BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keterampilan Bertanya
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Bertanya dalam proses pembelajaran sangat penting, dengan pertanyaan yang baik dan tepat dalam melontarkannya berpengaruh positif bagi siswa. Keterampilan dan kelancaran bertanya guru dan calon guru perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi maupun tekniknya.
Menurut Mufarokah (2009:153) Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pernyataan yang dilontarkan guru yang menuntut respons atau jawaban dari siswa.
Keterampilan bertanya ialah kegiatan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa berpikir dan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.
Sedangkan menurut Hasibuan dan Moejiono dalam buku Mufarokah; bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenali. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Menurut Mufarokah (2009:154) keterampilan bertanya bertujuan untuk: (a) Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, ; (b) Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi, ; (c) Melatih siswa berpikir devergen, ; (d) Melatih kemampuan mengutarakan pendapat, ; (e) Mencapai tujuan belajar.
Menurut Alma (2010:36) keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi keterampilan bertanya dasar dan lanjutan.
a. Keterampilan bertanya dasar. Cara menggunakan jenis pertanyaan ini adalah sebagai berikut:
1) Ungkapkan pertanyaan secara jelas dan singkat agar siswa mudah menemukan jawaban.
2) Berikan acuan, yaitu suatu keterangan yang dapat membantu siswa mampu menjawab pertanyaan.
9
3) Pusatkan perhatian siswa pada pertanyaan yang harus dijawab.
4) Sebarkan pertanyaan ke seluruh kelas, ke siswa tertentu atau meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya.
5) Berikan waktu berpikir kepada siswa sebelum mereka menjawab.
6) Apabila siswa sulit menjawab berikan tuntunan dengan cara menggunakan pertanyaan dengan cara lain, menyederhakan pertanyaan atau mengulangi penjelasan sebelumnya.
b. Keterampilan bertanya lanjutan digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta memperbesar keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Ubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi, seperti:
menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan mengkreasikan.
2) Atur urutan pertanyaan dari yang sederhana dari yang sederhana ke yang kompleks.
3) Gunakan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik, seperti (a) klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban siswa, (b) meminta siswa memberi alasan atas jawabannya, (c) meminta kesepakatan pandangan dari siswa lain, (d) meminta ketepatan jawaban, (e) meminta jawaban yang lebih relevan, (f) meminta contoh, (g) meminta jawaban yang lebih kompleks.
Berikut ini klasifikasi mengenai jenis pertanyaan guru:
a. Pertanyaan Tertutup (Konvergen) dan Pertanyaan Terbuka (Divergen)
Pertanyaan sempit atau pertanyaan tertutup sering disebut pertanyaan memusat atau konvergen, sedangkan pertanyaan luas atau pertanyaan terbuka sering disebut pertanyaan divergen (Rustaman, et al, 2003: 247). Pertanyaan konvergen memerlukan jawaban tertentu, sedangkan pertanyaan divergen memerlukan berbagai alternatif jawaban yang tidak tertentu.
b. Pertanyaan Produktif dan Pertanyaan Nonproduktif
Pertanyaan produktif mengarahkan siswa untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Contoh dari pertanyaan produktif: “apakah daun putri malu akan
menguncup apabila disentuh dengan sebatang lidi?”. Pertanyaan tersebut akan mendorong siswa untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini menyentuh daun putri malu dengan menggunakan sebatang lidi.
Pertanyaan nonproduktif memerlukan jawaban yang terpikir dan jawaban tersebut diucapkan oleh siswa, yang tidak selalu mudah dilakukan oleh siswa.
Sheila Jelly (dalam Rustaman, et al, 2003: 248) membedakan pertanyaan produktif sebagai pertanyaan yang merangsang kegiatan produktif atau kegiatan ilmiah, sedangkan pertanyaan tidak produktif memerlukan jawaban dari sumber sekunder berupa buku.
c. Pertanyaan Kognitif
Pertanyaan kognitif merupakan pertanyaan yang sering diungkapkan dalam kegiatan pembelajaran biologi. Pertanyaan kognitif biasanya mengacu pada taksonomi Bloom. Jenjang dimensi kognitif Bloom yang telah direvisi tahun 2001 meliputi jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta) (Rustaman, et al, 2003:
257).
Menurut Rustaman, et al (2003: 257), dimensi pengetahuan Bloom meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan faktual meliputi pengetahuan terminologi serta pengetahuan detail dan unsur-unsur (kejadian, subjek, waktu dan detail tertentu). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan klasifikasi dan ketegori, pengetahuan prinsip dan generalisasi, pengetahuan teori, model dan struktur.
Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang teknik dan metode pada bidang tertentu dan kriteria penggunaan prosedur secara tepat. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tugas kognitif, pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan strategik.
d. Pertanyaan untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains.
Keterampilan Proses Sains (KPS) terdiri atas observasi, keterampilan menggunakan alat, klasifikasi, interpretasi, berkomunikasi, prediksi, berhipotesis dan merencanakan penyelidikan. Pertanyaan untuk mengembangkan KPS
disesuaikan dengan jenis-jenis keterampilan dalam KPS (Rustaman, et al, 2003:
258).
2. Dasar-Dasar Pertanyaan yang Baik
Menurut Uzer (2011:75) dasar-dasar pertanyaan baik dalam keterampilan bertanya, antara lain: a) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa, b) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan, c) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, d) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan, e) Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata, f) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya,g ) Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menenmukan sendiri jawaban yang benar.
B. Numbered Head Together
Numbered heads together merupakan aplikasi dari pembelajaran kooperatif (cooperative learning). numbered heads together dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide- ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat terhadap pertanyaan atau masalah yang sedang dihadapi. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan metode ini menurut Ibrahim, dkk (2009:28) ada empat langkah yaitu:
Penomoran (Numbering), mengajukan pertanyaan (Questioning), berfikir bersama (Head together) dan menjawab (Answering).
Contoh sikap moral yang dapat dikembangkan dengan Metode Pembelajaran numbered heads together yaitu sikap kejujuran, transparan, bertanggungjawab dan mau
bekerjasama (Depdiknas, 2004:37).
Numbered heads together merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran numbered heads together ini pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagan pada tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009:82).
Menurut Spencer Kagan (dalam Trianto, 2009:82) menyatakan bahwa secara garis besar fase-fase metode pembelajaran numbered heads together terdiri dari empat fase sebagai sintaksnya, yaitu fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab.
Tabel 1. Sintaks Metode Pembelajaran Numbered Heads Together
Fase Aktivitas Guru
Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 orang. Kemudian, dari setiap anggota
kelompoknya diberi nomor antara 1 sampai 6.
Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat
bersifat spesifik dengan menggunakan bentuk kalimat Tanya atau pertanyaan berbentuk arahan.
Fase 3: Berpikir bersama Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswa berdiskusi secara berkelompok selama beberapa waktu.
Fase Aktivitas Guru
Fase 4: Menjawab Guru memanggil satu nomor tertentu (bisa dengan cara diundi), kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan/presentasi untuk seluruh kelas.
Penjelasan tentang fase metode numbered heads together : 1. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 orang. Kemudian, dari setiap anggota kelompoknya diberi nomor antara 1 sampai 6.
Nomor inilah yang akan menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran.
2. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Pada fase ini, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dengan menggunakan bentuk kalimat Tanya atau pertanyaan berbentuk arahan. Pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dimaksudkan agar para siswa mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan atau masalah tersebut.
3. Fase 3: Berpikir bersama
Para fase ini, siswa menyatukan pendapatnya dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban kelompok.
4. Fase 4: Menjawab
Setelah siswa-siswa berdiskusi secara berkelompok selama beberapa waktu, guru memanggil satu nomor tertentu (bisa dengan cara diundi), kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Karena konsep yang digunakan sebagai jawaban dirangkai menggunakan bahasan para siswa bukan bahasan buku atau bahasa guru maka konsep akan lebih dimengerti.
C. Hasil Belajar Siswa
Menurut Slameto (2003:16) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Mulyasa (2003:244) pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk yaitu: 1) peserta didik akan mempunyai prespektif terhadap kekuatan
dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan, 2) mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah mengikat baik setahap atau dua tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan.
Hasil belajar seseorang terlihat dari perubahan tingkah laku, sikap maupun pengetahuan serta keterampilan motorik. Proses hasil maupun belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh peserta didik, orang tua wali peserta didik serta kepala sekolah dan guru yang ada di sekolah. Dukungan ini akan sangat bermanfaat untuk kelangsungan proses belajar siswa demi tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Adapun kaitannya dengan Mata Pelajaran Biologi, maka hasil belajar tersebut dapat seberapa jauh tingkat pemahaman ingatan serta kemampuan intelektual siswa dalam mata pelajaran Biologi. Hal ini terlihat dari dominan kognitif dengan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang terdiri dari enam aspek, yakni C1 (pengetahuan atau ingatan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (sintesis) dan C6 (evaluasi) (Sudjana, 2005:22).
Hasil belajar yang dilakukan dapat diukur melalui penilaian hasil belajar, penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar, penilaian juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar, melakukan program remedial serta mengevaluasi kompetensi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Belajar yang dilakukan diharapkan adanya suatu perubahan bagi orang yang belajar, baik itu perubahan tingkah laku, sikap, maupun pemahaman. Dari kegiatan belajar maka akan diketahui hasil belajar, hasil belajar dapat dilihat dari aspek kognitif yang berkenan dengan pengetahuan atau pemahaman. Aspek afektif yang berkenan dengan sikap serta aspek psikomotorik yang berkenan dengan hasil belajar.
Setelah hasil belajar dapat diketahui maka akan ada penilaian hasil belajar, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil dicapai dari kegiatan belajar serta untuk mengetahui kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam mata pelajaran Biologi dan juga untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan belajar dilihat dari perubahan pada diri seseorang atau individu yang telah belajar.
Amirin dan Samsu Irawan (2000:43) mengatakan hasil belajar adalah kemajuan yang diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar. Seseorang yang mempelajari sesuatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.
Menurut Sudjana (2002:28) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek pada individu.
Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tenang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Sudjana (2002:8) proses pengajaran atau interaksi belajar mengajar yang menjadi persoalan yang utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.
Menurut Suprijono Agus (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan, 2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas, 3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, 4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, 5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre- routine dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang
dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Menurut Sudjana (2002:39−40) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 2002:39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Sudjana (2002:39) di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Menurut Sudjana (2002:40) hasil yang dapat diraih masih juga tergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
E. Materi Ajar
1. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh peristiwa alam sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
a. Macam-macam Bahan Pencemar
Berdasarkan sifatnya, bahan pencemar atau polutan dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahan pencemar yang dapat terdegradasi atau diuraikan (biodegradable) dan bahan pencemar yang tidak dapat terdegradasi (nonbiodegradable).
1) Bahan Pencemar yang Terdegradasi (Biodegradable)
Bahan-bahan pencemar yang dapat terdegradable memiliki struktur kimia yang sederhana sehingga dapat didegradasi, didekomposisi, dihilangkan, atau dirombak, baik melalui proses alam maupun melalui sistem rekayasa manusia sehingga bersifat tidak mencemari. Contohnya limbah manusia, limbah hewan, dan limbah perkebunan.
2) Bahan Pencemar yang Tidak Terdegradasi (Nonbiodegradable)
Pencemar yang tidak dapat terdegradasi adalah senyawa yang tidak terpecah atau terdekomposisi melalui proses alami, contohnya merkuri dan timbal serta senyawanya, aluminium, dan plastik.
b. Macam-macam Pencemaran Lingkungan.
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pencemaran air, udara, dan tanah. Adapun tingkat kebisingan yang mengganggu disebut pencemaran suara. Pencemaran atau polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin pabrik, dan radio berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
1) Pencemaran Air
Pencemaran air meruakan peristiwa masuknya bahan-bahan berbahaya, merugikan atau tidak disukai ke dalam air dengan konsentrasi atau jumlah yang (secara langsung atau kumulatif) cukup besar untuk merugikan atau memengaruhi kegunaan atau kualitas air. Bahan-bahan yang menyebabkan pencemaran air diantaranya adalah limbah pabrik, limbah pertambangan, limbah rumah tangga, pupuk, pestisida, dan sebagainya.
2) Pencemaran Udara
Udara dikatakan tercemar jika tercampur zat-zat pencemar atau polutan dalam konsentrasi tinggi sehingga menimbulkan gangguan bagi makhluk hidup yang
mengisapnya. Jadi, meskipun udara tercampuri gas asing yang tidak biasa terdapat di udara, jika tidak menimbulkan kerugian bagi lingkungan dan kehidupan, gas itu dikatakan tidak menimbulkan pencemaran (walaupun tetap disebut polutan). Kandungan karbon dioksida di udara hanya 0,03%, tetapi apabila kadarnya mencapai 10%, akan menimbulkan pencemaran udara dan bersifat racun bagi banyak bentuk kehidupan. Beberapa pencemaran yang sering kali mencemari udara, diantarannya adalah asap, sulfur dioksida dan oksida nitrogen, kabut asap, karbon monoksida, dan kloroflurokarbon.
3) Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah suatu dampak limbah rumah tangga, industri, dan penggunaan pestisida yang berlebihan pada tanah. Bentuknya meliputi turunnya estetika tanah dan kegunaannya bagi pertanian serta meningkatnya kandungan zat kimia beracun dan berbahaya di dalamnya. Pencemaran tanah dapat terjadi karena adanya sampah-sampah organik atau sampah-sampah anorganik, tertuangnya pestisida dalam dosis berbahaya dari tempat penampungan limbah industri atau pun rumah tangga ke lapisan permukaan tanah.
2. Perubahan Lingkungan
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia daat menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan lingkungan. Gangguan itu timbul karena sebagian komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya.
a. Perubahan Lingkungan karena Faktor Manusia
Aktivitas manusia untuk selalu memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya telah memberikan kontribusi bagi terjadinya berbagai perubahan lingkungan. Aktivitas atau kegiatan manusia yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan, diantaranya adalah penebangan hutan, penambangan liar, pembangunan perumahan, dan penerapan intensifikasi pertanian.
b. Perubahan Lingkungan karena Faktor Alam
Beberapa faktor alam yang diketahui dapat mengubah lingkungan, diantaranya adalah bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut, atau pun kebakaran hutan.
3. Upaya Manusia dalam Mengatasi Masalah Lingkungan
Pada dasarnya, ada tiga cara yang dapat dilakukan manusia untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta untuk melestarikan lingkungan, yaitu secara administratif, secara teknologis, dan secara edukatif/pendidikan.
a. Secara Administratif
Upaya ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-undang dan peraturan-peraturan untuk mencegah pencemaran lingkungan serta eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Sebagai contoh, setiap pabrik diwajibkan mengolah limbahnya hingga menjadi bentuk yang tidak membahayakan sebelum mengeluarkannnya ke lingkungan. Contoh lainnya, setiap pembangunan suatu pabrik atau proyek harus didahului dengan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan atau disingkat Amdal.
b. Secara Teknologis
Pencegahan pencemaran secara teknologis dapat dilakukan, misalnya dengan mengadakan unit pengolahan limbah untuk mengolah limbah, terutama limbah cair industri, sebelum dibuang ke lingkungan (sungai). Hal ini dilakukan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan, khususnya lingkungan perairan. Tujuan pengolahan limbah modern adalah pengubah air yang kaya akan bahan-bahan organik dan ion-ion ammonium menjadi air yang bersih.
c. Secara Edukatif/Pendidikan
Penangulangan pencemaran secara edukatif/pendidikan dilakukan melalui berbagai kegiatan penyuluhan masyarakat dan kampanye mengenai pentingnya lingkungan yang bersih, indah, sehat, dan lestari. Pendidikan mengenai kesadaran berlingkungan juga dapat diberikan di sekolah-sekolah yang terintegrasi dalam ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan mengenai pencegahan pencemaran dan pelestarian lingkungan juga dapat dimulai dari lingkungan keluarga dengan cara mengajarkan anggota keluarga, terutama anak, untuk tidak membuang sampah sembarangan atau menggunakan secara berulang kali kertas, tas plastik, dan kaleng sebelum dibuang sebagai sampah.
4. Pemanfaatan Limbah
Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, limbah dibedakan menjadi limbah organik dan limbah anorganik.
a. Pemanfaatan Limbah Organik
Limbah organik merpuakan sisa-sisa bahan hidup, seperi sampah daun, kertas, sisa-sisa bahan pertanian dan kulit atau kotoran hewan. Karena tersusun atas bahan-bahan organik, limbah organik mudah diuraikan oleh organisme.
Meskipun akhirnya akan diuraikan oleh organisme pengurai, sebenarnya limbah-limbah orgaik itu masih dapat kita manfaatkan kembali (reuse), baik dengan cara daur ulang (recycle) maupun tanpa daur ulang.
Dengan daur ulang, limbah-limbah organik tertentu, seperti sampah sayuran, sampah daun, atau ranting, dapat kita manfaatkan kembali dengan cara didaur ulang, misalnya menjadi pupuk kompos. Tanpa daur ulang, limbah organik padat seperti ban karet bekas dapat dijadikan tempat sampah, ember, sandal, meja, atau kursi. Serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai media tanaman jamur tiram.
Dan kulit jagung dapat dijadikan bunga hias.
b. Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah anorgaik merupakan sisa-sisa aktivitas yang berasal dari bahan-bahan tak hidup atau bahan sintetis, seperti minyak bumi, sisa-sisa bahan kimia, kaleng aluminium, kasa, dan besi. Limbah anorganik, terutama yang berupa bahan sintetis, sangat sukar diuraikan kembali oleh organisme pengurai.
Tidak hanya limbah organik padat, limbah anorgaik padat pun dapat dimanfaatkan kembali, baik dengan cara daur ulang maupun tanpa daur ulang.
Dengan daur ulang, limbah anorganik seperti, kaleng aluminium, besi baja, pecahan botol, dan toples kaca, serta botol, gelas, ember plastik, daat dilebur dan diolah berulang kali. Botol dan gelas plastik bekas kemasan air minum dapat didaur ulang menjadi serbuk plastik (crumb), yaitu bahan baku dacron (kapas sintetis untuk bantal atau guling). Tanpa daur ulang, limbah anorganik, seperti botol dan gelas plastik bekas kemasan air mineral dijadikan mainan anak-anak, pot tanaman, ataupun hiasan. Pecahan kaca dapat dijadikan hiasan dinding atau lukisan.