• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PSAK 73 ATAS SEWA PADA CV.TRI PUTRA NURINDA MAKASSAR. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PSAK 73 ATAS SEWA PADA CV.TRI PUTRA NURINDA MAKASSAR. Skripsi"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Oleh:

ATIKA 105731131517

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PSAK 73 ATAS SEWA PADA CV.TRI PUTRA NURINDA MAKASSAR

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

ATIKA 105731131517

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana ekonomi pada program studi akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis universitas muhammadiya Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNUVERSITAS MUHAMMADIYA MAKASSAR

MAKASSAR

2022 M/1443 H

(3)

iii

MOTTO

Jika sekarang bisa,

Mengapa harus menunggu nanti

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada allah swt atas ridho-nya serta karunianya

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk kedua orang tua saya yang tercinta dan terkasih

Dosen-dosen, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan kepadaku

Dan almamaterku, serta untuk diriku sendiri sebagai bentuk apresiasi diri selama proses pengerjaan skripsi ini.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

selaku pembimbing l dan Ibu Rini Sulistiyanti selaku pembimbing ll.

Penelitian ini dilaksanakan di CV.Tri Putra Nurinda Makassar yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda. Dalam penelitian ini, jelas data yang di gunakan adalah data sekunder yang dimana data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang meliputi data laporan keuangan. Metode analisis yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif.

Pada penelitian ini, CV.Tri Putra Nurinda belum menerapkan PSAK 73, dikarnakan masih terdapat kontrak yang belum selesai. dan akan mulai menerapkan PSAK 73 pada tahun 2021.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa dalam menerapkan akuntansi sewa dalam perusahaan belum sesuai PSAK 73.

KATA KUNCI : Akuntansi Sewa, Implementasi PSAK 73

(8)

viii ABSTRACT

Atika, 2022, Implementation of PSAK 73 on Rent at CV. Tri Putra Nurinda Makassar 2020. Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar, supervised by Mr. Ismail Badollahi as supervisor I and Mrs. Rini Sulistiyanti as supervisor II.

This research was conducted at CV.Tri Putra Nurinda Makassar, a company engaged in construction services. The purpose of this study was to find out how the application of PSAK 73 on Rent to CV.Tri Putra Nurinda. In this study, it is clear that the data used are secondary data where the data obtained directly from the company includes financial statement data. The analytical method used is descriptive qualitative.

In this study, CV. Tri Putra Nurinda has not implemented PSAK 73, because there are still unfinished contracts. and will start implementing PSAK 73 in 2021.

From the results of the research conducted, it can be seen that in applying rental accounting in the company it is not in accordance with PSAK 73.

KEYWORDS : Lease Accounting, Implementation of PSAK 73

(9)

ix

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, dan tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar 2020”.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.Ak) pada Vakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis Bapak Hido dan Ibu Nur Wahida (Saoda) yang senang tiasa memberi harapan, semangat, perhatian dan doa tulus dan semoga bangga dengan pencapaian saya saat ini. Serta kakak saya yang tercinta yang senang tiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusun skripsi ini tidak akan berwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak di sampaikan dengan hormat kepada:

(10)

x

1. Bapak Prof. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, SE.,M.Si.Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP selaku Pembimbing l yang mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Rini Sulistiyanti,SE.,M.Si,Ak. Selaku pembimbing ll yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten/Konsultan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2017 yang senantiasa mendukung dalam proses penyelesaian ini.

9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu- persatu yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikanya

(11)

xi Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 18 Februari 2022

Penulis

Atika

(12)

xii DA FTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA ... ii

MOTTO DAN PEMBAHASAN ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Teori ... 7

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 73 (PSAK 73) ... 7

2. Sewa ... 15

B. Tinjauan Empiris ... 25

C. Kerangka Pikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Fokus Penelitian ... 35

(13)

xiii

F. Instrument Penelitian... 38

G. Teknik Analisis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ... 41

C. Analisis Dan Interpretasi (pembahasan) ... 53

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi CV.Tri Putra Nurinda ... 45

Tabel 4.2 Neraca CV.Tri Putra Nurinda ... 46

Table 4.3 Laporan Arus Kas CV.Tri Putra Nurinda ... 48

(15)

xv

Gambar 3.1 Struktur Organisasi ... 37

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha kontraktor dimana proses pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, dapat diselesaikan sesudah memakan waktu lebih dari satu periode akuntansi. akibanya timbul suatu masalah mengenai penentuan pendapatan dan beban yang diakui pada setiap akhir periode akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan mengatur suatu cara yang tepat agar pengakuan pendapatan dapat mencerminkan hasil yang sewajarnya. Dalam akuntansi pendapatan dan beban yang menjadi permasalahan bagaimana perusahaan mengakui dan mengukur komponen pendapatan dan beban dalam suatu periode tertentu (magfirah, 2015).

Perusahaan konstruksi adalah perusahaan badan usaha yang berhubungan dengan pembagunan saran maupun prasarana, seperti gedung, rumah, sarana umum (jembatan,jalan waduk dan lain sebagainya), dan isntalasi, baik itu di dalamnya termasuk perencanaan, pelaksanaan kerja, maupun pengawasan pekerjaan konstruksi tersebut hingga bagunan atau fasilitas yang di bangun selesai berdiri dan siap di gunakan untuk umum (magfirah, 2015).

Dalam sector industry Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Peningkatan perekonomian sejalan dengan dunia bisnis yang terus bertambah.

(17)

Dari pertumbuhan ekonomi tersebut di dukung dengan adanya peningkatan dan penambahan dari jumlah sector industry yang mengalami persaingan yang cukup tinggi dan selektif dalam menunjang pelayanan secara optimal kepada komsumen. Sehingga, untuk mendapatkan perhatian dari para konsumen perusahaan membutuhkan aset tetap (fixed aset) dalam membantu kelancaran operasional perusahaan. Pada umumnya sebuah perusahaan menggunakan sarana berupa asset tetap, Asset tetap tersebut dapat berupa mesin, peralatan atau gedung. Jenis asset yang di gunakan mencerminkan sifat bisnis dari perusahaan tersebut. Untuk menggunakan asset tetap tersebut perusahaan dapat membelinya atau membuatnya sendiri. Bentuk penggunaaan asset seperti ini adalah bentuk yang paling klasik. Sebagai alternatif perusahaan tidak memilikinya tetapi menyewanya dari pihak lain (Amrie Firmansyah, 2020).

Sewa adalah perjanjian antara lessor (pemilik asset) dengan lessee untuk menggunakan suatu asset sewaan selama priode yang di sepakati.

Kemajuan dunia industri saat ini mengalami perkembangan yang pesat dalam memaksimalkan kebutuhan masyarakat dalam berkonsumsi.

Kebutuhan pelayanan dan produksi yang semakin meningkat membuat industri perlu menambah jumlah kapasitas aset tetap (Adam Wira Sanjaya, 2020). Aset tetap yang dimiliki oleh sebuah entitas untuk proses produksi dan pelayanan bisa dimiliki langsung oleh entitas melalui proses jual beli aset atau bisa melalui proses sewa menyewa aset tetap dari jasa penyewa aset. Opsi sewa bisa digunakan pada sebuah perusahaan yang tidak memiliki investasi yang cukup dalam melakukan pembelian aset. Sewa aset tetap bisa dilakukan melalui dua opsi baik sewa operasional maupun

(18)

3

sewa pembiayaan. Keuntungan menggunakan opsi sewa dari pada pembelian langsung salah satunya adalah beban operasional perusahaan dalam bentuk penyusutan aset tetap tidak terlalu besar dibandingkan dengan sistem sewa (Martani, 2018).

Standar Akuntansi yang di gunakan oleh beberapa perusahaan dalam melakukan pelaporan keuangan dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuanan(SAK).Standar ini mengalami revisi di dasarkan pada penyesuaian standar yang di akibatkan oleh perkembangan ekonomi setiap waktunya.

hal ini mengakibatkan DSAK harus melakukan penyesuaian berupa revisi standar bahkan penambahan dan penghapusan standar. dengan ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah merilis tiga Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru. Ini merupakan bagian dari usaha otoritas untuk mengadopsi system dari International Financial Reporting Standar (IFRS) yang di keluarkan oleh otoritas Akuntan Internasional, International Acconting Standard Board (IASB).

Peraturan tersebut telah di terbitkan sejak tahun 2017. Namun implementasinya sendiri baru di wajibkan tahun 2020. Mulai tahun 2020 PSAK 73 sewa berlaku menggantikan PSAK 30 sewa. PSAK ini cukup banyak perubahan terutama dari sisi penyewa. Di kenalkan aset baru bernama Aset Guna atau Right Of Use Of Asset (AHG) (Ahalik, 2019).

PSAK ini tidak hanya berlaku untuk transaksi sewa namun juga untuk transaksi yang mengandung sewa. saat ini PSAK 73 berlaku efektif mulai 1 Januari 2020, beberapa entitas publik yang berbasis PSAK IFRS telah menerapkan sejak januari 2020.

(19)

Penerapan ini tentunya akan berdampak pada penyajian laporan keuangan pada pengakuan aset hak guna dan liabilitas sewa. model akuntansi sewa yang diterapkan secara tunggal pada PSAK 73 berdampak pada model pencatatan dan pengakuan beban dan liabilitas sewa. Hal ini menjadi kajian yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Penelitian sebelumnya yang membahas tentang penerapan PSAK 73 di Indonesian telah dilakukan oleh Amelia et.al.(2018) tentang dampak penerapan PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja keuangan pada industri manufaktur, pertambangan dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018. Penelitian tersebut dilakukan sebelum PSAK 73 efektif diberlakukan di Indonesia. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa terjadi rata-rata kenaikan Debt To Asset (DAR), Debt To Equity (DER) serta adanya penurunan dari rasio profitabilitas Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA) setelah kapitalisasi sewa diterapkan pada industri jasa, industri pertambangan dan manufaktur. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin melakukan kajian ulang atas dampak penerapan PSAK 73 atas sewa yang telah dilakukan oleh (Safitri, 2018) dengan menggunakan waktu pengamatan sejak PSAK 73 efektif diterapkan awal tahun 2020. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah CV.Tri Putra Nurindah Makassar tahun 2020. Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar”.

(20)

5

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, adapun perumusan masalahnya adalah “bagaimana Implementasi PSAK 73 atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar Tahun 2020?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penyusunan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi PSAK 73 atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Saya harapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat baik. Manfaat secara akademis ataupun secara praktis. Dan secara umum akan memberikan konstribusi kepada:

a. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menyerap teori yang telah di berikan serta mampu memberikan konstribusi terhadap ilmu akuntansi dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan PSAK.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Investor

Harapan pertama ialah bisa membantu para investor untuk menganalisa suatu laporan keuangan perusahaan yang terkait dengan pengadopsian peraturan baru agar para investor dapat mengambil keputusan berinvestasi dengan tepat.

(21)

2) Bagi Perusahaan

Diharapkan perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan informasi yang dapat menentukan kebijakan dalam menyusun laporan keuangan yang akan di publikasikan kepada para investor.

3) Bagi Pihak Lain

Diharapkan dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan, baik sebagai referensi penelitian maupun bahan teori bagi penelitian selanjutnya.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 73 (PSAK 73) Dikenal dengan nama PSAK, adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Standar ini merupakan pedoman prosedur dalam membuat laporan keuangan akuntansi. Bagi seorang akuntan, pernyataan standar adalah pedoman yang digunakan untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Amelia Safitri, 2018).

PSAK adalah singkatan pernyataan standar akuntansi keuangan yang merupakan pedoman utama bagi akuntan dalam rangka melakukan penyusunan laporan keuangan dalam bisnis. Standar akuntansi keuangan adalah metode dan format baku yang digunakan dalam penyajian informasi laporan keuangan. Standar akuntansi di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis global, peraturan yang berlaku dan lain-lain.

Dalam PSAK menetapkan dasar-dasar penyajian laporan keuangan dengan tujuan umum. Agar laporan keuangan bisa dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya ataupun laporan keuangan lainnya. Tujuannya adalah agar tercipta keseragaman dalam penyampaian laporan keuangan. Selain itu, standar akuntansi ini juga dapat mempermudah siapapun untuk mendapatkan informasi dari laporan keuangan yang ada.

(23)

Di dalam standar akuntansi berisi aturan-aturan yang berhubungan dengan kegiatan mencatat, menyusun, melakukan, hingga menyajikan sebuah laporan keuangan. Tidak hanya berisi aturan dan standar pedoman ilmu akuntansi saja, PSAK berisi informasi dan data yang sangat penting dan berhubungan dengan laporan keuangan. Data dan informasi yang tercatat di standar akuntansi adalah aset perusahaan, liabilitas ekuitas, pendapatan, dan beban. Informasi entitas berupa kontribusi dari pemilik serta distribusi kepada pemilik, kerugian dan keuntungan perusahaan, hingga laporan arus kas juga tersedia. Pada dasarnya, pernyataan standar akuntansi keuangan ini dibuat dan disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia atau (IAI). Pembuatan standar akuntansi didasarkan pada kondisi yang sedang berjalan dan disepakati serta disahkan oleh institut atau lembaga resmi di Indonesia (Amelia Safitri, 2018).

Beberapa alasan pencabutan PSAK 30 atas sewa di antaranya adalah Indonesia melakukan konfergensi ke IFRS, di mana pedoman mengenai sewa sebelumnya yaitu IAS 17 pada tanggal 13 januari 2016 di ganti dengan IFRS 16 leases oleh IASB yang mulai berlaku efektif sejak 1 januari 2019, sehingga isi pokok PSAK 30 tidak sesuai lagi dengan IFRS 16 leases. Maka PSAK 30 pun ikut mengalami perubahan menjadi PSAK 73 atas sewa yang mulai berlaku efektif tanggal 1 januari 2020. Dalam PSAK 73 atas sewa ini, penyewa tidak mengakui aset dan liabilitas akibat adanya sewa operasi sehingga tidak memenuhi kebutuhan para pembaca laporan keuangan.

(24)

9

Oleh sebeb itu DSAK IAI menerbitkan PSAK 73 yang mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas sewa khususnya bagi penyewa dengan hanya memperbolehkan mengklasifikasikan sewa sebagai sewa pembiayaan tetapi bagi pesewa tidak ada perubaha aturan apapun. Dalam PSAK 73 di sebutkan bahwa penyewa harus mengakui asset hak guna dan liabilitas sewa. Tetapi terdapat dua pengecualian opsional dalam pengakuan asset dan liabilitas sewa, yaitu untuk sewa jangka pendek (kurang dari 12 bulan) dan sewa asset pendasarnya bernilai rendah. Pada awal masa sewa, pihak penyewa mengakui sewa pembiayaan sebagai asset hak guna dan liabilitas sewa.

Pengakuan ini di lakukan atas dasar nilai wajar asset yang di sewa atau jika lebih rendah, atas dasar nilai sekarang dari pembayaran sewa guna minimum (minimum lease payments). Menurut PSAK 73 atas sewa menjelaskan bahwa pada tanggal permulaan , penyewa mengukur asset hak guna pada biaya perolehan (Amelia Safitri, 2018). Sedangkan untuk memperoleh liabilitas sewa dapat di peroleh dari nilai terkini pembayaran sewa di tambah dengan nilai terkini pembayaran ekspektasian pada akhir sewa. Terdapat tiga poin penting untuk dapat mengukur nilai kini pembayaran sewa:

1) Masa sewa yaitu priode sewa yang tidak dapat di batalkan (non cancelable period) termasuk dalam opsi perpanjangan sewa atau pembatalan (jika cukup pasti).

(25)

2) Pembayaran sewa adalah jumlah yang di peroleh dari pembayaran tetap, pembayaran pariabel berdasarkan indeks atau suku bunga, perkiraan jaminan atas nilai residu, harga eksekusi opsi beli dan penalty karena mengakhiri sewa (jika cukup pasti).

3) Tingkat diskonto yaitu menggunakan suku bunga inplisit apabila dapat di tentukan atau suku bunga pinjaman ingkrimental apabila tidak dapat di tentukan.

PSAK 73 sewa memperkenalkan model akuntansi tunggal penyewa dan mensyaratkan agar penyewa mengakui asset dan liabilitas untuk seluruh sewa. Penyewa di syaratkan untuk mengakui aset hak guna yang merepresentasikan haknya untuk menggunakan aset pendasar sewaan dan liabilitas sewa yang mereprentasikan kewajibanya untuk membayar sewa (Amelia Safitri, 2018).

Pernyataan ini di terapkan untuk seluruh sewa,termasuk sewa aset hak guna dalam subsewa, kecuali untuk:

a. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya serupa yang tidak dapat di perbarui.

b. Perjanjian konsesi jasa dalam ruang lingkup ISAK 16: perjanjian konsesi jasa.

c. Lisensi kekayaan intelektual yang di berikan oleh pesewa dalam ruang lingkup DE PSAK 72: pendapatan dari kontrak dan pelanggan.

(26)

11

d. Hak yang di miliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi dalam ruang lingkup PSAK 19: aset takberwujud untuk item seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya tulis) hak paten, dan hak cipta.

Selain itu penyewa dapat memiliki untuk tidak menerapkan persyaratan tersebut untuk:

a. Sewa jangka pendek dan

b. Sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah

Penyewa mengukur aset hak guna dengan cara yang serupa dengan aset non keuangan lain (seperti aset tetap) dan liabilitas sewa dengan cara yang serupa dengan liabilitas keuangan lainya. Sebagai konsekuensinya, penyewa mengakui penyusutan aset hak guna dab bunga atas liabilitas sewa, dan juga mengklasifikasikan pembayaran kas untuk liabilitas sewa menjadi bagian pokok dan bagian bunga dan menyajikanya dalam laporan arus kas dengan menerapkan PSAK laporan arus kas (Amelia Safitri, 2018).

1) Sejarah PSAK

Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat zaman penjajahan, tahun 1602–1799 saat zaman kolonial telah dilakukan pencatatan sederhana, pada tahun 1800–1942 saat zaman penjajahan Belanda telah dilakukan pencatatan debit dan kredit.

Tahun 1942–1945 pencatataan tetap menggunakan debit dan kredit dan belum terdapat banyak perubahan dalam pencatatan akuntansi sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan sekarang dilakukan harmonisasi terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi

(27)

pada standar IFRS (Internasional Financial Accounting Standard). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957 merupakan wadah profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan pengembangan standar untuk menyesuaikan dengan dunia usaha dan profesi akuntansi dan merupakan anggota dari International Federation Of Accountants (IFAC).

Pada tahun 1973 dibentuknya panitia penghimpunan bahan-bahan dan struktur (GAAP) dan (GAAS) yang selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Pada tahun 1994 komite (PAI) diubah menjadi komite standar akuntansi keuangan yang kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (IAI) sebagai anggota dari (IFAC) memiliki komitmen untuk melaksanakan semua Standar Internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia.

(IAI) memutuskan untuk melakukan harmonisasi terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) yang kemudian dilanjutkan dengan konvergensi terhadap IFRS. PSAK adalah aturan baku yang mengatur pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan sedangkan (IFRS) merupakan Standar Akuntansi Internasional.

Tahun 2012 mencatatkan satu momen penting, dimana pada tahun ini dilakukan pengimplementasian (PSAK) berbasis (IFRS) di Indonesia.

Sehubungan dengan pengimplementasian (IFRS) tersebut, maka

(28)

13

terdapat beberapa perubahan dalam (PSAK) yang kemudian disesuaikan dengan pengaturan dalam (IFRS).(PSAK-IFRS) ini biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik dan bersifat umum (IAI, 2017).

2) Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia terdapat 5 standar akuntansi keuangan yang berlaku.

di antaranya, 4 macam standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK, IAI) 2017. Dan 1 acuan standar yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP). Standar Akuntansi Keuangan ini banyak dipakai oleh kebanyakan entitas, baik swasta maupun lembaga pemerintahan.

a. PSAK-IFRS

Merupakan singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan International Financial Report Standard. Standar akuntansi ini digunakan oleh badan usaha yang memiliki jenis akuntabilitas publik.

Artinya, badan usaha tersebut telah terdaftar atau sedang dalam proses mendaftar di pasar modal sebagai emiten. Contohnya adalah perusahaan asuransi, (BUMN), perbankan, dan perusahaan dana pensiun.

2. Sewa

Pengertian Sewa adalah kontrak perjanjian di mana penyewa memperoleh hak dari pesewa untuk menggunakan aset tertentu pada priode yang telah di sepakati kedua belah pihak dengan syarat penyewa melakukan pembayaran sewa kepada pesewa. Klasifikasi sewa terbagi

(29)

menjadi dua yaitu, sewa pembiayaan (capital lease) adalah sewa saat seluruh resiko dan manfaat yang berhubungan dengan kepemilikan asset pesewa di alihkan secara subtansian kepada penyewa, dan sewa operasi (operating lease) adalah sewa saat seluruh resiko dan manfaat yang berhubungan dengan kepemilikan asset pesewa tidak di alihkan secara subtansial kepada penyewa (Amelia Safitri, 2018).

Menurut (Diana dan lilis, 2017) sewa (leasing) adalah perjanjian kontrak antara lessor (yang meminjamkan asset) lesse (peminjam), dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan asset tertentu milik lessor selama priode waktu yang di sepakati.

Sebagai imbalanya, lessee melakukan pembayaran (serangkaian pembayaran) sewa kepada lessor. Sedangkan menurut (kieso dkk, 2018) sewa didefinisikan sebagai suatu perjanjian kontrak yang memberikan hak lessor kepada penyewa (lessee) untuk menggunakan properti, bangunan atau peralatan selama jangka waktu tertentu dengan memberikan imbalan yang telah di pertimbangkan.

Memahami implementasi PSAK 73 dalam akuntansi penyewa, adapun beberapa sewa dapat mensyaratkan dalam tanggal permulaan penyewa yaitu:

a. Memperoleh pengakuan aset hak guna dan liabilitas sewa.

b. Memperhitungkan aset hak guna pada biaya perolehan.

c. Memperkirakan liabilitas sewa dalam pembayaran sewa yang belum di bayar saat tanggal permulaan, di mana sewa hanya bisa didiskontokan dengan menggunakan suku bunga implisit pada sewa apabila suku bunga dapat di tentukan.

(30)

15

Namun jika suku bunga pinjaman incremental penyewaan implisit maka sewa tersebut tidak dapat di tentukan (Accounting standar,2020).

1. Jenis-jenis Leasing

Menurut (Diana dan lilis, 2017) sewa diklasifikasikan menjadi dua yaitu: sewa pembiayaan (finance/capital lease) dan sewa operasi (operating lease).

a. Sewa Pembiayaan (Finance Lease)

Sewa di klasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset kepada lessee. Selain itu, suatu sewa di catat sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut tidak dapat di batalkan.

Berikut adalah 4 kriteria yang di gunakan untuk menentukan apakah seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset di alihkan secara substantial:

1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa sewa

2. Lesse memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang di perkirakan cukup rendah di bandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat di laksanakan, sehingga pada awal sewa dapat di pastikan bahwa opsi tersebut akan di laksanakan sehingga menjadi cukup pasti

3. Massa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomi aset meskipun hak milik tidak di alihkan. Dalam praktik, 75% di pakai

(31)

sebagai batas untuk menentukan apakah suatu kontrak sewa mencakup sebagian besar umur ekonomi aset

4. Pada awal sewa, present volue (nilai kini) dari pembayaran sewa minimum secara substantial mendekati (sama atau melebihi) nilai wajar aset sewaan. Dalam praktik, 90% di pakai sebagai batas untuk menentukan apakah present volue dari pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar aset sewaan (pendasar).

5. Aset pendasar bersifat khusus, penyewa dapat menggunakan tanpa harus memodifikasi secara signifikan.

b. Sewa Operasi (Operating Lease)

Sewa operasi adalah perjanjian lease (sewa beli) yang dibelikan diperlakukan sama dengan perjanjian lease biasa. Jika perjanjian lease tidak dapat di kelompokkan ke dalam lease pembiayaan, maka di kelompokkan ke dalam lease operasi.

2. Sewa Guna Usaha (leasing)

Definisi sewa guna usaha dari beberapa sumber mempunyai pengertian yang sama. Menurut PSAK 73 dan IFRS 16, sewa adalah sebuah kontrak yang memberikan hak dari lessor kepada lessee untuk mengendalikan penggunaan aset selama jangka waktu yang telah di tetapkan untuk di tukarkan dengan imbalan. Sedangkan menurut kepututasan Menkeu RI No 1169/KMK.01/1991. Definisi Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dengan cara mengadaan barang modal baik dengan hak opsi atau tidak dengan hak opsi yang digunakan oleh penyewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran

(32)

17

berkala. Menurut kieso (2015), sewa guna usaha (lease) adalah suatu perjanjian bersifat kontraktual antara lessor (pihak yang menyewakan) dan lesse (pihak yang menyewa) yang memberikan lesse hak untuk menggunakan property tertentu, yang di miliki oleh lessor, selama jangka waktu tertentu sebagai ganti pembayaran uang sewa yang umumnya dibayar secara periodic dan besarnya sudah di tetapkan.

Sedangkan, menurut Stice (2015), sewa guna usaha (lease) adalah sebuah kontrak yang merinci persyaratan di mana pemilik property, yaitu lessor (yang menyewakan) mentransfer hak pengguna property kepada lessee (penyewa).

Menurut Stice (2015), terdapat beberapa keuntungan bagi lessee dari pada pembelian, seperti tanpa uang muka, lessee dapat menghindari resiko kepemilikan, dan fleksibel karena perusahaan dapat dengan muda mengganti aktiva untuk menanggapi perubahan bisnis.

Menurut Stice (2015), lessor mendapat beberapa keuntungan dari usaha sewa guna usaha (leasing), seperti peningkatan penjualan, hubungan bisnis yang berkelanjutan melalui lease antara lessor dan lessee, dan apabila kondisi ekonomi menghasilkan nilai sisa yang signifikan pada akhir masa sewa, lessor dapat menyewakan property ke lessee lain atau menjual properti dan mendapat keuntungan.

Menurut Stice (2015), untuk tujuan akuntansi, sewa guna usaha di pisahkan menjadi dua bagian, sewa guna usaha modal (capital lease) dan sewa guna usaha operasi (operating lease). Sewa guna usaha modal di catat seolah-olah perjanjian sewa guna usaha mengalihkan kepemilikan aktiva dari lessor kepada lessee.

(33)

Jika sewa guna usaha di catat sebagai sewa guna usaha modal, lessor mengakui adanya penjualan aktiva pada saat penandatanganan sewa guna usaha, lessee akan mengakui aktiva yang disewagunausahakan, dan juga kewajiban untuk pembayaran di masa depan di neracanya.

Sedangkan, sewa guna usaha operasi di catat sebagai perjanjian sewa, tanpa transfer kepemilikan aktiva yang berkaitan dengan sewa guna usaha tersebut. Lessor tidak mengakui adanya penjualan aktiva pada tanggal penandatanganan sewa guna usaha, melainkan mengakui adanya pendapatan sewa guna usaha setiap tahunya saat penbayaran di terima. Lessee tidak mengakui aktiva yang disewagunausahakan, dan tidak ada kewajiban sewa guna usaha yang di laporkan, tetapi hanya melaporkan beban sewa guna usaha periodic yang jumlahnya sama dengan pembayaran tahunan sewa guna usaha. Dalam beberapa pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa dalam transaksi perjanjian leasing terdapat beberapa unsur yaitu:

a. Lessor atau penyediaan barang modal (aktiva)

b. Lesse yaitu pihak yang memakai barang modal (penyewa guna usaha)

c. Adanya perjanjian yang sifatnya tidak biasa dibatalkan (non cancelled)

d. Adanya barang modal atau aktiva yang di asingkan

e. Adanya hak pilih (opsi) bagi lesse setelah berakhirnya kontrak leasing untuk membeli atau barang modal (aktiva) yang bersangkutan.

f. Adanya pembayaran secara berkala atau angsuran.

(34)

19

g. Adanya nilai sisa yang di peroleh bersama.

Kegiatan sewa guna usaha diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan di keluarkanya keputusan bersama mentri keuangan, mentri perdagangan dan mentri perindustrian NO.

kep-122/MK/2/1974 dan NO.30 /KPB/1/74 tanggal 7 februari 1974 tentang “perjanjian usaha leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ketahun untuk membiayai penyediaan barang- barang modal dalam dunia usaha. Dalam finance lesse biasanya memilih barang modal yang di butuhkan dan atas nama lessor melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang menjadi objektif transaksi leasing. Operating adalah kegiatan leasing di mana lesse tidak operating, lessor sebagai pemilik barang modal maka barang modal tersebut seperti asumsi pajak (Stice, 2015).

3. Sewa guna usaha menurut PSAK 73

PSAK 73 tentang sewa resmi di terapkan secara efektif pada tanggal 1 januari 2020. PSAK ini menggantikan:

a. PSAK 30 sewa

b. ISAK 8 penentuan apakah suatu perjanjian mengandung suatu sewa

c. ISAK 23 sewa operasi-insentif

d. ISAK 24 evaluasi subtansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk legal sewa dan

e. ISAK 25 hak atas tanah

(35)

Perubahan menjadi PSAK73 ini bertujuan untuk memastikan bahwa penyewa dan pesewa menyediakan informasi yang relevan yang mempersentasikan dengan tepat transaksi tersebut. Informasi ini memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai dampak transaksi sewa pada posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang biasanya diukur dalam satuan uang, baik yang telah terjadi, sedang terjadi, atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Berbagai hal dalam kegiatan kita juga tak lepas dari biaya,apalagi bagi sebuah proyek di perusahaan. Dalam proyek konstruksi, biaya merupakan salah satu elemen yang sangat krusial dan penting. Hal yang terkait dengan biaya proyek harus terlampir dan dicatat dalam laporan untuk dipertanggungjawabkan. Biaya proyek konstruksi sendiri ada jenis-jenisnya. Bagi Anda yang tengah berkecimpung di proyek perusahaan seperti konstruksi, maka perlu mengetahui perbedaan dari jenis-jenis biaya tersebut. Termasuk yang juga sangat penting adalah soal biaya overhead. Untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan tentang jenis-jenis biaya dalam proyek. Jenis-Jenis Biaya Proyek,Setidaknya ada dua jenis pengelompokkan biaya dalam perhitungan estimasi biaya proyek, konstruksi yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost):

1. Biaya langsung (direct cost) biaya langsung langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi di lapangan.

(36)

21

Biaya langsung pada proyek konstruksi dapat diperkirakan jumlahnya dengan cara menghitung volume pekerjaan dan biaya proyek berdasarkan harga satuan pekerjaan. Biaya langsung sendiri bisa dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Biaya Material, yaitu semua biaya untuk pembelian bahan dan material yang dihitung dengan analisis harga satuan. Dalam perhitungan biaya material ini harus diperhatikan beberapa hal seperti bahan sisa, harga terbaik, harga loco atau franco, serta cara pembayaran kepada supplier.

b. Biaya Upah Buruh, yaitu biaya untuk membayar upah atas pekerja yang diperhitungkan terhadap satuan item mata pembayaran tertentu dan biasanya sudah memiliki standar harga satuannya. Untuk perhitungan biaya upah buruh ini harus pula diperhatikan beberapa hal seperti perbedaan antara upah harian atau borongan, kapasitas kerja, asal dari mana buruh didatangkan, serta juga mempertimbangkan undang-undang perburuhan yang berlaku.

c. Biaya Peralatan atau Equipments, yaitu biaya terhadap peralatan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam perhitungan biaya ini pula perlu diperhatikan beberapa hal seperti ongkos keluar masuk gudang, ongkos buruh pengopersi, dan biaya operasi jika peralatan merupakan barang sewaan serta investasi, depresiasi, reparasi, pemeliharaan, dan ongkos mobilisasi jika peralatan merupakan barang tidak disewa.

(37)

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan.

Meskipun begitu, biaya tidak langsung harus ada dan tidak bisa dilepaskan dari proyek yang tengah berjalan. Biaya tidak langsung ini belum secara eksplisit dihitung pada tiap proyek konstruksi tetapi perlu diperkirakan guna alokasi biaya di luar pekerjaan konstruksi. Biaya- biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah sebagai berikut.

a. Biaya tak terduga atau unexpected costs, merupakan biaya yang disiapkan untuk kejadian-kejadian yang mungkin terjadi ataupun mungkin tidak terjadi. Sebagai contoh adalah jika terjadi banjir di lokasi proyek, tentu akan ada biaya khusus untuk mengatasinya.

Biaya tak terduga sendiri umumnya diperkirakan antara 0,5 sampai 5% dari biaya total proyek.

Hal-hal yang termasuk dalam biaya tak terduga ini adalah Akibat Kesalahan, seperti gambar kerja yang tidak lengkap atau kontraktor yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ketidakpastian Subjektif, artinya ada interpretasi yang subjektif terhadap sesuatu seperti penggunaan bahan tertentu yang diartikan berbeda oleh pekerja.

Ketidakpastian Objektif, artinya ada ketidakpastian akan perlu tidaknya suatu pekerjaan karena ditentukan oleh objek diluar kemampuan manusia.

(38)

23

Contohnya adalah pemasangan sheet pile untuk pondasi yang ditentukan oleh tinggi rendahnya muka air tanah. Variasi Efisiensi, yaitu ada tidaknya efisiensi dari sumber daya seperti buruh, material, dan peralatan.

b. Keuntungan atau profit, yaitu semua hasil yang didapat dari pelaksanaan sebuah proyek. Keuntungan ini tidak sama dengan gaji karena dalam keuntungan terkandung usaha, keahlian, ditambah pula dengan adanya faktor risiko.

c. Biaya Overhead, yaitu biaya tambahan yang tidak terkait langsung dengan proses berjalannya proyek tetapi harus tetap dimasukkan ke dalam anggaran layaknya biaya lain agar proyek dapat berjalan dengan baik. Untuk lebih jelas mengenai biaya Overhead ini, akan dijelaskan pada poin berikut.

3. Biaya Overhead pada Proyek

Biaya overhead masuk dalam salah satu unsur harga pokok produk konstruksi. Biaya ini menjadi elemen biaya konstruksi yang terbilang relatif besar dan juga sulit pengendaliannya serta tidak mudah dibebankan secara langsung kepada suatu hasil produksi tertentu.

Persentase untuk biaya overhead ini umumnya memiliki besaran maksimal 15% dari total biaya proyek.

B. Tinjauan Empiris

Berdasarkan hasil peninjauan penulis terhadap hasil penelitian sebelumnya, khususnya yang berhubungan dengan aspek yang akan di teliti oleh penulis terhadap beberapa penelitian yang relevan. Berikut adalah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan PSAK 73:

(39)

a. Penelitian yang di lakukan oleh Budiarso N dan Pangkerego R (2015).Penerapan PSAK No.30 tentang Perlakuan Akuntansi Sewa Aktiva Tetap pada PT.Sinar Karya Mega Persada. Hasil penelitian yaiutu kegiatan sewa yang di lakukan PT. Karya Sinar Mega Persada tergolonga pada sewa operasi (operating lease), karena kegiatan- kegiatan sewa yang di lakukan oleh perusahaan tidak menggambarkan perusahaan melakukan kegiatan sewa yang di lakukan oleh perusahaan tidak menggambarkan perusahaan melakukan kegiatan sewa pembiayaan (capital lease). Pada akhir massa sewa tidak ada opsi dari lessor untuk menyerahkan peralatan yang di sewa menjadi milik yang di lesse, melainkan peralatan sewa tersebut di tarik kembali dari lesse sesuai perjanjian sewa.

b. Penelitian yang di lakukan oleh Amelia Safitri1, Utami Puji Lestari2 , Ida Nurhayati3 (2018). Dengan judul Analisis Dampak Penerapan PSAK 73 Atas Sewa Terhadap Kinerja Keuangan pada Industri Manufaktur, Pertambangan dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018. Hasil penelitian ini Berdasarkan metode dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diperoleh rangkuman dampak kapitalisasi sewa berdasarkan PSAK 73 pada masing-masing industri diperoleh informasi bahwa kapitalisasi sewa berdampak signifikan pada ketiga industri tersebut, terutama industri jasa. Dapat dilihat bahwa perubahan aset dan liabilitas pada industri jasa mengalami kenaikan rata-rata yang sangat tinggi, yaitu sebesar 83.23% dan 121.38%. Sedangkan, rata-rata ekuitas pada industri jasa mengalami penurunan di angka - 70.38%.

Kemudian, diikuti oleh industri pertambangan dan manufaktur yang

(40)

25

mengalami perubahan aset dan liabilitas yang meningkat dengan masing-masing sebesar 6.86% dan 9.74% serta 1.34% dan 2.57%.

Sedangkan, ekuitas pada kedua industri tersebut hanya mengalami perubahan sedikit yaitu -3.50% dan -0.38%.

c. Penelitian yang di lakukan oleh Ahalik (2019). Dengan judul Perbandingan Standar Akuntansi Sewa PSAK 30 Sebelum dan Sesudah Adopsi IFRS serta PSAK 73. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang Definisi perbandingan antara PSAK 73 DAN PSAK 30. sewa menurut PSAK 73 adalah pada tanggal insepsi kontrak, entitas menilai apakah kontrak merupakan, atau mengandung, sewa. Suatu kontrak merupakan, atau mengandung, sewa jika kontrak tersebut memberikan hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu jangka waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan. Berbeda halnya dengan PSAK 30, hampir dapat dipastikan bahwa semua sewa masuk kategori sewa pembiayaan karena syarat untuk menjadi sewa operasi menurut analisa peneliti menjadi lebih ketat.

d. Penelitian yang di lakukan oleh Yudho Bintoro Sandi, Adam Wira Sanjaya, Amrie Firmansyah (2020). Dengan judul IMPLIKASI PENERAPAN DINI PSAK 73 TENTANG SEWA (LEASES) PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi penerapan dini PSAK 73 terkait dengan perubahan kebijakan akuntansi, pelaporan, dan kinerja keuangan pada PT Unilever Indonesia Tbk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis konten. Data dan informasi berupa laporan keuangan tahunan audited 2018 (belum menerapkan PSAK 73), serta

(41)

laporan keuangan interim I dan III tahun 2019 yang telah menerapkan PSAK 73.

e. Wulandari dkk, (2016) meneliti mengenai analisis pembiayaan melalui finance dan aplikasi perlakuan akuntansi leasing berdasarkan PSAK NO.30 tahun 2012 pada PT.Adira Dinamika Multi Finance Tanjung Pinang berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria klasifikasi sewa guna usaha yang di terapkan didalam PASAK no.30 tentang sewa pada PT.Adira Dinamika munlti finance tanjung pinang merupakan suatu sewa pembiayaan (finance) dengan model direct financing atau pembiayaan secara langsung pada akhir sewa pihak lesse memiliki aset sewa guna usaha yang telah di bayarkan setiap bulannya kepada lessor.

f. Husain dan wokas, (2016) meneliti tentang analisis penerapan PSAK no.30 (revisi 2011) atas akuntansi leasing pada PT.Federal Internasional finance (FIF) cabang manado dalam penerapan PSAK no.30 (revisi 2011) atas akuntansi leasing oleh PT.Federal Internasional Finance cabang manado (FIF) telah sesua standar yang berlaku pada PT.Federal Internasional Finance cabang manado (FIF), menggunakan model akuntansi leasing capital dapat di ketahui dari ketentuan dalam surat perusahaan tersebut, yang menyatakan adanya hak opsi bagi pihak pada saat berakhirnya masa, dimana ketentuan ini tergolong dalam satu kriteria yang ada pada capital.

(42)

27

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini merupakan penjelasan terhadap masalah yang menjadi objek dalam penelitian ini. Kerangka pikir ini di buat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan di lakukan yaitu mengenai Implementasi PSAK 73 pada perusahaan. Pemikiran penulis berangkat dari hadirnya PSAK 73 Sebagai standar baru yang mengetur mengenai sewa.

Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan secara skematis sebagai berikut:

Gambar 2.1 skema kerangka pikir penelitian CV.TRI PUTRA NURINDA

MAKASSAR

Implementasi PSAK 73

Hasil Penelitian

(43)

35

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian lapangan, yakni penelitian yang di lakukan dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan ruko. Penelitian ini dilakukan di CV.Tri Putra Nurinda Makassar dan sifatnya adalah deskriptif kualitatif.

B. Fokus Penelitian

(sugiyono 2017;) pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di dasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan reabilitas masalah yang akan di pecahkan. Penelitian ini difokuskan meliputi:

1. Bagaimana Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada Perusahaan.

PSAK 73 merupakan standar baru tentang Sewa yang mulai efektif pada Januari 2020 lalu. PSAK ini berposisi menggantikan beberapa standar sebelumnya,antara lain PSAK 30 mengenai Sewa. dalam penerapanya, PSAK 73 yang diadopsi dari IFRS 16 ternyata memberikan dampak yang besar terhadap transaksi Sewa. PSAK 73 berpengaruh besar pada transaksi sewa, dampak ini paling banyak dirasakan oleh para penyewa. Hal ini disebabkan tidak adanya lagi pemisahan antara Sewa Operasi dan Sewa Pembiayaan sehingga penyewa diharuskan mengklasifikasikan hampir seluruh transaksi sewanya sebagai Sewa Pembiayaan dengan memunculkan aset dan liabilitas Sewa di dalam laporan posisi keuangan.

(44)

36

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi dari penelitian ini di lakukan pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar yang beralamat di Jl. Tamalate Vl STP.1 NO.85 Makassar. Waktu yang di gunakan dalam penelitian ini selama dua bulan yaitu dari bulan September sampai dengan bulan Oktober 2021.

D. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber asli. data primer secara khusus di kumpulkan oleh peneliti dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

dalam penelitian ini data-data primer yang di perlukan adalah berupa gambaran umum mengenai CV.Tri Putra Nurinda Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara langsung melalui media perantara (diperoleh dan di catat dari pihak lain) umumnya berupa statistik, ataupun keterangan- keterangan publikasi lainya serta bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan topik permasalahan penelitian.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karna tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan (sugiyono, 2016;224) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan cara, observasi,

(45)

wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya memakai 3 teknik pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sutrisno Hadi, 1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview atau wawancara itu sendiri dan juga kuisioner (angket) adalah sebagai berikut:

1. Bahwa subjek responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di masukkan oleh peneliti.

Wawancara juga dapat dilakukan dengan cara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu teknik wawancara dan kuesioner. wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek yang lain. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan

(46)

38

bahwa observasi merupakan satu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data observasi dilakukan bila, penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi observasi berperan serta (participant observation) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat di bedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari seseorang. dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, secara kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan, dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.

F. Instrument Penelitian

Pada prinsipnya peneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian.

(47)

Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai intrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun kelapangan. validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Penelitian kualitatif sebagai human intrumen, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan di cari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan intrumen penelitian sebelumnya masalah yang di teliti jelas sama sekali.

(48)

40

G. Teknik Analisis

Teknik analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. adapun yang di maksud Teknik analisis desktiptif kualitatif adalah proses pengumpulan, pengujian, dan meringkas berbagai karekteristik data dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai mengenai Implementasi PSAK 73 atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar

(49)

40 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. CV.Tri Putra Nurinda Makassar merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan ruko. Perusahaan ini berlokasi di Makassar, yang di dirikan sejak pada tanggal 29 september 2000 oleh robinson tanggulungan sebagai pemilik perusahaan dan sekaligus bertindak sebagai pimpinan perusahaan.

Perusahaan CV.Tri Putra Nurinda Makassar di dalam menjalankan kegiatanya telah mendapat surat izin dari menteri kehakiman RI NO.J.A 7/9/22 juga surat izin akta pendirian dari No. 24 tanggal 29 september 2000.

Pendirian perusahaan ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan pembagunan ruko bagi masyarakat yang membutuhkan untuk melakukan usaha sehingga menciptakan kemakmuran rakyat guna meningkatkan kesejahteraan untuk kepentingan umum seperti yang di cita-citakan dalam kemerdekaan bangsa Indonesia.

Fungsi perusahaan adalah untuk menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum,berupa kegiatan-kegiatan produktif di bidang pelaksanaan pembangunan ruko beserta saran dan prasarananya. Selain itu, untuk mendapatkan keuntungan dan membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran serta meningkatkan penerimaan daerah.

(50)

41

2. Visi dan Misi CV.Tri Putra Nurinda

Adapun visi dan misi CV.Tri Putra Nurinda sebagai berikut:

a. Visi perusahaan

Menjadi perusahaan jasa konstruksi terkemuka, yang mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui produk serta pelayanan yang berkualitas dan inovatif.

b. Misi Perusahaan

Selalu menawarkan jasa konstruksi terbaik dengan memperhatikan apa yang di inginkan serta di butuhkan oleh klien dan memberikan rasa aman dan nyaman melalui tiga hal:

ketepatan waktu, kualitas pengerjaan dan transparansi harga.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan unsur penting dalam suatu badan usaha, karena struktur organisasi menggambarkan bagian-bagian yang ada dalam perusahaan dan dengan adanya struktur organisasi yang teratur memudahkan dalam melakukan pekerjaan, karena setiap departemen terdiri dari beberapa personil dapat mengetahui tugas yang menjadi tanggung jawab dan geris perintah serta garis kerja sama antar departemen lainya sehingga sasaran yang ingin di capai oleh perusahaan dapat terlaksanakan dengan sukses. Selain itu struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana di mana keputusan perorangan dan keputusan pimpinan dapat terwujud sehingga dorongan kerja sama serta keinginan untuk melakukan sesuatu yang positif untuk perusahaan tanpa adanya perintah.

(51)

STRUKTUR ORGANISASI CV.TRI PUTRA NURINDA MAKASSAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Sumber: CV. Tri Putra Nurinda Makassar

Direktur Utama Robinsun Tanggulungan,ST

Bidang Proyek Endik Widodo, ST

Bidang Operasional Tri Himawan

Susanto, SE

Bidang Keuangan dan Umum Baharuddin, SE

Bagian ADM Kontrak dan Dokumentasi Proyek

Purnomo, ST

Bagian Perencanaan

Agus Aminah,S.pd

Bagian Keuangan Vivi Lestari

Bagian Anggaran Agung Setyabudi, ST

Bagian Operasional dan Peralatanan Restu Dewi K.S.ST

Bagian Sekretaris dan Personalia

Soim Muzakkir,S.ST

Bagian

Pembekalan/Pengadaan Wadli Cahyadi

(52)

43

Adapun fungsi dan tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1). Direktur Utama

Tugas secara umum direktur utama adalah sebagai berikut:

a. Sebagai coordinator para manajer

b. Memimpin dan bertanggung jawab sebelumnya atas pengelolaan perusahaan

c. Merencanakan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang

d. Secara langsung mengawasi proyek yang di pimpin oleh kepala proyek e. Mewakili perusahaan dalam mengadakan hubungan perjanjian kontrak

dan lain sebagainya dengan pihak luar 2). Bidang Proyek

Tugas dan tanggung jawab bidang proyek adalah sebagai berikut:

a. Mencari informasi adanya proyek-proyek baru

b. Menyiapkan dan mengurus pra kualifikasi dan tender

c. Menyelenggarakan dokumentasi,statistic dan analisis laporan tender d. Memimpin bagian administrasi kontrak dan dokumentasi proyek serta

bagian anggaran dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemasaran perusahaan

3). Bagian Administrasi Kontrak dan Dokumentasi Proyek

a. Menyiapkan penyusunan,pembuatan dan penyelesaian kontrak proyek- proyek

b. Menyiapkan penyusunan, pembuatan dan penyelesaian kontrak proyek- proyek yang sedang berjalan

(53)

c. Menyusun perencanaan penerimaan uang muka, berita acara kemajuan dan termin proyek sesuai jadwal di dalam kontrak

4). Bagian Anggaran

a. Membuat dan menyelesaikan dokumentasi penewaran proyek

b. Mempersiapkan rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan proyek (RAP)

c. Membuat analisis harga satuan pekerjaan 5). Bidang Operasional

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas jalanya selutuh kegiatan operasional perusahaan

b. Memeriksa dana kerja berdasarkan cash flow

c. Mengurus investasi, inventarisasi dan pemeliharaan peralatan d. Menyusun jadwal penggunaan peralatan

6). Bagian Perencanaan

a. Merumuskan metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat

b. Membuat rencana pelaksanaa (construction planning) setiap tender c. Menyajikan data-data evaluasi pelaksanaan proyek yang meliputi waktu

pelaksanaan, mutu dan biaya 7). Bagian Perbekalan/Pengadaan

a. Mencari dan memberikan informasi tentang sumber serta harga bahan yang di perlukan

b. Mengevaluasi harga penawaran supplier dan menyampaikan kepada atasan

c. Membuat rencana untuk pelaksanaan pembelian bahan d. Mengurus pengadaan dan pengiriman bahan ke lokasi proyek

(54)

45

e. Membuat laporan tentang, pembelian, penyimpanan dan pemakaian bahan proyek secara berkala

8). Bidang Keuangan dan Umum

a. Mengatur segala masalah keuangan dan umum yang berhubungan dengan perusahaan

b. Memimpim,mengatur dan mengawasi semua kegiatan perusahaan baik dalam hubungan dengan bagian-bagian lain yang ada dalam perusahaan sendiri maupun dengan hubunganya dengan pihak luar

9). Bagian Keuangan

a. Melaksanaan pembukuan dan pemeriksaan atau verivikasi terhadap bukti pembayaran

b. Melaksanakan penagihan piutang dan pembayaran hutang atau tagihan langsung

c. Mengurus fasilitas perbankan seperti bank garansi d. Mengurus polis asuransi dan perpajakan

e. Membuat laporan keuangan secara berkala 10). Bagian Sekretariat dan Personalia

a. Melaksanakan tata usaha surat menyurat b. Melaksanakan tata usaha pimpinan

c. Mengatur perjalanan dinas dan penggunaan perlengkapan dinas serta perlengkapanya

d. Membuat laporan kepengawaian dan inventarisasi

(55)

B. Hasil Penelitian

1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha pada CV.Tri Putra Nurinda Dalam usaha mendukung kelancaran operasional perusahaan, maka perusahaan menambah aktiva tetapnya melalui sumber pembebanan dalam bentuk sewa guna usaha dari pihak lessor.

diharapkan dengan menambah aktiva tersebut perusahaan dapat melakukan usahanya secara optimal. Penerapan transaksi leasing pada CV.Tri Putra Nurinda menggunakan metode capital lease adalah barang modal yang di sewakan harus di perlakukan dan di catat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.

pembayaran sewa guna usaha (lease payment) selama tahun berjalan yang di peroleh dari penyewa guna usaha di akui dan di catat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha meskipun pembayaranya sewa guna usaha mungkin di lakukan dalam jumlah yang tidak sama dalam setiap priode. Penyusutan aktiva yang di sewa guna usahakan harus di lakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan jumlah taksiran masa manfaatnya. Kalau aktiva yang di sewa guna usahakan di jual maka perbedaan antara nilai buku dan nilai jual harus di akui dan di catat sebagai keuntungan dan kerugian tahun berjalan.

Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan hukum dialihkan oleh lessor kepada lesse, dan dengan menerima piutang sewa di perlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok dan pendapatan keuangan yang di terima sebagai penggantian atas imbalan atas investasi dan jasanya.

(56)

47

Pandangan Robinsun Tanggulungan selaku pimpinan perusahaan menyatakan bahwa perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang di terapkan sangat di butuhkan, sejalan dengan berkembangnya dunia bisnis dan persaingan yang ketat, lembaga pembiayaan dapat menjadi alternative bagi pengembangan beberapa sektor usaha. Selain itu, sewa guna usaha juga merupakan solusi ketika suatu perusahaan memerlukan sebagian barang modal tentunya secara tiba-tiba tetapi tidak mempunyai dana yang cukup. Dengan melakukan sewa guna usaha, akan lebih menghemat biaya pengeluaran, di bandingkan dengan harus membeli secara tunai (Direktur Utama,Robinsun Tanggulungan.ST)

leasing atau sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang atau modal yang di lakukan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan leasing ini telah di atur dalam keputusan mentri keuangan republic Indonesia nomor: 1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing). Keuntungan yang di peroleh jika memilih pembiayaan dengan leasing adalah fleksibel. Fleksibel dalam struktur kontrak serta penentuan besar pembayaran dan waktu yang harus di tempuh. Prosedur dalam leasing cukup sederhana, tentu menjadikan pelayanan lebih cepat. Perusahaan leasing juga membiayai 100% untuk modal yang nasabah butuhkan. Adanya pembiayaan dari lessor (perusahaan leasing) ini tentu menghemat modal bagi perusahaan lessee (pengguna modal).

2. Sistem Akuntansi Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda

Dalam kegiatan sewa, CV.Tri Putra Nurinda melakukan beberapa transaksi sewa selama tahun 2020. dan sekarang mencatat transaksi sewa sebagai sewa operasi. Dalam PSAK 73 diatur mengenai klasifikasi yang di bagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan serta sewa operasi,di mana pada masing-masing klasifikasi di atur bagaimana mengatur serta mengungkapkan akuntansi sewa.

(57)

1. Sewa Pembiayaan

Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. hak milik pada akhirnya dapat di alihkan, dapat juga tidak.

Suatu sewa di klasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sudah memenuhi beberapa faktor berikut ini:

a. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa sewa.

b. Lesse memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah di bandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat di laksanakan,sehingga pada awal sewa dapat di pastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.

c. Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomis meskipun hak milik tidak di alihkan.

d. Pada awal masa sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara subtansial mendekati nilai wajar aset sewaan.

e. Aset sewaan bersifat khusus di mana hanya lesse yang dapat menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material.

2. Sewa Operasi

Suatu sewa dikatakan sebagai sewa operasi apabila tidak memenuhi criteria sewa pembiayaan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu standar yang di gunakan oleh sebuah perusahaan yang telah go public dalam menyusun laporan keuangan di mana laporan

(58)

49

keuangan tersebut di gunakan oleh para pihak eksternal baik itu kreditur, pemerintah maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pandangan baharuddin selaku staf keuangan perusahaan menyatakan bahwa sistem akuntansi sewa pada CV.Tri Putra Nurinda yaitu sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan serta jika sewa tidak mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aset (Bidang Keuangan dan Umum,Baharuddin.SE)

Suatu perjanjian atau komitnmen sewa dapat membuat suatu persyaratan untuk menyesuaikan pembayaran sewa karena perubahan dalam konstruksi atau biaya akuisisi property sewaan karena perubahan dalam ukuran biaya atau nilai lainya seperti tingkat harga umum atau biaya pembiayaan yang di keluarkan oleh lessor. definisi sewa yang telah dijelaskan di atas termasuk kontrak untuk menyewa aset dengan suatu persyaratan yang memberikan opsi kepada penyewa untuk memporoleh hak milik atas aset dengan memenuhi ketentuan yang di sepakati dan kontrak ini sering di sebut sebagai kontrak sewa beli.

Laporan Keuangan CV.Tri Putra Nurinda Makassar

Laporan laba rugi di susun agar perusahaan dapat menggambarkan hasil usaha pada suatu priode. Pendapatan dan beban yang diperoleh pada suatu periode harus di bandingkan dengan biaya-biaya pada priode yang sama. Hal ini untuk mengetahui laba atau rugi untuk priode itu. Adapun laba rugi perusahaan CV.Tri Putra Nurinda Makassar untuk bulan desember 2020 adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Izin yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan Sistem Irigasi yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku

dipergunakan untuk membuang sampah atau kotoran ternak maupun manusia dan aktivitas lainnya seperti memandikan ternak, mencuci alat – alat pertanian Hasil uji sidik

Apakah Anda setuju dengan persyaratan akuntansi untuk pesewa sebagaimana diusulkan dalam DE PSAK 73: Sewa. paragraf 61–97

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengeboran yang telah didisain dapat berjalan dengan cukup baik walaupun error yang dihasilkan

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait dampak penerapan PSAK 73 terhadap penilaian alternatif sewa operasi (operating lease), perbandingan

Perusahaan tidak melakukan penyajian kembali atas informasi komparatif tahun 2020 atas penerapan PSAK 71 “Instrumen Keuangan” dan PSAK 73 “Sewa”, oleh karena itu informasi

Kawan-Kawan Teknik Mesin, yang telah banyak membantu penulis serta memberi dukungan penuh terhadap pembuatan Tugas Perancangan Elemen Mesin.. Penulis menyadari bahwa

Untuk mempelajari kinetika adsorpsi nikel dan/atau kobalt pada resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dari larutan nikel dan/atau kobalt sulfat, dilakukan