• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES BERPIKIR KREATIF MODEL WALLAS DALAM MEMECAHKAN MASALAH RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER SISWA KELAS VIII SMPN 26 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROSES BERPIKIR KREATIF MODEL WALLAS DALAM MEMECAHKAN MASALAH RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER SISWA KELAS VIII SMPN 26 MAKASSAR"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF GENDER SISWA KELAS VIII SMPN 26 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh:

Rudi NIM 105361114416

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan,

Karena itu, setelah selesai mengerjakan sesuatu, maka berdoalah. Yakinlah Bahwa Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan”

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku, Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis Untuk menyelesaikan karya ilmiah ini dengan maksimal.

(7)

vii ABSTRAK

Rudi. 2020. Proses Berpikir Kreatif Model Wallas dalam Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Darwis M dan Pembimbing II Ma‟rup

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender. Jenis Penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan pada kondisi objek yang alami. Subjek Penelitian ada 6 yaitu siswa laki-laki berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah, dan siswa perempuan berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen penelitian menggunakan tes, wawancara dan dokumentasi. Adapun Prosedur Penelitian yang digunakan yaitu Tahap Pra Lapangan, Tahap Kegiatan Lapangan, Tahap Analisis Data.

Hasil Penelitian proses berpikir kreatif model wallas ditinjau dari perspektif gender antata lain, Tahap Persiapan Subjek laki-laki dominan dapat memahami informasi awal dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, Subjek LBT dan LBS dapat memahami informasi awal dengan baik, namun subjek LBR tidak dapat memahaminya. Sedangkan subjek perempuan dominan tidak dapat memahami informasi awal, hanya subjek PBT yang dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Tahap Inkubasi Subjek laki-laki berhenti atau diam sejenak untuk memunculkan sebuah ide sambil mengaitkan materi yang pernah didapatkan. Sedangkan subjek perempuan, subjek PBT berhenti sejenak sambil membaca berkali-kali soal yang diberikan, subjek PBS langsung mendapatkan ide, subjek PBR berhenti sejenak untuk memunculkan sebuah ide.

Tahap Iluminasi Subjek LBR mendapatkan beberapa ide dengan jawaban yang benar, subjek LBS dan LBR hanya satu ide yang didapatkan dengan jawaban yang benar. Sedangkan subjek perempuan, subjek PBT mendapatkan beberapa ide dan dapat menyelesaikan jawaban dengan benar, subjek PBS dan PBR hanya mendapatkan satu ide dengan jawaban yang salah. Tahap Verifikasi Subjek laki- laki dominan memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan hanya subjek LBR yang tidak memeriksa kembali jawabannya. Sedangkan subjek perempuan dominan tidak memeriksa kembali jawaban, hanya subjek PBT yang memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tingkat kreatif dari perempuan berkemampuan tinggi ini berada pada tingkatan ke 4 yaitu sangat kreatif. Subjek PBS berada pada tingkat berpikir kreatifnya di tingkat 0 (tidak kreatif). Subjek PBR pada tingkatan kreatif berada pada tingkat 0 (Tidak Kreatif). Subjek LBT tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 4 (sangat kreatif). Subjek LBS tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup kreatif). Subjek LBR tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup kreatif).

Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Model Wallas, Kemampuan Matematika, Gender, Relasi dan Fungsi

(8)

viii

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala, yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluk-Nya. Demikian pula salam dan shalawat kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam, beserta keluarga dan sahabat beliau dan kepada kaum muslimin yang senantiasa memperjuangkan risalah-Nya. Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Dengan berbekal keikhlasan dan niat serta dengan tanggung jawab, Allah SWT telah meridhai peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini..

Keberhasilan ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa bimbingan, dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, dengan rasa hormat yang paling dalam peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. Erwin Akib, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Muhammad Darwis M., M.Pd. Dosen Pembimbing I dalam Penelitian ini.

5. Ma‟rup, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II dalam Penelitian ini.

6. Orang tua dan keluarga tercinta atas segala doa dan dukungan serta pengorbanannya.

7. Teman-teman mahasiswa atas kerja sama yang dilakukan selama ini, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.

8. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya yang tidak sempat disebutkan namanya.

(9)

ix

Semoga bantuan, bimbingan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun yang telah diberikan oleh berbagai pihak dapat menjadi amal kebaikan dan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, Januari 2021

R u d i

NIM. 105361114416

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR...……….. ... viii

DAFTAR ISI ………...……… ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

B. Penelitian Relevan ... 19

C. Kerangka Pikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Fokus Penelitian ... 23

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian... 24

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G. Teknik Analisis Data ... 26

H. Keabsahan Data ... 28

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

RIWAYAT HIDUP ... 77

LAMPIRAN Lampiran.1 Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran 2 Hasil Tes Proses Berpikir Model Wallas ... 97

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 108

Lampiran 4. Surat Pembimbingan ... 120

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 131

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian... 120

Lampiran 7. Hasil Turnitin ... 137

Lampiran 8. Dokumentasi ... 159

Lampiran 9. Tahap Wawancara... 160

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Proses Berpikir ... 7

Tabel 2.2 Tingkatan Berpikir Kreatif ... 8

Tabel 2.3 Pedoman Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam Mengerjakan Tes ... 22

Tabel 2.4 Rentang Nilai ... 24

Tabel 4.1 Hasil tes relasi subjek ... 29

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Tes ... 30

Tabel 4.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gender dan Kemampuan Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi. ... 31

Tabel 4.4 Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas ... 32

Tabel 4.5 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBT ... 37

Tabel 4.6 Aspek Kreatifitas Subjek LBT ... 37

Tabel 4. 7. Tingkatan Berpikir Kreatif ... 38

Tabel 4.8 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBS ... 43

Tabel 4.9 Aspek Kreatifitas Subjek LBS ... 44

Tabel 4. 10. Tingkatan Berpikir Kreatif ... 45

Tabel 4.11 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBR ... 48

Tabel 4.12 Aspek Kreatifitas Subjek LBR ... 49

Tabel 4. 13. Tingkatan Berpikir Kreatif ... 50

Tabel 4.14 Proses Berpikir Kreatif Subjek PBT ... 55

Tabel 4.15 Aspek Kreatifitas Subjek PBT ... 55

Tabel 4. 16. Tingkatan Berpikir Kreatif PBT ... 56

Tabel 4.17 Aspek Kreatifitas Subjek PBS ... 60

Tabel 4. 18. Tingkatan Berpikir Kreatif PBS ... 61

Tabel 4.19 Aspek Kreatifitas Subjek PBR ... 64

Tabel 4.20. Tingkatan Berpikir Kreatif PBR ... 64

Tabel 4.21 Proses Berpikir Kreatif Model Wallas Bedasarkan Gender... 74

Tabel 4.22 Tingkat Berpikir Kreatif Berdasarkan Gender ... 76

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jawaban Siswa LBT ... 33

Gambar 2. Laki-laki Berkemampuan sedang(LBS) ... 39

Gambar 3. Jawaban Siswa Laki-laki Berkemampuan Rendah (LBR) ... 45

Gambar 4. Siswa Perempuan Berkemampuan Tinggi (PBT) ... 51

Gambar 5. Jawaban Perempuan berkemampuan Sedang (PBS) ... 57

Gambar 6. Jawaban Perempuan Berkemampuan Rendah (PBR) ... 61

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang sekolah, baik tingkah Sekolah Dasar, Menengah maupun Perguruan Tinggi yang diperlukan proses berpikir kreatif dalam penyelesaiannya. Permendiknas No 22 Thn 2006 kemampuan yang sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka bertahan hidup yang kompetitif yaitu berpikir logis, sistematis, kreatif, dan kritis. Berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar dapat mencapai kompetensi yang di targetkan, selain itu agar dapat tercipta generasi-generasi muda yang kreatif (Isvina, 2015).

Berpikir kreatif sangat penting dalam pemecahan suatu masalah, hal ini ditunjukkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwan yaitu kemampuan elaborasi merupakan salah satu komponen berpikir kreatif yang dapat merespon siswa untuk mengkreasikan pengetahuannya pemecahan masalah, rendahnya penalaran dan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah menjadi permasalahan mendasar dalam dunia pendidikan, kualitas siswa dalam proses berpikir kreatif masih dikatakan sangat rendah dalam pembelajaran matematika.

Kemampuan yang harus dimiliki dalam pembelajaran matematika yaitu berpikir kritis dan juga berpikir kreatif, kemampuan tersebut harus dibekali oleh siswa di setiap kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan

1

(15)

tersebut bukan hanya muncul secara alami, namun perlu diajarkan dan dirancang mulai dari tingkat sekolah sampai di perguruan tinggi. Pembelajaran matematika bukan hanya dijadikan sebagai bekal bagi siswa akan tetapi dijadikan sebagai nilai edukasi yang dapat membentuk karakternya

Hudoyono (Hasanuddin, 2015) mengemukakan bahwa pemecahan masalah dapat dijadikan sebagai proses penemuan dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan untuk mengatasi situasi yang diperhadapkan, selain itu pemecahan masalah dapat dikatakan hal yang sangat esensial dalam pembelajaran matematika karena dibutuhkan siswa yang terampil dalam menyeleksi informasi yang relevan.

Aktivitas pembelajaran bukan hanya fokus pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, akan tetapi bagaimana pengetahuan itu didapatkan untuk menghadapi situasi dalam memecahkan berbagai permasalahan terkhusus yang ada kaitannya dengan mata pelajaran matematika. Operasi prosedural urutan tindakan yang dilakukan secara bertahap dan sistematis termasuk dalam pemecahan masalah.

Relasi dan fungsi menjadi bagian dari materi matematika siswa kelas VIII yang diajarkan pada semester ganjil. Relasi dan fungsi sangat penting diajarkan untuk siswa karena relasi dan fungsi menjadi materi prasyarat yang menjadi bekal pemahaman konsep siswa untuk melangkah ke materi selanjutnya yaitu persamaan garis lurus. Pentingnya materi tersebut untuk dipelajari siswa masih belum sejalan dengan pemahaman dan hasil belajar siswa sehingga masih banyak yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi yang melibatkan materi himpunan bersifat abstrak.

(16)

Kesalahan siswa dalam pemahaman konsep dan penyelesaian materi relasi dan fungsi mencapai persentase 45,91% berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012). Selain itu, kesalahan dalam mendefinisikan konsep relasi dan fungsi dalam menjawab soal menurut Sumarsih (Mutmainnah, 2019). Siswa laki- laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam proses berpikir, perbedaan tersebut terdapat pada pemecahan masalah matematika dengan soal yang bervariasi.

Perbedaan proses berpikir tersebut mengindikasikan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan, salah satu dari laki- laki atau perempuan belum dapat disimpulkan secara jelas dalam belajar matematika, dan juga memiliki perbedaan pada faktor gender menunjukkan hasil yang beragam menurut Hasanah (2013).

Di sisi lain, Frastica (2013) mengatakan bahwa kemampuan matematika antara siswa laki-laki dan perempuan itu memiliki persamaan. Lain halnya dengan Amir (2013) memaparkan bahwa terdapat perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan ditinjau dari perspektif gender terhadap kemampuan matematika.

Kemampuan komunikasi merupakan keunggulan yang dimiliki oleh siswa perempuan, berbeda halnya dengan laki-laki keunggulannya terdapat pada keterampilan spatial. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana proses berpikir kreatif siswa ditinjau dari perspektif gender di SMPN 26 Makassar.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 09 Februari 2020 di SMPN 26 Makassar, menunjukkan bahwa hasil tes materi relasi dan fungsi yang telah dilakukan oleh guru mata pelajaran belum sesuai dengan harapan yang

(17)

diinginkan sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa tersebut. Kesalahan dalam pemahaman konsep yang dilakukan oleh siswa pada materi tersebut seperti siswa belum mampu membedakan antara fungsi dan bukan fungsi yang dinyatakan kedalam bentuk diagram panah dan berbagai bentuk lainnya, begitu pula dengan materi relasi masih terdapat kesalahan dalam pemahaman konsep yang dilakukan oleh siswa berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh guru mata pelajaran.

. Pembelajaran matematika saat ini sangat dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif, dengan berpikir kreatif siswa dapat menggunakan beberapa cara dalam penyelesaian. Berdasarkan hal tersebut dalam mempelajari dan memahami materi relasi dan fungsi diperlukan proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Berpikir kreatif dijadikan sebagai suatu proses yang digunakan untuk memunculkan suatu gagasan yang berbeda dari gagasan yang lain, dengan kata lain dapat memunculkan suatu ide baru. Proses berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallas masih dapat dikembangkan untuk mengetahui berpikir kreatif siswa. Model wallas terdiri dari empat tahapan yaitu (1) persiapan, (2) Inkubasi, (3) Iluminasi, (4) verifikasi.

Pada tahap persiapan hal yang dilakukan yaitu mempersiapkan diri untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber- sumber yang valid atau relevan. Pada tahap inkubasi, melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan ide itu muncul dengan kata lain kita merasa seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah yang akan dihadapi. Tahap ini sangat berguna yang dapat dijadikan sebagai awal proses timbulnya ide. Tahap iluminasi, setelah berpikir kita sudah mendapatkan ide dari suatu permasalahan yang

(18)

dihadapi diikuti dengan munculnya inspirasi/gagasan baru. Tahap verifikasi, hal yang sangat penting dilakukan adalah memeriksa kembali jawaban yang telah kita kerjakan atau menguji jawaban kembali dengan seksama, pemikiran kritis dang kreatif sangat dibutuhkan (Sari, 2017).

Bersumber dari permasalahan tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Proses Berpikir Kreatif Model Wallas dalam Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar”. Dengan adanya penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi guru untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu: bagaimana proses berpikir kreatif model wallas dalam memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu: mengetahui proses berpikir kreatif model wallas dalam memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai referensi untuk perbaikan kedepannya, dan digunakan melihat proses berpikir kreatif siswa berdasarkan gender.

(19)

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai referensi dalam, proses pembelajaran khususnya materi relasi dan fungsi, dan mengevaluasi kekurangan apa yang kurang saat proses pembelajaran.

3. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai patokan kekurangan dan kelebihan yang mereka lakukan pada saat mengerjakan soal sehingga dapat diperbaiki kedepannya.

4. Bagi Peneliti berikutnya, dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan proses berpikir kreatif siswa baik pada mata pelajaran yang sama maupun berbeda.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif yaitu suatu proses yang digunakan seseorang untuk mencari atau memunculkan suatu ide baru, hal tersebut dapat dijadikan sebagai gabungan dari ide sebelumnya yang tidak pernah dimunculkan. Definisi tersebut lebih difokuskan pada proses individu yang berusaha memunculkan ide baru itu yang masih terdapat pada pemikiran seseorang. Mempertimbangkan masalah serupa yang sering dihadapi menjadi salah satu langkah dalam merumuskan suatu penyelesaian yang kreatif. Pengertian tersebut ditandai dengan adanya ide yang berbeda dari sebelumnya yang dihasilkan dari proses berpikir kreatif. Dalam proses berpikir kreatif terdapat yang namanya pemecahan masalah dan pengajuan masalah yang dapat meningkatkan kreatif siswa melalui dimensi kreativitas yaitu kefasihan, kebaruan, dan fleksibilitas.

Tabel 2.1 Indikator Proses Berpikir

Pemecahan Masalah Indikator

bermacam-macam solusi dan jawaban Siswa dalam melakukan menyelesaikan masalah

Kefasihan

Terdapat cara lain dalam pemecahan masalah bukan Cuma satu

fleksibilitas Melakukan pengujian secara seksama atau

memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan dengan berbagai metode penyelesaian

Kebaruan

7

(21)

Indikator proses berpikir tersebut terdapat tiga yaitu, kefasihan dapat didefinisikan sebgai beragamnya cara dalam memecahkan masalah yang dikerjakan oleh siswa dengan jawaban benar. Dua jawaban atau lebih belum tentu hasilnya memilki keberagaman, fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda, kebaruan diartikan sebagai kemampuan dalam menjawab permasalahan dengan beberapa jawaban berbeda yang bernilai benar, selain itu juga bisa satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa yang lain (Nur‟aini, 2013).

Setiap siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda dan juga pola pikir yang berbeda pula, daya imajinasi setiap individu, dan hasil karya yang dibuatkan tidak akan memiliki kesamaan. Untuk mengetahui perbedaan tingkat berpikir tersebut perlu adanya tingkatan proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh siswa seperti tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Tingkatan Berpikir Kreatif

Tingkat Karakteristik

Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan

Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas atau kefasihan dan fleksibilitas

Tingkat 2 ( Cukup Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan atau fleksibilitas

Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya mampu menunjukkan

(22)

kefasihan

Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga indikator kreatif.

Berpikir kreatif dapat dijadikan sebagai suatu proses yang digunakan seorang individu untuk mendapatkan atau memunculkan suatu ide yang berbeda dengan yang lain/ide baru, selain itu dapat dipandang sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang dalam memanfaatkan akalnya untuk menghasilkan ide baru dari proses pemikiran yang telah dilalui yang berisi ide, konsep, pengalaman, dan juga pengetahuan. Pada dasarnya berpikir kreatif mengacu pada proses yang menghasilkan suatu produk kreatif dikatakan sebagai inovasi yang diperoleh dari suatu kegiatan yang berdasarkan pada tujuan tertentu.

Bukan hanya itu proses berpikir kreatif ini memenuhi kebaruan sehingga individu dapat dikatakan kreatif dengan menciptakan sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya menurut Weisberg (Siswono, 2016) .

. Beberapa alasan perlunya pembelajaran matematika menekankan pada berpikir kreatif dalam pelajaran matematika, antara lain: (1) pendidik dapat melihat peran siswa dalam menciptakan ide-ide yang kreatif, sehingga ide yang didapatkan dapat ditransformasikan ke peserta didik yang lain untuk belajar, (2) peserta didik dapat menemukan penyelesaian yang original saat memecahkan masalah, sehingga memberikan kepuasan tersendiri dari dalam diri individu, (3) matematika suatu pengetahuan yang kompleks dan luas sehingga tidak cukup diajarkan dengan hafalan, (4) menemukan sesuatu yang asli/original

(23)

memerlukan proses, pemikiran mendalam dan ketekunan, kritis, dan pantang menyerah, seperti membuat pembuktian dari menemukan teorema-teorema merupakan suatu kepuasan tersendiri yang didapatkan oleh individu, (5) potensi peserta didik untuk berpikir kreatif dalam semua hal, termasuk matematika yang merupakan ilmu tentang aktivitas manusia (Siswono, 2016).

Berdasarkan pemaparan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun, menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu kefasihan, beragamnya cara dalam memecahkan masalah yang dikerjakan oleh siswa dengan jawaban benar. Fleksibilitas, kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Dan kebaruan kemampuan dalam menjawab permasalahan dengan beberapa jawaban berbeda yang bernilai benar, selain itu juga bisa satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa yang lain.

2. Model Wallas

Terdapat beberapa indikator dalam proses berpikir kreatif model wallas yaitu pada tahap persiapan, disini siswa mempersiapkan dirinya untuk memecahkan masalah yang diberikan, hal yang biasa dilakukan yaitu, membuka buku, bertanya kepada guru atau temannya, mengingat materi sebelumnya yang pernah diajarkan oleh guru. Tahap inkubasi, melakukan berbagai aktivitas untuk mencari suatu inspirasi, misalkan diam, merenung, menopang dagu dan sebagainya. Selain itu siswa membaca soal berkali-kali untuk lebih memahami, mengaitkan materi sebelumnya dengan soal yang

(24)

diberikan. Tahap iluminasi, ide yang sudah didapatkan siswa dapat memaparkannya sebagai suatu penyelesaian. Tahap verifikasi, memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan atau menguji kembali secara seksama untuk mendapatkan jawaban yang benar, mampu menganalisis soal (Paramitha, 2017).

Wallas menyatakan bahwa proses berpikir kreatif meliputi empat tahap yaitu: (1) tahap persiapan, tahap ketika siswa dalam mengidentifikasi masalah atau mencermati masalah, , mengumpulkan data yang relevan untuk penyelesaian masalah, mengaitkan informasi tersebut dengan pengetahuan terdahulu, dan memikirkan alternatif solusi masalah dengan bekal ilmu yang dimiliki, (2) tahap inkubasi yaitu tahap ketika siswa berhenti sejenak untuk memikirkan masalah tersebut secara tidak sadar dan tidak memikirkan masalah yang dihadapi, namun seolah-olah meninggalkan masalah sendirian, bukan berarti siswa tidak berpikir, kegiatan yang dilakukan adalah menunda dalam mengerjakan soal dan memikirkan solusi yang tepat untuk soal tersebut. (3) tahap iluminasi, siswa mampu memberikan dan mengembangkan jawaban dengan menggunakan alternatif yang lain, siswa menemukan ide dan solusi untuk soal yang diberikan. (4) tahap verifikasi, siswa melakukan pengujian kembali untuk meyakinkan dirinya bahwa jawabannya sudah benar atau memeriksa kembali solusi yang ada apakah sudah tepat untuk masalah tersebut atau belum (Hanifah, 2019).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Model wallas terdiri dari 4 tahap antara lain; tahap persiapan, berbagai macam cara

(25)

yang dipersiapkan sebelum memecahkan suatu permasalahan. Tahap inkubasi, melakukan berbagai macam aktivitas atau kegiatan yang dapat mendorong munculnya suatu ide. Tahap iluminasi, menjalankan solusi/ide yang sebelumnya didapatkan dari tahap inkubasi. Tahap verifikasi memeriksa/menguji kembali jawaban yang telah dikerjakan apakah sudah benar atau salah.

3. Kemampuan Matematika

Kemampuan matematika terdapat tiga macam yaitu kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah, kemampuan tersebut dikaitkan dengan konsep-konsep matematika baik dalam materi matematika itu sendiri ataupun konsep matematika dari bidang lainnya. Perbedaan kemampuan matematika sangat berpengaruh terhadap proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang dihadapkan. Selain itu, perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah sejalan dengan kemampuan matematika setiap siswa yang berpengaruh terhadap proses berpikir dalam penyelesaian masalah. Dengan demikian terdapat perbedaan kemampuan matematika yang dimiliki setiap siswa karena proses berpikir siswa pun memiliki perbedaan (Handayani, 2018).

Kemampuan matematika tiap subjek memiliki karakteristik sebagai berikut, subjek berkemampuan tinggi umumnya membaca soal berkali-kali dengan perlahan dan jelas agar mereka mudah memahami untuk menentukan pokok permasalahan dari soal tersebut, dapat mengemukakan apa yang diketahui didalam soal, yang ditanyakan pun dipaparkan dengan jelas dengan

(26)

alasan yang jelas. Setelah selesai pengerjaan subjek menguji kembali/memeriksa jawaban yang telah dikerjakan, membaca kembali soal dan jawabannya secara menyeluruh serta dilakukan secara teliti apakah di jawaban tersebut terdapat kekurangan atau terlewatkan. Subjek berkemampuan sedang membaca soal yang diberikan, namun subjek melewati beberapa kata/kalimat, dapat memaparkan apa yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal secara jelas, subjek memikirkan ide/jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan kemudian memberikan alasan mengapa mengambil ide tersebut, setelah selesai dalam mengerjakan soal subjek sedang kurang meneliti kembali jawaban yang telah dikerjakan, subjek hanya meneliti bagian akhir saja. Subjek berkemampuan rendah pada umumnya tidak teliti pada saat membaca soal dan banyak kata/kalimat yang tertinggal, subjek kurang mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal, setelah itu memikirkan ide penyelesaian yang harus dilakukan yang paling tepat. Biasanya hasil jawaban dari subjek kurang tepat karena subjek tidak memeriksa dan mengujinya kembali, berpikiran apa adanya (Afriansyah, 2017).

Menciptakan/memunculkan permasalahan matematika hal yang sangat penting dalam menyelesaikan masalah matematika, perlu adanya kemampuan berimajinasi kreatif yang dapat dikembangkan ketika terdapat pertanyaan yang baru, memandang pertanyaan, dan membentuk peluang baru dengan sudut pandang yang baru pula, sehingga pengajuan masalah matematika merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran yang dianggap penting.

(27)

Kemampuan matematika menjadi bahan/tujuan utama dalam pembelajaran matematika, sebagaimana diketahui bahwa peserta didik yang mampu memahami pengertian dalam matematika, keterampilan yang dimiliki dalam memecahkan persoalan matematika ataupun persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh individu, kemampuan tersebut menjadi prasyarat untuk mendapatkan kemampuan yang lain. Pemahaman tersebut sangat penting dalam memahami konsep matematika. Visi belajar matematika yaitu memahami konsep pemahaman yang diberikan (Herawati, 2016).

Berdasarkan pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemampuan matematis dikatakan sebagai kemampuan mengaitkan konsep- konsep matematika baik antar topik dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya. terdiri dari 3 yaitu kemampuan matematika yang rendah, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika tinggi.

4. Gender

Gender berasal dari bahasa inggris yaitu Genus yang dapat diartikan sebagai jenis atau tipe. Konsep gender memiliki perbedaan dengan jenis kelamin, kata gender dapat dikatakan equivalen dengan seks. Dalam buku William-de Vries dengan judul: gender bukan tabu yang didalamnya terdapat catatan perjalanan kelompok perempuan di Jambi. Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa gender memiliki perbedaan dengan jenis kelamin. Gender merupakan perbedaan fungsi/peran sosial antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh proses sosial dan budaya dengan perjalanan panjang dari

(28)

lingkungan tempat mereka tinggal, sehingga peran tersebut berbeda dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Sedangkan jenis kelamin dapat ditafsirkan sebagai pembagian dua jenis kelamin manusia yang tidak dapat dipertukarkan secara biologis, kodrat, serta ketentuan tuhan (Hilman, 2019).

Gender lebih banyak dibentuk dari persepsi sosial dan budaya mengenai stereotip antara perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat. Gender dan jenis kelamin memiliki perbedaan yaitu pertama berkaitan erat dengan karakter biologis dan fisik tertentu. Para feminisme terdapat kesepakatan bahwa jenis kelamin dan perangkat reproduksi adalah organ biologis yang bersifat alami.

Maskulin dan feminim merupakan identitas kedua yang diambil dari gender, feminim dapat diartikan sebagai hal yang lebih identik dengan perempuan seperti, budi pekerti yang halus, lemah gemulai, selalu mengalah, sedangkan maskulin dapat diartikan sebagai hal yang memiliki kaitan dengan sifat kejantanan, sifat ini identik dengan laki-laki (Asmaret, 2018).

Gender memiliki pengaruh dalam pembelajaran matematika, dengan adanya perbedaan biologis dalam otak laki-laki dan perempuan dapat diketahui melalui observasi dari beberapa peneliti yang mengemukakan bahwa secara umum perempuan lebih unggul dalam bidang bahasa dan juga penulisan, disisi lain laki-laki lebih unggul dalam bidang matematika. Dengan menggunakan beberapa variabel diantaranya kemampuan bawaan, bakat, sikap, motivasi, dan kinerja yang memiliki kemampuan spesial yang lebih baik. Pada umumnya perempuan lebih tertuju pada hal-hal yang bersifat praktis, kongkrit, emosional

(29)

dan juga personal, lain halnya dengan laki-laki lebih tertuju pada hal bersifat abstrak, intelektual, dan juga objektif (Dilla, 2018)

Berdasarkan pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang individu yang memiliki peran dan fungsi sesuai dengan nilai sosial dan budaya yang dibentuk dalam waktu yang cukup lama apabila kita kaitkan dengan kesadaran, kesadaran gender tidak dapat dipahami/dilaksanakan sekaligus oleh masyarakat. Dalam pembelajaran matematika sikap sabar dan ketekunan sangat diperlukan dalam mengubah nilai dan faktor kebiasaan gender karena terdapatnya faktor biologis dalam otak laki-laki dan perempuan yang diketahui melalui observasi.

5. Relasi dan Fungsi

Relasi (hubungan) dari suatu himpunan ke himpunan lain adalah pasangan anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota-anggota himpunan lainnya. Suatu relasi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu dengan diagram panah, diagram Cartesisus, dan himpunan pasangan berurutan. suatu aturan yang menghubungkan elemen-elemen pada himpunan A ke elemen - elemen pada himpunan B. cara menyajikan suatu relasi yaitu penyajian relasi dengan diagram panah, pasangan berurut, Tabel. Relasi antara himpunan A dan B merupakan himpunan yang berisi pasangan terurut yang mengikuti aturan tertentu (Agung, 2018).

Suatu relasi f dari suatu himpunan A ke himpunan B adalah sub himpunan dai A x B. Himpunan {x: (x,y) єf} disebut daerah asal (domain) dari f dan himpunan {y: (x,y) є f} disebut himpunan daerah hasil (range), Invers dari f

(30)

dinotasikan , adalah relasi dari B ke A didefinisikan sebagai = {(y,x):

(x,y) є f}. jika A=B, sebarang sub himpunan dari A x A disebut relasi dalam himpunan A. jika f suatu relasi dan (x,y) є f, dikatakan bahwa x direlasikan oleh f ke y (Mulyani, 2013).

Ada beberapa macam relasi yaitu relasi refleksi, simetri, transitif, ekuivalen, dan invers.

Definisi 1.1. Misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi dari A ke A.

R disebut relasi refleksi jika dan hanya jika untuk setiap x є A berlaku (x,x) є R.

Definisi 1.2. Misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi pada A (dari A ke A). relasi R disebut relasi simetri jika dan hanya jika untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R.

Definisi 1.3. misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi pada A.

relasi R disebut relasi transitif jika dan hanya jika untuk setiap (x,y), (y,z) є R berlaku (x,z) є R.

Definisi 1.4. Misalkan A suatu himpunan, R suatu relasi pada A. relasi R disebut relasi ekuivalen jika dan hanya jika R adalah relasi refleksi, simetri, dan transitif.

Definisi 1.5. Misalkan A, B dua himpunan, dan R relasi dari A ke B. relasi invers dari R yang ditulis dengan adalah {(x,y)(y,x) є R}.

Sedangkan Definisi fungsi, Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong.

Fungsi dari A ke B adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. Adapun aturannya yaitu Setiap anggota A harus habis

(31)

terpasang dengan anggota B, Tidak boleh membentuk cabang. Selain itu, misalkan A dan B merupakan suatu fungsi f dari A ke B merupakan sebuah aturan yang mengaitkan tepat satu unsur di B untuk setiap unsur di A. kita dapat menuliskan f(a) = b, jika b merupakan unsur di B yang dikaitkan oleh f untuk suatu a di A. ini berarti bahwa jika f(a) = b dan f(a) = c maka b = c (Ardian, 2018).

Misalkan X dan Y dua himpunan tak kosong, maka fungsi atau pemetaan dari X dan Y adalah suatu korespondensi yang menghubungkan setiap elemen x dari X, suatu elemen dinyatakan oleh f(x) dari Y dan ditulis: f: X Y, yang berarti bahwa f adalah pemetaan dari X ke Y. elemen f(x) dari Y terhubung dengan elemen x dari X disebut image dari x atau bayangan dari x, sedangkan x disebut pre-image dari f(x) (Mulyani, 2013).

macam-macam fungsi terdiri dari fungsi kepada, fungsi satu-satu, fungsi bijektif.

Definisi 1.1. Misalkan f fungsi dari himpunan A ke himpunan B. fungsi ini disebut fungsi A kepada B (disingkat fungsi kepada) jika dan hanya jika setiap y є B ada x є A sehingga y= f(x).

Definisi 1.2. Misalkan f fungsi dari himpunan A ke himpunan B, fungsi ini disebut fungsi satu-satu dari A ke B jika dan hanya jika untuk setiap x, y єA, jika x y maka f(x) f(y).

(32)

Teorema Fungsi, Misalkan f fungsi dari A ke B, pernyataan x, y A, jika x y maka f(x) f(y) ekuivalen dengan pernyataan x, y A jika f(x) = f(y) maka x = y.

Bukti: Andaikan berlaku x,y A jika f(x) = f(y) maka x = y. kita andaikan lagi bahwa x,y A, jika x y maka f(x) f(y) tidak berlaku. Artinya x, y A dengan x y dan f(x) = f(y). Jika f(x) = f(y) maka x = y. hal ini bertentangan dengan pernyataan x,y A dengan x y dan f(x) = f(y) . maka itu, pengandaian bahwa x,y A dengan x y maka f(x) = f(y) bernilai salah. Artinya x,y A jika x y maka f(x) f(y) bernilai benar (Rasmedi, 2013).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa relasi merupakan pasangan anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota-anggota himpunan lainnya. Sedangkan fungsi merupakan relasi yang menghubungkan antara anggota-anggota himpunan yang satu (domain) dengan yang lainnya dengan tepat satu anggota (Kodomain).

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) menunjukkan bahwa proses berpikir kreatif siswa yang berkemampuan tinggi memiliki karakteristik secara umum antara lain: tahap persiapan, sebelum mengerjakan suatu permasalahan terlebih dahulu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, tahap inkubasi, sudah berusaha untuk memikirkan ide/solusi dalam penyelesaian dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Tahap iluminasi, setelah memikirkan ide, disini siswa mengerjakan ide yang telah didapatkan. Tahap

(33)

verifikasi, memeriksa/menguji kembali jawaban yang telah dikerjakan sebelum mengambil suatu kesimpulan. Proses berpikir kreatif siswa dengan kemampuan sedang memiliki karakteristik secara umum diantaranya: tahap persiapam, mencoba untuk memahami suatu permasalahan akan tetapi kurang memahami data/informasi yang diberikan. Tahap inkubasi, siswa melakukan kegiatan/aktivitas yang dapat menimbulkan/memunculkan suatu solusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Tahap iluminasi, ide/solusi yang didapatkan kemudian dikerjakan untuk memecahkan permasalahan. Tahap verifikasi, siswa seringkali memeriksa dan juga sering tidak menguji kembali solusi yang didapatkan. Kemampuan rendah dalam proses berpikir kreatif terdapat karakteristik antara lain: tahap persiapan, kurang memahami data/informasi yang diberikan. Tahap inkubasi, dalam penemuan ide/solusi menggunakan waktu yang lama. Tahap verifikasi, tidak memeriksa kembali jawaban yang telah dituliskan

Hasil penelitian yang dilakukan Hendriyati (2017) menunjukkan bahwa proses berpikir kreatif antara laki-laki dan perempuan itu memiliki perbedaan.

Pada umumnya, siswa laki-laki pada tahap persiapan dapat memahami konsep, diketahui dan ditanyakan dituliskan dengan baik dan benar, akan tetapi disisi lain laki-laki dalam penyusunan kata-kata lebih cenderung merasa kesulitan ketika menggunakan bahasa sendiri. Laki-laki cenderung diam atau merenung pada tahap inkubasi. Tahap iluminasi, penyelesaiannya lancar dan benar akan tetapi hanya mendapatkan satu ide saja. Lain halnya dengan perempuan pada tahap persiapan, memahami konsep dengan baik, diketahui dan ditanyakan dituliskan dengan benar, pada saat menyampaikan apa yang dimaksud dalam soal siswa perempuan lancar

(34)

memaparkan dengan menggunakan bahasa sendiri. Pada umumnya, kertas penuh coretan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Menggunakan waktu yang lama dalam memikirkan solusi suatu permasalahan.

Hasil penelitian yang dilakukan Setiawani (2017) Menunjukkan bahwa proses berpikir kreatif siswa dengan objek penelitian di SMKN 5 Jember proses berpikir kreatif siswa berbeda-beda. Tahap persiapan, terdapat 7 subjek yang menuliskan informasi diketahui/ditanyakan dengan tepat, cermat, dan lebih lengkap. Terdapat 1 subjek siswa dalam pemaparan informasi kurang tepat dalam menuliskan diketahui/ditanyakan dengan alasan kurang memahami maksud dari permasalahan. Tahap inkubasi, terdapat 7 subjek mengerjakan soal no 1 dan 2, akan tetapi 1 subjek tidak dapat mengerjakan soal tersebut dikarenakan adanya waktu yang dibatasi. Tahap iluminasi, mendapatkan beberapa solusi/alternatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan benar. Tahap verifikasi, subjek melakukan uji coba kembali atau memeriksa secara seksama penyelesaian yang telah dituliskan.

C. Kerangka Pikir

Mengerjakan soal relasi dan fungsi dengan beragam cara merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan proses berpikir kreatif.

Dengan berpandu pada proses berpikir model wallas yang terdapat 4 tahap yaitu;

persiapan/preparasi, inkubasi, iluminasi, dan juga verifikasi. Selain itu, terdapat perbedaan hasil tes relasi dan fungsi antara laki-laki dan perempuan dalam proses berpikir kreatif siswa. Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara untuk mengetahui hasil tes relasi dan fungsi yang kemudian dianalisis guna mengetahui

(35)

proses berpikir siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan yang memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan proses berpikir kreatif model Wallas, peneliti membuat indikator yang akan digunakan untuk meneliti agar penelitian lebih fokus dan terarah, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Pedoman Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam Mengerjakan Tes

Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas

Tahapan Proses Berpikir Kreatif

Tahap Persiapan 1. Siswa mengumpulkan informasi/data untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara yaitu:

a. Membuka buku

b. Siswa mengingat-ingat pelajaran yang diajarkan

2. Siswa menjajagi beberapa kemungkinan cara dalam penyelesaian masalah

Siswa mampu menganalisis soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan

Tahap Inkubasi Siswa mencari inspirasi dengan melakukan berbagai aktivitas seperti:

1. Siswa diam sejenak merenung 2. Siswa membaca soal berkali-kali

3. Siswa mengaitkan soal dengan materi yang sudah didapatkan

Tahap Iluminasi 1. Siswa mendapat ide

2. Siswa akan menyampaikan beberapa ide yang akan digunakan sebagai penyelesaian

3. Siswa akan menunjukkan ide-idenya untuk mendapatkan jawaban yang benar Tahap Verifikasi 1. Siswa mampu mengerjakan soal dengan

benar, sistematis dengan banyak cara 2. Siswa memeriksa kembali jawabannya

dan mencari cara lain untuk menyelesaikannya

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alami (Kamaria, 2016). Penelitian ini berupaya untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan proses berpikir kreatif siswa yang berpandu pada model wallas materi relasi dan fungsi dengan menghubungkan perspektif gender di SMPN 26 Makassar.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan untuk menganalisis proses berpikir kreatif siswa dengan model Wallas dalam mengerjakan tes relasi dan fungsi serta memberikan solusi alternatif model pembelajaran agar proses berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan. Proses berpikir kreatif menggunakan tahapan Wallas yang terdiri dari proses kreatif meliputi 4 tahap antara lain; (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 26 Makassar, dan subjek penelitian ini yaitu kelas VIII yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Subjek ini diambil berdasarkan hasil tes dengan tidak dilakukan secara bersamaan dikarenakan harus mengikuti protokol kesehatan, untuk memutuskan rantai penyebaran COVID-19. Subjek perempuan dan laki-laki masing-masing 1

23

(37)

siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah keseluruhan siswa yang akan di wawancara ada 6 siswa. Kategori nilai berdasarkan hasil tes dapat diri dirinci pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Rentang Nilai Rentang Nilai Klasifikasi

Tinggi

56 Sedang

rendah

Sumber: Depdiknas (Kamariah, 2016) D. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat 3 tahapan antara lain; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan Tahap akhir.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu: (1) penyusunan proposal penelitian, (2) pengurusan surat izin penelitian, (3) meminta persetujuan dari pihak sekolah untuk dapat melakukan penelitian, (4) melakukan observasi di kelas VIII, (5) menyusun instrumen penelitian yang divalidasi oleh dosen pembimbing, (6) seminar proposal penelitian, (7) merevisi proposal dan instrumen penelitian, (8) memvalidasi proposal dan instrumen penelitian pada tiga orang validator yaitu dua dosen pendidikan matematika dan satu orang kepala laboratorium pembelajaran matematika, 2. Tahap pelaksanaan

(38)

Tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu; (1) melakukan uji coba instrumen penelitian di kelas VIII SMPN 26 Makassar, (2) menganalisis hasil tes untuk penentuan subjek, (3) menentukan subjek penelitian dengan mengambil 6 orang siswa, (4) melakukan wawancara pada subjek yang telah dipilih.

3. Tahap akhir

Tahap akhir yang dilakukan peneliti yaitu: mengolah data hasil penelitian kemudian melakukan penyusunan laporan penelitian yang berisikan hasil dan pembahasan penelitian serta kesimpulan dan saran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan ada dua yaitu: instrumen utama dengan kata lain peneliti itu sendiri, instrumen pendukung berupa tes materi relasi dan fungsi, dan pedoman wawancara dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Tes dapat dijadikan sebagai penentuan subjek yang berkemampuan matematika dengan tiga klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan memperhatikan perspektif gender.

2. Pedoman wawancara dijadikan sebagai alat untuk memandu saat melakukan wawancara pada ke 6 subjek tersebut, yang berisikan pertanyaan yang tidak terstruktur dengan kata lain bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kondisi

(39)

yang natural, sumber data dilakukan secara primer yaitu informasi didapatkan secara langsung dari subjek. Teknik ini lebih sering didapatkan pada saat observasi, dan wawancara. Adapun teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi

peneliti melakukan pengamatan di Sekolah SMPN 26 Makassar sebelum melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di kelas VIII pada materi relasi dan fungsi.

2. Tes Siswa Berkemampuan Tinggi, sedang, dan rendah

Tes kemampuan yang dibuat oleh peneliti terdapat 6 soal yang harus di kerjakan oleh subjek penelitian untuk mengetahui siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara berpikir kreatif subjek penelitian dengan berpandu model wallas pada setiap gender. Peneliti melakukan wawancara dengan melihat hasil tes dari setiap subjek kemudian mengikuti tahapan wallas yang dimulai sebelum mengerjakan tes sampai pada tahap verifikasi jawaban.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah proses pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan mengelompokkan data kedalam tiga klasifikasi, selain itu menjabarkan tiap klasifikasi dari subjek. Data yang dianggap penting dianalisis sedangkan data yang dianggap kurang penting dapat dibuang dengan

(40)

kata lain memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan untuk lebih mudah dipahami oleh peneliti.

Miles dan Huberman (Emzir, 2010) berpendapat bahwa terdiri dari 3 macam kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data kualitatif yaitu:

1. Data Reduction

Reduksi data yaitu data yang didapatkan dari hasil penelitian dilapangan jumlahnya yang begitu banyak, berdasarkan hal tersebut perlu adanya perincian dengan teliti. Mereduksi data artinya membuat suatu rangkuman pada hal yang pokok saja dan tidak mengambil data yang tidak penting. Data yang diambil dari hasil reduksi data akan memberikan keterangan yang jelas, sehingga peneliti mudah untuk melakukan langkah berikutnya. Dalam proses berpikir sangat dibutuhkan kecerdasan yang luas serta wawasan yang tinggi harus dilakukan secara mendalam. Dalam tahap ini peneliti memiliki yang namanya panduan dengan tujuan yang akan dicapai 2. Penyajian Data

Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu:

a. menyajikan hasil tes materi relasi dan fungsi

b. menyajikan hasil yang diperoleh pada tahap wawancara 2. Penarikan Kesimpulan

Langkah yang dilakukan untuk lebih memudahkan peneliti menemukan hasil penelitian dengan melakukan penarikan kesimpulan. Pada tahap ini menggunakan dua triangulasi antara lain: (1) triangulasi sumber dilakukan dengan cara memeriksa beberapa sumber dengan hasil data yang telah

(41)

didapatkan oleh peneliti, (2) triangulasi teknik/metode, langkah yang dilakukan oleh peneliti dengan cara melihat sumber yang sama dengan cara yang berbeda.

H. Keabsahan Data

Keabsahan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi untuk pengujian kredibilitas suatu penelitian. Triangulasi teknik/metode merupakan hal yang digunakan oleh peneliti itu sendiri. Triangulasi Teknik/Metode diartikan sebagai penggunaan dokumentasi sebagai data pendukung dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 26 Makassar Kota Makassar, Subjek dikelompokkan berdasarkan gender dan kemampuan memecahkan masalah relasi dan fungsi. Pengelompokan kemampuan matematika berdasarkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah didasarkan pada hasil tes relasi dan fungsi. Pengelompokan kemampuan siswa ini berdasarkan pada data nilai hasil tes dengan materi relasi dan fungsi. Data dari hasil tes tersebut akan dijadikan data awal untuk mengkategorikan siswa menjadi tiga kategori yaitu kategori siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan matematika siswa akan disesuaikan acuan kriteria skor yang sudah dibuat yaitu penilaian acuan patokan.

Adapun kriteria kemampuan matematika siswa adalah sebagai berikut, Tabel 4.1 Hasil Tes Subjek

No Nama Siswa

Nilai (Skala

100)

Tingkat Prestasi Siswa

1. AM 73 Tinggi

2. AF 73 Tinggi

3. NK 74 Tinggi

4. AS 90 Tinggi

5. AR 91 Tinggi

6. HF 57 Sedang

7. NI 57 sedang

8. NT 61 sedang

9. AK 70 sedang

10. NW 65 sedang

11. MM 58 sedang

12. RI 58 sedang

29

(43)

13. Na 64 sedang

14. MR 69 sedang

16. SH 39 rendah

18. MF 50 rendah

19. Ri 20 rendah

20. MS 54 rendah

21. MZ 53 rendah

22. AS 20 rendah

1. Kategori siswa berkemampuan tinggi, yaitu siswa yang mempunyai nilai lebih besar atau sama dengan 71.

2. Kategori siswa berkemampuan sedang, yaitu siswa yang mempunyai nilai diantara 55 sampai 71.

3. Kategori siswa berkemampuan rendah, yaitu siswa yang mempunyai nilai kurang dari atau sama dengan 55.

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Tes Berpikir Kreatif Model Wallas

Kategori Interval Frekuensi

Tinggi x 5

Sedang 56 x 70 9

Rendah x 55 6

Jumlah 20

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa dari 3 Kategori tersebut, siswa akan dikelompokkan lagi berdasarkan gender yaitu perempuan dan laki-laki.

Dari pengelompokan berdasarkan gender didapatkan 3 siswa perempuan dan 3 orang siswa laki-laki, secara spesifik 1 orang siswa perempuan berkemampuan tinggi, 1 orang siswa berkemampuan sedang, dan 1 orang siswa berkemampuan

(44)

rendah, dan juga 1 orang siswa laki-laki berkemampuan tinggi, 1 orang siswa berkemampuan sedang, dan 1 orang berkemampuan rendah dengan jumlah siswa seperti yang tercantum dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gender dan Kemampuan Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi.

Kemampuan Matematika

Laki-laki Perempuan

Tinggi LBT no. urut 5 PBT no. urut 4

Sedang LBS no. urut 14 PBS no. urut 13

Rendah LBR no. urut 22 PBR no. urut 16

Pada penelitian ini, siswa yang ada pada tabel 4.3 yang akan dilakukan wawancara untuk mengetahui tahap berpikir kreatif berpandu pada model wallas. Adapun pemaparan mengenai tabel 4.3 sebagai berikut;

a. LBT, bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan tinggi.

b. LBS bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan sedang.

c. LBR bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan rendah.

d. PBT bergender perempuan. bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan tinggi.

e. PBS bergender perempuan. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan sedang.

(45)

f. PBR bergender perempuan. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa berkemampuan rendah.

Pada penelitian ini, siswa yang sudah dipilih selanjutnya diwawancarai guna mengetahui proses berpikir kreatif siswa menurut model Wallas. Subjek penelitian yang terpilih bukan hanya peneliti yang menentukan tetapi juga dengan pertimbangan guru mata pelajaran matematika, karena penelitian ini bertujuan mengetahui proses berpikir kreatif siswa berdasarkan gender dan kemampuan memecahkan masalah relasi dan fungsi.

1. Pedoman Analisis Proses Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam Memecahkan Masalah Relasi dan fungsi

Tabel 4.4 Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Tahap Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa

dalam Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi Persiapan Siswa mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah

dengan dengan cara mengumpulkan sumber yang relevan dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya.

a. Siswa memahami informasi awal pada soal yang diberikan, meliputi:

1) Siswa menuliskan yang diketahui dan ditanyakan 2) Siswa memahami apa yang ditanyakan dalam soal 3) Siswa mengetahui syarat-syarat yang harus

dipenuhi yang nantinya diperlukan untuk menyelesaikan soal

b. Siswa dapat mengaitkan informasi yang didapatkan dengan materi yang telah didapatkan dari guru atau membuka buku sebelum mengerjakan tes.

Inkubasi Siswa memikirkan langkah pengerjaan soal relasi dan fungsi dengan berbagai cara seperti berikut:

a. Siswa diam sejenak dan selanjutnya memikirkan ide pemecahan masalah relasi dan fungsi.

b. Siswa melakukan hal seperti merenung, menggigit pulpen, menopang dagu, dan lain sebagainya.

c. Siswa mengaitkan informasi pada soal dengan materi

(46)

yang sudah pernah diperoleh dari guru maupun belajar sendiri.

Iluminasi Siswa mendapatkan pemecahan masalah relasi dan fungsi, setelah memikirkan langkah penyelesaian;

Setelah mendapatkan ide penyelesaian siswa akan menjalankan ide-ide untuk mendapatkan jawaban yang benar.

Verifikasi Siswa menguji dan memeriksa kembali pemecahan masalah terhadap realitas. Pada tahap ini,

a. Siswa memeriksa jawaban yang didapatkan apakah sudah benar dan sesuai pertanyaan pada soal.

b. Siswa menemukan ide lain untuk menyelesaikan masalah pada soal.

a) Data Siswa Laki-laki Berkemampuan Tinggi (LBT)

Gambar 1. Jawaban Siswa LBT 1. Tahap Persiapan

P: “ apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan soal?”

LBT: “ yang saya lakukan pertama, membuka buku, ehh mengingat materi yang pernah diajarkan oleh guru”

P:”apakah kamu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?”

(47)

LBT: iy kak, saya terlebih dahulu menulis diketahui baru ditanyakan setelah itu baru saya kerjakan jawabannya kak”

P:”apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal no.4 dek?”

LBT:”yang diketahui itu kak fungsi x sama dengan –x kuadrat kurang enam x ditambah tujuh, kemudian daerah hasilnya kak himpunan bilangan bulat yaitu {..,-2,-1,0,1,2,..} kemudian yang ditanyakan nilai terbesar dari fungsi f (x)”

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Subjek LBT menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu fungsi x sama dengan –x kuadrat kurang enam x ditambah tujuh, kemudian daerah hasilnya kak himpunan bilangan bulat yaitu {..,-2,-1,0,1,2,..} kemudian yang ditanyakan nilai terbesar dari fungsi f (x). Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan Subjek LBT memahami informasi awal pada soal yang diberikan dengan baik.

Subjek LBT mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan materi relasi dan fungsi. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBT dapat mengaitkan informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah diperoleh dengan baik.

2. Tahap Inkubasi

P:”selama kamu pikirkan caranya dan belum dapat ide, apa yang kamu lakukan?

LBT:”ya, saya berusaha ingat kembali kak materi relasi dan fungsi”

P:” ya sebelum dapat ide mencari jawabannya, apa pas habis baca soal atau saat yang lain gitu?”

LBT:”emm, sebelum dapat ide kak, saya mikir-mikir sambil menggigit pulpen, heheh”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan inkubasi ini Subjek LBT berhenti sejenak dan membaca buku dalam pengerjaannya, sebelum berpikir untuk mencari penyelesaian masalah, Dalam proses itu Subjek LBT mampu mengaitkan pengetahuan yang pernah dia

(48)

dapatkan yaitu tentang relasi dan fungsi. Selain itu, dalam proses berpikir sejenak yang Subjek LBT lakukan salah satunya adalah mengaitkan materi yang pernah didapatkannya yaitu materi relasi dan fungsi.

3. Tahap Iluminasi

P:” apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan soal yang telah diberikan?”

LBT:” iye kak, setelah saya pikir-pikir tadi saya sudah punya ide untuk menyelesaikan soal ”

P:” terus ide yang adek dapat ada berapa itu?”

LBT:” untuk no. 4 dan no.6 saya punya 2 ide tapi cuma satu ide yang saya tulis seperti pada lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban) untuk no. 4 bagian b itu jawabannya dapat ditulis kembali jawaban a kemudian didapatkan nilai f(x) yang memenuhi lebih dari -1, kemudian ide yang saya tulis langsung singkat saja seperti jawaban yang saya tulis di lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban), untuk no.6 itu ada dua langkah yang bisa dilakukan yaitu secara eliminasi dan juga dapat dilakukan secara subtitusi”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa Subjek LBT mendapatkan 2 ide untuk menyelesaikan permasalahan pada soal no. 4 dan juga no.6. Subjek LBT dapat menjalankan idenya dengan baik sehingga proses pengerjaannya menghasilkan jawaban yang benar pada setiap idenya.

4. Tahap verifikasi

P:”setelah selesai mengerjakan dan menjalankan semua ideta , untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan beberapa ide, apa kamu sudah periksa kembali semua jawabanmta?”

LBT:”sudah kak”

P:”sudah yakin semuanya sudah Benar tidak dek”?

LBT:”emm, iye kak, Saya sudah merasa yakin dengan jawabanku kak”

Hasil wawancara menunjukkan bahwa Subjek LBT memeriksa kembali jawaban yang sudah didapatkannya. Namun Subjek LBT tidak

(49)

menemukan kesalahan. Hal ini dikarenakan Subjek LBT melakukan perbaikan langsung saat pengerjaan. Pada tahap ini Subjek LBT tidak mencoba mencari cara lain untuk menyelesaikan permasalahan pada soal.

1) Indikator Berpikir Kreatif a) Kefasihan

Berdasarkan dari hasil wawancara tertulis dan wawancara dengan subjek LBT dapat dianalisa bahwa subjek LBT mampu menyelesaikan pemecahan masalah dengan beberapa alternatif cara penyelesaiannya.

b) Kebaruan

Subjek LBT belum memenuhi aspek kebaruan ini dapat dilihat pada proses pengerjaan masih menggunakan proses penyelesaian yang secara umum, belum menggunakan proses penyelesaian yang berbeda dengan yang lainnya.

c) Fleksibilitas

Penjelasan mengenai aspek fleksibilitas terdapat pada penjabaran aspek kefasihan. Pada penjabaran tersebut, subjek LBT mampu menjabarkan dua idenya dengan baik, maka memenuhi indikator fleksibilitas.

2) Deskripsi subjek LBT

Proses berpikir kreatif model wallas subjek LBT dalam menyelesaikan masalah relasi dan fungsi, berikut adalah tabel triangulasi data proses berpikir kreatif pada soal relasi dan fungsi:

(50)

Tabel 4.5 Proses berpikir kreatif subjek LBT

Tahap Data Soal

Persiapan Subjek LBT menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa subjek LBT memahami informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek LBT juga mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan materi fungsi kuadrat. Berdasarkan hal tersebut, subjek LBT dapat mengaitkan informasi yang telah diberikan sebelumnya dengan materi relasi dan fungsi. Pada wawancara diatas subjek LBT dapat memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri.

Inkubasi Subjek LBT tidak langsung mendapatkan ide. Subjek berhenti sejenak, membaca mengingat materi dan setelahnya mulai mengaitkan dengan materi lain yang pernah diajarkan.

Iluminsi Subjek LBT mendapatkan dua ide. dalam proses mengerjakan subjek LBT mengerjakan yang lain dengan jawaban yang benar dan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh peneliti.

verifikasi Subjek LBT meriksa kembali jawaban yang telah ia kerjakan selama waktu masih ada yang tersisa.

Tabel 4. 6. Aspek Kreativitas Subjek LBT Indikator Kreatif Soal

1. Kefasihan Memenuhi

2. Kebaruan Memenuhi

(51)

3. Fleksibilitas Memenuhi

Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai berikut:

1. Kefasihan

Subjek LBT dalam menyelesaikan masalah dengan memenuhi indikator kreativitas kefasihan.

2. Kebaruan

Subjek LBT dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas memenuhi indikator kebaruan.

3. Fleksibilitas

Subjek LBT dalam menyelesaikan memenuhi aspek kreativitas fleksibilitas.

Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif subjek LBT dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4. 7. Tingkatan Berpikir Kreatif

Tingkat Karakteristik

Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan

Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas atau kefasihandan fleksibilitas Tingkat 2 ( Cukup Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa

mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan

(52)

atau fleksibilitas

Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya mampu menunjukkan kefasihan

Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga indikator kreatif.

b. Data Siswa Laki-laki Berkemampuan Sedang (LBS)

Gambar 2. Laki-laki Berkemampuan Sedang (LBS) 1) Tahap persiapan

Berikut adalah hasil wawancara untuk mengkonfirmasi hasil tertulis dari Subjek LBS guna mengungkap tahap persiapan:

P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?

LBS:”yang saya lakukan sebelumnya kak membaca buku baru saya mengingat kembali materi yang diajarkan sama ibu guru”

P:”Setelah kamu membaca dan mengamati soalnya, apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal ini?”

LBS:”yang diketahui di no. 5 kak f (x) sama dengan m(x) dikurangi dua, baru memetakan empat ke dua kak”

(53)

P : “Trus yang ditanyakan apa?”

LBS: yang ditanyakan itu, ee peta dari lima kak”

P: “Coba jelaskan lagi dengan kata-katamu sendiri tentang soal ini?”

LBS: “diketahui fungsi x sama dengan mx kurang dua memetakan empat kedua artinya fungsi empat dihubungkan kedua kak”

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan Subjek LBS memahami informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek LBS mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan pokok bahasan relasi dan fungsi dari apa yang ditanyakan pada soal yaitu peta dari 5. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBS dapat mengaitkan informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah diperoleh. Pada wawancara di atas Subjek LBS memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri yaitu bahwa diketahui fungsi x sama dengan mx kurang dua memetakan empat kedua artinya fungsi empat dihubungkan kedua kak, ditanyakan peta dari lima maksudnya hubungannya 5, apa. Berdasarkan hasil tersebut Subjek LBS memaparkan apa yang ada, apa saja yang diketahui, apa yang ditanyakan serta komentar tambahan mengenai permasalahan pada soal tanpa membaca soal, sehingga Subjek LBS dikatakan dapat mengutarakan soal dengan bahasanya sendiri dengan baik.

2) Tahap Inkubasi

P : “Habis baca soalnya kamu langsung dapet ide ga?Pake cara apa?”

LBS : “Ya mikir dulu lah kak, sempet pusing juga tadi kak.”

P: “Apa yang kamu pikirin? “

LBS: “Ya karena ini kayak masuk materi relasi dan fungsi ya mikirnya tak hubung-hubungin mesti ya pakekan rumus-rumus yang ada dimateri relasi fungsi kak.”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Proses Berpikir
Tabel 2.2 Tingkatan Berpikir Kreatif
Tabel 2.3 Pedoman Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam  Mengerjakan Tes
Tabel 2.4 Rentang Nilai  Rentang Nilai  Klasifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kota Bandung memiliki perkembangan desain yang sangat pesat, dapat dilihat dari sekolah desain yang umumnya banyak terdapat di kota bandung. Perancangan desain center ini

The good m anager is aggressive, com petitive, firm and ju st... The lower the score the more androgynous

Justru dari Coedes lah orang yang pertama mempunyai perhatian tentang Sriwijaya dan sekaligus menyebutkan Palembang-lah sebagai pusat dan ibukota Sriwijaya

Sedangkan menurut Simamora (2013) fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang

When he climbed into the Explorer again, Walker asked, “Why are you so interested in the bridge?” “I don’t know what they’re supposed to look like,” Stillman answered. “I’m

Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan YME dapat menjadi rujukan pembentukan karakter bangsa Indonesia, karena pembangunan karakter bangsa terangkum

Peningkatan genetik yang terjadi pada sifat kadar 1,8 cineole dan rendemen minyak menunjukkan bahwa benih unggul hasil program pemuliaan yang dilakukan ini terbukti

Sebetulnya, sebelum itu Kerajaan Induk Nuswantara yang dipimpin oleh Sang Maha Prabu Gunung bernama Kerajaan Gilingwesi, atas suatu peristiwa dari sebuah keputusan yang dibuat