• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui

Proses Pembelajaran di Universitas Udayana

Oleh Tim Program Hibah Kompetisi Berbasis Institusi (PHK-I) Universitas Udayana:

I Made Supartha Utama, Ni Wayan Sri Suprapti, Ir. Ni Made Wartini dan I Putu Widyatmika

ABSTRAK

Visi Unud yaitu Terwujudnya Lembaga Pendidikan Tinggi yang Menghasilkan Sumber Daya Manusia Unggul, Mandiri, dan Berbudaya, mengandung makna sarat akan muatan soft skills. Pentingnya pengembangan

sift skills mahasiswa telah dituangkan pada dokumen penting Unud seperti

Kebijakan Akademik, Standard Akademik dan Renstra. Berdasarkan hal tersebut, PHK-I TA 2009 mengembangkan konsep panduan evaluasi pengembangan soft

skills mahasiswa melalui proses pembelajaran untuk tiga program studi (PS),

yaitu PS Teknik Pertanian, PS Teknologi Industri Pertanian dan PS Fisika.

Walaupun ada tiga target program studi, namun PHK-I mencoba menyusun panduan ini untuk dapat dipergunakan oleh program studi lainnya di Unud.

Konsep ini dilandasi oleh isu global, strategi pengembangan pendidikan nasional dan kebijakan institusional-internal Universitas Udayana. Pengembangan kosep panduan evaluasi soft skills ini hanya terbatas sampai pada pengembangan kriteria evaluasi, selanjutnya dapat dikembangkan instrumen evaluasi berdasarkan rumusan kriteria tersebut.

Kata Kunci: soft skills, Pendidikan Nasional, Universitas Udayana

(2)

I. PENDAHULUAN

Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya, meningkatnya pergerakan migrasi manusia, proses globalisasi, digital-based information dan teknologi komunikasi, knowledge-based economy dan sebagainya memasuki abad ke 21 (Delors, 1996) mengindikasikan tantangan kehidupan manusia semakin tinggi dan kompleks.

Untuk itu UNESCO (The International Commission on Education for the Twenty-first Century) memandang penting adanya perubahan paradigma pendidikan sebagai instrument ke paradigma sebagai pengembangan manusia seutuhnya (all-rounded human beings). Berdasarkan hal terasebut empat pilar pendidikan UNESCO meliputi learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together dikembangkan dan mesti diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran dari berbagai tingkat pelaksana atau kesatuan pendidikan (dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi).

Menghadapi beragam perkembangan tersebut serta masalah global-eksternal, DIKTI melalui Kepmendiknas No 045/U/2002 menuntut perubahan arah pendidikan tinggi untuk a) menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global; (b) adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga yang mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakatnya (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya; dan (c) Juga adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam menerima tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan soft skills yang dominan disamping hard skillsnya. Sehingga kurikulum yang dikonsepkan lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan / stakeholders (competence based curriculum) (Dirjen Dikti, 2008).

Dengan jelas terlihat bahwa pengembangan soft skills pembelajar atau mahasiswa, baik intra- dan inter-personal skills, di dalam pembelajarannya di perguruan tinggi menjadi sangat diperlukan agar setelah lulus dapat berkehidupan dengan baik dalam masyarakatnya dan dapat menghadapi tantangan dunia kerja global yang dinamis. Untuk itu, integrasi pengembangan soft skills ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran di perguruan tinggi mesti mendapatkan prioritas.

Visi Universitas Udayana untuk menjadi lembaga yang unggul, mandiri dan berbudaya juga bermakna menghasilkan lulusan yang unggul, mandiri dan berbudaya.

Ini berarti bahwa lulusan yang memiliki soft skills selain hard skills relevan terhadap kehidupan masyarakat dan dunia kerjanya. Untuk itu, di dalam kebijakan, standard dan peraturan akademik secara eksplisit dituangkan adanya pengembangan soft skills mahasiswa. Namun, sejauh mana pengembangan soft skills ini telah diterapkan pada unit program pembelajaran atau program studi, melalui proses pembelajarannya, masih

(3)

perlu dilakukan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut maka panduan evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa memalui proses pembelajarannya, di luar kegiatan ekstra kurikuler, disusun.

Buku panduan ini disusun hanya terbatas untuk maksud melakukan evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa melalui proses pembelajarannya yang dilakukan oleh program studi dan bukan untuk panduan pengembangan soft skills.

II. PENGERTIAN DAN MANFAAT SOFT SKILLS

2.1. Pengertian Soft skills

Berbagai penjelasan tentang soft skills dipublikasikan melalui buku dan internet yang pada prinsipnya merupakan jalinan atribut personalitas baik intra-personalitas maupun inter-personalitas yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain dalam komunitasnya dan membedakan orang dengan tingkatan atau level jabatan atau karir di satu pekerjaan. Coates (2006) menyebutkan bahwa Intra-personalitas adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, karakter transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, dan teknik belajar cepat. Sedangkan inter- personalitas adalah keterampilan berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok masyarakatnya dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan memotivasi, kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan presentasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan kemampuan bicara dimuka umum. Rujukan lainnya, yaitu dari Sharma (2009), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa, berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking skills and Problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills). Sharma mentabulasi elemen soft skills yang harus dimiliki dan baik dimiliki seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masing soft-skills di dalamnya berisikan sub-skills yang dapat dikategorikan sebagai skills yang secara individu sangat dibutuhkan (must have) dan kategori sebagai skills yang baik untuk dimiliki (good to have).

(4)

Tabel 1. Elemen soft skills yang harus dan baik untuk dimiliki (Sharma, 2009)

No. Soft Skills Sub-skills

Elemen yang harus dimiliki (Must Have Elements)

Sub-skills

Elemen yang baik untuk dimiliki (Good To Have Elements)

1. Kemampuan berkomunikasi

· Kemampuan menyampaikan ide secara jelas, efektif dan meyakinkan baik oral maupun tertulis.

· Kemampuan untuk mempraktikkan keterampilan mendengar dengan baik dan memberi tanggapan .

· Kemampuan berpresentasi secara jelas dan meyakinkan kepada audien .

· Kemampuan untuk menggunakan teknologi selama presentasi

· Kemampuan untuk berdiskusi dan mengakhiri dengan consensus

· Kemampuan berkomunikasi dengan individu yang mempunyai latar belakang budaya berbeda

· Kemampuan menggunakan keterampilan non-oral

· Keterampilan untuk menularkan kemampuan komunikasinya ke orang lain.

2. Keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah

· Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam situasi sulit dan melakukan justifikasi

· Kemampuan memperluas dan memperbaiki keterampilan berfikir seperti menjelaskan, menganalisis dan mengevaluasi diskusi.

· Kemampuan mendapatkan ide dan mencari solusi alternative

· Kemampuan berfifir lebih luas

· Kemampuan untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembuktian yang valid

· Kemampuan untuk menerima dan memberikan tanggungjawab sepenuhnya

· Kemampuan untuk memahami seseorang dan mengakomodasikan ke dalam suasana kerja yang beragam

3. Kerja dalam tim

· Kemampuan untuk membangun hubungan, berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan lainnya

· Kemampuan untuk memahami dan berperan sebagai pemimpin dan pengikut (anggota)

· Kemampuan untuk memahami, menghargai dan menghormati prilaku, pemahaman dan keyakinan orang lain

· Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap perencanaan dan mengkoordinasikan kerja group.

· Bertanggungjawab terhadap keputusan group

4. Belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi

· Kemampuan untuk mengelola informasi yang relevan dari berbagai sumber

· Kemampuan untuk menerima ide- ide baru

· Kemampuan untuk mengembangkan keingingnan untuk menginvestigasi dan mencari pengetahuan

5. Keterampilan kewirausahaan

· Kemampuan untuk mengidentifikasi

peluang kerja · Kemampuan untuk mengajukan

proposal peluang bisnis

· Kemampuan untuk membangun, mengeksplorasi dan mencari peluang bisnis dan kerja

· Kemampuan untuk berwirausaha sendiri

6. Etika, moral dan profesionalisme

· Kemampuan untuk memahami krisis ekonomi, aspek social budaya secara professional

· Kemampuan analisis untuk membuat keputusan pemecahan masalah terkait dengan etika.

· Kemampuan untuk mempraktikan etika prilaku di samping mempunyai tanggungjawab terhadap masyarakat.

7. Keterampilan kepemimpinan

· Mempunyai pengetahuan teori dasar kepemimpinan

· Kemampuan untuk meminpin suatu projek

· Kemampuan untuk memahami dan menjadi alternative pemimpin dan pengikut

· Kemampuan mensupervisi anggota suatu group.

(5)

Di dalam Wikipedia (2010) ditulis bahwa soft skills merupakan terminasi sociologis untuk Emotional Intelligence Quotient (EQ) seseorang, merupakan kemampuan bagaimana orang-orang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti berkomunikasi, mendengarkan, memberi umpan balik, bekerja sama dalam sebuah tim, menyelesaikan masalah, berkontribusi dalam rapat, dan mengatasi konflik. Para pemimpin pada setiap level membutuhkan semua kemampuan tersebut karena tugas-tugasnya berhubungan dengan membentuk dan mengembangkan tim, memimpin rapat, memotivasi, mendorong inovasi, mencari solusi atas suatu masalah, mengambil keputusan, membimbing, dan sejenisnya. Soft skills dapat dipergunakan dan dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan (transferable skills), sedangkan hard skills atau technical skills hanya dibutuhkan pada satu tempat atau bidang bekerja/industry sesuai dengan keilmuan yang dimiliki.

2.2. Manfaat Soft Skills bagi Lulusan

Secara eksplisit di atas telah terlihat bahwa soft skills sangat diperlukan dalam pemanfaatannya di dalam perencanaan dan proses pencarian pekerjaan (wawancara oleh pemberi pekerjaan) dan kesuksesan meniti karir dalam pekerjaanya. Ini mengindikasikan bahwa soft skills menentukan kecepatan lulusan mendapatkan pekerjaan, selain didukung oleh hard skillnya.

Ruben and DeAngelis (1998) dari hasil surveynya mengelompokkan kompetensi yang dibutuhkan dan seseorang dapat sukses meniti karir dan kehidupannya, yaitu kompetensi personal, komunikasi, organisasi, internasional/antar budaya dan domain, seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Pada Tabel tersebut secara jelas menunjukkan dalam era globalisasi dimana kebebasan seseorang mencari pekerjaan atau bekerja menuntut juga kompetensi internasional / antar budaya. Sedangkan Puliam (2008) menyebutkan bahwa skills yang paling dicari oleh pemberi kerja adalah keterampilan komunikasi, integritas/kejujuran, keterampilan interpersonal, motivasi/inisiatif, etika kerja yang kuat, bekerja dalam tim, keterampilan komputer, analitis, fleksibilitas/adaptibilitas, dan detail oriented.

Beach (1982) mensitasi penelitian di AS yang menunjukkan bahwa sebanyak 87% orang kehilangan pekerjaannya atau gagal terpromosikan karena mempunyai gaya hidup dan prilaku yang tidak memadai atau tidak baik selain karena keterampilan kerja atau pengetahuan yang belum mencukupi. Perlunya kemampuan soft skills juga diperkuat oleh hasil survei yang dilakukan National Association of Colleges and Employers (NACE) tahun 2002 di Amerika Serikat. Peter Vogt kemudian mengelompokkan hasil survei itu menjadi 10 kemampuan atau keterampilan yang

(6)

Tabel 2. Kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses dalam pekerjaan (Ruben dan DeAngelis, 1998)

KOMPETENSI

PERSONAL KOMPETENSI

KOMUNIKASI KOMPETENSI

ORGANISASI KOMPETENSI INTERNASIONAL/

ANTAR BUDAYA

KOMPETENSI DOMAIN

· Prilaku positif

· Motivasi

· Fleksibilitas/ada ptabilitas

· Integritas

· Pembelajar aktif

· Penyelesaian masalah

· Kemampuan membuat keputusan

· Analitis / kognitif

· IPK/capaian akademik

· Komitmen untuk berubah

· Loyalitas

· Komunikasi (tulis/oral)

· Berbicara di depan publik

· Keterampilan sosial

· Keterampilan bergroup/tim

· Jejaring kerja

· Keterampilan organisasi

· Kepemimpinan/kete rampilan

manajemen

· Keterampilan dalam pertemuan

· Perspektif system

· Keterampilan Komputer

· Economics/statistics

· Pengetahuan pendekatan mutu

· Pengalaman kerja

· Orientasi pelanggan

· Aktivitas extra- curricula

· Pemahaman bisnis

· Kompetensi antar budaya

· Pemahaman internasional

· Bahasa kedua

· Manajemen international

· Pemasaran international

· Teori perdagangan internasional

· Sumber daya manusia internasional

· Dasar-dasar bisnis

· Pengetahuan domain

· Akuntansi

Tabel 3. Kemampuan yang Diperlukan Dunia Kerja Menurut Kepentingannya

No. Kemampuan/keterampilan Skor Kepentingan

1. Kemampuan Komunikasi 4,69

2. Kejujuran/Integritas 4,59

3. Kemampuan Bekerja Sama 4,54

4. Kemampuan Interpersonal 4,50

5. Beretika 4,46

6. Motivasi/Inisiatif 4,42

7. Kemampuan Beradaptasi 4,41

8. Daya Analitik 4,36

9. Kemampuan Komputer 4,21

10. Kemampuan Berorganisasi 4,05

11. Berorientasi pada Detail 4,00

12. Kepemimpinan 3,97

13. Kepercayaan Diri 3,95

14. Ramah 3,85

Sumber: Hasil Survei NACE USA (2002)

diminta oleh pemberi kerja dari para pencari kerja. Tabel 3 menyajikan ke-10 kemampuan itu diurut berdasar skor kepentingannya.

(7)

Di Indonesia tahun 2007, Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) melakukan survey tentang karakter juara pilihan dunia kerja seperti disajikan pada Tabel 4.

Sedangkan hasil tracer study yang dilakukan oleh Tim PHK-I Unud (2009) terhadap lulusan tiga Program Studi Teknik Pertanian, Teknologi Industri Pertanian dan Fisika mendapatkan bahwa untuk suksesnya lulusan dalam pekerjaannya membutuhkan 1) kemampuan berbahasa asing, 2) kemampuan komunikasi interpersonal, (3) kemampuan bekerja dalam tim, 4) rasa percaya diri, 5) disiplin, 6) ketertarikan/keterlibatan dalam pekerjaan, 7) kemampuan beradaptasi, 8) toleransi dan menghargai pendapat orang lain, dan 9) penguasaan teknologi informasi.

Secara jelas ditunjukkan bahwa soft skills sangat dibutuhkan lulusan perguruan tinggi untuk dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan, meniti karir dalam pekerjaannya dan untuk berwirausaha sendiri. Dapat dikatakan bahwa hard skills atau technical skills lulusan tidak bermakna besar bila miskin soft skills. Technical skills sendiri tidak menuntun seseorang pada pengakuan, promosi dan lebih penting lagi adalah peluang, jadi technical skills tetap penting demikiani juga soft skills.

Tabel 2. Peringkat Karakter Pencari Kerja yang Dituntut Dunia Kerja (PDAT, 2007)

III. KEBIJAKAN DASAR EVALUASI 3.1. Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010

Di dalam Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010 (Dirjen Dikti, 2004) yang dirumuskan oleh Depdiknas secara jelas menyebutkan bahwa peran pendidikan tinggi dalam peningkatan daya saing bangsa sangat vital mengingat tingkat persaingan sumber daya manusia (SDM) di pasar kerja nasional maupun internasional terus meningkat seiring dengan peningkatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru pada berbagai bidang dunia usaha, serta kebutuhan tingkat profesionalisme (knowledge, hard skills, soft skills) yang semakin tinggi. Ditambahkan

No Karakter Juara Persentase

1. Mau bekerja keras 9,03

2. Kepercayaan diri tinggi 8,75

3. Mempunyai visi ke depan 8,37

4. Bisa bekerja dalam tim 8,07

5. Memiliki perencanaan matang 7,91

6. Mampu berpikir analitis 7,82

7. Mudah beradaptasi 7,12

8. Mampu bekerja dalam tekanan 5,91

9. Cakap berbahasa Inggris 5,27

10. Mampu mengorganisasi pekerjaan 5,26

(8)

bahwa dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran, perguruan tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus kompetitif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih fleksibel, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subyek (student-centered learning), dibandingkan sebagai obyek pendidikan. Konsep pendidikan juga perlu didesain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan soft skilsl serta success skills, sehingga lulusan perguruan tinggi akan mempunyai karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial dan kultural bangsa, kemandirian serta jiwa kepemimpinan yang kuat.

Masih dalam Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010, disebutkan bahwa perguruan tinggi harus mampu mengembangkan kurikulum yang holistik, sehingga proses pendidikan tinggi tidak hanya menekankan pengembangan potensi dan kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ) secara harmonis. Kurikulum holistik yang dimaksud harus dirancang dengan pendekatan yang kontekstual sehingga mampu memunculkan niche tanpa mengurangi sasaran keilmuan atau keterampilan pokok pada bidang keilmuan masing-masing.

3.2. Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa

Konsep penyusunan kurikulum dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 yang merupakan penyepadanan antara konsep UNESCO dengan persyaratan kerja hasil survai yang dijadikan referensi oleh DIKTI mengindikasikan dengan jelas keharusan pengembangan soft skills mahasisiswa. Hal ini terlihat dalam pengelompokan mata kuliah yang terdiri atas kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian, kelompok mata kuliah yang mencirikan tujuan pendidikan dalam bentuk penciri ilmu pengetahuan dan ketrampilan, keahlian berkarya, sikap berperilaku dalam berkarya, dan cara berkehidupan bermasyarakat, sebagai persyaratan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penyelesaian suatu program studi. Walaupun pengelompokkan mata kuliah tersebut kemudian diluruskan maknanya agar penyusunan kurikulum tidak terfokus pada usaha pengelompokan mata kuliah tetapi lebih kearah pencapaian kompetensi, melalui Kepmendiknas No. 045/U/2002

3.3. Kepmendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi

Di dalam Kepmendiknas No. 045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah tidak lagi terfokus pada usaha pengelompokan mata kuliah, seperti pada Kepmendiknas No.

232/U/2000. Kepmendiknas No. 045/U/2002 lebih kearah pencapaian kompetensi dengan elemen-elemennya, yaitu a) landasan kepribadian, b) penguasaan ilmu dan keterampilan, c) kemampuan berkarya, d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

Secara jelas elemen-elemen soft skills juga terkandung di dalam elemen-elemen kompetensi di atas.

(9)

3.4. Visi dan Misi Unud

Visi unud yang tercantum di dalam statuta Unud tahun 2009, “Terwujudnya Lembaga Pendidikan Tinggi yang Menghasilkan Sumber Daya Manusia Unggul, Mandiri, dan Berbudaya. Diuraikan bahwa visi tersebut untuk menghasilkan SDM unggul, mandiri dan berbudaya. SDM unggul yaitu SDM yang memiliki kompetensi tinggi, daya saing, dan bijaksana dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan martabat bangsa dan negara serta kemanusiaan pada umumnya (cakra widya prawartana). Keunggulan SDM Unud seperti ini sejalan dengan motto Unud: taki-takining sewake guna widya. SDM mandiri, yaitu SDM yang memiliki kepribadian yang tangguh dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang berkembang secara dinamis. Sedangkan SDM berbudaya, yaitu SDM yang memiliki kepekaan dan ketajaman nurani serta mampu memanfaatkan nilai-nilai luhur budaya lokal yang bersifat universal untuk berinteraksi di masyarakat.

Dengan penjelasan tentang SDM unggul, mandiri dan berbudaya di atas, seara jelas menunjukkan adanya muatan soft skills yang sangat kuat. Hal ini terlihat pula dari misi bidang pendidikan yang dituangkan dari visi, yaitu menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan menghasilkan lulusan yang memiliki moral/etika/akhlak dan integritas yang tinggi sesuai dengan tuntutan masyarakat lokal, nasional dan internasional.

3.5. Kebijakan Akademik Unud

Di dalam Kebijakan Akademik Unud (UNUD-BPMU-01.01.01) tahun 2008 terkait dengan bidang pendidikan disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dan professional yang siap menghadapi tuntutan stakeholders dan tantangan jaman yang terus berkembang, baik secara nasional maupun internasional. Kemudian ditambahkan tujuan lainnya adalah menghasilkan lulusan berkualitas secara akademis, memiliki etika dan moral yang tinggi, mampu mengembangkan dan menerapkan ipteks serta mampu menghadapi persaingan secara global. Kemudian di salah satu program pendidikan disebutkan mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi yang didasarkan nilai-nilai etika moral dan akademik.

Dari beberapa pernyataan di atas secara eksplisit perlunya pengembangan soft skills mahasiswa untuk menghadapi tantangan jaman yang terus berkembang dan menghadapi persaingan secara global. Demikian pula dituntut adanya pengembangan nilai-nilai etika dan moral pada diri mahasiswa.

3.6. Standar Akademik Unud

Soft skills telah masuk ke dalam Standard Akademik Unud (UNUD-BPMU- 02.01.01) tahun 2007, yaitu Standard VIII (Tentang Kurikulum) dan Standard IX (Tentang Sistem Pembelajaran) untuk dikembangkan pada mahasiswa. Dalam Standard VIII

(10)

secara tegas disebutkan bahwa kurikulum harus mampu membekali lulusan dengan kemampuan dan keterampilan soft skills. Pada Standard IX selain menekankan penerapan pembelajaran berbasis kompetensi, juga terkandung tuntutan pengembangan soft skills mahasiswa.

3.7. Rencana Strategis (Renstra) Unud 2010 – 2014

Rencana strategis pendidikan seperti disebutkan di dalam Renstra Unud 2010 – 2014 adalah terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, relevan, dan berdaya saing internasional. Ada tiga kata penting (kata kunci) dari rencana strategis tersebut, yaitu “bermutu”, “relevan” dan “berdaya saing”. Untuk memenuhi ketiga sasaran atau kata penting tersebut, secara implisit sangat memerlukan pengintegrasian soft skills.

Seperti yang dijelaskan pada sub-bab sebelumnya tentang Pengertian dan Manfaat Soft Skills, untuk bermutu, relavan dan berdaya saing dominan dibutuhkan soft skills.

IV. METODE EVALUASI PENGEMBANGAN SOFT SKILLS 4.1. Konsep Dasar Pengembangan Subjek Evaluasi

a. Visi dan Misi Jurusan / Program Studi

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Visi dan Misi pendidikan Unud sangat sarat mengandung muatan pengembangan soft skills mahasiswa. Hal ini harus dapat diterjemahkan dengan baik ke dalam Visi dan Misi di unit-unit kerja pembelajaran seperti Jurusan / program studi dan implementasinya melalui program pembelajaran berbasis kompetensi di mana di dalamnya terintegrasi dengan kuat pengembangan soft skills peserta belajar atau mahasiswa. Dengan demikian, di dalam melakukan evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa, maka Visi dan Misi ini merupakan subjek evaluasi utama.

a. Spesifikasi Program Studi

Spesifikasi Program Studi (PS) adalah suatu statement yang padat tentang keluaran pembelajaran yang diinginkan, informasi tentang metode pembelajaran dan assessmentnya yang memungkinkan outcome pembelajaran tercapai dan memperlihatkan bagaimana modul-modul serta unit-unit studi yang menyusun program nantinya berhubungan dengan capaian nilai atau kualifikasi dari mahasiswa. Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa spesifikasi program studi ditentukan oleh kebijakan pengembangan skills universitas (University skills policy), hasil benchmark, tracer study/employer survey yang dilakukan PS, analisis SWOT dan scientific vision yang dilibatkan. Adanya pengembangan soft skills sebagai learning outcomes dari PS sangat tergantung pada mutu perancangan dan pelaksanaan tracer study dan employer survey serta benchmarks. Demikian pula tergantung pada penjabaran dari university skill policy

(11)

dan kemampuan melakukan analisis dari kondisi internal dan kondisi eksternal (hasil tracer study serta benchmark) serta keterlibatan scientific vision. Untuk itu, spesifikasi PS penting dijadikan sebagai subjek evaluasi dari komitmen pengembangan soft skills mahasiswa.

b. Kurikulum

Kurikulum adalah sebuah program yang disusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Jadi kurikulum bisa diartikan sebuah program yang berupa dokumen program dan pelaksanaan program (Direktorat Akademik Dirjen Dikti, 2008). Di dalam pengembangan soft skills mahasiswa harus terstruktur dan sistematis terkait dengan redesain atau penyusunan kurikulum baru. Untuk itu, tahapan penyusunan kurikulum harus jelas dan di dalamnya terintegrasi usaha pengembangan soft skills mahasiswa bila telah dituangkan di dalam spesifikasi PS. Gambaran tahapan proses penyusunan kurikulum dapat pula dilihat pada Gambar 1. Pengembangan soft skills pada lulusan mesti mudah teridentifikasi dengan baik di dalam penyusunan kurikulum dan tercermin dalam profil lulusan yang diinginkan dari suatu PS.

Profil lulusan menunjukkan peran lulusan di dalam kehidupannya termasuk dalam dunia kerja. Sebagai contoh profil lulusan, yaitu “sebagai wirausahawan muda dan penggerak perubahan dibidang pertanian” atau “Sebagai lulusan yang mampu meniti karir ke jenjang lebih tinggi”. Secara jelas sebagai wirausahawan muda dan penggerak perubahan di bidang pertanian membutuhan kemampuan soft skills, hal yang sama dalam meniti karir ke jenjang lebih tinggi dalam pekerjaannya memerlukan soft skills. Dengan demikian, statement profil lulusan dapat sebagai subject review atau subjek evaluasi terhadap pengembangan soft skills mahasiswa.

Untuk dapat membentuk profil lulusan yang diinginkan, maka diperlukan dukungan kompetensi hard skills dan soft skills. Satu profill lulusan dapat didukung oleh seperangkat kompetensi yang meliputi hard skills dan soft skills. Perangkat kompetensi tersebut didapatkan melalui rancangan pengalaman belajar mahasiswa berupa bidang- bidang kajian dan mata kuliah serta proses pembelajarannya. Antar profil lulusan dan komptensi pendukungnya serta bahan kajian (termasuk proses pembelajarannya) dapat digambarkan dalam matriks (Tabel 5 dan 7). Penyepadanan antara kompetensi pendukung profil lulusan dengan elemen kompetensi berdasarkan Kepmendiknas No.

045/U/2002 dapat pula dibuat matriks yang menggambarkan integrasi pengembangan soft skills di dalam kurikulum (Tabel 6). Profil lulusan dengan kompetensi pendukungnya dapat dijadikan subjek evaluasi karena menunjukkan komitmen pengembangan soft skills pada mahasiswa.

(12)

Gambar 1. Skema Proses Penyusunan kurikulum (terdapat tambahan/modifikasi dari buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan tinggi (Direktorat Akademik Dirjen Dikti, 2008)

Tabel 5. Matrik antara profil lulusan dengan kompetensi

PROFIL LULUSAN (PL) KOMPETENSI (K)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K…n

PL 1 PL 2 PL 3 PL 4 PL….n

(13)

Tabel 6. Penyepadanan kompetensi dengan elemen kompetensi berdasarkan Kepmendiknas No. 045/U/2002

ELEMEN KOMPETENSI

Kepmendiknas No. 045/U/2002 KOMPETENSI (K)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K…n a. Landasan kepribadian

b. Penguasaan ilmu dan keterampilan c. Kemampuan berkarya

d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian

berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai e. Pemahaman kaidah berkehidupan

bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya

Tabel 7. Matrik antara kompetensi dengan mata kuliah atau bahan kajian

MATA KULIAH (MK) ATAU BAHAN KAJIAN

KOMPETENSI (K)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K…n

MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 MK 5 MK 6 MK 7 MK 8 MK 9 MK 10 MK 11 MK 12 MK 13 MK 14 MK 15 MK…..n

c. Proses dan Assessmen Pembelajaran

Di dalam melakukan evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa dalam proses pembelajaran dan cara melakukan asesmen, maka dicoba dijelaskan melalui konsep pembelajaran berbasis kompetensi (lihat Gambar 2). Pada Gambar tersebut, terdapat

(14)

tiga komponen penting yang berkaitan satu dengan lainnya, yaitu 1) outcomes pembelajaran, 2) criteria capaian atau criteria sukses, dan 3) konteks dan tugas-tugas sebagai pengalaman belajar mahasiswa.

Gambar 2. Konsep proses dan assessment pembelajaran berbasis kompetensi

Outcomes pembelajaran menunjukkan standar kompetensi yang ditawarkan dan dijanjikan dari suatu bidang kajian atau mata kuliah yang mana soft skills terintegrasi di dalamnya, termasuk elemen cognitive – soft skills. Untuk mencapai outcomes tersebut harus jelas kriteria dan standard capaiannya. Kriteria adalah elemen- elemen yang digunakan untuk menilai seberapa baik mahasiswa telah melaksanakan tugasnya. Sedangkan standard capaian menunjukkan tingkatan nyata yang telah dicapai oleh mahasiswa dari masing-masing criteria. Masing-masing tingkat capaian atau standard capaian dapat diberikan grade secara numeric (skala 0-10 atau 0-100) atau secara alpabetik (A,B,C,D dan E). Masing-masing standard capaian dari satu criteria harus dideskripsikan dengan narasi secara jelas sehingga mahasiswa mengetahui dan memahami serta dapat melakukan perencanaan pembelajarannya dengan baik. Tabel 6 adalah contoh untuk melakukan assessment task terhadap penulisan esay atau artikel ilmiah di mana di tunjukkan kriteria dan standard capaian serta marking/grading scheme. Di dalam menyusun deskripsi standard capaian dapat diintegrasikan elemen cognitive-soft skills.

Di dalam melakukan assessment pembelajaran, Tabel 8 dapat dijadikan instrument untuk melakukan assessement secara formatif (formative assessment) dengan cara memberikan feedback terhadap karya tulis ilmiah mahasiswa sampai maksimum kompetensi (learning outcomes) tercapai (sesuai dengan janji yang telah dituangkan dalam standard kompetensi). Di dalam formative assessment ini akan terjadi proses pembelajaran di mana soft skills baik cognitive maupun intra dan interpersonal skills dapat dikembangkan.

(15)

Tabel 8. Contoh criteria, standard capaian dan marking scheme dari suatu tugas penulisan ilmiah (Isaacs, 1999).

Kriteria (K) Deskripsi Unjuk Kerja

Sangat Misikin (0-1)

Miskin

(2-4) Marginal

(5-6) Mencukupi

(7-8) Baik

(9-10) K1 Kualitas

Abstrak Tanpa

abstrak Tidak akurat dan tidak

tajam

Akurat tetapi sedikit tidak lengkap atau banyak kata-kata

tidak perlu

Akurat dan lengkap, kata

sedikit berlebihan (tidak perlu)

Akurat dan lengkap, tidak ada

kata-kata yang tidak perlu

K2 Kecukupa n Citasi Literatur

Tanpa sitasi literatur

Beberapa litertur disitasi;

hanya beberapa

saja digunakan

untuk argumentasi

Sitasi literatur mencukupi, tetapi tidak ada sitasi untuk poin- poin yang krusial

Sitasi literatur mencukupi dan melingkup

seluruh poin- poin krusial, tetapi terbatas

merujuk rujukan yang diberikan oleh

staf pengajar

Sitasi literatur mencukupi dan melingkup seluruh

poin-poin krusial, meliputi rujukan yang didapatkan oleh mahasiswa secara independen

dan staf pengajar Kn ………..

Di dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi, untuk mencapai kompetensi yang diinginkan, sangat tergantung pada cara/model pembelajaran yang diterapkan dan assessmentnya. Beberapa model pembelajaran berbasis kompetensi dapat diterapkan seperti disebutkan dalam Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi, Dirjen Dikti (2008), yaitu: (1) Small Group Discussion; (2) Role-Play & Simulation; (3) Case Study; (4) Discovery Learning (DL); (5) Self-Directed Learning (SDL); (6) Cooperative Learning (CL); (7) Collaborative Learning (CbL); (8)Contextual Instruction (CI); (9) Project Based Learning (PjBL); dan (10) Problem Based Learning and Inquiry (PBL). Pada model-model pembelajaran tersebut secara langsung maupun tidak langsung pengembangan soft skills serta assessmentnya dapat dilakukan.

Sebagai contoh, model pembelajaran small group discussion, mahasiswa akan belajar; a) menjadi pendengar yang baik, b) bekerjasama untuk tugas bersama, c) memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, d) menghormati perbedaan pendapat, e) mendukung pendapat dengan bukti; dan f) menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). Secara jelas bahwa dengan model pembelajaran tersebut secara eksplisit bermaksud untuk mengembangkan soft skills mahasiswa. Untuk melihat sejauh mana perkembangan soft skills mahasiswa yang terlibat dalam model pembelajaran tersebut, dapat dibuatkan instrument assessment dengan criteria dan standard capaian yang memungkinkan untuk melakukan pembinaan untuk pengembangannya. Untuk itu, pengembangan dan penerapan model pembelajaran dan assessmentnya dapat digunakan sebagai subjek untuk melakukan evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa.

(16)

d. Peran Dosen

Keberhasilan pembelajaran berbasis kompetensi yang di dalamnya terintegrasi pengembangan soft skills mahasiswa sebagai hidden curriculum sangat tergantung dari pemahaman dan komitmen pemandu pembelajaran (dosen) tentang pembelajaran berbasis kompetensi. Tingkat pemahaman dan komitmen ini akan terlihat melalui perencanaan dan penerapan proses pembelajaran tersebut, termasuk memilih model pembelajaran, assessment dan system dokumentasinya. Sehingga, terlihat apakah system pembelajaran sudah terarah, terukur dan terjustifikasi.

Di dalam Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti, 2008) disebutkan peran dosen yang sangat penting seperti sebagai motivator dan fasilitator serta menyediakan berbagai pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada mata kuliah yang diampu. Untuk mampu sebagai motivator dan fasilitator serta menyediakan pengalaman belajar yang baik, Nan-Zhao (2006) menyitir empat pilar pendidikan dari UNESCO yang juga mesti diterapkan oleh pemandu pembelajaran/dosen, yaitu:

§ Learning to know: dosen memahami struktur pengetahuan, menguasai standar kurikulum yang disusun, mengetahui pendekatan pembelajaran untuk memfasilitasi pembelajaran dengan ICT (TIK).

§ Learning to do: dosen mengembangkan modul pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengantarkan mahasiswa pada kompetensi yang diharapkan melalui pendekatan pedagogik memadai dan memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teknologi sebagai alat dan sumber pembelajaran.

§ Learning to be: dosen mengembangkan atribut profesionalisme meliputi komitmen, tanggungjawab dan mencintai pembelajaran agar mahasiswa sebagai manusia mampu membangun komunikasi sosial dengan baik.

§ Learning to live together: dosen memecah isolasi melalui kerja tim dan sebagai

‘coach’ untuk menuntun mahasiswa dalam pembelajaran dan sebagai ‘co-learners’

mahasiswa dalam mencapai tujuan pendidikan serta menciptakan kondisi untuk membuka potensi dirinya.

f. Mahasiswa Sebagai Subjek Pembelajaran

Mahasiswa sebagai subjek pembelajaran merupakan target evaluasi yang penting yang merasakan sejauh mana perubahan yang terjadi dalam dirinya terkait dengan kompetensi pembelajaran yang dijanjikan. Mahasiswa, yang merupakan

“customer” atau penerima pelayanan untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan juga ditawarkan oleh PS atau individu bidang kajian dan mata kuliah melalui proses pembelajaran yang diterapkan, yang paling sangat merasakan apakah proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik untuk dapat mencapai komptensi.

Dengan demikian, mahasiswa sebagai subjek pembelajaran dapat memberikan justifikasi apakah proses pembelajaran telah berlangsung dengan baik dan apakah

(17)

kompetensi yang dijanjikan dari satu mata kuliah kepadanya telah tercapai dengan optimal.

4.2. Kriteria Evaluasi

Berdasarkan konsep dasar evaluasi pengembangan soft skills mahasiswa melalui proses pembelajaran ini maka ditentukan subjek evaluasi, kemudian dikembangkan kriteria evaluasi dan sumber informasi yang mendukung bila evaluasi pengembangan soft skills dilaksanakan pada program studi. Pengembangan kriteria evaluasi ditabelkan seperti ditunjukkan pada Tabel 9. Dengan criteria ini, maka institusi dalam hal ini Badan Penjaminan Mutu Unud (BPMU) dapat mengembangkan instrument evaluasi lebih detail, berupa borang-borang yang lengkap dengan deskripsi progress atau capaian pengembangan soft skills di program studi yang ada di Unud. Grading atau marking scheme dapat digunakan untuk mempermudah analisis dan penampilan capaian dalam bentuk yang lebih informative seperti grafik, table atau bentu chart lainnya.

(18)

Tabel 9. Subjek evaluasi, pengembangan criteria evaluasi serta sumber informasi terkait dengan pengembangan soft skills mahasiswa

Subject review/evaluation dan criteria untuk pengembangan soft skills mahasiswa di Program Studi No Subjek Evaluasi Pertanyaan untuk Pengembangan

Kriteria Evaluasi Kriteria Evaluasi Sumber Informasi 1 Visi dan Misi

Jurusan / Program Studi

1. Sejauh mana Visi dan Misi pendidikan Jurusan / Program Studi in line dengan Visi dan Misi Unud?

2. Apakah Visi dan Misi pendidikan Jurusan / Program Studi sudah secara kuat

mengkaitkannya dengan pengembangan soft skills peserta belajar atau mahasiswa?.

1. Tingkat keterkaitan antara Visi dan Misi Jurusan / Program Studi dengan Visi dan Misi Unud 2. Tingkat pengintegrasian soft skills

kedalam Visi dan Misi Jurusan / Program Studi

· Dokumen yang memuat Visi dan Misi Jurusan / Program Studi

· Ketua Jurusan / Program Studi

2 Spesifikasi PS 3. Sejauh mana spesifikasi PS telah didasarkan pada tracer study/employer survey dan bench marking pada mana soft skills diperlukan?.

4. Sejauh mana spesifikasi PS telah in line dengan university skill policy (Statuta, Kebijakan Akademik, Standard Akademik dan Peraturan Akademik) terkait dengan pengembangan soft skills?

5. Apakah penyusunan Spesifikasi Prodi telah berdasarkan analisis (SWOT) dan

melibatkan scientific vision yang

memunculkan program pengembangan soft skills?

3. Tingkat usaha identifikasi soft skills dalam tracer

study/employer survey dan bench marking dalam penyusunan spesifikasi PS 4. Tingkat keterkaitan

pengembangan soft skills mahasiswa pada PS dengan University skill policy

5. Tingkat analisis dalam pnyusunan Spesifikasi PS untuk

memunculkan pengembangan soft skills mahasiswa

· Dokumen Evaluasi Diri Program Studi

· Dokumen Spesifikasi Program Studi.

· Ketua Program Studi

3 Kurikulum 6. Sejauh mana profil lulusan? mencerminkan kandungan soft skills?

7. Sejauh mana profil lulusan telah

6. Tingkat kandungan sof skills pada profil lulusan

7. Keterkaitan kompetensi dan

· Dokumen Spesifikasi Program Studi

· Silabus

(19)

dirumuskan dengan dukungan satu atau seperangkat kompetensi soft skills termasuk cognitive-soft skills?

8. Sejauh mana komptensi soft skills yang akan dikembangkan pada mahasiswa telah didukung oleh bahan kajian dan mata kuliah serta pengalaman belajar yang mengandung pengembangan soft skills?

profil lulusan dalam pengembangan soft skills 8. Keterkaitan antara bahan kajian/pengalaman belajar dengan kompetensi dalam pengembangan soft skills mahasiswa

· SAP

· Dosen pengampu mata kuliah

4 Proses dan asesmen pembelajaran

9. Sejauh mana pemandu pembelajaran / dosen telah paham akan tiga komponen penting pembelajaran dan keterkaitannya satu dengan lainnya yaitu learning

outcomes/kompetensi, criteria capaian atau criteria sukses dan konteks atau tugas- tugas/pengalaman belajar?

10. Bagaimana assessmen pembelajaran telah dilakukan sehingga learning outcomes dapat tercapai?

11. Bagaimana model-model pembelajaran telah dikembangkan untuk mencapai learning outcomes / kompetensi terkait dengan soft skills, termasuk cognitive – soft skills?

12. Sejauh mana assessment pembelajaran terkait dengan pengembangan soft skills telah dilakukan secara transparan, akuntabel, terukur dan dipahami oleh mahasiswa?

13. Apakah perangkat-perangkat instrument assessmen telah disediakan dan

terdokumentasi dengan baik terkait dengan pengembangan soft skills mahasiswa?

9. Tingkat pemahaman pemandu pembelajaran di dalam melakukan pembelajaran berbasis kompetensi.

10. Tingkat kecukupan cara assessmen pembelajaran untuk mencapai learning outcomes terkait dengan soft skills 11. Ketepatan dan kecukupan model

pembelajaran yang dilibatkan dalam pembelajaran untuk mencapai learning outcomes terkait dengan soft skills 12. Tingkat transparansi,

akuntabilitas dan pengukuran, serta pemahaman mahasiswa dari assessment pembelajaran 13. Ketersediaan dan kecukupan

instrument assessment pembelajaran untuk pengembangan soft skills

· Dosen pengampu mata kuliah

· Silabus

· SAP

· Dokumen-dokumen instrumen asesment

· Dokumen-dokumen hasil assessment

· Dokumen-dokumen yang menunjukkan model pembelajaran yang diterapkan

5 Peran Dosen 14. Sejauh mana kemampuan pedagogic dosen / pemandu pembelajaran dalam

pembelajaran berbasis kompetensi/soft

14. Tingkat kemampuan pedagogic dosen

15. Tingkat peran dosen dalam

Dosen,

Dokumen/sertifikat training dosen

(20)

skills?

15. Apakah dosen telah memfasilitasi pembelajaran dengan baik sehingga kompetensi tercapai sesuai yang diharapkan?

memfasilitasi pembelajaran Sertifikat pendidik dosen Silabus, SAP, Buku ajar, buku kerja dan instrument asesmen pembelajaran

6 Mahasiswa 16. Apakah mahasiswa mengetahui cara pembelajaran untuk pengembangan sof skills, yang akan dilakukan?

17. Apakah mahasiswa mengetahui bagaimana cara assessment berbasis kompetensi terkait dengan soft skills yang akan dilakukan selama proses pembelajaran?

18. Apakah mahasiswa merasakan bahwa kompetensi atau learning outcomes sudah tercapai atau belum?

16. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara pembelajaran 17. Tingkat pemahaman mahasiswa

terhadap cara assessment di dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi soft skills 18. Tingkat kepuasan mahasiswa

terhadap kompetensi soft skills yang telah dicapai

Pendapat Mahasiswa Dokumen, evaluasi perkuliahan oleh mahasiswa

Dokumen hasil tracer study

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Beach, D. P. (1982). A Training Program to Improve Work Habits. Journal of Epsilon Pi Tau 8/2, 69-74

Coates, D.E. 2006. People Skill Traning: Are You Getting a Return on Your Investmen.

Disitasi 15 Juli 2010 dari http://www.2020insight.net/Docs4/PeopleSkills.pdf Delors, J. 1996. Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – 2004. Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010. Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Isaacs, G. 1999. Assessment Criteria, Standard and Marking Scheme. Teaching and Educational Development Instutute, The University of Queensland.

Nan-Zhao, Z. 2006. Revisiting 4 Pillars of Learning. Managing Curriculum Change:

Seminar-Workshop 7-9 June 2006, PSSC, Quezon City, Philippines.

Puliam , M.G. 2008. Skill Employer Seek. Career Corner, Excelsior College. Disitasi 30 Juli 2010 https://www.excelsior.edu/Excelsior_College/Publications/Skills_

Employers_Seek_16.pdf

Ruben, B.D. and DeAngelis, J. (1998). Succeeding at work: Skills and competencies needed by college and university graduates in the work place. Papper presented at the Total Quality Forum, VIII Transforming Our Organizations through University/Industry Collaboration, University of Wisconsin-Madison, October 21-22, 1998.

Sharma, A. 2009 Professional Development for Teachers. Disitasi 30 Juli 2010 dari http://schoolofeducators.com/2009/02/importance-of-soft-skills-development- in-education

Vogt, P. 2004. Awarness to Action: Conecting Employee to the Botom line. Disitasi 15 Juli 2010 dari http://www.nogaps.nl/pdf/2004Awareness.pdf

Wikipedia, 2010. Soft Skills. Disitasi 30 Juli 2010http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills

Gambar

Tabel 1.  Elemen soft skills yang harus dan baik untuk dimiliki (Sharma, 2009)
Tabel 2.  Kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses dalam pekerjaan (Ruben dan DeAngelis, 1998) KOMPETENSI PERSONAL KOMPETENSI KOMUNIKASI KOMPETENSIORGANISASI KOMPETENSI INTERNASIONAL/ ANTAR BUDAYA KOMPETENSIDOMAIN · Prilaku positif · Motivasi · Fleksibilita
Tabel 2. Peringkat Karakter Pencari Kerja yang Dituntut Dunia Kerja (PDAT, 2007)
Gambar 1. Skema Proses Penyusunan kurikulum (terdapat tambahan/modifikasi  dari buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan tinggi (Direktorat Akademik Dirjen Dikti, 2008)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti, keterangan Penggugat dan dua orang saksi yang diajukan oleh Penggugat sebagaimana diuraikan di atas, jika dihubungkan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yakni ada pengaruh pemberian senam Tai Chi terhadap peningkatan kapsitas

knowledge to know the words involves active or productive vocabulary and passive.. or

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE SHOW AND TELL PADA ANAK KELOMPOK B TK WIDYA PUTRA DHARMA WANITA PERSATUAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET JATEN

Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja mengajar guru, daya dukung pembelajaran, dan praktik kerja industri terhadap kompetensi peserta didik SMK

Dalam kajian ini, keberkesanan program latihan merujuk hasil daripada program AKRAB yang ingin dicapai melalui penilaian program AKRAB yang dijalankan dari peringkat

Hal tersebut dikarenakan pada proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran koperatif tipe make a macth dengan permainan ranking one physical yang