• Tidak ada hasil yang ditemukan

. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ". 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hi"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula, shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kejahilian menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya yaitu untuk ayahku Mustari La Ibo dan ibundaku Aida La boto yang tercinta yang telah berjuang dan mencurahkan seluruh tenaga baik materi atau moril serta doa yang tidak terhitung sehingga saya dapat menyelasaikan perkuliahan ini dengan baik. Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapatsaya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusuna tesis ini antara lain yaitu:

1. Kepada yang terhormat rektor Universitas Muhammadiyah Makassar bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag dalam memberikan dukungan

(8)

sehingga peneliti mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

2. Kepada Direktur Program Pascasarjana bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag yang atas ilmu yang diberikan serta bimbingannya selama proses perkuliahan.

3. Kepada Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar ibu Hj.

Sulfasyah, S.Pd, M.A. Ph.D atas bimbingan dan arahan yang senantiasa membangun sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik.

4. Dr. Muhlis Madani, M.Si sebagai dosen pembimbing 1 atas ilmu dan juga bimbingan yang memberikan ilmu serta saran dan masukan kepada saya dalam proses penyelesaian perkuliahan.

5. Dr. Muhadjir, M. Pd sebagai dosen Pembimbing 2 (dua) saya ucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran serta masukan kepada mahasiswa selama proses bimbingan sampai dengan selesainya penelitian.

6. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu saya untuk menyelesaikan kuliah ini saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah membalas dengan kebaikan dan pahala dari sisi-Nya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini, masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya penyusunan laporan ini.

(9)

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunia-Nya kepada kita semua. Amin ya Robbal Alamin.

Makassar, 24 Januari 2022

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Pancasila ... 9

B. Implementasi Pancasila dalam Pengembangan Karakter... 10

1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila ... 10

2. Kaitan antara Pancasila dan Pengembangan Karakter ... 16

C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 18

1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan ... 18

2. Hubungan Materi Pancasila dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

3. Teori Konstruktivisme dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar ... 23

(11)

D. Penelitian yang Relevan ... 25

E. Kerangka Pikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 45

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 49

B. Strategi dan Upaya Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Mengembangan Karakter Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 52

C. Nilai-nilai Karakter yang Terlihat pada Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Mengembangan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring ... 65

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Karakter Siswa ... 83

1. Faktor Pendukung Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Karakter Siswa ... 74

2. Faktor Penghambat Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Karakter Siswa ... 93

E. Pembahasan ... 114

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Simpulan ... 122

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

INSTRUMEN PENELITIAN IZIN PENELITIAN

OLAHAN DATA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Pancasila dan Deskripsi Pendidikan Karakter ... 18 Tabel 2.2 Hubungan Antara Materi Pancasila dan Fungsi PPKn ... 25 Tabel 3.2 matriks Hasil Penelitian sebelumnya ... 36

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 42

(14)
(15)
(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat memanfaatkan segala sumber kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak saja bermanfaat bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain dan lingkungannya. Pendidikan diharapkan mampu menjadi sarana yang dapat menunjang setiap aspek kehidupan manusia dalam mengembangkan segala potensi dan karunia yang telah dianugerahkan oleh sang pencipta. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan sebuah kontribusi dari semua pihak. Secara teoritis upaya penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui tiga pilar utama pendidikan yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah/pemerintah. Ketiga pilar pendidikan tersebut memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak melalui sikap dan perilaku yang diperoleh dari setiap lembaga pendidikan (Syahrial : 2018). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang memiliki banyak kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda pada setiap daerah. Adanya dugaan bahwa kurang optimalnya pembangunan karakter salah satunya karena lemahnya pembelajaran PKn. Kelemahan tersebut dalam perspektif pendidikan karakter dikemukakan oleh Suwarna (2011) yakni: kegiatan berpusat pada pendidik, orientasi pada hasil lebih kuat, kurang menekankan pada

(17)

proses, bahan disajikan dalam bentuk informasi, posisi siswa dalam kondisi pasif siap menerima pelajaran, pengetahuan labih kuat dari pada sikap dan keterampilan (berpikir kognitif rendah), dan penggunaan metode terbatas, situasi pembelajaran tidak menyenangkan dan satu arah (indoktrinasi). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran PKn perspektif pendidikan karakter, khususnya implementasi nila-nilai dalam pembelajaran PKn sedikit banyak memperlihatkan dugaan tersebut (Machful Indra Kurniawan, 2013; Tri Nafisatur, 2012; Wiyono, 2013; dan Kiftiyah, 2015).

Jika berbicara tentang pedidikan karaker sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Dimulai sejak awal kemerdekaan, masa orde baru, dan kini orde reformasi pemerintah telah banyak melakukan langkah-langkah dalam pendidikan karakter dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda-beda. Karakter menurut Suyanto ( dalam Muslich, 2011) adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan berkerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara itu pendidikan karakter juga menjadi keharusan, karena kondisi karakter bangsa Indonesia sedang dalam kondisi kritis, bilamana tidak ditangani akan menuju pada degradasi, kemerosotan, bahkan kehancuran karakter yang berdampak pada kehancuran suatu bangsa. Beberapa indikasi yang menyebabkan terjadinya degradasi moral seperti dikemukakan Thomas Lickona (1991) Nampak terlihat dalam perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari, seperti:

(18)

meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh teman sebaya yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayakan ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama manusia. Mengacu kepada indikasi yang dikemukakan oleh Thomas Lickona khususnya indikasi butir ke 8, yakni rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, maka hal demikian secara khusus berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), terutama dilihat dari perspektif pendidikan karakter. Karena Silay (2014) mengemukakan bahwa PKn adalah tipe lain dari pendidikan karakter dan terdapat kualitas-kualitas yang sama antara PKn dan pendidikan karakter, seperti persepsi terhadap krisis dalam masyarakat, mendorong anak-anak mengapresiasi, dan simpati dengan pendekatan yang berhubungan dengan nilai-nilai dan lain sebagainya.

Hal yang paling mendasari atau yang melatar belakangi penelitian ini adalah disebabkan oleh kemajuan teknologi dan informasi yang sudah merambah hampir di setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Baik yang tinggal di perkotaan sampai ke kota kecil seluruh Indonesia dan memudahkan setiap orang untuk mengakses informasi baik yang positif maupun yang negatif. Hal ini tentunya menjadi tantangan dan juga keprihatinan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karna seringkali anak

(19)

yang susah diatur dalam lingkungan sekolah akan terbawa ketika anak tersebut berada dilingkungan rumahnya. Terkadang anak didik melihat hal-hal yang seharusnya tidak boleh ditonton yang dapat mempengaruhi perkembangan pola pikir mereka. Hal serupa juga dapat terjadi pada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) yang merupakan yayasan Muhammadiyah yang bergerak dibidang pendidikan yang berada di Provinsi NTT Kabupaten Sikka Kecamatan Alok Barat, Kelurahan Wolomarang. Dalam proses pengembangan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wuring pihak Madrasah masih sering menemukan adanya siswa nakal yang sering membuat ricuh dan perkelahian diantara sesama siswa, karena si anak tersebut terbiasa menonton dan melihat aksi tawuran yang terjadi melalui HP (hand phone) tanpa adanya pengawasan dari orang tua maupun pihak sekolah.

Kejadian seperti ini tentu saja menjadi tantangan pihak sekolah khususnya guru dalam memberikan arahan dan juga pengertian sehingga siswa tersebut dapat berubah sesuai dengan tujuan pembelajaran, visi misi dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wuring dalam menghasilkan peserta didik yang unggul dan berprestasi dalam bidang IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa). Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru, pegawai, dan siswa diharapkan dapat terjalin kerjasama dan tanggung jawab yang dapat dilaksanakan secara maksimal dalam memajukan pendidikan yang ada di madrasah tersebut.

(20)

Demi menunjang perkembangan pendidikan agar berkembang dengan pesat, sekolah MIS Muhammadiyah Wuring senantiasa berusaha untuk melakukan perbaikan terhadap vasilitas dalam menunjang kemampuan tenaga pendidik agar labih baik dari sebelumnya. Guru merupakan komponen utama yang harus ada dalam dunia pendidikan karena guru adalah orang yang sangat mempengaruhi bagaimana peserta didik dapat memahami pentingnya ilmu dan tanggung jawab yang muncul seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dalam diri seseorang. Selain itu guru juga menjadi panutan bagi siswa dalam proses implementasi dan penanaman nilai-nilai yang kemudian pada akhirnya akan berdampak pada pembentukan karakter. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang konsep dasar yang diterapkan dalam pemikiran peserta didik untuk membentuk akhlak atau moral dan budi pekerti. Contohnya seperti mengajarkan kepada anak untuk berdoa sebelum memulai pelajaran dan selalu membiasakan diri untuk mengucapkan salam kepada siapapun maupun kebiasaan- kebiasaan lainnya sehingga menjadi karakter yang tertanam dalam diri siswa.

Implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai upaya dalam pengembangan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses pembelajaran, akan terlihat pada implementasi kegiatan perencanaan, dan kegiatan langkah-langkah pembelajaran. Dalam perspektif pendidikan karakter dalam PKn, maka yang menjadi fokus

(21)

adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila khusus pada mata pelajaran PKn dapat diimplementasikan melalui pembelajaran PKn di kelas.

Permasalahannya adalah apakah nilai-nilai Pancasila telah diimplementasikan oleh guru melalui pembelajaran PKn di MIS Muhammadiyah Wuring yang telah menjadi pilotting pendiidkan karakter selama ini? Khususnya kemampuan guru dalam mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang terdapat pada Pancasila, dan mengimplementasikannya dalam perencanaan, aktivitas, dan penilaian pembelajaran PKn.

Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai dan moral yang mengajarkan kepada manusia betapa pentingnya nilai dan norma dalam kehidupan dan keseharian seorang individu. Dalam ajaran Islam dapat ditemukan banyak ayat-ayat suci Al-Quran yang mengajarkan tentang pendidikan karakter atau akhlak. Contohnya seperti perintah dalam berbuat kebaikan (ihsan), rasa takut kepada Allah, bersikap jujur, sabar, adil, saling tolong menolong, kerjasama dan bersedekah. Semua pokok ajaran-ajaran tersebut merupakan prinsip yang harus ditanamkan dan dilaksanakan untuk membentuk karakter mulia kepada semua siswa.

Implementasi nilai dan norma dalam pendidikan karakter tercermin dalam kepribadian dan akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan panutan dan memiliki akhlak yang mulia dan agung sebagaimana yang tergambar dalam Al-quran surah Al Qalam ayat 4 dan surah Al Ahzab ayat 21 adapun ayat-ayatnya yaitu sebagai berikut:

Dalam Al-quran surah Al Qalam ayat 4 dijelaskan:

(22)

ٍي ِظَع ٍقُلُخ ٰ َلََعَل َكَّن

ِ إَو

Terjemahan “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (ayat 4)”.

Kemudian dalam surah Al Ahzab ayat 21 dijelaskan:

َرَكَذَو َرِخآ ْلإ َمْوَيْلإَو َ َّللَّإ وُجْرَي َن َكَ ْنَمِل ٌةَن َ سَح ٌةَو ْسُأ ِ َّللَّإ ِلو ُسَر ِفِ ْ ُكَُل َن َكَ ْدَقَل إًيرِثَك َ َّللَّإ

Terjemahan “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (ayat 21)”.

Berdasarkan bunyi ayat-ayat diatas pada dasarnya Nabi Muhammad SAW sesungguhnya diutus untuk seluruh alam dan mengajarkan kepada manusia nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari Allah SWT dengan meneladani dan mencontoh sikap perilaku, kepribadian dan karakter Nabi Muhammad, karena beliau adalah sebaik-baik teladan dan sempurna dalam pendidikan karakter yang memiliki kedudukan yang sangat penting dan vital dalam memandu dan menjalani kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 90 yang berbunyi:

ََّللَّإ َّن إ ِ ِرَكْنُمْلإَو ِءا َشْحَفْلإ ِنَع ٰ ىَ ْنَْيَو َٰبَ ْرُقْلإ يِذ ِءاَتي

ِ إَو ِنا َسْح ِ ْلْإَو ِلْدَعْل ِبِ ُرُمْأَي

َنو ُرَّكَذَت ْ ُكَُّلَعَل ْ ُكُ ُظِعَي ۚ ِيْغَبْلإَو

(23)

Terjemahan “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberikan bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dalam ayat yang lain juga dijelaskan tentang dasar pendidikan karakter yaitu dalam Al-Quran surah Al-Isra ayat 23-24 yang berbunyi:

ََبِكْلإ َك َدْنِع َّنَغُلْبَي اَّم إ ۚ ًنًا َسْح ِ إ ِنْي َ ِلِإَوْل ِبَِو ُه َّيَّ ِ إ َّلْ ِ

ِ إ إو ُدُبْعَت َّلَْأ َكُّبَر ٰ َضََقَو اَ ُهُ ُدَحَأ

اًيمِرَك ًلْ ْوَق اَمُهَل ْلُقَو اَ ُهُْرَ ْنَْت َلَْو ٍ فُأ اَمُهَل ْلُقَت َلََف اَ ُهُ َ ِكِل ْوَأ

ُهْ َحْْرإ ِ بَر ْلُقَو ِةَ ْحَّْرلإ َنِم ِ لُّلذإ َحاَنَج اَمُهَل ْضِفْخإَو ًيرِغ َص ِنِاَيَّبَر َ َكَم اَم

Terjemahan” Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil (23-24).

Dari bunyi ayat tersebut termuat inti-inti ajaran dan materi pendidikan karater yang telah terbentuk dari lingkungan keluarga, selanjutnya berkembang ketika anak memasuki lembaga pendidikan dan penerapan atau implementasinya dilingkungan masyarakat sebagai penilai dari hasil dan proses pendidikan yang telah dilakukan. Adapun perintah atau teladan yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut yang mencakup bidang

(24)

pendidikan karakter (akhlak) yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak yang hendaknya ditanamkan dan dipupuk kedalam diri setiap siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam mengembangkan karakter siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka?

2. Nilai-nilai karakter apakah yang tampak atau terlihat pada proses pengembangan karakter siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka?

3. Apa sajakah faktor pendukung implementasi nilai-nilai Pancasila dalam mengembangan karakter siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka?

4. Apa sajakah faktor penghambat implementasi nilai-nilai Pancasila dalam mengembangan karakter siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pengembangkan karakter siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka.

2. Untuk mengetahui Nilai-nilai karakter apakah yang muncul pada proses pengembangan karakter siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung Apa sajakah implementasi nilai- nilai Pancasila dalam mengembangan karakter siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka.

4. Untuk mengetahui faktor penghambat Apa sajakah implementasi nilai- nilai Pancasila dalam mengembangan karakter siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka.

(26)

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

1. Menambah khasanah pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan khususnya tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi dasar pembentukan karakter sesuai undang-undang yang berlaku.

2. Memberikan kontribusi berupa pemikiran dalam rangka pembentukaan karakter pada siswa dan masalah yang menjadi penghambat implementasi pendidikan kewarganegaraan dan memberikan masukan dalam mengambil langkah-langkah antisipatif dan penanggulangannya. Memberikan gambaran secara garis besar bagaimana upaya dalam menanggulangi masalah-masalah yang terkait dengan Pendidikan Kewarganegaaraan di era globalisasi seperti saat ini dan sebagai perbandingan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang sejenis.

(27)

20

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, dasar negara dan sebagai idiologi nasional. Secara yuridis konstitusional kedudukan Pancasila adalah bentuk kristalisasi dari nilai-nilai yang telah dibenarkan dan dijadikan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat dan kehidupan berbangsa bernegara di Indonesia.

Sejarah panjang Pancasila dalam proses kemerdekaan Indonesia membuktikan bahwa Pancasila sejak dahulu telah menjiwai seluruh rakyat Indonesia, yang menjadi kekuatan dan bimbingan dalam memaknai kehidupan lahir dan batin yang lebih baik di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Menjaga kelestarian dan kesaktian Pancasila memerlukan sebuah usaha yang nyata dan berkelanjutan agar penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat diwujudkan dan diimplementasikan penerapannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik oleh penyelenggara negara serta lembaga-lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan baik dipusat dan daerah. Sebagai pedoman terdapat lima sendi utama penyusun Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang

(28)

terkandung dalam paragraf ke-4 preambule (pembukaan) undang-undang dasar 1945 (anonymous, 2011).

B. Implementasi Pancasila dalam Pengembangan Karakter 1. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila adalah dasar negara, idiologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia maka Pancasila harus dan perlu ditanamkan dimulai dari sekolah, kelompok bermain sampai ke perguruan tinggi, Pancasila wajib dikenalkan, diajarkan, dan ditanamkan pada semua peserta didik dan juga anggota masyarakat. Implementasi nilai-nilai Pancasila pada peserta didik sangat penting untuk ditanamkan dan diterapkan dalam kesehariannya.

Proses penanaman nilai-nilai Pancasila yang diterapkan pada sekolah dasar merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan mengandung tiga ranah pendidikan yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik ( freddy, 2019). Jadi para pendidik atau guru dalam menyampaikan materi pembelajarannya hendaknya menerapkan berbagai metode pembelajaran, agar tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan baik itu dikelas maupun diluar kelas.

Upaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran agama, mata pelajaran PKn dan mata pelajaran lainnya yaitu dengan mengajarkan dan menanamkan sila-sila Pancasila yang jumlahnya ada lima dan mengimplementasikannya dalam kegiatan di sekolah yaitu “ Ketuhanan yang maha esa”. Dari sejak nenek moyang kita terdahulu masyarakat Indonesia sudah percaya kepada

(29)

Tuhan. Sila pertama inilah yang menjiwai keempat sila lainnya.

Sebagaiman yang diungkapkan oleh Notonagara dalam Kaelan (2014;56) bahwasanya pendukung kelima sila dalam Pancasila adalah manusia, sebagaimana dalam penjelasannya dan butir-butir yang telah disebutkan mulai dari sila pertama sampai sila yang terakhir pada hakekatnya yang menjalankan semua nilai-nilai Pancasila adalah manusia itu sendiri.

Implementasi nilai-nilai Pancasila di sekolah hendaknya diterapkan sejak usia kanak-kanak karena di era digital saat ini jika tidak ditanamkan dari masa kanak-kanak akan berpengaruh ketika sudah beranjak remaja dan dewasa. Maka setiap sekolah diharapkan dengan sungguh-sungguh mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan Undang- Undang no 20 tahun 2003 pasal 2 yaitu pendidikan Pancasila dan UUD 1945. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan menyatakan bahwasanya tujuan pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar akhlak mulia, berkepribadian, pengetahuan, kecerdasan, serta keterampilan agar dalam menjalani hidup lebih terarah, mandiri dan berpendidikan tinggi (Judiani, 2010). Adapun cara yang diterapkan seorang guru di sekolah dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode dan model pembelajaran dalam kelas, diluar kelas maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah para peserta didik kita harus menguasai dan menerapkan nilai-nilai Pancasila sebab Pancasila sumber pengetahuan dari bangsa kita sendiri bukan dari bangsa lain.

(30)

Diantara cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa diantaranya adalah berdoa sebelum dan setelah pembelajaran, memberi salam kepada guru, sholat dhuha dan dhuhur berjamaah. Hal ini adalah bukti bahwa antara peserta didik telah terjalin persaudaraan dan kerja sama dan toleransi yang baik, terbukti dengan saling mengajak peserta didik lain dan pergi ke mushola bersama-sama dengan para guru untuk memimpin dan mengawasi agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan tertib.

Menurut Notonegoro dalam Kaelan (2014;58) bahwa sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dijiwai oleh sila-sila yang lain, negara merupakan lembaga kemanusiaan yang diadakan oleh manusia.

Keadilan yang ingin dicapai dalam hidup manusia bersama sebagai mahkluk Tuhan yaitu mewujudkan keadilan dalam hidup yang saling berdampingan. Sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa sesama manusia harus saling menghargai, menjunjung tinggi hak, persamaan derajat tanpa saling membedakan status dan golongan dari mana dia berasal karena Indonesia adalah satu. Implementasi nilai-nilai Pancasila pada sila kedua antara lain adalah bersikap sopan santun, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Guru memberikan keteladanan dan adil pada setiap peserta didik contohnya tidak membedakan yang kaya dan miskin, ras, bahasa, tempat tinggal, jenis kelamin, fisik dalam proses pembelajaran, apabila bertemu dijalan membiasakan bersalaman/

(31)

menyapa, melaksanakan tugas kelompok, dan menjenguk teman yang sedang sakit.

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, bahasa, budaya, dan ras. Namun dengan terbentuknya NKRI, dimulailah komitmen bersama untuk bersatu dalam perbedaan dan menjaga keberagaman tersebut untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu demi keutuhan bangsa dan negara. Itulah makna atau nilai yang terkandung dari sila ketiga. Sesuai dengan konstitusi tujuan negara yaitu berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap tumpah darah Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat persatuan tersebut. Warga negara yang baik sudah seharusnya melakukan tindakan semangat kebersamaan yang menunjukkan sikap dan perbuatan sebagai warga negara NKRI untuk mencapai kebahagiaan dan kemajuan bersama. Semangat inilah yang harus terus dijaga agar NKRI tetap eksis, dan dapat menjadi kuat karena terbangun suatu jalinan keberagaman yang harmonis ( Anugerah; 2018).

Indonesia adalah negara konstitusi yang berlaku sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 yang mengamanatkan agar terwujudnya sebuah negara yang demokratis, dan kedaulatan diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Nilai yang terkandung pada sila keempat Pancasila adalah pedoman berdemokrasi Indonesia. Implementasi atau penerapan yang dilakukan dapat terwujud lingkungan sekolah yaitu melalui permusyawaratan yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah.

Sedangkan implementasi kerakyatan bagi staf dan karyawan yang ada di

(32)

dalam lembaga pendidikan adalah terjadinya komunikasi lebih dari dua pihak, contohnya staf atau karyawan diperbolehkan bertanya mengenai perkembangan pendidikan dilingkungan sekolah tanpa ada rasa paksaan atau ancaman dari siapa pun. Staf atau karyawan dalam penerapan nilai- nilai Pancasila dalam membangun moral peserta didik harus diupayakan dengan berbagai cara, karena melalui lembaga pendidikanlah maka akan terjadi perkembangan moral yang nantinya akan menjadi contoh perilaku moral oleh seluruh masyarakat. Karena dimulai dari pendidikan perkembangan moral setiap individu akan terlihat perubahan yang menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (Sulianti; 2020).

Nilai-nilai karakter yang diterapkan haruslah bersumber dari nilai-nilai karakter yang ada pada bangsa Indonesia yang tercermin melalui Pancasila. Implementasi nilai-nilai Pancasila terkait dengan pembentukan karakter bangsa yang terdapat pada sila ke lima yaitu mengandung prinsip asasi keadilan sosial, kesejahteraan lahir dan batin, kekeluargaan dan gotong royong, dan etos kerja (Antari; 2020).

(33)

Tabel 2.1 Nilai Pancasila dan Deskripsi Pendidikan Karakter No Indikator Nilai-nilai

Pancasila

Deskripsi

1. Ketuhanan Sikap atau perbuatan yang

menunjukkan kepatuhan dan ketaatan terhadap ajaran agama

atau kepercayaan yang dianutnya tanpa adanya intervensi dari pihan manapun dan tidak mengganggu penganut agama yang lainnya.

2. Kemanusiaan Sikap dan perbuatan yang menunjukkan perilaku saling menyayangi, menghargai, dan menghormati diantara sesama manusia. Dan tidak membeda-bedakan manusia karena latar belakang budaya ataupun agama yang berbeda dengan dirinya.

3. Persatuan Sikap dan perilaku yang memperlihatkan suatu upaya yang dilakukan oleh warga negara dalam menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia antara lain: bersikap toleransi, menghindari pertikaian,

(34)

demokratis, bersahabat, dan cinta tanah air.

4. Kerakyatan Sebagai negara yang memilki dasar konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 agar terbentuknya suatu negara yang demokratis. Maka seorang warga negara harus menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat mencegah pertikaian dan koflik. Seperti melakukan musyawarah dan mencari solusi dalam menghadapi koflik dan menghindari pertikaian yang dapat merusak keutuhan dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bersikap komunikatif.

5. Keadilan mengandung prinsip asasi keadilan sosial, kesejahteraan lahir dan batin, kekeluargaan dan gotong royong, dan etos kerja.

2. Kaitan Antara Pancasila dan Proses Pengembangan Karakter Pancasila adalah dasar, falsafah, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Didalam Pancasila terdapat nilai-nilai luhur yang telah dianut

(35)

oleh nenek moyang kita sejak dahulu dalam menjalani kehidupan yang layak sebagai seorang manusia yang senantiasa mengabdikan hidupnya pada Tuhan dan juga bermanfaat bagi alam dan lingkungan sebagai tempat tinggalnya dan melestarikannya. Didalam Pancasila terdapat serangkaian nilai-nilai yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan mengacu pada tujuan yang satu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan ( Puji Asmaroini : 2016).

Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersumber dari budaya Indonesia telah menjadi idiologi dan pandangan hidup. Pancasila juga sebagai sumber karakter bangsa, maksudnya adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal keturunan, bahasa, adat dan sejarah Indonesia (Intan Permata Sari : 2019).

Penerapan atau implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berperan sebagai pengatur atau pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku untuk masyarakat Indonesia dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dengan tanah air dengan nusa dan bangsa dengan pemerintahan dan dengan negara untuk bersatu padu dalam merealisasikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kaitannya dengan pengembangan karakter maka dapat disaksikan bahwa

(36)

didalam nilai-nilai Pancasila telah termuat dan terkandung nilai-nilai karakter yang sangat penting dikembangkan bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa, sehingga tidak mudah terpengaruh, terprovokasi, dan terlena dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan juga agar para siswa tidak kehilangan jati diri mereka sebagai bangsa yang menunjung tinggi Pancasila sebagai peletak dasar yang fundamental bagi kehidupan bangsa dan negara kesatuan republik Indonesia.

C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan pengalaman dan sejarah panjang Pendidikan Kewarganegaraan dari sebelum terbentuknya negara Indonesia hingga menjadi NKRI menunjukkan bahwa implementasi Pancasila melalui jalur pendidikan dilakukan dengan memuatkannya sebagai bagian dari materi pembelajaran (instructional material) Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) di Indonesia. Upaya menjadikan Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) sebagai sarana bagi sosialisasi Pancasila ini pernah dilakukan pada masa orde lama yakni dengan pelajaran civics (1960), orde baru dengan menerapkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) kurikulum 1975, 1984, dan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berdasarkan kurikulum 1994. Orde reformasi dengan pelajaran Kewarganegaraan (2004), Pendidikan Kewarganegaraan (2006) dan PPKn (2013).

(37)

Menurut Undang-Undang nomor 2/1989 pasal 39 Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai pendidikan umum disamping pendidikan agama dan pendidikan Pancasila untuk jenis dan jenjang pendidikan. lebih lanjut Pendidikan kewarganegaraan diatur pula pada peraturan surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional no 34/Dikti/Kep/2006 tentang rambu- rambu pelaksanaan mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Ujang Charda, 2019;7).

2. Hubungan Materi Pancasila dan Fungsi Pendidikan Kewargnegaraan

Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat keterkaitan atau hubungan antara Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila yang sangat berperan dalam proses pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik. Disekolah dasar perkembangan pendidikan karakter tak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada dalam tatanan moral bangsa Indonesia yang termuat jelas dalam Pancasila sebagai dasar negara. Pendidikan moral Pancasila, yang sejak dari pendidikan dasar telah diajarkan tentu memiliki tujuan yang sangat mulia, tiada lain untuk membentuk anak negeri sebagai individu yang beragama, memiliki

(38)

rasa kemanusiaa, tenggang rasa demi persatuan, menjunjung tinggi nilai- nilai musyawarah untuk kerakyatan serta berkeadilan hakiki. Oleh karena itu, fokus utama yang harus diperbaiki untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia saat ini adalah meningkatkan dan mengembangkan sikap moralitas siswa dengan memberikan pendidikan moral Pancasila sehingga ada keterpaduan sistem pembelajaran baik dari segi sarana, biaya, pengajar dan pelajar. Tujuan dari pendidikan ini adalah bukan hanya mengajarkan tentang teori atau konsep pendidikan, akan tetapi hal yang lebih penting yaitu terbentuknya karakter yang baik, yaitu pribadi yang memiliki pengetahuan moral, peranan perasaan moral dan perilaku moral sehingga pengembangan karakter dapat berjalan dengan optimal yaitu antara pengetahuan dan juga tindakan (Syamsul : 2017).

Berdasarkan pengalaman di atas, Pancasila selalu menjadi bagian dari materi Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia. Artinya Pancasila menjadi muatan materi dari PKn. Pancasila sebagai konsep sendiri memiliki makna dan penjelasan yang beragam sejalan dengan pendekatan pemikiran yang dilakukan. Dengan demikian patut dipertanyakan perihal isi Pancasila apakah dan nilai-nilai Pancasila yang manakah yang seyogyanya dapat dijadikan muatan materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan saat ini belum terumuskan secara jelas dan benar ( Winarno : 2017).

Dalam sejarah Indonesia dapat ditemukan pula tentang hubungan antara Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila yaitu bahwa muatan

(39)

materi Pancasila merupakan isi dari pembelajaran PPKn, dapat dikemukakan bahwa muatan Pancasila dalam PPKn berisi uraian perihal isi Pancasila. Materinya menekankan pada nilai-nilai Pancasila sebagai upaya memantapkan usaha penghayatan dan pengamalan Pancasila disekolah. Dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan sekolah tahun 2006 memuat tentang ruang lingkup Pancasila yang menjadi isi materi PPKn. Ruang lingkup Pancasila ini berisi materi: pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan idiologi negara, dan Pancasila sebagai idiologi terbuka. Keempat materi Pancasila ini dalam kurikulum telah disusun peruntukkannya sesuai dengan jenjang pendidikan di sekolah. Untuk materi pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara diperuntukkan bagi PKn tingkat sekolah dasar (SD).

Materi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan idiologi negara diperuntukkan bagi PKn jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sedangkan materi Pancasila sebagai idiologi terbuka diperuntukkan bagi PKn jenjang sekolah menengah atas (SMA) ( Winarno : 2017).

Hubungan antara materi Pancasila dan fungsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

(40)

Tabel 2.2

Hubungan antara Materi Pancasila dan Fungsi PPKn Materi Pancasila sebagai isi

PPKn

Fungsi PPKn

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Sebagai pendidikan nilai moral

Pancasila sebagai idiologi kebangsaan

Sebagai pendidikan kebangsaan

Pancasila sebagai dasar negara Sebagai pendidikan politik dan hukum

Materi Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan termasuk bahan pembelajaran yang bersifat ‘The Great Ough’ yang tidak dapat dihindari untuk disampaikan kepada peserta didik dalam rangka pembentukan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan pembangunan karakter keIndonesiaan (nation character building). Materi Pancasila mengandung unsur filsafat pendidikan parrenialisme oleh karena ia merupakan nilai-nilai luhur sebagai warisan bangsa. Materi Pancasila dalam ilmu sosial termasuk bahan yang sifatnya formal structur content sebagai unsur perekat dan pemersatu bangsa. Pancasila telah diterima sebagai nilai kebajikan bersama, yang dalam gagasan kewarganegaraan komunitarian, dianggap sebagai konsepsi tentang kehidupan yang baik.

Bangsa dalam hal ini penyelenggara negara berhak menyampaikan nilai-

(41)

nilai kebajikan kepada warganya untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan masyarakat itu sendiri.

3. Teori Konstruktivisme Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Teori konstruktivisme merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarpun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivisme memandang subyek untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi ( Godlif : 2017). Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:

(42)

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman suatu konsep secara lengkap.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Dalam konteks pendidikan Kewarganegaraan pembelajaran dengan pendekatan teori konstruktivistik merupakan salah satu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan cara berfikir kritis peserta didik sehingga diharapkan peserta didik mampu mengkritisi, memberikan pendapat, serta menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Sa’odah konsep dasar konstrktivisme memiliki beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:

1. Siswa sebagai individu yang unik bahwa dalam pembelajaran merupakan individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula.

2. Pembelajaran yang dapat mengelola diri sendiri yaitu siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya

(43)

belajarnya dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda.

3. Tanggung jawab pembelajaran yaitu dalam teori ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar bertumpu pada siswa.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang membahas tentang Pendidikan Kewarganegaraan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk skripsi, jurnal, ataupun artikel.

Di antara penelitian yang terkait dengan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

a. Penelitian dilakukan oleh Azhari Azis Samudra dengan judul “Sistem Penjaminan Mutu Internal: Studi Tentang Pendidikan Karakter Sekolah Dasar di Jakarta” Volume 1 No 1 September 2021. Diperoleh hasil Implementasi Sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah masih menghadapi berbagai permasalahan seperti belum tersosialisasikannya standar nasional pendidikan secara utuh, peningkatan mutu pendidikan masih terbatas pada pemantauan komponen mutu disatuan pendidikan, pemetaan mutu yang belum terpadu, dan tindak lanjut hasil pendataan mutu pendidikan belum terorganisir pada penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan pada setiap tingkat. Maka dari itu diperlukan pengembangan pendidikan karakter untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang memiliki komponen pengetahuan, kesadaran atau kemampuan serta tindakan

(44)

untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Upaya peningkatan sistem penjaminan mutu internal yang berkarakter bisa diketahui melalui kualitas sekolah, guru, dan pengembangan karakter siswa melalui potensi efektif, jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, mandiri, kreatif dan berwawasan.

Pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan sehingga anak memiliki kecerdasan emosi. Akan tetapi terdapat kendala yaitu sistem informasi yang mendukung kegiatan belajar masih lemah, anggaran yang terbatas, kurangnya kerjasama dan komunikasi yang baik antra pihak sekolah dan orang tua murid dalam pembentukan karakter. Dengan hasil Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah terdiri dari lima tahapan yaitu pemetaan mutu, perencanaan pemenuhan mutu, pelaksanaan pemenuhan mutu, audit pelaksanaan pemenuhan mutu, dan penyusunan strategi pemenuhan mutu yang baru.

Untuk menghasilkan pemetaan mutu dapat menerapkannya melalui evaluasi diri sekolah/madrasah yang telah dibuat oleh pihak sekolah sendiri ataupun dari pemerintah, dan disusun sesuai dengan skala proiritas, mengetahui kelemahan yang terdapat pada indikator atau subindikator mutu kemudian dimasukkan kedalam rencana kerja sekola/madrasah dan rencana kerja anggaran sekolah. Pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman SPMI kepada pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga pendidikan lain, orang

(45)

tua/komite sekolah, dan pemangku kepentingan dalam meningkatkan keterampilan sekolah dalam pelaksanaan SPMI.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Syarbini, M.Pd. dengan judul Implementasi Nilai-Nilai Esensial Sebagai Basis Revolusi Karakter Dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah. Penelitian ini berusaha untuk menguraikan persoalan-persoalan yang memiliki hubungan dengan menjelaskan kemampuan pada sebuah bangsa khususnyaa masyarakat Indonesia sebagai syarat tumbuhnya mentalitas pembangunan. Persoalan seperti ini tentu saja berkembang seiring dengan konsekuensi dan substansi dari Pendidikan Kewarganegaraan yang seharusnya menjiwai setiap tindakan dan perilaku warga negara. Selain itu, mata pelajaran kewarganegaraan memilki sejarah yang cukup panjang dalam mengawali, membangun, persoalan terkait dengan moral warga negara (Kewarganegaraan, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan). Penelitian ini berusaha untuk menggali nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa Indonesia untuk melihat perubahan karakter dalam dunia Pendidikan Kewarganegaraan, dan seperti apa penerapannya di sekolah.

Pendidikan karakater atau akhlak sejatinya sudah ada sejak awal dalam ajaran Islam. Keterangan yang menjelaskan tentang

(46)

pembentukan karakter ini dapat kita temukan dalam kitab suci Al- Qur’an pada surah Al-Qalam ayat 4 dengan terjemahannya yaitu:

ٍميِظَع ٍقُلُخ ٰىَلَعَل َكَّنِإ َو

{ 4 }

“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Dari ayat tersebut Allah SWT ingin menyadarkan manusia bahwa sebagai makhluk ciptaan yang paling sempurna sudah menjadi kewajiban manusia untuk mencohtohi perbuatan-perbuatan yang baik dengan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai insan dan manusia paling sempurna yang ada di bumi ini. Yaitu dengan meneladani dan mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW dengan mencontohi perbuatan, perkataan, dan perilakunya.

menanamkan nilai-nilai yang luhur didalam diri manusia dan mengharuskan manusia untuk bersukur dan semakin mengoptimalkan akal pikiran yang diberikan Allah sebagai jalan untuk mendekatkan kita kepada sang pencipta. Nilai dapat diartikan sebagai identitas bagi setiap individu yang merupakan cerminan dari perilaku dan karakter seseorang sehinnga orang lain dapat menilai kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh setiap orang dan hal ini menjadi patokan dalam setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kesimpulan dari penelitian Implementasi Nilai-Nilai Esensial sebagai Basis Revolusi Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan

(47)

di Sekolah yaitu suatu gerakan perubahan dalam membentuk karakter dengan mengintegrasikan tiga aspek manusia secara terpadu, yaitu kepercayaan (afektif), pemikiran (kognitif), tindakan (psikomotor), yang berlangsung yang sejalan dengan perubahan tanpa menghilangkan ataupun merubah makna yang sesungguhnya (sosialized, internalized, personalized, civilized), sehingga perilaku yang ditampakkan benar

secara moral sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai karakter bangsa, untuk dijadikan karakter individu dalam lingkungan komunitas tertentu, yakni masyarakat persekolahan, dan Civic Education melalui mata pelajaran di kelas, seperti jujur, tangguh, cerdas dan peduli. Implementasi nilai-nilai dasar karakter sebagai basis revolusi mental (karakter) harus ada dan terindikasi secara tertulis dalam visi, misi, tujuan, program dan kegiatan Citizenship Education sekolah dan Civic Education di kelas, terencana dan terukur perubahan dan

capaiannya melalui indikasi-indikasi tertentu, direalisasikan melalui proses, penataan kehidupan situasi lingkungan sekolah dan kegiatan pendidikan (materi, metode, evaluasi) serta tujuan yang diharapkan.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Suyitno dengan judul:

pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan kearifan lokal jurnal pendidikan karakter FBS Universitas Negeri Malang, Jawa Tengah Indonesia, Tahun II No. 1 Februari 2012 ditemukan hasil yaitu dalam pengembangan pendidikan karakter, diperlukan pemahaman bersama antara pemerintah, lembaga

(48)

pendidikan, pendidik (guru/orang tua), dan masyarakat mengenai pentingnya pembangunan karakter bangsa. Melalui aktivitas pembelajaran guru mempunyai peran untuk mendesain dan menciptakan pembelajaran yang kondusif dan sehingga akan terbentuk lingkungan belajar yang menjamin terwujudnya pendidikan karakter. Pembentukan karakter dapat dimulai dari keinginan untuk mengetahui serta melakukan hal yang baik agar tercipta kebiasaan, baik dihati, pikiran, maupun perilaku.

d. Penelitian dilakukan oleh Siti Fatimah dan Dinie Anggraeni Dewi dengan judul Pengimplementasian Nilai-nilai Pancasila dalam Membangun Karakter Jati Diri Bangsa jurnal Penelitian Ilmu Humaniora Universitas Pendidikan Indonesia, Vol 1 No. 5 Mei 2021 mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan melalui pembelajaran dalam dunia pendidikan dan penciptaan lingkungan bersuasana Pancasila yang dikenal dengan kampung Pancasila.

Penerapan dalam dunia pendidikan dapat disisipkan dalam setiap pembelajaran, lingkungan sekolah yang mendukung , dan mencontohkan perilaku yang baik. Sedangkan penerapan dalam kampung Pancasila dapat diajarkan melalui nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, rukun, musyawarah, dan lain-lain. Ditengah degradasi moral dan banyaknya permasalahan karakter diharapkan dengan adanya pengimplementasian nilai Pancasila, generasi kita mampu memiliki karakter yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai luhur

(49)

Pancasila sehingga tidak menghilangkan identitas jati diri bangsa Indonesia.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Mijahamuddin Alwi dengan judul “Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam Meningkatkan Profesional Guru Sains Sekolah Dasar Kecamatan Suralaga. Penelitian ini membahas tentang kelompok kerja guru (KKG) yang menjadi forum komunikasi professional bagi guru sekolah dasar disuatu gugus, tempat guru mengadakan diskusi, tanya jawab dan upaya pembinaan serta pengembangan profesionalismenya dengan bimbingan guru pemandu, kepala sekolah, pengawas, dan para pembina pendidikan lainnya.

Tujuan KKG sebagai wadah profesionalisme yaitu: memperluas wawasan dan pengetahua guru dalam berbagai hal, khususnya substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan sarana/prasana belajar, memanfaatkan sumber belajar, memberi kesempatan untuk berbagi pengalaman, umpan balik, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran, dan meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan ditingkat KKG (Depdiknas, 2008:4-5). Depdikbud dalam bukunya pedoman pengelolaan gugus sekolah menyatakan KKG berfungsi untuk menyusun kegiatan KKG selama setahun dibimbing pengawas, tutor dan guru pemandu, dan menampung serta memecahkan masalah

(50)

yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar melalui pertemuan, diskusi, contoh mengajar, demonstrasi alat peraga dan pembuatan alat peraga (Depdiknas, 1997:4). Berdasarkan keputusan Mendikbud RI tahun 1982 tentang sekolah dasar, dan Keputusan Dirjen Dikdasmen tahun 1993 tentang pedoman pelaksanaan sistem pembinaan professional guru melalui pembentukan gugus sekolah dasar, maka telah jelas bahwa salah satu wadah atau tempat yang dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan professional guru sekolah dasar diantaranya melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), selain peningkatan professional melalui jenjang akademik berupa sekolah atau pendidikan formal (Depdiknas, 1997:46).

f. Penelitian yang dilakukan oleh Maman Rachman dengan judul pengembangan pendididkan karakter berwawasan konservasi nilai- nilai sosial jurnal universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah Indonesia Forum Ilmu Sosial, Vol.4 No.1 Juni 2013 konservasi nilai sosial merupakan upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang tidak baik.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MIS Muhammadiyah Wuring Kabupaten Sikka”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru pendidikan kewarganegaraan dalam

(51)

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai upaya mengembangkan karakter siswa dan juga untuk mengetahui upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam mengembangkan karakter siswa melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam implementasi nilai-nilai Pancasila.

Tabel 2.3 Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya No. Nama Temuan

1. Azhari Azis Samudra

Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah terdiri dari lima tahapan yaitu pemetaan mutu, perencanaan pemenuhan mutu, pelaksanaan pemenuhan mutu, audit pelaksanaan pemenuhan mutu, dan penyusunan strategi pemenuhan mutu yang baru.

2. Dr.H.Syarbini, M.Pd.

Implementasi Nilai-Nilai Esensial sebagai Basis Revolusi Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah yaitu suatu gerakan perubahan dalam membentuk karakter dengan mengintegrasikan tiga aspek manusia secara terpadu, yaitu kepercayaan (afektif), pemikiran (kognitif), tindakan (psikomotor).

3. Imam Suyitno Adanya pemahaman bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan, pendidik (guru/orang tua), dan masyarakat mengenai pentingnya pembangunan karakter bangsa. Melalui aktivitas pembelajaran guru mempunyai peran untuk mendesain dan menciptakan pembelajaran yang kondusif dan sehingga akan terbentuk lingkungan belajar yang menjamin terwujudnya pendidikan karakter.

Pembentukan karakter dapat dimulai dari keinginan untuk mengetahui serta melakukan hal yang baik

(52)

agar tercipta kebiasaan, baik dihati, pikiran, maupun perilaku.

4. Siti Fatimah dan Dinie Anggraeni Dewi

Pengimplementasian Nilai-nilai Pancasila dalam Membangun Karakter Jati Diri Bangsa dapat diterapkan melalui pembelajaran dalam dunia pendidikan dan penciptaan lingkungan bersuasana Pancasila yang dikenal dengan kampung Pancasila.

5. Mijahamuddin Alwi

Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam Meningkatkan Profesional Guru Sains Sekolah Dasar kelompok kerja guru (KKG) yang menjadi forum komunikasi professional bagi guru sekolah dasar disuatu gugus, tempat guru mengadakan diskusi, Tanya jawab, dan upaya pembinaan serta pengembangan profesionalisme dengan bimbngan guru pemandu, kepala sekolah, pengawas, dan para Pembina pendidikan lainnya.

6. Maman Rachman

Pengembangan pendidikan karakter berwawasan konservasi nilai-nilai sosial adalah upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima sekumpulan nilai yang ada pada suatu masyarakat yang berfungsi sebagai pembeda antara yang baik dan yang dianggap buruk

7. Peneliti Meneliti strategi guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai upaya mengembangkan karakter siswa dan juga untuk mengetahui upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam mengembangkan karakter siswa

E. Kerangka Pikir

MIS Muhammadiyah Wuring adalah satuan pendidikan yang terlibat dalam pembentukan SPMI bersama sekolah ataupun madrash yang berada dalam satuan gugus melalui kegiatan kelompok kerja guru (KKG)

(53)

yang berada di Kabupaten Sikka khususnya Kecamatan Alok Barat.

Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sebuah pedoman dalam satuan pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam membuat pemetaan mutu, pelaksanaan kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal yang meliputi; analisis pemetaan mutu, rencana pemenuhan mutu, rencana implementasi pemenuhan mutu, penyusunan penjaminan mutu, dan menetapkan standar mutu dan semuanya telah dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan sesuai dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) berdasarkan instrumen Evaluasi Diri Madrasah (EDM). Delapan standar tersebut adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tanaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan, dan standar budaya religius.

Pelaksanaan pemetaan mutu yang dilakukan secara mandiri serta memenuhi dan mencapai delapan standar sehingga sekolah atau madrasah harus bisa mengoptimalkan pengembangan karakter siswa melalui standar proses pembelajaran yaitu madrasah mengembangkan silabus dan RPP serta memenuhi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran sehingga terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan

(54)

efisien maka guru harus menanamkan dan menyertakan nilai-nilai karakter dalam setiap proses di madrasah yang tentunya hal tersebut menjadi tanggung jawab bagi setiap guru bukan hanya untuk guru-guru agama ataupun guru-guru pendidikan kewarganegaraan.

Kemudian guru memberikan contoh atau keteladanan bagi siswa melalui berbagai kegiatan yang rutin dilakukan dalam setiap aspek kehidupan, karena itu keteladanan yang ditunjukkan oleh guru merupakan salah satu metode dalam mengembangkan dan mengimplementasikan sikap dan perilaku siswa pada nilai-nilai kebaikan dan bermoral.

Pembiasaan adalah sebuah aktivitas atau kegiatan yang rutin dilakukan dan konsisten sehingga menjadi sebuah kebiasaan.

Pembiasaan merupakan cara-cara yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya seperti melakukan sholat berjamaah, membersihkan lingkungan sekitar dan bagaimana cara betutur kata atau komunikasi yang baik dengan orang lain. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah budaya religius yaitu kegiatan keagamaan seperti melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sopan santun dalam berbicara antar siswa, antara siswa dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya, antar guru dengan guru dan antar guru dengan tenaga kependidikan, membudayakan 3S (senyum, salam, sapa), saling menghormati, membantu, gotong royong, kerja bakti, persatuan, dan kerja sama.

(55)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diprogramkan oleh madrasah untuk mengoptimalkan pengembangan karakter siswa sesuai dengan minat dan bakat dari masing-masing siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Disamping itu, adalah untuk memberikan pembinaan terhadap siswa sehingga terbentuk manusia yang memiliki kepribadian dan karakter yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler sejatinya adalah usaha atau upaya bagaimana mengembangkan karakter siswa dan implementasinya dalam kehidupan nyata secara baik dan benar.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pengembangan karakter siswa yaitu kemejemukan warga sekolah, sarana dan prasarana, dukungan dari pihak dan warga sekolah, orang tua siswa dan lingkungan masyarakat, sedangkan yang menjadi faktor penghambat antara lain yaitu latar belakang siswa yang heterogen disebabkan kelaurga yang berbeda, adanya pengaruh negative dari pergaulan siswa diluar sekolah, penggunaan media yang salah, dan sarana prasarana yang terbatas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

Selanjutnya sekolah/madrasah menetapkan program-program yang perlu dikembangkan di madrasah belum berjalan secara optimal, karena kegiatan yang ingin dilaksanakan kurang mendapat dukungan dan motivasi orang tua siswa dam lingkungan masyarakat terhadap pengembangan karakter siswa dan penerapannya. Faktor pendukung dan

(56)

penghambat diharapkan mampu menjadi penghubung dalam mengimplementasikan program-program pengembangan karakter siswa untuk mewujudkan dan menjadi alternatif pemecahan tantangan utama yang memiliki karakteristik yang saling mendukung, saling tergantung, atau saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang sama.

(57)

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

✓ Sistem Penjaminan Mutu Internal sekolah dan madrasah (SPMI) yang disesuaikan atau menyelaraskan dengan kebijakan yang ada dimadrasah

✓ Metode pembelajaran

Pengembangan karakter nilai-nilai pancasila

✓ Religius/agama

✓ Pengetahuan

✓ Persatuan

✓ Sosial

✓ Kerjasama/gotong royong

pengembangan karakter siswa Gambar 2.1 kerangka pikir

Faktor Pendukung Pengembangan Karakter

Siswa

Faktor Penghambat Pengembangan Karakter Siswa

(58)

51 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena relevan dengan tujuan penelitian yang akan mengetahui strategi dan upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muhammadiyah Wuring. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif analitis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas terhadap objek yang diteliti secara objektif. Penelitian deskriptif ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui implementasi nilai-nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan-perbandingan, atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan ilmiah yang menggambarkan keadaan sosial yang ada ditempat penelitian dengan mendeskripsikan kenyataan yang benar-benar terjadi, dan membentuk sebuah kata-kata lalu menjadi kalimat dengan teknik pengumpulan data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Moleong, 2008:35). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu pendekatan fenomenologi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu untuk mendalami dan menggambarkan berbagai fenomena terkait

(59)

dengan implementasinilai-nilai Pancasila dalam pengembangan karakter siswa melalui pembelajaraan Pendidikan Kewarganegaaraan untuk membentuk karakter yang baik dalam diri siswa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muhammadiyah Wuring Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru PPKn, dan kepala sekolah. Subjek penelitian dari guru PPKn dalam penelitian adalah berjumlah 3 orang guru dan kepala sekolah berjumlah 1 orang. Untuk melengkapi hasil yang sesuai dalam penelitian, maka dapat ditentukan objek penelitiannya adalah Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Mengenai indikator yang diteliti yaitu terkait dengan strategi pembelajaran, upaya-upaya dalam proses pembelajaran, dan metode pembelajaran.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan

Adapun penelitian ini merupakanpenelitian kualitatif deskriptif dengan situasi sosial dalam penelitian ini meliputi : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wuring yang berada di kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai tempat yang akan diteliti, guru yang mengajar mata pelajaran PPKN, kepala sekolah dan peserta didik sebagai pe;aku (actors), implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan karakter siswa melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

 Panteisme : Panteisme, berasal dari kata pan (seluruh) dan teisme (paham ketuhanan), suatu kepercayaan bahwa Tuhan berada dalam segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu adalah

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

Membenarkan Kerajaan Malaysia memasukkan kaveat persendirian melalui Pemegang Pertaruhan atas perbelanjaan Peminjam/Penerima Biaya ke atas Hakmilik Induk dengan Akujanji untuk

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)