• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH DEWI ARFIANI HARAHAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH DEWI ARFIANI HARAHAP"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS OPERASI DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEKS SRI-KEHATI

OLEH

DEWI ARFIANI HARAHAP 170521133

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS OPERASI DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEKS SRI-KEHATI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Laba Bersih, Arus kas operasi, dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI. Penelitian ini bersifat asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI- KEHATI selama periode penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada Indeks SRI-KEHATI sebanyak 20 perusahaan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 11 perusahaan dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik regresi linear berganda data panel dengan pendekatan Random Effect Model. Hasil penelitian secara serempak menunjukkan bahwa Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Investment Opportunity Set berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa Laba Bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen, Arus kas Operasi dan Investment Opportunity Set masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI.

Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Investment Opportunity Set

(6)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF NET INCOME, OPERATING CASH FLOW AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET ON DIVIDEND POLICY

ON COMPANIES LISTED ON THE SRI-KEHATI INDEX

The purpose of this study was to determine and analyze the effect of Net Profit, Operating Cash Flow, and Investment Opportunity Set on Dividend Policy in companies listed on the SRI-KEHATI Index. This research is associative in nature and the type of data used is quantitative data obtained from the financial statement of companies listed in the SRI-KEHATI Index during the study period. The population of this study is all companies listed in the SRI-KEHATI Index is 20 companies. The number of samples in this study were 11 companies with purposive sampling technique. The analysis technique used is multiple panel linear regression technique with the Random Effect Model approach. The results of the study simultaneously show that Net Profit, Operating Cash Flow and Investment Opportunity Set significant influence Dividend Policy on companies listed on the SRI-KEHATI Index. Partial test result show that net income has a negative and significant effect on Dividend Policy. Operating cash flow and Investment Opportunity Set each have a positive and significant effect on Dividend Policy.on companies listed on the SRI-KEHATI Index.

Keywords: Dividend Policy, Net Income, Operating Cash Flow, and Investment Opportunity Set.

(7)

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa, karena atas nikmat dan rakmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Sri-Kehati.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Manajemen Ektensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Orangtua tercinta, Ayahanda Abdul Rahman Harahap, S.Sos, M.Si dan ibunda Siti Hotna Hasibuan yang terbaik sedunia akhirat. Terimakasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral maupun materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai untuk peneliti. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr.

(8)

iv

Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai Program Studi S1 Manajemen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti.

6. Jazaakumullah khairan untuk kakak tersayang Kholidazia Harahap, S.Si, Adikku Hinca Khairuddin Harahap dan Syahrini Wardah Harahap serta Tante Depi Sari Hsb, SE.

7. Ibukku Rismayani dan Om Anshor Lubis. Terimakasih atas nasihat, doa, dan dukungannya.

8. Terkhusus saudara seperjuangan Clara, Busra, Yoshi, Rijal, Bg Dirhan, Indah, Dian, Ira, Tika, Kak Kiki, Kak Mila, Ardi, Samuel, yang telah memberikan bantuan dan doa kepada peneliti.

9. Sahabat terkasih Devhy, Lisa, Nindy, Kekey, Vetry, Siti, Kak Adeg, Mangboru dan bou, Kak Silvi, Jihan, Devin, Kak Dara.

10. Pihak-pihak yang tidak bisa dipersebutkan satu persatu.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat dan dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan masukan bagi peneliti selanjutnya.

Medan, Januari 2020 Peneliti

Dewi Arfiani Harahap 170521133

(9)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Indeks SRI-KEHATI ... 12

2.1.1 Pengertian Indeks SRI-KEHATI ... 12

2.1.2 Investasi Hijau ... 13

2.1.3 Yayasan Keanekaragaman Hayati ... 15

2.2 Kebijakan Dividen ... 15

2.2.1 Pengertian Dividen ... 15

2.2.2 Bentuk Dividen ... 16

2.2.3 Jenis-Jenis Dividen ... 16

2.2.4 Prosedur Pembayaran Dividen ... 17

2.2.5 Kebijakan Dividen ... 18

2.2.6 Teori Kebijakan Dividen ... 19

2.2.7 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen ... 20

2.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 21

2.3 Laba Bersih ... 24

2.3.1 Pengertian Laba Bersih ... 24

2.4 Arus Kas Operasi ... 25

2.4.1 Pengertian Arus Kas Operasi ... 25

2.4.2 Penyusunan Laporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi ... 26

2.5 Investment Opportunity Set ... 27

2.5.1 Pengertian Investment Opportunity Set ... 27

2.6 Penelitian Terdahulu ... 28

2.7 Kerangka Konseptual ... 31

2.8 Hipotesis ... 34

BAB III METODEPENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

(10)

vi

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 37

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.5.1 Populasi ... 38

3.5.2 Sampel ... 39

3.6 Jenis Data dan Sumber Data ... 40

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.8 Teknik Analisis Data ... 41

3.8.1 Statistik Deksritif ... 41

3.8.2 Regresi Linier Berganda Data Panel ... 41

3.8.3 Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 44

3.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 46

3.9.1 Uji Normalitas ... 46

3.9.2 Uji Multikolonieritas ... 47

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas ... 47

3.9.4 Uji Autokorelasi ... 48

3.10 Pengujian Hipotesis ... 49

3.10.1 Uji F ... 49

3.10.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ... 50

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 57

4.3 Regresi Linier Berganda Data Panel ... 59

4.3.1 Pooled Least Squart atau Common Effect Model ... 59

4.3.2 Fixed Effect Model ... 59

4.3.3 Random Effect Model ... 60

4.4 Pemilihan Model Regresi Linier Data Panel ... 61

4.4.1 Uji Chow ... 61

4.4.2 Uji Hausman ... 62

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 62

4.6 Uji Hipotesis ... 63

4.6.1 Uji Simultan (Uji –F) ... 63

4.6.2 Uji Parsial (Uji – t) ... 63

4.7 Pembahasan ... 65

4.7.1 Analisis Pengaruh Laba Bersih terhadap Kebijakan Dividen ... 65

4.7.2 Analisis Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen ... 66

4.7.3 Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen ... 67

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

(11)

DAFTAR LAMPIRAN ... 74

(12)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Dividend Payout Ratio ... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Operasional Variabel ... 38

3.2 Daftar Pengambilan Sampel ... 39

3.3 Daftar Sampel ... 40

3.4 Durbin-Watson d Test ... 48

4.1 Statistik Deksriptif dari Kebijakan Dividen, Laba Bersih, Arus Kas Operasi Dan Investment Opportunity Set ... 49

4.2 Common Effect Model ... 59

4.3 Fixed Effect Model ... 60

4.4 Random Effect Model ... 60

4.5 Uji Chow ... 61

4.6 Uji Hausman ... 62

4.7 Uji t ... 63

(13)

No.Gambar Judul Halaman 1.1 Dividend Payout Ratio ... 2 1.2 Perkembangan Laba Bersih ... 4 1.3 Perkembangan Arus Kas Operasi ... 6 1.4 Perkembangan Firm to Property

And Equipment ... 8 2.1 Kerangka Konseptual ... 34

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Daftar Perusahaan Di Indeks SRI-KEHATI Yang Memenuhi

Kriteria Sempel Penelitian ... 80

2. Data Kebijakan Dividen, Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Dan Investment Opportunity Set ... 81

3. Hasil Statistic Deskriptif ... 83

4. Hasil Common Effect Model (CEM) ... 84

5. Hasil Fixed Effect Model (FEM) ... 85

6. Hasil Random Effect Model (REM) ... 85

7. Hasil Uji Chow ... 86

8. Hasil Uji Hausman ... 86

9. Hasil Uji t ... 89

(15)

1.1 Latar Belakang

Suatu indeks yang bernama SRI-KEHATI terdapat di Bursa Efek Indonesia yaitu indeks yang berisikan saham yang sehat dengan keunggulan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Indeks SRI-KEHATI diluncurkan pada 8 Juni 2009 oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bekerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia.Penilaian indikator di indeks SRI-KEHATI dilakukan melalui review terhadap data sekunder, pengisian kuesioner oleh emiten-emiten, dan data-data lain yang relevan. Dari hasil review terebut, terpilihlah 25 emiten yang menjadi konstituen indeks SRI-KEHATI, yang di seleksi setiap dua periode dalam setahun. Setelah terpilih, nama-nama dari 25 emiten tersebut akan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai penyusun indeks Sustainability Responsible Invesment. (Sri Kehati, 2019)

Perusahaan pasti ingin mendapatkan keuntungan tetapi tidak semua perusahaan sadar untuk memperhatikan lingkungan dalam menjalankan perusahaanya. Investor tentunya tidak akan memberi uangnya untuk perusahaan yang tidak menjaga kelestarian lingkungan. Seorang investor dalam menginvestasikan dananya di pasar modal bertujuan untuk bisa memperoleh dividen yang diperoleh dari keuntungan laba bersih perusahaanyang dibagikan kepada pemegang saham pada waktu periode tertentu setelah melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sehingga dengan meningkatnya keuntungan maka investor akan memperoleh dividen

(16)

2

atau memperoleh capital gain.

Perusahaan diharapkan untuk memberikan keuntungan secara konsisten bagi investornya. Keputusan perusahaan mengenai laba yang diperoleh apakah akan ditahan untuk investasi di masa mendatang atau dibagikan kepada para pemegang sahamnya disebut dengan kebijakan dividen yang di proxykan Dividen Payout Ratio (Sartono, 2009)

Berikut Gambar 1.1 menggambarkan pertumbuhan Dividen Payout Ratio dari 4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI yaitu PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT United Tractors Tbk (UNTR) periode 2013-2018.

Sumber : Idx (|Data diolah, 2019)

Gambar 1.1

Dividen Payout Ratio Tahun 2013 – 2018

Berdasarkan Gambar 1.1 Pertumbuhan Dividen Payout Ratio4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI – Kehati Tahun 2013 – 2018 mengalami kenaikan dan penurunan.

(17)

Tabel 1.1

Dividen Payout Ratio Periode 2013-2018

Kode

Saham Nama Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 ASII PT.Astra

Internasional Tbk

40 45,59 49,53 44,87 39,67 14,23

BBCA PT Bank Central Asia Tbk

20,8 22,1 21,9 8,37 26,97 11,32

KLBF PT Kalbe Farma Tbk

42 43,1 44,43 44,84 48,75 49,88

UNTR PT United Tractors Tbk

40,09 64,95 66,88 40,66 65,65 15,01 Sumber: Laporan Keuangan masing-masing perusahaan (Data diolah, 2019)

Berdasarkan Tabel 1.1 Pertumbuhan Dividen Payout Ratio tahun 2013- 2017 mengalami kenaikan dan penurunan. PT Astra International Tbk tahun 2013-2015 mengalami kenaikan dari 40 menjadi 49,53 dan tahun2015-2018 mengalami penurunan dari 49,53 menjadi 14,23. PT Bank Central Asia Tbk tahun 2013-2014 mengalami kenaikan dari 20,8 menjadi 22,1 dan tahun 2014- 2016 mengalami penurunan dari 22,1 menjadi 8,37 sedangkan tahun 2016- 2017 mengalami kenaikan dari 8,37 menjadi 26,97 dan pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan 26,97 menjdi 11,32. PT Kalbe Farma Tbk tahun 2013- 2018 mengalami kenaikan dari 42 menjadi 49,88. Sementara PT United Tractors Tbk tahun 2013-2015 mengalami kenaikan dari 40 menjadi 66,88 tahun 2015-2016 mengalami penurunan dari 66,89 menjadi 40,66 dan tahun 2016-2017 kembali mengalami kenaikan dari 40,66 menjadi 65,65.dan tahun 2017-2018 mengalami penurunan kembali dari 65,66 menjadi 15,01.

Menurut (Van Horne, Wachowicz, 2010) faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah laba bersih. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2009) dan Yulia (2016) bahwa laba bersih

(18)

4

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2014) dan Puspitaningtyas (2018) bahwa laba bersih tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Laba bersih diperoleh apabila total pendapatan melampaui total beban.

Jadi, laba bersih adalah sisa laba setelah mengurangi beban dan rugi dari pendapatan dan keuntungan. (Horison et.al, 2012). Laba bersih dihitung dengan satuan rupiah per lembar saham atau lebih dikenal dengan laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS) bahwa laba perlembar saham merupakan suatu penyederhanaan dari laba bersih sebagai indikator kinerja perusahaan yang cukup signifikan yang telah diterima kalangan dunia keuangan secara luas. Laba perlembar saham/Erning Per Share (EPS) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2012).

Berikut Gambar 1.2 menggambarkan perkembangan Laba bersih dari 4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode tahun 2013-2018.

Sumber: Laporan Keuangan masing masing perusahaan (Data diolah, 2019)

Gambar 1.2

Perkembangan Laba Bersih (Dalam Milyar Rupiah) Tahun 2013-2018

(19)

Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan Laba Bersih 4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. ASII pada tahun 2013-2016 mengalami penurunan dari 480 menjadi 374 dan tahun 2016-2017 mengalami kenaikan dari 374 menjadi 466. Dan tahun 2017- 2018 mengalami penurunan dari 466 menjadi 422. BBCA pada tahun 2013-2017 mengalami kenaikan dari 579 menjadi 945. Dan tahun 2017-2018 mengalami penurunan menjadi 751. KLBF pada tahun 2013-2014 mengalami kenaikan dari 41 menjadi 44 sedangkan tahun 2014-2015 mengalami penurunan dari 44 menjadi 42 dan tahun 2015-2017 kembali mengalami kenaikan dari 42 menjadi 51.Dan tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 51 menjadi 38. Sementara UNTR pada tahun 2013-2014 mengalami kenaikan dari 1.296 menjadi 1.439 , tahun 2014-2016 mengalami penurunan dari 1.440 menjadi 1.341 dan tahun 2016-2018 mengalami kenaikan kembali dari 1.341 menjadi 2.432.

Revee (2010) mengatakan arus kas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba. Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operating activities) adalah arus kas yang berasal dari transaksi yang memengaruhi laba bersih.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2009) dan Puspaningtyas (2018) kebijakan dividen dipengaruh secara positif dan signifikan terhadap arus kas operasi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Nurdhiana (2011), Cahyo (2014), Yulia (2016) kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh arus kas operasi.Arus kas operasi adalah laba sebelum bunga dan penyusutan dikurangi

(20)

6

pajak. Merupakan suatu ukuran atas kas/uang tunai yang dihasilkan dari operasi, namun tidak menghitung belanja modal atau kebutuhan modal kerja.

Aktifitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaraan dimuka (prepayment), utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas pendanaan. Laporan arus kas perusahaan, aktivitas penerimaan kas dan pembayaran kas digolongkan menjadi tiga yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup guna terus melanjutkan usahanya agar tercapai (Fahmi, 2012).

Berikut Gambar 1.3 menggambarkan perkembangan arus kas operasi dari 4 Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI – KEHATI periode 2013 – 2018.

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan (Data diolah, 2019)

Gambar 1.3

Perkembangan Arus Kas Operasi (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2013 – 2018

(21)

Dari Gambar 1.3 Perkembangan Arus Kas Operasi dari 4 perusahaan yang terdaftar Indeks SRI-KEHATI periode tahun 2013-2018 mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. ASII tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari 21.250 menjadi 14.963, tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari 14.963 menjadi 25.899 dan tahun 2016-2017 kembali mengalami penurunan dari 25.899 menjadi 19.407 dan tahun 2017-2018 mengalami kenaikan dari 19.407 menjadi 23.285.BBCA tahun 2013-2015 mengalami penurunan dari 4.189 menjadi 29.459, tahun 2015-2016 mengalami kenaikan dari 29.459 menjadi 45.667 dan pada tahun 2016-2018 mengalami penurunan dari 45.667 menjadi 4.912. KLBF tahun 2013- 2015 mengalami kenaikan dari 9.271 menjadi 24.276 dan tahun 2015- 2017mengalami penurunan dari 24.276 menjadi 20.083.dan tahun 2017-2018 mengalami kenaikan 27.707. Sedangkan UNTR tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari 12.219 menjadi 9.364, tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari 9.364 menjadi 12.039 dan tahun 2015-2017 mengalami penurunan dari 12.039 menjadi 11.951. Dan tahun 2017-2018 mengalami kenaikan menjadi 18.959.

Kebijakan dividen juga ditentukan berdasarkan Investment Opportunity Set (IOS) menunjukkan bahwa perusahaan dengan potensi investasi yang tinggi akan mengejar kebijakan pembayaran dividen yang sangat rendah untuk mempertahankan dana guna membiayai investasi dan melihat potensi perusahaan di masa depan (Brigham dan Houston, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2014) bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan penelitian yangdilakukan oleh Sumaini et.al (2014) bahwa Investment Opportunity Set (IOS) tidak

(22)

8

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Menurut Cahyo (2014) proksi Investment Opportunity Set (IOS) adalah Firm to Property, Plant and Equipment (FPPE) menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place. Rasio ini menunjukan investasi aktiva tetap yang produktif, komposisi FPPE yang besar pada struktur aktiva dapat menunjukan adanya potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Berikut Gambar 1.4 menggambarkan pekembangan Firm to Property, Plant and Equipment dari 4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2013-2018.

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan ( Data diolah, 2019)

Gambar 1.4

Perkembangan Firm to Property, Plant and Equipment Periode 2013 – 2018

Berdasarkan Gambar 1.4 perkembangan Firmto Property, Plant and Equipment 4 perusahaan yang Indeks SRI-KEHATI mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. ASII pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan

(23)

dari 7.273 menjadi 5.827 tahun 2015-2016 mengalami kenaikan dari 5.827 menjadi 7.750 sedangkan tahun 2016-2018 mengalami penurunan kembali dari 7.750 menjadi 6.661. BBCA pada tahun 2013-2016 mengalami penurunan dari 4.148 menjadi 2.252, tahun 2016-2018 mengalami kenaikan dari 2.252 menjadi 3.318. KLBF tahun 2013-2014 mengalami kenaikan dari 20 menjadi 25 dan tahun 2014-2018 mengalami penurunan dari 25 menjadi 11. Sedangkan UNTR tahun 2013-2017 mengalami kenaikan dari 4.864 menjadi 8.066, dan tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 8.066 menjadi 4.152.

Uraian Gambar 1.4 untuk 4 perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI – KEHATI sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2014) bahwa Firm to Property, Plant and Equipment berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sumarni et.al (2014) bahwa kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh Firm to Property, Plant and Equipment. Dan beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing variabel yang menyebabkan adanya research gap.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks SRI-Kehati.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah uraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Investment Oppurtunity Set

(24)

10

secara serempak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013-2018 ?

2. Apakah Laba Bersih berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013-2018?

3. Apakah Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013-2018?

4. Apakah Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013-2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Laba Bersih terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013 – 2018.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013 – 2018.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks SRI- KEHATI Periode 2013 – 2018.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2013 – 2018.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain :

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan tentang Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Investment Opportunity Setterhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2013-2018 secara teoritis dan praktik dalam memperkaya kepahaman.

2. Bagi Investor

Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mempertimbangkan investasi suatu perusahaan dengan harga yang wajar, sehingga investor bisa mendapat keuntungan yang sesuai yang diharapkan.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukkan dalam pembuatan keputusan dalam bidang keuangan dan operasional terutama dalam memaksimunkan kinerja perusahaan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks SRI-KEHATI

2.1.1 Pengertian Indeks SRI-KEHATI

Indeks saham Sustainable and Responsible Investment (SRI)-KEHATI merupakan salah satu indeks yang menjadi indikator pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, yang menggunakan prinsip keberlanjutan, keuangan, dan tata kelola yang baik, serta kepedulian terhadap lingkungan hidup sebagai tolak ukurnya. Indeks ini diluncurkan pada 8 Juni 2009 oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bekerja sama dengan PT BEI.Indeks SRI-KEHATI merupakan benchmark investasi bagi para investor ataupun manajer investasi dalam menentukan perusahaan publik mana yang memiliki kinerja baik dalam menjalankan usahanya dari sisi tata kelola finansial, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan. Ada 25 emiten yang menjadi konstituen indeks SRI-KEHATI, yang di seleksi setiap dua periode dalam setahun. Setelah terpilih, nama-nama dari 25 emiten tersebut akan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat di www.idx.co.id.

Mekanisme pemilihan dan review emiten dalam daftar konstituen Indeks saham SRI-KEHATI dilaksanakan melalui tiga tahap seleksi, yaitu:

1. Seleksi pada aspek bisnis inti (core business).

Pada tahap ini, KEHATI melakukan seleksi negatif, yaitu memastikan emiten tidak bergerak dan memiliki usaha inti pada sembilan jenis bisnis berikut ini : pestisida, nuklir, senjata, tembakau, alkohol, pornografi, perjudian, genetically

(27)

modified organism (GMO) dan pertambangan batubara.

2. Aspek finansial

Dimana hanya emiten yang memiliki kapitalisasi pasar dan total aset lebih besar dari Rp 1 triliun, free float ratio lebih besar dari 10 persen, serta rasio price earning (PE) positif, yang memiliki peluang untuk lolos ke tahap seleksi berikutnya.

3. Aspek fundamental

Pada tahap ini, emiten bersangkutan akan menilai berdasarkan enak indikator fundamental dalam Indeks SRI-KEHATI, yang meliputi: tata kelola perusahaan, lingkungan, keterlibatan masyarakat, perilaku bisnis, sumber daya manusia, dan hak asasi manusia (HAM).

Penilaian indikator ini dilakukan melalui review terhadap data sekunder, pengisian kuesioner oleh emiten-emiten, dan data-data lain yang relevan. Dari hasil review terebut, terpilihlah 25 emiten sebagai konstituen penyusun indeks SRI-KEHATI.

2.1.2 Indeks Investasi Hijau

Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks investasi hijau (green index) yang pertama di ASEAN dan kedua di Asia berdasarkan data Exchange and Sustainable Investment (www.world-exchange.or). Indeks ini juga masuk ke dalam kategori socially responsible investing (SRI) atau ethical investing, yakni strategi investasi yang mempertimbangkan, baik keuntungan finansial maupun sosial yang membawa perubahan.

Beberapa jenis indeks yang masuk kategori indeks SRI di antaranya: Dow

(28)

14

Jones Sustainability World Index  (dengan kurang lebih 340 konstituen), ethical Europe Equity Index (30 konstituen), FTSE4Good Global Index (883 konstituen), MSCI World SRI Index (401 konstituen), SRI-KEHATI Index (25 konstituen), SSE (Shanghai Stock Exchange) Social Responsibility Index (100 konstituen), dan S&P ESG India Index  (50 konstituen).

Kehadiran Indeks SRI-KEHATI juga sejalan dengan komitmen dunia internasional yang tertuang dalam Sustainable Stock Exchange (SSE) Initiative yang diluncurkan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui United Nations Conference of Trade and Development (UNCTAD), United Nations Global Compact, United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP-FI), dan Principles for Responsible Invesment (PRI). Â melalui Initiatif SSE tersebut, indeks bursa saham tidak hanya mempertimbangkan aspek finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau yang akrab disingkat ESG (environmental, sosial, and governance) Â ke dalam aturan listing dan kerangka peraturan di bursa saham.

Secara khusus, tujuan pembentukan Indeks SRI-KEHATI terdapat beberap faktor sebagai berikut :

1. Untuk mendorong usaha yang berkelanjutan bagi para emiten di pasar modal agar tidak lagi hanya mengacu pada aspek finansial, namun juga aspek fundamental yang berkelanjutan.

2. Menjadi tolak ukur bagi investor secara umum dan manajer investasi, khususnya dalam berinvestasi di pasar saham, baik jangka panjang maupun menengah. Hal ini mengingatkan saham dalam indeks ini telah melalui

(29)

seleksi ketat sesuai dengan kriteria penapisan yang di bangun oleh KEHATI.

3. Dapat digunakan sebagai dasar intrumen investasi di pasar modal, seperti reksadana konvensional, exchange traded fund (ETF) dan lainnya.

2.1.3 Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI)

Yayasan KEHATI sebagai pemilik indeks SRI-KEHATI adalah lembaga nirlaba dengan amanat menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana hibah bagi pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia secara berkelanjutan. Lembaga yang didirikan pada 12 Januari 1994 oleh sejumlah tokoh, aktivis, dan intelektual pemerhati lingkungan itu kini merupakan yayasan konservasi keanekaragaman hayati terbesar di Indonesia.

KEHATI mengemban visi menjadi agen perubahan yang terpercaya dan berpengaruh dalam mendukung pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup secara adil dan berkelanjutan. Ada empat misi yang disandangnya, antara lain: peningkatan kesadartahunan dan pemahaman untuk mendorong pengubahan perilaku masyarakat, penggalangan, pengelolaan dan penyaluran sumber daya, pemberdayaan lembaga masyarakat, dan pemberian dukungan kepada pertumbuhan gerakan ekonomi berbasis sumber daya alam terbaru.

2.2 Dividen

2.2.1 Pengertian Dividen

Dividen adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang sahamnya. Stice,et al (2010) menyatakan: “Dividens are distributions to the stockholder of a corporation in proportion to the number of shares held by

(30)

16

the respective owners”. Dividen adalah distribusi kepada pemegang saham suatu perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing- masing pemegang saham. Distribusi tersebut dapat berupa kas, asset lain, notes, dan stock dividend.

2.2.2 Bentuk Dividen

Bentuk yang paling umum dari dividen adalah dividen kas. Bagi perusahaan, dividen ini akan mengurangi laba ditahan dan kas perusahaan. Bagi investor, dividen kas akan menghasilkan kas yang disebut dengan pendapatan dividen. Penggunaan istilah dividen tanpa kualifikasi biasanya menyiratkan pembagian uang tunai (cash). Dividen dalam bentuk selain uang tunai, seperti dividen saham dan dividen property harus merujuk kepada bentuk khususnya tersebut (Stice et al. 2010).

2.2.3 Jenis–Jenis Dividen

Menurut Sundjaja dan Barlin (2010) terdapat 4 jenis dividen, yaitu : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen Tunai ini dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai.

Dividen Tunai adalah sumber dari arus kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.

2. Dividen Properti

Dividen Properti adalah suatu distribusi keuntungan perusahaan- perusahan dalam bentuk property atau barang. Menurut Kieso, et al. (2008) Hutang dividen dalam bentuk aktiva perushaan lin selain kas disebut sebagai dividen

(31)

properti. Dividend property dapat berupa barang dagang, real estate, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi.

3. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam perusahaan tersebut dilikuidasi.

4. Dividen Saham

Dividen saham merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri kepada pemegang saham atas dasar prorate. Dividen saham diterbitkan untuk mengkapitalisasi sebagian dari laba (misalnya reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi) dan dengan demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen.

2.2.4 Prosedur Pembayaran Dividen

Prosedur pembayaran actual dividen menurut Brigham dan Houston (2011) diurutkan sebagai berikut :

1. Tanggal deklarasi (Declaration date)

Pada tanggal deklarasi maka direksi suatu perusahaan akan mengadakan rapat dan mengumumkan dividen reguler. Untuk tujuan akuntansi maka dividen yang dideklarasikan menjadi kewajiban actual pada tanggal deklarasi.

2. Tanggal pemilik tercatat (Holder-of-record date)

Pada hari penutupan usaha di tanggal pemilik tercatat, perusahaan menutup buku perpindahan sahamnya dan menyusun suatu daftar pemegang saham per tanggal tersebut, pemegang saham tersebut berhak untuk menerima dividen.

(32)

18

3. Tanggal eks dividen (Ex-dividend date)

Tanggal ketika ha katas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen tetap ada pada saham sampai dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat, namun pada hari kedua sebelum tanggal tersebut, ha katas dividen tidak lagi dimiliki oleh saham.

4. Tanggal pembayaran (Payment date)

Tanggal dimana perusahaan akan membayarkan dengan membagikan cek dividen kepada para pemegang sahamnya.

2.2.5 Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen adalah keputusan tentang EAT (Earning After Tax) yang dibagikan sebagai dividen (Atmaja, 2008). Menurut Weston dan Copeland (2010), Kebijakan dividen ialah menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pembagian saham dan investasi kembali perusahaan. Menurut Martono &

Harjito (2010), Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Menurut Brigham & Houston yang dialihbahasakan oleh Akbar (2011), Kebijakan dividen didefinisikan keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dari dipertahankan untuk diinvestasikan kembali didalam perusahaan.

Menurut Sartono (2011), Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

(33)

di masa datang. Sedangkan menurut Sudana (2011), Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelajaan perusahaan. Khususnya berkaitan dengn pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan.

Rumus untuk menghitung Kebijakan Dividen/Dividen Payout Ratio (Brigham & Houston, 2011) adalah :

𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑘𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

2.2.6 Teori Kebijakan Dividen

Menurut Sahyunan, (2013) teori kebijakan dividen, yaitu : 1. Teori ”Dividen Tidak Relevan”

Teori ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio (DPR), tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan.

2. Teori “The Bird in the Hand”

Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika dividend payout ratio rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gain. Menurut mereka investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gain yield.

3. Teori Perbedaan Pajak

Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend dan capital gain,

(34)

20

para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu, investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gain yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gain yield rendah. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gain, perbedaan ini akan makin terasa.

4. Teori “Signaling Hypothesis”

Teori ini berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen masa mendatang.

Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.

5. Teori “Clientele Effect”

Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai sutu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

2.2.7 Jenis- Jenis Kebijakan Dividen

Menurut Riyanto (2010), Ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

(35)

1. Kebijakan dividen yang stabil.

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relative tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan.

Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel.

Penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sudana (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu:

1. Dana yang dibutuhkan perusahaan

Apabila dimasa yang akan datang perusahaan berencana melakukan investasi

(36)

22

yang membutuhkan dana yang besar, maka perusahaan dapat memperolehnya melalui penyisihan laba ditahan. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, semakin besar pula bagian laba yang ditahan di perusahaan atau semakin kecil dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

2. Likuiditas

Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai atau dividen saham.

Perusahaan hanya mampu membayar dividen tunai jika tingkat likuiditas (cash ratio) yang dimiliki perusahaan mencukupi. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar dividen tunai yang mampu dibayar perusahaan kepada pemegang saham dan sebaliknya.

3. Kemampuan perusahaan untuk meminjam

Salah satu sumber dana perusahaan adalah berasal dari pinjaman. Perusahaan dimungkinkan untuk membayar dividen yang besar, karena perusahaan masih memiliki peluang atau kemampuan untuk memperoleh dana dari pinjaman guna memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena leverage keuangan perusahaan masih rendah, dan perusahaan masih dipercaya oleh para kreditor. Dengan demikian, semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham.

4. Nilai informasi dividen

Salah satu alasan atas reaksi pasar terhadap informasi pengumuman dividen adalah karena pemegang saham lebih menyukai pendapatan sekarang, sehingga dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Selain itu

(37)

dividen yang meninggkat dianggap memberikan sinyal bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, dan sebaliknya dividen turun memberikan sinyal keuangan perusahaan yang memburuk.

5. Pengendalian perusahaan

Jika perusahaan membayar dividen yang besar, kemungkinan perusahaan memperoleh dana dengan menjual saham baru untuk membiayai peluang investasi yang dinilai menguntungkan. Dalam kondisi demikian kendali pemegang saham lama atas perusahaan akan berkurang. Jika pemegang saham lama tidak berjanji untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan perusahaan. Pemegang saham mungkin lebih suka membayar dividen yang rendah dan membiayai kebutuhan dana untuk investasi dengan laba ditahan, sehingga tidak menurunkan kendali pemegang saham atas perusahaan.

6. Pembatasan yang diatur dalam perjanjian pinjaman dengan pihak kreditur.

Ketika perusahaan memperoleh pinjaman dari pihak kreditor, perjanjian pinjaman tersebut sering disertai dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

Salah satu bentuk persyaratan diantaranya adalah pembatasn pembayaran dividen yang tidk boleh melampaui jumlah tertentu yang disepakati.

Tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan pihak kreditor, yaitu kelancaran pelunasan pokok pinjaman dan bunganya.

7. Inflasi

Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin turun daya beli mata uang, Hal ini berarti perusahaan harus mampu menyediakan dana yang lebih besar untuk membiayai operasi maupun investasi perusahaan pada masa yang akan datang. Apabila

(38)

24

peluang untuk mendapatkan dana yang berasal dari luar perusahaan terbatas, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut adalah melalui sumber dana internal, yaitu laba ditahan. Dengan demikian, jika inflasi meningkat, dividen yang dibayarkan berkurang demikian sebaliknya.

2.3 Laba Bersih

2.3.1 Pengertian Laba Bersih

Menurut Kasmir (2013), menyatakan bahwa Laba Bersih (Net Profit) adalah laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak. Menurut Simamora (2013), Laba bersih adalah yang berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Laba dihasilkan dari selisih antara sumber daya masuk (pendapatan dan keuntungan) dengan sumber daya keluar (beban dan kerugian) selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Rahardjo (2009), Laba bersih atau laba bersih sesudah pajak penghasilan diperoleh dengan mengurangkan laba atau penghasilan sebelum kena pajak dengan pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan.

Laba bersih dalam penelitian ini dihitung dengan satuan rupiah per lembar saham atau lebih dikenal dengan laba per lembar saham (Earning Per Share/

EPS). Menurut Santoso (2010), menyatakan bahwa laba perlembar saham merupakan suatu penyederhanaan dari laba bersih sebagai indicator kinerja perusahaan yang cukup signifikan yang telah diterima kalangan dunia keuangan secara luas. Laba perlembar saham/ Earning Per Share (EPS) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2012). Rumus untuk menghitung Laba bersih

(39)

adalah menggunakan indikator Earning Per share (Fahmi, 2012) sebagai berikut : 𝐸𝑃𝑆 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

2.4 Arus Kas Operasi Operasi 2.4.1 Pengertian Arus Kas Operasi

Menurut Kieso, et al (2011) aktivitas operasi adalah operating activities involve the cash effects of transaction that enter into the determination of net income, such as cash receipt from sales of goods and services and cash payment to suppliers and employees to obtain supplies and to pay expenses. Menurut PSAK No. 2 (2015), Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan entitas dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Arus Kas Operasi (Kieso, et al, 2011) adalah:

Arus Kas Operasi = Arus kas masuk dari kegiatan operasi – Arus kas keluar dari kegiatan operasi

Dari beberapa pendapat mengenai aktivitas operasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas operasi merupakan suatu aktivitas yang mencerminkan kegiatan sehari-hari perusahaan yang diharapkan dapat menciptakan suatu pendapatan, aktivitas operasi juga berhubungan dengan item laporan laba rugi seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, royalty, komisi, pendapatan lain serta pembayaran kas kepada pemasok barang, karyawan, dan pemasok jasa lain.

(40)

26

2.4.5 Penyusunan Laporan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

Menurut PSAK no. 2 (2015) mengatakan bahwa klasifikasi laporan arus kas dari aktivitas operasi adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan kas dari penjualan barang 2. Penerimaan kas dari penjualan jasa

3. Penerimaan kas dari royalty, komisi, dan pendapatan lain 4. Pembayaran kas kepada pemasok barang

5. Pembayaran kas kepada karyawan

6. Pembayaran kas kepada pemasok jasa lain (misalnya utilitas)

7. Pembayaran atau restitusi pajak penghasilan kecuali secara khusus merupakan bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.

8. Penerimaan dan pembayaran kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjual belikan.

Berdasarkan PSAK 2 (2015) mengatur bahwa arus kas dari aktivitas operasi dapat disajikan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Langsung

Dengan metode ini, PSAK 2 mensyaratkan pengungkapan kelompok utama peneriman kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Beberapa contoh arus kas bruto misalnya dari :

a. Tagihan kas dari pelanggan b. Penerimaan bunga dan dividen

c. Pembayaran kas ke karyawan dan pemasok lain d. Pembayaran bunga dan dividen

(41)

e. Penerimaan dan pembayaran kas operasi lain.

2. Metode Tidak Langsung

Dengan metode ini, arus kas dari aktivits operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi neto dari pengaruh:

a. Pos-pos non kas (misalnya penyusutan)

b. Pos-pos yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan (misalnya laba penjualan asset tetap)

c. Perubahan modal kerja operasi (misalnya perubahan persediaan, piutang dagang,dan utang dagang.

2.5 Investment Opportunity Set

2.5.1 Pengertian Investment Opportunity Set

Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan di masa yang akan datang. Setiap perusahaan yang melakukan investasi baru dalam aktiva tetap selalu dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh kembali dana yang tertanam dalam investasi.

Perusahaan akan melakukan investasi berdasarkan pada peluang investasi dan modal yang mencukupi. Menurut Haryetti dan Ekayanti (2012), pengertian investment opportunity set adalah nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang. Investment opportunity set berkaitan dengan peluang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.

Menurut Jogiyanto (2012) Investment opportunity atau kesempatan investasi ialah menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang

(42)

28

investasi bagi suatu perusahaan. Menurut Alexandry (2008), Investment opportunity set adalah pilihan penanaman modal di masa mendatang IOS adalah beban yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang mencerminkan nilai perusahaan sesuai dengan kebijakan dari manajemen itu sendiri. IOS juga dapat digunakan sebagai pilihan investasi saat ini dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.

Kegiatan investasi suatu perusahaan akan menentukan keuntungan yang diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. IOS merupakan alternative perusahaan dalam memanfaatkan laba bersih yang dimilikinya. Perusahaan dapat menggunakan laba untuk investasi kembali atau dibagikan dalam bentuk dividen.

Apabila perusahaan salah dalam mengambil keputusan investasi, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu dan akan mempengaruhi penilaian investor terhadap nilai perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukurInvestment opportunity Set (Alexandry, 2008) adalah:

Total aktiva − Total ekuitas + (Jumlah saham beredar x Harga penutupan saham) Aktiva tetap

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 1 Indriati

Sumaini et al (2014)

Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011.

Variabel Dependen : Kebijakan Dividen Variabel Independen:

Investment Opportunity Set (IOS)

Analisis Regresi Berganda

Investment Opportunity Set Tidak Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Kebijakan Dividen

(43)

Lanjutan Tabel 2.6

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 2 David Irawan

dan Nurhadiana (2011)

Pengaruh Arus Kas Operasi dan Laba Bersih Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Periode 2009-2010.

Variabel Dependen:

Kebijkan Dividen Variabel Independen:

1. Laba Bersih 2. Arus Ks

Operasi

Analisis Regresi Berganda

1. Laba Bersih Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

2. Arus Kas Operasi Berpengaruh Negatif dan Signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

3 Indah Agustina Manurung (2009)

Pengaruh Arus Kas Operasi, Laba Bersih Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur

Variabel Dependen : Kebijakan Dividen.

Variabel Independen : 1. Laba

bersih 2. Arus Kas

Operasi.

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

2. Arus kas operasi positif dan siginifikan terhadap

kebijakan dividen.

4 Fitriani Saragih (2012)

Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel Dependen:

Dividen kas Variabel Independen:

1. Laba bersih.

2. Arus kas operasi.

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

2. Arus Kas Operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

5 Hananeh Siti Zaleh &

Mohamad (2013)

Dividend Payout Policy, Investment Opportunity Set on Corporte Financing.

Variabel Dependen:

Corporate Financing Variabel Independen:

1. Dividend Payout policy 2. Investment

opportunity set

Analisis Regresi Berganda

1. Dividen payout ratio berpengaruh positif terhadap corporate financing.

2. Investment Opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate financing.

(44)

30

Lanjutan Tabel 2.6

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 6 Zarah

Puspitaningty as (2018)

The Meaning of Net Income And Operating Cash Flow in Determining The Dividen Policy (Consumer Goods Industry Sector listed in Indonesia stock Exchange on the period 2014-2016.

Variabel Dependen:

Dividen policy Variabel Independen:

1. Net Income 2. Operating

Cash flow

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih tidak berpengaruh dan signifikan terhadap kebijkan dividen.

2. Arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

7 Yulia Annisa (2018)

Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

Variabel Dependen:

Kebijakan dividen Variabel Independen : 1. Laba bersih 2. Arus kas

operasi.

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih berpengaruh positif dn signifikan terhadap kebijakan dividen 2. Arus kas

operasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

8 Agung Dwi Cahyo (2014)

Pengaruh Laba Bersih, Arus kas operasi, dan investment

opportunity set (IOS) terhadap kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

Variabel dependen:

kebijakan dividen Variabel independen:

1. Laba bersih 2. Arus kas

operasi.

3. Investment opportunity set (IOS).

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih, Arus kas operasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

2. Firm to property, plant nd equipment (FPPE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

(45)

Lanjutan Tabel 2.6

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 9 Widi Hastomo

A.S Rahmat dan Nawang Kalbuana (STIE Ahmad Dahlan, 2018)

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, Investment Opportunity Set dan Leverage terhadap Dividen Payout Ratio.

Variabel dependen:

dividend payout ratio

Variabel Independen:

Profitabilitas Free cash flow.

Analisis Regresi Berganda

1. Profitabilitas berpengaruh negative dan signifikan terhadap dividen payout ratio.

2. Free cash flow berpengaruh negative dan signifikan terhadap dividen payout ratio.

3. IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pyout ratio.

4. Leverage berpengaruh negative terhadap pyout ratio.

10 Achmad Noviyanto (2016)

Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen.

Variabel depended:

Kebijkan dividen Variabel Independen:

1. Laba bersih 2. Arus kas

operasi 3. Likuiditas

Analisis Regresi Berganda

1. Laba bersih berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen.

2. Arus kas operasi berpengruh positifsignifik an terhadap kebijakan dividen.

3. Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan. Suatu kerangka

(46)

32

pemikiran akan menghubungkan secara teoritis antara variabel bebas dan terikat (Sugiyono, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen.

1. Pengaruh Laba Bersih terhadap Kebijakan Dividen

Menurut Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada laba yang akan ditahan untuk kemudian diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda yaitu para pemegang saham dan manajemen perusahaan. Pembagian dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham. Untuk menentukan pembagian dividen maka para pemegang saham dapat melihat laporan keuangan yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Laba bersih berpengaruh dalam penentuan pembagian dividen dimana perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen jika keuntungan yang diperoleh meningkat.

Maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh perusahaan maka semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham (Hery,2015).

Penelitian Irawan dan Nurdhiana (2012) menyimpulkan bahwa Laba bersih yang diperoleh perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Ramli dan Arfan (2011) juga menyatakan bahwa laba bersih berpengaruh positif terhadap dividen kas.

2. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen

Menurut Prastowo (2011) arus kas operasi membantu investor menganalisis

(47)

sejauh mana efisiensi perusahaan dalam mengelola kas nya, sehingg investor dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen dari informasi arus kas tersebut. Arus kas operasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Kas perusahaan yang dihasilkan dari aktivitas operasi dapat diartikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kas untuk perusahaan sehingga dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Fraser dan Ormiston, 2008). Menurut Hery (2015) perusahaan yang sudah mapan, yang telah sampai pada tahap untuk mempertahankan posisinya, maka akan menggunakan arus kas dari aktivitas operasi untuk dapat membiayai penggantian aktiva tetap dan membayar dividen kepada pemegang saham.

Suryadi (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa arus kas operasi memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap dividen kas. Selanjutnya Penelitian Manurung (2009) menyimpulkan bahwa arus kas operasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Artinya semakin besar arus kas operasi yang dihasilkan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kenaikan dividen perusahaan.

3. Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen

Menurut Brigham dan Houston (2011), menyatakan jika suatu perusahaan memiliki banyak peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan menghasilkan sasaran rasio pembayaran dividen yang rendah, dan sebaliknya jika perusahaan memiliki sedikit peluang investasi yang menguntungkan maka akan menaikkan sasaran rasio pembayaran dividen. Menurut Supriani (2015) menyatakan semakin tinggi Investment

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penerapan model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Ekonomi Siswa Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 4

Berbeda halnya jika seseorang yakin bahwa perubahan air banjir yang berada di sekitarnya lebih dominan karena faktor benda selain tanah yang mencampuri air (mukhalith),

31 MIKA PAPELA 17.22.18 Teologi Perkawinan Bagi Jemaat GKE Gloria di Desa Henda (Upaya Berteologi Kontekstual dengan Mengangkat dan Mengembangkan Nilai Kearifan Lokal Budaya

PENGUMUMAN AKHIR PESERTA YANG DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI PENGADAAN CPNS DAERAH KABUPATEN KLATEN. FORMASI

Penerapan RDS dalam kegiatan bisnis PT KAI bertujuan untuk meningkatkan efisiensi transparansi dan akuntabilitas kegiatan bisnis organisasi. RDS menjawab kebutuhan organisasi

Berdasarkan uraian diatas maka upaya yang dilakukan oleh Kota Depok dalam mendukung perencanaan pembangunan yaitu dengan cara mensinergikan rencana pembangunan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengerahui hubungan persepsi siswa terhadap konselor dan sarana prasarana BK dengan minat layanan bimbingan konseling pada

Dalam pelaksanaan KKN di MA Darul Ulum Karang Pandan, tim melakukan 3 Program, yaitu Program lingkungan yang fokus untuk mengatasi masalah lingkungan sekolah, program