commit to user
i
METODE COST PLUS & MARK UP
DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR
PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO
Tugas Akhir Diajukan Untuk melengkapi Tugas-Tugas Prasyaratan Guna
Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RIYAN HERDYANTO NIM : F3108007
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
iv MOTTO
Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan
(Amsal 21:5)
Jangan suka menggampangkan hal yang sulit, dan janganlah mempersulit kemudahan
(Riyan Herdyanto)
Hidupmu bukan untuk satu hal saja, tetapi hidupmu sekarang adalah hasil pemikiranmu di masa lalu. Ciptakan masa depan dengan pikiran yang positif
dimasa kini (Riyan Herdyanto)
Bersyukurlah karena Anda tidak memiliki semua yang diinginkan, jika anda memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari?
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Ini Kupersembahkan Kepada :
- Tuhan Yesus Kristus, whitout You, I’m
nothing
- Bapak dan Ibuku terkasih, karena
kasihmu tak pernah surut dalam
hidupku
- Adikku Rulynda tersayang
- Teman-Temanku
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “METODE COST PLUS
& MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR
PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO”.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
untuk mencapai gelar Ahli Madya pada program D-3 Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Meret Surakarta. Dalam kesempatan ini,
penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya
Tugas Akhir ini, khususnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Hari Murti, M.Si selaku Ketua Program DIII Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Sutomo, M. Si selaku dosen pembimbing lapangan yang telah banyak
memberikan pengarahan, petunjuk, nasehat, bimbingan hingga tersusunnya
laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya maupun
ilmu ekonomi pada khususnya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
commit to user
vii
5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bantuan administrasi kepada penulis.
6. Pak Djowo, Pak Wahyu Hanggono, serta Bu Isye yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan magang kerja di PT. Indonesia
Antique.
7. Pak Tigor, Pak Danur, Mas Harto, Mas Irwan, Mbak Santi, Mbak Tika,
Mbak Ika, Bu Novita, Pak Becky, Mas Sur dan seluruh staff maupun
karyawan PT. Indonesia Antique yang sudah memberikan informasi yang
diperlukan penulis.
8. Bapak dan Ibu dirumah yang tak lelahnya memberikan doa, nafkah,
nasehat, semangat, dan kasih sayang selalu kepadaku.
9. Sahabatku Andika Pratama Yuda Murdiatno, Bambang Pramono, Winge
Benanya Adi Guna Pranata yang sudah rela membantuku dalam
menyelesaikan Tugas akhir ini, entah apapun bantuan kalian. Thank’s for
everything dan selamat berkarya.
10. Teman-teman Bisnis Internasional 2008 Riki, Coza, Ocha, Woro, Lia, Ima,
Maya, Diva, Puput, Voni, Pepi, Tamon, Puteri dan teman-teman lainnya
yang ga bisa disebutin satu persatu.
11. Teman-teman komsel Pras, Sandoz, Dewi, Dian, Margo, Bitha, Eko, Dimas
dll yang selalu dukung doa buat aku.
12. Pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
commit to user
viii
13. Teman-teman PMK FE UNS Septian, Chandra, Andi, Mba Indri, Mas
Tomo, Mba Yessy, dan semua teman-teman seperjuangan dalam pelayanan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan Tugas Akhir ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat Konstruktif dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Biarlah Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun pembacanya
terutama untuk kalangan akademisi, praktisi serta masyarakat luas.
Surakarta, 21 Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DOKUMEN - DOKUMEN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Perdagangan Internasional ... 8
B. Pengertian Ekspor ... 9
C. Tahapan-Tahapan Ekspor ... 10
D. Biaya ... 13
E. Komponen Biaya Ekspor ... 18
F. Penentuan Harga Jual Ekspor ... 21
commit to user
x
BAB III. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 32
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 32
2. Tujuan Perusahaan ... 33
3. Lokasi Perusahaan ... 34
4. Produk yang Dihasilkan ... 35
5. Proses Produksi ... 43
6. Struktur Organisasi ... 53
7. Sistem Kerja dan Jam Kerja ... 60
B. Pembahasan ... 62
1. Komponen Biaya Ekspor yang Dikeluarkan oleh Indoantique ... 62
2. Menentukan Harga Jual Ekspor ... 63
3. Incoterms yang Digunakan Indoantique ... 67
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penjualan Kotor Indoantique Tahun 2010 ... 51
Tabel 3.2 Penjualan Bersih Indoantique Tahun 2010 ... 52
Tabel 3.3 Jumlah Container Indoantique Tahun 2010 ... 52
Tabel 3.4 Jumlah Karyawan Indoantique ... 60
Tabel 3.5 Jam Kerja Indoantique ... 61
Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Bahan Baku Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.7 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.8 Perhitungan Biaya Packing Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.9 Perhitungan Biaya Overhead Untuk Produk SF-01BED ... 66
Tabel 3.10 Perhitungan Biaya Finishing Untuk Produk SF-01BED ... 66
Tabel 3.11 Perhitungan Biaya Handling Charge Untuk Produk SF-01BED ... 66
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Barang Setengah Jadi dari Supplier / Gudang Unfinished ... 44
Gambar 3.2 Proses Pengamplasan ... 44
Gambar 3.3 Proses Pewarnaan ... 45
Gambar 3.4 Top Cut ... 46
Gambar 3.5 Sanding Sealer ... 46
Gambar 3.6 Proses Pengeringan ... 47
Gambar 3.7 Pemberian Assesoris ... 48
Gambar 3.8 Packing Single Face & Carton Box ... 49
Gambar 3.9 Stuffing ... 50
commit to user
xiii
DOKUMEN - DOKUMEN
1. Surat Pernyataan
2. Surat Keterangan Magang
3. Beneficiary’s Certificate
4. Sales Confirmation
5. Letter of Credit
6. Packing and Weight List
7. Commercial Invoice
8. Container Release Order
9. Shipping Instruction
10.Certificate of Origin
11.Certificate of Fumigation
12.Ocean Bill of Lading
commit to user
ii ABSTRAKSI
METODE COST PLUS & MARK UP
DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR
PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO
RIYAN HERDYANTO
F3108007
Tujuan dari penelitian Tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai sistem penentuan harga jual produk ekspor pada PT. Indonesia Antique sehingga dapat bersaing di pasar internasional.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung pada bagian HRD, RnD, PPIC, Produksi, Marketing, Divisi Ekspor Impor serta karyawan PT. Indonesia Antique. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lainnya.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sistem penentuan harga jual
yang dilakukan oleh PT. Indonesia Antique yaitu : metode Cost Plus & Mark Up
dan Incoterms yang digunakan adalah FOB sebagaimana seperti yang diajukan
oleh penjual dan disepakati bersama. PT. Indonesia Antique menggunakan FOB
karena resiko yang ditanggungnya lebih rendah serta tanggung jawab terhadap barang berpindah setelah barang melewati pagar kapal.
Saran yang dapat diajukan adalah dalam penentuan biaya, staff PPIC PT. Indonesia Antique sudah cukup rinci dan detail. Akan tetapi lebih baik lagi kalau dalam menentukan biaya lebih hati-hati agar tidak timbul kerugian.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekspor merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia. Kegiatan ekspor memberikan lapangan kerja bagi banyak orang
serta menghasilkan devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai
pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan ekspor sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan perekonomian, perlu
mendapatkan perhatian yang layak. Dampak krisis ekonomi Indonesia sampai
saat ini masih terasa. Walaupun berbagai upaya dan strategi telah
dilaksanakan, namun keberhasilannya belum memenuhi harapan sebagian
besar penduduk. Prosentase kemiskinan rakyat Indonesia masih cukup besar,
karena diterjang krisis ekonomi. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal
yang terjadi di dalam dan di luar negeri. Salah satu diantaranya adalah
kekurangan dana, untuk membiayai pembangunan.
Pemulihan ekonomi berdasarkan pengalaman beberapa negara, dapat
dipercepat melalui dua faktor yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri dan
meningkatkan ekspor. Sejalan dengan tugas dan fungsi melakukan upaya
pemulihan ekonomi tersebut dilakukan melalui usaha peningkatan ekspor.
Melalui peningkatan dan pengembangan ekspor, diharapkan dan dapat
memperoleh devisa. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa ekspor adalah
penggerak perekonomian. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya
commit to user
terobosan dan kebijaksanaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor ke
mancanegara atau pasar internasional. Kesempatan melakukan ekspor
semakin terbuka, sejalan dengan pengembangan liberalisasi perdagangan
yang sudah merupakan fenomena dunia dan nyaris tak dapat dihindari oleh
semua negara sebagai anggota masyarakat internasional. Fenomena ini
ditandai dengan terbentuknya blok-blok perdagangan bebas, misalnya
ASEAN Free Trade Area (AFTA), North America Free Trade Area (NAFTA)
dan Uni Eropa. Perkembangan pesat perdagangan bebas membawa dampak
ekspansi perdagangan dunia, menghilangkan hambatan perdagangan dan
bertujuan meningkatkan perdagangan antar negara.
Didalam kegiatan ekspor,eksportir harus dapat menetapkan dengan teliti
berapa harga produk yang diekspor tersebut. Agar harga tidak terlalu tinggi
atau tidak terlalu rendah sehingga dapat bersaing dipasar internasional. Maka
eksportir harus memahami dan mampu mengendalikan harga jual dengan
mengendalikan biaya, volume penjualan, dengan mempertimbangkan
kesepakatan incoterm yang telah disepakati antara eksportir dan importir.
Dengan begitu eksportir akan mampu menghadapi pesaing dalam memasuki
pasar ekspor dengan memperoleh tingkat keuntungan yang dijadikan sasaran
usaha. Akan tetapi adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008
membuat perekonomian hampir semua negara mengalami penurunan. Hal ini
juga membuat kegiatan ekspor menurun, terutama kegiatan ekspor di
Indonesia. Demikian juga dengan PT. INDONESIA ANTIQUE, perusahaan
commit to user
dan beralamat di Desa Luwang RT 02 RW 05 Luwang, Gatak, Sukoharjo
57557 juga mengalami penurunan order. Akan tetapi seiring jalannya waktu,
sedikit demi sedikit mengalami kenaikan order. Dengan order yang
menjanjikan dan kondisi perekonomian yang seperti sekarang, PT.
INDONESIA ANTIQUE harus memperhatikan dengan teliti
penetapan-penetapan tersebut diatas.
Maka berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui dan
mempelajari tentang komponen biaya dan penentuan harga ekspor yang
dilakukan PT. INDONESIA ANTIQUE dalam melakukan perdagangan
internasional untuk meningkatkan laba. Penulis ingin mengangkatnya
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian yang berjudul “METODE
COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL
PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO”
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan
pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat
sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan
perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui obyek-obyek yang diteliti,
serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas
dan terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka
commit to user
1. Komponen biaya ekspor apa yang dikeluarkan oleh PT. INDONESIA
ANTIQUE?
2. Bagaimana penentuan harga jual ekspor pada PT. INDONESIA
ANTIQUE?
3. Incoterm apa yang digunakan oleh PT. INDONESIA ANTIQUE?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat
memberikan manfaat sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen biaya ekspor yang dikeluarkan PT.
INDONESIA ANTIQUE dalam melakukan ekspor.
2. Untuk mengetahui penentuan harga jual ekspor pada PT. INDONESIA
ANTIQUE.
3. Untuk mengetahui Incoterm yang digunakan oleh PT. INDONESIA
commit to user D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat sesuai
dengan yang dikehendaki, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian ini beberapa manfaat yang diperoleh beberapa pihak yaitu :
1. Bagi Akademisi
Dapat lebih memahami keadaan di lapangan sehingga dengan cepat
memahami permasalahan – permasalahan yang mungkin timbul dan
mencari solusi yang terbaik dengan menerapkan semua bidang keilmuan
yang telah dipelajari. Mahasiswa dapat membandingkan keadaan yang
terjadi di lapangan dengan teori yang telah diperoleh di perkuliahan.
2. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
pertimbangan dan perbandingan mengenai hal – hal yang berhubungan
dengan komponen biaya dan penentuan harga jual produk ekspor.
Sehingga perusahaan dapat lebih baik dalam menentukan kebijakan
pengambilan keputusan dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan
evaluasi untuk meningkatkan aktifitas ekspor di sector pengembangan
usaha.
3. Bagi Pemerintah
Diharapkan dengan adanya aktifitas ekspor baik kualitas barang di
perusahaan dengan peralatan yang memadai maka dapat meningkatkan
hasil produksi, dengan demikian pemerintah akan menerima devisa yang
commit to user
pemerintah dalam menerapkan strategi dan proses produksi pada
perusahaan ekspor.
E. Metode Penelitian
Suatu penelitian pada dasarnya adalah mencari, mendapatkan data untuk
selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Penelitian ini tidak ada tendensi lainnya selain bersifat ilmiah.
Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu
penelitian. Metode ini terdiri dari :
1. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
karena mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam
dengan memfokuskan pada satu masalah.
2. Jenis dan Alat Pengumpulan Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini
diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung
pada bagian HRD, RnD, PPIC, Produksi, Marketing, Divisi Ekspor
commit to user
2) Data Sekunder
Data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan
dengan penelitian. Seperti buku dan sumber bacaan lainnya. Data
ini digunakan sebagai pendukung dalam penyusunan hasil laporan.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung
yang dilakukan dengan tatap muka bersama staff dan karyawan PT.
Indonesia Antique.
2) Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara pengamatan secara langsung dan melibatkan diri secara
langsung dengan objek yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
3) Studi Pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca, mengutip, dan mempelajari buku dan referensi serta
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional atau International Business dapat
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal
(country of origin) yang melintasi perbatasan menuju negara tujuan (country
of destination) yang dilakukan oleh perusahaan Multinational Corporation
(MNC) (Harry Waluya, 2003:3)
Dari pengertian tersebut, kegiatan-kegiatan perdagangan internasional
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Perdagangan Internasional melalui perpindahan barang-barang,
perpindahan jasa-jasa dari suatu negara ke negara lain (transfer of good
and service).
2. Perdagangan Internasional melalui perpindahan modal yaitu masuknya
investasi asing dari luar negeri (transfer of capital).
3. Tenaga kerja juga merupakan objek dalam perdagangan internasional.
Dalam perdagangan internasional (transfer of labour) mendorong
masuknya tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Dalam
transfer of labour memerlukan adanya pengawasan terhadap pekerja baik
dalam penetapan upah (wage rate) maupun perlindungannya.
4. Perdagangan Internasional melalui transfer of technology yaitu dengan
commit to user
5. Dari berbagai kegiatan diatas, suatu perdagangan internasional
tergantung dari transfer of data dan informasi terutama dalam
penyampaian informasi tentang kepastian tersedianya bahan baku dari
pangsa pasar.
B. Pengertian Ekspor
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki
kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran
dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa
asing (Amir, MS, 2004:1).
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat
di negara-negara yang berbeda (Roselyne Hutabarat, 1992:1)
Menurut (Berry Punan, 1996:1) ekspor adalah perdagangan dengan
mengeluarkan barang dari dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan ekspor adalah proses perdagangan/keluarnya barang dan
jasa dari daerah pabean satu kedaerah pabean lain dengan memenuhi
commit to user C. Tahapan-Tahapan Ekspor
Menurut sumber (Hamdani, 2003:50) tahapan-tahapan ekspor adalah
sebagai berikut:
1. Korespondensi
Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir untuk
menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam
surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang,
mutunya, harganya, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya.
2. Pembuatan Kontrak Dagang
Jika importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir,
maka eksportir dan importir membuat dan menandatangani kontak
dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati
bersama.
3. Penerbitan Letter Of Credit
Setelah kontrak dagang ditandatangani maka importir membuka L/C
melalui bank korespondensi di negaranya dan mengirim L/C tersebut ke
bank devisa di negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk
memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir.
4. Eksportir Menyiapkan Barang Ekspor
Dengan diterimanya L/C tersebut, eksportir mempersiapkan
barang-barang yang dipesan importir. Keadaan barang-barang-barang-barang yang dipersiapkan
harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang
commit to user
5. Eksportir Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) ke bank devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila
ekspornya terkena pajak.
6. Pemesanan Ruang Kapal
Eksportir memesan ruang kapal dengan mengirim Shipping
Instruction ke perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran melakukan
pengecekan ketersediaan ruang kapal, kemudian memberikan D/O
(Delivery Order) untuk mengambil kontainer di depo kontainer yang
ditunjuk. Sedangkan untuk Less Container Load (LCL) barang
dikirimkan ke Container Freight Station (CFS).
7. Pengiriman Barang ke Pelabuhan
Eksportir sendiri dapat mengirimkan barang ke pelabuhan.
Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan menuju kapal dapat
juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (freight
forwarding/EMKL). Dokumen-dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan menuju ke atas kapal.
8. Pemeriksaan Bea Cukai
Dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila
diperlukan, barang-barang yang akan diekspor diperiksa oleh Bea Cukai.
Apabila barang dan dokumen sudah sesuai dengan ketentuan, maka Bea
commit to user
9. Pemuatan Barang ke Kapal
Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang sudah
dapat dimuat keatas kapal. Segera setelah barang dimuat diatas kapal,
pihak pelayaran menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian di
serahkan kepada eksportir.
10. Surat Keterangan Asal Barang (SKA)
Eksportir sendiri atau freight forwarding atau EMKL/EMKU
memfiat muatkan barangnya dan mengajukan permohonan ke Kantor
Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kantor
Departemen Perdagangan dan Perindustrian untuk memperoleh SKA
apabila diperlukan.
11. Pencairan L/C
Setelah barang dikapalkan, maka eksportir dapat mencairkan L/C ke
bank. Bila At Sight L/C maka dokumen-dokumen yang diserahkan adalah
Bill of Lading (B/L), Commercial Invoice, Packing List dll.
12. Pengiriman Barang ke Importir
Barang dalam perjalanan dengan kapal dari negara eksportir menuju
commit to user D. Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Robert T. Sprouse dan Maurice Moonitz biaya dapat
diartikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk
memperoleh manfaat (Carter and Usry, 2006:25). Istilah biaya umumnya
digunakan untuk pengorbanan ekonomis untuk memperoleh jasa yang
tidak dikapitalisir nilainya.
Sedangkan menurut Supriyono, biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan
(revenues) dan akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan (Supriyono, 1992:16)
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sitematis
atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu
yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih
penting. Penggolongan biaya yang sering dilakukan adalah : (Supriyono,
1992:18)
a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan /
aktivitas perusahaan. Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat
digolongkan kedalam:
1) Fungsi Produksi
Yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan
commit to user
2) Fungsi Penawaran
Yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan
produk jadi yang siap untuk dijual dengan cara yang memuaskan
pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan
perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dari hasil penjualan.
3) Fungsi Administrasi
Fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan
kebijaksanaan, pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan
secara keseluruhan agar dapat berhasil dan berdaya guna.
4) Fungsi Keuangan
Fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau
penyediaan dana yang diperlukan perusahaan
Atas dasar fungsi diatas, biaya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Biaya Produksi
Biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Biaya produksi dapat digolongkan kedalam:
(1)Biaya Bahan Baku
Bahan baku menurut (Carter and Usry, 2006) adalah semua
bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan
dapat dimasukkan secara eksplisit dalam penghitungan biaya
commit to user
(2)Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan
konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak kedalam produk tertentu (Carter and
Usry, 2006).
Jadi, biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja yang secara langsung ikut
mengerjakan produk barang / jasa.
Contoh biaya tenaga kerja langsung adalah gaji dan upah yang
diberikan kepada karyawan bagian produksi.
(3)Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang
dikeluarkan selama proses produksi (Carter and Usry, 2006).
Yang termasuk dalam klasifikasi overhead pabrik yaitu
antara lain adalah bahan tidak langsung, upah tidak langsung,
penyusutan peralatan dan mesin pabrik, penyusutan gudang
pabrik, pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk gedung pabrik,
biaya pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan pabrik dan biaya
listrik untuk penerangan dan pembangkit tenaga pabrik.
(4)Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja
commit to user
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri dari upah,
tunjangan dan biaya kesejahteraan karyawan.
b) Biaya Non Produksi
Semua biaya yang tidak berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi.
Pada prinsipnya biaya non produksi digolongkan menjadi 2
kategori yaitu:
(1)Biaya Pemasaran atau Penjualan
Meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
pesanan pelanggan atau menyerahkan produk jadi ke tangan
pelanggan.
(2)Biaya Umum dan Administrasi
Semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi
dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan kebijakan
pengarahan, dan pengawasan kebijakan perusahaan secara
keseluruhan.
b. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap
aktivitas atau kegiatan dapat dikelompokkan menjadi:
1) Biaya Tetap
commit to user
a) Jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
b) Biaya satuan akan perubahan berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan
semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan
semakin tinggi biaya satuan.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan semakin
tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume
kegiatan semakin rendah biaya variabel.
b) Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan,
jadi biaya satuan konstan.
3) Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, akan tetapi sifat perubahan tidak seimbang. Semakin
tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya totalnya,
semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya totalnya,
akan tetapi tidak seimbang perubahannya.
b) Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan
commit to user
sampai dengan tingkatan tertentu semakin tinggi volume
kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume
kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
c. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang
dibiayai. Penggolongan biaya atas dasar objek atau pusat biaya, dibagi
menjadi:
1) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya
dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu.
2) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau
manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat
biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dapat dinikmati oleh
beberapa objek atau pusat biaya.
E. Komponen Biaya Ekspor
Yang termasuk komponen biaya ekspor adalah seluruh biaya yang
dibutuhkan dari membeli bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran,
overhead, biaya bunga, biaya bank, biaya transportasi, pajak-pajak, biaya administrasi, biaya sertifikasi, biaya pengapalan dan biaya asuransi. Bagian
dari biaya tersebut apabila dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang
menjadi landasan bagi perhitungan harga pokok. Untuk lebih jelasnya adalah
commit to user
1. Biaya Pengadaan (purchasing cost)
Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya langsung bahan baku,
bahan pembantu dan upah. Biaya tidak langsung karyawan dan pabrik
yang selanjutnya disebut sebagai FOC (Factory overhead cost). Apabila
biaya-biaya tersebut dijumlahkan, maka akan diketahui Harga Pokok
Produksi (HPP) atau biaya pengadaan tersebut.
2. Biaya Pemasaran dan Administrasi Umum (marketing and admin cost)
Yang dimaksud biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi
dengan adanya aktivitas pemasaran pada bagian ekspor, dalam kurun
waktu tertentu.
3. Biaya Bank (bank charges)
Biaya yang berasal dari bank yang dibebankan ke perusahaan akibat
dari penggunaan jasa bank oleh perusahaan. Biaya bank yang dikenakan
ini, antara satu dengan yang lain tentu berbeda.
4. Biaya Bunga (interest)
Biaya bunga atau yang sering disebut interest jangka waktu
pembebanannya dihitung sejak mulai dilakukannya pembelian bahan
baku sampai dengan penerimaan pembayaran dari pelanggan. Besarnya
bunga dihitung berdasarkan bunga pinjaman yang berlaku pada saat ini.
5. Biaya Pengelolaan (handling charges)
Yang dimaksud biaya pengelolaan adalah seluruh biaya yang
commit to user
biaya pengepakan, upah pemindahan barang dari dalam gudang ke pintu
gudang, upah muat barang dari pintu gudang ke atas alat angkut dll.
6. Pungutan-Pungutan Negara (export taxes)
Pajak ekspor dikenakan oleh pemerintah untuk barang tertentu dan
tiap komoditi pajaknya berbeda antara satu dengan yang lain.
7. Jasa Pihak Ketiga (third party services)
Biaya yang dikeluarkan apabila kita menggunakan jasa pihak ketiga
dalam melakukan penjualan ekspor. Jasa pihak ketiga ini dibutuhkan
antara lain untuk membantu dalam proses pemasaran atau distribusi.
Biaya ini meliputi biaya jasa transportasi, biaya surveyor, biaya
sertifikasi, biaya karantina.
8. Biaya Pengapalan (freight cost)
Biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut barang yang akan
diekspor dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan. Besarnya biaya ini
tergantung besarnya container yang dipakai (20”/40”) dan jarak antara
pelabuhan tujuan dengan pelabuhan muat. Informasi ini dapat diperoleh
dari perusahaan-perusahaan EMKL setempat.
9. Biaya Asuransi (insurance cost)
Beberapa perusahaan buyer luar negeri lebih suka mengasuransikan
barangnya untuk mengurangi resiko kehilangan atau kerusakan selama
proses pengapalan. Besarnya harga asuransi tergantung pada jenis
pertanggungjawaban yang diinginkan dan jenis komoditi yang
commit to user F. Penentuan Harga Jual Ekspor
1. Pengertian Harga Jual
Harga jual bisa diungkapkan dalam berbagai istilah, misalnya tarif,
sewa, bunga, premi, upah, gaji dan sebagainya. Harga jual adalah jumlah
moneter yang dikorbankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau
pelanggan atas suatu barang atau jasa yang dijual atau
disewakan.(Supriyono, 1991:32)
Harga jual biasanya dibuat berulang-ulang, karena harga jual
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal dan internal. Perubahan
harga jual tersebut dimaksudkan agar harga jual yang baru dapat
Perhitungan harga pokok dengan direct costing yaitu hanya
biaya-biaya variabel produksi saja yang diperhitungkan pada harga pokok
produksi.
b. Full Costing
Perhitungan harga pokok dengan metode full costing yaitu
menghitung seluruh biaya produksi dari biaya variabel sampai biaya
commit to user 3. Penentuan Harga Jual Ekspor
Ada beberapa cara dalam menentukan harga jual ekspor:
a. Cost Plus Mark Up
Yaitu metode penentuan harga jual ekspor berdasarkan total
perhitungan biaya ( penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan mulai
dari pengadaan bahan, tenaga kerja, freight, dan lain-lain dalam
rangka ekspor) ditambah dengan prosentase laba / profit yang
diinginkan.
Harga jual = Harga Pokok + Profit
Contoh:
Biaya pengadaan Rp 100.000,00
Biaya pengelolaan Rp 15.000,00
Pungutan-pungutan Rp 20.000,00
Jasa pihak ketiga Rp 12.500,00
Total biaya (cost) Rp 147.500,00
Mark up (profit) 10% Rp 14.750,00
Harga jual ekspor Rp 162.250,00
b. Current Market Place
Metode ini merupakan kebalikan dari cost plus mark up yaitu bila
penetapan harga jual ekspor disesuaikan dengan harga jual dipasar
commit to user
Asumsi dari metode ini yaitu, importir memiliki peran yang kuat
dalam menentukan harga, sehingga eksportir harus menyesuaikan
dengan harga yang ditentukan oleh buyer.
c. Subsidized Price
Penentuan harga jual ekspor yang didasarkan pada total biaya
sebagaimana dalam cost plus mark up dikurangi komponen biaya
tertentu (overhead cost). Tujuan dari subsidi ini untuk menekan harga
pokok produksi sehingga memperkuat daya saing di pasar
internasional.
Harga Jual = Harga Pokok - Subsidi
d. Market Penetration Price (Dumping)
Harga dumping adalah harga jual ekspor ditetapkan lebih rendah dari
harga jual komoditi yang sama untuk pasar dalam negeri. Dalam
praktek, hal ini dimungkinkan bila didalam negeri produsen itu
memegang monopoli, sehingga dapat menjual komoditi itu dengan
harga lebih tinggi didalam negeri dan harga yang wajar diluar negeri.
Memungkinkan juga eksportir sengaja menjual untuk pasar ekspor
dengan harga yang rendah dengan tujuan penetrasi (memasuki) pasar
yang baru. Cara ini biasanya dipakai untuk penjualan jangka pendek.
commit to user
dapat mengekspor dengan harga dumping, akan tetapi kenyataanya
berbalik dengan teori.
G. INCOTERMS 2000
“Incoterms adalah kodefikasi dari peraturan-peraturan internasional
untuk keseragamam interpretasi pasal-pasal kontrak dalam perdagangan
internasional.”(Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:55)
1. Struktur Incoterms 2000
Dalam Incoterms 2000 skemanya adalah sebagai berikut::
a. Group E => Pemberangkatan.
Penjual menyerahkan barang ditempatnya sendiri hanya ada satu term
pada kelompok ini yaitu:
1) EXW => Ex Works (...disebut tempat) dengan persyaratan
sebagai berikut :
a) Penjual hanya menyediakan barang ditempatnya (gudang atau
pabrik), prangko gudang penjual.
b) Pembeli harus mengatur pengangkutannya berarti menanggung
biaya dan resiko termasuk izin ekspor.
c) Tanggung jawab penjual minimum karena importir membeli
barang digudang penjual (cash and carry).
d) Bagi pembeli, cara ini kurang menyenangkan karena seolah-olah
commit to user
e) Syarat ini jangan dipakai bila pembeli tidak mungkin mengurus
formalitas ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Group F => Angkutan umum belum dibayar.
Penjual menyerahkan barang ditempat yang ditunjuk oleh pembeli.
Terdapat tiga term untuk kelompok ini, yaitu :
1) FCA => Free Carrier (...disebut tempat)
Pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin
ekspor dan menyerahkan barang kepada pihak pengangkut di
tempat yang sudah ditentukan.
Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut :
a) Untuk memenuhi persyaratan modern seperti multi modal
transport, kontainer, roll on dan roll off dengan trailer dan ferry.
b) Menyerahkan barang ditempat yang telah ditunjuk oleh pembeli
dalam keadaan Clear for Export.
c) Penjual tidak menanggung asuransi
d) Disebut juga “Free Carriage Name Point”. Ditempat (titik)
tersebut tanggung jawab penjual berakhir.
2) FAS => Free Along Ship (...disebut pelabuhan pengapalan)
Pihak penjual bertanggung jawab sampai barang berada
dipelabuhan keberangkatan dan siap disamping kapal untuk dimuat.
Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya
commit to user
a) Kewajiban penjual untuk menyerahkan barangnya Clear for
Export di sisi kapal di pelabuhan muat.
b) Pembeli menanggung biaya kerusakan atau kehilangan setelah
barang berada di sisi kapal.
c) Penjual memberitahukan kedatangan barang dan meyerahkan
dokumen-dokumen yang diperlukan.
3) FOB => Free on Board (...disebut pelabuhan pengapalan)
Pihak penjual bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai
memuat barang ke atas kapal yang siap berangkat. Hanya berlaku
untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, adalah :
a) Penjual menyerahkan barang nya di atas kapal Clean on Board.
b) Pembeli mengurus angkutan, membayar freight, dan
menanggung asuransi.
c) Resiko pindah dari penjual ke pembeli setelah barang pindah
pagar.
c. Group C => Angkutan utama dibayar.
Penjual menandatangani kontrak angkutan tanpa menanggung resiko
kerusakan atau kehilangan. Terdapat empat term untuk kelompok ini,
yaitu :
1) CFR => Cost and Freight (...disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual menanggung biaya sampai kapal yang memuat
barang merapat dipelabuhan tujuan. Hanya berlaku untuk
commit to user
a) Penjual menanggung biaya freight sampai tempat tujuan yang
ditunjuk buyer.
b) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke penjual mulai
saat barang melewati pagar kapal.
c) Menguntungkan pembeli karena penjual mengurusi angkutannya
dan menghindari fluktuasi rate.
2) CIF => Cost Insurance and Freight (.disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual menanggung biaya sampai kapal yang memuat
barang merapat dipelabuhan tujuan serta ditambah biaya asuransi.
Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya,
yaitu :
a) Penjual menanggung biaya freight sampai tempat tujuan yang
ditunjuk buyer.
b) Penjual menanggung biaya asuransi
c) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke penjual mulai
saat barang melewati pagar kapal.
d) Menguntungkan pembeli karena penjual mengurusi angkutannya
dan menghindari fluktuasi rate.
3) CPT => Carrier Paid to...(...disebut tempat tujuan)
Pihak pembeli menanggung biaya sampai kapal yang memuat
barang merapat dipelabuhan tujuan, resiko kehilangan atau
kerusakan ditanggung oleh pembeli. Hanya berlaku untuk
commit to user
a) Pembeli menanggung biaya freight sampai tempat tujuan.
b) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke pembeli mulai
saat barang melewati pagar kapal.
4) CIP => Carrier and Insurance Paid to (...disebut tempat tujuan)
Pihak pembeli menanggung biaya sampai kapal yang memuat
barang merapat dipelabuhan tujuan serta asuransi, resiko
kehilangan atau kerusakan ditanggung oleh pembeli. Hanya berlaku
untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Pembeli menanggung biaya freight sampai tempat tujuan.
b) Pembeli menanggung biaya asuransi
c) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke pembeli mulai
saat barang melewati pagar kapal.
d. Group D => Sampai tujuan.
Penjual menanggung semua biaya dan resiko yang diperlukan atau
timbul dalam pengangkutan. Terdapat lima term dalam kelompok ini,
yaitu :
1) DAF => Delivered at Frontier (...disebut tempat)
Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab sampai
barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin impor
menjadi tanggung jawab pembeli. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Angkutan yang digunakan kereta api atau truk (land transport)
commit to user
b) Kewajiban penjual menyerahkan barang sampai batas negara
sebelum batas pabean dengan menyerahkan dokumen-dokumen
untuk custom clearance.
2) DES => Delivered Ex Ship (...disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa
barang merapat di pelabuhan tujuan dan siap dibongkar. Hanya
berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuaannya, yaitu :
a) Penjual menyerahkan barang kepada pembeli diatas kapal
negara tujuan, atas biaya dan resiko penjual.
b) Pembeli menerima penyerahan barang dari kapal, menanggung
biaya bongkar, izin impor, bea masuk, pajak dan biaya lainnya.
3) DEQ => Delivered Ex Quary (...disebut pelabuhan tujuan)
Penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang
merapat di pelabuhan tujuan dan barang telah dibongkar dan
disimpan di dermaga. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Kewajiban utama penjual mengangkut barangnya dan
menyerahkan barang tersebut kepada pembeli di dermaga
pelabuhan tujuan.
b) Penjual menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi.
c) Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
4) DDU => Deluvered Duty Unpaid (...disebut tempat tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai
commit to user
a) Penjual menyerahkan barangnya di pelabuhan pembeli dan
menanggung biaya angkutan dan resikonya.
b) Menanggung biaya pembongkaran sampai di darat Unclear for
Import
c) Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
5) DDP => Delivered Duty Paid (...disebut tempat tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai
ditempat tujuan, termasuk biaya asuransi dan biaya lain-lain yang
muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pembeli.
Izin impor juga menjadi tanggung jawab pihak penjual. Syarat dan
ketentuannya, yaitu :
a) Kewajiban penjual adalah maksimum, penjual menyerahkan
barang di negara pembeli dengan menanggung semua biaya
impor.
b) Pembeli menerima barangnya dengan kondisi Clear for Import.
2. Kewajiban Eksportir
Sesuai Incoterms 2000, kewajiban eksportir di dalam syarat
perdagangan (Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:56)
a. Group E : Penjual berkewajiban menempatkan barang ke
dalam kewenangan pembeli di tempat yang disepakati (di kantor, di
pabrik / gudang)
b. Group F : Penjual menyerahkan barang kepada pengangkut sesuai
commit to user
c. Group C : Penjual menyerahkan kontrak angkutan dengan
syarat-syarat yang lazim atas biaya penjual sendiri.
d. Group D : Penjual bertanggungjawab atas sampainya barang di
tempat yang disepakati atau titik tujuan di perbatasan atau di dalam
negara importir (termasuk resiko / biaya sampai dengan tujuan).
Pada setiap transaksi paling sedikit melibatkan dua belah pihak dan
masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda, yang setiap saat
sanggup berubah atau diubah. Untuk mengamankan resiko kerja dari
suatu transaksi terhadap kerugian perlu adanya kesepakatan, sanksi /
memegang jaminan. Perdagangan baik dalam maupun luar negeri
sama-sama berpeluang untuk menimbulkan sengketa, sehingga lebih aman jika
commit to user BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Indonesia Antique (PT IA) adalah perusahaan hasil
“reinkarnasi” dari PT. Hanggajaya Waskita Nugraha (PT HWN) yang
berdiri pada 2 Februari 1996. Fokus usaha PT HWN adalah
memproduksi dan memasarkan furniture ke pasar ekspor. Selama tujuh
tahun beroperasi, PT HWN telah berhasil membentuk jaringan pasar
dengan konsumen di luar negeri. Inilah sebenarnya misi utama yang
dicita-citakan para pendiri PT HWN sejak awal mereka mendirikan
perusahaan.
Perubahan terjadi pada PT HWN ketika para pengurusnya menyadari
bahwa memproduksi meubel sendiri membutuhkan investasi yang besar
dan penanganan yang lebih baik serius menyangkut bahan baku dan
pasar ekspor. Seperti dketahui bersama, kayu sebagai bahan baku utama
furniture adalah barang yang sulit diprediksi keberadaanya. Selain itu
harganyapun tidak stabil,kadang murah dan kadang harganya melambung
tinggi. Inilah yang dirasa sebagai kendala perkembangan PT HWN di
commit to user
Untunglah para pemegang saham PT HWN segera melakukan
reorganisasi perusahaan pada tahun 2003 setelah mereka mendengar
masukan dari konsumen. Analisis yang tepat terhadap keadaan di masa
sekarang dan prediksi di masa yang akan datang menyebabkan PT HWN
harus melakukan perubahan anggaran dasar dan mengganti nama
perusahaan menjadi PT. Indonesia Antique. Nama ini diambil karena
dirasa lebih cocok untuk menunjukkan fokus utama perusahaan di bidang
perdagangan meubel antik untuk pasar luar negeri atau ekspor.
PT. Indonesia Antique lebih lanjut akan dipopulerkan dengan nama
Indoantique, sebuah nama yang singkat namun sangat menonjol sisi
keIndonesiaan dan keantikan furniture yang dipasarkannya. Perubahan
ini disyahkan dengan Akta Perubahan No. 7 tanggal 26 februari 2003 di
hadapan Notaris dan PPAT Muhammad Budiman SH.,Sp.N yang
berkantor di Surakarta, Jawa Tengah.
2. Tujuan Perusahaan
Visi dari Indoantique yaitu Mewujudkan Indoantique sebagai
industri furniture indoor 5 besar di Indonesia pada tahun 2020.
Visi dibuat tentu dengan misi-misi yang berguna untuk mencapai
target visi tersebut. Adapun misi dari Indoantique yaitu:
a. Membangun perusahaan yang sehat bertumpu dengan keuntungan
commit to user
b. Menciptakan produk yang berkualitas bertumpu pada praktek
manajemen yang terbaik
c. Mengembangkan jaringan pasar global bertumpu pada pengembangan
desain yang inovatif
Visi dan misi perusahaan dengan didorongnya semangat perusahaan
demi tercapainya suatu hasil yang memuaskan. Maka telah terciptanya
suatu strategi bisnis di Indoantique yang disebut 6M. Strategi bisnis 6M
yaitu :
a. Money : Efisiensi Modal b. Material : Kualitas Produk c. Market : Inovasi Pasar
d. Method : Sistem Pengendalian Mutu e. Machine : Efektifitas Asset
f. Man : Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
3. Lokasi Perusahaan
Perusahaan Indoantique berlokasi di sentra Industri mebel dan rotan
Desa Luwang RT 02 RW 05 Luwang, Gatak, Sukoharjo 57557. Dilokasi
inilah tahap finishing dilakukan dari produk setengah jadi yang diterima
dari pabrik unfinishing yang berada di Gumpang, Kartasura dan dari
supplier. Kesuksesan perusahaan dalam menjalani operasionalnya, sangat
commit to user
Dengan pemilihan lokasi yang tepat, perusahaan akan memperoleh
keuntungan tersendiri
4. Produk yang Dihasilkan
a. Produk
Indoantique memproduksi furniture berdasarkan pengalaman serta
analisis trend dan gaya furniture yang disukai oleh konsumen dan
calon konsumen di luar negeri, seperti dari Eropa, Asia, dan Amerika.
Indoantique selalu berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan standar kualitas produknya dengan harga yang
kompetitif sehingga bisa menjalin hubungan bisnis jangka panjang.
Indoantique juga sangat peduli dengan tren furniture dan bahkan
sangat memperhatikan saran dari konsumennya dalam hal desain dan
variasi produk.
Berdasarkan penempatan produk tersebut di konsumen akhir,
maka Indoantique mengkategorikan produknya dalam dua jenis, yaitu
indoor furniture dan outdoor furniture. Selain itu Indoantique juga memilah konsumennya berdasarkan kemampuan keuangan konsumen
menjadi tiga tingkat, yaitu low quality, middle quality, dan high
quality.
Setelah melakukan analisis pasar dengan jeli dan mendalam,
Indoantique memutuskan untuk berkonsentrasi pada furniture indoor
commit to user
beragam dan dapat berkembang terus sehingga inovasi produk dapat
dilakukan dengan mudah. Inovasi inilah yang menjadi kunci utama
peningkatan penjualan sehingga Indoantique dapat terus beroperasi
dalam jangka panjang. Jumlah konsumen dengan kemampuan
keuangan menengah lebih banyak daripada konsumen dengan
kemampuan keuangan tinggi. Indoantique menyimpulkan bahwa
penyerapan produk dengan kualitas menengah jumlahnya lebih besar
dibanding penyerapan produk dengan kualitas tinggi. Produk indoor
dengan middle quality dapat diserap oleh semua konsumen, bahkan
oleh konsumen dengan kemampuan keuangan rendah sekalipun, tentu
dengan tambahan sedikit upaya. Dengan demikian produk indoor
dengan middle quality dirasa akan diserap oleh pasar secara maksimal.
Analisis terhadap perkembangan ekonomi menunjukkan bahwa
jumlah konsumen yang mapan semakin bertambah sehingga
kebutuhan indoor furniture pun semakin meningkat.
b. Material
Bahan baku utama furniture produksi Indoantique adalah kayu
jati, kayu mahoni, kayu mindi, kayu paulina, dan kayu lenga karena
jenis kayu itulah yang sangat diminati oleh konsumen di luar negeri.
Di samping itu ketersediaannya pun di Indonesia relatif lebih tejaga
dengan dilakukannya peremajaan dan penanaman kembali jenis kayu
commit to user
c. Proses Produksi
Seteleh melakukan repositioning sebagai perusahaan yang
memfokuskan pada pemasaran produk furniture ke pasar ekspor maka
sebagian besar produksi sekarang dikerjakan oleh para pengrajin di
sekitar Surakarta sebagai mitra Indoantique. Kini Indoantique
menugaskan Staff Quality Control untuk mengawasi dengan ketat
kualitas produk yang dihasilkan oleh para mitra pengrajin.
Sebagai petugas lapangan, Staff Quality Control adalah personel
yang telah mempunyai dan memiliki kemampuan menilai kualitas
produk. Kemampuan mereka ini selalu ditingkatkan oleh Manajer
Produksi dengan cara memberi masukkan dan arahan kepada para
pengrajin untuk selalu meningkatkan kualitas produknya. Inilah yang
selalu diperhatikan oleh Indoantique karena sejalan dengan visi dan
misi perusahaan untuk memberikan mutu terbagus bagi para
konsumennya.
Proses produksi di Indoantique dimulai ketika ada pesanan dari
konsumen. Order ini kemudian dialirkan ke para pengrajin sebagai
mitra Indoantique. Setelah selesai sesuai dengan pesanan, barang
langsung dikirim ke konsumen oleh Indoantique. Proses ini
menguntungkan bagi Indoantique karena perusahaan tidak harus
memiliki banyak stok barang dalam waktu yang lama. Semua pesanan
ke para pengrajin adalah order yang didapat Indoantique dari para
commit to user
Meskipun cara ini sangat efisien, namun sisa produksi masih tetap
ada sebagai akibat dari adanya kesalahan produksi. Untunglah jumlah
sisa produksi ini sangat kecil dan dapat dikendalikan dengan baik.
Indoantique memasarkan sisa produksi ini ke pasar lokal dengan tetap
memperhatikan biaya produksi yang telah dikeluarkan sehingga
kerugian akibat kesalahan produksi bisa ditekan.
d. Kapasitas Produksi
Kapasitas yang berlaku sekarang berkisar pada sekitar 35 peti
kemas per bulannya dengan nilai sekitar US$ 450 ribu - US$ 550 ribu.
e. Persaingan
Persaingan bisnis adalah hal yang wajar sepanjang dilakukan
denga cara yang sehat, jujur, dan sportif. Indoantique pun memandang
persaingan sebagai sarana untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan dalam mencapai misi dan visi perusahaan. Kunci untuk
memenangkan persaingan itu adalah dengan cara memberikan produk
yang berkualitas, pengiriman tepat waktu, dan komunikasi yang lancar
dengan konsumen. Semua hal tersebut telah dilakukan dengan
maksimal oleh Indoantique sehingga perusahaan yakin bahwa
konsumen akan loyal dalam melakukan pembelian.
f. Sumber Daya Manusia
Manajemen Indoantique yakin bahwa sumber daya manusia
commit to user
perusahaan. Selama ini Indoantique selalu berhati-hati dan terseleksi
dalam melakukan perekrutan karyawan.
Bila diperlukan Indoantique akan meminta bantuan dari pihak
ketiga yang lebih memahami sumber daya manusia sehingga
Indoantique selalu mendapatkan personel yang kompeten di
bidangnya. Tidak berhenti sampai di situ saja, Indoantique selalu
melakukan upgrading terhadap karyawan yang telah direkrut sehingga
kemampuan teknis dan manajerial mereka pun selalu meningkat.
Selain sumber daya yang berkompeten, Indoantique juga telah
menyiapkan struktur organisasi yang rapi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Untuk itu dalam menjalankan operasionalnya,
Indoantique dibagi dalam lima segmen, yaitu :
1) Bagian Pemasaran, bertugas menawarkan produk dan mendapatkan
order dari konsumen, mencari konsumen potensial yang
diperkirakan akan melakukan pembelian di masa mendatang dan
kerjasama jangka panjang.
2) Bagian Product, Planning and Inventory Control, bertugas
menerjemahkan pesanan produk dari konsumen, menghitung biaya
produksi, menentukan harga jual. Setelah itu bagian ini akan
melakukan perencanaan produksi, memilih pengrajin yang cocok
sebagai mitra yang akan melakukan proses produksi. Bagian ini
bersama dengan bagian produksi juga bertanggung jawab terhadap
commit to user
yang akan dijadikan mitra untuk meningkatkan kemampuan
produksi perusahaan juga dikoordinir oleh bagian penting ini.
3) Bagian Produksi, bertugas melakukan pengawasan produksi,
melakukan supervisi, meneliti kualitas produk, memberikan
masukan dan saran kepada pengrajin mitra agar kualitas produk
bisa ditingkatkan.
4) Bagian Akuntansi dan Keuangan, bertugas untuk mencatat dan
mengendalikan keuangan perusahaan sehingga kemampuan
perusahaan dalam mencetak laba dapat dikendalikan dengan baik.
Informasi dari bagian ini digunakan oleh manajemen sebagai dasar
pengambilan keputusan strategis perusahaan.
5) Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), bertugas untuk melakukan
perekrutan dan pembinaan SDM yang dimiliki perusahaan.
g. Resiko Usaha
Sebagaimana jenis usaha lainnya, Indoantique pun memiliki
resiko dalam menjalankan bisnisnya. Resiko, baik yang berasal dari
dalam perusahaan maupun yang sumbernya berada diluar perusahaan,
pasti memberikan dampak kepada perkembangan perusahaan.
Resiko dari dalam perusahaan diupayakan untuk dikendalikan
oleh manajemen sehingga memberi dampak sekecil mungkin.
Sementera itu keadaan makro seperti situasi ekonomi global, situasi
sosial, politik, dan kebijakan pemerintah akan lebih sulit dihadapi atau
commit to user
Indoantique membagi resiko ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Resiko yang berasal dari konsumen, yang dapat berupa pembatalan
pesanan barang kemungkinan bisa dilakukan oleh konsumen.
Untuk mencegah terjadinya hal ini maka Indoantique menetapkan
adanya uang muka tunai dari pemesan. Uang tunai ini akan hangus
jika konsumen membatalakan pesanan sebelum pesanan dikirim.
Kesulitan penagihan piutang. Untuk mencegah terjadinya kesulitan
penagihan piutang akan Indoantique hanya menerima pembayaran
dengan menggunakan L/C sehingga tidak ada alasan bagi
konsumen untuk tidak melakukan pembayaran jika semua kondisi
di L/C telah terpenuhi komplain produk. Untuk mengantisipasi hal
ini Indoantique melakukan komunikasi sejak awal dengan
konsumen melakukan pemesanan, selama proses produksi, saat
pengiriman, dan setelah barang diterima. Proses quality control
juga selalu dijalankan sehingga hasil produksi sesuai dengan
kualitas yang diminta konsumen.
2) Resiko yang berasal dari dalam Indoantique, keterlambatan proses
produksi dapat terjadi akibat kurang koordinasi antar bagian. Untuk
mengantisipasi hal ini maka Indoantique telah menyusun sistem
informasi manajemen sehingga ada kontrol antar bagian untuk
semua order yang diperoleh. Keterlambatan juga bisa diakibatkan
oleh mitra pengrajin yang gagal menepati tenggang waktu proses
commit to user
Indoantique selalu berusaha untuk memantau proses produksi yang
dilakukan oleh pengrajin. Keterbatasan finansial Indoantique
Antique diantisipasi dengan cara melakukan berbagai langkah
untuk meningkatkan kemampuan pendanaan sehingga proses
produksi tidak terhambat.
h. Prospek Usaha Perusahaan
PT. Indonesia Antique bersama seluruh manajemen dan karyawan
mempunyai komitmen yang tinggi untuk maju dengan tetap
mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi. Dengan pengalaman
selama tujuh tahun mengelola bisnis pemasaran furniture ke pasar
ekspor, PT. Indonesia Antique yakin bahwa bisnis ini memiliki
prospek yang sangat menguntungkan. Lebih dari pada itu, PT.
Indonesia Antique juga berniat menjadi yang terbaik dikawasan Asia
Tenggara dengan cara melakukan pemberdayaan seluruh sumber
ekonomi yang dimiliki serta berusaha untuk meningkatkan
kemampuan pendanaan untuk proses produksi.
Untuk meningkatkan kinerja PT. Indonesia Antique, sumberdaya
manusia menjadi kunci yang utama. Caranya adalah dengan
pembinaan intensif yang dilakukan oleh masing-masing manajer
sehingga syarat minimal yang ditentukan oleh PT. Indonesia Antique
terpenuhi.
Selain itu PT. Indonesia Antique juga merekrut advisor /
commit to user
dan keuangan perusahaan. Semua usaha ini berhasil meningkatkan
kinerja PT. Indonesia Antique meskipun belum maksimal.
Di masa yang akan datang PT. Indonesia Antique berusaha untuk
mendapatkan tambahan dana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan mempersiapkan tempat usaha
yang lebih nyaman sehingga citra PT. Indonesia Antique di mata
konsumen juga meningkat dan memudahkan kendali produksi.
5. Proses Produksi
a. Dalam proses produksi Indoantique tidaklah sendiri melainkan
melakukan mitra kerja dengan beberapa pengrajin yang ada di
Sumber, Trangsan, dan Serenan. Perusahaan mengambil produk dan
barang setengah jadi menjadi barang jadi siap untuk diekspor
b. Proses produksi dari barang setengah jadi menjadi barang jadi
1) Barang Setengah Jadi dari Supplier
Barang setengah jadi dari supplier sesuai dengan instruksi
manajer produksi berdasar atas purchase order, barang setengah jadi
tersebut dikumpulkan digudang untuk kemudian dilakukan
pengecekan dibawah tanggung jawab Quality Control kegiatannya
adalah memilih produk yang sesuai dengan standar perusahaan atau
pesanan. Meliputi ketepatan ukuran, kontruksi kayu, kekuatan kayu,
commit to user
Gambar 3.1 Barang Setengah Jadi dari Supplier / Gudang Unfinished
2) Proses Pengamplasan
Pengamplasan barang setengah jadi bermanfaat untuk
membuat tekstur kayu menjadi halus dan mudah untuk diberi
warna. Menghindari tekstur yang tidak diinginkan.
commit to user
3) Proses Pewarnaan
a) Pemberian warna dasar menggunakan cat warna yang
disesuaikan dengan warna pesanan buyer. Untuk warna dasar
tidak sama antara produk satu dengan yang lainnya.
Gambar 3.3 Pemberian Warna Dasar
commit to user
Gambar 3.4 Top Cut
c) Sanding Sealer
Pelapisan warna, biasanya menggunakan sanding sealer
agar warna menjadi berkesan mengkilat
commit to user
4) Pengeringan (Oven)
Setelah semua proses pewarnaan selesai, barang memerlukan
proses pengeringan. Dengan menggunakan lampu berdaya tinggi
dan ruangan yang dipenuhi dengan panel-panel, barang diletakkan
dalam ruangan tersebut agar proses pengeringan sempurna.
Gambar 3.6 Proses Pengeringan (Oven)
5) Pemberian Assesoris
Setelah semua selesai, dilakukan pemberian assesoris seperti
commit to user
Gambar 3.7 Pemberian Assesoris
6) Packing
Pembungkusan produk dengan menggunakan kertas
commit to user
Gambar 3.8 Packing Single Face & Carton Box
7) Stuffing
Proses menaikkan barang yang sudah di packing kedalam
container dengan disertai kode-kode tertentu agar jumlahnya sesuai