• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BTN KC MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BTN KC MAKASSAR"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BTN KC MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ANGGA DZULFIKAR REKSA 90500117079

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :Angga Dzulfikar Reksa Tempat/Tgl. Lahir :Samarinda, 24 Maret 2000

NIM :90500117079

Jurusan :Perbankan Syariah

Fakultas :Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul :Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah Di BTN KC Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikasi, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 21 Februari 2022 Penyusun,

Angga Dzulfikar Reksa NIM. 90500117079

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِمي ِحهرلٱ ِن َٰ م ۡحهرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan Shalawat tak lupa penyusun curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju terang benderang. Dengan izin dan kehendak Allah swt, skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Skripsi ini berjudul: “Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah Di BTN KC Makassar”, yang telah di selesaikan dengan waktu yang direncanakan.

Penyusun skripsi ini terselesaikan dengan adanya kerjasama, bantuan, arahan, bimbingan, do’a dan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Terutama kepada kedua orang tua penyusun yaitu Ayahanda Ponco Wahyu Widodo, Ibunda Hasmiati dan Saudara saya Aji Putra Dilaga yang paling berjasa atas apa yang sampai saat ini saya capai, telah mendidik saya, membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, menyekolahkan saya sampai pada tingkat ini dan terus memberikan doanya. Karena itu, pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih atas sumbangsih pemikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril dan materi khususnya kepada:

(5)

v

1. Allah SWT. yang selalu memberikan kemudahan dan kesabaran kepada penyusun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D sebagai rektor UIN Alauddin Makassar dan para wakil Rektor serta seluruh staf dan jajarannya.

3. Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

4. Wakil Dekan 1 Bid. Akademik & pengembangan lembaga Dr. Muhammad Wahyuddin Abdullah, S.E., M.Si., Ak Wakil Dekan II bidang administrasi &

keuangan Dr. Hj. Rahmawati Muin HS., S.Ag., M.Ag. dan Wakil dekan III bidang kemahasiswaan Dr. Amiruddin K, M.E.I beserta jajarannya.

5. Ketua dan sekertaris jurusan Perbankan Syariah Ismawati, S.E., M.Si. dan Dr.

Sudirman, S.E., M.Si. atas arahan dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan di jurusan Perbankan Syariah.

6. Bapak Dr. Sudirman, S.E., M.Si. Selaku pembimbing I dan Bapak Mustofa Umar, S.Ag, M.Ag. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

7. Terima kasih kepada pimpinan dari PT. Bank Tabungn Negara, Tbk KC Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Penguji komprehensif yang telah mengajarkan saya arti kesabaran dan teladan, serta pelajaran bahwa calon sarjana harus mempunyai kompetensi dan keahlian untuk bersaing di dunia kerja.

(6)

vi

9. Seluruh staf Akademik, tata usaha, jurusan, dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya dalam pelayanan akademik dan administrasi.

10. Untuk kedua orang tua dan keluarga yang paling saya cintai di dunia ini terima kasih atas segala doa dan dukungannya berkat doa dan dukungan kalian penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan kelas A dan B Perbankan Syariah, terima kasih atas doa yang diberikan kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman KKN-DK Angk. 64 terkhusus posko Desa Kayu Loe, Kec.

Bantaeng, Kab.Bantaeng (Ady, Rusman, Madjid, Dewi dan Ningsih) yang selalu memberikan dukungannya kepada penyusun.

13. Terima kasih kepada Kakanda Rio, Nanda, Yudi, Nadia, Ilham, dan Kakanda Ide’ yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Terkhusus teman seperjuangan, yaitu Rezky, Agil, Sahril, Ady, Ainur Khasanah, Widi, Nursila, dan Alya Auliah yang telah memberikan doa dan dukungannya serta fasilitasnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penyusun berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penyusun juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan,

(7)

vii

sehingga penyusun tidak lupa mengharapkan saran dan kritik terhadap skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin Wassalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samata, 21 Februari 2022 Penyusun,

Angga Dzulfikar Reksa NIM. 90500117079

(8)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

ABSTRAK ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Fokus Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...10

A. Efektivitas ...10

B. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...14

C. Restrukturisasi ...33

D. Penelitian Terdahulu ...36

E. Kerangka Pikir ...38

(9)

ix

BAB III METODE PENELITIAN ...41

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...41

B. Jenis dan Sumber Data ...42

C. Pendekatan Penelitian ...43

D. Teknik Pengumpulan Data ...43

E. Instrument Penelitian ...44

F. Teknik Analisis Data ...44

G. Uji Keabsahan Data...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47

B. Deskripsi Data Penelitian ...50

C. Analisis Hasil Penelitian ...54

BAB V PENUTUP ...58

A. Kesimpulan ...58

B. Saran ...58

DAFTAR PUSTAKA ...61

LAMPIRAN ...63

RIWAYAT HIDUP ...72

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pembiayaan KPR Subsidi dan Non Subsidi ...5 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...36 Tabel 4.1 Karakteristik Informan ...50

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ...40 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. BTN KC Makassar ...50

(12)

xii ABSTRAK Nama : Angga Dzulfikar Reksa

Nim : 90500117079

Jurusan : Perbankan Syariah

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah Di Bank BTN KC Makassar

Pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah Di Bank BTN KC Makassar. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah di Bank BTN KC Makassar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi pustaka, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bank BTN KC Makassar telah melakukan restrukturisasi kredit kepemilikan rumah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perbankan dan peraturan internal bank yang berlaku. Dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit kepemilikan rumah di BTN KC Makassar mampu memberikan ruang dan membantu para debitur ditengah masa pandemic Covid-19 dan jumlah debitur yang melakukan resktrukturisasi kredit kepemilikan rumah kurang lebih sebesar 11.000 debitur. Sehingga dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit kepemilikan rumah sebagai strategi yang dilakukan oleh BTN KC Makassar kepada para debitur dapat dikatakan efektif karena telah mencapai tujuan bank untuk mencapai program pemulihan nasional di masa pandemic Covid-19.

Kata Kunci: Efektivitas, Pembiayaan Bermasalah, Restrukturisasi, KPR.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengajuan pembiayaan merupakan hal yang wajar dilakukan baik funtuk kebutuhan konsumtif. Sebagian besar orang melakukan pembiayaan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu contoh pengajuan pembiayaan ialah pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dilakukan oleh masyarakat bahwa tempat timggal adalah suatu kebutuhan utama yang harus terpenuhi. Dalam melakukan pengajuan bentuk pembiayaan, hendaknya bank dan nasabah wajib melakukan perjanjian untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Jika Pembiayaan telah diajukan maka pihak bank harus memitigasi risiko yang muncul.

Virus Covid-19 atau dikenal dengan sebutan Coronavirus Disease yang mulanya muncul ditahun 2019 dan diakui oleh lembaga kesehatan dunia WHO (World Health Organization) sebagai virus yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya mampu menciptakan kekacauaan kesegala penjuru sektor khususnya pada bidang politik, sosial dan ekonomi. Sistem ekonomi Indonesia juga terambas mengalami pelemahan ekonomi akibat dari menyebarnya virus Covid-19, Data dari Menteri Keuangan menunjukkan pada kuartal II-2020, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 5,32% dan memberikan serangan terhadap pembiayaan. Serangan dimaksud ini adalah berkaitan pada risiko pembiayaan yang bermasalah yang dimana keadaan para nasabah yang kurang mampu mengembalikan dana yang diberikan oleh

(14)

2

pihak bank. Adapun cara untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dilakukan dengan melalui langka memitigasi risiko. (Rahmania, 2021).

Langka dalam meitigasi risiko adalah dengan melakukan Penyelamatan pembiayaan yang tujuannya untuk membantu menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah dengan melalui pembicaraan kembali antara bank dan nasabah peminjam. Penyelamatan pembiayaan dapat dilakukan dengan menerapkan skema menjadwalkan kembali (Rescheduling), mensyaratkan kembali (Reconditioning), dan menata kembali (Restructuring). Penyelesaian ini dapat diatasi melalui litigasi yang akan ditempuh oleh bank bilamana nasabah tidak beritikad baik yaitu tidak menunjukkan kemauan untuk memenuhi kewajibannya sedangkan nasabah sebenarnya masih mempunyai harta kekayaan lain yang tidak dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan atau mempunyai sumber- sumber lain untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalahnya, jalur litigasi tersebut dapat diselesaikan melalui pengadilan negeri ( Sutan Remy Sjadeini, 1999: 103 ). Sedangkan lewat non litigasi akan ditempuh bilamana jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, jalur non litigasi tersebut dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah ( BASYARNAS ) (Usanti, 2006).

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dengan Nomor 11/POJK.03/2020 menjelaskan kebijakan Countercyclical yang digunakan akibat Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bahwa perkembangan

(15)

Covid-19 secara global berdampak langsung terhadap kinerja para nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dengan Nomor 11/POJK.03/2020, telah mengatur tentang kebijakan yang mendukung stimulus pada pertumbuhan ekonomi dengan mengambil kebijakan dalam penetapan kualitas aset dan kebijakan restrukturisasi kredit dan pembiayaan (Rahmania, 2021).

Restrukturisasi pembiayaan adalah langkah upaya memperbaiki apa yang dilakukan oleh pihak bank dalam menangani kegiatan perkreditan kepada nasabah yang mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi suatu kewajibannya. Restrukturisasi pembiayaan diatur pada Pasal 53 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 40/POJK.03/2019 Bahwa kriteria dari restrukturisasi meliputi adanya nasabah mengalami ketidakmampuan membayar pokok pinjaman dan nasabah masih memiliki prospek usaha yang baik dan dniliai dapat mampu memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut UU RI No. 10 Oktober 1998, kredit usaha perbankan mengacu pada mata uang atau hak kreditur yang setara yang diberikan berdasarkan perjanjian pinjaman antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dan membayar bunga (Soares, 2013).

(16)

4

Bank pertama yang dimiliki dan didirikan di Indonesia adalah Bank Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1946. Dalam proses perkembangannya, bank Indonesia termasuk bank konvensional dan bank syariah. Bank Syariah adalah bank yang mengacu pada prinsip syariah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis dalam menjalankan proses bisnisnya. Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat.

Seiring berjalannya waktu, perbankan Indonesia memiliki beragam produk untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, salah satunya produk pinjaman KPR.

Bank di Indonesia yang sangat terkenal dengan produk kredit pemilikan rumah (KPR) yang sangat maju adalah PT. Bank Tabungan Negara. Produk KPR dari PT. Bank Tabungan Negara ini menjawab salah satu kebutuhan dasar manusia. Bank ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi para masyarakat yang ingin memiliki rumah tetapi seringkali terhambat oleh biaya yang tinggi dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu KPR PT. Bank Tabungan Negara seringkali menjadi pilihan banyak masyarakat dalam proses memiliki rumah karena pembayaran angsuran disesuaikan dengan penghasilan serta sudah disepakati kedua belah pihak pada saat akad awal PT. Bank Tabungan Negara berfokus pada bisnis pembiayaan rumah yang sesuai dengan tagline nya yaitu ``Bank BTN sahabat keluarga Indonesia” (Wilis, 2020)

Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan nomor: B- 49/MK/IV/I/1974 bahwa Bank Tabungan Negara (BTN) memiliki fungsi

(17)

sebagai wadah pada pembiayaan proyek perumahan rakyat, dan dalam Surat yang dielkuarkan oleh Menteri BUMN dengan nomor S-554/M- MBU/2002, bahwa Bank Tabungan Negara (BTN) adalah bank dalam kegiatan bisnisnya memfokuskan kepada bisnis pembiayaan perumahan sehingga memberikan kemudahan masyarakat memiliki rumah pribadi melalui fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang ditawarkan (Prabowo

& Rifai, 2013).

Adapun data dari PT. Bank Tabungan Negara mengenai pembiayaan KPR subsidi maupun non-subsidi, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Pembiayaan KPR Subsidi dan Non Subsidi

Ini artinya, jumlah pembiayaan KPR Subsidi dari tahun 2016-2018 meningkat dari sebesar 15.609.652 menjadi sebesar 24.668.579 dan mengalami penurunan pembiayaan dari tahun 2019-2020 sebesar

TAHUN JUMLAH PEMBIAYAAN

KPR SUBSIDI ( JUTA )

JUMLAH PEMBIAYAAN KPR NON SUBSIDI ( JUTA )

2016

15.609.652 12.724.741

2017

20.504.547 15.390.702

2018

24.668.579 16.700.374

2019

17.331.658 10.651.724

2020

14.336.884 5.517.765

(18)

6

17.331.658 menjadi sebesar 14.336.884. Maupun pembiyaan KPR Non- Subsidi mengalami peningkatan dari tahun 2016-2018 meningkat dari sebesar 12.724.741 menjadi sebesar 16.700.374 serta mengalami penurunan pembiayaan dari tahun 2019-2020 sebesar 10.651.724 menjadi sebesar 5.517.765. (For et al., 2018; Report, 2020)

Perbankan tidak lepas dari hadapan permasalahan, yaitu adanya pula pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan bermasalah diakibatkan pada ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya, dan akan membawa dampak pada menurunnya kualitas produk pembiayaan dan pendapatan operasional bank. Bank terus berupaya dan berusaha untuk meminimalisir permasalahan pembiayaan yang muncul, salah satunya melakukan strategi merestrukturisasi pembiayaan (Dja’akum, 2017).

Sebagaimana dari Abu Hurairah Radhiyaallahu anhu, Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat.

Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya." (HR.Muslim).

Pinjaman dengan pembiayaan buruk atau bermasalah adalah pinjaman dengan kesulitan Karena faktor-faktor yang tidak dapat ditanggung oleh debitur, faktor-faktor atau kondisi yang disengaja, salah

(19)

satu faktor penyebab pembiayaana macet adalah bangkrutnya usaha debitur, sehingga debitur tidak dapat mengembalikan pembiayaan yang digunakan untuk modal komersialnya. Selain itu, pembiayaan bermasalah juga dapat terjadi karena kurangnya usaha-usaha yang dilakukan Bank untuk meningkatkan pembinaan terhadap masalah pembiayaan bermasalah (Soares, 2013).

Peter Drucker memberi pendapat bahwa efektivitas merupakan suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan benar dan berkonsep sebagai tujuan yang tepat dalam mencapai tujuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahwa efektif mengarah kepada hasil. Sedangkan dalam kamus ekonomi, efektivitas mengarah kepada seberapa jauh sasaran dicapai.

Mulyasa memberi pendapat pada bukunya dengan judul manajemen berbasis sekolah menjelaskan bahwa efektivitas mengarah pada konsistensi dalam melaksanakan pekerjaan dengan sasaran yang dituju, sehingga pencapaian tujuan dapat dapat memberi hasil yang nyata.

(Farmasi, 2016)

Berdasarkan dari latar belakang diatas peneliti tertarik meneliti rancangan judul penelitian “Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah Di BTN KC Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimana tingkat efektivitas restrukturisasi pembiayaan kredit pemilikan rumah di BTN KC Makassar ?

(20)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui Bagaimana tingkat efektivitas pelaksanaan restrukturisasi kredit pemilikan rumah di BTN KC Makassar

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan keilmuan dalam bidang Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah di BTN.

2. Kegunaan Praktis

a) Bagi kalangan akademisi dan praktisi diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian sejenis dimasa yang akan datang

b) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi pada Program S1 Perbankan Syariah di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengarah pada objek penelitian yang diangkat sehingga peneliti dan penentuan fokus penelitian

(21)

lebih diarahkan kepada tingkat informasi yang baru terkait pada situasi perekonomian dan sosial agar mendapatkan data yang relevan..

Menurut Sugiyono pada tahun 2017, bahwa pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan kepada tingkat kepentingan, urgensi dan reabilitas masalah yang nanti akan dipecahkan. Penelitian ini difokuskan meliputi, Bagaimana tingkat efektivitas restrukturisasi kredit pemilikan rumah di BTN KC Makassar? (2017, 2017)

(22)

10 BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris, yaitu effective yang berarti berhasil atau sukses. Kamus ilmiah popular efektivitas didefinisikan sebagai kesesuaian penggunaan, menunjang tujuan (Herijanto, 2013:106). Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 telah diatur tujuan dari perbankan syariah, yaitu mendukung terselenggaranya pembangunan nasional untuk meningkatkan keadilan, persatuan dan pemerataan. Jika tujuan tersebut dapat tercapai, maka bank tersebut dapat dikatakan efektif (Hendy Herijanto, 1390).

2. Pendekatan Efektivitas

Robbins berpendapat bahwa pendekatan untuk menentukan efektivitas suatu perusahaan adalah:

a) Pendekatan Pada Pencapaian Tujuan

Pendekatan pada pencapian tujuan mengarah pada pendekatan yang sering digunakan yaitu memaksimalkan pada laba dan memenangkan persaingan. Pendekatan ini berkaitan dengan Manajemen by Objectives (MBO), yaitu manajemen yang menilai keefektifan suatu perusahaan dan para pekerjanya

(23)

dengan cara menilai seberapa jauh dalam mencapai tujuan yang dicapai.

b) Pendekatan Pada Sistem

Pendekatan lebih mengarah kepada meningkatkan kelangsungan kemajuan suatu perusahaan, dan memperhatikan sumber daya manusia yang dimiliki, mempertahankan diri, memperbaiki struktur organisasi, dan melakukan pemanfaatan teknologi sehingga terus merespon pada keberlangsungan kemajuan suatu perusahaan.

c) Pendekatan Pada Konstituensi-Strategis

Pendekatan lebih mengarah kepada terpenuhinya konstituensi pada perusahaan yang bertujuan demi keberlangsungan kemajuan suatu perusahaan.

d) Pendekatan Pada Nilai Bersaing

Pendekatan lebih mengarah dengan mempersatukan tujuan, sistem, dan konstituensi yang didasarkan pada kelompok nilai.

Masing-masing nilai tersebut selanjutnya akan lebih dipilih berdasarkan berdirinya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dari sebuah perusahaan agar rencana yang disusun dapat bernilai efektif sesuai dengan strategi yang digunakan pada perusahaan.

Sehingga pendekatan ini sangat berpengaruh pada pencapaian tingkat efektivitas dari strategi yang ditargetkan disetiap perusahaan .

(24)

12

3. Faktor-Faktor Mempengaruhi Efektivitas

Adapun faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu:

a) Karakteristik Terhadap Perusahaan

Setiap Perusahaan memiliki karakter yang berbeda-beda dalam menyusun sumber daya mausia dalam setiap organisasi.

Struktur organisasi adalah cara dalam memberikan penempatan kepada pegawai sehingga menciptakan sebuah tujuan organisasi.

b) Karakteristik Terhadap Lingkungan

Karakteristik terhadap lingkungan mengarah pada lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal yang dimaksud disni adalah lingkungan berada diluar batas perusahaan, cotohnya pada perbuatan pengambilan keputusan dan pengambilan tindakan. Sedangkan lingkungan internal yaitu secara keseluruhan berfokus pada lingkungan perusahaan itu sendiri.

c) Karakteristik Terhadap Pegawai

Pegawai adalah bagian yang berpengaruh terhadap efektivitas. Disetiap masing-masing individu memiliki perbedaan, tetapi dengan kesadaran setiap individu terhadap perbedaan yang ada mampi berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Jika ingin memperoleh keberhasilan haruslah konsisten dalam menerapkan tujuan masing-masing individu dengan tujuan perusahaan.

(25)

d) Karakteristik Terhadap Manajemen

Manajemen suatu langka strategi dalam membuat semua kegiatan di dalam suatu perusahaan dapat tercapai dan diperhatikan karakteristik yang ada sehingga dapat menilai keadaan perusahaan agar startegi itu dapat efektivitas dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

4. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas sebagai kerangka untuk menilai dalam mencapai target seperti melihat kualitas, kuantitas, dan waktu.

Pengukuran efektivitas dapat dilihat melalui konsisten dari hasil kerja yang dicapai pada suatu perusahaan, Jika organisasi berhasil dalam mencapai tujuanya maka dapat dikatakan efektif karena telah menerapkan proses program kegiatannya.

Efektivitas menunjang pada hasil sehingga dapat memberi keuntungan. Umumnya efektivitas dilhat sejauh mana umpan balik dari masyarakat sehingga menunjang pada kualitas produk yang ditawarkan Dikatakan efektif jika produk ataupun jasa memiliki hasil yang baik makan dapat pula memberikan umpan balik terhadap masyrakat

Efektivitas dapat diukur dari beberapa indikator untuk mencapai standarisasi keefektifan yaitu:

a) Kejelasan tujuan yang dicapai

(26)

14

b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan

c) Proses analisis dan perumusan dan kebijaksanaan yang mantap d) Perencanaan yang matang

e) Penyusunan program yang tepat f) Tersedianya saranan dan prasarana

g) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik Indikator ini dapat digunakan sebagai penilaian untuk dalam mengukur efektivitas sebagai strategi untuk menunjang pencapaian pada hasil suatu perusahaan. Jika indikator ini terpenuhi oleh suatu perusahaan maka dapat dikatakan pula efektif, dan begitupun sebaliknya (Wati, 2020).

B. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 1. Pengertian Kredit

Menurut Fitri, (2014) Kredit merupakan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat untuk mendorong dan mengefektifkan kegiatan komersial, baik di bidang produksi barang dan jasa maupun untuk meningkatkan atau memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit dalam pembelian rumah tangga. Bank adalah kreditur sementara dari penerima kredit (debitur) (Alanshari & Marlius, 2018).

2. Penilaian Kredit

(27)

Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.

Adapun kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang layak diberikan kredit, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.

Penilaian kredit dengan analisis 5C sebagai berikut : a. Character (Karakteristik)

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat dari calon debitur benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: gaya hidup yang dianurnya, keadaan kelurga, hobi dan jiwa social.

b. Capacity (Kemampuan)

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital (Modal)

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak,

(28)

16

dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya

d. Condition of Ekonomy (Kondisi Perekonomian)

Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e. Collateral (Jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Analisis 5C tersebut digunakan pihak bank untuk menganalisis kelayakan calon debitur yang bertujuan sebagai antisipasi terjadinya risiko kredit bermasalah, sehingga setelah dilakukannya analisis tersebut diharapkan dapat melihat kelayakan dan kesiapan debitur untuk meminjam dana guna kelangsungan usahanya. Dan untuk melihat kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya agar tidak terjadi wanprestasi atau pelanggaran yang dilakukan oleh debitur.

(29)

Selanjutnya, analisis 7P dengan unsur penilain sebagai berikut:

a. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b. Party (Golongan)

Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atas golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Purpose (Tujuan)

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

d. Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

e. Payment (Pembayaran Kembali)

(30)

18

Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

f. Profitability (Kemampuan Perusahaan dalam Memperoleh Keuntungan)

Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Proftability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection (Perlindungan)

Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang,orang atau jaminan asuransi.

Seperti halnya analisis 5C maka analisis 7P juga digunakan oleh pihak bank untuk menilai kelayakan calon debitur dalam pemberian kredit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko kredit bermasalah/macet baik yang sibebakan oleh kepribadian debitur sampai dengan kelangsungan usahanya, maupun yang disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh debitur atau kreditur. Sehingga baik analisi 5C ataupun 7P menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perkreditan dan

(31)

juga dalam kegiatan penyelamatan kredit bermasalah atau restrukturisasi kredit. Karena dalam kegiatan restrukturisasi kredit analisis 5C dan 7P juga digunakan untuk meninjau ulang kelayakan debitur untuk dilakukannya penyelamatan kredit sebelum ke tahap eksekusi agunan.

3. Kolektibilitas Kredit

Menurut ketentuan pasal 12 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kualitas kredit dibagi menjadi lima kolektibilitas, yaitu sebagai berikut:

a. Kredit lancar

Kredit lancar yaitu jika memenuhi kriteria pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat, memiliki mutasi rekening yang aktif, bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

b. Kredit dalam perhatian khusus

Kredit dalam perhatian khusus yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, mutasi rekening relatif rendah, jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, didukung oleh pinjaman baru.

c. Kredit kurang lancar

Kredit kurang lancar yaitu jika memenuhi kriteria terdapat

(32)

20

tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering terjadi cerukan, frekuensi mutasi rekening relatif rendah, terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Kredit yang diragukan

Kredit yang diragukan yang diragukan yaitu apabila memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari, sering terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi kapitalisasi bunga, dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan.

e. Kredit macet

Kredit macet yaitu apabila memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari, kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai wajar.

Kolektibilitas kredit dikelompokkan berdasarkan waktu dan ketepatan pembayaran debitur menjadi lima kolektibilitas, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Kolektibilitas kredit juga menunjukkan kualitas kredit yang dapat mempermudah Lembaga Keuangan Bank untuk mengantisipasi risiko kredit bermasalah yang dapat mempengaruhi

(33)

kelangsungan usaha dan kesehatan bank. Dengan adanya kolektibilitas kredit, diharapkan pihak bank dapat memberikan penanganan secara cepat dan tepat sesuai kondisi dan kualitas kredit kepada risiko kredit bermasalah yang dihadapi, agar dapat menekan dan meminimalisir masalah kredit bermasalah. Selain itu, adanya kolektibiitas kredit juga digunakan untuk menetapkan tingkat cadangan kerugian kepada Bank Indonesia akibat kredit bermasalah.

4. Unsur-Unsur Kredit

Menurut Dewi, (2013) saat pemberian kredit, salah satu unsur yang yang terpenting adalah kesepakatan antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur (Alanshari & Marlius, 2018).

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir.2002):

a) Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan pemberi pinjaman jika kredit yang diberikan (berupa uang, barang ataupun jasa) diterima di masa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu kredit sesuai kesepakatan bersama. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar dalam menyalurkan suatu pinjaman.

b) Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan pada suatu perjanjian dimana masing-masing pihak sepakat akan hak dan kewajibannya.

(34)

22

Perjanjian ini kemudian akan dittertuang dalam perjanjian kredit dan ditandatangani langsung oleh kedua belah pihak sebelum dilakukan penyaluran kredit.

c) Jangka Waktu

Jangka waktu terdiri dari jangka pendek (kurang dari 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (lebih dari 3 tahun). Jangka waktu adalah batas waktu pengembalian angsuran kredit yang disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan

d) Resiko

Semakin lama jangka waktu kredit, semakin tinggi risikonya dan sebaliknya. Risiko ini ditanggung oleh pihak penerima pinjaman, Adapun bentuk risiko yang dialami oleh penerima pinjaman, misalnya peristiwa terjadinya bencana alam, dan terjadi kebangkrutan usaha nasabah tanpa ada kesengajaan.

e) Pembalasan Jasa

Bagi lembaga penyalur dana yaitu perbankan balas jasa adalah keuntungan atau pendapatan atas pemberian pinjaman.

Dalam bank konvensional, balas jasa dikenal dengan istilah beban bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan biaya administrasi kredit yang dapat

(35)

dikategorikan sebagai keuntungan bagi bank (2017, 2017) (BUIATRIA, 2011).

Dapat dipahami bahwa kegiatan kredit tidak akan terjadi jika tidak memiliki unsur-unsur tersebut, karena pengertian kredit itu sendiri mengandung unsur-unsur tersebut, seperti halnya kreditur harus memiliki kepercayaan kepada debitur untuk memberikan modal dengan perjanjian kredit yang berkaitan dengan jangka waktu, balas jasa berupa bunga dan lainnya. Adapun dari kegiatan kredit tersebut tidak jarang akan memunculkan risiko kredit diantara keduanya. Sehingga unsur tersebut pada dasarnya saling berkaitan dalam kegiatan perkreditan yang terjadi (Wati, 2020).

5. Tujuan Kredit

Fasilitas kredit adalah bertujuan untuk mencapai dan mendapatkan hasil. Memberikan pinjaman kepada masyarakat merupakan tugas dari bank dalam menerapkan tujuannya. (Kasmir:

2002).

Menurut Ruddy Tri Santoso tahun 1997 tujuan dalam perkreditan diarahkan untuk kepentingan bank, yaitu:

a) Pengembangan kegiatan ekonomi sesuai dengan kebijakan dapat membantu dalam program pemerintah dengan tetap bertumpu pada persyaratan perbankan yang wajar.

b) Mengejar keuntungan bagi bank.

(36)

24

c) Membantu dalam perluasan penggunaan layanan perbankan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip perkreditan.

Dasar perkreditan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang tidak boleh merugikan tujuan yang lainnya, dan harus bersinergi dan mendukung secara bersama-sama.

Perencanaan yang matang dan analisa dapat terhindar dari kerugian bagi bank (BUIATRIA, 2011).

6. Kredit Bermasalah

a. Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah diberikan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah.

Adapun penilaian atas penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, dimana penilaian secara kuantitatif dilihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga, sedangkan penilaian secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur.

(37)

Disisi lain kredit bermasalah akan mengakibatkan kerugian pada bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. Setiap kredit dapat dikatakan menjadi kredit bermasalah diukur dari tingkat kolektibilitasnya yang merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank.

Dengan demikian kredit bermasalah merupakan risiko yang timbul dari kegiatan kredit dimana debitur tidak mampu memenuhi kewajiabannya dalam membayar angsuran maupun bunga kredit sesuai jumlah dan waktu yang sudah disepakati. Dimana kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian dan dapat membahayakan kesehatan bank karena meningkatnya tingkat NPL pada suatu bank.

b. Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah dapat timbul karena berbagai macam sebab yang dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :

1) Faktor Internal Bank

(38)

26

Penyebab internal bank pertama atas terjadinya kredit bermasalah adalah penyelenggaraan analisis kredit yang kurang sempurna. Hal itu disebabkan karena account officer dan credit analyst yang ditugaskan untuk melakukan tugas itu kurang mampu.

Faktor kedua adalah pimpinan bank terlalu agresif menyalurkan kredit. Hal tersebut antara lain disebabkan karena mereka berhasil mengumpulkan deposito dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu singkat akhirnya beban biaya deposito terlalu besar dan untuk menutupi beban tersebut maka pihak bank berusaha keras untuk menyalurkan kredit untuk mendapatkan bunga sebanyak dan secepat mungkin. Sehingga strategi seperti itu dapat menurunkan ketajaman analisis kredit sehingga permintaan kredit dengan mutu kurang memadaipun diluluskan.

Faktor ketiga adalah lemahnya sistem pemantauan mutu kredit dan kredibilitas debitur.

Karena hal tersebut, pimpinan bank tidak mampu mengawasi secara sempurna penggunaan kredit oleh debitur serta perkembangan kinerja usaha bisnis dan

(39)

keuangan mereka. Bank baru dapat mengindikasi kinerja debitur menurun, setelah mereka menunggak pembayaran bunga dan/atau pelunasan kredit yang jatuh tempo.

Faktor keempat adalah campur tangan para pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. Hal itu dapat menyebabkan pimpinan bank menyimpang dari kebijaksanaan penyaluran kredit yang telah digariskan bank.

Faktor kelima adalah pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan tambahan jaminan kredit.

2) Ketidak Layakan Debitur

Kredit bank dapat diberikan kepada debitur perorangan dan debitur badan usaha. Sumber pembayaran bunga dan pelunasan kredit kebanyakan debitur adalah penghasilan tetap mereka. Oleh karena itu apabila penghasilan tetap mereka terganggu biasanya pembayaran kredit mereka juga terganggu. Penyebab kredit perorangan bermasalah lainnya adalah debitur mengalami sakit berat, kecelakaan, bercerai atau meninggal dunia.

(40)

28

Selain itu ada faktor lain seperti, adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani.

3) Faktor Eksternal Bank

Banyak faktor ekternal mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan usaha perusahaan. Apabila pengaruh tersebut negatif sifatnya, profitibilitas dan likuiditas keuangan, maupun kemampuan mereka membayar pinjaman dapat terganggu.

Faktor pertama yang dapat mengganggu kelancaran usaha adalah penurunan kondisi ekonomi moneter negara atau sektor usaha. Bagi banyak perusahaan dampak langsung memburuknya kondisi ekonomi moneter negara adalah menurunnya hasil penjualan barang atau jasa yang mereka hasilkan.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi kemampuan debitur melunasi pinjaman adalah bencana alam (kebakaran,banjir, gempa bumi, dan sebagainya), yang merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki yang dapat

(41)

mengganggu kelangsungan produksi dan pemasaran.

Faktor ketiga adalah peraturan pemerintah, contoh peraturan pemerintah Indonesia pada masa orde baru yang memperbolehkan kapal-kapal asing menyinggahi banyak pelabuhan di dalam negeri, telah menimbulkan persaingan berat bagi perusahaan pelayaran nasional (terlebih yang lemah kondisinya).

Faktor keempat yang mempengaruhi kemampuan debitur membayar bunga dan mengembalikan kredit adalah melemahnya kurs nilai mata uang nasional terhadap mata uang asing.

Hal tersebut dapat menyebabkan beban bunga dan pembayaran kembali kredit meningkat sampai di luar batas debitur untuk memikulnya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa terjadinya kredit bermasalah dapat disebabakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pihak bank atau kreditur itu sendiri yang akhirnya memicu terjadinya kredit bermasalah. Selain itu, ketidak layakan debitur juga menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, karena kesalahan yang dilakukan debitur

(42)

30

dalam mengelola usahanya dapat mengakibatkan usahanya menjadi menurun yang dampaknya akan membuat debitur kesulitan melunasi kewajibannya. Begitupun faktor ekternal bank yang apabila terjadi maka dapat mempengaruhi kelancaran kredit debitur dalam melunasi kewajibannya yang akhirnya akan menyebabkan kredit menjadi bermasalah.

c. Dampak Kredit Bermasalah

Terjadinya kredit bermasalah juga dapat berdampak negatif terhadap Bank atau Lembaga Keuangan, sebagai berikut:

1) Laba/Rugi bank menurun, penurunan laba tersebut diakibatkan adanya penurunan pendapatan bunga kredit.

2) Bad Debt Ratio menjadi lebih besar, artinya rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah.

3) Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat, bank perlu membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, dan biaya pencadangan tersebut akan berpengaruh pada penurunan keuntungan bank.

4) Return On Asset (ROA) maupun Return On Equity (ROE) menurun, penurunan laba akan memiliki dampak pada penurunan ROA, karena return turun, maka ROA

(43)

dan ROE akan menurun.

Dapat dipahami bahwa dampak dari kredit bermasalah (NPL) yang terjadi diperbankan menyebabkan kerugian bagi bank tersebut, karena perputaran kas dalam operasional bank akan terhambat, hal tersebut dikarenakan persedian kas bank menurun seiring meningkatnya NPL, yang akan mempengaruhi likuiditas bank. Selain itu, hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba, yang mempengaruhi profitabilitas atau rentabilitas bank.

Kemudian biaya PPAP juga akan meningkat yang kemudian akan mempengaruhi pendapatan dan mengurangi besaran modal bank. Sehingga dari beberapa hal di atas, masalah kredit bermasalah pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan bank yang semakin menurun dan akan mempengaruhi operasional bank jika tidak dilakukan penyelamatan kredit bermasalah secara tepat dan cepat (Wati, 2020).

7. Prosedur KPR

Menurut Ira tahun 2015, prosedur dari KPR merupakan langkah kegiatan yang melibatkan beberapa orang dalam satu atau lebih departemen, dibuat untuk memastikan penanganan transaksi perusahaan yang terjadi berulang kali (Alanshari & Marlius, 2018).

(44)

32

8. Jenis-Jenis KPR

a) KPR BTN Bersubsidi

Program kepemilikan rumah Kementerian Pembangunan dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan memberikan suku bunga yang rendah yaitu ssebesar 5,00% tetap sepanjang jangka waktu pinjaman sampai 20 tahun dan cicilan ringan untuk pembelian rumah sejahtera susun dan rumah sejahtera tapak.

b) KPR BTN Non Subsidi (Platinum)

Program KPR Non-subsidi yang di keluarkan oleh BTN dimana besaran pinjaman ataupun suku bunga ditentukan berdasarkan atas kebijakan bank. Adapun keunggulan KPR BTN Platinum sebagai berikut:

1) Suka bunga kompetitif

2) Periode tetap sampai dengan 5 tahun sehingga nasabah bisa menikmati cicilan dengan bunga tetap yang ringan selama 5 tahun berturut-turut.

3) Proses pengajuan dengan cepat dan mudah 4) Jangan waktu cicilan yang telah ditentukan

5) Fasilitas asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan gempa bumi

(45)

6) Bekerja sama dengan jaringan developer perumahan yang luas di seluruh wilayah indonesia (Alanshari & Marlius, 2018).

C. Restrukturisasi

1. Pengertian Restrukturisasi

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 40/POJK.03/2019 pada pasal 1 angka 25 bahwa telah diatur dan dijelaskan tentang Restrukturisasi secara umum yang merupakan langkah upaya untuk memperbaiki suatu kegiatan penyaluran dana kepad nasabah yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Dalam mengaplikasikan restrukturisasi kredit telah jelaskan dan diatur pada pasal 53 dari Peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor 40/POJK.03/2019 jika nasabah telah memiliki kendala kesulitan untuk membayar berupa pokok pinjaman atau bunga pinjaman dan nasabah masih memiliki kegiatan prospek usaha dengan baik, maka pihak bank dalam hal ini sebagai penyalur akan menilai bahwa nasabah dapat diberikan fasilitas restrukturisasi dan dapat dipercaya untuk melunasi utangnya. Dalam hal memberi restrukturisasi, kriteria tersebut dapat ditetapkan sebagai strategi untuk menghindari penyalahgunaan restrukturisasi oleh manajemen (Iswi Hariyani, 2010).

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dengan nomor 40/POJK.03/2019 telah diatur dan dijelaskan maksud dan tujuan pemberian restrukturisasi adalah untuk menghindari peningkatan

(46)

34

pada kualitas kredit, menghindari pada meningkatnya pembentukan pada aktiva produktif yang lebih tinggi (PPAP) dan juga menghindari pengentian dalam pengakuan pendapatan bunga akrual (Rahmania, 2021).

2. Tujuan Restrukturisasi

Adapun tujuan-tujuan dengan adanya restrukturisasi terhadap kredit bermasalah yaitu:

a. Menghindari kerugian bagi bank dan menjaga kualitas kredit yang telah diberikan.

b. Membantu meringankan kewajiban nasabah sehingga nasabah mempunyai kewajiban untuk melanjutkan usahanya dan dengan mengaktifkan kembali usahanya agar memperoleh penghasilan yang dapat digunakan sebagian dalam memenuhi kewajibannya dan sebagian pula untuk melanjutkan kegiatan usahanya.

c. Dengan restrukturisasi, penyelesaian pinjaman melalui lembaga hukum dapat dihindari karena penyelesaian melalui lembaga hukum dapat membutuhkan waktu yang cukup lama (Pratama &

Purwanto, 2018).

3. Pengajuan Restrukturisasi

Pengajuan Restrukturisasi pembiayaan dilakukan dengan melampirkan seluruh berkas yang telah di persyaratkan dan diatur dalam surat Direksi Bank BTN No.54/DIR/CCRD/2016 yaitu:

(47)

a. Melampirkan photocopy Kartu Identitas nasabah yang masih berlaku;

b. Melampirkan Slip gaji nasabah ataupun surat keterangan sebagai pendukung nilai penghasilan yang telah ditandatangani oleh kepala perusahaan/institusi tempat bekerja dan jika nasabah yang memiliki usaha dan berpenghasilan, maka harus memiliki surat keterangan Usaha yang ditanda tangani oleh pemerintah setempat dan kemudian diverifikasi oleh petugas Bank

c. Melampirkan Surat permohonan Restrukturisasi pembiayaan kemudian menjelaskan alasan yang relevan serta menjelaskan kemampuan bayar yang disanggupi oleh pemohon;

d. Melampirkan Surat pernyataan melepaskan hak atas tanah dan bangunan kepada Bank BTN dan surat pernyataan tidak akan melakukan wanprestasi;

e. Melampirkan Akta Kuasa

Jika Persyaratan permohonan restrukturisasi dipenuhi oleh nasabah, maka akan dilakukan Penginputan langsung tentang data nasabah melalui sistem yang dimiliki oleh BTN dengan nama Skip Trace Coordinator (STC) atau Team Leader (TL). Tujuan dari penginputan ini agar melihat data khsusunya pada data double checking jika terjadi data yang kkeliru maka akan dimasukkan

(48)

36

pada Skip Trace Coordinator (STC) atau Team Leader (TL).

Sistem informasi telah diatur oleh peraturan dari Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 yang telah menyediakan kelengkaan informasi data nasabah. Jika telah dilakukan penginputan data Informasi nasabah, Maka di lakukan analis Restrukturisasi Pembiayaan sehingga dapay mengetahui layak tidaknya nasabah diberikan fasilitas Restrukturisasi pembiayaan (Rahmania, 2021).

D. Penelitian Terdahulu

Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terdahulu tentang Restrukturisasi Pembiayaan KPR pada Bank BTN yang menjadi referensi pada skripsi ini, yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti /

Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. FITHRIAH, 2018;

Efektivitas Penyelesaian Kredit Macet Pada PT.BTN

(PERSERO) TBK.Cabang Pare-

Pare (Analisis Ekonomi Islam)

Penelitian Kualitatif Faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan kredit macet di bank BTN Cabang Pare-Pare yaitu melalui factor dalam dan factor luar .Faktor dalam yaitu disebabkan oleh pihak Bank melakukan kesalahan ketika dalam menganalisa.Faktor luar yaitu disebabkan oleh pihak nasabah,dengan melakukan kesengajaan

2. Arif

Hariyanto,Moh.Asra

& Wilda Al-Hanun, 2018;

Restrukturisasi Pembiayaan Murabahah Analisis

Yuridis Peraturan Bank Indonesia

Penelitian Kuantitatif Proses penyelesaian restrukturisasi dalam pembiayaan murabahah bermasalah berpedoman kepada peraturan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9PBI/2011.

3. Nur Dinah Fauziah, Muawanah, Lia Hikmatul Maula,

Penelitian Kualitatif Faktor dari internal maupun faktor eksternal merupakan sangat memiliki efek dan mempengaruhi masalah pada pembiayaan

(49)

2018;

Restrukturisasi Sebagai Salah Satu Upaya Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah Di Bank

Syariah

Syariah

4. Cita Sary Dja’akum, 2017;

Restruktrurisasi Sebagai Alternatif

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dalam Perbankan Syari’ah

Penelitian Kualitatif Sebagai alternatif dalam penyelesaikan pembiayaan yang bermasalah dengan melakukan teknik Rescheduling, Reconditioning, Restructuring. Dan juga melalui jalur Hukum.

5. Hendy

Herijanto,Restu Wulandari, 2016;

Efektivitas Kriteria Restrukturisasi Dalam

Meningkatkan Kualitas Portofolio

Pembiayaan

Penelitian Kualitatif Efektivitas Kriteria Restrukturisasi Kredit dapat dilihat jika nasabah dapat merealisasikan kesepakatan awal bersama dengan pihak bank. Terutama dalam kesepakatan pembayaran angsuran, waktu pembayaran dan jangka waktu pelunasan.

6. Amelia Frismen, 2020;

Program Restrukturisasi

Pembiayaan Kepemilikan Rumah

(KPR) Bermasalah Pada PT.Bank Tabungan Negara

Kantor Cabang Syariah Pekanbaru

Penelitian Kualitatif Terjadinya cidera janji dapat terjadi, karena dipengaruhi oleh masing-masing keadaan yang dialami oleh nasabah..

7. Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama,

2017;

Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya Bank

Untuk Membantu Debitur Dalam Menyelesaikan Tunggakan Kredit Di

PT. Bank Tabungan

Penelitian Yuridis Empiris

Fasilitas restrukturisasi yang dikeluarkan oleh Bank Umum telah diimplementasikan sesuai pedoman yang berlaku. Sebagaimana telah diatur pada Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, maupun Peraturan Bank Indonesia nomor 9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Berdasarkan Surat Edaran Direksi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk nomor

(50)

38

Negara (Persero) Tbk Denpasar

61/DIR/CCRD/2014 tentang Restrukturisasi Kredit Konsumer, terdapat kebijakan- kebijakan untuk melakukan restrukturisasi kredit.

8. Trisadini Prasastinah Usanti, 2006;

Restukturisasi Pembiayan Sebagai

Salah Satu Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Penelitian Kualitatif Upaya restrukturisasi merupakan upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh bank syariah, bilamana upaya tersebut tidak memulihkan kembali pembiayaan bermasalah maka upaya alternatif yang dilakukan oleh bank syariah adalah: a).

Penyelesaian melalui jaminan, b).

Penyelesaian lewat Badan Arbitrase Syariah Nasional, c). Penyelesaian lewat litigasi 9. Putu Eka Trisna Dewi,

2015;

Implementasi Ketentuan Restrukturisasi Kredit

Terhadap Debitur Wanprestasi Pada Kredit Perbankan

Penelitian Kualitatif Walaupun telah menerapkan penurunan suku bunga kredit ataupun pengurangan tunggakan pokok pinjaman itu akan dianggap berisiko tinggi pada pendapatan bagi bank dan dapat dikatakan belum optimalnya dalam penerapan restrukturisasi dalam penyelamatan kredit nasabah yang bermalasah.

E. Kerangka Pikir

Di Indonesia Perbankan memiliki dua sistem, yaitu bank syariah dan bank konvensional. Bank syariah menjalankan kegiatan usahanya dengan berdasarkan pada prinsip syariah, berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan bank konvensional hanya berlandaskan pada hukum negara. Bank merupakan lembaga intermediasi antara nasabah yang berkelebihan dana dan kekurangan dana. Dalam hal ini bank sebagai penghimpun dan penyalur dana bagi dan untuk masyarakat.

Ada banyak bank yang menerapkan fasilitas penghimpun dan penyaluran dana bagi dan untuk masyarakat. Salah satunya adalah Bank Tabungan Negara. Bank Tabungan Negara juga merupakan salah satu bank BUMN ini pun dapat menjadi salah satu alternatif bagi para

(51)

masyarakat yang ingin memiliki rumah tetapi seringkali terhambat oleh biaya yang tinggi dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu KPR PT.

Bank Tabungan Negara seringkali menjadi pilihan banyak masyarakat dalam proses memiliki rumah karena pembayaran angsuran disesuaikan dengan penghasilan serta sudah disepakati kedua belah pihak pada saat akad awal PT. Bank Tabungan Negara berfokus pada bisnis pembiayaan rumah yang sesuai dengan tagline nya yaitu ``Bank BTN sahabat keluarga Indonesia”.

Virus Covid-19 atau dikenal dengan sebutan Coronavirus Disease yang mulanya muncul ditahun 2019 dan diakui oleh lembaga kesehatan dunia WHO (World Health Organization) sebagai virus yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya mampu menciptakan kekacauaan kesegala penjuru sektor khususnya pada bidang politik, sosial dan ekonomi. Sistem ekonomi Indonesia juga terambas mengalami pelemahan ekonomi akibat dari menyebarnya virus Covid-19, Data dari Menteri Keuangan menunjukkan pada kuartal II-2020, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 5,32% dan memberikan serangan terhadap pembiayaan. Serangan dimaksud ini adalah berkaitan pada risiko pembiayaan yang bermasalah yang dimana keadaan para nasabah yang kurang mampu mengembalikan dana yang diberikan oleh pihak bank. Adapun cara untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dilakukan dengan melalui langka memitigasi risiko. Penyelamatan

(52)

40

pembiayaan dapat diatasi dengan menerapkan perundingan kembali yang matang antara bank dan nasabah.

Gambar 2.1 KERANGKA PIKIR

Bank Umum (Bank Tabungan Negara)

Produk Kredit Pemilikan Rumah

Kredit Pemilikan Rumah Bermasalah

Restrukturisasi Pembiayaan :

1. Penjadwalan Kembali ( Rescheduling ) 2. Persyaratan Kembali ( Reconditioning ) 3. Penataan Kembali ( Restructuring )

Rekomendasi menurunkan tingkat pembiayaan bermasalah di Bank Tabungan

Negara

(53)

41

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Menurut Saryono (2010). Penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan (field research) yaitu melihat keadaan objek sebenarnya yang berupa fakta yang relevan Sehingga fokus membahas tentang efektivitas pelaksanaan restrukturisasi kredit pemilikan rumah (KPR) yang ada pada PT.

Bank Tabungan Negara KC Makassar.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Makassar.

(54)

42

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Data Penelitian

Penelitian ini adalah menggunakan data subjek yang akan diperoleh secara langsung melalui pihak responden yang akan diwawancarai secara mendalam dengan berfokus pada sumber dari sikap, opine maupun pengalaman yang dimiliki (Indriantoro dan Supomo (2013: 145).

2. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini adalah menggunakan sumber data dalam bentuk primer dan sekunder. Data primer didapatkan langsung dari sumber aslinya (indriantoro dan supomo, 2013: 142). Dan Data Sekunder didaptkan melalui data yang sudah dipublikasikan (Kuncoro, 2013: 148).

Bentuk sumber dari data primer ini langsung diperoleh di lapangan melalui wawancara dari pihak responden dalam hal ini karyawan Bank Tabungan Negara KC Makassar yaitu Field Collector Team Leader dan Admin Restrukturisasi sedangkan untuk sumber data sekunder diperoleh dari skripsi dan jurnal sebagai pelengkap dari sumber data primer.

Istilah yang digunakan untuk subjek penelitian adalah informan. Informan dalam penelitian kualitatif ini yaitu bagian manajemen keuangan bank yang memahami informasi tentang objek penelitian.

(55)

C. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang dipilih adalah menggunakan analisis deskriptif, Metode analisis deskriptif menurut Sugiono pada tahun 2009 adalah metode yang digunakan dalam mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti atau sampel yang telah terkumpul untuk dijadikan kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Dengan kata lain penelitian deskriptif analisis memusatkan perhatian kepada masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian nantinya akan diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu:

1. Metode Observasi

Metode Observasi ini adalah langkah yang digunakan untuk menghimpun data dengan cara peneliti mengamati langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Metode Wawancara

Metode ini dapat mendapatkan informasi dengan cepat dan relevan tentang masalah yang akan diteliti. Prosedur Wawancara langsung yang dilakukan adalah menyediakan berbagai pedoman yang nantinya akan dijawab oleh pihak informan sebagai responden (Kuncoro, 2009:160).

(56)

44

3. Metode Studi Pustaka

Metode ini dapat mengetahui adanya keterkaitan pada penelitian sebelumnya. Adapun Langkah dalam metode ini dengan cara mengambil informasi lewat buku ataupun literatur lainnya.

4. Metode Dokumenter

Metode ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk mendapatkan fakta yang relevan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun langkah dalam metode ini dengan cara mengambil catatan harian, foto, laporan atau dokumen-dokumen lainnya sebagai pendukung (Bungin, 2007:125).

E. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dimana peneliti menyediakan interview yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan rumusan-rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

b. Display Data ( Penyajian Data )

(57)

Setelah data diresuksi, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara, kategori dan sejenisnya.

c. Verifikasi Data ( Penarikan Kesimpulan )

Penarikan kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk deskripsi.

Menggambarkan suatu objek yang sebelumnya tidak jelas, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas. (Sugiono, 2012) G. Uji Keabsahan Data

Sugiyono pada tahun 2013 mengemukakan, bahwa dalam pengujian keabsahan data pada penelitian ini terbterdapat ada 4 pengujian yaitu: uji crediabilty (validitas internal), tranferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektifitas). Dan peneliti hanya mengambil dua pengujian untuuk digunakan yaitu :

1. Uji Credibility (Validitas Internal)

Credibilitiy hanya melakukan konfirmasi kepada pihak responden dalam beberapa waktu dan akan berlanjut terus terus melakukan konfirmasi (Afiyanti, 2008). Sumber data dan informasi pada penelitian ini menggunakan metode triangulasi karena merupakan teknik untu mencari pertemuan titik tengah informasi sehingga berguna untuk mengecek dan membandingkan.

(58)

46

a. Triangulasi Sumber data, yaitu teknik untuk menggali, mendapatkan suatu informasi dengan melalui wawancara langsung kepada informan sebagai responden.

b. Triangulasi metode, yaitu teknik untuk memperoleh informasi yang benar. Misalnya melihat dari laporan keuangan kemudian ditambahkan sumber data lainya seperti kumpulan berita..

2. Uji Dependabilitas (Reabilitas)

Pengujian ini mempertimbangkan atas keilmiahan pada penelitian. Pertanyaan utama berdasarkan pada metode interview Script kepada isu dependabilitas yang terkait dengan konsistensi pada hasil dilakukan, yang sama (Afiyanti, 2008). Untuk mencapai dependabilitas dilakukan dengan terstruktur yang tujuannnya untuk menghasilkan jawaban sebenar-benarnya yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses membran, pemisahan air dari pengotornya didasarkan pada proses penyaringan dengan skala molekul, dimana suatu tekanan tinggi diberikan melampaui tarikan osmosis

Hasil akhir dari penelitian ini adalah pembuatan sebuah program media interaktif yang terdiri dari cara untuk memahami soal sampai adanya permainan yang dapat menarik anak agar

Selanjutnya secara bersaa-sama memberikan gambaran bahwa keeratan hubungan antara kecerdasan emosional, pengetahuan kewirausahaan, indeks prestasi komulatif dan hasrat

Shakuhachi adalah alat musik seruling bambu yang berasal dari Jepang.. dan alat musik ini digunakan dengan

Dalam metode STAD guru membagi siswa suatu kelas menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar dengan jumlah anggota setiap kelompok 4 atau 5 orang siswa

4.3 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Sari Ater Resort terhadap perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ciater Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Tahun

Hasi penelitian ini adalah penggunaan bahasa alay yang dilakukan remaja Surabaya di media sosial facebook adalah ekspresi diri mereka ke dalam dunia luar agar lebih

Hasil penelitian menunjukan, pada gedung tipe ruko penghematan energi terbaik diperoleh Kaca 1 dengan luas bukaan jendela 40% untuk orientasi Barat, 40% untuk orientasi