• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI SOSIAL VIRUS CORONA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KECAMATAN TAMALATE KELURAHAN MANGASA DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLIKASI SOSIAL VIRUS CORONA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KECAMATAN TAMALATE KELURAHAN MANGASA DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH WAHYUDI 105381102016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

OKTOBER 2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ي ِح هرلا ِنَمْح هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai piha sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Bakri dan Kartini yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candaannya, kepada Dr. Yumriani, M.Pd, dan Suardi, S.Pd.,M.Pd., pembimbing I dan pembimbing II, yang telah

(7)

vii

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Dr. H. Nurdin, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi, Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Sekretaris Jurusan Pendidikan Sosiologi, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

(8)

viii

MOTTO

Ketakutan Atas Sesuatu Menjadi Bumerang Akan Kegagalan, Berani Mengambil Resiko Dengan Akhir Keberhasilan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua atas doa,

dukungan semangat atas kesusksesan yang menanti.

(9)

ix ABSTRAK

Wahyudi, 2020, Implikasi Sosial Virus Corona Terhadap Kehidupan Masyarakat Tamalate di kota Makassar.Skripsi. Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr.

Yumriani,M.Pd dan Pembimbing II Suardi,S.Pd.,M.Pd.

Implikasi social virus corona merupakan dampak virus corona baik itu dampak negatif, dampak positif dan meminimalisir dampak negatiif itu sendiri dalam kehidupan masyrakat baik dalam aspek politik masyrakat, agama, ekonomi, pendidikan, dan social.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui implikasi sosial virus corona di kehidupan masyarakat memiki dampak negative dan positif yang dapat di lihat dari berbagai aspek yaitu agama, politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan.

Hasil penelitian dari implikasi sosial viru corona terhadap kehidupan masyarakat baik dampak negatif dan positif yaitu sebagian masyarakat kehilangan pekerjaan dan sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka dan masyarakat mendapat bantuan meskipun belum mencukupi kebutuhan mereka, masyrakat juga hidupnya menjadi lebih bersih atau steril.

Cara meminimalisir masalah diatas yang di kemukakan anggota masyarakat seperti, pemerintah diharapkan menambah bantuan untuk masyarakat baik dalam kebutuhan pokok maupun hand sanitizer.

Kata Kunci: Implikasi Virus Corona, Dampak, Meminimalisir.

(10)

x ABSTRACT

Wahyudi, 2020, The Social Implications of Corona Virus on the Life of the Tamalate Community in Makassar City. Teacher Training and Education Faculty. Muhammadiyah University of Makassar. Advisor I Dr. Yumriani, M.Pd and Supervisor II Suardi, S.Pd., M.Pd.

The social implication of the corona virus is the impact of the corona virus both negative impacts, positive impacts and minimizing the negative impact itself in people's life both in the aspects of community politics, religion, economy, education and social.

This thesis uses a type of qualitative research with a case study approach which aims to find out the social implications of the corona virus in people's lives which have negative and positive impacts that can be seen from various aspects, namely religion, politics, economy, social, and education.

The results of the study of the social implications of Coronavirus on people's lives, both negative and positive, are that some people lose their jobs and find it difficult to meet their needs and people get help even though they have not fulfilled their needs, the people also have a cleaner or more sterile life.

How to minimize the above problems raised by community members such as, the government is expected to increase assistance for the community both in basic needs and hand sanitizers.

Keywords: Implication of Corona Virus, Impact, Minimizing.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

SURAT PERNYATAAN iv

SURAT PERJANJIAN v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

BABI PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11

A. Kajian Konsep 11

B. Kajian Teori 19

C. Kerangka Berpikir 21

D. Penelitian Terdahulu 22

BAB III METODE PENELITIAN 26

A. Jenis Penelitian 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 28

C. Fokus Penelitian 28

D. Informan Penelitian 30

E. Jenis dan Sumber Data 31

F. Instrumen Penelitian 32

G. Teknik Pengumpulan Data 33

(12)

xii

H. Teknik Analisis Data 38

I. Teknik Keabsahan Data 39

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 41

A. Sejarah Lokasi Penelitian 41

B. Keadaan Geografis 42

C. Keadaan Penduduk 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44

A. Hasil Penelitian 44

B. Pembahasan 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 73

A. Kesimpulan 73

B. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

1 A. Latar Belakang

Dunia saat ini sedang dilanda oleh kecemasan dan kekacauan yang luar biasa disebabkan oleh munculnya bencana besar, yaitu wabah virus COVID-19.

Sebuah virus yang menyebar begitu cepat dan agresif hampir ke seluruh belahan dunia hanya dalam waktu kurang lebih empat bulan sejak kemunculannya pertama kali di kota wuhan, provinsi Hubei, Cina, pada akhir November 2019.

Diawali wuhan, salah satu kota megapolitan di Tiongkok, dunia sudah mulai panik. Beragam rupa kepanikan yang tampak, mulai dari kepanikan sosial- ekonomi, hingga kepanikan yang berbalut narasi keagamaan, bahwa corona hanya menimpa bagi mereka yang “tak punya iman” atau “tak seiman”. Tapi lama kelamaan, corona tidak hanya menginvasi Wuhan, dia memperluas ekspansinya ke kota-kota besar lainnya seperti Singapura, Kuala Lumpur, Barcelona, New York, Jakarta hingga kota-kota menjadi simbol tradisi agama seperti Mekkah, Teheran dan Vatikan.

Setelah kasus pertama Coronavirus Disease 2019 (COVID- 19)(https://coronavirus.jhu.edu/map.html) ditemukan pada akhir Desember 2019 di Wuhan,Tiongkok, World Health Organization (WHO) pada 11 Maret 2020 secara resmi mengumumkan bahwa wabah COVID-19 tersebut merupakan sebuah pandemi global yang berdampak pada penetapan status darurat kesehatan internasional (https://www.who.int/, 2020). Pernyataan tersebut tentunya beralasan, mengingat hingga saat ini berdasarkan data dari pandemi COVID-19

(14)

telah menyerang 181 negara di dunia termasuk Indonesia (http://coronavirus.jhu.edu/map.html, n.d.) dengan jumlah korban yang terinfeksi lebih dari dua juta kasus. Melihat situasi yang cukup kritis tersebut, Pemerintah Indonesia pun tidak tinggal diam dan merespon hal tersebut dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menunjukkan sikap tegasnya dengan menyatakan bahwa COVID-19 adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat (Setkab.go.id, 2020) dan tepat jika dijadikan sebagai suatu bencana berskala nasional (http://rri.co.id, 2020)

Menurut World Health Organization (WHO), Coronavirus Disease 19 (Covid 19) sampai saat ini telah tersebar kepada lebih dari 122 negara, termasuk Indonesia. Sementara di Indonesia, Covid-19 telah menyebar ke 279 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi (Kemenkes, 2020). Dalam penanganannya, pemerintah lebih memilih jalur kebijakan dari dua arah, yaitu kebijakan substantifnya (pencegahan) sambil memfokuskan diri pada kebijakan perbaikan ekonomi. Dua kebijakan yang dilaksanakan secara bersamaan menyebabkan implementasinya tidak maksimal dan tidak konsisten, bahkan cenderung terjadinya salah koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Budi & Anshari,2020). Pada akhirnya dua tujuan yang ingin dicapai yaitu pemutusan mata rantai penyebaran virusnya dan perbaikan ekonomi pun belum bisa dicapai, bahkan cenderung semakin parah. Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per April 2020 menunjukkan total jumlah kasus positif

(15)

corona di Indonesia mencapai sebanyak 6.575 pasien. Dalam sehari tercatat 327 kasus positif baru ditemukan di seluruh wilayah. Sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan mengalami penurunan dari 5,4% menjadi 2,5 %, dan bahkan bisa menjadi minus 0,4%. Kondisi ini tak hanya sekedar mendisrupsi perekonomian tetapi juga telah menginterupsi pergerakan ekonomi. Krisis akibat Covid-19 saat ini terjadi secara simultan, sehingga akibatnya sangat dirasakan oleh kelompok rentan yang semakin terpuruk, diantaranya kelompok usaha yang membutuhkan kerumunan massa, kelompok pekerja harian lepas, pedagang kaki lima, para buruh yang terdampak PHK, petani, masyarakat miskin, dan seterusnya (Eddyono et al., 2020). Dalam situasi ini, dapat dipahami kalau pemerintah tidak berani mengambil langkah lockdown dalam fenomena ini, sebab resikonya mengarah pada terjadinya economic disaster, yang secara otomatis berimplikasi pada dampak sosial lainnya (Abodunrin, 2020).

Merebaknya pandemi COVID-19 di seluruh penjuru dunia memperlihatkan potensi-potensi konflik sosial khususnya di Negara-negara yang tidak dapat merespons situasi ini dengan tepat. Negara-negara ini mengalami guncangan di dalam sistem sosialnya, sebagian besar merupakan imbas dari guncangan ekonomi akibat pemberlakuan kebijakan karantina dan social distancing. Situasi pandemi COVID-19 membutuhkan peran aktif negara sebagai pihak yang memiliki sumber daya untuk memberikan jaminan sosial bagi warga negaranya. Dalam situasi ini, negara idealnya berperan sebagai jangkar yang mampu menjaga keseimbangan (equilibrium) sistem sosial di wilayahnya melalui

(16)

tindakan-tindakan yang memadai untuk menegakkan ketertiban sekaligus menjaga penghidupan masyarakatnya.

Pandemi COVID-19 kini tidak lagi menjadi masalah di ranah medis semata. Semakin luasnya penyebaran dan tingkat fatalitas dari penyakit tersebut membuat negara-negara di dunia berpacu dengan waktu dan ketidaksiapan mereka untuk segera menemukan solusi yang tepat. Beberapa metode yang dicoba oleh banyak negara terdampak COVID-19 adalah karantina wilayah (lockdown) dan social distancing.

Kota-kota tiba-tiba menjadi sosok yang terserang demam akibat infeksi, yang oleh antibodinya (pemerintah beserta aparat) memaksa untuk beristirahat total. Maka menjadi sunyilah jalan-jalan, warung-warung makan pun menjadi semacam sebarisan ceruk remang di siang hari. Warga-warga yang dulunya menghabiskan sebagian hidupnya di luar rumah baik untuk bekerja, sekolah, atau sekedar berjalan-jalan, kini hanya harus berdiam diri di rumah karena tak berani berada di luar rumah. Hal ini pastinya sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat yang kebiasaan setiap harinya berubah drastis.

Gambaran sederhananya adalah siklus aktivitas ekonomi masyarakat sangat menurun secara drastis, maka pemerintah harus mengambil kebijakan strategis yang akseleratif dalam menangani kesulitan ekonomi yang menimpa masyarakat (Olaniyi, 2020). Jika pemerintah lamban dalam mengambil keputusan strategis, maka kerentanan terhadap terjadinya social disaster, termasuk konflik akan sangat mudah terjadi (Barro, 2020). Oleh karena itu fenomena ini sangat penting untuk dikaji secara empiris mengenai implikasi sosial virus corona

(17)

terhadap kehidupan masyarakat, khususnya kota Makassar. Domain tersebut sekaligus menjadi batasan dalam penelitian ini, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami implikasi sosial virus corona terhadap kehidupan masyarakat kota Makassar.

Terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, mulai dari penutupan perbatasan dan larangan masuk, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hingga larangan mudik PSBB yang diterapkan oleh Indonesia meliputi himbauan kegiatan belajar, bekerja dan beribadah yang dilakukan dari rumah, pembatasan aktivitas di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, serta pembatasan hingga penghentian moda transportasi. Penerapan kebijakan ini dapat menekan angka penyebaran Covid-19 apabila dijalankan dengan benar. Namun, tidak (atau belum) adanya sanksi tegas bagi mereka yang melanggar membuat masyarakat menjadi tidak taat dalam mematuhi peraturan yang ada. Akibatnya, kebijakan yang ada dipandang kurang efektif. Kecamatan Tamalate Kelurahan Mangasa merupakan salah satu yang menerapkan PSBB pada masa pandemi di mana batas Gowa-Makassar menjadi salah satu titik PSBB.

Salah satu implikasi besar dari diberlakukannya sejumlah aturan tersebut yaitu bahwa setiap Institusi Pemerintah dan nonPemerintah baik itu yang ada di pusat maupun di daerah perlu menyesuaikan segala bentuk aktivitas, kegiatan, dan sistem kerjanya dengan memperhatikan prinsip physical distancing (Aulia, 2020).

Prinsip physical distancing ini mengandung makna bahwa dalam rangka menjaga diri dari COVID-19, setiap elemen masyarakat perlu menjaga jarak secara fisik dengan yang lainnya sehingga diharapkan mereka dapat mengurangi aktivitas di

(18)

luar rumah, tidak berada di tempat kerumunan dan keramaian (Margareth, 2020).

Oleh karena itu, melalui PSBB ini setidaknya telah diatur beberapa hal seperti kegiatan pembelajaran sekolah dan aktivitas tempat kerja diliburkan, kegiatan keagamaan di tempat ibadah dan aktivitas di tempat umum dibatasi.

Penyebaran virus corona yang luas dan cepat membuat pemerintah bereaksi dengan membatasi mobilitas dan interaksi masyarakat. Pabrik dan kantor ditutup, sekolah diliburkan, restoran tidak menerima makan-minum di tempat, dan sebagainya. Segala aktivitas yang membuat orang berkumpul menjadi tabu. Di satu sisi, social distancing ini berhasil menyelamatkan nyawa. Terbukti kasus baru semakin menunjukkan tren penurunan. Namun disisi lain, social distancing membuat ekonomi menjadi mati suri. Akibatnya, jutaan orang kehilangan pekerjaan, jadi 'korban' Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pelaksanaan PSBB ini tentu memiliki dampak luas pada perubahan aktivitas kehidupan masyarakat, yang diantaranya adalah muncul istilah Work from Home (WFH). WFH sendiri adalah hasil dari kebijakan yang diatur dalam Surat Edaran Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Kebijakan ini menjadi acuan bagi setiap Instansi Pemerintahan, tak terkecuali Kementerian Agama Republik Indonesia yang merupakan Instansi Pemerintah dengan jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) terbesar, yaitu berjumlah 235.918 dari 4,5 juta total seluruh ASN di Indonesia (Kemenpan-RB, 2017).

Kemenag pun menetapkan Surat Edaran Kementerian Agama No. SE.4 Tahun

(19)

2020 Tentang Perubahan atas Surat Edaran Menteri Agama No. SE. 3 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Pegawai Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) pada Kementerian Agama. Dimana Surat Edaran ini pada akhirnya mewajibkan kepada setiap ASN nya untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam melayani publik secara daring. Jika diperhatikan lebih seksama, sebenarnya WFH ini merupakan manifestasi dari suatu konsep pelayanan publik berbasis daring atau biasa dikenal dengan istilah electronic government (e-government). Itu dapat dilihat dari penjelasan Surat Edaran tersebut, yang mana salah satu tujuan besar yang ingin dicapai dari WFH ini adalah memastikan agar pelaksanaan pelayanan publik di instansi pemerintah tetap berjalan secara efektif sehingga kinerja setiap unit organisasinya dapat tercapai dengan baik dan optimal (Kemenpan-RB, 2020).

Sulawesi Selatan sendiri menjadi salah satu provinsi di luar pulau jawa yang memiliki kasus pasien positif virus corona tertinggi. Sampai hari ini tanggal 14 juni 2020 sebanyak 2.840 kasus sudah dikonfirmasi dimana ada sebanyak 902 orang yang sembuh dan 116 orang meninggal dunia. Jumlah tersebut tersebar di beberapa wilayah sulawesi selatan, termasuk kota Makassar yang menjadi wilayah atau daerah teratas terpapar dengan jumlah pasien positif mencapai 76 orang.

Kemudian disusul daerah kabupaten Gowa dengan jumlah positif 17 kasus selanjutnya diikuti Kabupaten Sidenreng Rappang masing-masing 11 kasus, Kabupaten Pinrang dengan jumlah 2 kasus, selanjutnya Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, dan Kabupaten Bulukumba masing-masing 1 kasus. Dengan tingginya angka kasus saat ini

(20)

diharapkan pemerintah dapat bergerak cepat menangani atau memberi bantuan solusi perihal virus corona.

Fenomena yang terjadi saat ini seakan-akan menghilangkan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Kebijakan yang memaksa masyarakat untuk bekerja dan beraktivitas di rumah, menjadikan sebuah dampak besar bagi perekonomian kehidupan sosial suatu masyarakat. Banyak diantara tulang punggung keluarga terpaksa duduk di rumah dan tidak bekerja, secara otomatis mereka tidak mampu menafkahi keluarga. Berbagai permasalahan pun kemudian muncul akibat penghasilan yang berhenti atau turun, seperti pertengkaran rumah tangga. Robin Niblett berpendapat bahwa kondisi pandemi COVID-19 memaksa negara untuk memperkuat kapasitasnya dalam menghadapi isolasi ekonomi. Pemimpin- pemimpin politik di dunia akan mengambil langkah yang lebih isolasionis dan lebih disiplin dalam berhubungan dengan negara lain.

Semakin maraknya virus corona akan bahaya terpapar, berdampak bagi masyarakat terutama masyarakat Kota Makassar yang mengakibatkan ketakutan akan virus tersebut. Fast dkk. (2015) juga menjelaskan bahwa kepanikan individu terkait wabah juga dipicu oleh rangsangan dari media massa dan komunikasi antar tetangga di sebuah jejaring sosial. Berdasarkan perspektif psiko-sosiologis, kepanikan dipandang sebagai sifat bawaan dari kecemasan pribadi, yaitu ketika orang merasa tegang terkait kehidupan mereka, maka individu tersebut cenderung sangat sensitif untuk menyumbangkan kekhawatiran dalam pola sosial yang lebih luas (Cheng, 2004).

(21)

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, implikasi sosial virus corona di kehidupan masyarakat kota makassar, menimbulkan dampak bagi masyarakat baik itu dampak positif maupun negatif serta bagaimana keterlibatan masyarakat itu sendiri dalam menanggulangi virus corona. Hal ini yang membuat peneliti tergerak untuk mengkaji lebih jauh perihal tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implikasi Sosial Virus Corona Terhadap Kehidupan Masyarakat Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat di terapkan dalam penelitian:

1. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan virus corona terhadap kehidupan masyarakat?

2. Bagaimanakah meminimalisir dampak negatif virus corona terhadap kehidupan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan virus corona terhadap kehidupan masyarakat

2. Untuk mengetahui cara meminimalisir dampak negatif virus corona terhadap kehidupan masyarakat

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

(22)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu sosiologi sebagai hasil karya ilmiah, diharapkan dapat berguna untuk menambah referensi dan informasi yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah setempat atau pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan sekaligus referensi untuk mencermati berbagai sisi kehidupan sosial masyarakat yang terdampak dari munculnya pandemi virus corona.

b. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan sehingga dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan dunia pendidikan.

(23)

11 A. Kajian Konsep

1. Pengertian Implikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat atau keterkaitan dan menjadi kata imbuhan dari implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasi yang mempunyai hubungan erat yang melibatkan suatu hal.

Kata implikasi mempunyai persamaan kata yang cukup beragam atau mempumyai arti yang cukup banyak seperti, keterkaitan, keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat, konotasi, maksud, siratan, dan sugesti. Kata implikasi sebenarnya lebih umum digunakan dalam konteks atau rana percakapan ilmiah dan penelitian.

Seringkali orang menggunakan kata implikasi digunakan berada pada bahasa penelitian, arti kata implikasi itu sendiri sesungguhnya memiliki cakupan yang sangat luas dan beragam, sehingga dapat digunakan dalam berbagai kalimat dalam cakupan bahasa yang berbeda-beda, kata implikasi dapat dipergunakan dalam berbagai keadaan maupun situasi yang mengharuskan seseorang untuk berpendapat atau berargumen, kata implikasi bisa diartikan seperti keterkaitan, dampak, efek, sugesti, perubahan, keadaan dan lain-lainnya.

Implikasi merupakan efek yang ditimbulkan atau keadaan di masa depan atau dampak yang dirasakan ketika melakukan sesuatu, manusia sebagai makhluk

(24)

sosial selalu berhubungan dengan orang lain maka tingkah laku manusia dipengaruhi oleh orang lain, pengaruh itu bisa berasal dari keluarga, teman, dan masyarakat di lingkungan kita, tindakan sosial manusia diperoleh melalui proses belajar dan proses pengalaman dari orang lain. (Bustomi,2020).

Dalam melakukan tindakan-tindakan sosial manusia tidak bisa melepaskan peran dirinya sebagai makhluk individu dan sosial, karena pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain hal itu disebabkan manusia selalu melakukan hubungan sosial atau disebut interaksi sosial, hubungan sosial dapat dilakukan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok (Bustomi,2020).

Implikasi sosial yang terjadi pada masyarakat karena adanya faktor-faktor perubahan seperti bertambah atau berkurangnya suatu penduduk dikarenakan penyebab terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya, penemuan-penemuan baru atau juga disebut faktor-faktor teknologi dimana banyak penemuan teknologi yang mengakibatkan perubahan sosial yang luas dalam masyarakat dan juga proses- proses perubahan sosial pasti membutuhkan waktu yang lama agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat karena tidak semua masyarakat dapat menerima sesuatu hal yang baru ke dalam lingkungan masyarakatnya.

Ada beberapa jenis implikasi dalam penelitian diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Implikasi Teoritis

(25)

Implikasi teoritis adalah seorang peneliti akan menggunakan kelengkapan data berupa gambar-gambar maupun dokumentasi yang digunakan untuk memperkuat hasil penelitian. Karna dalam penelitian tetntunya memberikan kontribusi atau sumbangsi untuk ilmu pengetahuan baik secara teori maupun praktek langsung untuk memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan atau sementara dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

2. Implikasi Metodologi

Implikasi metodologi yaitu bagaimana cara dan metode dari teori-teori yang masukkan dalam sebuah penelitian. Seorang peneliti biasanya mempunyai lebih metode yang telah dilakukan atau mau dilakukan, sehingga implikasi metodologi ini hanya menjadi sebuah penguat seseorang dalam hasil penelitiannya. Implikasi ini juga menjadi penjelas dalam kesulitan dan hambatan- hambatan yang dialami seorang peneliti.

3. Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial membahas permasalah kesimpulan dari hasil akhir penelitian yang dimana hasil akhir penelitian didapatkan berdasarkan aspek-aspek yang diterapkan dalam metode penelitian. Untuk mendapat hasil akhir tersebut didapatkan dalam pengambilan keputusan yang menyeluruh dan partisipasi dari seluruh anggota dan dengan cara manajerial yang akurat.

Implikasi menurut islami (2003, 144-155) dalam Syawfi (2020), implikasi adalah segala sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan kebijakan dengan kata lain implikasi adalah akibat-akibat dan konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan atau kebijakan tertentu.

(26)

Menurut Winarno ( 2002:171-174) dalam Syawfi (2020) implikasi memiliki 5 hal yang digunakan dalam sebuah kebijakan yang meliputi:

Pertama, implikasi kebijakan dalam hal masalah publik dan orang yang terlibat.

Kedua, kebijakan implikasi dalam hal keadaan atau kelompok di luar sasaran tujuan kebijakan.

Ketiga, kebijakan implikasi mungkin mempunyai keterlibatan keadaan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Keempat, menyangkut biaya atau pengeluaran langsung yang dikeluarkan untuk membiayai kebijakan publik.

Kelima, biaya yang tidak langsung sepert biaya dari masyarakat.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi atau kata implikasi pada umumnya digunakan dalam konteks peneliti atau dalam penelitian tetapi dalam konteks keseharian implikasi digunakan cuman dalam kata sederhananya yakni keterlibatan atau keterkaitan dalam suatu masalah yang digunakan kata imbuhannya saja.

2. Konsep Virus Corona

Setelah kasus pertama Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ditemukan pada akhir Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok, World Health Organization (WHO) pada 11 Maret 2020 secara resmi mengumumkan bahwa wabah COVID- 19 tersebut merupakan sebuah pandemi global yang berdampak pada penetapan status darurat kesehatan internasional. Pernyataan tersebut tentunya beralasan, mengingat hingga saat ini berdasarkan data dari pandemi COVID-19 telah menyerang 181 negara di dunia termasuk Indonesia.

(27)

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Sebagian besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Coronavirus adalah virus Zoonosis, artinya virus ini disebarkan melalui hewan dan manusia.

Dikutip dari WHO, investigasi menunjukkan bahwa SARS-CoV ditularkan dari musang ke manusia, sementara itu MERS-CoV ditularkan dari unta dromedaris ke manusia. Terdapat pula beberapa CoV lain yang terdapat pada hewan, tapi belum menginfeksi manusia. CoV pada manusia (HcoV) pertama kali ditemukan pada tahun 1960 di hidung pasien yang terkena flu biasa.

Coronavirus diberi nama berdasarkan proyeksi atau bentuk yang menyerupai mirip mahkota di permukaannya. “Corona” dalam bahasa latin berarti

“halo” atau “mahkota”. Penyebaran virus corona adalah sama seperti virus penyebab flu lainnya, seperti dari batuk dan bersin, atau dari sentuhan orang yang terinfeksi. Orang yang terinfeksi virus ini akan menunjukkan gejala yang berbeda- beda. Gejala yang muncul biasanya tergantung dari jenis virus dan seberapa serius infeksinya. Orang yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala seperti hidung berair, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, demam, dan tidak enak badan secara keseluruhan.

Jenis coronavirus yang lain bisa menyebabkan gejala yang lebih serius.

Infeksi ini dapat mengarah ke bronkitis dan pneumonia, yang menyebabkan gejala seperti : demam yang cukup tinggi, batuk berdahak, nafas pendek, sakit dada

(28)

ketika bernapas atau batuk. Beberapa infeksi yang lebih parah akibat coronavirus adalah yang umumnya lebih sering terjadi pada pengidap gangguan hati dan jantung, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, bayi dan orang tua.

Sebuah lembaga pencegahan penyakit di Amerika Center For Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan bahwa ada sejumlah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19 ini, diantaranya:

perbanyak cuci tangan,hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, hindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin, perbanyak membersihkan perabotan dan sekitar tempat tinggal.

3. Konsep Masyarakat

Menurut Abdulsyani (1987) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia), (dikutip dalam Abdulsyani, 2007).

Menurut (Halim, 1985:13) Masyarakat adalah sekelompok orang- orang tertentu yang mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu dan tunduk pada peraturan-peraturan hukum tertentu pula.

Auguste Comte (dikutip dalam Abdulsyani,2007) mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-

(29)

realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut polanya sendiri. Masyarakat dapat membantu kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk berbuat banyak dalam kehidupannya.

Soerjono Soekanto dan Soleman B.Taneko. Dengan menunjuk pada Selo Soemardjan, menulis bahwa masyarakat diartikan sebagai sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat menghasilkan kebudayaan (dikutip dalam Taneko, 1994).

Menurut Soerjono Soekanto (dikutip dalam Abdulsyani, 1987), menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu :

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimum ada dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang lama. Kesimpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati. Oleh karenanya berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan timbul peraturan- peraturan yang mengatur antara manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

(30)

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

Menurut W.J.S Poerwadarminta (1986) mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia atau sehimpunan orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu (dikutip dalam Abdulsyani, 2006).

Ciri-ciri masyarakat diatas nampak selaras dengan definisi masyarakat sebagaimana telah dikemukakan oleh J.L Gillian dan J.P Gillian, bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokkan-pengelompokkan yang lebih kecil (dikutip dalam Abdulsyani, 2007).

Dalam buku Sosiologi karangan Abu Ahmad (1985), menyatakan bahwa, masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak bukan pengumpulan binatang.

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu.

c. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama (dikutip dalam Abdulsyani,2007)

Menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto 1992) berpendapat bahwa masyarakat adalah “orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan

(31)

kebudayaan”. Dari beberapa pandangan tentang definisi masyarakat diatas, maka terlihat bahwa adanya proses kehidupan bersama yang merupakan inti dari dinamika hidup bermasyarakat. Secara umum dinamika masyarakat cenderung menunjukan pada suatu kesatuan proses saling mempengaruhi anggota masyarakat yang kemudian menyebabkan proses perubahan.

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang bekerja sama cukup lama dan saling mempengaruhi serta menganggap diri sebagai satu kesatuan serta mampu membentuk sebuah kebudayaan yang merupakan cerminan dari kebiasaan hidup sehari-hari mereka.

Dengan demikian yang dimaksud dengan respon masyarakat adalah suatu tanggapan atau reaksi baik secara positif maupun negatif yang berasal dari sifat masyarakat secara langsung maupun tidak langsung bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan mempertahankan diri, dan memperjuangkan harapannya.

B. Kajian Teori

1. Teori Perubahan Sosial

Terjadinya perubahan-perubahan sosial dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat materil maupun immateril sebagai

(32)

cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.

a) Teori Evolusi

Durkheim dalam Robert H Lauer, (1993:47) berpendapat perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Sedangkan Tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat yang sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat yang terspesialisasi dan impersonal.

Alasan peneliti mengambil teori ini adalah karena teori ini memiliki keterkaitan dengan masalah yang akan diteliti dimana dengan adanya virus corona membawa perubahan lambat dalam tatanan sosial masyarakat.

b) Teori Siklus

Ibnu Khaldum dalam Robert H Lauer, (1993:54) Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang ahli sekaipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial itu membawa kebaikan.

c) Teori Konflik

Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx dalam Robert H Lauer, (1993:48) yang menyebutkan bawa konflik sosial merupakan sumber yang paing dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.

(33)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan alur fokus yang dijadikan sebagai skema pemikiran atau dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka berpikir ini peneliti akan mencoba menjelaskan masalah pokok penelitian.

Peneliti ingin mengetahui implikasi sosial dari adanya virus corona bagi kehidupan masyarakat kota makassar.

Bagan Kerangka Pikir

Gambar.2.1 Bagan Kerangka Pikir Virus

Corona

Dampak bagi masyarakat Keterlibatan

Masyarakat

Meminimalisir penyebaran

virus corona Positif Negatif

Solusi bagi masyarakat

(34)

D. Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu telah melakukan kajian analisis terhadap implikasi sosial virus corona yang mana beberapa kajian dan analisis tersebut relevan dan berkaitan dengan penelitian penulis yang dilakukan sekarang, adapun beberapa penelitian terdahulu antara lain:

Sylvia dkk, (2020) dengan judul Dampak Pandemi Terhadap Mobilitas Manusia di Asia Tenggara tulisan ini akan berfokus pada isu mobilitas manusia, isu yang pada the old normal pun telah merupakan isu global yang kompleks, yang melibatkan begitu banyak aktor dan penyelesaiannya membutuhkan upaya bersama yang seringkali sulit untuk diupayakan. Hampir seluruh negara di dunia menghadapi permasalahan terkait mobilitas manusia namun jumlah negara yang memiliki komitmen untuk berkontribusi terhadap penyelesaian masih sangat terbatas, bahkan cenderung berkurang. Adanya pandemi Covid-19 membuat mobilitas manusia di kawasan Asia Tenggara menjadi sangat terbatas. Terlebih, dengan jumlah penderita Covid-19 yang semakin meningkat di kawasan tersebut, diprediksi bahwa kawasan Asia Tenggara dapat menjadi hotspot Covid-19 selanjutnya. Sebagai langkah antisipasi, berbagai kebijakan telah diterapkan, termasuk kebijakan pembatasan interaksi, pembatasan gerak, dan penghentian operasional moda transportasi darat, laut, dan udara. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai upaya penanganan Covid19 di Asia Tenggara, dengan mengambil contoh dari empat negara ASEAN dengan kasus Covid19 terbanyak saat ini.

(35)

Rahma dkk (2020) dengan judul Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Angka Pengangguran di Indonesia. Di Indonesia pandemic COVID- 19 yang saat ini terus mengalami eskalasi, tidak hanya berpotensi mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan jumlah pengangguran dalam skala besar. Penambahan jumlah pengangguran terbuka yang signifikan bukan hanya disebabkan oleh perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, yang menurut proyeksi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia akan berkisar -2% hingga 2% pada tahun ini, melainkan juga disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat terkait pandemi Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Menurut CORE, dampak pandemi COVID-19 terhadap hilangnya mata pencaharian di sektor informal perlu lebih diwaspadai. Pasalnya, daya tahan ekonomi para pekerja di sektor informal relatif rapuh, terutama yang bergantung pada penghasilan harian, mobilitas orang, dan aktivitas orang-orang yang bekerja di sektor formal.

Pemerintah kini tengah melakukan upaya - upaya dalam memulihkan keadaan, tidak hanya pada sektor kesehatan namun juga perekonomian. Pemerintah sudah mempersiapkan berbagai macam bantuan bagi masyarakat yang terdampak pandemi ini.

Ahmad (2020) dengan judul Implikasi Covid-19 Terhadap Pembelajaran di Perguruan Tinggi penelitian ini berangkat dari adanya Virus bernama Coronavirus Disease 19 (Corona 19) yang sedang mewabah di seluruh penjuru dunia.

Kementrian pendidikan di Indonesia yang menghimbau dunia pendidikan dilakukan melalui dunia maya untuk mengurangi penularan Covid 19. Hal

(36)

tersebut membuat penelitian ini penting dilakukan karena perpindahan proses pembelajaran dikarenakan wabah Covid 19 yang melanda dunia dari tatap muka ke jarak jauh notabene menjadi sangat menarik. Penelitian ini berfokus kepada deskripsi pembelajaran di Perguruan Tinggi yang harus merubah sebagian besar proses pembelajarannya dari tatap muka menjadi jarak jauh. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil Penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Subjek penelitian ini adalah Dr. Rina Khairani Pancaningrum LLM. selaku dosen Universitas Mataram, Abdul Basit Atamimi.

M.Hum. selaku dosen Universitas Muhammadiyah Cirebon, Yusuf hasan Baharudin, M.Pd.I. selaku dosen Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap, Mochammad Afroni, M.Pd.I selaku dosen STIT Pemalang dan Aminul Qodat, M.Pd. selaku dosen STIT Al Mubarok Lampung Tengah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data pada Penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman yaitu Data reduction (reduksi data), Display data (penyajian data) dan Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, implikasi Covid 19 membuat pembelajaran bergeser dari pembelajaran tatap muka di dalam kelas berubah menjadi dilakukan melalui dunia maya, baik tatap muka ataupun non tatap muka. Kedua, peralihan pembelajaran melalui dunia maya ini memunculkan problematika baru,

(37)

dikarenakan ketidaksiapan dosen, minimnya sarana prasarana, biaya yang tidak sedikit dan pembelajaran yang kurang efektif

Tabel. 1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Jurnal Persamaan Perbedaan 1

1.

Sylvia Yazid dan Lie, Liliana Dea Jovita, (2020) dengan judul Dampak Pandemi Terhadap

Mobilitas Manusia di Asia Tenggara

1. Membahas dampak dari adanya

pandemi Virus Corona

1. Penelitian terdahulu berfokus pada dampak terhadap mobilitas manusia dan mencakup Asia Tenggara

2. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis fokus pada dampak terhadap kehidupan sosial manusia dan penelitian dilakukan di kota Makassar

2 2.

Rahma Ainul Mardiyah, R.

Nunung Nurwati, (2020) dengan judul Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Angka Pengangguran di Indonesia

1. Membahas Dampak dari adanya pandemic Virus Corona

1. Penelitian terdahulu fokus pada peningkatan angka pengangguran akibat pandemi virus corona 2. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada dampak bagi kehidupan sosial masyarakat.

3 3.

Ahmad Bustomi, (2020) dengan judul Implikasi Covid-19 Terhadap

Pembelajaran di Perguruan Tinggi

2. Membahas implikasi dari adanya virus corona

3. Menggunakan pendekatan kualitatif

1. Penelitian sebelumnya membahas implikasi virus corona pada bidang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi

2. Sedangkan pada penelitian ini fokus pada kehidupan sosial masyarakat.

(38)

26 A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung adalah penelitian kualitatif melalui pendekatan Studi Kasus mengenai

”Implikasi Sosial Virus Corona Terhadap Kehidupan Masyarakat Tamalate Kota Makassar”.

Adapun beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu yang pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih menekankan pada interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung kelapangan untuk melakukan observasi partisipasi. Keempat, penelitian menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar. Terakhir, proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana peneliti membuat konsep, hipotesis atau dugaan sementara, dan penggunaan teori berdasarkan pada hasil data lapangan dalam proses penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari narasumber atau pelaku yang diamati. Adapun Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus (case study). Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak

(39)

mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Creswell (2010 : 49) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus.

Stake dalam Creswell (2010 : 22) mengemukakan bahwa: Studi Kasus merupakan salah satu strategi penelitian yang didalamnya peneliti yang memiliki peranan aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam gejala atau permasalahan yang terjadi dalam suatu gejala atau masalah yang akan diteliti oleh peneliti tersebut. Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara cermat suatu program, kejadian, dan segala aktivitas yang dilakukan dan proses yang dilakukan dalam sekelompok individu. Kasus-kasus dan masalah yang akan diteliti dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Patton dalam Conny R. Semiawan (2010 : 49) mengemukakan bahwa : Studi kasus merupakan studi tentang suatu kejadian atau permasalahan yang memiliki kekhususan dan keunikan sehingga peneliti tertarik untuk mengungkap terkait dengan masalah yang akan diteliti karena keunikannya dan dalam permasalahan tersebut peneliti harus melihat masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas terkait dengan pengertian studi kasus dapat dilihat persamaannya bahwa studi kasus merupakan suatu jenis penelitian yang memfokuskan pada suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin peneliti capai. Pada jenis penelitian ini

(40)

peneliti harus benar-benar mampu menempatkan diri dan mampu menemukan suatu cara yang tepat yang dapat memecahkan masalah yang akan diteliti karena pada penelitian ini peneliti lah yang berperan aktif.

Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan negara. Dengan metode ini peneliti bertujuan melihat suatu kasus secara keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari kekhususanya atau ciri khasnya.

Untuk memahami dan mendeskripsikan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif mengenai ”Implikasi Sosial Virus Corona Terhadap Kehidupan Masyarakat Kota Makassar)” Peneliti menggunakan studi lapangan (field research) dengan observasi penelitian langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan pada subjek dan objek penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini, dilakukan pada daerah yang kehidupan masyarakatnya terdampak dengan adanya Virus Corona, yaitu di kecamatan Tamalate, kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin peneliti dalam kurung waktu kurang lebih 2 (bulan).

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada intisari penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut harus dilakukan dengan cara eksplisit agar kedepannya dapat meringankan peneliti sebelum turun dan melakukan

(41)

observasi/pengamatan. Fokus penelitian merupakan garis terbesar dalam jantungnya penelitian mahasiswa, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian akan menjadi lebih terarah. Dalam memastikan fokus penelitian ada beberapa syarat yang harus disertakan sebagai berikut:

1. Logis, logis disini lebih ditekankan terhadap penelitian yang akan anda lakukan terkait dengan hasil observasi, bahwa rumusan masalah yang ditemukan harus masuk akal dengan latar belakang yang anda temukan melalui hasil observasi.

2. Rasional, dalam menentukan rancangan penelitian, selain rumusan masalah dengan latar belakang masalah, rancangan penelitian juga harus memiliki nilai rasional dalam menentukan tujuan dan teori yang digunakan, sehingga fokus penelitian dapat disesuaikan dengan keterbatasan dan kemampuan peneliti nantinya, jadi dapat dikatakan juga bahwa rancangan penelitian harus memiliki fleksibilitas dalam menguraikan masalah dan tujuan, serta penelitian yang akan dilakukan kelak menjadi lebih efisien.

3. Propaganda, dalam hal ini, sangat tidak etis jika peneliti melakukan propaganda terhadap rancangan penelitiannya. Karena perlu diketahui bahwa propaganda merupakan suatu tujuan untuk mempengaruhi pendapat dengan memberikan informasi secara obyektif atau hasil pengamatan yang mengganda-ganda.

Kesimpulan dari masing-masing ketiga poin diatas adalah bagaimana seorang peneliti mampu menentukan fokus penelitian melalui beberapa tahapan observasi yang dilakukan untuk menarik masalah yang ditemukan secara rasional dan

(42)

fleksibelitas, sehingga tercapai fokus penelitian yang akan dilalui oleh peneliti dalam rancangan penelitiannya.

Adapun fokus penelitian ini adalah berfokus pada Implikasi Sosial Virus Corona Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan Tamalate Kelurahan Mangasa Kota Makassar.

D. Informan Penelitian

Rahmawati (2018: 37) Informasi penelitian merupakan berbagai sumber informasi yang dapat memberikan data yang diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa orang yang dianggap dapat memberikan data atau informasi yang benar dan akurat terhadap yang diteliti. Penentuan sampel tersebut diantaranya:

1. Purposive Sampling atau Judgmental Sampling, yaitu penarikan informan secara purposive merupakan cara penarikan informan yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.

Informan yang sudah memberikan berbagai informasi selama proses penelitian berlangsung. Adapun klasifikasi dari Informan penelitian purposive sampling diantaranya:

1. Informan kunci (key informan),

Yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok. Dengan ini pihak Kelurahan Mangasa A (45 th).

2. Informan Ahli

Yaitu mereka yang merasakan dampak dari masalah yang diteliti. Dalam hal ini masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan Tamalate, yaitu :

(43)

a. M (50 th), Imam masjid Nurul Al-Yakin b. J (31 th), pedagang sayur

c. R (40 th), driver ojol d. AW (47 th), guru 3. Informan Tambahan,

Yaitu mereka yang dapat memberikan berbagai jenis informasi yang peneliti butuhkan terkait apa yang diteliti walaupun tidak secara langsung terkena dampak dari masalah yang sedang diteliti.

a. A (27 th) warga b. KPM (52 th)

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuannya yaitu agar peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dan benar- benar memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara lengkap tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut.

Dalam penentuan Informan penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu Purposive Sampling dimana memiliki klasifikasi diantaranya Informan kunci (key informan), Informan Ahli, dan Informan Tambahan. Adapun alasan peneliti menggunakan Purposive Sampling tidak lain karena peneliti sebelumnya telah mengetahui terkait bagaimana lokasi yang akan digunakan untuk penelitian.

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Sugiyono, (2010:15) dalam Rahmawati (2018: 39) Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari data primer serta data sekunder :

1. Data Primer

(44)

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada suatu objek.

Untuk melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai alat pengumpulan data. Dalam hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh langsung dari setiap informan yang diwawancarai secara langsung di lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang dapat diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, hasil rapat perkumpulan, sampai dokumentasi-dokumentasi resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementerian-kementerian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, dan sebagainya.

Peneliti menggunakan data primer sekaligus data sekunder ini untuk memperkuat berbagai penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan penelitian ( Ahmadin, 2013 : 102). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key instrument atau peneliti sendiri dan dibantu dengan alat sebagai berikut :

(45)

1. Perekam suara, merupakan suatu alat yang digunakan untuk merekam suara secara analog dari informan penelitian pada saat pengambilan informasi.

2. Kamera, merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengabadikan atau merekam sebuah kejadian atau gambar.

3. Lembar observasi, merupakan alat yang berfungsi sebagai lembaran daftar kegiatan-kegiatan yang akan diamati.

4. Lembar wawancara, merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa serangkaian pertanyaan yang akan diajukan kepada informan penelitian untuk mendapatkan jawaban.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono, (2010:15) Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subjek melalui penelitian wawancara mendalam observasi, dan dokumentasi dimana fenomena tersebut berlangsung juga disamping itu untuk melengkapi data diperlukan sebuah dokumentasi.

Dalam mencari data dalam menyusun penulisan ini digunakan beberapa teknik yang mendukung untuk pelaksanaan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud yakni:

1. Observasi

Observasi kualitatif adalah ketika peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.

Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara

(46)

terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) segala aktifitas-aktifitas di lokasi penelitian.

Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan yang utuh. Creswell (2016: 254), Nasution dalam Sugiyono (2016:309) menyatakan bahwa, observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan pada data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, (2016:310) Mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi, observasi secara terang-terangan atau tersamar dan observasi yang tidak berstruktur.

a. Observasi partisipatif, dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

b. Observasi terang-terangan atau tersamar, dalam observasi ini peneliti dalam melaksanakan atau mengumpulkan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

c. Observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas.

Teknik pengumpulan data dalam bentuk observasi yang digunakan oleh peneliti terdiri dari dua jenis diantaranya observasi partisipatif serta observasi terang- terangan atau tersamar. Adapun alasan peneliti menggunakan kedua jenis

(47)

observasi tersebut karena peneliti sendiri terlibat langsung dalam kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian serta peneliti memiliki sifat yang terbuka serta tersamar terhadap proses pengumpulan data bahwa itu digunakan untuk penelitian.

2. Wawancara

Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan dengan cara face to face Interview (wawancara yang dilakukan secara berhadapan langsung) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan setiap kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan Creswell (2016: 254).

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010: 233) mengemukakan terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur, dan tidak terstruktur yaitu :

a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)

(48)

Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Penjelasan tersebut diatas dapat juga ditarik kesimpulan bahwa dalam mengumpulkan informasi yang akurat diperlukan teknik wawancara baik yang terstruktur maupun tidak berstruktur dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.

Teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara terstruktur (structured interview). Adapun alasan peneliti menggunakan wawancara terstruktur tersebut karena peneliti sendiri telah mengetahui dengan pasti mengenai informasi yang akan diperoleh selama proses wawancara, karena sebelum melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan beberapa instrumen dalam bentuk pertanyaan.

3. Dokumentasi

Menurut Louis Gottschalk dalam Ina Malyadin (2013) Pengertian dari kata dokumen seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yang pertama adalah sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan tertulis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Dari beberapa penjelasan teknik diatas maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk

(49)

melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti salah satunya adalah dokumentasi karena sebelumnya peneliti telah mengetahui bahwa data penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia, melalui observasi dan wawancara, serta terdapat pula sumber hukum manusia, terdiri dari dokumen, foto dan bahan statistik sehingga penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif sangat menunjang berjalannya proses penelitian itu sendiri.

Tabel 3.1 Klasifikasi Pengumpulan Data n

No Teknik Pengumpulan Data Aspek yang Ingin Diteliti

1

Observasi

a. Upaya pemerintah setempat dalam mencegah penyebaran virus corona b. Upaya masyarakat dalam melakukan

pencegahan penyebaran covid-19 c. Kondisi Lingkungan

d. Keadaan Masyarakat

e. Cara Berinteraksi Antar Masyarakat dalam masa pandemi ini

f. Bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat selama masa pandemic

2 .

Wawancara

a. Bagaimana Pendapat Masyarakat Sekitar Mengenai virus corona

b. Bagaimana Bentuk-Bentuk Kontribusi Yang Dilakukan oleh pemerinta dan masyarakat dalam pencegahan penyebaran virus corona

c. Bagaimana Implikasi Sosial adanya Virus Corona terhadap kehidupan masyarakat d. Bagaimana Solusi Terhadap Implikasi

Sosial virus corona terhadap kehidupan masyarakat

3 a. Sarana dan prasarana pencegahan

penularan covid-19

(50)

.

Dokumentasi

b. Dokumentasi lingkungan fisik

c. Dokumentasi kegiatan masyarakat selama masa pandemi

d. Dokumentasi selama proses penelitian berlangsung

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses dalam mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori menyusun ke dalam pola serta memilih yang penting serta akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dipahami dengan mudah.

Rahmawati (2018:44) Ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan pada teknik analisis data tersebut yaitu mengumpulkan data, reduksi data, display data dan verifikasi atau menarik kesimpulan.

1. Data Reduction (Reduksi data), semua data yang diperoleh dilapangan akan ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan banyak. Kemudian data tersebut direduksi yaitu data dirangkum, membuat kategori, memilih hal-hal yang pokok dan penting yang berkaitan dengan masalah. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data Display (penyajian Data), setelah melakukan reduksi data, peneliti selanjutnya melakukan tahap ke dua yakni penyajian data dimana data dan informasi yang sudah diperoleh di lapangan dimasukkan ke dalam suatu bentuk tabel.

(51)

3. Conclusion Drawing/Verification (menarik kesimpulan/verifikasi) setelah penyajian data, peneliti kemudian menginterpretasikan atau menyimpulkan data-data atau informasi yang telah direduksi dan disajikan.

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan untuk meyakinkan masyarakat mengenai data yang didapatkan dapat dipercaya atau dapat dipertanggungjawabkan akan kebenarannya. Sehingga peneliti dapat berhati-hati dalam memasukan data hasil penelitian. Data yang dimasukkan adalah data yang sudah melalui berbagai tahapan keabsahan data (Pedoman Penulisan Skripsi, 2015:23).

Adapun triangulasi Menurut (Moleong, 2008:330) adalah Triangulasi merupakan teknik yang digunakan untuk menguji kepercayaan data (memeriksa keabsahan data atau verifikasi data) atau istilah lain dikenal dengan trustworthiness, yang digunakan untuk keperluan mengadakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan.dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik Triangulasi yaitu:

1. Triangulasi sumber, adalah untuk menguji kredibilitas data yang di lakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, maksudnya bahwa apabila data yang diterima dari satu sumber meragukan, maka harus mengecek kembali ke sumber lain, tetapi sumber daya tersebut harus setara sederajatnya, kemudian peneliti menganalisis data tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan

(52)

dimintakan kesempatan dengan sumber adalah untuk menguji sumber data tersebut.

2. Triangulasi teknik, adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu yang awalnya menggunakan teknik observasi, maka di lakukan lagi teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara kepada sumber data yang sama dan juga melakukan teknik dokumentasi.

Hasil pengelasan diatas menunjukkan bahwa keabsahan data ini perlu diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran akan temuan hasil penelitian, dengan kata lain dilakukan pengecekan melalui wawancara terhadap objek penelitian diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.Triangulasi juga membagi teknik yang perlu diperhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistematis dan peneliti juga harus memperhatikan susunan mulai dari Triangulasi sumber, teknik, dan waktu.

Teknik keabsahan data yang digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian yaitu triangulasi teknik, triangulasi sumber, serta triangulasi waktu karena sebelumnya peneliti telah mengetahui bahwa data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia, melalui observasi dan wawancara, serta terdapat pula sumber hukum manusia, terdiri dari dokumen.

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Pengumpulan Data  n
Tabel 3.1 Klasifikasi Pengumpulan Data  n

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dengan menggunakan alat ukur yaitu tes motorik kasar serta melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, membuktikan

Model analisis yang digunakan adalah model persamaan simultan yang di duga dengan metode Two Stages Least Square (2SLS) dengan menggunakan program Statistical Analysis System

Survei kejadian luar biasa (KLB) malaria di Kabupaten Intan Jaya yaitu di Kampung Pogapa dan Dedesiga di temukan habitat perkembangbiakan Anopheles farauti berupa

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Pengalaman Keluarga Dalam Pemilihan Pelayanan Perinatal di Desa Kedawung Kecamatan Nglegok Kabupaten

Dengan mengunakan data yang sama pada motor sebenarnya, data input dan output dari hasil simulasi disimpan kedalam workspace Matlab untuk dijadikan sebagai masukan dan

Adapun kegiatan yang dilakukan secara online melalui media sosial Instagram dan Youtube yaitu mengedukasi kepada masyarakat tentang Mengenali seputar virus Corona

Di tengah-tengah adanya anjuran melakukan pembatasan jarak sosial (social distancing) untuk memutus mata rantai wabah virus corona (Covid-19), banyak perusahaan

Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Virus Corona: Hal-hal apa yang perlu