BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
NUR ADHAYANI
Nomor Stambuk : 10561 03676 10
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh NUR ADHAYANI
Nomor Stambuk : 10561 03576 10
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
Nama Mahasiswa : Nur Adhayani Nomor Stambuk : 10561 03576 10
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 30 Mei 2014
Yang menyatakan,
Nur Adhayani
program bedah rumah, serta untuk mengetahui pengaruh adanya faktor penghambat (persahabatan instrumental, pilih kasih, dan pertukaran hubungan).
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan menjelaskan hubungan dan anggota sampelnya sebanyak 40 orang yang dipilih secara random purposiv sampling dari 80 populasi. tekhnik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis statistic inferential. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi dan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pelaksanaan program bedah di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar dikatakan tidak berhasil sesuai prosedur, disebabkan karena adanya tindakan pilih kasih, persahabatan instrumental, dan pertukaran hubungan berpengaruh terhadap indikator program bedah rumah yaitu, masyarakat miskin, kesejahteraan masyarakat, dan rumah yang layak huni yang menyebabkan program bedah rumah tidak terlaksana dengan baik akibat adanya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dalam program bedah rumah.
Kata Kunci: Implementasi, Program Bedah Rumah
Assalamu Alaikum Warahmatullahi WabarakatuH
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ” Implementasi Pelaksanaan Program Bedah Rumah Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta member dorongan, arahan, motivasi, dan bimbingan sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.
melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakan, memelihara serta memberikan bantuan moral dan materi, nasehat serta motivasi dan pengorbanan yang sangat besar dalam melewati hari-hari dalam kehidupan ini.
6. Buat sahabat dan teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Administrasi Negara, terkhusus rekan-rekan angkatan 2010 yang telah memebantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan kekompakan kita selama ini yang penuh keceriaan, saling membantu, dan saling menerima.
7. Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat member sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, April 2014
Penulis,
Halaman Persetujuan ... Ii Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... Iii Abstrak ... Iv Kata Pengantar ... V Daftar Isi ... Vii
Bab I. Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
Bab Ii. Tinjauan Pustaka A. Pengertian, Konsep Dan Teori ... 6
1. Pengertian Implementasi ... 6
2. Konsep Implementasi ... 8
3. Teori Implementasi ... 12
4. Indikator Program Bedah Rumah ... 13
B. Kerangka Pikir ... 14
C. Defenisi Operasional ... 16
D. Hipotesis ... 18
Bab Iii. Metode Penelitian A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 19
B. Tipe Dan Sifat Penelitian ... 19
C. Populasi Dan Sampel ... 19
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21
E. Teknik Analisis Data ... 22
D. Analisis Pengaruh faktor penghambat Terhadap Program Bedah Rumah. ... 59 E. Analisis Data ... 59 F. Analisis Regresi Sederhana... 64
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan ... 69 B. Saran-Saran ... 70 Daftar Pustaka ... 71
Tabel 2 : Kondisi Masyarakat Kecamatan Benteng Kabupaten Selayar Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32 Tabel 3 : Kondisi Masyarakat Kecamatan Benteng Kabupaten Selayar
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32 Tabel 4 : Kondisi Masyarakat Kecamatan Benteng Kabupaten Selayar
Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 33 Tabel 5 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adanya
Patron Klien ... 34 Tabel 6 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adanya Pilih Kasih
Dalam Program Bedah Rumah ... 35 Tabel 7 : Distribusi Pengaruh Pilih Kasih Terhadap Program Bedah
Rumah ... 37 Tabel 8 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adanya Persahabatan
Instrumental Dalam Program Bedah Rumah ... 38 Tabel 9 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adanya Pertukaran
Hubungan Dalam Program Bedah Rumah ... 39 Tabel 10 : Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Patron Klien... 40 Tabel 11 : Distribusi Responden Tentang Kelayakan Masyarakat Yang
Menerima Bantuan Bedah Rumah ... 42 Tabel 12 : Distribusi Responden Tentang Dampak Program Bedah Rumah
Terhadap Masyarakat Miskin ... 43 Tabel 13 : Distribusi Responden Tentang Keberhasilan Program Bedah
Rumah Dalam Membantu Masyarakat Miskin ... 44 Tabel 14 : Distribusi Responden Tentang Pengaruh Program Bedah Rumah
Terhadap Masyarakat Miskin ... 45
Tabel 17 : Distribusi Responden Tentang Pengaruh Program Bedah Rumah Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin ... 49 Tabel 18 : Distribusi Responden Tentang Pentingnya Program Bedah Rumah
Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ... 50 Tabel 19 : Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Program Bedah Rumah
Ditujukan Untuk Masyarakat Miskin ... 51 Tabel 20 : Distribusi responden tentang keberhasilan program bedah rumah
untuk masyarakat miskin dalam mendapatkan rumah yang layak huni ... 52 Tabel 21 : Distribusi responden tentang keberhasilan program bedah rumah
dalam membantu masyarakat miskin ... 54
Tabel 22 : Distribusi responden tentang pentingnya program bedah rumah dalam membantu masyarakat untuk mendapatkan rumah yang layak huni ... 55 Tabel 23 : Distribusi responden tentang pengaruh program bedah rumah
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat ... 55 Tabel 24 : Rekapitulasi variabel meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ... 58 Tabel 25 : Hasil Perhitungan Variabel Independen dan Variabel dependen
Secara Parsial Dengan Menggunakan Uji Korelasi
Bivariate ... 61 Tabel 26 : Hasil Perhitungan Variabel Independen Dan Variabel Dependen
Secara Simultan Dengan Menggunakan Uji Korelasi
Bivariate ... 63 Tabel 27 : Hasil Perhitungan Pengaruh Variabel Independen dan Variabel
Dependen Dengan Menggunakan Uji Regresi Sederhana ... 66 Tabel 28 : Hasil Perhitungan Pengaruh Variabel Independen dan Variabel
Dependen Dengan Menggunakan Uji Regresi ... 67
Gambar.2 Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Benteng Kabupaten
Kepulauan Selayar ... 27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Menurut undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pasal 18A Ayat 1 dan 2 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan daerah, diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Dengan demikian sangat jelas bahwa setiap pelaksanaan pemerintahan daerah didasarkan pada undang-undang yang berlaku, bukan dengan keinginan sendiri.
Organisasi birokrasi pemerintah daerah selama ini hanya mengandalkan otoritasnya, tidak membuka ruang yang luas dalam menerima aspirasi dan tuntutan yang berkembang di masyarakat. Pemerintah daerah tidak menyadari bahwa keberadaannya sebagai eksekutif merupakan pelayanan dari masyarakat yang membayar pajak sebagai sumber keuangan daerah.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya untuk memperhatikan dan melayani kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai masalah dan kendala yang tengah dihadapi oleh pemerintah daerah, agar masyarakat dapat mengerti manakala tuntutannya tidak dapat terpenuhi sekaligus bersedia untuk berpartisipasi dalam menanggulangi masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah.
Salah satu masalah yang sering dihadapi pada pemerintahan daerah yaitu adanya kecemburuan sosial yang terjadi akibat adanya tindakan pilih kasih, pertukaran hubungan serta persahabatan instrumental. Kehadirannya sangat
meresahkan masyarakat karena dalam pelayanan yang diutamakan hanya keluarganya. Padahal seharusnya kinerja dan pelayanan birokrasi daerah haruslah mencerminkan pelayanan yang tidak didasarkan pada hubungan kerjasama yang negatif. Birokrasi pemerintah daerah haruslah memberikan keadilan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang cepat dan terjangkau secara adil.
Tuntutan kebutuhan masyarakat yang merupakan haknya terkadang tidak bisa didapatkan akibat adanya faktor-faktor tersebut. Kerap kali ketika adanya bantuan dari pusat untuk daerah hanya diberikan kepada keluarganya bukan kepada masyarakat yang memang pantas menerima bantuan tersebut. Hal ini sangat disayangkan karena belum juga mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Faktor penghambat tersebut diatas sangat mempengaruhi kinerja birokrasi pemerintah daerah memperlemah kinerja birokrasi apabila diterapkan secara mutlak. Hubungan patron-klien menjadikan sistem organisasi birokrasi menjadi tidak rasional, tidak professional dan tidak rasional. Hal ini juga menjadikan birokrasi tidak netral, mengutamakan patron dan kepentingannya sendiri bukan kepentingan masyarakatnya sehingga tercipta ketidakselarasan, ketidakefesienan, dan ketidakefektifan yang akan menganggu harmoni masyarakat.
Dalam pemerintahan daerah, orang-orang yang menjabat didalamnya memanfaatkan rasa solidaritasnya hanya untuk membantu keluarganya ataupun kerabat yang dianggap sangat dekat dengannya, atau bisa juga dengan orang yang bisa mengantarkan keuntungan baginya. Tak jarang dalam pelayanan ataupun penyediaan sarana dan prasarana, yang dikedepankan oleh pemerintah yaitu
keluarga dan kerabatnya bukan masyarakat pada umumnya. Hal ini sangat memprihatinkan namun kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Telah banyak masyarakat yang dirugikan karena adanya penyalahgunaan kebijakan pemerintah yang berupa program-program, namun belum juga mendapat solusi kongkrit yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut.
Seperti halnya yang terjadi di kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, dalam melaksanakan program pemerintah yang berupa program bedah rumah, budaya patron klien menjadi sistem yang digunakan oleh pemerintah.
Sebenarnya program bedah rumah ini ditujukan kepada masyarakat miskin, namun realitanya bantuan tersebut hanya deberikan kepada keluarganya. Hal ini terjadi karena adanya rasa solidaritas yang salah. Pemerintah menjadikan asas tolong menolong untuk membantu keluarganya dengan cara mengalihkan bantuan untuk masyarakat miskin tersebut kepada keluarganya meskipun merugikan masyarakatnya karena yang terpenting bagi mereka yaitu keluarganya. Mereka akan merasa tidak berguna apabila mereka bekerja dalam organisasi pemerintah namun tidak bisa menolong keluarganya meskipun masih banyak orang yang lebih membutuhkan.
Sebagaimana tercantum dalam UU PKP yang menyarankan tentang pencegahan kekumuhan sangat jelas bahwa sebaiknya rumah-rumah kumuh dibedah dalam program bedah rumah, bukan rumah-rumah yang masih layak huni. Seperti itulah bentuk implementasi kebijakan pemerintah mengenai program bedah rumah dimana unsur kekerabatan menjadi faktor penghambat yang sangat kuat.
Maka dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Implementasi Pelaksanaan Program Bedah Rumah Di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut.
1. Bagaimana respon masyarakat Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar mengenai adanya program bedah rumah?
2. Bagaimana respon masyarakat mengenai implementasi pelaksanaan program bedah rumah di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar?
C. Tujuan Dan Lingkup Penelitian
Adapun tujuan di laksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui respon masyarakat mengenai adanya program bedah rumah di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.
2. Untuk mengetahui respon masyarakat mengenai implementasi pelaksanaan program bedah rumah di Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.
D. Kegunaan dan manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu agar kita sebagai warga Negara mampu mengetahui bahwa di dalam birokrasi Negara kita terdapat banyak kejanggalan yang berdampak negative bagi kehidupan masyarakat.Setelah kita
mengetahui kesalahan-kesalahan para aparatur Negara,maka kita bisa menuntut hukum agar bertindak secepatnya sebelum semuanya terlambat.
1. Kegunaan akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai suatu hasil temuan,yang dapat menunjang, baik untuk pembangunan, ilmu pengetahuan, khususnya ilmu administrasi maupun untuk mendukung penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah khususnya, pemerintah Kecamatan Benteng,Kabupaten Selayar, dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yang berupa program bedah rumah kearah yang lebih baik. Utamanya dalam mewujudkan bantuan-bantuan dari pemerintah pusat secara adil dan merata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep dan Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik.
Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan (Afan Gaffar, 2009: 295).
Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut.
Kebijakan publik dalam bentuk undang-undang atau Peraturan Daerah adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering
diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung dioperasionalkan antara lainKeputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keptusan Kepala Dinas, dll (Riant Nugroho Dwijowijoto, 2004: 158-160).
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara,yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 1997: 64-65).
Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang- undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Bambang Sunggono 1994:137).
Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan- tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program-program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
2. Teori Implementasi
Faktor pendukung implementasi kebijakan implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama- sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Budi Winarno, 2002:102).
Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip Solichin Abdul Wahab, yaitu :
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatan- hambatan tersebut mungkin sifatnya fisik, politis dan sebagainya.
b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia
d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal
e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnnya
f. Hubungan saling ketergantungan kecil
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna
j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. (Solichin Abdul Wahab,1997:71-78 ).
Menurut Teori Implementasi Kebijakan George Edward III) yang dikutip oleh Budi winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu :
a. Komunikasi.
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Faktor pertama yang mendukung implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.
b. Sumber-sumber.
Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi : staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitasyang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.
c. Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku.
Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.
d. Struktur birokrasi.
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu struktur pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta (Budi Winarno,2002 :126-151).
Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Horn yang dikutip oleh Budi Winarno faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan yaitu:
a. Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan.
Dalam implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan- tujuan itu tidak dipertimbangkan.
b. Sumber-sumber Kebijakan
Sumber-sumber yang dimaksud adalah mencakup dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif.
c. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana.
d. Karakteristik badan-badan pelaksana Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.
e. Kondisi ekonomi, sosial dan politik kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat mempengaruhi badan-badan pelaksana dalam pencapaian implementasi kebijakan.
f. Kecenderungan para pelaksana Intensitas kecenderungan- kecenderungan dari para pelaksana kebijakan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian kebijakan (Budi Winarno, 2002:110).
B. Indikator Program Bedah Rumah
Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dalam geogle (2012), menargetkan pengentasan rumah miskin tidak layak huni melalui program bedah rumah untuk masyarakat di seluruh Indonesia sejumlah 1,25 juta unit hingga 2014 mendatang. Program bedah rumah tersebut dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin di seluruh Indonesia agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan lebih tepatnya agar masyarakat miskin yang menerima bantuan tersebut mendapatkan rumah yang layak huni. Oleh karena itu, program bedah rumah ditujukan hanya untuk masyarakat miskin yang memenuhi indikator
kemiskinan. Adapun indikator kemisikinan yang perlu dibantu dalam program bedah rumah yang dicanangkan pemerintah, sesuai yang dilansir dalam keteranganresmiKemenpera:
1. Luas lantai bangunan kurang dari delapan meter persegi per orang.
2. Jenis lantai bangunan terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan.
3. Dinding bangunan terbuat dari bambu atau kayu rumbia atau kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa plester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar, atau bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tidak terlindungi atau air sungai atau air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari menggunakan kayu bakar atau arang atau minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging atau susu atau ayam hanya satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam satu tahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan ke puskesmas atau poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp.600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah, tidak tamat SD, atau hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000 seperti sepeda motor, kredit atu non kredit, emas, tenak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
C. Kerangka Pikir
Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang masalah dalam penelitian ini bahwa di Kecamatan Benteng, Kabupaten Selayar , sementara berlangsung pelaksanaan program bedah rumah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Implementasi kebijakan program bedah rumah tidak sesuai prosedur karena terdapat masalah atau hambatan yang diyakini akibat adanya beberapa faktor penghambat yakni pilih kasih, persahabatan instrumental, dan pertukaran hubungan.
Berkaitan dengan hal ini Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara,yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 1997: 64-65).
Menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip Solichin Abdul Wahab, yaitu kondisi eksternal, ketergantungan hubungan sangat sedikit, serta sumber dan waktu yang memadai.
Sebenarnya program bedah rumah ini apabila dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, maka dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal medapatkan rumah atau tempat tinggal yang layak huni. Program bedah rumah ini tidak ditujukan kepada masyarakat agar bisa merubah rumahnya menjadi rumah mewah tapi Sekurang-kurangnya layak untuk ditempati berlindung dari panas matahari dan air hujan. Keberhasilan program pemerintah mengenai bedah rumah ini akan sangat membantu masyarakat yang berekonomi lemah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
D. Definisi operasional
1. Program bedah rumah yai tu salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat miskin maupun korban bencana alam dalam rangka perbaikan rumah yang kondisinya memprihatinkan menjadi rumah yang layak huni.
2. Masyarakat miskin yaitu,masyarakat yang memiliki pekerjaan dan masih mampu bekerja namun belum mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya karena faktor – faktor tertentu.
Kecamatan Benteng, Kabupaten Selayar
Teori Implementasi Kebijakan
Program bedah rumah:
1. Ditujukan untuk masyarakat miskin.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Mendapatkan rumah yang layak huni Faktor penghambat:
1. Pilih kasih 2. Pertukaran hubungan 3. Persahabatan
instrumental
3. Kebutuhan masyarakat yaitu sesuatu yang sangat penting dan mutlak perlu untuk dimiliki oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari- hari.Kesejahteraan hidup yaitu sesuatu yang sangat di inginkan oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini agar dapat menjalani hidup tanpa adanya beban yang sangat meresahkan . dengan adanya program bedah rumah tersebut diharapkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi beban hidupnya.
4. Rumah yang layak huni, yaitu rumah atau tempat tinggal yang dapat melindungi manusia dari terik matahari dan air hujan. Dalam hal ini program bedah rumah yang dilaksanakan pemerintah dapat membantu masyarakat memperbaiki rumahnya menjadi rumah yang layak
E. Hipotesis 1. H0
Tidak ada pengaruh pilih kasih, pertukaran hubungan, dan persahabatan instrumental terhadap program bedah rumah di Kecamatan Benteng, Kabupaten Selayar.
2. H1
Ada pengaruh pilih kasih, pertukaran hubungan, dan persahabatan instrumental terhadap program bedah rumah di Kecamatan Benteng, Kabupaten selayar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Benteng, Kabupaten kepulauan Selayar karena di daerah tersebut terdapat kesalahan dalam melaksanakan kebijakan pemerintah yang berupa program bedah rumah yang ditujukan untuk masyarakat yang memiliki taraf ekonomi menengah kebawah. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari-maret tahun 2014.
B. Tipe dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif yang berdasarkan kasus yang terjadi dalam pemerintahan dengan melakukan survey pada masyarakat. Adapun tahapan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu tahap pertama dengan memberikan sebuah angket penilaian kepada masyarakat untuk menilai pengimplementasian kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
C. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kecamatan Benteng, Kabupaten Selayar yang diperkirakan akan menerima bantuan program bedah rumah. Berdasarkan data dari pihak kecamatan sebanyak 80 rumah telah diambil data kepemilikan rumahnya dan diperkirakan akan mendapatkan bantuan tersebut . sehingga total populasinya 80 kepala rumah tangga jadi 80 orang. Meskipun
19
pada saat datangnya bantuan tersebut hanya 40 rumah yang resmi menerima bantuan bedah rumah tersebut.
Sampel dalam penelitian ini yaitu 40 orang dari 80 populasi. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan sampling purposive atau teknik penetuan sampel dengan cara sengaja atau berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu. Maka dari itu sampel yang saya ambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang yang saya ambil dari 20 orang kepala rumah tangga yang gagal menerima bantuan bedah rumah namun sudah diambil datanya oleh pihak Kecamatan, 10 orang kepala rumah tangga yang berhasil menerima bantuan bedah rumah, dan 10 orang masyarakat lainnya yang dianggap penting di Kecamatan Benteng. Penarikan sampel ini dalam sampel ini dilakukan dengan cara mencari informasi di kantor Kecamatan Benteng, Kabupaten Selayar berupa data-data masyarakat yang terdaftar sebagai calon penerima bantuan bedah dirumah.
F. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan teknik pemberian angket dalam mengumpulkan data. Teknik pemberian angket atau kusioner dilakukan dengan cara memberikan sebuah angket berisi pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya. Angket tersebut diberikan kepada masyarakat yang bersangkutan untuk memberikan penilaian tentang pengimplementasian kebijakan oleh pemerintah.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jadi teknik analasis data menggunakan program komputer berupa program SPSS. Semua hasil dari kusioner yang akan dibagikan kepada masyarakat nantinya, akan dianalisis menggunakan program SPSS agar dapat diketahui seberapa besar pengaruh patron klien terhadap program bedah rumah yang hasilnya dijelaskan dalam bentuk persen.
Untuk mendapatkan data tersebut digunakan metode regresi linier sederhana yaitu :
1. Analisis Regresi
Analisis regresi linear digunakan untuk mengetahui jenis hubungan antar variabel yang diteliti, (Riduwan, 2004 : 145).
Persamaan regresi sederhana X terhadap Y adalah sebagai berikut Y = a + bX + e
Harga a dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut 𝒂 =∑𝐲 ∑𝐱𝟐− ∑𝐱 ∑𝐱𝐲
𝐧 ∑𝐱𝟐− (∑𝐱)²
Harga b dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut 𝒃 = 𝐧 ∑ 𝐱𝐲− ∑ 𝐱 ∑𝐲
𝐧 ∑𝐱𝟐−(∑𝐱)²
Keterangan :
a = Bilangan konstanta
b = Angka arah atau koefisien regresi X = Variabel independent
Y = Variabel dependent n = Banyaknya sampel
e = Standart estimation of error
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Kecamatan Benteng
Kecamatan Benteng dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Selayar Nomor 5 Tahun 2006 . Luas wilayah Kecamatan Benteng kurang lebih 712 Ha/7,12 km² dengan jumlah penduduk saat ini tercatat 23.891 .
Kecamatan Benteng terletak di tengah-tengah daratan Pulau Selayar sekaligus berkedudukan sebagai ibukota Kabupaten Selayar. Kondisi tofografi Kecamatan Benteng sebagian besar datar dan sebagian lainnya terdiri dari perbukitan khususnya untuk wilayah bagian Timur Kota Benteng. Adapun batas- batas wilayah Kecamatan Benteng adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Timur : Kecamatan Bontoharu b. Sebelah Utara : Kecamatan Bontomanai
c. Sebelah Barat : Kecamatan Bontoharu dan Laut Flores d. Sebelah Selatan : Kecamatan Bontoharu
Secara administratif Kecamatan Benteng dibagi menjadi tiga kelurahan masing -masing :
a. Kelurahan Benteng terbagi menjadi enam lingkungan yaitu:
1. Lingkungan Tanadoang 2. Lingkungan Tanadoang Timur 3. Lingkungan Pasanggarahan 4. Lingkungan Pasanggarahan Timur
23
5. Lingkungan Lango-lango 6. Lingkungan Bua-Bua
b. Kelurahan Benteng Utara terbagi menjadi empat lingkungan yaitu:
1. Lingkungan Bonea
2. Lingkungan Manggara’bombang 3. Lingkungan Bua-Bua Barat 4. Lingkungan Bua-Bua Timur 5. Lingkungan Bonea Selatan
c. Kelurahan Benteng Selatan terbagi menjadi Empat lingkunga yaitu:
1. Lingkungan Bonehalang 2. Lingkungan Bontopanappasa 3. Lingkungan Panggilian Utara 4. Lingkungan Panggilian Selatan
Sedangkan Luas wilayah dan jumlah penduduk dimasing-masing kelurahan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kelurahan Benteng, Luas wilayah 194 Ha, dengan jumlah penduduk 11.271 jiwa terdiri dari 2368 KK
b. Kelurahan Benteng Utara, Luas wilayah 318 Ha, dengan jumlah penduduk 5.987 jiwa terdiri Dari 5979 KK
c. Kelurahan Benteng Selatan, luas wilayah 200 Ha, luas wilayah dengan jumlah penduduk 6.633 jiwa terdiri dari 1.889 KK
Kecamatan Benteng terletak di tengah-tengah daratan Pulau Selayar sekaligus berkedudukan sebagai ibukota Kabupaten Selayar. Kondisi tofografi Kecamatan Benteng
2. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi a. Kedudukan
Kedudukan kecamatan Benteng sebagai mana dimaksud dalam peraturan bupati kepulauan Selayar Nomor 29 Tahun 2009 tentang tugas pokok dan fungsi organisasi , Camat , Sekretaris , sub. Bagian dan seksi pada kecamatan kabupaten kepulauan selayar adalah sebagai unsur pelasana pemerintah didaerah dikecamatan , yang dipimpin seoarang Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalaui Skretaris Daerah , dengan tugas dan fungsi sebagai berikut :
b. Tugas pokok
Kecamatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelengaraan pemerintah Dearah dikecamatan dibidang tugas pemerintahan umum serta tugas lain yang dilimpahkan oleh Bupati . tugas pemerintahan dimaksud meliputi :
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peratuaran perundang- undangan
4. Mengkoordinas ikan pemeliharaan prasarana fasilitas pelayanan umum
5. Mengkoordinasikan penyelengaraan kegiatan pemerintah di tingkat kecamatan.
6. Mengkoordinasi penyelenggaraan Pemerintah Desa dan atau Kelurahan.
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksankan oleh Pemerintah Desa atau Kelurahan.
8. Tugas lain yang diberikan oleh Bupati berdasarkan pendelegasian kewenangan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
c. Fungsi
Sesuai dengan tugas pokok tersebut di atas, maka Kecamatan mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di Kecamatan
b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintah Daerah ke Kecamatan.
Berdasarkan kedudukan, tugas pokok dan fungsi tersebut, maka Struktur Organisasi Kecamatan Benteng dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN BENTENG
Perbup. No. 29 Tahun 2009
CAMAT
Drs. H. SYAFRUDDIN,M.H
SEKCAM MAKKASAU, S.Sos
SEKSI EKBANG DARISIANG SEKSI
TRATIMBUM NUR YANI SEKSI
PEMERINTAHAN ZUBAEDAH
KA. SUB. SEKSI KEUANGAN ANDI ARIASTY. SP KA. SUB.SEKSI
HUKUM &
KEPEGAWAIAN ANDI HASNI. SE KA. SUB. SEKSI
UMUM & KEPEG
ANDI KRISNAYANTI
SEKSI KESOS
d. Visi dan misi
Visi dan misi merupakan mata rantai yang sangat berkaitan dalam membangun rangka menuju tercapainya kesejahteraan rakyat.
Kabupaten Selayar telah membangun sebuah visi dan misi yang mengedepan- kan dua sektor andalan yaitu sektor perikanan atau kelautan dan pariwisata. Kebijakan penetapan prioritas berakar pada dukungan histories dan budaya daerah.
Berpijak dari kebijakan tersebut maka Kecamatan menjadi bagian tak terpisah- kan dari koridor orientasi, visi dan misi, dan program Kabupaten sebagaimana tertuang dalam Properda dan Renstra Kabupaten Selayar. Dalam rangka mendukung visi dan misi Kabupaten, maka Kecamatan Benteng telah pula menetapkan visi dan misi sebagai pedoman dalam rangka menentukan langkah dan arah pembangunan yang ingin dicapai dan diwujudkan demi kesejahteraan rakyat.
Adapun rumusan visi dan misi kecamatan benteng yang telah ditetapkan dinyatakan sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi wilayah administrasi terdepan.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi yang ditetapkan, harus ditunjang oleh misi yang jelas. Misi merupakan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan visi dan tugas pokok Kecamatan Benteng, maka dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Menciptakan prosedur pelayanan yang efisien dan efektif demi keputusan mayarakat.
2. Terciptanya system koordinasi yang baik, guna mewujudkan sikap sensitive dan responsive terhadap penangananan ketentraman dan ketertiban umum.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam rangka peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat.
4. Membangun system koordinasi yang mantap demi terciptanya kawasan kota yang berwawasan lingkungan.
5. Terwujudnya system koordinasi yang mantap antara pimpinan dan staf antar unit kerja dan stakeholders.
Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan diharapkan Kecamatan Benteng akan dapat eksis dan adaktif dalam rangka menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis yang semakin cepat dan mengglobal. Melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang partisipatif dan berkelanjutan demi tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
e. Pemerintahan dan Politik a. Pemerintahan
Kecamatan Benteng terdiri atas tiga Kelurahan atau dengan kata lain dalam melaksanakan tugas pemerintahan seorang Camat Benteng dibantu oleh 3 (tiga) Kepala Kelurahan dalam lingkup wilayah
administrasi pemerintahan terkecil. Selain itu juga terdapat 40 (empat puluh) RW (Rukun Warga) dan 91 (Sembilan Puluh Satu) RT (Rukun Tetangga). Kelurahan Benteng merupakan Kelurahan yang mempunyai RT paling banyak yaitu 36 (Tiga Puluh Enam) RT dengan 13 (Tiga Belas) RW.
b. Politik
Partisipasi politik Masyarakat Benteng dapat dikatakan cukup tinggi hal ini dapat terlihat dari tingginya persentase wajib pilih yang menggunakan hak pilihnya pada saat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2010 yaitu berkisar 90%.
3. Karakteristik Masyarakat Kecamatan Benteng
Penggambaran karakteristik pegawai dan masyarakat sebanyak 40 orang Kecamatan Benteng yang menjadi responden akan dikemukakan antara lain berdasarkan : umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Berikut ini adalah tabel mengenai karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan :
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Umur : 21 - 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60
11 15 10 4
27,5%
37,5%
25%
10%
Jumlah 40 100%
Ket : Data olahan kusioner 2014
Tabel tersebut diatas memperlihatkan distribusi responden berdasarkan umur dimana menerangkan bahwa kebanyakan responden memiliki umur yang berkisar dari 31-40 tahun yang menunjukkan sebanyak 15 orang responden atau sebesar 37,5% dari jumlah keseluruhan responden, responden yang memiliki umur yang berkisar dari 21-30 tahun memiliki posisi kedua terbanyak dari responden dimana menunjukkan sebanyak 11 responden atau sebesar 27,5% dari keseluruhan responden, responden yang memiliki umur yang berkisar dari 41-50 tahun menempati posisi ketiga sebanyak 10 responden atau sebesar 25%, dan selanjutnya responden yang memiliki umur yang berkisar 51-60 tahun menunjukkan sebanyak 4 responden atau sebesar 10% dari keseluruhan responden.
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin:
Laki-Laki Perempuan
11 40
21,5 78,4
Jumlah 51 100
Ket : Data olahan Kusioner 2014
Distribusi responden tentang jenis kelamin berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 35 orang berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 87,5%, dan 5 orang yang berjenis kelamin perempuan atau sebesar 12,5% dari 40 orang masyarakat sebagai responden.
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pendidikan : SD
SLTP SLTA DIPLOMA
S1 (Sarjana) keatas
17 8 8 2 5
42,5%
20%
20%
5%
12,5%
Jumlah 40 100%
Ket : Data olahan kusioner 2014
Distribusi responden tentang tingkat pendidikan ditunjukkan pula pada tabel diatas dimana menerangkan bahwa pendidikan terakhir yang banyak dimiliki
oleh responden yaitu SD sebanyak 17 responden atau sebesar 42,5%, responden yang memiliki pendidikan terakhir SLTP dan SLTA menempati posisi kedua SLTP sebanyak 8 responden atau sebesar 20% dan SLTA sebanyak 8 responden atau 20%, responden yang memiliki pendidikan terakhir Sarjana keatas menempati posisi ketiga yaitu sebanyak 5 responden atau sebesar 12,5%, selanjutnya yang menempati posisi terakhir yaitu DIPLOMA sebanyak 2 responden atau 5%.
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Jenis pekerjaan : PNS
Wiraswasta Buruh Nelayan
7 13 12 8
17,5%
32,5%
30%
20%
Jumlah 40 100%
Ket : Data olahan kusioner 2014
Distribusi responden tentang jenis pekerjaan berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 13 responden atau 32,5% memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta. Responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai buruh menempati posisi kedua yaitu buruh sebanyak 12 responden atau 30%. Responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai Nelayan menempati posisi ketiga yaitu sebanyak 8 responden atau 20%. Selanjutnya yang teakhir yaitu responden yang
memiliki pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 7 responden atau 17,5% dari keseluruhan responden.
B. Tanggapan Responden Tentang Adanya Faktor Penghambat Dalam Implementasi Pelaksanaan Program Bedah Rumah Di Kecamataan Benteng, Kabupaten Selayar.
1. Variabel faktor penghambat: pilih kasih, persahabatan instrumental, dan pertukaran hubungan (X)
a. Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adanya Program bedah rumah Program bedah rumah merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk membantu masyarakat miskin dalam hal mendapatkan rumah yang layak huni. Untuk mengetahui respon masyarakat tentang adanyaprogram bedah rumah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Tanggapan Responden tentang Adanya Program bedah rumah No Tanggapan responden Skor
(X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Baik 4 20 80
2 Baik 3 10 30
3 Kurang Baik 2 7 14
4 Tidak Baik 1 3 3
Total 40 127
Rata-rata skor
127
40 = 3,17
Rata-rata persentase
3,17
4 𝑥100 = 79,25%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai adanya program bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat baik dengan perolehan tanggapan sebanyak 20 orang, dan kategori baik memperoleh tanggapan sebanyak 10 orang, sedangkan kategori kurang baik sebanyak 7 orang dan perolehan kategori tidak baik sebanyak 3 orang. Dan hasil Rata-rata persentasenya yaitu 79,25%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program bedah rumah sangat baik . Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat di antara 76-100% termasuk kategori sangat optimal.
Dari hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa adanya program bedah rumah direspon dengan sangat baik oleh masyarakat dan sangat optimal karena dapat dilihat dari hasil rata-rata presentase dengan perolehan 79,25 persen.
b. Distribusi tanggapan responden tentang adanya tindakan pilih kasih dalam program bedah rumah.
Tindakan pilih kasih merupakan salah satu bagian dari patron klien. Untuk mengetahui seberapa besar respon masyarakat tentang adanya tindakan pilih kasih dalam program bedah rumah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Distribusi Tanggapan Responden tentang Adanya Pilih Kasih Dalam Program Bedah Rumah
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Baik 4 2 8
2 Baik 3 5 15
3 Kurang Baik 2 8 16
4 Tidak Baik 1 25 25
Total 40 64
Rata-rata skor
64
40= 1,6
Rata-rata persentase
1,6
4 𝑥100 = 40%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai adanya tindakan pilih kasih dalam program bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat baik dengan perolehan tanggapan sebanyak 2 orang, dan kategori baik memperoleh tanggapan sebanyak 5 orang, kategori kurang baik sebanyak 8 orang, dan kategori tidak baik sebanyak 23 orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 40 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya tindakan pilih kasih yang dilakukan oleh pemerintah dalam program bedah rumah direspon tidak baik oleh masyarakat. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 76%-100%
termasuk kategori sangat optimal.
c. Distribusi tanggapan responden tentang adanya pengaruh pilih kasih terhadap program bedah rumah
Pilih kasih dalam lingkup politik terbagi dua yaitu pertama karena masing masing pihak yang menjalin kerjasama sama- sama mendapatkan keuntungan. Yang kedua yaitu, pihak yang memberikan bantuan memang benar- benar hanya ingin membantu karena memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang sangat dekat.
Tingkatan mengenai pengaruh tindakan pilih kasih terhadap program bedah rumah untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Distribusi pengaruh pilih kasih terhadap program bedah rumah No Tanggapan responden Skor
(X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat berpengaruh 4 - 0
2 Penting 3 10 30
3 Kurang berpengaruh 2 17 34
4 Tidak berpengaruh 1 13 13
Total 40 77
Rata-rata skor 77
40= 1,92
Rata-rata persentase
1,92
4 𝑥100 = 48%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai pengaruh pilih kasih terhadap program bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat berpengaruh dengan perolehan tanggapan sebanyak 11 orang, dan kategori berpengaruh memperoleh tanggapan sebanyak 17 orang, kategori kurang berpengaruh sebanyak 5 orang, dan kategori tidak berpengaruh sebanyak 7 orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 70 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya tindakan pilih kasih yang dilakukan oleh pemerintah berpengaruh terhadap program bedah rumah. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 76%-100%
termasuk kategori optimal.
d. Distribusi Responden Tentang Adanya Persahabatan istrumental dalam Pelaksanaan Program Bedah Rumah.
Program bedah rumah dapat dikatakan berhasil apabila pelaksanaannya sesuai prosedur tanpa adanya persahabatan instrumental antara pemerintah dengan masyarakat sehingga penerima bantuan bedah rumah tersebut memang memiliki kriteria yang sebenarnya.
Tingkatan mengenai pengaruh sistem patron klien berupa persahabatan instrumental terhadap program bedah rumah untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Distribusi Tanggapan Responden tentang Adanya Persahabatan Instrumental dalam Program Bedah Rumah
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Baik 4 4 16
2 Baik 3 4 12
3 Kurang Baik 2 9 34
4 Tidak Baik 1 23 23
Total 40 85
Rata-rata skor
85
40= 2,12
Rata-rata persentase
2,12
4 𝑥100 = 53%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai adanya persahabatan instrumental dalam program bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat baik dengan perolehan tanggapan tidak ada, dan kategori baik memperoleh tanggapan sebanyak 10 orang, kategori kurang baik sebanyak 17 orang, dan kategori tidak baik sebanyak 23 orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 56,25 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persahabatan instrumental antara pemerintah dengan masyarakat yang menerima bantuan program bedah rumah direspon tidak
baik oleh masyarakat. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 50% termasuk kategori tidak optimal.
e. Distribusi tanggapan responden tentang adanya Pertukaran Hubungan dalam program bedah rumah
Pertukaran hubungan, yaitu adanya hubungan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat dimana pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat dan masyarakat tersebut membalasnya dengan memberikan dukungan suara pada saat pemilu.
Tingkatan mengenai pengaruh pertukaran hubungan terhadap program bedah rumah untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Distribusi Tanggapan Responden tentang Adanya Pertukaran Hubungan dalam Program Bedah Rumah
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Baik 4 - 4
2 Baik 3 6 18
3 Kurang Baik 2 14 28
4 Tidak Baik 1 20 20
Total 40 70
Rata-rata skor
70
40= 1,75
Rata-rata persentase
1,75
4 𝑥100 = 43,75%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai adanya pertukaran hubungan dalam program bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat baik dengan perolehan tanggapan tidak ada, dan kategori baik memperoleh tanggapan sebanyak 6 orang, kategori kurang baik sebanyak 14 orang, dan kategori tidak baik sebanyak 20
orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 43,75 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pertukaran hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yang menerima bantuan program bedah rumah direspon tidak baik oleh masyarakat. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat dibawah 50% termasuk kategori tidak optimal.
Rekapitulasi Frekuensi Variabel Implementasi Pelaksanaan Program bedah rumah
Tabel 10
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai faktor penghambat dalam implementasi pelaksanaan program bedah rumah
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Baik 4 - 4
2 Baik 3 2 6
3 Kurang Baik 2 10 20
4 Tidak Baik 1 28 28
Total 40 58
Rata-rata skor
58
40= 1,45
Rata-rata persentase
1,45
4 𝑥100 = 36,25%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Berdasarkan dari tabel 10, yang merupakan rekapitulasi dari kedua indikator yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa implementasi pelaksanaan program bedah rumah direspon tidak baik karena terdapat rata-rata persentase 36,25 persen yang artinya tidak optimal.. Hal ini dapat dilihat dengan tiga indikator ( tabel 7, 8 dan tabel 9) yang menunjukkan bahwa indikator dari program bedah rumah dianggap tidak baik oleh masyarakat dilihat dari rata-rata
persentase rekapitulasi ketiga indikator menunjukkan sekitar 36,25 persen. Jadi dapat disimpulkan bahwa patron klien dalam program bedah rumah tidak optimal karena persentase dilihat dibawah 50% termasuk kategori tidak optimal.
2. Analisisi frekuensi Variabel program bedah rumah (Y)
Program bedah rumah dinyatakan berhasil apabila memenuhi kriteria yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dapat membantu masyarakat yang menerima bantuan program bedah rumah tersebut untuk mendapatkan rumah yang layak huni, serta ditujukan untuk masyarakat miskin.
Untuk mengetahui keberhasilan program bedah rumah dapat dilihat pada tabel distribusi jawaban responden pada masing-masing variabel.
a. Ditujukan Untuk masyarakat miskin (y1)
Program bedah rumah dinyatakan berhasil apabila terlaksana sesuai prosedur. Salah satunya dimana bantuan bedah rumah tersebut ditujukan kepada masyarakat miskin yang memenuhi syarat dan ketentuan bahwa masyarakat tersebut memang layak untuk menerima bantuan tersebut.
1. Distribusi responden tentang kelayakan masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah.
Penerima bantuan bedah rumah dinyatakan layak apabila memenuhi kriteria salah satu diantaranya yaitu masyarakat miskin yang telah memenuhi 14 indikator kemiskinan. Untuk mengetahui kelayakan masyarakat yang menerima bantuan program bedah rumah tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11
Distribusi responden tentang kelayakan masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Layak 4 7 28
2 Layak 3 12 36
3 Kurang Layak 2 13 26
4 Tidak Layak 1 8 8
Total 40 98
Rata-rata skor 98
40= 2,45
Rata-rata persentase
2,45
4 𝑥100 = 61,25%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden tentang kelayakan masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah di dominasi jawaban kategori sangat layak dengan perolehan tanggapan sebanyak 7 orang, dan kategori layak memperoleh tanggapan sebanyak 12 orang, kategori kurang layak 13 orang, dan kategori tidak layak sebanyak 8 orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 61,25 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah direspon layak oleh masyarakat. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 60%-76% termasuk kategori optimal.
2. Distribusi responden tentang dampak adanya program bedah rumah terhadap masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah.
Bantuan bedah rumah diharapkan dapat berdampak positif terhadap masyarakat miskin yang menerima bantuan bedah rumah. Untuk mengetahui
dampak program bedah rumah terhadap masyarakat miskin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12
Distribusi responden tentang dampak program bedah rumah terhadap masyarakat miskin
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat baik 4 12 48
2 Baik 3 17 51
3 Kurang Baik 2 6 12
4 Tidak Baik 1 5 5
Total 40 116
Rata-rata skor 116
40 = 2,9
Rata-rata persentase
2,9
4 𝑥100 = 72,5%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai dampak program bedah rumah terhadap masyarakat miskin di dominasi jawaban kategori sangat baik dengan perolehan tanggapan 12 orang, dan kategori baik memperoleh tanggapan sebanyak 17 orang, kategori kurang baik sebanyak 6 orang, dan kategori tidak baik sebanyak 5 orang.
Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 72,5 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa program bedah rumah berdampak baik terhadap masyarakat miskin yang menerima bantuan program bedah rumah. Hal ini di katakan karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 60%-76% termasuk kategori optimal.
3. Distribusi responden tentang keberhasilan program bedah rumah dalam membantu masyarakat miskin
Program bedah rumah dinyatakan berhasil apabila dapat membantu masyarakat miskin yang menerima bantuan bedah rumah tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program bedah rumah dalam membantu masyarakat miskin lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13
Distribusi responden tentang keberhasilan program bedah rumah dalam membantu masyarakat miskin
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Membantu 4 9 36
2 Membantu 3 23 66
3 Kurang Membantu 2 6 12
4 Tidak Membantu 1 2 2
Total 40 116
Rata-rata skor 116
40 = 2,9
Rata-rata persentase
2,9
4 𝑥100 = 72,5%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai keberhasilan program bedah rumah untuk masyarakat miskin dalam mendapatkan rumah yang layak huni di dominasi jawaban kategori sangat membantu dengan perolehan tanggapan sebanyak 9 orang, dan kategori membantu memperoleh tanggapan sebanyak 23 orang, kategori kurang membantu 6 orang, dan kategori tidak membantu sebanyak 2 orang. Dan hasil Rata-rata persentase yaitu 72,5 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa program bedah rumah dinyatakan berhasil membantu masyarakat miskin dalam mendapatkan rumah yang layak huni. Hal ini di katakan
karena hasil rata-rata persentase dilihat diantara 60%-76% termasuk kategori optimal.
4. Distribusi responden tentang pengaruh program bedah rumah terhadap masyarakat miskin.
Program bedah rumah dinyatakan berpengaruh terhadap masyarakat miskin apabila program bedah rumah dapat membantu masyarakat yang menerima bantuan bedah rumah tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program bedah rumah terhadap masyarakat miskin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 14
Distribusi responden tentang pengaruh program bedah rumah terhadap masyarakat miskin
No Tanggapan responden Skor (X)
Frekuensi (F)
Nilai (X.F)
1 Sangat Berpengaruh 4 9 36
2 Berpengaruh 3 23 69
3 Kurang Berpengaruh 2 6 12
4 Tidak Berpengaruh 1 2 2
Total 40 119
Rata-rata skor 119
40 = 2,97
Rata-rata persentase
2,97
4 𝑥100 = 74,37%
Ket : Data olahan kuesioner 2014
Tanggapan responden mengenai pengaruh program bedah rumah terhadap masyarakat miskin di dominasi jawaban kategori sangat berpengaruh dengan perolehan tanggapan sebanyak 9 orang, dan kategori berpengaruh memperoleh tanggapan sebanyak 23 orang, kategori kurang berpengaruh 6 orang, dan kategori