i
KARYA ILMIAH TERAPAN
ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran
HARIZAL ADE RAMDHANI NIT.05.17.009.1.42/ T AHLI TEKNIKA TINGKAT III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA BADAN PENGEMBAGAN SDM PERHUBUNGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2021
ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN
ii
TERHADAP KINERJA MESIN INDUK
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran
HARIZAL ADE RAMDHANI NIT.05.17.009.1.42/ T AHLI TEKNIKA TINGKAT III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA BADAN PENGEMBAGAN SDM PERHUBUNGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2021
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : HARIZAL ADE RAMDHANI
Nomor Induk Taruna : 05.17.009.1.42/ T Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul:
ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide dan karya saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SUARABAYA,...2021
PENULIS
iii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM
PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK Nama Taruna : HARIZAL ADE RAMDHANI
NIT : 05.17.009.1.42/ T
Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan SURABAYA,………2021
Menyetujui:
Pembimbing I
Dr.Eko Nugroho Widjatmoko,M.M, M.Mar.E Pembina (IV/a)
NIP.19711221 200212 1 001
Pembimbing II
Agus Prawoto S.Si.T M.M, M.Mar.E Penata (III/c)
NIP.19780817 200912 1 001 Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknika
Monika Retno Gunarti, S.SiT. M.Pd, M.Mar.E Penata (III/c)
NIP.19760528 200912 2 002
iv
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN
ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK
Disusun dan Diajukan Oleh:
HARIZAL ADE RAMDHANI NIT.05.17.009.1.42/T Ahli Teknika Tingkat III
Telah dipresentasikan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada Tanggal………2021 Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknika
Monika Retno Gunarti, S.SiT. M.Pd, M.Mar.E Penata (III/c)
NIP.19760528 200912 2 002 Penguji I
Dr.Eko Nugroho, M.M Pembina (IV/a) NIP.19711221 200212 1 001
Penguji II
Dirhamsyah, M.Pd, M.Mar.E Penata Tk.I (III/d) NIP.19750430 2002121 002
Penguji III
Agus Prawoto S.Si.T M.M Penata (III/c)
NIP.19780817 200912 1 001
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan karya ilmiah terapan ini saya tidak mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya karya ilmiah terapan yang saya beri judul “ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM
PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK“. Pada kesempatan ini, dalam penulisan karya ilmiah ini saya mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam saya juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada. Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa dukungan moral maupun dukungan materil.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan, antara lain kepada:
1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Capt. Dian Wahdiana, M.M
2. Kepala Jurusan Teknika Politeknik Pelayaran Surabaya Ibu Monika Retno Gunarti, S.SiT, M.Pd, M.Mar.E
3. Dosen Pembimbing I Dr.Eko Nugroho Widjatmoko, M.M, M.Mar.E 4. Dosen Pembimbing II Agus Prawoto, S.SiT, M.Mar.E
5. Bapak Kusno Dan Ibu Karmiah selaku orang tua saya yang telah memberi doa restu sehingga saya dapat menyelesaikan proposal Karya Ilmiah Terapan ini.
6. Bapak / Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Teknika Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memeberikan bekal ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini.
Demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan kelancaran dalam proses penelitian tersebut.
SURABAYA,...2021
PENULIS
vi
ABSTRAK
RAMDHANI ADE HARIZAL, analisis kemampuan system pendingin terhadap kerja mesin induk.
Kata kunci : sistem pendingin, temperature sistem pendingin
Dibimbing oleh Bapak EKO NUGROHO WIDJATMOKO dan Bapak AGUS PRAWOTO. Dengan tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan temperatur sistem pendingin pada mesin induk di kapal.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dalam proposal Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan membahas dengan mengambil judul: ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui naiknya temperature sistem pendingin terhadap kerja mesin induk.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 tahun pada saat praktek laut (prala) diatas kapal untuk memperoleh data primer melalui riset lapangan, maka penulis akan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dengan melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti dan wawancara dengan masinis II.
Sistem pendingin harus mendapatkan perhatian khusus karna sistem pendingin berperan penting dalam sistem kerja mesin induk. Jika temperature sistem pendingin melebihi batas maximum maka akan berakibat buruk pada sistem kerja mesin induk. Jika temperature pada mesin induk melebihi batas maximal akan mengakibatkan overheating, yang berakibat rusaknya komponen pada mesin induk.
vi
ABSTRACT
RAMDHANI ADE HARIZAL, analysis of the cooling system's ability to operate the master machine.
Keywords: cooling system, coolant system temperature
Supervised by Mr. EKO NUGROHO WIDJATMOKO and Mr. AGUS PRAWOTO. With the aim To know the factors that cause changes in cooling system temperature on the ship's parent machine.
Based on that thought, then in this Applied Scientific App Proposal this writer will discuss by taking the title: ANALYSIS OF COOLING SYSTEM CAPABILITY TO WORKING OF MACHINERY MACHINE. The purpose of this research is to know the rising temperature of the cooling system to the working of the parent machine.
This study was conducted for approximately 1 year at the time of marine practice (prala) on board to obtain primary data through field research, the authors will use observation techniques, interviews and documentation by making direct observations on the object under study and interview with machinist II.
Cooling system should get special attention because cooling system plays an important role in the working system of the parent machine. If the coolant system temperature exceeds the maximum limit it will adversely affect the working system of the parent machine. If the temperature on the main engine exceeds the maximal limit will result in overheating, resulting in damage to the components of the parent machine.
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Mesin induk merupakan mesin atau instalasi mesin dalam kapal yang berfungsi menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kapal. Sistem pendingin yang sering dipakai ada 2 (dua) yaitu sistem pendingin terbuka dan sistem pendingin tertutup. Sistem pendingin terbuka adalah sistem pendingin yang langsung berhubungan dengan air laut. Sistem ini menggunakan air laut yang langsung masuk untuk mendinginkan komponen yang perlu untuk didinginkan, sedangkan sistem pendingin tertutup merupakan sistem pendingin yang menggunakan air tawar yang disirkulasikan dalam suatu sirkuit tertutup untuk mendinginkan komponen yang perlu didinginkan. Sehingga air tawar tersebut didinginkan oleh air laut, dan air tawar tersebut disirkulasikan kembali untuk mendinginkan komponen.
Mesin induk berfungsi untuk menghasilkan tenaga sebagai penggerak kapal, tenaga yang dihasilkan dari mesin induk diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi dalam ruang bakar motor. Pembakaran bahan bakar ini akan menghasilkan tenaga dan panas yang cukup tinggi.
Akibat timbulnya panas hasil pembakaran bahan bakar pada mesin akan terjadi kenaikan temperatur, terutama pada bagian-bagian yang saling bersentuhan langsung dengan ruang bakar, sehingga diperlukan suatu sistem pendinginan untuk meredam panas yang berlebihan.
Seperti kita ketahui bahwa sistem pendingin mesin induk bergantung pada sistem pendingin air lautnya. Apabila aliran air laut ke saluran pendingin tidak lancar, bisa dipastikan panas yang dibawa coolant tidak bisa dibuang dengan baik karena media yang menjadi perpindahan panasnya tidak tersedia dengan cukup. Dengan begitu coolant tidak bisa menurunkan suhu engine. Untuk memastikan ketersediaan air laut sebagai media pendingin, pompa harus dipastikan bekerja sesuai dengan kapasitasnya, tidak terdapat hambatan sepanjang pipa. Hambatan yang terdapat dalam
2
sistem pendingin air laut terkadang merupakan kelalaian – kelalain, seperti majun yang tertinggal saat melakukan servis.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap sistem pendingin pada mesin induk dan penyebab perubahan temperatur sistem pendingin pada mesin induk dengan judul: ”ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang untuk selanjutnya diberikan rumusan masalah agar memudahkan dalam solusi pemecahannya. Adapun pokok permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengaruh naiknya temperature sistem pendingin terhadap kinerja mesin induk ?
2. Bagaimana cara mengatasi naiknya temperature sistem pendingin pada mesin induk ?
C. Batasan Masalah
Adapun disini penulis membatasi penelitian ini hanya pada : 1. Temperatur sistem pendingin pada mesin induk.
2. Sistem pendingin terbuka dan tertutup pada mesin induk.
3. Hubungan sistem pendingin terhadap kinerja mesin induk.
3
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab perubahan naiknya temperature sistem pendingin pada mesin induk.
2. Mengetahui solusi naiknya temperatur sistem pendingin mesin induk.
3. Mengetahui pengaruh naiknya temperature sistem pendingin terhadap kerja mesin induk.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian Karya Ilmiah Terapan pada sistem pendingin antara lain:
1. Teori
Sebagai bahan masukan bagi para pembaca, khususnya Taruna- Taruni Politeknik Pelayaran Surabaya jurusan teknika tentang bagaimana kemampuan sistem pendingin terhadap kinerja mesin induk di atas kapal.
2. Praktek
a. Bagi kru kapal
Agar seorang masinis dapat menyelesaikan masalah-masalah dan dapat mengambil tindakan yang semestinya pada saat terjadi perubahan temperatur sistem pendingin pada mesin induk.
b. Bagi perusahaan pelayaran.
Untuk mengurangi biaya operasional kapal jika dilakukan perawatan atau perbaikan permesinan dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Review penelitian sebelumnya
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya sebagai berikut: Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Khairil Anwar, Effendy Arief, Wahyu H. Piarah (2010). terdapat kesamaan dan perbedaan, persamaannya adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pendingin air laut. Dan isi dari peneliti tersebut adalah temperatur pipa kapiler melalui proses pendinginan, akan memberikan pengaruh terhadap kondisi refrigeran dalam siklus mesin pendingin, dalam hal ini adalah nilai entalpi. Pendinginan tersebut menyebabkan titik entalpi pada siklus bergeser ke arah kiri (semakin kecil), terutama pada bagian keluar dari pipa kapiler atau sebelum masuk ke evaporator hal ini berdampak pada kapasitas refrigerasi (Qe) sistem mesin pendingin yang diuji. Maka dari review sebelumnya saya mengambil judul “ANALISIS KEMAMPUAN KERJA SISTEM PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN INDUK” guna memperkuat penelitian sebelumnya.
Tabel 2.1 Review Penelitian Sebelumnya
No. Judul Jurnal Penulis Kesimpulan Perbedaan penelitiaan 1. Efek
Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
Khairil Anwar, Effendy Arief, Wahyu H.
Piarah (2010).
Temperatur pipa kapiler melalui proses
pendinginan, akan memberikan
pengaruh terhadap kondisi refrigeran dalam siklus mesin pendingin, dalam hal ini adalah nilai entalpi.
Penelitian
terdahulu yang saya ambil belum menjelaskan secara rinci hubungan antara temperatur pipa kapiler dengan mesin pendingin.
Sehingga belum bisa disimpulkan akibatnya untuk mesin induk.
Penelitian yang akan saya lakukan akan menjelaskan secara terperinci
Pendinginan tersebut
menyebabkan titik entalpi pada siklus bergeser ke arah kiri (semakin kecil), terutama pada bagian keluar dari pipa kapiler atau sebelum
masuk ke
evaporator hal ini berdampak pada kapasitas
refrigerasi (Qe) sistem mesin pendingin yang diuji.
mulai dari cara kerja, kinerja dan permasalahan serta pengaruh fresh water cooler pada kerja mesin induk.
B. Pengertian mesin induk
Menurut Erwin, Fidi (2014:34). Diesel 4 Tak (langkah) yaitu mesin yang proses kerjannya memerlukan 4 (empat) langkah torak yang bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah), 2 (dua) kali putaran poros engkol menghasilkan 1 (satu) kali tenaga/usaha. Mesin Diesel 2 Tak (langkah) yaitu mesin yang proses kerjannya memerlukan 2 langkah torak yang bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah), 1 (satu) kali putaran poros engkol menghasilkan 1 (satu) kali tenaga/usaha.
Mesin induk adalah sebagai tenaga penggerak utama yang berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga pendorong bagi propeller kapal agar kapal dapat bergerak, dimana dalam pengoperasionalnya mesin induk selalu dalam kondisi running secara terus menerus. Mesin induk
merupakan mesin atau instalasi mesin dalam kapal yang berfungsi menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kapal.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas tentang mesin induk (diesel) dapat disimpulkan bahwa mesin diesel adalah jenis khusus dari mesin- pembakaran dalam, sesuai dengan namanya mesin pembakaran dalam adalah mesin panas yang didalamnya, energi kimia dari pembakaran dilepaskan didalam silinder mesin, sedangkan golongan lain dari mesin panas - mesin uap – energi yang ditimbulkan selama pembakaran bahan bakar diteruskan terlebih dahulu ke uap, dan hanya melalui uaplah kerja dilakukukan dalam turbin atau mesin.
C. Sistem pendingin
Menurut Ahyar, H (2014:25) sistem pendingin yang biasanya dipakai ada 2 (dua) yaitu sistem pendingin terbuka dan sistem pendingin tertutup.
Sistem pendingin terbuka merupakan sistem pendingin yang langsung berhubungan dengan air laut. Sistem ini menggunakan air laut yang langsung masuk untuk mendinginkan komponen yang perlu untuk didinginkan, sedangkan sistem pendingin tertutup merupakan sistem pendingin yang menggunakan air tawar yang disirkulasikan dalam suatu sirkuit tertutup untuk mendinginkan komponen yang perlu didinginkan.
Kemudian air tawar tersebut didinginkan oleh air laut, kemudian air tawar tersebut disirkulasikan kembali untuk mendinginkan komponen.
Mesin yang dipasang pada kapal dirancang untuk bekerja dengan efisien maksimal dan berjalan selama berjam-jam berjalan lamanya.
Hilangnya energi paling sering dan maksimum dari mesin adalah dalam bentuk energi panas. Untuk menghilangkan energi panas yang berlebihan harus menggunakan media pendingin (Cooller). untuk itu, sistem air pendingin dipasang pada kapal. Ada dua sistem pendingin mesin induk yang digunakan di atas kapal:
a. Sistem pendingin terbuka: Air laut langsung digunakan dalam sistem mesin sebagai media pendingin untuk penukar panas. Sistem pendinginan yang menggunakan satu media pendingin saja yakni dengan media
pendingin air laut. Proses pendinginannya dengan cara air laut diambil dari katup kingstone melalui filter dengan pompa air laut, kemudian air laut disirkulasikan ke seluruh bagian-bagian mesin yang membutuhkan pendinginan melalui pendingin minyak pelumas dan pendingin udara untuk mendinginkan kepala silinder, dinding silinder dan katup pelepas gas kemudian air laut dibuang keluar kapal. Bila ditinjau dari segi konstruksi sistem pendinginan langsung mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana dan daya yang diperlukan untuk sirkulasi air lebih kecil dibandingkan dengan sistem pendinginan tidak langsung. Selain itu dapat menghemat pemakaian peralatan, karena pada sistem ini tidak memerlukan tangki air dan tidak memerlukan banyak pompa untuk mensirkulasikan air pendingin. Adapun kerugian dari sistem pendinginan langsung ini adalah pada instalasi perpipaannya mudah sekali terjadi korosi (karat) karena air laut ini bersifat korosif serta air pendingin sangat terpengaruh dengan temperatur air laut.
Gambar 2.1 Sistem Pendingin Air Laut (Sumber : http://hafidahyarr.blogspot.co.id)
b. Sistem pendingin tertutup: air tawar digunakan dalam rangkaian tertutup untuk mendinginkan mesin induk. Air tawar kembali dari exchanger panas setelah pendinginan mesin yang selanjutnya didinginkan oleh air laut.
Sistem pendinginan tidak langsung menggunakan dua media pendingin, yang digunakan adalah air tawar dan air laut. Air tawar dipergunakan untuk mendinginkan bagian-bagian mesin, sedangkan air laut digunakan untuk mendinginkan air tawar, setelah itu air laut langsung dibuang keluar kapal dan air tawar bersirkulasi dalam siklus tertutup. Sistem pendinginan ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi dan dapat mendinginkan bagian- bagian mesin secara merata. Sistem pendinginan tidak langsung ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dari pada sistem pendinginan langsung dan dapat mendinginkan secara merata. Keuntungan lain yang didapat dari sistem pendingin ini adalah kecilnya resiko terjadinya karat. Kerugian sistem pendinginan tidak langsung adalah terlalu banyak menggunakan ruangan untuk penempatan alat-alat utamanya, sehingga konstruksi menjadi rumit. Daya yang dipergunakan untuk mensirkulasikan air pendingin lebih besar, karena sistem ini menggunakan banyak pompa sirkulasi.
Gambar 2.2 Sistem Pendingin Air Tawar (Sumber : http://hafidahyarr.blogspot.co.id) D. Memahami sistem pendingin
a) Sebagaimana dibahas di atas, dalam sistem pendinginan utama, semua mesin yang bekerja pada kapal-kapal yang didinginkan dengan menggunakan sirkulasi air tawar. Sistem ini terdiri dari tiga rangkaian yang berbeda.
b) Sistem air laut: Air laut digunakan sebagai media pendingin di dalam air lautan yang besar mendinginkan exchanger panas yang dapat mendinginkan air tawar dalam rangkaian tertutup. Mereka merupakan sistem pendingin utama dan umumnya dipasang di kopel.
c) Sistem temperatur rendah: Rangkaian temperatur yang rendah digunakan untuk daerah temperatur mesin yang rendah dan Rangkaian ini secara langsung terhubung ke air laut pada pendingin pusat.
d) Suhu tinggi rangkaian (HT): Rangkaian HT terutama meliputi dari sistem tabung air pada mesin utama dimana suhu ini cukup tinggi. Suhu air HT dijaga oleh air tawar dengan temperatur rendah.
e) Tangki ekspansi: Kerugian pada rangkaian tertutup yaitu air tawar terus dikompensasi oleh tangki ekspansi yang juga menyerap peningkatan tekanan karena ekspansi panas.
E. Keuntungan menggunakan sistem pendingin tertutup
a. Biaya pemeliharaan rendah: Sebagai sistem yang menjalankan air tawar, pembersihan, pemeliharaan dan penggantian komponen lebih sedikit.
b. Kecepatan pendinginan air tawar lebih tinggi: Kecepatan yang tinggi mungkin dalam sistem air tawar dan tidak berbahaya bagi pipa dan juga mengurangi biaya instalasi.
c. Penggunaan bahan lebih murah: Karena sistem air tawar dapat mengurangi faktor korosi, pada bahan yang mahal seperti katup dan pipa.
d. Tingkat suhu yang stabil: Karena temperatur dikontrol tanpa melihat pada temperatur air laut, temperatur tetap dipertahankan agar stabil yang membantu dalam mengurangi kerusakan mesin.
F. Pada peraturan BKI 1996 vol.III sec. 11 I, dinyatakan bahwa:
1) Sistem pendingin untuk air tawar
Sistem pendingin air tawar diatur sehingga mesin dapat secara baik didinginkan di bawah berbagai kondisi suhu. Menurut kebutuhan dari mesin sistem pendingin air tawar yang diperlukan seperti:
a. Suatu sirkuit tunggal untuk keseluruhan pembangkit.
b. Sirkuit terpisah untuk pembangkit daya induk dan bantu.
c. Beberapa sirkuit independent untuk komponen mesin induk yang memerlukan pendinginan (silinder, piston, dan katup bahan bakar) dan untuk mesin bantu.
d. Sirkuit terpisah untuk berbagai batasan temperatur.
Sirkuit pendingin diatur sehingga bila salah satu sirkuit mangalami kegagalan maka dapat diambil alih oleh sirkuit pendingin yang lain.
Bilamana perlu, dibuatkan pengaturan pengambilalihan untuk tujuan tersebut. Sedapat mungkin pengatur suhu dari mesin induk dan bantu dibuatkan sirkuit yang terpisah dan independent satu sama lainnya.
Bilamana pada mesin pembangkit otomatis, penukar panas untuk bahan bakar dan pelumas melibatkan sirkuit air pendingin, sistem air pendingin dimonitor terhadap kebocoran dari minyak bahan bakar dan pelumas.
Sistem air pendingin umum untuk pembangkit induk dan bantu dipasangi katup shut off untuk memungkinkan reparasi tetapi tidak mengganggu pelayanan dari sistem tersebut.
2) Penukar panas, pendingin
Pendingin dari sistem air pendingin, mesin, dan peralatannya dipasang untuk menjamin bahwa temperatur air pendingin yang telah ditentukan dapat diperoleh pada berbegai jenis kondisi. Temperatur air pendingin dipasang sesuai untuk keperluan yang dibutuhkan oleh mesin dan peralatan. Penukar panas untuk peralatan bantu pada sirkuit air pendingin utama jika memungkinkan dilengkapi dengan jalur by pass, bilamana terjadi gangguan pada penukar panas, untuk menjaga kelangsungan operasi sistem. Dipastikan bahwa peralatan bantu dapat tetap bekerja saat perbaikan pada peralatan pendingin utama. Bilamana perlu diberikan pengalih aliran ke pendingin yang lain, permesinan, atau peralatan sepanjang suatu penukaran panas sementara dapat diperoleh.
Katup shut off dipasang pada sisi hisap dan tekan dari semua penukar panas. Tiap penukar panas dan pendingin dilengkapi dengan ventilasi dan corong kuras.
3) Tangki ekspansi
Tangki ekspansi diatur pada ketinggian yang cukup untuk tiap sirkuit air pendingin. Sirkuit pendingin lainnya hanya dapat dihubungkan ke suatu tangki ekspansi umum jika tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya, perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa kerusakan dan kegagalan dari sistem tidak dapat mempengaruhi sistem lain. Tangki ekspansi dihubungkan dengan jalur pengisi, peralatan aerasi atau deaerasi, pengukur tinggi air, dan corong kuras.
4) Pompa pendingin air tawar
Pompa air pendingin utama dan cadangan harus terdapat di setiap sistem pendingin air tawar. Pompa air pendingin dapat digerakkan langsung oleh mesin induk atau bantu yang mana dimaksudkan untuk mendinginkan sehingga jumlah pasok yang layak dari air pendingin dapat dicapai pada berbegai kondisi operasi. Pompa air pendingin cadangan digerakkan secara independent oleh mesin induk. Pompa air
pendingin cadangan berkapasitas sama seperti pompa air pendingin utama.
5) Cooller
Cooller adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya over heating (panas berlebihan) dengan cara mendinginkan suatu fraksi panas dengan menggunakan media cairan dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dari fluida yang panas ke media pendingin tanpa adanya perubahan suhu. Alat pendingin biasanya menggunakan media air, dalam prosesnya air pendingin tidak mengalami kontak langsung dengan fraksi panas tersebut, karena fraksi panas mengalir di dalam pipa sedangkan air pendingin berada di luar pipa.
6) Pengukur suhu
Sirkuit air pendingin dilengkapi dengan pengatur suhu sesuai yang diperlukan dan sesuai dengan peraturan yang ada. Alat pengatur yang mengalami kerusakan dapat mempengaruhi fungsi keandalan dari mesin yang dilengkapinya atau saat dia bekerja.
7) Pemanasan mula untuk air pendingin
Harus terdapat dan dilengkapi dengan pemanasan awal dari air pendingin.
8) Unit pembangkit darurat
Mesin bakar dalam pembangkit daya yang bekerja saat keadaan darurat dilengkapi dengan sistem pendingin yang independent. Seperti sistem pendingin yang dibuat untuk mengatasi kebekuan (freezing).
9) Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengetahui suhu air pendingin yang masuk dan suhu air keluar. Thermometer yang digunakan thermometer air raksa. Thermometer sangat penting untuk mengetahui suhu air pendingin mesin, karena dengan adanya thermometer suhu air pendingin dapat dengan mudah untuk mengeceknya
G. Gangguan pada sistem pendingin
Beberapa gangguan yang sering terjadi pada engine/mesin :
1. Kendornya Fan-Belt.
2. Tersumbatnya pipa-pipa dan saluran-saluran pendinginan (pada mantel- mantel air) oleh kerak-kerak.
3. Terhambatnya aliran udara yang dihisap oleh fan pada permukaan radiator oleh debu atau kotoran-kotoran.
4. Berubahnya disain serta pemasangan fan pendingin.
5. Menurutnya kapasitas pendinginan disebabkan performasi engine yang tidak bisa terimbangi oleh performasi pompa pensirkulasi airnya.
Mungkin hal ini untuk engine yang berkali-kali overhaul sementara pompanya tetap lama.
6. Kekosongan air pendingin di tangki air tawar.
7. Air tawar ditangki cepat habis.
8. Air ditangki air tawar cepat kotor . H. Pendinginan mesin induk
Pendinginan pada mesin induk dimaksudkan untuk menjaga kestabilan suhu pada mesin induk, sehingga tidak terjadi kenaikan suhu yang terlalu tinggi sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder dan gesekan yang terjadi. Pendinginan mesin induk juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan.
Pendinginan pada mesin induk sangat dibutuhkan karena temperatur gas pembakaran didalam silinder sangat tinggi. Akibat dari proses pembakaran terjadi secara berulang – ulang maka akan terjadi kenaikan suhu pada dinding silinder, torak, katup dan beberapa bagian yang bergerak lainnya. Oleh karena itu, perlu mendapat pendinginan yang cukup agar temperaturnya tetap pada batas yang telah ditentukan sesuai ketentuan buku petunjuk dan supaya operasi mesin dapat berjalan lancar.
I. Pemeliharaan / perawatan sistem pendingin
Pemeliharaan sistem pendinginan dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sesuai dengan buku petunjuk dari pabrik pembuatan mesin itu sendiri.
Pemeliharaan sistem pendinginan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Periksa isi air pendingin apakah masih ada atau tidak.
2. Supaya proses pendinginan dapat berlangsung dengan baik, bersihkan mesin dari kerak atau kotoran setiap 250 jam atau dua kali dalam setahun dengan membuka keran pembuangan dan masukkan air yang bersih.
3. Sistem pendinginan yang tidak terkontorol dengan baik dapat menggangu kelancaran operasional engine/mesin, menurunkan performa dan bisa membuat fatal pada mesin. Over heating juga bisa muncul karena kurangnya perhatian pada sistem pendinginan mesin disamping sebab-sebab lainnya yang mempengaruhinya.
4. Memperhatikan pembacaan skala dari level air pendingin pada dash board atau panel kontrol merupakan tindakan preventif perawatan
mesin bersama-sama pemilihan air pendingin yang bermutu baik.
J. Kerangka penelitian
Menurut S.Suriasumantri, (2000:6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
(Suriasumantri,2005:127-128). Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico,hypothetico,verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
(Sumber : https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-kuantitatif.html)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tergolong pada jenis penelitian kualitatif, menurut Munawaroh (2012:17) bahwa konsep pendekatan kualitatif adalah menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala- gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Penulis melakukan penelitian di atas kapal berdasarkan penelitian kualitatif, karena terjun langsung selama satu tahun dalam praktik laut untuk meneliti pengaruh temperatur sistem pendinginan pada mesin induk.
Menurut Munawaroh (2012:20) bahwa teknik kualitatif adalah pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan akan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang diakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga penelitian terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, penelitian akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada.
B. Lokasi penelitian 1. Waktu penelitian
Penelitian tentang pengaruh temperatur sistem pendinginan pada mesin induk. Penelitian dilaksanakan pada saat kita melaksanakan praktek layar dikapal.
2. Tempat penelitian
Penulis mengadakan penelitian pada saat praktek layar di atas kapal.
C. Jenis dan sumber data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam menyusun proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis memperoleh data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara dengan pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang akan penulis angkat. Penulis memperoleh hasil wawancara atau berdiskusi dengan masinis satu, yang bertanggung jawab untuk mesin induk khususnya sistem pendingin pada mesin induk.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulan oleh penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal karya ilmiah terapan atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.
D. Teknis pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang diangkat dalam penyusunan ini berdasarkan data, fakta serta informasi yang pernah dilakukan selama melaksanakan proyek laut. Dari semua data, fakta dan informasi tersebut maka dijadikan bahan acuan dalam penyusunan proposal karya ilmiah terapan ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Metode observasi
Observasi adalah pencarian data dengan jalan pengamatan peristiwa secara langsung maupun tidak langsung yang pernah penulis alami selama di atas kapal. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data primer dan sekunder.
Menurut Munawaroh (2012:44) bahwa observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasikan
implementasi tindakan yang diberikan kepada subyek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti:
memiliki orientasi perspektif serta memiliki dasar-dasar refleksi waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti akibat keterbasan menembus rintangan di lapangan.
2. Metode wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mengadakan komunikasi atau tanya jawab, terhadap pihak-pihak yang mengerti tentang permasalahan yang penulis angkat.
Data ini akan penulis gunakan dalam membahas permasalahan yang terjadi sehingga data ini langsung dari sumbernya, dimana dalam metode ini penulis harus melakukan wawancara langsung dengan masinis I yang menangani tentang sistem pendingin pada mesin induk.
Dalam hal ini data yang diperoleh lebih praktis dan obyektif, karena pada dasarnya permasalahan yang terjadinya di atas kapal tidak dijabarkan secara rinci dalam buku manualnya, sehingga dalam hal ini masinis akan memberikan jawaban berdasarkan pada pengalaman- pengalaman selama berlayar.
Menurut Munawaroh (2012:20) bahwa dalam penelitian yang menggunakan wawancara/pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila
sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan
sebagai patner bukan obyek penelitian.
3. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dengan melihat dari gambar foto-foto dan membaca arsip- arsip, serta surat-surat keterangan yang ada di kamar mesin. Surat dan arsip yang ada di kamar mesin diantaranya engine logbook, routine check maintenance serta laporan bulanan dari masing-masing masinis.
Teknik akan digunakan untuk membandingkan dari kinerja kompresor pada saat kerja normal ataupun pada saat tidak normal, selain itu adanya data dari surat arsip serta adanya buku penunjang yang relevan yang menjadi tolak ukur penulis dalam penyajian proposal karya ilmiah terapan ini.
4. Metode studi pustaka
Studi pustaka adalah teknik cara mencari data dengan melihat pada suatu buku yang digunakan dalam penulisan sebagai pedoman, serta sebagai pendalaman untuk memecahkan masalah yang terjadi, dengan adanya buku referensi tentang permasalahan yang diangkat yang di dalamnya terkandung hal-hal yang berkaitan dengan kasus yang terjadi, maka penulis akan dapat menyajikan dan menjabarkan dalam penulisan ini. Adapun buku-buku tersebut adalah buku-buku teori dari perpustakaan yaitu: mengambil dari internet.
Di dalam mendiskripsikan diusahakan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala lengkap di dalam aspek yang diselidiki,
agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena pada tahap ini metode diskriptif tidak lebih dari pada peneliti yang bersifat penemuan fakta- fakta yang ada. Penemuan gejala-gejala itu berarti tak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek- aspek yang diselidiki itu.
Pada tahap berikutnya metode ini harus diberi bobot yang lebih tinggi, karena sulit untuk dibantah bahwa hasil penelitian yang sekedar mendiskripsikan fakta-fakta tidak banyak artinya. Untuk itu pemikiran di dalam metode ini perlu dikembangkan dengan memberikan penafsiran yang tepat terhadap fakta-fakta yang ditemukan. Dengan kata lain metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi juga analisa tentang arti data itu.
Oleh karena itu penelitian ini dapat diwujudkan juga sebagai usaha memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klasifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standart, menetapkan hubungan antara gejala-gejala yang ditemukan dan lain- lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode diskriptif merupakan langkah-langkah melakukan penelitian obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pokok metode diskriptif adalah:
(1) memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual,
(2) menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diringi arti yang tepat.
E. Teknik analisis data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah sebab dengan adanya analisis data tersebut akan memberikan arahan dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian (Nazir, 1999:405).
Ada berbagai cara untuk menganalisi data. Usman dan Akbar (2000:86-87) mengemukakan 3 cara menganalisis data, yaitu :
a. Reduksi data
Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45) tahap reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk disajikan dari informasi yang telah terkumpul demikian banyak dan komplek. Usman dan Akbar (2000:87) menambahkan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu- waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.
b. Display data
Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data (Usman dan Akbar, 2000:87).
c. Pengambilan keputusan dan verifikasi
Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45), pada tahap ini peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data. Setiap data yang menunjang komponen, diklarifikasi kembali dengan informan dilapangan. Apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Munawaroh, (2012). Panduan Memahami Metode Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Ahyar, H, (2014). Sistem pendingin terbuka dan siastem pendingin tertutup (online) available at:
(http://hafidahyarr.blogspot.co.id)
Erichsson, Haris. Mesin penggerak utama (online) available at : (https://www.academia.edu/9740621/prinsip-kerja-
mesin_penggerak_utama_kapal)
Erwin, Fidi, (2014). Pengertian mesin penggerak utama (online) avaliable at :
(http://fidierwin.blogspot.co.id/p/mesin-penggerak- utama.html) acces on 2014
https://www.prosesindustri.com/2015/01/cooler-atau-alat-pendingin- pada.html
http://www.maritimeworld.web.id/2011/02/gambaran-umum-sistem- pendingin-di-kapal.html
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10789-Paper.pdf https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-kuantitatif.html