GOTOKU KARYA RYOUTAROU SHIBA
NI LUH EKA MERIANI 1201705038
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL, 14 APRIL 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulisan skripsi dengan judul
“Penggunaansetsuzokujoshi Noni, Nagara-mo dan Nimokakawarazu dalam novel
Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S1
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Luh
Kade Yuliani Giri, S.S., M.Hum selaku pembimbing pertama dan Ni Made Wiriani,
S.S., M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah membimbing, memberikan
motivasi dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ucapan terima kasih ditunjukkan pula kepada Ibu Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati
Beratha, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana atas
izin yang diberikan kepada penuis untuk mengikuti pendidikan S1 di Fakultas
Sastra dab Budaya Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si Ketua
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
sekaligus sebagai pembimbing akademik, serta seluruh dosen Program Studi Sastra
Jepang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berguna sejak
awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik
iv
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota keluarga
penulis, terutama untuk Ayah dan Ibu, I Wayan Nuarsa dan Ni Wayan Darmini
yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada I Ketut Astika
selaku paman penulis, Ni Wayan Astiari selaku bibik penulis, serta I Kadek Budiasa
selaku saudara satu-satunya penulis yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan penulis, Dwika
Yanti, Ayu Imelda, Pradnyani, Pradnyandari, Siska, Sri dan Bulan yang telah
memberikan masukan-masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
Prismayanti yang selalu bersama dengan penulis ketika melakukan bimbingan
dengan dosen. Terima kasih kepada I Komang Suparka selaku teman penulis yang
selalu memberikan dukungan dan mendorong penulis untuk segera lulus. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Program Studi
Sastra Jepang angkatan 2012 Keluarga Bambu (Take Dai Kazoku) yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan dan
doa selama masa perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada kakak kelas angkatan 2011 dan adik kelas
v
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir
kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.
Denpasar, 14 April 2016
vi ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “PenggunaansetsuzokujoshiNoni, Nagara-mo dan
Nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba” ini
bertujuan untuk meneliti struktur dan makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Tobu Ga Gotoku
Karya Ryoutarou Shiba. Penelitian ini menggunakan metode agih. Analisis struktur
setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu menggunakan teori sintaksis menurut Verhaar (2012) dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995 dan 1989), sedangkan analisis maknanya menggunakan teori makna kontekstual dari Pateda (2001).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi struktur setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu digabungkan dengan verba, adjektiva dan nomina. Verba bentuk ~te-iru ketika digabungkan dengan nagara-mo, menjadi bentuk ~teinagara-mo. Selain itu, noni dan nimokakawarazu juga bisa diletakkan di awal kalimat.
Dari segi makna kontekstual, setsuzokujoshi noni mempunyai makna konteks orangan (kedudukan), konteks situasi (ramai), dan konteks suasana hati (kesal). Setsuzokujoshi nagara-mo mempunyai makna konteks orangan (kedudukan), konteks suasana hati (senang), konteks tempat (rumah), dan konteks situasi (bahaya). Sementara setsuzokujoshi nimokakawarazu mempunyai makna yang berkaitan dengan konteks tujuan (mencegah terjadinya kejahatan, mencari solusi), konteks situasi (bahaya) dan konteks suasana hati (terkejut).
vii 要旨
本研究 タイ ル “司馬遼太郎作 小説 翔ぶ 如く 中 接続
助詞 も も わ ず 用法” 司馬遼太郎 小
説 翔ぶ 如く 文中 見 る接続助詞 も も
わ ず 構造 意味 研究を目的 している 本研究 分布方法
を使用した 接続助詞 も も わ ず 構造分
析 牧野 筒井(1995, 1998) 考え 言及さ ている Verhaar (2012)
る統語理論を使用し 意味分析 Pateda (2001) る文脈 る意味理
論を使用した
本研究結果 接続助詞 も も わ ず
構造面 動詞 形容詞 名詞 接続 るこ を示している 動詞 テ
イル形 も 接続した てい も 形 る
さ も わ ず も文頭 置くこ る
文脈上 意味面 接続助詞 人物 所在 文脈 状
況 賑や 心情 文脈 不満 意味を持 接続助詞 も
人物 所在 文脈 心情 文脈 喜び 場所 文脈 家 状況
文脈 危険 意味を持 そして接続助詞 も わ ず 目
的 文脈 犯罪 発生を防 解決方法を探 状況 文脈 危険
心情 文脈 驚 関連 る意味を持
viii
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data………... 7
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil analisis Data……….... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka………... 9
2.2 Konsep………... 13
ix
BAB III STRUKTUR NONI, NAGARA-MO DAN NIMOKAKAWARAZU
3.1 Struktur Noni………... 26
3.1.1 Penggabungan Verba dengan Setsuzokujoshi Noni... 27
3.1.2 Penggabungan Adjektiva dengan Setsuzokujoshi Noni... 32
3.1.3 Penggabungan Nomina dengan Setsuzokujoshi Noni... 33
3.2 Struktur Nagara-mo………... 35
3.2.1 Penggabungan Verba dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo... 35
3.2.2 Penggabungan Adjektiva dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo. 37 3.2.3 Penggabungan Nomina dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo... 39
3.3 Struktur Nimokakawarazu………... 40
x
DAFTAR SINGKATAN
ADIJG : A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar
ADBJG : A Dictionary of Basic Japanese Grammar
AKU : Akusatif
BTK LAM : Bentuk Lampau
BTK NEG : Bentuk Negatif
GEN : Genetif
KOP : Kopula
NOM : Nominatif
PAR : Partikel
SHU : Shuujoshi atau partikel akhir
TGG : Tobu Ga Gotoku
xi
DAFTAR SIMBOL
‘ ‘ = Simbol yang menunjukkan terjemahan bebas.
“ “ = Simbol yang menunjukkan petikan langsung yang berasal dari
sumber tertulis, judul skripsi dan kata atau frase dalam analisis.
~ = Simbol menunjukkan bentuk atau pola.
) = Simbol yang menunjukkan contoh
( ) = Simbol menunjukkan data atau tambahan keterangan.
/ = Simbol yang menunjukkan kata (atau).
+ = Simbol yang digunakan untuk penambahan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bahasa Jepang terdapat banyak kata-kata yang memiliki arti yang
mirip atau sinonim. Sinonim merupakan salah satu permasalahan yang sulit bagi
pembelajar bahasa Jepang. Sinonim terdapat pada semua kelas kata baik kelas kata
yang sejenis ataupun tidak. Salah satunya seperti; shikashi, demo, dan ga yang
sama-sama memiliki arti ‘tetapi’, shika dan dake yang memiliki arti ‘hanya’, noni
dan temo yang memiliki arti ‘meskipun’. Dari sekian banyak pertikel yang terdapat
dalam bahasa Jepang yang memiliki arti yang sama, penelitian ini hanya
menganalisis dari segi struktur dan makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu
yang sama-sama memiliki arti ‘meskipun’ bila dipadankan ke dalam bahasa
Indonesia.
Noni, nagara-mo dan nimokakawarazu termasuk ke dalam setsuzokujoshi, yaitu
menghubungkan bagian kalimat satu dengan bagian kalimat lainnya (Takayuki
dalam Sudjianto, 2000:50). Bagi pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami
noni, nagara-mo dan nimokakawarazu kemungkinan tidak terlalu memperhatikan
penggunaannya dalam sebuah kalimat, sehingga menganggap ketiga partikel
tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain, karena kesamaan arti dan fungsi
yang dimilikinya. Walaupun demikian, pada konteks kalimat tertentu ketiga
partikel tersebut memiliki beberapa perbedaan. Apabila penggunaannya dalam
pembelajar bahasa Jepang, maka dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan
dan penafsiran kalimat yang menggunakan noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.
1) 毎日 漢字 を 勉強している
“Meskipun setiap hari belajar kanji, sering tidak ingat.”
(Makino dan Tsutsui, 1989 : 331)
‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’
(Makino dan Tsutsui, 1995 :258)
Dari ketiga contoh kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa noni, nagara-mo
dan nimokakawarazu bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia sama-sama
berarti ‘meskipun’. Walaupun ketiga partikel tersebut memiliki arti yang sama,
tetapi kata-kata tersebut hanya pada konteks tertentu saja, karena tidak semua
makna dari setsuzokujoshi persis sama. Pada konteks tertentu akan ditemukan suatu
perbedaan meskipun perbedaan tersebut sangat kecil. Makna dari setsuzokujoshi
suatu kata dalam kalimat dengan nuansa yang tepat. Hal tersebut penting guna
menghindari potensi terjadinya kesalahpahaman saat berkomunikasi. Pemahaman
terhadap sinonim memang memerlukan suatu analisis khusus terutama dari segi
nuansa yang muncul dalam kata yang bersinonim.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, hal ini menarik untuk
dikaji. Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimanakah penggabungan ketiga
partikel tersebut dengan verba, nomina, dan adjektiva serta bagaimanakah makna
noni, nagara-mo dan nimokakawarazu berdasarkan konteksnya pada kalimat
bahasa Jepang. Noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dijadikan sebagai objek
penelitian karena ketiga partikel tersebut belum pernah dibahas sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan novel berbahasa Jepang sebagai sumber data. Novel
yang digunakan pada penelitian ini adalah novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou
Shiba. Dipilihnya novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba, karena dalam
novel ini terdapat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur kalimat setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba?
2. Bagaimanakah makna setsuzokujoshi, noni, nagara-mo dan
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam
bidang linguistik bahasa Jepang. Serta dapat memberikan informasi kepada
pembaca yang ingin mengetahui tentang setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu khususnya tentang struktur dan makna yang terkandung dalam
sebuah kalimat bahasa Jepang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui struktur kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi noni,
nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya
Ryoutarou Shiba.
2. Mengetahui makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu
dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
penelitian berikutnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibagi
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk
peningkatan ilmu pendidikan dalam kajian linguistik Jepang. Selain itu, dapat
dijadikan sebagai bahan acuan ataupun studi perbandingan penelitian lanjutan bagi
para peneliti khususnya dalam bidang ilmu sintaksis dan semantik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mampu
menambah pengetahuan tentang setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu. Khususnya dari segi bentuk dan makna dari kalimat yang
mengandung noni, nagara-mo dan nimokakawarazu .
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya ruang lingkup penelitian untuk
membatasi masalah yang dibahas agar tidak terlalu meluas. Oleh karena itu,
penelitian ini hanya menganalisis struktur kalimat dan makna setsuzokujoshinoni,
nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya
Ryoutarou Shiba.
1.6 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Tobu ga
Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Novel ini diterbitkan di Jepang pada tahun 1980
sama. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah teks asli novel Tobu ga
Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba dalam bentuk bahasa Jepang.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode dan teknik
penelitian untuk tercapainya tujuan dari penelitian yang dilakukan. Metode dan
teknik yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu, metode
dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data serta metode dan
teknik penyajian hasil analisis data. Metode dan teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode dan teknik penelitian yang mengacu pada Sudaryanto
(1993).
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data metode yang digunakan adalah metode simak.
Metode simak adalah suatu metode penyimakan penggunaan bahasa (Sudaryanto,
1993 :133). Data yang disimak dalam metode ini adalah data tertulis yang berupa
novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Teknik lanjutan yang digunakan
adalah teknik catat. Teknik catat adalah suatu teknik pengumpulah data yang
dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperlukan untuk penelitian
(Sudaryanto, 1993 : 139). Novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba dalam
bahasa Jepang dibaca secara teliti dan dipahami, kemudian data-data yang di
perlukan yaitu kalimat-kalimat yang mengandung partikel noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu dicatat serta diklasifikasikan. Setelah semua data terkumpul, data
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode agih. Metode agih adalah metode yang penentunya adalah bahasa itu sendiri
(Sudaryanto, 1993 : 15) dalam hal ini adalah bahasa Jepang. Kemudian teknik yang
digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu membagi satuan lingual
menjadi unsur-unsur yang bersangkutan yang dipandang sebagai bagian yang
membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 : 31). Dalam
penelitian ini, data-data yang diperoleh dari novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou
Shiba dibagi satuan kebahasaannya menjadi beberapa unsur seperti verba, adjektiva,
nomina, dan lain sebagainya yang merupakan bagian yang membentuk sebuah
kalimat, kemudian dilanjutkan dengan analisis.
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis
Data-data yang telah dianalisis dipaparkan secara terperinci. Pada tahapan
penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah metode informal.
Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode informal dilakukan
dengan kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, ataupun statistik
(Sudaryanto, 1993:145). Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik deduktif
yaitu menjelaskan hal-hal yang bersifat umum dan sebagai penjelas dikemukakan
dengan hal yang khusus (Hadi, 1983:44). Setelah selesai melakukan analisis, hasil
dari analisis tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata biasa dan penjelasannya
dimulai dari pembentukan noni, nagara-mo dan nimokakawarazu kemudian
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai
pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Anggraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan
Makna uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dalam Novel
Ryoma Ga Yuku Karya Ryōtarō Shiba” membahas tentang bagaimanakah bentuk
dan makna setsuzokushiuchi ni, aida ni dan kagiri, dalam novel Ryoma Ga Yuku
karya Ryōtarō Shiba. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah
metode agih dengan teknik ganti. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah
teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001), dan analisis mengenai bentuk
setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri mengacu pada pendapat Makino dan Tutsui
(1989), serta pendapat Ichikawa (2007).
Hasil dari penelitian Anggraini adalah uchi ni, aida ni dan kagiri, yang
berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam
bahasa Jepang yaitu verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki
arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna adanya dua buah
suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang
terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu
persyaratan agar suatu hal dapat terjadi.
Persamaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode agih pada tahap analisis data serta menggunakan teori makna
dari Pateda (2001) yang kemudian mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui
(1989). Perbedaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah objek kajian
yang berbeda. Penelitian Anggaraini menganalisis tentang uchi ni, aida ni dan
kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi, sedangkan pada penelitian ini
menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Dalam penelitian ini
membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian
Anggaraini bermanfaat bagi penelitian ini, karena memberikan wawasan mengenai
cara menganalisis makna. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Anggaraini
adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat
di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam
teori.
Dwita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan
Setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke”
membahas tentang bagaimanakah fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan
setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke.
Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian Dwita adalah
Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori mengenai setsuzokushi ga dan
keredomo yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Koizumi (1993),
Takayuki (1993), Chaer (1995), Yuriko (1998), serta Katsumi dan Y. Shinichi
(1998).
Hasil dari penelitian Dwita adalah setsuzokushi ga dan keredomo memiliki
empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan,
menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan
menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi dan makna
yang menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu;
pertama, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan
keredomo. Kedua, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat,
sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat.
Secara makna, ga dapat menggantikan keredomo dengan memerhatikan konteks.
Sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang
dihubungkan dengan ga dalam bentuk baku atau hormat.
Persamaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode agih pada tahap analisis data. Perbedaan penelitian Dwita
dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Dwita
membahas mengenai fungsi dan makna setsuzokushi ga dan keredomo sedangkan
pada penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo
dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.
Penelitian Dwita bermanfaat bagi penelitian ini karena digunakan sebagai acuan
Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Dwita adalah dalam penelitian ini tidak
hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga
menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.
Octarina (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kalimat dan
Makna Bentuk Pertentangan Temo dan Noni Dalam Novel Mado Giwa No
Tottochan Karya Tetsuko Kuroyanagi” yang bertujuan untuk meneliti proses
penggabungan temo dan noni pada kata, baik pada verba, adjektiva-i, dan nomina
struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni. Metode dan teknik yang
digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai
pembentukan kata (Tsujimura, 1996:148), teori hubungan antar klausa (Arifin dan
Junaiyah, 2009:34), dan teori mengenai makna gramatikal (Djajasudarma,
1993:16-17).
Hasil penelitian Octarina menunjukkan bahwa temo dan noni dapat
digabungkan dengan verba, adjektiva, dan nomina. Ketika digabungkan dengan
verba, verba harus diubah menjadi bentuk {~te} kemudian ditambah mo. Pada
adjektiva-i pada proses penggabungan dengan temo mengalami proses konjungsi
pada i di akhir kata menjadi ku kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-na dan
nomina, kopula da berubah menjadi de kemudian ditambah mo. Noni pada proses
penggabungan dengan verba, nomina, dan adjektiva-i dalam bentuk futsuu-kei.
Struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaan yang terdapat diantaranya adalah menjadi penghubung antar
temo dapat diletakkan di awal kalimat setelah kata yang digabungkan, sedangkan
pada noni dapat diletakkan di akhir kalimat. Makna gramatikal yang terdapat pada
kalimat yang yang menggunakan temo dan noni adalah untuk menyatakan hal yang
bertentangan. Perbedaan makna gramatikal antara temo dan noni adalah temo untuk
hal-hal yang sifatnya subjektif, sedangkan noni untuk hal-hal yang sifatnya objektif.
Persamaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis tentang setsuzokujoshi serta sama-sama menganalisis tentang makna
dan struktur kalimat. Perbedaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah
terletak pada setsuzokujoshi yang dibahas. Pada penelitian Octarina menganalisis
tentang setsuzokujoshitemo dan noni sedangkan pada penelitian ini menganalisis
tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya
Ryoutarou Shiba. Penelitian Octarina bermanfaat bagi penelitian ini karena bisa
dijadikan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna dan bentuk setsuzokujoshi
noni. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Octarina adalah dalam penelitian
ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga
menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.
2.2 Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan. Konsep-konsep
2.2.1 Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi memiliki fungsi dan ciri-ciri yang hampir sama dengan
setsuzokushi. Setsuzokujoshi adalah partikel yang dipakai untuk menghubungkan
bagian kalimat sebelumnya dengan bagian kalimat berikutnya (Takayuki dalam
Sudjianto, 2000:50). Setsuzokujoshi biasanya dipakai setelah verba, adjektiva-i dan
adjektiva-na sebagai bagian kalimat yang diletakkan sebelum setsuzokujoshi yang
ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Selain itu, ada juga
setsuzokujoshi yang dipakai setelah nomina. Partikel-partikel yang termasuk ke
dalam setsuzokujoshi adalah ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari,
temo dan lain sebagainya (Sudjianto,2000:51).
2.2.2 Noni
Partikel noni dapat dipakai untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang
memiliki makna yang bertolak belakang. Bagian kalimat pertama yang menyatakan
keadaan atau aktivitas kemudian kalimat berikutnya menyatakan keadaan atau
aktivitas tidak bisa terjadi atau tidak bisa dilakukan berdasarkan pada keadaan atau
aktivitas sebelumnya (Sudjianto, 2000:61).
Makino dan Tsutsui (1989) menyatakan bahwa :
Contrary to everybody’s expectation based on the sentence preceding noni,
the proposition in the sentence following noni is the case.
‘Bertentangan dengan harapan semua orang berdasarkan pada kalimat yang
Contoh :
4) 毎日 漢字 勉強し い く 覚え い
Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.
setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat BTK NEG
‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’
5) 清水さ ゴ フ 下手 好
Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.
Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP
‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa noni berfungsi untuk
menyatakan dua hal yang berlawanan. Pernyataan sebelumnya berlawanan dengan
pernyataan selanjutnya.
2.2.3 Nagara-mo
Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :
A disjunctive conjunction used normally in written Japanese with the meaning
‘although’.
‘Sebuah konjungsi kata pemisahan yang biasanya digunakan dalam penulisan bahasa Jepang yang memiliki arti 'meskipun'.
7) あ 子 小さい も 両親 気持
‘Meskipun anak itu masih kecil, dia mengerti dengan baik perasaan orang tuanya.’
‘Meskipun dia adalah kepala perusahaan, orangnya selalu rendah hati.’
Berdasarkan contoh di atas, penggunaan nagara-mo menyatakan dua
pernyataan yang berbeda. Pernyataan kedua tidak sesuai dengan apa yang di
paparkan pada pernyataan sebelumnya.
2.2.4 Nimokakawarazu
Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :
Without any relation to a preceding event / situation.
‘Tanpa kaitannya dengan peristiwa / situasi sebelumnya.’
(ADIJG, 1995 : 257) Contoh :
9) 間 合う う 駅 着い も わ
Maniau youni eki ni tsuita nimokakawarazu,
電車 もう 出 しま 後
densha wa mou deteshimatta ato datta.
kereta api TOP sudah berangkat sesudah KOP
‘Meskipun sudah tepat waktu tiba di stasiun, kereta api sudah berangkat.’
10) あ 人 く 運動 も わ
Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,
itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun
太 い
futotteiru.
gemuk
‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa nimokakawarazu
menyatakan situasi sebelumnya tidak ada keterkaitan dengan situasi yang terjadi.
2.3 Kerangka Teori
Dalam suatu penelitian harus dilandasi oleh sebuah teori. Dalam penelitian
yang membahas struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan dalam novel
Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba digunakan teori sintaksis
menurut Verhar (2012) yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995
dan 1989) tentang struktur kalimat noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Selain
itu, digunakan juga teori makna kontekstual dari Pateda (2001) untuk menganalisis
2.3.1 Sintaksis
Verhaar (2012:161) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis
adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Menganalisis klausa
secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut
adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Teori sintaksis yang
digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur kalimat yang
mengandung noni, nagara mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku
karya Ryoutarou Shiba dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995
dan 1989).
1. Noni
Adapun struktur kalimat yang menggunakan noni menurut Makino dan
Tsutsui (1986:331) adalah sebagai berikut :
a. Penggabungan verba dengan noni
Verba bentuk biasa (futsukei) + noni
Contoh :
毎日 漢字 勉強し い く 覚え い
Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.
setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat BTK NEG ‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan noni
c. Penggabungn adjektiva (na) dengan noni
‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’
d. Penggabungan nomina dengan noni
‘Meskipun Houru orang amerika, dia tidak suka daging.’
2. Nagara-mo
Aadapun struktur kalimat yang menggunakan nagara-mo menurut Makino
黙 い
damatteita.
tutup mulut BTK LAM
‘Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’
こ 体 悪い 分 い も
‘Meskipun mengetahui kalau rokok tidak baik untuk tubuh, ia merokok.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nagara-mo
Adjektiva (i) bentuk biasa + nagara-mo
Contoh :
こ 部屋 狭い も 居心地 い
Kono heya wa semai nagara mo igokochi ga yoi.
Ini kamar TOP sempit meskipun nyaman NOM bagus
‘Meskipun kamar ini sempit, nyaman.’
c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nagara-mo
Adjektiva (na) stem + nagara-mo
d. Penggabungan nomina dengan nagara-mo
‘Meskipun orang itu muda, dia sangat mampu.’
3. Nimokakawarazu
Adapun struktur kalimat yang menggunakan nimokakawarazu menurut
Makino dan Tsutsui (1995:258) adalah sebagai berikut :
a. Penggabungan verba dengan nimokaakawarazu
Verba bentuk biasa (futsukei) + (no) nimokaakawarazu
Contoh :
‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nimokaakawarazu
Adjektiva (i) bentuk biasa + (no) nimokaakawarazu
Contoh :
試験 難し も わ く
Shiken ga muzukashikatta nimokakawarazu, yoku dekita.
Ujian NOM sulit meskipun baik bisa BTK LAM BTK LAM
c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nimokaakawarazu
‘Meskipun pegunungan musim dingin berbahaya, Ichiro pergi ke gunung.’
d. Penggabungan nomina dengan nimokaakawarazu
‘Meskipun berusaha dengan keras, Kenichi gagal masuk perguruan tinggi.’
Pendapat dari Makino dan Tsutsui akan digunakan untuk menganalisis
rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana struktur kalimat yang
mengandung noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku
2.3.2 Makna kontekstual
Makna yang dianalisis pada penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori
kontekstual yang digunakan mengacu pada pendapat Pateda (2001). Menurut
Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang
muncul akibat adanya hubungan antara ujaran dengan konteks. Konteks yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis klamin,
kedudukan pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi
pembicara/pendengar. Dalam konteks orangan seseorang dipaksa
menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai
dengan usia, jenis klamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang
pendidikan.
2. Koneks situasi misalnya situasi ribut, situasi aman. Seseorang akan mencari
kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi, misalnya menggunakan
kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya.
3. Konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan sesuatu. Misalnya tujuan
untuk meminta maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya
meminta.
4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa seseorang mencari
kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.
5. Konteks suasana hati pembicara/pendengar memaksa seseorang mencari
kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara/pendengar,
6. Konteks waktu, misalnya waktu malam, waktu akan beristirahat. Jika
seseorang bertemu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang
yang diajak pembicara akan merasa kesal. Hal itu bisa dilihat dari makna
kata-kata yang digunakan oleh pembicara.
7. Konteks tempat, misalnya di depan bioskop, di pasar. Konteks tempat
sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat-tempat tersebut
orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna
yang berhubungan dengan informasi.
8. Konteks objek adalah apa yang menjadi fokus dalam pembicaraan.
Misalnya fokus pembicaraan adalah tentang ekonomi, maka orang akan
mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.
9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar.
Misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya melafalkan suatu kata,
namun kata tersebut tidak bisa dilafalkan dengan baik sehingga orang yang
mendengar tidak bisa memahami apa isi kalimat dan akan menyebabkan
salah pengertian.
10.Konteks kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kaidah
bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak apakah sudah sesuai dengan
kaidah kebahasaan. Misalnya dalam tulis-menulis hal yang diperhatikan
adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan yang perlu
diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang
11.Konteks bahasa adalah bahasa yang digunakan. Dalam konteks bahasa
kedua belah pihak harus menguasai bahasa yang digunakan
Dari kesebelas konteks yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya
menganalisis makna konteks orangan, konteks situasi, konteks suasana hati,