7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2004:67) pendapaan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Sumber pendapatan asli daerah ada 4 yaitu:
a. Pajak Daerah.
Menurut Halim (2004:67) “Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota”. Jenis pendapatan pajak untuk Provinsi meliputi Objek Pendapatan berikut:
a) Pajak Kendaraan Bermotor.
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d) Pajak Kendaraan di Atas Air.
e) Pajak Air di Bawah Tanah.
f) Pajak Air Permukaan.
Jenis pajak Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a) Pajak Hotel.
b) Pajak Restoran.
c) Pajak Hiburan.
d) Pajak Reklame.
e) Pajak Penerangan Jalan.
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.
g) Pajak Parkir.
b. Retribusi Daerah.
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Jenis pendapatan retribusi untuk provinsi meliputi objek pendapatan berikut (Halim, 2004:68):
(1) Retribusi Pelayanan Kesehatan.
(2) Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah.
(3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.
(4) Retribusi Pengujian Kapal Periklanan.
Pengelompokan jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut:
(1) Retribusi Jasa Umum, terdiri dari:
(a) Retribusi Pelayanan Kesehatan
(b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP
(d) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil (e) Retribusi Pelayanan Pemakaman
(f) Retribusi Pelayanan Pengabuan Mayat
(g) Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum (h) Retribusi Pelayanan Pasar
(i) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
(j) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran (k) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
(l) Retribusi Pengujian Kapal Periklanan (m) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (2) Retribusi Jasa Usaha
(a) Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir Atau Pertokoan (b) Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan
(c) Retribusi Jasa Usaha Term inal
(d) Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir
(e) Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/
Pesanggrahan / Villa
(f) Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus (g) Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan (h) Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal (i) Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi Dan Olahraga (j) Retribusi Jasa Usaha Penyebrangan di Atas Air (k) Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair
(l) Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah
(3) Retribusi Perizinan Tertentu
(a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
(b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol (c) Retribusi Izin Gangguan
(d) Retribusi Izin Trayek
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan.
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Jenis pendapatan ini meliputi Objek pendapatan berikut:
a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah.
b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank.
c. Bagian Laba Lembaga Keuangan NonBank.
d. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.
d. Lain-lain PAD yang Sah.
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
b. Penerimaan jasa giro.
c. Penerimaan bunga deposito.
d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah (TP-TGR).
B. RETRIBUSI DAERAH
1. Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi secara umum adalah pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa daerah (Rochmad Sumitro,1979:17). Atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik yang secara langsung dapat ditunjuk.
Sutedi (2008:84) menyebutkan ciri-ciri mendasar dari retribusi adalah:
1. Retribusi dipungut oleh negara;
2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis;
3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;
4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa-jasa yang disiapkan negara.
1) Menurut Halim (2004:67) “retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah”.
2) “Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan , atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung” (Rohmat Sumitro dalam Sutedi, 2008:74).
3) Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 tahun 2010 menyebutkan bahwa “retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan”.
Menurut Sutedi (2008:84) ciri-ciri pokok retribusi daerah adalah:
a. Retribusi dipungut oleh Pemda.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan pemda yang langsung dapat ditunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan jasa yang disediakan pemda.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah pasal 1 menyatakan pengelompokan retribusi daerah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Retribusi Jasa Umum
Adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Retribusi Jasa Usaha
Adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
C. RETRIBUSI PASAR
Pasar tradisional daerah yang selanjutnya disebut pasar adalah area tempat jual beli barang dengan penjual lebih dari satu yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan tempat usaha berupa
kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
1. Pengertian Retribusi Pasar
Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional menyebutkan “retribusi pasar yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin pelayanan pasar yang khusus disediaakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan”.
2. Jenis Retribusi Pasar
a. Retribusi Pelayanan Pasar terdiri dari plataran, kios, los, dan tunggakan.
b. Retribusi Kekayaan Daerah terdiri dari tanah reklame, tanah MMS, retribusi shelter PKL, dan sewa kios gol I,II,III.
c. Fasilitas Umum terdiri dari retribusi MCK dan pemanfaatan listrik tambahan.
d. Pendapatan Kontribusi Penempatan Los/Kios terdiri dari penempatan los/kios baru dan pemindahan sewa los/kios lama.
e. Rupa-rupa terdiri dari Biaya balik nama, pungutan retribusi pemasangan reklame di pasar, pungutan retribusi bongkar muat
barang di pasar, pungutan retribusi terhadap penggunaan kelebihan tempat dasaran, pengelolaan MCK dan titipan sepeda.
3. Subyek Retribusi Pasar
Subyek retribusi pasar adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh fasilitas pasar.
4. Obyek Retribusi Pasar
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah Pasal 29 Obyek retribusi pasar adalah jasa pelayanan penggunaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa plataran, los, kios yang dikelola Pemerinatah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, dikecualikan dari objek retribusi adalah fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
5. Dasar Pengklasifikasian Pasar
Pengklasifikasian pasar di kota Surakarta dibagi menjadi 4 (empat) wilayah dan 3 kelas. Kelas pasar adalah keadaan pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a) Letak b) Fasilitas c) Sarana
d) Jumlah pedagang
e) Jumlah pengunjung
f) Retribusi yang dapat dipungut
Berikut merupakan pengklasifikasian Pasar di Kota Surakarta berdasarkan wilayah dan kelas pasar:
Tabel II.1
Pengklasifikasian Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Kelas
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta KELAS I
1. LEGI 2. KLEWER 3. SINGOSAREN 4. GEDE
5. HARJODAKSINO 6. JONGKE
7. NUSUKAN 8. NOTOHRAJO
NGARSOPURO
KELAS II 1. TRIWINDU 2. REJOSARI 3. TURISARI 4. PURWOSARI 5. SIDODADI 6. KADIPOLO 7. LEDOKSARI 8. KEMBANG 9. CINDERAMATA 10. JEBRES
11. TANGGUL 12. DEPOK 13. AYAM 14. KLIWON 15. KABANGAN 16. MEBEL
17. AYU BALAPAN 18. PENUMPING 19. MOJOSONGO 20. PUCANGSAWIT
KELAS III 1. NGEMPLAK 2. BANGUNHARJO 3. SIDOMULYO 4. SANGKRAH 5. GADING 6. BUAH JURUG 7. TUNGGULSARI 8. MOJOSONGO P 9. JOGLO
10. BAMBU 11. NGUMBUL 12. BESI TUA
Tabel II.2
Pengklasifikasian Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Wilayah
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta
6. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasar
Besar penetapan struktur tarif berdasarkan jenis fas ilitas yang terdiri dari : plataran, los, kios, luas kios, letak, kelas pasar, jenis
WILAYAH I 1. GEDE
2. TANGGUL 3. REJOSARI 4. LEDOKSARI 5. JEBRES 6. MOJOSONGO 7. MEBEL
8. PANGGUNGREJO 9. TUNGGULSARI 10. JURUG
11. NGEMPLAK 12. SANGKRAH 13. MOJOSONGO P
PUCANGSAWIT
WILAYAH II 1. LEGI
2. NUSUKAN 3. TURISARI 4. DEPOK
5. AYU BALAPAN 6. BANGUNKARJO 7. SIDOMULYO 8. JOGLO 9. BAMBU
NGUMBUL
WILAYAH III 1. SINGOSAREN 2. JONGKE 3. NGARSOPURO 4. TRIWINDU 5. KEMBANG 6. KADIPOLO 7. KABANGAN 8. PENUMPING 9. PURWOSARI 10. SIDODADI
WILAYAH IV 1. KLEWER
2. HARJODAKSINO 3. NOTOHARJO 4. KLIWON 5. AYAM
6. CINDERAMATA 7. GADING
8. BESI
dagangan, jangka waktu pemakaian, dan pemakaian daya listrik.
Berikut tarif retribusi pelayanan pasar Kota Surakarta:
Tabel II.3
Tarif Retribusi Pelayanan Pasar
No. Jenis Tempat Besarnya Retribusi
1. Pelataran Klas 1 Klas 2 Klas 3
Rp. 500,- / / hari
Rp. 300,- / / hari
Rp. 200,- / / hari 2. Los
0,1 TNTD*
3. Kios
0,1 TNTD*
*TNTD : Taksiran Nilai Tempat Dasaran di tetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali dapat di tinjau kembali.
Keterangan: Dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta menyebutkan bahwa:
Pelataran adalah tempat atau lahan terbuka di area pasar yang digunakan untuk ruang publik dan sebagian dapat digunakan untuk pedagang oprokan.
Los adalah tempat berjualan didalam lokasi pasar yang diizinkan yang beralas permanen dalam bentuk memanjang
tanpa dilengkapi dengan dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat berjualan barang atau jasa.
Kios adalah tempat berjualan d idalam lokasi pasar yang diizinkan dan dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari lantai, dinding, plafon atau atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat berjualan barang atau jasa.
7. Tata Cara Pembayaran Retribusi Pasar
Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai/ lunas di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikotamadya sesuai waktu yang ditetapkan dengan menggunakan SSRD, SKRD, SKRD Jabatan, SKRD Tambahan dan STRD.
SSRD (Surat Setoran Retribusi Daerah) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.
SKRD Jabatan adalah surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pejabat dalam hal Wajib Retribusi tidak memenuhi SPTRD.
SKRD Tambahan adalah surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pejabat dalam hal ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap dalam pemeriksaan.
STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ sanksi administrasi beruap bunga atau denda.