SISTEM INFORMASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENILAIAN PELAYANAN PADA TPU WILAYAH JAKARTA UTARA
Indarti1*, Denny Pribadi2
1
Program Studi Sistem Informasi, STMIK Nusa Mandiri Sukabumi Jl. Veteran II No.20A, Sukabumi, Jawa Barat 12330
2
Program Studi Sistem Informasi, STMIK Sukabumi
Email: indarti.ini@nusamandiri.ac.id
Abstrak
Kualitas pelayanan TPU di Jakarta Utara sesuai tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) harus memperhatikan kualitas tanggung jawab, fasilitas, pelayanan dan kesederhanaan prosedur. Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Kata kunci: Sistem Penunjang Keputusan, Kualitas Pelayanan TPU, Analitical Hierarchy Process)
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kinerja pemerintahan Indonesia yang semakin membaik, yang dapat dilihat dari berbagai program pemerintah telah dilaksanakan sesuai rencana sehingga dapat mendorong perkembangan ekonomi Indonesia semakin meningkat. Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) di Indonesia pada masa sekarang sudah mulai diterapkan dan berjalan dengan lebih baik.
Aparatur pemerintah yang bertugas di kantor Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Utara khsususnya pada Taman Pemakaman Umum, Jakarta Utara diharuskan dapat melayani masyarakat secara lebih profesional, transparan, tepat waktu, responsive, empati, efektif dan efisien sehingga dapat melayani masyarakat secara maksimal. Salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan adalah dengan adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk pengurusan di TPU masing-masing kelurahan.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di tingkat Kelurahan maupun Kecamatan masih banyak oknum aparatur pemerintah melakukan tindak pidana korupsi, pungutan liar, keterlambatan pengurusan layanan, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan berita media massa yang menyebutkan bahwa terdapat aduan praktik pungutan liar (pungli) yang terjadi di PTSP Jakarta Utara dan langsung direspons Walikota Jakarta Utara (www.beritajakarta.com, 2015).
Petugas Kantor TPU di Jakarta Utara dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan kualitas pelayanan yang maksimal. Kualitas pelayanan secara teori adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan (Tjiptono, 2011:59)
keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Road Map Penelitian
Road map penelitian dilakukan pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Utara.
Gambar III.1 Road Map Penelitian
3.2.Tahapan Penelitian
Agar pelaksanaan pembuatan penelitian ini terarah dan sistematis, maka disusunlah tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007:127), ada empat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan pra lapangan 2. Tahap pekerjaan lapangan 3. Tahap analisis data
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian populasi penelitian yang dapat
mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi.
3.4. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya, metode analisis data dalam AHP memiliki beberapa penyelesaiaan sebagai berikut :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Menyusun hirarki adalah dengan menetapkan tujuan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
Tahap Evaluasi dan
Pelaporan Denga n variabel yang lain dan perluasan cakupan wilayah Tahap Analisis
Data
- Analisis Statistik
- Uji Validitas dan Reliabilitas
- Uji Hipotesis Tahapan
Pekerjaan Lapangan
- Penentuan Populasi dan Sample
- Sebar Kuesioner
- Perumusan Masalah
- Perumusan Hipotesa
Tahapan Pra
Gambar III.2 Hirarki AHP 2. Menentukan prioritas elemen
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandungan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. Matriks perbandungan berpasangan diisi menggunakan bilanagan untuk mempresentasikan kepentingan relative dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
Tabel III.1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Tujuan Elemen A Elemen B Elemen C
Elemen A Elemen B Elemen C
Sumber : Saaty (2008:86) 3. Sistesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandungan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur konsistensi
5. Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas rekatif elemen kedua, dan seterusnya,
Jumlahkan setiap baris.
Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut
ƛMaks.
Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :
CI = (ƛmakx – n) / (n – 1)
Dimana : n = banyaknya elemen
3.5.Data Responden
Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebagai sampel adalah pegawai di lingkungan kantor Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Utara. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk memperoleh data tentang kualitas tanggung jawab, fasilitas, pelayanan dan kesederhanaan procedure di TPU Jakarta Utara. Kuesioner disebarkan kepada responden sebanyak 10 orang yang meliputi Seksi Perencanaan 2 responden, Seksi Taman 2 responden, Seksi Jalur Hijau 2 responden, Seksi TPU 2 responden dan Subbagian Tata Usaha 2 responden.
Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan karakteristik responden berdasarkan pada jenis kelamin, umur, dan pekerjaan, yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristi
k Kategori
Masyarakat
Frek. Persen
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
5 5
50% 50%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner seperti yang terlihat pada tabel 3.2 di atas diketahui bahwa jenis kelamin responden sama besar adalah laki-laki sebesar 50% diikuti oleh perempuan sebesar 50%.
Tabel 3.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristi
k Kategori
Masyarakat
Frek. Persen
Umur Kurang dari 35 tahun
36 – 40 tahun 41 – 45 tahun Di atas 45 tahun
5
1 1 3
50%
10% 10% 30%
Jumlah 10 100%
Sumber : Kuesioner, 2015
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner seperti yang terlihat pada tabel 3.3. di atas diketahui bahwa dilihat dari karakteristik umur sebagian besar responden berumur kurang dari 35 tahun (50%) diikuti dengan umur responden 36-40 tahun (10%), berumur responden 41-45 tahun (10%) dan yang berumur diatas 45 tahun sebesar 30%.
3.6.Pengolahan Data Menggunakan Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)
A. Penilaian Perbandingan Multi Partisipan
Melalui studi literatur didapatkan 4 ( empat ) kriteria untuk menentukan pemilihan TPU terbaik, dan 4 (empat) alternatif TPU yang telah di tentukan. Berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah di tentukan dapat disusun model hierarki pemilihan TPU terbaik di wilayah Jakarta Utara. Dimana untuk menentukan TPU terbaik setiap alternatif akan di hitung pembobotan berdasarkan semua kriteria yang ada sehingga di peroleh kesimpulan mana TPU yang terbaik di Jakarta Utara.
Hasil dari data – data perbandingan berpasangan yang di ambil dari kuisioner pada responden, kemudian dicari satu jawaban untuk matriks perbandingan menggunakan dengan perataan jawaban atau Geometric Mean Theory. Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing – masing nilai harus dikalikan satu sama lain, kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n dimana n adalah jumlah partisipan. Secara sistematis persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4.Rekap Hasil Kuisioner Kriteria Utama
Tg.Jawab + Fasilitas
Tg.Jawab + Pelayanan
Tg.Jawab +
K.Prosedure
1 6 7 6
2 9 7 8
3 9 7 8
4 9 7 7
5 8 6 7
6 8 0.17 6
7 8 0.14 0.17
8 7 0.17 0.17
9 8 0.14 7
1
0 8 0.14 0.14
j
umlah 7.94589232 1.015534493 2.236853829
80.00 34.76 49.48
7.94589232 1.015534493 2.236853829
Tabel 3.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Perhitungan Kriteria
Tg Jawab Fasilitas Pelayanan K.Prosedur
Tg Jawab 1 7.946 1.016 2.237
Fasilitas 0.126 1 0.116 0.429
Pelayanan 0.985 8.459 1 7.457
K.Prosedur 0.448 2.335 0.135 1
Jumlah 2.559 19.74 2.267 11.123
Dengan unsur – unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relative yang dinormalkan. Nilai bobot prioritas dihasilkan dari rata-rata bobot relative untuk setiap baris. Hasilnya dapat pada table berikut ini.
Tabel 3.6 Perhitungan Bobot Prioritas Relatif
Tg Jawab
Fas ilitas
Pela yanan
K.Pr osedur
jumla h baris
Bobot Prioritas
Tg Jawab
0.4 0
0.4
Selanjutnya mencari nilai bobot konsistensi, dimana didapat dari jumlah baris dikalikan dengan nilai bobot prioritas. Jumlah dari nilai bobot konsistensi dibagi dengan n akan
menghasilkan nilai λmaks.
Tabel 3.7 Matriks Perhitungan Bobot Konsistensi
= 0,079 karena CR <0.1 maka perbandingan konsisten 100%.
B. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Tanggung Jawab
Perbandingan berpasangan untuk Kriteria Tanggung Jawab pada 4 jenis TPU yaitu perbandingan berpasangan antara TPU Semper terhadap TPU Jembatan Sampi, TPU Kampung Mangga dan TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Jembatan Sampi terhadap TPU Kampung Mangga, TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Kampung Mangga terhadap TPU Sungai Bambu, sehingga diperoleh hasil preferensi rata-rata dari 10 responden dalam matriks resiprokal sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Kuisioner Kriteria Tanggung Jawab
Tabel 3.9 Matriks Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria Tanggung Jawab
Kriteria Tg Jawab
Alternatif
C. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas
Perbandingan berpasangan untuk Kriteria Tanggung Jawab pada 4 jenis TPU yaitu perbandingan berpasangan antara TPU Semper terhadap TPU Jembatan Sampi, TPU Kampung Mangga dan TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Jembatan Sampi terhadap TPU Kampung Mangga, TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Kampung Mangga terhadap TPU Sungai Bambu, sehingga diperoleh hasil preferensi rata-rata dari 10 responden dalam matriks resiprokal sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Kuisioner Kriteria Fasilitas
Responden 1 TPU Semper TPU J.Sampi TPU.Kp Mangga TPU.S.Bambu
TPU
Tabel 3.11 Matriks Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria Fasilitas
Kriteria Fasilitas
TPU Kampung Mangga, TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Kampung Mangga terhadap TPU Sungai Bambu, sehingga diperoleh hasil preferensi rata-rata dari 10 responden dalam matriks resiprokal sebagai berikut:
Tabel 3.12 Hasil Kuisioner Kriteria Pelayanan
Responden 1 TPU Semper TPU J.Sampi TPU.Kp Mangga TPU.S.Bambu
TPU
Tabel 3.13 Matriks Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria Pelayanan
Kriteria Pelayanan
E. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kesederhanaan Prosedure
Perbandingan berpasangan untuk Kriteria Tanggung Jawab pada 4 jenis TPU yaitu perbandingan berpasangan antara TPU Semper terhadap TPU Jembatan Sampi, TPU Kampung Mangga dan TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Jembatan Sampi terhadap TPU Kampung Mangga, TPU Sungai Bambu. Perbandingan berpasangan antara TPU Kampung Mangga terhadap TPU Sungai Bambu, sehingga diperoleh hasil preferensi rata-rata dari 10 responden dalam matriks resiprokal sebagai berikut:
Tabel 3.14 Hasil Kuisioner Kriteria Kesederhanaan Prosedure
Responden 1
Mangga TPU.S.Bambu
Tabel 3.15 Matriks Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kesederhanaan Prosedure
kriteria Kesederhanaan Prosedure
Alternatif
Dengan cara perhitungan yang sama seperti perhitungan bobot kriteria di atas, diperoleh bobot masing-masing alternatif berdasarkan kriteria. Masing-masing nilai entri bobot alternatif disintesa dengan bobot kriteria yang diperoleh dari analisa pada tabel 3.15 di atas. Hal ini untuk mendapatkan bobot alternatif terbesar dengan pertimbangan kriteria tertentu. Setelah hasil sintesa diperoleh, kemudian dijumlahkan untuk memperoleh nilai bobot akhir seperti tercantum pada tabel 4.15
Tabel 3.16 Hasil Sintesa Bobot Perhitungan Alternatif Berdasarkan Analisa Data Kriteria
Hasil sintesa akhir yang terlihat pada tabel 3.16 diatas menunjukan bahwa bobot terbesar didapatkan pada alternatif TPU Semper sebesar 56,11 di ikuti TPU Kampung Mangga sebesar 24.78 di ikuti TPU Jembatan Sampi sebesar 16.18 dan terakhir TPU Sungai Bambu sebesar 1,25. Berdasarkan total bobot prioritas yang diperoleh tersebut, maka dapat di ambil keputusan bahwa TPU Semper merupakan TPU TERBAIK di wilayah Jakarta Utara di bandingkan dengan TPU Kampung Mangga, TPU Jembatan Sampi dan TPU Sungai Bambu.
4. KESIMPULAN
Kriteria Bobot Prioritas* Bobot Alternatif
Tak lupa ucapan terima kasih saya haturkan kepada Tim Pengelola Prosiding, keluarga dan teman-teman yang sudah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan. 2005. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Hick, Herbert G. 1972. The Management of Organization and Human Resaource Approach, (New York : McGraw-Hill Book Company, 1972)
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Martiyanti, Erna, 2014, Penerima dana KJP harus penuhi 21 syarat, diambil dari : http://beritajakarta.com/read/6956/Penerima_Dana_KJP_Harus_Penuhi_21_Syarat#.VUDm Z_Do4rc . (16 Desember 2014)
Raymond McLeod, Jr. 2001. Sistem Informasi Manajemen Jilid II. PT. Prehallindo. Jakarta Sak, 2013, Syarat siswa penerima KJP, diambil dari :
www.ahok.org/berita/news/syarat-siswa-penerima-kjp/. (7 Maret 2013)
Pranoto, Yosep Agus, M.Aziz Muslim dan Rini Nur Hasanah. 2013. Rancang Bangun dan Analisis Decision Support System Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process untuk
Penilaian Kinerja Karyawan. Malang: Jurnal EECCISVol. 7, No. 1, Juni 2013: 91-96.
Saaty, Thomas L. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1, 2008: 83-98.
Turban, E dkk .2005. Decicion support systems and intelligents ystem. Yogyakarta: andi Offset,
2006, Perda no.8 tahun 2006, diambil dari
www.jakarta.go.id/PERDA_NO_8_TAHUN_2006