memberikan dukungan, kritik,

saran, serta bantuan kepada peneliti.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan skripsi ini yang

(8)

commit to user

vii

Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat

penulis panjatkan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan

menjadikan amal ibadah yang mulia. Selanjutnya sebagai manusia biasa penulis

tidak lepas dari segal kesalahan, kekhilafan, dan kekurangan untuk itu penulis

mohon maaf yang setulus-tulusnya. Namun masih ada kesalahan dan kekurangan

dalam penulis menyusun skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

yang membangun akan sangat membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi

ini.

Klaten, Juni 2011

(9)

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... iv

MOTO... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Metode... 8

2. Pengertian Motivasi... 14

3. Pengertian Belajar...17

4. Pengertian Matematika... 17

B. Kerangka Berfikir... 19

C. Hipotesis Tindakan... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 21

B. Subyek Penelitian...21

C. Teknik Pengumpulan Data...21

D. Validitas Data...22

(10)

commit to user

ix

F. Indikator... 23

G. Prosedur Penelitian... 23

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pra Tindakan... 26

2. Deskripsi Siklus I...28

3. Deskripsi Siklus II... 32

B. Pembahasan... 37

C. Hasil Penelitian... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 39

B. Implikasi... 39

C. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41

(11)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Ketuntasan Belajar Siswa dari Hasil Tes Pra Tindakan...26

Tabel 4.2 Hasil Tes Tindakan...27

Tabel 4.3 Data Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus I...29

Tabel 4.4 Hasil Tes Akhir Siklus I...30

Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Tes Pra Tindakan dan Akhir Siklus I...31

Tabel 4.6 Data ketuntasan Siklus II...34

Tabel 4.7 Hasil Tes Akhir Siklus II...34

(12)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir...19

Gambar 3.1 Gambar Siklus I dan Siklus II...25

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa dari Hasil tes Pra Tindakan...26

Gambar 4.2 Grafik hasil Tes Tindakan...27

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus I...29

Gambar 4.4 Grafik Data Hasil Tes Akhir Siklus I...30

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Tes Pra Tindakan dan Tes Akhir Siklus I...32

Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus II...34

Gambar 4.7 Grafik Data Hasil Tes Akhir Siklus II...35

(13)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal PTK... 42

Lampiran 2. Lembar Observasi... 43

Lampiran 3. Daftar Nilai...44

Lampiran 4. RPP Siklus I...45

Lampiran 5. RPP Siklus II...52

Lampiran 6. Lembar Soal Siklus I...59

Lampiran 7. Lembar Soal Siklus II...65

Lampiran 8. Pendapat Siswa...68

Lampiran 9. Curriculum Vitae Peneliti...69

Lampiran 10. Personalia Peneliti...70

(14)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang

bertanggungjawab atas pendidikan siswa. Salah satu komponen sentral

sekolah adalah guru.Guru mempunyai tugas diantaranya mendidik dan

mengajar siswa Guru dalam tugas mendidik dan mengajar kepada siswa harus

mengacu kepada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional

menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan tersebut perlu dijabarkan lebih

khusus pada tiap lembaga yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan

tertentu. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Pendidikan

dasar merupakan pendidikan yang lamanya sembilan (9) tahun yang

diselenggarakan selama enam (6) tahun di SD dan (3) tahun di SLTP, atau

satuan pendidikan yang sederajat.

Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas Pendidikan

Dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta

didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Depdikbud, 1994:54).

Sedangkan pendidikan dasar yang diselenggarakan di SD bertujuan

memberikan bekal kemampuan dasar “baca,tulis,hitung” pengetahuan dan

ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa dengan tingkat perkembangan

serta mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan di SLTP (Depdikbud,

(15)

commit to user

2

Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang

dikembangkan di SD, yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

untuk berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan

simbol-simbol, serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih khusus

tujuan mata pelajaran matematika di SD sebagaimana dalam Depdikbud

(1994:3) yaitu:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut di SLTP.

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang

dianggap sulit (momok) bagi sebagian siswa SD. Sehingga sebagian besar

siswa SD enggan, malas, dan sungkan untuk belajar matematika. Menurut

Lerner dalam Abdurrahman (2003:299) ada beberapa karakteristik anak

berkesulitan belajar matematika yaitu:Adanya gangguan dalam hubungan

keruangan; Abnormalitas persepsi visual; Asosiasi visual motor;perseverasi;

Kesulitan mengenal dan memahami simbol; Gangguan penghayatan tubuh;

kesulitan dalam bahasa dan performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor

verba IQ.

Selain beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika

tersebut, matematika dianggap sulit oleh anak mungkin karena metode

pembelajaran yang monoton (metode ceramah dan tugas), kurang adanya

media pembelajaran, penyampaian yang kurang menarik, dan kurang

pemahamannya tentang konsep matematika. Sehingga menyebabkan hasil

(16)

commit to user

3

Akhir Nasional rata-rata nilai yang dicapai terendah adalah nilai mata

pelajaran matematika dibandingkan mata pelajaran yang lain. Hal ini terbukti

dari hasil belajar di bawah KKM, yakni dari jumlah murid 31 siswa nilai

yang diperoleh sebagai berikut : perolehan nilai tidak tuntas 17 siswa

(54,84%) dan tuntas 14 siswa (45,16%). Kondisi inilah yang menyebabkan

peneliti ingin memperbaiki pembelajaran matematika dengan metode kerja

kelompok, sehingga dapat meningkatkan motivasi hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran matematika.

Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang

mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu

kesatuan dimana mereka saling berinteraksi, saling membantu,, menerima

aturan bersama, kerja bersama sehingga memperoleh hasil kerja kelompok

yang layak dan mmperoleh perubahan tingkah laku yang positif serta

berkembangnya hubungan sosial. Penerapan metode kerja kelompok

menuntut guru untuk dapat mengelompokkan peserta didik secara arif dan

proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam satu kelompok dapat

didasarkan pada : Fasilitas yang tersedia,perbedaan individual dalam minat

belajar dan kemampuan belajar,jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah

tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, memperbesar partisipasi peserta

didik dalam kelompok, berdasarkan pada lotre atau random.

Selanjutnya, pambagian kelompok sebaiknya heterogen baik dari

segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dimana kegiatan

belajar yang lebih baik dan kelompok tidak terkesan berat sebelah yaitu ada

kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah. Model pembelajaran

kerja kelompok adalah model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok

yang heterogen, dengan bekerjasama yang aktif diantara anggota untuk

memecahkan suatu masalah tertentu.

Ada banyak nilai pembelajaran kerja kelompok diantaranya adalah

meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memungkinkan para

siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial,

(17)

commit to user

4

sosial, memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,

membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memulihkan hubungan

saling membutuhkan dapat dianjurkan dan dipraktekkan, meningkatkan rasa

saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan

memandang masalah, dan situasi dari berbagai perspektif, meningkatkan

kesetiaan. Dengan penerapan metode kerja kelompok diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa terutama mata pelajaran matematika.

Menurut H. Hadari Mawawi mendefinisikan motivasi sebagai

suatu keadaan yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan

sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi

pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan individu,

termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Hamzah B. Uno

motivasi memiliki beberapa peranan penting yaitu :

1. Peranan motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat

berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar

dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya

dapat dipecahkan berkat bantuan hal–hal yang pernah dilalui.

2. Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya

dengan kebermaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu jika

yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui dan dinikmati

manfaatnya bagi anak.

3. Motivasi menentukan ketekunan. Seorang anak yang telah termotivasi

untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan

tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu

tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

Sebaliknya apabila seseorang kurang/tidak memiliki motivasi untuk

(18)

commit to user

5

lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh dalam

ketahanan dan ketekunan belajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan

motivasi belajar adalah untuk menentukan penguatan belajar, membesarkan

semangat belajar, menentukan ketekunan siswa, dan memperjelas tujuan

belajar yang erat hubungannya dengan kebermaknaan belajar. Melihat dan

memperhatikan hasil yang dicapai mata pelajaran matematika rendah, maka

peneliti akan berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa dengan

menggunakan metode kerja kelompok.dalam mata pelajaran matematika

tentang operasi bilangan pecahan. Dengan harapan dengan metode kerja

kelompok akan menciptakan kerjasama antara anak yang satu dengan yang

lainnya dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam mengerjakan

mata pelajaran matematika. Dengan metode kerja kelompok diharapkan anak

yang tidak mampu dan malu bertanya akan termotivasi dan mulai senang

belajar matematika.

Dengan latar belakang tersebut di atas dan fakta-fakta yang ada di

SDN 1 Kunden maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Matematika (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN 1

Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011)”.

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah dan fakta-fakta yang ada di SD N

1 Kunden maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar

matematika siswa kelas VI SD N 1 Kunden, Kecamatan Karanganom,

(19)

commit to user

6

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan metode kerja

kelompok pada siswa kelas VI SD N 1 Kunden, Kecamatan Karanganom

Tahun 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VI SD N 1 Kunden,

Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten Tahun 2010/2011 dengan

penerapan metode kerja kelompok.

2. Membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode kerja

kelompok pada siswa kelas VI SDN 1 Kunden, Kecamatan Karanganom

Tahun 2010/2011

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam proses

pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika dan mata

pelajaran yang lain pada umumnya.

b. Memberikan arah kepada guru dalam proses pembelajaran yang

memperhatikan perbedaan siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Dapat meningkatkan motivasi belajar matematika

2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

(20)

commit to user

7 b. Manfaat bagi guru :

1) Dapat memberikan proses belajar yang bermakna bagi siswa dengan

menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran

Matematika.

2) Dapat meningkatkan profesionalisme guru dan untuk berbagi

pengalaman dengan guru lain.

c. Manfaat bagi sekolah :

1) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika di SD Negeri 1 Kunden, Karanganom, Klaten.

2) Untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran

(21)

commit to user

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Metode

Menurut Sagala (2003, 2-5) metode adalah cara yang digunakan

oleh guru atau siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data,

dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu

strategi. T. Raka Joni (1993, 2-5) mengartikan metode sebagai cara kerja

yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980, 2-5) metode mengandung

arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara

kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian metode dapat

diartikan cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk

mencapai tujuan.

a. Pengertian Metode Kerja Kelompok

Sagala (2006, 7-2) mengatakan bahwa metode kerja kelompok

adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam

beberapa kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu

kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah

ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama.

Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai

suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk

mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu (http://delsajoesafira.

(22)

commit to user

9

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok

mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang

sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas

kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok)

(http://amierkamboja88.Wordpress.com/2010/04/23/metodekerjak

elompok/).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana kelas dibentuk

dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang sama secara

bersama-sama.

Metode kerja kelompok yang digunakan dalam suatu strategi

pembelajaran bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran

melalui proses kelompok dan mengembangkan kemampuan

bekerjasama di dalam kelompok.

Guru menggunakan metode kerja kelompok dalam

pembelajaran karena kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku

gotong royong dan demokratis. Kerja kelompok dapat memacu siswa

aktif. Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan

belajar di luar kelas bahkan di luar sekolah yang bervariasi, seperti

observasi, wawancara, mencari buku di perpustakaan umum dan

sebagainya.

Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode kerja

kelompok adalah

1) Kegiatan Persiapan

a) Merumuskan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi

(23)

commit to user

10

c) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran

kegiatan kerja kelompok.

d) Menyusun peraturan pembentukan kelmpok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

2) Kegiatan Pelaksanaan

a) Kegiatan Membuka Pelajaran.

i. Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi

pelajaran sebelumnya.

ii. Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

iii. Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan

yang akan dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

b) Kegiatan Inti pelajaran

i. Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan

dipelajari.

ii. Membentuk kelompok.

iii. Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua

kelompok atau langsung kepada semua kelompok.

iv. Mengemukakan peraturan dan tata tertib saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

v. Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator

selama siswa melakukan kerja kelompok.

vi. Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

(24)

commit to user

11

c) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

i. Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji

melalui kerja kelompok.

ii. Melakukan evaluasi hasil dan proses.

iii. Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang

materi yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas

pengayaan bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.

Kekuatan metode kerja kelompok adalah membiasakan

siswa untuk bekerja sama, bermusyawarah, dan bertanggungjawab.

Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga

membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. Guru

dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan

kepada para ketua kelompok. Ketua kelompok dilatih menjadi

pemimpin yang bertanggung jawab, dan anggotanya dibiasakan patuh

pada aturan yang ada.

Kelemahan metode kerja kelompok adalah sulit membentuk

kelompok yang homogen baik segi minat, bakat, prestasi, maupun

intelegensi. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan

pengertian kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja.

Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan

pemimpin kelompok. Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang

dari rencana karena kurang control dari pemimpin kelompok atau guru.

Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja

kelompok yang komplementer.

b. Metode Belajar Matematika

Di dalam mempelajari matematika ada beberapa cara atau

metode seperti tercantum dalam buku Metodik Khusus Pengajaran

(25)

commit to user

12

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang

dilakukan oleh guru dengan lisan kepada siswa atau dilakukan

dengan menggunakan alat bantu serta gambar-gambar.

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu

pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau

dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi

melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab

guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar

mereka tidak tergantung kepada keaktifan guru. Rasa ingin tahu

anak usia SD harus ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia

yang kreatif. Untuk itu guru harus menguasai ketrampilan bertanya

dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi didalam

menciptakan situasi yang kondusif bagi terlaksananya tanya jawab

yang mendidik.

3) Metode Pemberian Tugas.

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa

melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas

itu dilaporkan kepada guru. Tujuan penggunaan metode pemberian

tugas adalah untuk memperdalam bahan ajar yang ada, untuk

mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari

untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun

kelompok. Alasan penggunaan metode pemberian tugas adalah

karena dengan metode tersebut siswa diaktifkan baik secara mental

maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran, siswa akan lebih

(26)

commit to user

13

pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut, siswa dibiasakan

tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi ajar yang

telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan harus

ilmu pegetahuan, dan siswa akan termotivasi belajar dan dilatih

problem solving.

4) Metode Diskusi.

Metode diskusi adalah siasat untuk menyampaikan bahan

pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan

dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang

bersifat problematik.

5) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik

dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang

dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam

topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi

biasanya berkenaan dengan tindakan–tindakan atau prosedur yang

dilakukan, misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses

menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara

lain, atau untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan mengajarkan suatu

proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa,

mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa,

mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa

(27)

commit to user

14

6) Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu cara menyajikan bahan

pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek yang

akan dipelajari di luar kelas. Dengan metode ini siswa memperoleh

pengalaman langsung, mengumpulkan bahan-bahan pelajaran,

memotivasi untuk belajar, dan membuktikan kebenaran pengertian

yang diperoleh dalam kelas.

2. Pengertian Motivasi

Menurut Gray (http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertian

-motivasi.html) pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat

internal atau eksternal, dan persistensi, dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tersebut. T. Hani Handoko (http://annesdecha.blogspot.com

/2010/03/pengertian-motivasi.html) motivasi adalah keadaan pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan

tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan H. Hadari Mawawi

(http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertianmotivasi.html)

mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau

menjadikan sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan

yang berlangsung secara sadar. Soemanto (http://annesdecha.blogspot.com

/2010/03/pengertianmotivasi.html) mendefinisikan motivasi sebagai suatu

perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi

pencapaian tujuan. Motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai

bahan bakar untuk menggerakan mesin, motivasi belajar yang memadai

akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas,

tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap

keefektifan usaha belajar anak.

Mc. Donald, sebagaimana dikutip Martinis Yamin (2007:217)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

(28)

commit to user

15

pengertian ini mengandung tiga (3) macam elemen penting yaitu bahwa

memotivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap diri

individi, motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling afektif

seseorang, dan motivasi dirangsang karena tujuan. Setiap perbuatan

belajar didorong oleh suatu motivasi. Menurut sifatnya motivasi ada 2

yaitu : motivasi yang bersifat intrinsik dan motivasi yang bersifat

ekstrinsik. Motivasi yang bersifat instrinsik adalah motivasi yang

terbentuk karena orang tersebut senang melakukannya. Motivasi ini

merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan

penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya

kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya. Motivasi yang bersifat

ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar

perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu karena adanya hadiah

dan menghindari hukuman. Motivasi ini merupakan kegiatan belajar yang

tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak

berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Winkel dalam Martinis

Yamin (2007:227) beberapa bentuk motivasi ekstrinsik diantaranya adalah

: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman,

belajar demi memperoleh hadiah, belajar demi meningkatkan gengsi,

belajar demi memperoleh pujian, dan belajar demi persyaratan kenaikan

pangkat. Dimyti dan Mujiyono (2002:37) sifat motivasi yaitu motivasi

bersifat internal dan motivasi yang bersifat eksternal. Motivasi yang

bersifat internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang.

Namun pada siswa motivasi internal itu sangat kecil. Motivasi yang

bsersifat eksternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang,

contohnya guru, orang tua, teman, buku, dan lain sebagainya. Berdasarkan

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dibedakan atas dua jenis

yaitu:

a. Motivasi internal adalah motivasi yang terdorong dari dalam diri

(29)

commit to user

16

dalam belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu

kebutuhan dan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar.

b. Motivasi belajar eksternal adalah motivasi yang terdorong dari luar

diri seseorang dalam belajar timbul dari dorongan dan kebutuhan

seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan

belajarnya sendiri.

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Motivasi memiliki beberapa peranan penting yaitu peranan motivasi dalam

menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan

belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu

masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat

bantuan hal–hal yang pernah dilalui. Peranan motivasi dalam memperjelas

tujuan belajar erat kaitannya dengan kebermaknaan belajar. Anak akan

tertarik belajar sesuatu jika yang dipelajari sedikitnya sudah dapat

diketahui dan dinikmati manfaatnya bagi anak. Motivasi menentukan

ketekunan. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,

akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan

memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi belajar

menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang

kurang/tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan

belajar. Dia mudah tergoda mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu

berarti motivasi sangat berpengaruh dalam ketahanan dan ketekunan

belajar.

Dimiyati dan Mulyono (2002:85) penanaman motivasi belajar

adalah menyatakan kedudukan pada awal, proses, dan hasil belajar.

Mengimformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan

dengan teman sebaya, sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar

(30)

commit to user

17

ilustrasi, dibiayai orang tua, etelah ia ketahui bahwa dirinya telah

menghabiskan dana untuk belajar. Menyadarkan tentang adanya

perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

3. Pengertian Belajar.

Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut

Winkel (http: techonly13. com. 2009/07/04. Pengertian Hasil Belajar …..

dipetik 7 Januari 2011) belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada

diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan

lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif

menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Edward Walter, belajar adalah perubahan atau tingkah laku

akibat pengalaman dan latihan. Clifford T. Morgan, belajar merupakan

perubahan tingkah laku karena hasil pengalaman, sehingga memungkinkan

seseorang menghadapi situasi selanjutnya dengan cara yang berbeda-beda.

Woodword, belajar merupakan perubahan yang relatif permanen akibat

interaksi lingkungan. Crow & Crow, belajar adalah perubahan dalam diri

individu karena kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Pakar-pakar yang lain,

belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak tahu

menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari pengertian belajar

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan

individu yang mengakibatkan perubahan individu pada penguasaan

koknitif, afektif, dan psikomotorik.

4. Pengertian matematika

D. Jauazak Ahmad (1994:13) mengatakan bahwa matematika

adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang berguna

untuk memahami dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

(31)

commit to user

18

matematikanya (1976) Ruseffendi (1992:27) menyatakan bahwa

“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang saling berhungan satu sama lainnya

dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar,

analis, dan geometri”. Menurut Johnson dan Myklobust di dalam Mulyono

Abdurrahman (1999:252) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan ruang, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berfikir. Menurut Lerner sebagaimana yang dikutip

Abdurrahman (1999:252) mengatakan bahwa “Matematika disamping

sebagai simbolik juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan

manusia memikirkan, mencatat, dan mengkombinasikan ide mengenai

elemen kuantitas”. Mulyono Abdurrahman (1999:252) menyatakan bahwa

matematika adalah suatu cara yang menggunakan pengetahuan tentang

bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitungm, dan

yang paling penting adalah pemikiran dalam diri manusia itu dalam

melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Kesimpulan matematika

adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar

ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan manusia berfikir dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Purwanto

(2003:12) Matematika merupakan pengetahuan deduktif artinya menerima

generalisasi yang didasarkan pembuktian secara deduktif dan tidak

menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif). Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 723) Matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan pemandu

operasional yang digunakan penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

ilmu tentang bilangan-bilangan hasil pemikiran manusia yang

berhubungan dengan ide dan penalaran yang didasarkan atas pembuktian

secara deduktif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai

(32)

commit to user

19 B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran masih bersifat konvensional, dimana pada saat

pembelajaran masih belum menerapkan pembelajaran yang inovatif, sehingga

siswa merasa bosan. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan

tugas saja, sehingga siswa tidak tertarik, malu bertanya, kurang

memperhatikan, dan akhirnya hasil belajarnya rendah.

Dengan melihat keadaan tersebut di atas, dapat diambil tindakan

dengan mengubah gaya mengajar dengan menggunakan pembelajaran yang

inovatif, agar anak tidak bosan, tertarik, dan termotivasi untuk belajar

matematika melalui 2 siklus dengan menerapkan metode kerja kelompok.

Diharapkan penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan

[image:32.595.134.515.253.626.2]

motivasi belajar ,sehingga hasil belajarpun meningkat.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Kondisi Awal

- Pembelajaran bersifat konfensional - Siswa malu bertanya

- Hasil belajar siswa rendah

Pelaksanaan

Tindakan

Penerapan metode kerja kelompok

Siklus I

Siklus II

(33)

commit to user

20 C. Hipotesis Tindakan

Dengan dilaksanakannya proses pembelajaran menggunakan metode

kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar matematika kelas VI SDN 1

(34)

commit to user

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 1 Kunden, Kecamatan

Karanganom, Kabupaten Klaten. Tempat di SDN 1 Kunden karena peneliti

bertugas sebagai guru di SD tersebut, sehingga mempermudah penelitian,

sekaligus dapat bekerja menjalankan tugas dinas tanpa mengorbankan

waktu dan siswa sekolah ini.

2. Waktu pelaksanaan pada semester II tahun 2010/2011 selama 3 bulan,

dimulai bulan Januari sampai Maret 2011.

B. Subyek Penelitian

1. Subyek penelitian dilakukan terhadap siswa Kelas VI yang berjumlah 31

anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan siswa SD

Negeri 1 Kunden, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten.

2. Penerapan metode kerja kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar

matematika siswa kelas VI yang berjumlah 31 anak siswa SD Negeri 1

Kunden, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis

sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi

langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek

yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas VI SDN I Kunden

(35)

commit to user

22 2. Tes

Tes dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum

diadakan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan.

3. Dokumen

a. Daftar nilai kelas VI SDN I Kunden

b. Foto.

D. Validitas Data

Penelitian ini menggunakan trianggulasi data untuk menjamin dan

mengembangkan validitas data.

1. Trianggulasi data yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh

sebelum penelitian tindakan kelas diadakan dengan data setelah

pelaksanaan penelitian tindakan kelas, sehingga dari data tersebut dapat

dilihat apakah ada perubahan dari sebelum dan setelah pelaksanaan

penelitian tindakan kelas.

2. Trianggulasi sumber yaitu dengan mengkroscekkan data yang diperoleh

dengan informasi dari siswa, guru lain, kepala sekolah ataupun

pihak-pihak lain yang berhubungan.

3. Trianggulasi metode yaitu dengan menggunakan metode tes, observasi,

dan wawancara sehingga didapatkan hasil yang seakurat dan sebanyak

mungkin mengenai penelitian tindakan kelas.

E. Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik deskriptif yaitu membuat rata-rata

nilai, menghitung persentase, membuat grafik untuk mendeskripsikan

(36)

commit to user

23 F. Indikator

Peneliti menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran dengan

menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) > 65, siswa yang tuntas >

75% dari jumlah siswa dalam satu kelas.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus, tiap siklus terdiri dari

empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sirklus

dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi

2) Menganalisa data.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP pada lampiran

1 dan lampiran 2)

4) Membuat lembar observasi (lampiran 4).

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pelaksanaan pembelajaranmatematika sesuai dengan rencana.

2) Siswa belajar matematika baik secara individu maupun kelompok

dengan bimbingan guru.

c. Tahap Observasi

1) Guru mengamati dan memonitoring siswa dalam belajar.

2) Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami

(37)

commit to user

24

3) Pada saat pembelajaran,peneliti mengamati siswa belajar.

4) Menilai hasil belajar matemat

d. Tahap Refleksi

Pada saat refleksi ini peneliti mengadakan evaluasi dan evaluasi.

Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan dan

kekurangan dalam kegiatan pembelajaran matematika.Sehingga dapat

digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnnya.

Bila hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I belum menunjukan

adaanya peningkatan hasil belajar yng signifikan, perlu dilanjutkan dengan

siklus ke II yng meliputi : tahap perencananan, tahap pelaksanaan, tahap

observasi dan tahap refleksi.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Merevisi Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

terutama pada peran guru dalam kegiatan inti pembelajaran

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru marepkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode kerja kelompok yang telah direvisi.

2) Melaksanakan tes awal sebelum melaksanakan tindakan kedua

3) Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan pembejaran dengan

metode kerja kelompok.

c. Tahap Observasi

Pada tahap observasi pada siklus II hamper sama dengan siklus I,

supervisor mengobservasi kegiatan guru dan siswa selama proses

(38)

commit to user

25 d. Tahap Refleksi

Peneliti mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan

supervisor. Dalam siklus II ini diharapkan indicator keberhasilan peneliti

sudah tercapai.

Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas penelitian akan

dilaksanakan dengan gambar seperti bagan di bawah ini

[image:38.595.153.458.238.632.2]

(39)

commit to user

26 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Pra Tindakan

Penyampaian materi kompetensi dasar operasi pada berbagai

bentuk pecahan sebagian besar dilakukan secara klasikal. Hal ini

mengakibatkan tingkat penguasaan materi sangat rendah sehingga berakibat

pada hasil belajar yang juga rendah. Berdasarkan hasil tes pra tindakan

diperoleh hasil dari jumlah siswa 31 kelas VI terdapat 17 (54,84 %) siswa

yang belum tuntas dengan nilai standar ketuntasan 58 dan yang 14 (45,16%)

siswa sudah tuntas. Sebagian besar siswa belum mecapai ketuntasan belajar.

[image:39.595.134.509.235.510.2]

Data ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Data Ketuntasan Belajar Siswa dari Hasil Tes Pra Tindakan.

No Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah Presentase

1 Tuntas 14 45,16 %

2 Tidak Tuntas 17 54,84 %

Jumlah 31 100,00 %

Berdasarkan pada tabel di atas dapat di perjelas dengan diagram

ketuntasan belajar sebagai berikut

[image:39.595.137.451.569.668.2]
(40)

commit to user

27

Adapun interval nilai yang diperoleh siswa adalah 3 orang siswa

memperoleh nilai antara 0-49, 16 orang memperoleh nilai antara 50-69, dan

12 siswa memperoleh nilai anatara 70-90. Hasil tes dapat disajikan dalam

Tabel 4.2 berikut ini

Tabel 4.2 Hasil Tes Tindakan

No Interval Frekuensi Presentase

1 0-49 3 9,68 %

2 50-69 16 51,61 %

3 70-90 12 38,71 %

Jumlah 31 100,00 %

[image:40.595.127.514.212.609.2]

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas dapat digambarkan dalam

grafik batang sebagai berikut

Gambar 4.2 Grafik Hasil Tes Tindakan

Hasil tes tindakan tersebut di atas memberi gambaran bahwa pada

(41)

commit to user

28 2. Diskripsi Sikulus I

a. Tahap Perencanaan

1) Merancang Skenario pembelajaran

2) Menyusun rencana pembelajaran

3) Membuat alat peraga

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan dalam

pembelajaran yang dalam satu siklus ada 3x pertemuan (tatap muka) yang

masing–masing 3x35 menit, sesuai dengan skenario pada RPP.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ke 1 adalah : a) kegiatan awal

meliputi: 1) mempersiapkan alat dan bahan, 2) melakukan yel –yel 3)

apersepsi mengingat tentang bilangan pecahan 4) menjelaskan tujuan b)

kegiatan inti meliputi : 1) membentuk kelompok 2) menjelaskan cara

menyederhanakan pecahan 3 ) pembagian tugas 4 ) mengerjakan tugas

dengan kerja kelompok 5) mepresentasikan hasil kerja kelompok 6)

menyimpulkan 7) mengerjakan soal latihan c) kegiatan akhir siswa dan

guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan ke 2 adalah : a)

kegiatan awal meliputi: 1) mempersiapkan alat dan bahan, 2) melakukan

apersepsi menanyakan cara menyederhanakan bilangan pecahan 4)

menjelaskan tujuan b) kegiatacn inti meliputi : 1) membentuk kelompok 2)

menjelaskan cara menyamakan penyebut dan mengurutkan pecahan 3)

pembagian tugas 4) mengerjakan tugas dengan kerja kelompok 5)

mepresentasikan hasil kerja kelompok 6) menyimpulkan 7) mengerjakan

soal latihan c) kegiatan akhir siswa dan guru melakukan refleksi dan

tindak lanjut.

Sedang langkah–langkah pembelajaran pada pertemuan ke-3

adalah : a) kegiatan awal meliputi : 1) mempersiapkan alat dan bahan, 2)

melakukan apersepsi menanyakan cara menyamakan penyebut dan

mengurutkan pecahan pecahan 4) menjelaskan tujuan b) kegiatan inti

(42)

commit to user

29

pecahan biasa menjadi pecahan desimaldan sebaliknya 3) pembagian tugas

4) mengerjakan tugas dengan kerja kelompok 5) mepresentasikan hasil

kerja kelompok 6) menyimpulkan 7) mengerjakan soal latihan c) kegiatan

akhir siswa dan guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

c. Tahap Observasi

Hasil pembelajaran pada siklus I berupa hasil tes (kuantitatif) dan

non tes (kualitatif). Hasil tes dari soal sebanyak 5 soal dengan skor 1 soal

skor 2. Sedangkan hasil non tes didapat dari hasil pengamatan.

1) Hasil tes (Kuantitatif)

Hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VI

terdapat 25 siswa yang telah mencapai ketuntasan dan 6 siswa yang belum

mencapai ketuntasan. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya

peningkatan hasil. Data ketuntasan belajar hasil tes akhir siklus I sebagai

[image:42.595.164.484.611.719.2]

berikut.

Tabel 4.3 Data Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus I

No Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah Presentase

1 Tuntas 20 64,52 %

2 Tidak Tuntas 11 35,48 %

Jumlah 31 100 %

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diperjelas dengan

diagram sebagai berikut

(43)

commit to user

30

Adapun interval nilai yang diperoleh siswa adalah 11 orang siswa

memperoleh nilai antara 40-59, 13 orang memperoleh nilai antara 60-79

dan 7 orang siswa memperoleh nilai anatara 80-99. Data perolehan nilai

tes akhir siklus I dapat disajikan dalam Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Tes Akhir Siklus I

No Interval Frekuensi Presentase

1 40-59 11 35,48 %

2 60-79 13 41,94 %

3 80-99 7 22,58 %

Jumlah 31 100,00 %

[image:43.595.151.512.214.595.2]

Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas dapat digambarkan dengan

grafik batang sebagai berikut

Gambar 4.4 Grafik Data Hasil Tes Akhir Siklus I

2) Hasil Non Tes (Kualitatif)

Hasil observasi/pengamatan diperoleh saat proses belajar

mengajar berlangsung, yaitu

a) Kesiapan siswa mengikuti pelajaran

b) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

(44)

commit to user

31

d) Siswa membawa buku

e) Keaktifan siswa dalam kerja kelompok

f) Aktifitas siswa dalam mengerjakan soal

Hasil observasi menunjukkan bahwa

a) Kesiapan siswa mengikuti pelajaran termasuk kategori A

b) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru termasuk kategori B

c) Kerjasama siswa termasuk kategori B

d) Siswa membawa buku termasuk kategori B

e) Keaktifan siswa dalam kerja kelompok termasuk kategori B

f) Aktifitas siswa dalam mengerjakan soal termasuk kategori A termasuk

kategori B

3) Refleksi

Perbandingan antara hasil tes pra tindakan dengan tes siklus I

menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai

ketuntasan belajar. Dari hasil tersebut tingkat ketuntasan belajar siswa tes

akhir siklus I lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar

[image:44.595.150.511.165.484.2]

siswa pada tes pra tindakan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada

Tabel 4.5 sebagai berikut

Tabel 4.5 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Tes Pra Tindakan dan Tes

Akhir Siklus I

No Ketuntasan Tes Pra Tindakan Tes Akhir Siklus I

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 Tuntas 14 45,16 % 20 64,52 %

2 Tidak Tuntas 17 54,84 % 11 35,48 %

[image:44.595.147.513.530.638.2]
(45)

commit to user

32

[image:45.595.133.513.141.575.2]

Selanjutnya dapat digambarkan dalam grafik berikut ini

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes

Pra Tindakan dan Tes Akhir Siklus I

Mengingat pada hasil tes akhir siklus I masih 64,52 % dan belum

mencapai 75 % maka melanjutkan ke tindakan siklus II

3. Deskripsi Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Merancang Skenario pembelajaran

2) Menyusun rencana pembelajaran

3) Membuat alat peraga

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran yang dalam satu siklus ada 3x pertemuan (tatap muka)yang

masing–masing 3x 35 menit, sesuai dengan skenario pada RPP. Langkah–

langkah pembelajaran pada pertemuan ke 1 adalah : a) kegiatan awal

meliputi 1)mempersiapkan alat dan bahan, 2) melakukan yel –yel 3)

apersepsi mengingat tentang bilangan pecahan 4) menjelaskan tujuan b)

kegiatan inti meliputi : 1) membentuk kelompok 2) menjelaskan cara

menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan 3 ) pembagian tugas 4 )

(46)

commit to user

33

kelompok 6) menyimpulkan 7) mengerjakan soal latihan c) kegiatan akhir

siswa dan guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

Langkah–langkah pembelajaran pada pertemuan ke 2 adalah : a)

kegiatan awal meliputi: 1) mempersiapkan alat dan bahan, 2) melakukan

apersepsi menanyakan cara menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan

4) menjelaskan tujuan b) kegiatan inti meliputi : 1) membentuk kelompok

2) menyelesaikan penjumlahan berbagai bentuk pecahan 3 ) pembagian

tugas 4 ) mengerjakan tugas dengan kerja kelompok 5) mepresentasikan

hasil kerja kelompok 6) menyimpulkan 7) mengerjakan soal latihan c)

kegiatan akhir siswa dan guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

Sedangkan langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan ke 3

adalah : a) kegiatan awal meliputi: 1) mempersiapkan alat dan bahan, 2)

melakukan apersepsi menanyakan cara menyelesaikan penjumlahan

berbagai bentuk pecahan 3) menjelaskan tujuan b) kegiatacn inti meliputi:

1) membentuk kelompok 2) menjelaskan cara menyelesaikan

pengurangan berbagai bentuk pecahan 3) pembagian tugas 4) mengerjakan

tugas dengan kerja kelompok 5) mepresentasikan hasil kerja kelompok 6)

menyimpulkan 7) mengerjakan soal latihan c) kegiatan akhir siswa dan

guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

c. Tahap Observasi

Hasil pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes (kuantitatif) dan

non tes (kualitatif). Hasil tes dari soal sebanyak 5 soal dengan skor 1 soal

skor 2. Sedangkan hasil non tes didapat dari hasil pengamatan.

1) Hasil tes (Kuantitatif)

Hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VI

terdapat 29 siswa yang telah mencapai ketuntasan dan 2 siswa yang belum

mencapai ketuntasan. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya

peningkatan hasil. Data ketuntasan belajar hasil tes akhir siklus II sebagai

(47)

commit to user

[image:47.595.135.517.125.490.2]

34

Tabel 4.6 Data ketuntasan Siklus II

N o

Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah Presentase

1 Tuntas 29 93,55 %

2 Tidak Tuntas 2 6,45 %

Jumlah 31 100 %

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diperjelas dengan

diagram sebagai berikut

Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus II

Adapun interval nilai yang diperoleh siswa adalah 4 orang siswa

memperoleh nilai antara 40-59, 11 orang memperoleh nilai antara 60-79

dan 16 orang siswa memperoleh nilai anatara 80-99. Data perolehan nilai

[image:47.595.150.516.564.673.2]

tes akhir siklus II dapat disajikan dalam Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Hasil Tes Akhir Siklus II

No Interval Frekuensi Presentase

1 40-59 4 12,90 %

2 60-79 11 35,48%

3 80-99 16 51,62 %

(48)

commit to user

35

Berdasarkan pada Tabel 4.7 dapat digambarkan dengan grafik

[image:48.595.160.508.157.750.2]

batang sebagai berikut

Gambar 4.7 Grafik Data Hasil Tes Akhir Siklus II

2) Hasil Non Tes (Kualitatif)

Hasil observasi/pengamatan diperoleh saat proses

belajar mengajar berlangsung, yaitu

a) Kesiapan siswa mengikuti pelajaran

b) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

c) Kerjasama siswa

d) Siswa membawa buku

e) Keaktifan siswa dalam kerja kelompok

f) Aktifitas siswa dalam mengerjakan soal

Hasil observasi menunjukkan bahwa

a) Kesiapan siswa mengikuti pelajaran termasuk kategori A

b) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru termasuk kategori B

c) Kerjasama siswa termasuk kategori B

d) Siswa membawa buku termasuk kategori B

e) Keaktifan siswa dalam kerja kelompok termasuk kategori B

f) Aktifitas siswa dalam mengerjakan soal termasuk kategori A

(49)

commit to user

36 3) Refleksi

Perbandingan antara hasil tes pra tindakan dengan tes siklus

II menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai

ketuntasan belajar. Dari hasil tersebut tingkat ketuntasan belajar siswa

tes akhir siklus II lebih baik dibandingkan dengan tingkat

ketuntasanbelajar siswa pada tes akhir siklusI. Perbandingan tersebut

[image:49.595.128.512.238.657.2]

dapat disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut

Tabel 4.8 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I dan Tes

Siklus II

No Ketuntasan Tes Akhir Siklus I Tes Akhir Siklus II

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 Tuntas 20 64,52 % 29 93,55%

2 Tidak Tuntas 11 35,48 % 2 6,45%

Jumlah 31 100 % 31 100 %

Selanjutnya dapat digambarkan dalam grafik berikut ini

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes

(50)

commit to user

37

Pada siklus II telah mencapai ketuntasan belajar 93,55 berarti

ketuntasan belajar ≥ 75 maka pembelajaran dinyatakan tuntas

B. PEMBAHASAN

Kondisi awal (Pra Tindakan) pada siswa kelas VI SDN 1 Kunden,

Karanganom Tahun ajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa 55,16 % siswa

membutuhkan bimbingan intensif dalam pemahaman apresiasi hitung

pecahan. Sedangkan 45,48 % siswa yang sudah baik pemahamannya.

Pembahasan materi pokok matematika sebagian besar pembelajarannya

dilakukan melalui ceramah dan pemberian tugas. Hal ini mengakibatkan

tingkat penguasaan materi matematika sangat rendah sehingga berakibat pada

hasil prestasi belajar yang kurang memuaskan.

Pada tindakan siklus I, kondisi sudah membaik. Hasil observasi

menunjukkan bahwa kesiapan siswa mengikuti pelajaran termasuk kategori

A, perhatian siswa terhadap penjelasan guru termasuk kategori B, kerjasama

siswa termasuk kategori B, siswa membawa buku termasuk kategori B,

keaktifan siswa dalam kerja kelompok termasuk kategori B, aktifitas siswa

dalam mengerjakan soal termasuk kategori A termasuk kategori B.

Hasil tes akhir siklus I semakin menguatkan preposisi bahwa

tindakan yang dilakukan mulai menunjukkan hasilnya. Nilai rata-rata siswa

adalah 68,39. Siswa tuntas pada tes akhir siklus I adalah 64,52 sedangkan

siswa yang belum tuntas ada 35,48 %.

Tingkat ketuntasan belajar siswa pada tes akhir siklus I

menunjukkan adanya peningkatan. Hasil tes akhir siklus I menunjukkan

bahwa siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar 20 siswa atau 64,52 %

dari jumlah siswa seluruhnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

dalam hal tingkat ketuntasan belajar dibandingkan pada tes pra tindakan.

Berdasarkan hasil refleksi dari tes akhir siklus I ternyata masih ditemukan

adanya beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar yaitu

11 orang atau 35,48 %. Melalui hasil pengamatan diketahui bahwa tingkat

(51)

commit to user

38

yang masih kurang perlu diperbaiki pada siklus II dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan khusus yang akan dicapai

2. Guru memberi motivasi

3. Keaktifan siswa dalam kelompok ditingkatkan

Hasil observasi pada pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa

kesiapan siswa mengikuti pelajaran termasuk kategori A, perhatian siswa

terhadap penjelasan guru termasuk kategori B, kerjasama siswa termasuk

kategori B, siswa membawa buku termasuk kategori B, keaktifan siswa dalam

kerja kelompok termasuk kategori B, aktifitas siswa dalam mengerjakan soal

termasuk kategori A termasuk kategori B.

Hasil tes siklus II mengalami peningkatan dari tes akhir siklus I.

Nilai rata-rata menjadi 76,48 jumlah ketuntasan belajar menjadi 93,55 % dari

20 siswa menjadi 29 siswa pada siklus II. Jumlah ini mengalami peningkatan

sebesar 45,00 %.

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa melalui

metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar matematika

siswa kelas VI SDN 1 Kunden, Karanganom pada semester 2 Tahun

Pelajaran 2010/2011. Perbandingan hasil tes antar pra tindakan, tes akhir

siklus I, dan siklus II menunjukkan bahwa pemahaman dan penguasaan siswa

tentang operasi hitung pecahan pada siswa mengalami peningkatan. Nilai

rata-rata pada pra tindakan 62,90 dengan tingkat ketuntasan 45,16 % dan pada

tes akhir siklus I ada peningkatan dengan rata-rata 68,39 dan pada siklus II

rata-ratanya 64,52. Tingkat ketuntasan pada siswa pada tes akhir siklus I

64,52 % meningkat menjadi 93,55 % pada siklus II. Hal ini menunjukkan

(52)

commit to user

39 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Melalui metode kerja kelompok dalam pengerjaan operasi bilangan

pecahan, kegiatan pembelajaran matematika menjadi hidup, saling

memberi dan menerima dengan iklas, dapat menumbuhkan sikap kerja

sama dan saling membantu bagi siswa kelas VI SDN 1 Kunden

Karanganom, Klaten.

2. Melalui metode kerja kelompok dalam pengerjaan operasi bilangan

pecahan, kegiatan pembelajaran situasinya menyenangkan sehingga dapat

meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VI SDN 1

Kunden Karanganom, Klaten.

3. Melalui metode kerja kelompok dalam pengerjaan operasi bilangan

pecahan, dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VI

SDN 1 Kunden Karanganom sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

B. Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi

belajar melalui metode kerja kelompok dalam pengerjaan operasi bilangan

pecahan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan implikasi teoritis

dan implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa metode kerja

kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar matematika dan dapat

(53)

commit to user

40

Hasil penelitian memperkuat teori yang menyatakan bahwa metode

kerja kelompok merupakan salah satu metode yang dapat memecahkan

masalah.

2. Implikasi praktis.

Penelitian telah membuktikan bahwa metode kerja kelompok dapat

meningkatkan motivasi belajar sehingga prestasi belajar juga meningkat.

Maka dari itu diharapkan kepada guru untuk menggunakan metode kerja

kelompok dalam mata pelajaran yang lain sehingga siswa dapat

memecahkan masalah yang mereka hadapi.Siswa mampu mengeluarkan

pendapatnya lewat kerja kelompok.

C. Saran

1. Penguasaan materi pelajaran dapat dicapai salah satunya melalui metode

kerja kelompok,maka dari itu disarankan kepada guru untuk menggunakan

metode tersebut dalam proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode kerja kelompok secara tepat

dapat meningkatkan belajar siswa sehingga mempermudah pemahaman

materi pelajaran,untuk itu disarankan kepada:

a. Sekolah.

Menggunakan metode kerja kelompok dalam proses

pembelajaran yang relevan dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar di sekolah.

b. Guru.

Diharapkan guru mau dan mampu dalam mengidentifikasi

masalah/kesulitan belajar matematika dan menggunakan metode

kerja kelompok dalam memecahkan masalah.

c. Siswa

Siswa dapat menyampaikan masalah–masalah yang mereka

Gambar

Tabel 4.1 Data Ketuntasan Belajar Siswa dari Hasil Tes Pra Tindakan................26
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Akhir Siklus I......................29
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Gambar Siklus I dan Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) nilai karakter pelaut yang sudah dikembangkan pada taruna Pertikepel adalah nilai karakter pelaut disiplin; (2) nilai- nilai karakter

Variabel yang memiliki nilai koefisien terbesar adalah luas lahan tidak produktif tahun 2010 dengan nilai koefisiensi sebesar 0.755, artinya semakin luas lahan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) menggunakan model pengembangan Borg and Gall yang di kutip oleh Tim Puslitjaknov dengan 6

Pembelajaran TGT dilaksanakan dengan empat tahap yaitu (1) presentasi kelas dengan menyajikan informasi/pokok materi pelajaran secara singkat dan jelas, (2) tahap

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup akibat dari kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin atau juga

Konversi biomassa makroalga menjadi biogas dapat dilakukan dengan bantuan inokulum bakteri yang berasal dari kotoran sapi menggunakan alat digester pada kondisi anaerobik..

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang membuat korban perselingkuhan mempertahankan perkawinannya selain ketangguhan pribadi yang dimiliki informan faktor lain yang