• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. "Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Djakarta. Lembaga Kebudayaan Indonesia 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. "Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Djakarta. Lembaga Kebudayaan Indonesia 5"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Museum Nasional memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia. Sejak berdiri pada tanggal 24 April 1778 yang dengan nama Bataviaasch Genovtschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda atas persetujuan dari Raja Willem III (Gedenkboek 1878 : XVI)1. Tujuan BG adalah menganalisa semua aspek kebudayaan di Indonesia pada masa itu.

Ruang lingkup BG saat itu cenderung sangat luas antara lain pengetahuan alam, etnografi, sejarah, naskah, dan kesusatraan, pertanian dan pengobatan. Hasil dari penelitian BG tetap dipublikasikan dengan adanya artikel dan jurnal yang dimuat di Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (VBG)2 dan Tijdschrift voor Indische taal-land en volkenkunde (TBG)3. Selain kedua Jurnal tersebut BG juga membuat laporan kegiatan administrative dalam Notulen van BG (NBG).

Memasuki pasca kemerdekaan BG masih melakukan Tugasnya hingga pada tahun 1950 digantikan namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Nasional (N.N 1950)4. Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan ini dibubarkan dan digantikan menjadi Museum Pusat, akan tetapi terjadi perubahan nama kembali menjadi Museum Nasional pada tahun 1979 dan nama ini masih tetap hingga sekarang. Dari waktu kewaktu banyak terjadi perubahan, mulai dari sebagai suatu lembaga kebudayaan ini hanya tinggal museumnya saja (Haridati 2014, 11)5.

Kegiatan pameran museum sudah ada sejak tahun 1779 yang awalnya dibuka untuk umum seminggu sekali menjadi dua kali dalam seminggu. Ketika gedung Museum sudah pindah ke Koningsplein West (jalan merdeka Barat) ruang pameran sudah semakin luas akan tetapi konsep

1 Mr T.H. Der Kinderen. (1878). “Gedenkboek” . Batavia: Ernst & Co

“Dalam peringatan 100 tahun berdirinya Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang di resmian oleh Raja willem III”

2 VBG terbit sejak 1779-1950

3 TBG terbit sejak 1853-1952

4 (N.N.). 1950. Laporan Lembaga Kebudayaan Indonesia: Rapat Direksi Lembaga Kebudayaan Indonesia

"Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Djakarta. Lembaga Kebudayaan Indonesia

5 Hardiati, ES, Dkk. 2014. Potret Museum Nasional Indonesia Dulu Kini dan Akan Datang. Jakarta.

Museum Nasional Indonesia

(2)

2 museum masih sederhana dan alur ceritanya belum jelas. Hingga, memasuki tahun 1910-1930 ruang pameran dan alur cerita sudah jauh lebih baik. Ruang-ruang dalam pameran sudah terbagi khusus, seperti Ruang arkeologi, etnografi, Prasejarah, dan Numismatik (NOT 1910, 62)6..

Dari waktu ke waktu penataan ruang pameran di Museum nasional mengalami banyak perubahan. Tidak hanya sekedar memajang koleksi tapi juga memperhatikan ekstetika, keamanan, kenyamanan, tata lampu (lighting), dan yang terpenting alur cerita dari koleksi- koleksi. Dengan kata lain penataan alur cerita (Story line) tentunya diperlukan agar konsep yang dipaparkan oleh museum terlihat jelas dan tidak hanya sekedar sebagai gudang koleksi seperti sudut pandang orang-orang kala itu. Keterlibatan beberapa disiplin ilmu dan bidang yang terdapat di Museum Nasional sangat membantu dalam terciptanya storyline yang baik. Untuk itu pata tulisan ini akan membahas tentang bagaimana penyusunan storyline Museum Nasional dan keterlibatan SDM di Museum dalam membangun storyline.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bentuk tata ruang pada masing-masing ruang pamer Koleksi Museum Nasional?

2. Apa saja Tema yang di bawa dari setiap ruang pamer koleksi untuk menciptakan alur cerita (Storyline) Museum?

3. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan Alur Cerita Museum?

1.3. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Profil dari setiap ruangan yang ada di Museum Nasional

2. Mengetahui Tema yang dibuat Museum Nasional pada setiap ruangan sudah menciptakan alur cerita yang di sampaikan museum

3. Mengetahui sampai sejauh mana Keterlibatan SDM yang ada di Museum terhadap penyusunan alur cerita.

6 (N.N). 1910 “Notulen Van de Algemeene er Directivergandering van het Bataviaasch Genootschaap van Kunsten en wetenchappen”, Batavia, G.Kolff and Co.

“De Belangen van’s Genootscahps erzamelingen worden in den steun van II. H. laden beleefdelijk aanbevolen, te weten:

Het Etnegrapisch Museum…”

(3)

3 1.4. Manfaat

1. Memahami profil yang di paparkan museum nasional pada ruangan-ruangan koleksi 2. Memahami alur cerita yang disampaikan Museum kepada pengunjung

3. Menambah wawasan terhadap publik terkhusunya penulis dan masyarakat

1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan dilakukan selama mengikuti kegiatan Magang di Museum Nasional sejak tanggal 15 Juli 2019 – 1 Oktober. Senin-Kamis Pukul 7.30-16.00 WIB dan Jum’at 8.00- 16.30 WIB.

(4)

4 BAB II

KEGIATAN PRA KAJIAN 2.1. Kegiatan Prakajian

Sebelum melakukan pengkajian tentunya harus melakukan pencarian bahan data dari beberapa sumber yaitu studi pustaka. Selain itu tinjauan langsung ke lokasi penelitian menjadi dasar yang kuat untuk melihat kejadin secara langsung. Dengan menggunkanan form kuesioner memperkaya data yang di dapatkan.

2.1.1. Materi Pembelajaran Kajian/Studi Pustaka

Kegiatan pembelajaran kajian/studi pustaka sangatlah penting sebelum melakukan tinjauan lapangan karena hal itu membantu kita mengetahui apa saja yang pernah terjadi pada objek yang kita kaji. Tentunya prioritas yang perlu dijadikan studi pustaka adalah sumber primer kemudian jika tidak menemukan data primer maka digunakan data skunder tersebut.

2.1.2. Survei setiap ruang pamer di Museum Nasional

Selai melakukan kajian pustaka tentunya tinjauan ke lokasi secara langsung sangatlah diperlukan, karena dari tinjauan tersebut kita bisa mengetahui fenomena apa saja yang mengalami perubahan terhadap objek.

2.1.2.1. Membuat Form Survei dari Pengunjung

Walaupun Studi Pustaka dan Survei lokasi sudah dilakukan. Objek yang kita bahas adalah museum, maka dari itu respon dari pengunjung sangatlah perlu guna memperkaya data dan memperkuat sumber yang dikaji. Selain itu diharapkan hasil dari Survei dari pengunjung dapat dijadikan evaluasi terhadap pihak Museum.

(5)

5 2.2. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan adalah Studi Pustaka yang di lakukan di Perpusatkaan Museum Nasional, Tinjauan langsung ke lokasi yaitu, Ruang Koleksi Museum Nasional baik di Gedung A dan Gedung B, survei dengan pengunjung dengan menggunakan Form yang telah di sediakan

(6)

6 BAB III

PEMBAHASAN KAJIAN 3.1. Tahap Kajian

Tahapan Kajian Yakni deskripsi Ruangan Koleksi Museum Nasional, Tema yang di bawakan Museum dalam menciptkan alur cerita, dan SDM ataupun bidang yang terlibat dalam perancangan dan pembentukan alur cerita Museum

3.1.1. Profil Gedung Museum Nasional dan Ruang-ruangannya

3.1.1.1. Gedung A

Gedung A merupakan gedung cagar budaya yang sudah di Registrasi skala Nasional.

Gedung ini berada di Jalan merdeka Barat dan di bangun sejak tahun 1862 atas persetujuan Raja Willen III dan pada tahun 1868 gedung ini dipakai sebagai rapat pertama yang di laksanakan oleh Direksi BG (NBG 1868: Hal 1)7. Pada tahun 1930-an di rencanakan perluasan gedung ini namun gagal karena meletusnya Perang dunia II. Sesudah menempati gedung ini BG dapat menerima banyak koleksi dari ekspedisi ilmiah arkeologi, kolektor, penyebar agama (zending dan misi), hadiah, dan lain-lain. Tidak lupa pula hadiah Patung Gajah dari Raja Churaknorm dari Thailand sebagai gantinya Raja meminta beberapa koleksi dari museum.

Saat ini Gedung A diisi dengan berbagai koleksi berbahan dari batu seperti arca dan prasasti. Gedung ini terbagi dari beberapa ruangan yang berisi koleksi-koleksi arca yang dimana pada saat memasuki gedung ini akan di bawakan dengan ruangan sebagai berikut:

1. Ruang Lobi

Merupakan ruangan paling depan dari gedung A dimana ruangan ini berisi berbagai arca Buddha dan Prasasti. Selain itu Ruangan ini digunkan sebagai pintu masuk dan pembayaran retribusi masuk ke Museum Nasional.

7 Notulen van de Algemeene En Bestuurvergaderingen van het Bataviaasch Genootschap “Bestuursvergadering van Dinsdag, 5 Januri 1886”.

(7)

7 2. Ruangan Rotunda

Ruangan ini merupakan bagian dalam setelah lobi yang dirisi berbagai arca Hindu dan Buddha. Salah satu icon Museum Nasional berada di ruangan ini yakni arca Adityawarman dalam tokoh Bhairawa yang ditemukan di Dhamasraya, Sumatera Barat.

3. Selasar Timur

Selasar Timur merupakan bagian dari geduang A yang berisikan dua arca Dwarapala dengan sikap duduk dengan lutut sebagai tumpuannya. Tidak hanya Dwarapala beberapa tokoh arca baik dari agama Hindu dan Buddha di pamerkan di Selasar ini. Selain itu juga Selasar Timur merupakan penghubung antara selasar utara, Selatan, dan Taman Arkeologi.

4. Selasar Utara

Selasar Utara merupakan salah satu bagian yang berada di Kanan Gedung A. Terdapat arca Hindu, Relief Candi, dan beberapa prasasti yang berasal dari daerah Jawa Timur. Pada bagian Selasar ini terdapat ruang yang dinamakan Sejarah Kebudayaan Indonesia yang memeberikan audio visual tentang kebudayaan yang ada di Indonesia dan beberapa Koleksi Tangible lainya.

5. Selasar Selatan

Selasar Selatan berada di sebelah kiri gedung A. Berbeda dengan Selasar Utara yang berisikan berbagai Arca ataupun komponen candi dari Jawa Timur Selasar Selatan Menampilkan koleksi arca dan prasasti dari Jawa Tengah. Salah satu koleksi prasastinya adalah prasasti Tumpang (D.133) yang berasal dari Tumpang, Malang Jawa Tengah.

6. Taman Arkeologi

Taman Arkeologi berada di area tengah Gedung A. Taman Arkeologi merupakan Area terbuka dengan ragam koleksi Arca Nandi (Sapi) yang merupakan Kendaraan dari Dewa Siwa.

Selain itu, terdapat empat Arca Makara yang berasal dari Candi Solok Sipin Jambi. Taman

(8)

8 Arkeologi ini terhubung dengan Selasar Timur dan Ruang Kertarajasa yang terletak di sisi Barat Gedung A.

7. Ruang Kertarajasa

Ruang Kertarajasa merupakan ruang paling Belakang dari gedung A. ruangan ini terletak di Sebalah Barat yang menghubungkan selasar Utara dengan selasar Selatan. Terdapat menhir Megalit dan beberapa Arca Hindu seperti Parwati dan Ganesha pada ruangan ini.

8. Ruang Keragaman suku dan bangsa

Ruang Keragaman Suku dan Bangsa merupakan ruangan yang terhubung dengan Gedung A yang dimana ruangan ini menampilkan Peta Indonesia yang dikelilingi dengan berbagai suku di Indonesia. Selain peta Indonesia ruangan ini menampilkan Lima Vitrin yang berisikan Koleksi yang bersumber dari berbagai daerah di Indonesia

3.1.1.2. Gedung B

Gedung di bangun pada tahun 1995 dan di resmikan oleh Presiden Megawati Soekarno putri pada tanggal 13 Oktober tahun 2004 hal itu dibuktikan dengan prasasti yang berada di gedung dengan tanda tanganya. Bangunan Gedung B mulai di fungsikan pada tahun 2005.

Gedung B memiliki Tujuh lantai dengan lantai satu hinggal lantai empat dibuat untuk ruang pameran koleksi Museum Nasional dan lantai lima sampai tujuh digunakan sebagai Storage Museum dan Kantor Museum Nasional yang meliputi Laboratorium pada lantai lima, Perpustakaan pada Lantai Enam, dan Birokrasi di Lantai Tujuh.

Adapun Ruang Koleski pada Lantai Satu sampai Empat pada Gedung B ini memaerkan berbagai Koleksi dari berbagai masa dan beragam jenis nya, berikut pemaparanya :

(9)

9 1. Lantai 1

Lantai Satu Gedung B merupakan ruangan yang berisikan gambaran manusia dan lingkungan sekitarnya terkhususnya pada masa Prasejarah. Ruang Koleksi pada lantai ini juga menampilkan Tulang hasil temuan dari Sangiran dan Tengkorak kepala manusia Flores. Ragam Manusia dan Jalur migrasinya di tampilkan dalam display yang memuat alur titik awal pergerakan manusia tersebar di Nusantara. Gambaran Kubur Manusia dan Goa Hunian dari Song Keplek di tampilkan dalam bentuk replica di Ruangan ini.

2. Lantai 2

Pada lantai dua ini menampilkan dan membahas berbagai perkembangan Manusia dari berbagai aspek. Seperti mengenal tulisan yang dibuktikan dengan koleksi prasasti Yupa Kutai pada abad ke-4 Masehi sebagai titik awal Nusantara memasuki babak baru yaitu masa Sejarah.

Selain dari aspek tulisan, pada ruangan menampilkan ragam Teknologi yang bersifat teknis seperti mulainya orang-orang mengenal pelayaran dengan memanfaatkan angin dan layar sebagai medianya, sistem kartografi, dan Perkonomian orang-orang pada masa itu.

3. Lantai 3

Ruangan Lantai Tiga gedung B, adalah ruangan yang terdiri dari berbagai koleksi miniature bangunan. Tidak hanya menampilkan segi eksterior namun juga menampilkan segi interiornya.

Adapun beberapa Furniture Seperti Lemari-Lemari, Alat-Alat sarana Upacara terdapat pada ruangan ini.

Adapun koleksi yang berbahan tekstil seperti baju, kain panjang di tampilkan di ruangan ini.

Berbagai macam mainan tradisional di tampilkan pada ruangan ini dengan tujuan memperkaya isi ruangan.

4. Lantai 4

Lantai empat adalah ruangan yang aksesnya hanya bisa dilalui dari lift saja, pada lantai ini terbagi menjadi dua ruangan . Pertama berisi berbagai macam khasanah perhiasan emas seperti Khasanah wonoboyo, Kalung emas, Gelang emas, dan perhiasan lainya. Ruangan ini juga terdapat salah satu icon Museum Nasional dan dijadikan sebagai nama jurnal

(10)

10 pengetahuan yang di terbitkan Museum Nasional yaitu arca Prajnaparamitha yang ditemukan di Percandian Singasari, Malang, Jawa Tengah pada tahun 1818.

Ruangan ini menampilkan berbagai keris dan pedang dari berbagai daerah termasuk keris kebanggan Rakyat Jambi adalah Keris Siginjai. Selanjutnya, ruangan kedua menampilkan keramik dan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Ruangan ini menampilkan beragam macam Keramik dari beberapa Dinasti adapun jenis-jenis nya seperti Piring, Mangkuk, Ceret, dan Kendi. Beberapa hasil BMKT dari situs-situs kapal tenggelam di tampilkan pada ruangan ini.

5. Lantai 6

Lantai 6 Gedung B merupakan Perpustakaan Museum Nasional. Perpusatakaan Museum Nasonal terdiri dari berbagai macam buku dengan ragam disiplin ilmu. Baik buku refrensi, Jurnal, dan pengetahuan lain di tampilkan pada Perpustakaan ini.

3.1.1.3. Gedung C

Gedung C merupakan tahapan perkembangan selanjutnya Museum Nasional nanti.

Dengan perancangan nya yang terdapat ruang terbuka membuat museum ini terlihat modern.

Letak gedung C sendiri berada di belakang gedung A dan Gedung B yang saling terhubung.

3.1.2. Tema ruangan pameran Museum Nasional dalam alur Cerita (Storyline) a. Gedung A

Gedung A seperti yang di paparkan sebelumnya merupakan bangunan pemerintahan Hindia Belanda yang mengatur berbagai kebudayaan pada waktu itu yang bernama Batavia Genotschap. Sebelumnya tahun 2005 Gedung A merupakan bangunan pameran Museum Nasional dengan berbagai jenis koleksi seperti Arca, Numismatik, Keramik, Tekstil, dan sebahagianya. Sampai pada saat Gedung B selesai di bangun beberapa jenis koleksi di pindahkan ke gedung B terkecuali Arca dan Prasasti yang ada di Gedung A.8

8 https://munas.kemdikbud.go.id/mw/index.php?title=Gedung_A#cite_note-3

(11)

11 Gedung A saat ini masih belum memiliki tema yang tepat karena pada saat pemindahan koleksi di gedung B alur cerita gedung ini belum dilakukan perbaikan dan akan dilaksankan.

Akan tetapi sebagian ruang atau lokasi pameran sudah memiliki tema yang tepat di gedung ini salah satunya yaitu “Taman Arca” yang menampilkan berbagai arca terkhusunya Nandi dan Makara. Bentuk yang terbuka dan langsung terkena sinar matahari membuat nama dari lokasi ini tepat dan sesuai.

b. Gedung B

1. Manusia dan Lingkungan

Pada ruangan di Lantai ini membahas tentang Manusia dan Lingkungan sekitarnya.

Bagiaman manusia memanfaatkan benda sekitarnya dalam menunjang kehidupan sehari-harinya.

Menciptakan alat dengan alat (tools making tools), hingga bagiamana mereka beradaptasi dengan Lingkungnya. Pada ruangan ini disajikan dengan berbagai gambaran manusia dan kerangka

Gambar 1. Denah Gedung A

(Sumber : Pengembangan Museum Nasional, 2006 hal 75)

(12)

12 dalam bentuk replica. Gambaran kehidupan goa maupun bentuk penguburan di dalam goa (replika).

2. Aksara dan Ilmu Pengetahuan

Dilantai dua gedung B ini memiliki tema aksara dan ilmu pengetahuan. Pada ruanganya pertama kali akan disuguhkan beberapa prasasti salah satunya yaitu prasasti Mulawarman (Yupa) yang merupakan titik awal Nusantara memasuki babakan baru yaitu Masa Sejarah (Trigangga Dkk, 2015 hal 30)9. Ruangan ini juga memamerkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah diciptakan oleh manusia sejak lama dan hal itu, menyangkut kegiatan Penjelajahan, perekonomian, pertahanan, dan sebagianya.

Seperti yang kita ketahui limu Pengetahuan dan Teknologi meruapakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan di zaman ini. Pengetahuan lahir dari pengalaman yang di serap oleh

9 Trigangga, Dkk.2015. “Prasasti dan Raja-Raja Nusantara”. Museum Nasional: Jakarta

Prasasti ini berjumlah 7 buah yang dipahat pada tiang batu yang dinamakan Yupa. Berasal dari masa pemerintahaan Raja Mulawarman dari kerajaan Kutai. Berdasarkan bentuk aksaranya berasal dari abad 4 Masehi.

Isinya tentang kebesaran dan kemulian Raja Mulawarman yang telah mengadakan selamatan dan memberikan hadiah kepada Brahama. Disebutkan juga silsilah keturunan Mulawarman dari Ayahnya sampai kakeknya

Gambar 2. Gedung B Lantai 1

(Sumber : Pengembangan Museum Nasional. 2006 hal 77)

(13)

13 indera manusia, lalu di tuangkan dalam bentuk Berwujud (tangible) dan tidak Berwujud (intangible). Perangkat dari ilmu pengetahuan sendiri adalah rasionalitas, objektivitas, dan Eksperimen. Teknologi adalah ilmu pengetahuan terapan yang bersifat teknis. Manusia merancang dan menciptakanya baik dengan memanafaatkan barang baru maupun barang yang sudah ada dan menjadi baru.

3. Sistem Sosial dan Pemukiman

Tema Lantai berikutnya adalah Sistem Sosial dan Pemukiman. Lahirnya peradaban tentunya mencipatakan masayarakat yang saling bergantungan. Sejak dimulainya perundagian (sistem pembagian pekerjaan) membuat manusia saling bergantungan antar komunitas yang dimilikinya. Komunitas masyarakat yang dengan mudah dapat ditafsirkan dari tinggalan yang dimilikinya. Mereka yang memiliki hirarki dalam komunitas tentunya memiliki tinggalan yang berbeda dengan masyarakat biasa. Seperti halnya dimasa Prasejarah dengan Perundagianya, Masa Klasik yang dibagi dengan kasta yang (Strata Tertutup), dan masa Kolonial nya yang dibagi berdasarkan Bangsanya.

Gambar 3. Gedung B lantai 2

(Sumber : Pengembangan Museum Nasional, 2006 hal 79)

(14)

14 Selain itu, Gambaran Masyarakat social dapat dilihat dari pemukimanya. Pada masa prasejarah sendiri pemukiman memilki perbedaannya masing-masing dengan bentang alam yang berbeda-beda. Pada periode Berikutnya masa Hindu-Buddha sampai masa Islam-Kolonial pola pemukiman itu sudah terstruktur dan kompleks. Penyusunanya sendiri berdasarkan konsep- konsep yang dibuat seperti:

a. Konsep Keagamaan b. Konsep Status Sosial

c. Konsep Ekonomi dan Sebagianya

4. Temuan Bawah laut dan Harta Karun

Di lantai berikutnya yang membahas artefak baik yang ditemukan di bawah laut dan khasanah yang berbahan emas lainya. Sejak dimulanya perdagangan di berbagai belahan dunia

Gambar 4. Gedung B lantai 3

(Sumber : Pengembangan Museum Nasional, 2006 hal 81)

(15)

15 daerah di Indonesia menjadi jalur perdagangan. Komoditas rempah-rempah dan hasil alam membuat daerah di Indonesia menjadi destinasi yang cukup baik dalam kegiatan perdagangan.

Wilayah Indonesia atau yang dikenal dengan Nusantara pada waktu itu menjadi penghubung antar benua Asia dan Australia, untuk lautanya sendiri menghubungkan Samudera Hinida dan Samudera Pasifik. Alhasil Nusantara menjadi tempat perdagangan dan transaksi yang terjadi berupa macam-macam benda yang dibawakan dengan menggunakan kapal barang. Keramik, Hasil bumi, dan bahkan budak juga di bawakan dengan kapal dengan muatan yang variatif.

Tentunya kapal yang dibawakan terkadang karam di lautan saat perjalanan dan membuat muatan kapal tersebut tenggelam dan mengalami karam di dasar laut.

Tema di Lantai ini mengangkat berbagai temuan tersebut yang dimana banyak titik-titik Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang ada di perairan Indonesia. Keramik, emas, dan sebagianya menjadi koleksi di ruangan ini. Adapun berbagai khasanah emasnya meliputi perhiasan seperti kelat bahu, gelang, keris, tombak, dan sebagianya di letak di lantai ini (Rufaedah dkk,2004, 41-53).

.

Gambar 5. Gedung B lantai 4

(Sumber : Pengembangan Museum Nasional, 2006 hal 83)

(16)

16 5. Perpustakaan

Hubungan antara perpustakaan dan Museum Nasional sanagatlah erat. Peran Museum pada masa Kolonial sebagai Lemabaga kebudayaan yang berisi berbagai disiplin ilmu dan menciptakan berbagai informasi bentuk cetak yaitu jurnal yang diterbitakan sejak berdirinya Lembaga ini. Jurnal-Jurnal tersebut seperti Tijdschrift Bataavia Genootschaap (TBG) Verhandeling. Adapun laporan pekerjaan Bataviaasch Genotschaap yang di buat dengan judul Notulen.

Hasil cetak itu tentunya disimpan di Perpustakaan Museum Nasional bersama dengan buku-buku baru dari berbagai ilmu yang menjadi koleksi Perpustakaan Museum Nasional. Jurnal-jurnal dari BG masih tersimpan sebagai artefak atapun sumber primer yang dapat diakses dengan prosedur yang telah ditetapkan. Walapun Koleksi dari Perpustakaan terkhusunya dari Bataviaasch Genotscaap tidak terhubung dengan alur cerita Museum namun keberadaan dari koleksi tersebut merupakan bukti literature dari mana koleksi-koleksi yang ada di Museum di dapatkan.

Gambar 5. Ruang Perpustakaan (dok. Penulis 2019

(17)

17 3.1.3. SDM dan Bidang yang terlibat dalam Pembuatan Alur Cerita (stroryline).

Museum Nasional memiliki tugas melaksanakan pengelolaan Museum. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional (Lakip 2017. 5)10. Dalam menjalakanya terdapat berbagai Bidang yang dimiliki Museum dalam merancang dan mengatur alur cerita.

Dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional11. Menjadikan Museum meiliki tugas melaksanakan, mengkaji, dan mengumpulkan sesuai yang dimaksud dengan pasal 3 peraturan tersebut. Susunan organiasi tersebut meliputi:

a. Kepala;

b. Bagian tata usaha

c. Bidang pengkajian dan pengumpulan d. Bidang registrasi dan dokumentasi e. Bidang perawatan dan pengawetan f. Bidang penyajian dan publikasi g. Bidang kemitraan dan promosi; dan h. Kelompok jabatan fungsional.

Dari susunan tersebut yang melaksankan pengelolaan perancangan alur cerita adalah bidang penyajian dan publikasi yang dimana sebelumnya bidang ini melakukan perancangan berskala nasional. Sebelum merancang alur cerita, koleksi di data oleh bidang registrasi dan dokumentasi. Dalam hal ini tentunya terdapat Kurator12 yang paham dalam perancangan alur

10 Lakip Merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah . LAKIP ini berisi pertanggung jawaban Kepala Museum Nasional dalam mencapai target kepada Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

11https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2015_Nomor028.pdf&ved

=2ahUKEwiFxNCtwuHkAhWLYH0KHa71BGUQFjADegQIAhAB&usg=AOvVaw3823Lo5OzAeYx0BuhpgmdG

12Orang yang mengetahui seluk-beluk koleksi yang dikelolanya

(18)

18 cerita. Akan tetapi, bidang-bidang yang lain tentu saling berkaitan antara bidang-bidang yang lainya.

Bidang tata usaha yang mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan, keungan, kepegawaian dan kearsipan, ketatalaksanaan, baran milik Negara, dan kerumahtanggaan Museum. Bidang perawatan dan pengawetan mempunyai tugas melaksanakan perawatan dan pengawetan koleksi Museum Nasional.

Bidang pengkajian dan pengumpulan meiliki tugas melaksanakan pengkajian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala Nasional. Bidang kemitraan dan promosi memiliki tugas melaksanakan layanan edukasi, kemitraan, dan promosi di bidang benda budaya berskala Nasional. Terakhir, Jabatan Fungsional yang melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Gambar 6. Struktur Organisasi Museum Nasional

(Sumber : https://www.museumnasional.or.id/tentang-kami/organisasi)

(19)

19 3.2. Hasil Kajian

3.2.1. Pemaparan Storyline Museum Nasional

Dari Pemaparan seputar Setiap raungan yang ada di Museum Nasional Storyline Museum di dua gedung tersebut memiliki alur yang terputus antara bangunan gedung A dengan Bangunan gedung B nya. Seperti Gedung A yang masih tahap perbaikan storyline dikarenakan pemindahan koleksi ke Gedung B yang bertepatan disebelahnya. Dari kajian ini Pemaparan Seputar Storyline Museum Nasional terbagi menjadi dua bagian berdasarkan gedung-gedungnya dan terakhir bagaimana pemahaman masyarakat terhadap storyline di Museum Nasional.

3.2.1.1. Gedung A

Dari berbagai bagian pada Gedung A tentunya pengunjung akan memasuki ruangan Lobi hingga ruangan Kertarajasa dimana akan mengantarkan ke berbagai arca di setiap daerah di Indonesia. Bukan hanya sebatas Arca terdapat juga Relief, Prasasti dari batu sebagai medianya juga dipamerakan di Gedung ini. Peletakan berbagai koleksi di Gedung A yang cenderung belum teratur sesaui dengan jenis koleksi sudah cukup memberikan gambaran bahwasanya koleksi di Gedung ini baru diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan dan periodesasinya.

Berbagai Arca dan Prasasti masa Klasik (Hindu-Buddha) yang hanya diklasifikasikan sebatas itu membuat Storyline-nya belum cukup tercipta. Hal ini disebabkan karana beberapa Koleksi sudah dipindahkan di Gedung B dan perlu beberapa waktu untuk merapikan Storyline di Gedung A tersebut.

3.2.1.2. Gedung B

Gedung B merupakan gedung yang Storyline nya sudah cukup tertata baik. Dengan tema besarnya adalah Keanekaragaman Budaya Manusia dalam Kesatuan Gedung B memiliki empat lantai yang masing-masing memiliki tema tersendiri namun jika kita lihat secara keseleruhan lantai yang ada di Gedung memilki kertaikatan setaip lantainya. Lantai 1 berkaitan dengan lantai 2, Lantai 2 Berkaitan dengan Lantai 3, dan Lantai 3 Berkaitan dengan lantai 4. Semua itu seperti rantai yang saling berhubungan yang mencipatakan Storyline pada Gedung B ini.

(20)

20 Lantai Satu yang memiliki tema manusia dan lingkungan merupakan hasil pemaparan manusa dengan lingkungan sekitarnya. Bagaimana manusia mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sangat penting bagi kelangsungan manusia tersebut. Tentunya, manusia yang beradaptasi dengan lingkunganya yang akan bertahan hidup. Dimulainya dengan Nomaden atau berpindah tempat membuat manusai berfikir akan keterbatasan alam dalam menyediakan kebutuhan hidup. Manusia mulai berfikir untuk bertempat tinggal dan mulai melakukan bercocok tanam dengan tujuan sumberdaya dapat diambil dengan mudah tanpa harus berburu sejak masa Melosilitik.

Dari cara berfikir itu timbulah pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman. Eksperimen yang tentunya masih terbilang sederhana dimulai dan hasil dari itu berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi pun tercipta. Dimulai dari alat yang sederhana hingga alat yang membuat alat yang lain (tools making tools) membuat Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan manusia berkembang. Mulai dari mengenalnya manusia dengan symbol atau aksara sebagai komunikasi tidak langsung sampai dengan sistem sosialnya hal ini di paparkan pada lantai dua gedung B yang diamana lantai ini erat kaitanya dengan berkembangnya pola pikir manusia.

Selanjutnya, Lantai tiga Gedung B dengan temanya sistem sosial dan pemukimanya.

Tentunya bersosial adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, bersosial menciptakan berbagai hal yang ada seperti komunikasi, perundagian, dan sebagianya. Manusia merupakan makhluk social yang saling bergantungan dengan manusia lainya dan titik besar dalam hasil social manusia antar sesama adalah tercipatanya pemukiman. Pemukiman sendiri merupakan bagian terkecil komunitas yang berkumpul dengan tugasnya masing-masing per individu.

Tentunya status social tercipta dari adanya pemukiman ini. Sederhanya, status social tersebut seperti Kepala suku yang di angkat sebagai pemimpin, sedangkan para pemuda- pemudi yang menjalankan roda komunitas dipemukiman tersebut. Hasil dari pemukiman itu terciptanya kebudayaan yang melekat pada individu dan kelompok tersebut baik yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible).

Dari hasil kebudayaan itu tentunya manusia sudah mulai memutar roda perkonomianya yakni dengan sesama mereka ataupun komunitas yang lainya. Hal itu disebabkan karena

(21)

21 kebutuhan manusia yang terus berkembang dan Sumber Daya Alam yang diperlukan cenderung terbatas bahkan tidak ada sama sekali. Pada akhirnya manusia mulai memperdagangkan hasil kebudayaanya terkhususnya yang Tengible agar mendapatkan kebutuhan yang diinginkan, hal itu dilakukan baik dengan menukar barang sesuai kebutuhanya ataupun dengan membelinya dengan nilai suatu benda yang telah disepakati bersama yakni Uang.

Dimulainya dengan pencarian sumber daya alam dan perdagangan penjelajahan pun dilakukan, dengan menggunakan transportasi air (kapal dan sejenisnya) yang mengarungi lautan bertujuan memuat barang hasil kebudayaan yang cukup banyak. Beberapa perjalanan dilakukan dan terkadang tidak berjalan mulus di akibatkan banyak factor seperti cuaca, perampokan, dan sebagianya alhasil kebudayaan itu ikut tenggelam dan berada di dasar laut.

Tentunya agar kebudayaan itu tidak tergerus ataupun hilang benda budaya tersebut pun di angkat. Ada yang dijadikan sebagai fungsi yang sama atapun dengan fungsi yang berbeda seperti benda pameran Museum. Hal itu yang disampaikan pada lantai empat ini, bahwasanya hasil kebudayaan memiliki nilai dan proses yang cukup besar serta historis yang cukup panjang.

3.2.2. Respon Masyarakat Terhadap Alur Cerita Museum

Untuk mengetahui apakah sukses nya komunikasi yang disampaikan oleh pihak Museum Nasional, diperlukan respon dari pengunjung itu sendiri. Hal itu dikarenakan pengunjung merupakan konsumen dari apa yang ditampilkan Museum. Berbagai kalangan yang berkunjung untuk melihat Museum memeiliki penilaian nya masing-masing.

Dari penelitian yang dilakukan, penulis mengambil sampel acak dari berbagai pekerjaan, umur, dan lain-lain yang berkunjung ke Museum Nasional. Terdapat 25 orang Responden terhadap alur-cerita Museum. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuisoner dan mengambil nilai tertinggi dari beberapa pertanyaan. Berikut penjelasanya.

(22)

22 a. Responden

Dalam pengambilan data responden dipilih dari berbagai umur dan profesinya. Untuk umur dikatagorikan dari 12-18 tahun, 19-21 tahun, 22-40 tahun, dan >41. Sedangkan profesi, dikatagorikan berdasarkan pegawai, Guru/dosen, Pelajar/Mahasiswa, dan lain- lain.

b. Pengetahuan seputar Museum Nasional dan Alur Cerita Museum.

Pengunjung diberi beberapa pertanyaan tentang Museum dan alur ceritanya yang dimana pengunjung memilih salah satu dari pertanyaan yaitu Tidak mengetahui/menarik, Cukup mengetahui/menarik, mengetahui/menarik, dan sangat mengetahui/menarik. Hal itu bertujuan sampai dimana pengunjung mengetahui aspek-aspek tentang Museum Nasional.

Tidak hanya itu kuisoner memberikan pertanyaan kepada pengunjung ruang pameran apa yang menjadi favorit dan apa alasa meilih ruangan tersebut. Hal ini bertujuan agar memperkaya data yang dimiliki.

1. Umur

0 2 4 6 8 10 12 14

Jumlah Responden

12-18 Tahun 19-21 Tahun 22-40 Tahun

>40 Tahun

Diagram 1. Umur Responden

(23)

23 2. Pekerjaan

0 2 4 6 8 10 12 14

Pekerjaan

Pelajar/Mahasiwa

Guru/Dosen

Pegawai Negeri/Swasta Peneliti

Lainya

3. Pengetahuan seputar Museum Nasional

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Pengetahuan Seputar Museum

Tidak Mengetahu

Cukup Mengetahui Mengetahui

Sangat Mengetahui Digram 2. Pekerjaan Responden

Diagram 3. Pengetahuan Seputar Museum

(24)

24 4. Tata Pamer Ruang Koleksi Museum Nasional

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Tata Pamer Museum Nasional

Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik

Sangat Menarik

5. Alur Cerita Ruang Koleksi Museum Nasional

0 2 4 6 8 10 12

Alur Cerita Ruang Koleksi Museum Nasional

Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik

Sangat Menarik Diagram 4. Tata Pamer Ruang Koleksi Museum Nasional

Diagram 5. Alur Cerita Koleksi Museum Nasional

(25)

25 6. Ruangan yang menjadi favorit

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Ruangan Favorit

Taman Arkeologi dan Sekitarnya Lantai 1 (Gedung B) Lantai 2 (Gedung B) Lantai 3 (Gedung B) Lantai 4 (Gedung B)

(26)

26 BAB IV

PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Lembaga Kebudayaan masa Hindia Belanda atau yang disebut Batavia Genotschap sangat berperan dalam mengumpulkan kebudayaan terkhusnya di Indonesia. Saat ini Bataviaa Genotchaap telah berubah menjadi Museum Nasional. Tentunya, hal itu bukan masa yang cukup singkat. Peran Museum sebagai lembaga edukasi terhadap masyarakat sangatlah penting atau bisa dikatakan sebagai ujung tombak berbagai perkembangan ilmu pengetahaun dan teknologi.

Maka dari itu perlunya informasi yang cukup baik dalam menjelaskan objek-objek yang ada di Museum sehingga pesan tersebut tersampaikan ke Masyarakat.

Pemaparan koleksi dipengaruhi dengan alur cerita (Storyline) yang ada di Museum.

Tertatanya dengan baik alur cerita membuat koleksi yang ada di Museum dapat dipahami oleh masyarakat. Keterlibatan sumberdaya manusia yang tepat di Museum sangat berpengaruh terhadap bagusnya alur cerita yang ada di museum. Menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat sangat mendukung jalnya Museum. Selain itu, perawatan, Keamanan, dan lain-lain terhadap koleksi Museum sangatlah mendukung jalanya Museum. Dengan kata lain semua itu memiliki keterkaitan antar satu dengan lainya.

5.2. Saran

Dikarenakan alur cerita di beberapa ruangan belum rapi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kajian ini. Harapanya dalam beberapa waktu Museum Nasional sudah mulai memberbaiki alur cerita yang belum selesai. Sehingga rantai alur cerita dapat terhubung satu dengan lainya. Selain itu, sebaga penulis harus memahami fenomena-fenomena yang terjadi selama pengambilan dating atau setelah pengambilan data.

(27)

27

Daftar Pustaka

(N.N). Korte Gids voor de Archeologische Verzameling van hiet Bataviaasch Genootschaap van Kunsten en Wetenschappen. Batavia: Druk Van Albrecht & Co, 1919.

(N.N). Notulen van de Algemeene en Bestuursvergaderingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Batavia: Albrecht & Co, 1886.

(N.N). “Notulen Van de Algemeene er Directivergandering van het Bataviaasch Genootschaap van Kunsten en wetenchappen”. Batavia: G.Kolff and Co., 1910.

(N.N.). Laporan Lembaga Kebudayaan Indonesia: Rapat Direksi Lembaga Kebudayaan Indonesia

"Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Djakarta: Lembaga Kebudayaan Indonesia, 1950.

Dkk, Dra. Dedah Rufaedah S.H. Pengembangan Museum Nasional. Jakarta: Museum Nasional, 2006.

Dr. Endang Sri Hardiati, dkk. Potret Museum Nasional Indonesia: Dulu Kini &akan Datang.

Jakarta: Museum Nasional, 2014.

Kinderen, Mr T.H. Der. Gedenboek. Batavia: Ernst & Co, 1878.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Organiasi dan Tata Kerja Museum Nasional.

Tringga, dkk. Prasasti & Raja-Raja Nusantara. Jakarta: Museum Nasional, 2015.

Udansyah, Drs. Dadang. Seni Tata Pameran Museum. Jakarta: Dirjen Kebudayaan. Museum Nasional, 1987.

Wahyono, Dkk. Sejarah Peradaban Manusia Zaman Prasejarah . Jakarata: PT. Gita Karya.

https://munas.kemdikbud.go.id/mw/index.php?title=Gedung_A#cite_note-3

(28)

28 Lampiran:

Gambar

(a) (b) (c)

Tata Kelola Gedung A Masa Bataviaasch Genootschaap Sumber : Korte Gids voor de Archeologische Verzameling th.1919

(a) Selasar Timur, (b) Selasar Utara, (c) Selasar Selatan (dok. Penulis 2019)

(29)

29 (a) (b)

(a) Taman Arkeologi dan (b) Kertarajasa (dok. Penulis 2019)

Ruang Keragaman Budaya Indonesia (dok. Penulis 2019)

(30)

30 (a) (b)

(a) Ruang Pamer Lantai 1 Gd.B dan (b) Ruang Pamer Lantai 2 Gd.B (dok. Penulis 2019)

Ruang Pamer Lantai 3 Gd.B (dok. Penulis 2019)

Gambar

Gambar 1. Denah Gedung A
Gambar 2. Gedung B Lantai 1
Gambar 3. Gedung B lantai 2
Gambar 4. Gedung B lantai 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Serta faktor lain yang mendukung adanya kemauan partisipan mempertahankan pekerjaannya yaitu dukungan sosial berupa dukungan emosional dan informasi yang diterima

Garis berat Garis tinggi Berdasarkan sudut sisi Segitiga lancip Segitiga siku-siku Segitiga tumpul Segitiga sama kaki Segitiga sama sisi Segitiga sembarang LATIHAN

Standar Kerja Sama berisi tentang pernyataan kualitatif dan/ atau kuantitatif yang dapat diukur pencapaian atau pemenuhannya oleh seluruh pelaksana penjaminan

Tanpa analisa yang jelas terhadap seluruh kekuatan atau institusi yang mungkin mengharapkan sesuatu dari proses penganggaran, upaya advokasi dapat terhalang oleh

Abou El Fadl mengakui bahwa konsep kepengarangan dalam hadis lebih kompleks dibanding dengan al-Qur‟an. Konsep kepengarangan dalam hadis melewati serangkaian perjalanan

Satu fakta yang anda kena tahu ialah, jumlah calon yang layak menduduki peperiksaan bertulis untuk skim kerajaan sangat banyak Sebagai contoh untuk jawatan PTD sahaja setiap

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Hari Besar Islam berpengaruh Terhadap Komoditas Utama

Dalam hal ini objek yang dimaksud adalah produk rokok, yang mana selain desain kemasan rokok yang mencantumkan keterangan tentang bahaya rokok dan memberikan label