61
BAB IVPRELIMINARY DESAIN 4.1 Data Perencanaan
Material yang digunakan untuk struktur gedung ini adalah beton bertulang dengan data-data sebagai berikut :
Tipe bangunan : Gedung Hotel Tinggi Bangunan : 37,35 m (13 Lantai) Luas Bangunan : 37,2 m x 14,83 m Mutu Beton (fc’) kolom : 35 Mpa
Mutu Beton (fc’) balok dan plat : 35 Mpa Mutu Baja (fy) kolom : 420 Mpa Mutu Baja (fy) balok dan plat : 240 Mpa
Denah struktur gedung Hotel Ibis Padang dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Denah Struktur Gedung Hotel Ibis Padang
4.2 Desain Dimensi Balok
Balok adalah komponen struktur yang berfungsi menahan lentur. Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.1, desain dimensi balok (tinggi minimum balok) dengan bentang seperti pada gambar 4.2 adalah sbb :
Gambar 4.2 Balok Primer (BI-1)
Dimensi balok primer (BI-1), Panjang bentang (L) = 5,3 m.
hmin = L 16
1 = 16
530= 33,13 70 cm
b = h 3 2 =
3
2 50 = 40 cm
Jadi dimensi balok primer memanjang (BI-1) adalah 40/70 cm
Gambar 4.3 Balok Primer (BI-2)
Dimensi balok primer (BI-2), Panjang bentang (L) = 6,2 m.
hmin = L 16
1 = 16
620= 38,75 70 cm
b = h 3 2 =
3
260 = 45 cm
Jadi dimensi balok primer melintang (BI-2) adalah 45/70 cm
Gambar 4.4 Balok Sekunder (BA-1)
Dimensi balok sekunder (BA-1), Panjang bentang (L) = 5,3m.
hmin = L 16
1 = 16
530= 33,13 40 cm
b = h 3 2 =
3
2 40 = 26,5 cm 25 cm
Jadi dimensi balok sekunder memanjang (BA-1) adalah 25/40 cm.
4.3 Desain Dimensi Plat Lantai Desain tebal plat lantai 1 s/d 13.
Perhitungan tipe plat A dengan dimensi seperti pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Tinjauan Plat Lantai Tipe A Lx = 310 cm
Ly = 530 cm
Ln =
2
45 2
530 45
= 485 cmSn =
2
25 2
310 40
= 277,5 cmβ = Sn Ln =
5 , 277
485
= 1,75 < 2 (Plat 2 arah) Direncanakan dengan tebal plat, t = 12 cm fc’ = 25 Mpa ; fy = 240 Mpa Balok As C Joint 3-3
Dimensi potongan balok As C joint 3-3 seperti pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Balok As C joint 3-3
Menentukan lebar efektif flens (SNI 2847:2013 pasal 13.2.4)
be = bw + 2hw < bw + 8hf
be = bw + 2hw
be = 40 + 2(70-12) = 111 cm
be = bw + 8hf
be = 40 + 8(12) = 131 cm Diambil be terkecil = 111 cm.
h t bw be
h t bw be h
t h t h
t bw
be k
1 1
1 4
6 4 1
1
3 2
70 1 12 40 1 111
70 1 12 40 111 70
4 12 70 6 12 70 4
1 12 40 1 111
3 2
k
k
0.91Momen Inersia Penampang Ib =
12
h3k bw = 0.91
12
70
40
x 3 = 331770,8 cm4 Momen Inersia Lajur PelatIp = 5 12 , 0 bpt3
=
12
12 5 580 ,
0
x 3= 28800 cm4Rasio Kekakuan Balok Terhadap Plat α1=
p
Ib
I =
28800 8 ,
331770
= 11,52 Balok As 4 Joint B-B
Dimensi potongan balok As 4 joint B-B seperti pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Balok As 4 joint B-B
Menentukan lebar efektif flens (SNI 2847:2013 pasal 13.2.4)
be = bw + 2hw < bw + 8hf
be = bw + 2hw
be = 45 + 2(70-12) = 136 cm
be = bw + 8hf
be = 45 + 8(12) = 136 cm Diambil be terkecil = 136 cm.
h t bw
be
h t bw
be h
t h t h
t bw be k
1 1
1 4
6 4 1
1 2 3
70 1 12 45 1 136
70 1 12 45 136 70
4 12 70 6 12 70 4
1 12 45 1 136
3 2
k
k
= 0,86Momen Inersia Penampang Ib =
12 h3
k bw =
12 70 86 45 ,
0
x 3 = 619200 cm4 Momen Inersia Lajur PelatIp = 5 12 , 0 bpt3
=
12
12 5 580 ,
0
x 3= 44640 cm4Rasio Kekakuan Balok Terhadap Plat α1=
p
Ib
I =
44640 619200
= 13,87
Balok As B’ Joint 3-3
Dimensi potongan balok As B’ joint 3-3 seperti pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Balok As B’ joint 3-3
Menentukan lebar efektif flens (SNI 2847:2013 pasal 13.2.4)
be = bw + 2hw < bw + 8hf
be = bw + 2hw
be = 25 + 2(40-12) = 81 cm
be = bw + 8hf
be = 25 + 8(12) = 121 cm Diambil be terkecil = 81 cm.
h t bw
be
h t bw
be h
t h t h
t bw be k
1 1
1 4
6 4 1
1
3 2
40 1 12 25 1 81
40 1 12 25 81 40
4 12 40 6 12 40 4
1 12 25
1 81 2 3
k
k
= 1,07Momen Inersia Penampang Ib =
12 h3
kbw = 1,07 12
60
40x 3 = 770400 cm4
Momen Inersia Lajur Pelat Ip =
5 12 ,
0 bpt3 =
12 12 5620 ,
0 x 3 = 44640 cm4
Rasio Kekakuan Balok Terhadap Plat α1=
p b
I I =
44640
770400 = 17,25
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai αm sebagai berikut :
αfm =
1 ( ... )
3 2
1 n
n
αfm = (11,52 13,87 17,25) 3
1 = 14,21
Karena αfm > 2 dipakai persamaan (2.6), SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3 dan tidak boleh kurang dari 90 mm.
h = 36 9 1400) 8
, 0 ln(
fy
≥ 90 mm
h = 36 (9 1,75) 1400) 8 240 , 0 ( 4900
x
= 100 mm 120 mm
digunakan tebal plat lantai 1 s/d 12 tipe A adalah 120 mm.
dengan cara yang sama didapatkan resume ketebalan plat dari masing – masing tipe plat seperti pada tabel 4.1
Tabel 4.1Resume Ketebalan Plat Lantai
Tipe Lantai Lx Dimensi Ly Tebal Ket
A 1 s/d 12 310 530 120 2 arah
B 1 s/d 12 310 423 120 2 arah
C Atap 310 530 120 2 arah
D Atap 310 423 120 2 arah
4.4 Desain Dimensi Kolom
Berdasarkan denah struktur pada gambar 4.1, desain kolom yang memikul beban terbesar adalah kolom yang memikul plat lantai dengan bentang terbesar yaitu pada kolom As B-5 sebagaimana diperlihatkan pada gambar 4.9.
Menurut SNI 2847:2013 pasal 10.8. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.
Direncanakan :
Tebal plat : 120 mm Tinggi Lantai 1 : 3,1 m Tinggi Lantai 2 : 3,2 m Tinggi Lantai 3 : 4,0 m
Tinggi Lantai 4 – 13 m : 3,3 m
Dimensi plat : 620 x 953 cm Beban hidup (Lo) : 1,92 KN/m2
(Bedasarkan SNI 1727:2013 Tabel 4.1) Luas Tributari (AT) : 6,2 x 9,53 = 59,1 m2
KLL : 4 (Berdasarkan ilustrasi pada gambar C4 SNI 1727:2013 Tabel 4.2)
Gambar 4.9 Daerah Pembebanan Kolom
Beban Mati Lantai 1 s/d 12
Pelat lantai = 6.2 x 9.53 x 0.12 x 24 x 12 = 2042 KN Penggantung = 6.2 x 9.53 x x 0.07 x 12 = 49.632 KN Plafond = 6.2 x 9.53 x x 0.11 x 12 = 77.994 KN Balok B1 = 0.35 x 0.5 x 14.83 x 7 x 12 = 218 KN Balok B2 = 0.4 x 0.6 x 12.4 x 9 x 12 = 321.41 KN Balok B3 = 0.25 x 0.4 x 14.83 x 12 x 12 = 213.55 KN Spesi t=2cm = 6.2 x 9.53 x x 0.21 x 12 = 148.9 KN Tegel t=1cm = 6.2 x 9.53 x x 0.24 x 12 = 170.17 KN Mekanikal = 6.2 x 9.53 x x 0.4 x 12 = 283.61 KN
Total Beban Mati = 3525 KN
Beban Mati Lantai Atap
Pelat lantai = 6.2 x 9.53 x 0.12 x 24 x 1 = 141.81 KN Penggantung = 6.2 x 9.53 x x 0.07 x 1 = 4.136 KN Plafond = 6.2 x 9.53 x x 0.11 x 1 = 6.4995 KN Balok B1 = 0.35 x 0.5 x 14.83 x 7 x 1 = 18.167 KN Balok B2 = 0.4 x 0.6 x 12.4 x 9 x 1 = 26.784 KN Balok B3 = 0.25 x 0.4 x 14.83 x 12 x 1 = 17.796 KN Mekanikal = 6.2 x 9.53 x x 0.4 x 1 = 23.634 KN
Total Beban Mati = 238.8 KN
Total Keseluruhan beban mati = 3764,12 KN
Menurut SNI 1727:2013 pasal 4.8 komponen struktur yang memiliki nilai KLLAT ≥ 37,16 m2 diijinkan untuk dirancang dengan beban hidup tereduksi sebagai mana ditunjukan pada persamaan 3.35.
AT = 6,2 x 9,53 = 59,1 m2 KLLAT = 4 x 59,1 = 236,4 m2
Maka, 236,4 m2 ≥ 37,16 m2 (beban hidup boleh direduksi)
1. Reduksi beban hidup plat lantai 1 s/d 12
L = o
T LL
o L
A
L
0 , 25
K4 , 57
0 , 4
L =
0 , 4 1 , 92
4 , 236
57 , 25 4 , 0 92 ,
1
x
L =
,1 05
20 , 77
KNm2 KNm Jadi total beban hidup plat lantai 1 s/d 12 Lt. 1-12 = 1,05 x 6,2 x 9,53 x 12 = 744,5 KN 2. Reduksi beban hidup plat lantai atap
Reduksi beban hidup plat lantai atap (Lr) ditentukan sesuai dengan persamaan 2.7 karena AT = 59,1 m2, maka :
R1 = 1,2 – 0,011 x 59,1 = 0,78 R2 = 1 (F < 4)
Lr = LoR1R2 = 0,96 x 0,78 x 1 = 0,78 KN/m2 0,58 ≤ Lr ≤ 0,96, maka Lr = 0,78 KN/m2 Jadi, total beban hidup plat lantai atap : Lt. Atap = 0,78 x 6,2 x 9,53 = 46,1 KN
Kombinasi beban
Qu = 1,4D = 1,4 x 3764,12 = 5269,77 KN Qu = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
= 1,2(3764,12) + 1,6(744,5) + 0,5(46,1) = 5731,2 KN
Diambil kondisi yang paling menentukan Qu = 5731,2 KN
Mutu beton = 35 Mpa Dimensi : A =
c xf P
' 3 ,
0
=0 , 3 35 5731200
x = 545828,57 mm2 Dimensi : h = b, jadi A = b x b = b2
b =
A
= 545828,57 = 738 mm ≈ 800 mmJadi, dipakai dimensi kolom pada Gedung Hotel Ibis Padang adalah sebagai berikut :
Pada kolom Lantai 1 - 4 : 80 x 80 cm
Pada kolom Lantai 5 - 8 : 75 x 75 cm
Pada kolom Lantai 9 -12 : 70 x 70 cm
75
BAB VDESAIN STRUKTUR SEKUNDER 5.1 Desain Struktur Plat
Desain struktur plat lantai di desain menggunakan program bantu SAP 2000 dengan mengunakan element Shell. Beban yang bekerja pada plat lantai dimasukkan pada Area Uniform Loads.
Pendefinisian plat satu arah dan dua arah dapat dilihat dari rasio panjang terpanjang dengan panjang pendek pada suatu pelat (berdasarkan buku wang salmon jilid 2 edisi ke-4 bab 16).
Jika lebih besar dari 2 maka pelat itu bisa dikatakan pelat satu arah dan perhitungan dilakukan sama seperti perhitungan balok. Jika rasionya lebih kecil dari 2 maka pelat itu bisa dikatakan pelat dua arah.
Beban-beban yang bekerja pada plat disesuaikan berdasarkan SNI 1727:2013 pembebanan plat direncanakan menerima beban mati dan beban hidup dengan kombinasi pembebanan yang sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 9.2.(1) yaitu :
Qu = 1,4 DL
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
5.1.1 Desain Plat Lantai 1 s/d 11 Tipe A Data Desain
Data – data desain yang dibutuhkan dalam perhitungan lantai adalah sebagai berikut :
Mutu beton (fc’) = 35 Mpa
𝛽1 = 0,81 (Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7.(1)Tebal Pelat Lantai 2-12 (t) = 120 mm Selimut Beton = 20 mm
Modulus Elastisitas (Ec) = 4700
27805,6 Mpa Kuat Tarik (fy) = 240 Mpa1. Pembebanan Pelat lantai 2 s/d 12 Tipe A
Pelat direncanakan menerima beban mati dan beban hidup dengan kombinasi pembebanan yang sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 9.2.(1), yaitu sebesar :
Beban Mati (DL)
Berat sendiri = 0.12 x 24 = 2.88 KN/m2
Plafond = 0.11 = 0.11 KN/m2
Penggantung = 0.07 = 0.07 KN/m2
Tegel t=1cm = 0.01 x 24 = 0.24 KN/m2 Spesi t=2cm = 0.02 x 21 = 0.42 KN/m2
Ducting AC = 0.15 = 0.15 KN/m2
Plumbing = 0.1 = 0.1 KN/m2
Total Beban Mati = 3.97 KN/m2
2. Beban Hidup (LL) Plat Lantai 2 s/d 12 Tipe A
Beban hidup (Lo) = 1.92 kN/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4.1) Luas tributary (AT) = 5,3 x 3,1 = 16,43 m2
KLL = 1 (SNI 1727-2013 Tabel 4:2) KLL AT = 1 x 16,43 = 16,43 m2
16,43 m2 ≤ 37,16 m2 (beban hidup tidak boleh direduksi) Maka, beban hidup lantai 2 s/d 12 1,92 kN/m2
3. Kombinasi Pembebanan Qu =1,4 DL
=1,4 × 3,97 = 5,56 KN/m2 Qu =1,2 DL + 1,6 LL
=(1,2 × 3,97) + (1,6 × 1,92) = 7,84 KN/m2
Maka, digunakan Qu = 7,84 KN/m2
dy dx h t
Penulangan Plat Lantai Tipe A
Dimensi plat lantai tipe A seperti ditunjukan pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Dimensi plat lantai tipe A
Dari perhitungan preliminary desain sebelumnya didapat nilai αm sebesar = 14,21 > 2, sehingga perletakan yang digunakan adalah Jepit Penuh. Perhitungan nilai gaya dalam pada pelat berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia 1983 adalah sebagai berikut :
Ly/Lx = 5300/3100 = 1.7 < 2 (Plat 2 arah)
Mtx = Mlx = − 0.001 × Qu × Lx2 × Xx
= − 0.001 × 7,84 x 3,12x 81
= − 6,10 kNm
Mty = Mly = − 0.001 × Qu × Ly2 × Xy
= − 0.001 × 7,84 x 5,32x 57
= − 12,55 kNm
dx = t plat – deking – 1/2 ∅ = 120 – 20 – (0,5 x 10)
= 95 mm
dy = t plat – deking – ∅ – 1/2 ∅
= 120 – 20 – 10 – (0,5 x 10)
= 85 mm
ρmin untuk pelat = 0,002
sehingga nilai ρ perlu dapat dihitung sebagai berikut :
Penulangan Arah x (lapangan = tumpuan)
Direncanakan menggunakan ∅ 10 – 200 mm Mu = 6,1 KNm = 6100000 Nmm
m = 8,16 35 85 . 0
240 '
81 .
0
c
y
f f
Rn = 0,751
95 1000 9 ,
0 6100000
2
2
b d Mu
N/mm
perlu =
fyRn 1 2m m1 1
=
240
751 , 0 8,16 1 2
8,16 1 1
= 0,00317 > min...(digunakan perlu) Sehingga didapatkan :
Asperlu = perlu × b × d
= 0,00317 × 1000 × 95 = 301,166 mm2
𝑎 𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑓
𝑥 𝑥 𝑚𝑚 𝑎
𝛽
𝑚𝑚 𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih besar daripada 0,005 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tarik dengan nilai ϕ sebesar 0,9.
Menentukan jarak pasang antar tulangan :
Jarak = mm
As As
tul
perlu 260,78
54 , 78,166 3011000
1000
Jadi dipasang tulangan Ø 10 - 200 mm Sehingga Aspakai = 0,25 102
200
1000 x = 392,7 mm2.
Kontrol Jarak Spasi Tulangan Smax ≤ 2h
200 ≤ 2 x 120 = 240 (Ok, Memenuhi)
Penulangan Arah y (lapangan = tumpuan)
Direncanakan menggunakan ∅ 10 – 100 Mu = 12,55 KNm = 12550000 Nmm
m = 8,16
35 85 . 0
240 '
85 .
0
c
y
f f
Rn = 1,93
85 1000 9 , 0
12550000
2
2
b d Mu
N/mm
perlu =
fy Rn 1 2m m 1
1
=
240 93 , 1 8,16 1 2
8,16 1 1
= 0,0083 > min...(digunakan perlu) Sehingga didapatkan :
Asperlu = perlu × b × d
= 0,0083 × 1000 × 85 = 707,57 mm2 Menentukan jarak pasang antar tulangan :
Jarak = mm
As As
tul
perlu 110,99
54 , 78
57 , 7071000
1000
Jadi dipasang tulangan Ø 10-100 mm Sehingga Aspakai =
0 , 25 10
2100
1000
x
= 785,4 mm2.
𝑎 𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑓
𝑥 𝑥 𝑚𝑚 𝑎
𝛽
𝑚𝑚
𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih besar daripada 0,005 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tarik dengan nilai ϕ sebesar 0,9.
Kontrol Jarak Spasi Tulangan
Smax ≤ 2h = 100 ≤ 2 x 120 = 240 (Ok, Memenuhi) Kontrol Lendutan
Berdasarkan SNI 2847:2013 bila ketebalan plat yang digunakan melebihi batas minimum ketebalan plat, maka kontrol lendutan tidak perlu dilakukan. Kontrol lendutan ini dimaksudkan agar perencana mengetahui perilaku dari plat lantai ini.
Mtx = Mlx = −0.001×q×Lx2×X𝑥
Mtx = −0,001×1,92×3,12×81 = 1,49 KNm (MLL) Mtx = −0,001×3,97×3,12×81 = 3,10 KNm (MDL) M𝑎 = MltxHidup + MltxMati = 1,49 + 3,10 = 4,59 KNm Ig =
12 h3
b = 12
120
1000 3 =14,4×107 mm4 fr =
,0 62
fc'
=0 , 62 35
= 3,67 Mpa Mcr =h I fr g
2 =
120 10 4 , 14 67 , 3
2 7 = 8,8 KNm
Karena 𝑀𝑎 < 𝑀 𝑟, maka inersia yang digunakan adalah inersia penampang efektif (Ie).
Ec = 4700 fc' = 4700 35= 2,78×104 Mpa Es = 2,1 x 105 Mpa
n =
EcEs = 7,55 As = 785,4 mm2
Lebar Garis Netral
1000 Y x ½ Y = 8,94 x 785,4 (95-Y)
Y = 30,17 mm
Momen Inersia Penampang Retak (Icr) Icr =
1 × bY3 3 + n × As (d – Y)2
= 1 × 1000 x 30,23 3 + 8,94 x 785,4 x (95 – 30,2)2
= 34,08 x 106 mm
Momen Inersia Penampang Efektif (Ie) Ie = (
Mcr )Ma 3 x Ig + (1 -
Mcr )Ma 3) x Icr
= (4,59 44 ,
7 )3 x 14,4 x 107 + (1 - 59 , 4
44 ,
7 )3) x 38,66 x 106
= 47,23 x 106mm4 (Δ𝑖)DL+LL =
e c aI E
l m
48
5
2= 4 6 2 6
10 23 , 47 10 78 , 2 48
3100 10
59 , 4 5
=3,495 mm
(Δ𝑖) DL =
DL LLLL DL
DLM M
M
i = 3,495
49 , 1 1 ,
3 3,1
= 2,4 mm
(Δ𝑖) LL =
DL LLLL DL
LLM M
M
i = 3,495
49 , 1 10 ,
3 1,49
=1,1 mm
Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 9.5.2.5 untuk durasi lebih dari 5 tahun digunakan 𝜆 = 2
Lendutan yang terjadi ditentukan dengan Rumus 2.31 : Δ 𝑇 = (Δ𝑖)LL + 𝜆 [(Δ𝑖)𝐷 + 1,65(Δ𝑖) ]
= 1,1 + (2 x 2,4) + (1,65 × 1,1)
= 7,73 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
3100= 12,92 mm
ΔLT ≤ 240
l = 7,73 ≤ 12,92 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
Dari perhitungan SAP 2000 didapatkan nilai lendutan (ΔLT)
sebagai berikut :
1. pada frame no. 1426, Lendutuan arah X (Δ1) = 9,943 2. pada frame no. 1425, Lendutuan arah X (Δ2) = 11,146 ΔLT =
2 2
1
2 11,146
9,943 10,544 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
3100= 12,92 mm
ΔLT ≤ 240
l = 10,544 ≤ 12,92 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
Kontrol Retak
perhitungan lebar retak dapat dilakukan dengan:
(Berdasarkan SNI 2847:2002) Nilai lebar retak yang diperoleh tidak boleh melebihi 0,4 mm untuk penampang di dalam ruang dan 0,3 mm untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar. Selain itu spasi tulangan yang berada paling dekat dengan permukaan tarik tidak boleh lebih dari:
(Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.6.4)
Dan tidak boleh lebih besar dari :
fs : tegangan dalam ruangan yang dihitung pada beban kerja, dapat diambil 2/3 dari fy.
dc : tebal selimut beton diukur dari serat tarik terluar kepusat batang tulangan, Cc+ ½ Øtulangan
A : luas efektif beton tarik di sekitar lentur tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan titik pusat tulangan tersebut, dibagi jumlah batang tulangan.
Cc : 20 mm Fy : 240 MPa
fs : 2/3 fy = 160 Mpa Øtulangan : 10 mm
dc : 20 + ½ 10 = 25 mm
Spasi max dipermukaan tarik :
5.1.2 Desain Plat Lantai 1 s/d 11 Tipe B
Data Desain
Data – data desain yang dibutuhkan dalam perhitungan plat adalah sebagai berikut :
Mutu beton (fc’) = 45 Mpa
𝛽1 = 0,74(Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7.(1)
Tebal Pelat Lt. Atap (t) = 120 mm Selimut Beton = 20 mm
Modulus Elastisitas(Ec) = 4700
31528,5 Mpa Kuat Tarik (fy) = 240 MpaPembebanan Pelat lantai Atap Tipe B
Pelat direncanakan menerima beban mati dan beban hidup dengan kombinasi pembebanan yang sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 9.2.(1), yaitu sebesar :
1. Beban Mati (D)
Berat sendiri = 0.12 x 24 = 2.88 KN/m2 Plafond = 0.11 = 0.11 KN/m2 Penggantung = 0.07 = 0.07 KN/m2 Ducting AC = 0.15 = 0.15 KN/m2 Plumbing = 0.1 = 0.1 KN/m2 Total Beban Mati = 2.83 KN/m2 2. Beban Hidup (LL) Plat Lantai Atap Tipe C
Reduksi beban hidup plat lantai atap (Lr) ditentukan sesuai dengan Persamaan 2.
Luas tributary (AT) = 5,3 x 3,1 = 16,43 m2 R1 = 1
R2 = 1 (F < 4)
Lr = LoR1R2 = 0,96 x 1 x 1 = 0,96 kN/m2 maka Lr = 0,96 kN/m2
Beban hidup plat lantai atap = 0,96 kN/m2 3. Kombinasi Pembebanan
Qu =1,4 DL =1,4 × 2,83
= 3,96 KN/m2 Qu =1,2 DL + 1,6 LL
=(1,2 × 2,83) + (1,6 × 0,96) = 4,93 KN/m2
Maka, digunakan Qu = 4,93 KN/m2
dy dx h t
Penulangan Plat Lantai Tipe B
Dimensi plat lantai tipe B seperti ditunjukan pada gambar 5.2
Gambar 5.2 Dimensi plat lantai tipe B
Dari perhitungan preliminary desain sebelumnya didapat nilai αm sebesar = 14,21 > 2, sehingga perletakan yang digunakan adalah Jepit Penuh. Perhitungan nilai gaya dalam pada pelat adalah sebagai berikut :
Ly/Lx = 3830/3100 = 1.2 < 2 (Plat 2 arah)
Mtx = Mlx = − 0.001 × Qu × Lx2 × Xx
= − 0.001 × 4,93 x 3,12x 81
= − 3,84 KNm
Mty = Mly = − 0.001 × Qu × Ly2 × Xy
= − 0.001 × 4,93 x 3,832x 57
= − 7,89 KNm
dx = t plat – deking – 1/2 ∅ = 120 – 20 – (0,5 x 10)
= 95 mm
dy = t plat – deking – ∅ – 1/2 ∅
= 120 – 20 – 10 – (0,5 x 10)
= 85 mm
ρmin untuk pelat = 0,002
31000
3830
Sehingga nilai ρ perlu dapat dihitung sebagai berikut :
Penulangan Arah x (lapangan = tumpuan)
Direncanakan menggunakan ∅ 10 – 150 Mu = 3,84 KNm = 3840000 Nmm
m = 6,27
45 85 . 0
240 '
85 .
0
c
y
f f
Rn =
0 , 437
95 1000 9 , 0
3840000
2
2
b d Mu
N/mmperlu =
fy Rn 1 2m m 1
1
=
240 437 , 0 6,27 1 2
6,27 1 1
= 0,00198 < min...(digunakan min) Sehingga didapatkan :
Asperlu = min × b × d = 0,002 × 1000 × 95 = 188 mm2
Menentukan jarak pasang antar tulangan :
Jarak = mm
As As
tul perlu
8 , 417 54 , 78 1000188
1000
Jadi dipasang tulangan Ø 10 - 200 mm Sehingga Aspakai = 0,25 102
200
1000 x = 392,7 mm2.
𝑎 𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑓
𝑥 𝑥 𝑚𝑚 𝑎
𝛽
𝑚𝑚 𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih besar daripada 0,005 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tarik dengan nilai ϕ sebesar 0,9.
Kontrol Jarak Spasi Tulangan Smax ≤ 2h
200 ≤ 2 x 120 = 240 (Ok, Memenuhi)
Penulangan Arah y (lapangan = tumpuan)
Direncanakan menggunakan ∅ 10 – 100 Mu = 7,89 KNm = 7890000 Nmm
m = 6,27
45 85 . 0
240 '
85 .
0
c
y
f f
Rn = 1,213
85 1000 9 , 0
7890000
2
2
b d Mu
N/mm
perlu =
fy Rn 1 2m m 1
1
=
240 2 , 1 6,27 1 2
6,27 1 1
= 0,0051 > min...(digunakan perlu) Sehingga didapatkan :
Asperlu = perlu × b × d
= 0,0051 × 1000 × 85 = 431,88 mm2 Menentukan jarak pasang antar tulangan :
Jarak = mm
As As
tul
perlu 181,86
54 , 78,88 4311000
1000
Jadi dipasang tulangan Ø 10-100 mm Sehingga Aspakai =
0 , 25 10
2100
1000
x
= 785,4 mm2.
𝑎 𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑓
𝑥 𝑥 𝑚𝑚 𝑎
𝛽
𝑚𝑚 𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih besar daripada 0,005 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tarik dengan nilai ϕ sebesar 0,9.
Kontrol Jarak Spasi Tulangan
Smax ≤ 2h = 100 ≤ 2 x 120 = 240 (Ok, Memenuhi) Kontrol Lendutan
Berdasarkan SNI 2847:2013 bila ketebalan plat yang digunakan melebihi batas minimum ketebalan plat, maka kontrol lendutan tidak perlu dilakukan. Kontrol lendutan ini dimaksudkan agar perencana mengetahui perilaku dari plat lantai ini.
Mtx = Mlx = −0.001×q×Lx2×X𝑥
Mtx = −0,001×0,96×3,12×81 = 0.75 KNm (MLL) Mtx = −0,001×2,83×3,12×81 = 2,2 KNm (MDL) M𝑎 = MltxHidup + MltxMati = 0,75 + 2,2 = 2,95 KNm Ig =
12 h3
b = 12
100
1000 3 = 8,33 ×107 mm4 fr = 0,62 fc = ' 0,62 45 = 4,16 Mpa Mcr =
h I fr g
2 =
100 10 33 , 8 16 , 4
2 7 = 6,93 KNm
Karena 𝑀𝑎 < 𝑀 𝑟, maka inersia yang digunakan adalah inersia penampang kotor (Ig).
Ec = 4700 fc' = 4700 45= 3,153 ×104 Mpa Es = 2,1 x 105 Mpa
n =
EcEs = 6,7
As = 654,5 mm2
Lebar Garis Netral
1000 Y x ½ Y = 6,7 x 654,5 (75-Y) Y = 21,6
Momen Inersia Penampang Retak (Icr) Icr =
1 × bY3 3 + n × As (d – Y)2
= 1 × 1000 x 21,63 2 + 6,7 x 654,5 x (75 – 21,6)2
= 15,86 x 106 mm
Momen Inersia Penampang Efektif (Ie) Ie = (
Mcr )Ma 3 x Ig + (1 -
Mcr )Ma 3) x Icr
= (2,95 93 ,
6 )3 x 83,33 x 106 + (1 - 95 , 2
93 ,
6 )3) x 15,86 x 106
= 37,69 x 106 (Δ𝑖)DL+LL =
g c aI E
l m 485 2 =
6 4
2 6
10 69 , 37 10 153 , 3 48
3100 10
59 , 2 5
= 2,48 mm
(Δ𝑖) DL =
DL LLLL DL
DLM M
M
i = 2,48
75 , 0 2 ,
2 2,2
= 1,85 mm
(Δ𝑖) LL =
DL LLLL DL
LLM M
M
i = 2,48
75 , 0 2 , 2
75 ,
0
= 0,63 mm
Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 9.5.2.5 untuk durasi lebih dari 5 tahun digunakan 𝜆 = 2
Lendutan yang terjadi ditentukan dengan Rumus 2.31 : Δ 𝑇 = (Δ𝑖)LL + 𝜆 [(Δ𝑖)𝐷 + 1,65(Δ𝑖) ]
= 0,63 + (2 x 1,85) + (1,65 x 0,63)
= 5,37 𝑚𝑚
Berdasarkan SNI 2847:2013 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
3100= 12,92 mm
ΔLT ≤ 240
l = 5,37 ≤ 12,92 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
Dari perhitungan SAP 2000 didapatkan nilai lendutan (ΔLT)
sebagai berikut :
3. pada frame no. 1426, Lendutuan arah X (Δ1) = 9,943 4. pada frame no. 1425, Lendutuan arah X (Δ2) = 11,146 ΔLT =
2 2
1
2 11,146
9,943 10,544 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
3100= 12,92 mm
ΔLT ≤ 240
l = 10,544 ≤ 12,92 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
Kontrol Lendutan
Berdasarkan SNI 2847:2013 bila ketebalan plat yang digunakan melebihi batas minimum ketebalan plat, maka kontrol lendutan tidak perlu dilakukan. Kontrol lendutan ini dimaksudkan agar perencana mengetahui perilaku dari plat lantai ini.
Dari perhitungan SAP 2000 didapatkan nilai lendutan (ΔLT)
sebagai berikut :
5. pada frame no. 1425, Lendutuan arah X (Δ1) = 11,145 6. pada frame no. 1411, Lendutuan arah X (Δ2) = 2,93 ΔLT =
2 2
1
2 2,93
11,145 7,04 mm
Berdasarkan SNI 2847:2012 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
3100= 12,92 mm
ΔLT ≤ 240
l = 7,04 ≤ 12,92 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
Kontrol Retak
perhitungan lebar retak dapat dilakukan dengan:
Nilai lebar retak yang diperoleh tidak boleh melebihi 0,4 mm untuk penampang di dalam ruang dan 0,3 mm untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar. Selain itu spasi tulangan yang berada paling dekat dengan permukaan tarik tidak boleh lebih dari:
(Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.6.4)
Dan tidak boleh lebih besar dari :
fs : tegangan dalam ruangan yang dihitung pada beban kerja, dapat diambil 2/3 dari fy
dc : tebal selimut beton diukur dari serat tarik terluar kepusat batang tulangan, Cc+ ½ Øtulangan
A : luas efektif beton tarik di sekitar lentur tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan titik pusat tulangan tersebut, dibagi jumlah batang tulangan.
Cc : 20 mm Fy : 240 MPa
fs : 2/3 fy = 160 Mpa Øtulangan : 10 mm dc : 20 + ½ 10 = 25 mm
Spasi max dipermukaan tarik :
Tabel 5.1 Resume Penulangan Plat Lantai 2 S/D 12
Plat Type A Lx = 310 cm Ly = 530 cm
dx= 95 mm2 dy= 85 mm
Mtx = Mlx = 610.0 Kg.m Mty = Mly = 1255.0 Kg.m
= 6100000 N.mm = 12550000 N.mm
m = 8.16 N.mm m = 8.16 N.mm
Rn= 0.75 Mpa Rn= 1.93 Mpa
ρ perlu = 0.00317 ρ perlu = 0.0083 As perlu = 301.17 mm2 As perlu = 707.57 mm2 dipasang = Ǿ 10 - 200 mm dipasang = Ǿ 10 -100 mm Ly / Lx = 1.7 As pasang = 392.7 mm2 As pasang = 785.4 mm2
GAMBAR PENULANGAN ARAH-X PENULANGAN ARAH-Y
(Plat 2 Arah) Lendutan = 10.544 mm < 12.92 mm OK Crack = 0,094 mm < 0,4 mm OK
dy dx h t
Tabel 5.2 Resume Penulangan Plat Lantai Tipe B
Plat Type B Lx = 310 cm Ly = 383 cm
dx= 95 mm2 dy= 85 mm
Mtx = Mlx = 384.0 Kg.m Mty = Mly = 789.0 Kg.m
= 3840000 N.mm = 7890000 N.mm
m = 6.27 N.mm m = 6.27 N.mm
Rn= 0.473 Mpa Rn= 1.21 Mpa
ρ perlu = 0.00198 ρ perlu = 0.0051 As perlu = 188.00 mm2 As perlu = 431,88 mm2 dipasang = Ǿ 10 -200 mm dipasang = Ǿ 10 -100 mm Ly / Lx = 1.24 As pasang = 392.7 mm2 As pasang = 785.4 mm2
GAMBAR PENULANGAN ARAH-X PENULANGAN ARAH-Y
(Plat 2 Arah) Lendutan = 7,04 mm < 12,92 mm OK Crack = 0,094 mm < 0,4 mm OK
Penulangan Plat Lantai Pratekan
Dimensi plat lantai pratekan seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Gambar Dimensi plat lantai 12 dan lantai atap
Dari perhitungan preliminary desain sebelumnya didapat nilai αm sebesar = 14,21 > 2, sehingga perletakan yang digunakan adalah Jepit Penuh.
Lx = 310 – (50/2 + 25/2) = 272,5 cm Ly = 1483 – (45/2 + 45/2) = 1438 cm
arah) satu (pelat 2 23 , 272,5 5
1438 Lx
β Ly
Data – data desain yang dibutuhkan dalam perhitungan lantai adalah sebagai berikut :
Mutu beton (fc’) = 45 Mpa
𝛽1 = 0,84(Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7.(1)) Tebal Pelat Lantai 12-13 (t) = 120 mm
Selimut Beton = 20 mm
Modulus Elastisitas (Ec) = 4700
27805,6 Mpa Kuat Tarik (fy) = 240 MpaØ tulangan = 12 mm (As = 113,097 mm2) Tinggi efektif dx = t plat – deking – 1/2 ∅
= 120 – 20 – (0,5 x 12) = 94 mm Mu = − 0.001 × Qu × Ly2 × Xy
= − 0.001 × 4,93 x 14,832x 57 = − 6180,2 Kgm
Mu = 61 802 000 Nmm
Dipakai koefisien faktor reduksi : Ø = 0,9 𝑅𝑛 = 6,71
ρmin = 0,002 berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 14.3.3 (a) 10,46
45 0,85
400 fc'
0,85
m fy
fy
Rn m 1 2 m 1
ρperlu 1
0186 , 400 0
71 , 6 46 , 10 1 2
10,46 1
1
ρperlu = 0,0186 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu ρbd
mm2
57 , 1746 94 1000 0,0186
Kontrol penggunaan faktor reduksi -Tinggi blok tegangan persegi
a =
= 18,26 mm - Rasio dimensi panjang terhadap pendek
= ( ) = 0,84 - Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral
c =
= 21,74 - Regangan Tarik
ɛ₀ = 0,003 berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.2.3 - Regangan Tarik netto
εt =
= 0,001 > ɛ₀ OK - Jarak tulangan yang diperlukan
Sperlu =
= 104,75 mm - Syarat jarak maksimum tulangan
Smaks = 2 x tebal pelat = 2 x 120 mm = 240 mm Maka dipasang tulangan lentur D12-100 mm
𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih kecil daripada 0,002 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tekan dengan nilai ϕ sebesar 0,75.
Tulangan bagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi (demi tegangan suhu dan susut) Untuk fy = 400 → 𝐴𝑠
Tulangan pembagi di lapangan 𝐴𝑠 𝑥 𝑥
𝑚𝑚
Diperlukan tulangan D8-200 = 251,33 mm² > 216 mm²
→ (OK, Memenuhi)
Kontrol Lendutan untuk Plat Lantai
Berdasarkan SNI 2847:2013 bila ketebalan plat yang digunakan melebihi batas minimum ketebalan plat, maka kontrol lendutan tidak perlu dilakukan. Kontrol lendutan ini dimaksudkan agar perencana mengetahui perilaku dari plat lantai ini.
Mtx = Mlx = −0.001×q×Lx2×X𝑥
Mtx = −0,001×0,96×14,832×57 = 12,034 KNm (MLL) Mtx = −0,001×2,83×14,832×57 = 35,477 KNm (MDL) M𝑎 = MltxHidup + MltxMati = 47,51 KNm
Ig = 12
h3
b =
12 120
1000 3 = 14,4 ×107 mm4 fr = 0,62 fc = ' 0,62 45 = 4,16 Mpa Mcr =
h I fr g
2 =
120 10 4 , 14 16 , 4
2 7 = 9,984 KNm
Karena 𝑀𝑎 > 𝑀 𝑟, maka inersia yang digunakan adalah inersia penampang kotor (Ig).
Ec = 4700 fc' = 4700 45= 3,153 ×104 Mpa Es = 2,1 x 105 Mpa
n =
EcEs = 6,7 As = 1746,57 mm2
Lebar Garis Netral
1000 Y x ½ Y = 6,7 x 1746,57 x (94-Y) Y = 31,6
Momen Inersia Penampang Retak (Icr) Icr =
1 × bY3 3 + n × As (d – Y)2
= 1 × 1000 x 31,63 2 + 6,7 x 1746,57 x (94 – 31,6)2
= 45,89 x 106 mm
Momen Inersia Penampang Efektif (Ie) Ie = (
Mcr )Ma 3 x Ig + (1 -
Mcr )Ma 3) x Icr
= (47,51 98 ,
9 )3 x 14,4 x 106 + (1 - 51 , 47
98 ,
9 )3) x 45,89 x 106
= 22,75 x 106 (Δ𝑖)DL+LL =
g c aI E
l m 485 2 =
6 4
2 6
10 4 , 14 10 153 , 3
485 47,51 10 14830
= 6,39 mm
(Δ𝑖) DL =
DL LLLL DL
DLM M
M
i = 6,39
034 , 12 477 , 35
477 ,
35
= 5,02 mm (Δ𝑖) LL =
DL LLLL DL
LLM M
M
i = 6,39
034 , 12 477 , 35
034 ,
12
= 3,36 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 9.5.2.5 untuk durasi lebih dari 5 tahun digunakan 𝜆 = 2
Lendutan yang terjadi ditentukan dengan Rumus 2.31 : Δ 𝑇 = (Δ𝑖)LL + 𝜆 [(Δ𝑖)𝐷 + 1,65(Δ𝑖) ]
= 3,36 + (2 x 5,02) + (1,65 x 3,36)
= 18,944 𝑚𝑚
Berdasarkan SNI 2847:2013 batasan lendutan untuk plat lantai adalah :
240 l .
240 l =
240
14830= 61,79 mm
ΔLT ≤ 240
l = 18,944 ≤ 61,79 mm (Ok, Lendutan memenuhi)
5.2 Desain Balok Sekunder Data desain balok sekunder
Dimensi Balok BA-1 = 25 - 40 mm
Bentang Balok = 3100 mm
Mutu Beton (𝑓 ′) = 35 Mpa
Selimut Beton = 40 mm
Diameter Tul. Utama (D) = 19 mm o Mutu baja (𝑓y) = 420 Mpa
Diameter Tul. Sengkang (Ø) = 10 mm o Mutu baja (𝑓y) = 240 Mpa Pembebanan Balok Sekunder BA-1
Denah lokasi balok sekunder BA-1 As A’ dan As 5-6 ditunjukan pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Denah lokasi balok sekunder BA-1 Pembebanan Balok Sekunder BA-2
Denah lokasi balok sekunder BA-2 As 5’ dan As A-B ditunjukan pada Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Denah lokasi balok sekunder BA-2
Analisis Gaya Dalam Balok Sekunder BA-1 dan BA-2
Analisa gaya dalam balok sekunder menggunakan program SAP 2000 dengan kombinasi 1,2D + 1,6L. Berikut gaya-gaya dalam yang bekerja pada balok sekunder BA-1 dan BA-2.
Gambar 5.5 Momen pada balok anak.
Berikut gaya-gaya dalam yang bekerja pada balok sekunder BA-1 dan BA-2.
Balok anak BA-1 (25/40)
Momen
M𝑢tump = 83.62 KNm M𝑢lap = 32,82 KNm
Gaya Geser
V𝑢tump = 62,11 KN V𝑢lap = 25,62 KN Balok anak BA-2 (25/40)
Momen
M𝑢tump = 133,7 KNm M𝑢lap = 81,81 KNm
Gaya Geser
V𝑢tump = 119,7 KN V𝑢lap = 19,32 KN
Desain Tulangan Lentur Balok BA-2 Tinggi Manfaat Rencana :
d = h – decking – Sengkang – (½ Ølentur )
= 400 mm – 40 mm – 10 mm – (½ x 19 mm) = 340,5 mm
d’ = decking + Sengkang + ( ½ Ølentur)
= 40 mm + 10 mm + (½ 19 mm) = 58 mm Rasio Tulangan.
ρmin = fy
4 ,1 =
420 4
,1 = 0,00333
m = 14,118
35 85 , 0
420 '
85 ,
0
c
y
f f
Perhitungan Daerah Lapangan Mu = 81810000 Nmm
Mn = 0,9 Mu =
9 , 0
81810000Nmm = 90,9 x 106 Nmm
Rn = 2 d b
Mn
= 250
340,5
290900000
mm mm
kgmm
= 3,136
ρperlu =
fy Rn m m
1 2 1 1
=
420 Mpa
136 , 3 12 , 14 1 2
12 1 , 14
1 = 0,00791
ρmin < ρperlu ,maka ; ρpakai = ρperlu = 0,00791
Astarik = ρ b d = 0,00791 250 340,5 = 673,2 mm2 Tulangan yang dibutuhkan (n) = 2 2
) 19 ( 14 , 3 25 , 0
673,2
mm mm
= 2,38 ~ 3 buah Dipasang tulangan 3D19 mm ( Aspasang = 850,6 mm2 )
𝑎 𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑓
𝑥 𝑥 𝑚𝑚 𝑎
𝛽
𝑚𝑚 𝑡 (𝑑
) (
)
Berdasarkan SNI 2847:2013 Gambar S9.3.2 didapat 𝑡 lebih besar daripada 0,005 sehingga pelat termasuk dalam kondisi : terkontrol tarik dengan nilai ϕ sebesar 0,9.
Astekan = 0,5 Astarik = 0,5 850,6 mm2 = 425,08 mm2 Dipasang tulangan 2D19 mm ( Aspasang = 566,77 mm2 ) Kontrol jarak tulangan :
S =
1
) (
) 2
( ) 2
( .
n
D x n x
decking x
bw sengkang tullentur
S =
250 ( 2 40 ) 3 ( 2 10 1 ) ( 3 19 )
tul
mm x
tul mm
x mm x mm
S = 46,5 mm > 25 mm ....(Jarak tulangan memenuhi) Kontrol kemampuan tulangan akibat terpasang tulangan tunggal (akibat tulangan tarik) :
a =
bw fc
fy Aspasang
' 85 ,
0
=0 , 85 850,6 35 420 250
= 48 mm
Mn =
fy d a2 As
Mn =
420 340 , 5 48 2 6
,
850
mm2 Mpa mm mmMn = 113 x 106 Nmm Jadi Mn kapasitas > Mn yang terjadi
113 x 106 Nmm > 90,9 x 106 Nmm Nmm ...(Memenuhi)